• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit Kulit Akibat Kerja Karena Kosmetik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penyakit Kulit Akibat Kerja Karena Kosmetik"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA

KARENA KOSMETIK

OLEH

IMAM BUDI PUTRA

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN – USU

RSUP. H. ADAM MALIK

MEDAN

(2)

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA KARENA KOSMETIK

Pendahuluan

Kosmetik merupakan bahan topikal yang digunakan untuk memperbaiki

penampilan seseorang, beberapa kosmetik dapat bersifat terapeutik, serta dapat

memperbaiki "self - image". Apabila didalamnya terkandung bahan - bahan seperti

garam aluminium (misalnya pada perspirant) ataupun para aminobenzoic acid

(PABA) yang didapatkan pada tabir surya, maka diklasifikasikan sebagai obat – obat

over the - counter (OTC), meskipun perbedaan antara kosmetik dan obat - obat OTC tidaklah jelas. Apabila didefinisikan maka kosmetik bukanlah bahan yang dapat

mempengaruhi struktur atau fungsi kulit, namun bahan yang dioleskan, disemprotkan,

ditaburkan, dipercikkan, dengan maksud untuk lebih bersih, lebih indah dalam

penampilan.1,2

Keuntungan emosional, psikologik dan sosiologik dalam memperbaiki

penampilan dari kulit, rambut dan kuku harus diimbangi dengan resiko yang harus

diterima, termasuk akibat samping ataupun reaksi yang tidak diinginkan, meskipun

relatif aman. Beberapa reaksi yang tidak diinginkan antara lain : rasa terbakar, iritasi,

kontak alergik, fotoalergik / fototoksik, akne, urtikaria kontak, hiper dan hipo

pigmentasik, elainanp adar ambut dan kuku.2

Kelompok - kelompok yang terkena kelainan tersebut diatas, tentunya mereka

yang terlibat langsung dengan penggunaan / pemakaian misalnya pekerja pabrik

kosmetik, pengguna kosmetika dan cosmetologist, termasuk pekerja salon :

"beauticians"," hair stylist"/ "hair dresser" dan manicurist/nail artist.2

Penata Rambut

Dermatitis Kontak (DK) pada tangan merupakan hal utama yang diperhatikan

pada penyakit kulit akibat kerja untuk penata rambut. Hal utama yang harus

diperhatikan orang yang akan menjadi seorang penata rambut berijazah adalah

(3)

dan rambut, unsur kimia dari bahan yang akan digunakan, serta teknik dan seni dalam

mencuci rambut, memberi kondisioner pada rambut, memotong, mengeriting, menata

rambut dan mewarnai rambut (shampooing, conditioning cutting, wavin, styling dan

coloring).1,2

Kebalikan dengan beberapa industri yang lokasinya tertentu (regional), maka

penata rambut dapat dijumpai dimana-mana (universal) dan semua dokter yang

merawat penyakit kulit akibat kerja akan dijumpai pada pekerja ini. Penata Rambut

dan Ahli Kosmetik Nasional di Amerika Serikat menemukan bahwa dari 405

responden yang mengalami dermatitis, lebih dari 50% diantaranya mengalami

dermatitis yang disebabkan oleh shampo, larutan pengeriting permanen dan pewarna

rambut.Dari 203 penata rambut yang mengalami dermatitis, 6 2 diantaranya datang

berobat ke dermatologist dan 20 diantaranya mengalami dermatitis kronis. Seperti

halnya dermatitis pada tangan (hand dermatitis) yang diinduksi oleh pekerja, maka

adanya riwayat dermatitis atopi (DA) membuat seorang individu lebih beresiko

terkena dermatitis. Dengan demikian maka penata rambut merupakan salah satu

pekerjaan yang tidak baik untuk orang dengan riwayat atopi.1,3,4

Pencuci rambut merupakan orang yang memiliki resiko yang besar untuk

mengalami dermatitis kontak iritan (DKI). Keadaan ini membuat berkembangnya

dermatitis kontak alergik (DKA) dan dermatitis kronis sehingga membuat penyakit

tersebut tetap selalu ada dimasa uren datang. Kemungkinan terjadinya dermatitis

kronis harus diperhatikan bahwa pada penata rambut yang berpengalaman sekalipun.

Walaupun dapat menolong tetapi terapi topikal, menjauhi alergen dan menggunakan

sarung tangan tidak dapat menghilangkan penyakit tersebut.1,2,3

Penyebab DKA yang paling sering, pada penata rambut adalah

p-phenylenediamine (PPD) yang terdapat pada pewarna rambut permanen, glyceryl thioglycolate pada larutan pengeriting rambut permanen, bahan kimia karet pada sarung tangan, nikel pada peralatan kerja dan ammononium persulfate pada pemudar

warna rambut (bleaching).1

Suatu penelitian pada 100 orang penata rambut yang menderita ekzema pada

(4)

DKA. Dari 100 orang tersebut, 16 diantaranya menderita DA yang disertai DKI.

Elergen yang paling sering adalah PPD yang menyebabkan DKA pada 12 orang

penata rambut, sedangkan 10 orang diantaranya bereaksi terhadap ammonium

thioglycolate. Karena patch-test debgab ammonium thioglycolate sulit dilakukan

maka 10 kasus ini mungkin lebih meruakan reaksi iritan dibandingkan, DKA. Hanya

5 individu yang sensitif terhadap sarung tangan karet yang mereka pakai.r

Calnal dan Schuster menjumpai beberapa penata rambut menderita urtikaria

dan dermatitis sekunder terhadap ammonium persulfate yang dijumpai pada pemutih

rambut( hair bleaching). Pemutih rambut kebanyakan berisi hydrogen peroxide yang

berfungsi untuk menghancurkan pigmen rambut. Ammonium hidroxide ditambahkan

ke dalamnya untuk mengaktivasi kerja hydrogen peroxide. Kombinasi pemutih

hydrogen peroxide-ammonium atau pottasium sulfate. Urtikaria kontak dan reaksi

anafilaktik yang berat dapat terjadi pada beberapa pasien. Dengan demikian uji

dengan ammonium persulfate harus dilakukan secara berkelanjutan. Kellet dan Beck

menjumpai bahwa ammonium persulfate berhubungan dengan sensitizer yang sering

terjadi pada penata rambut. Penggunaan petrolatum dengan konsentrasi 1% dalam

laruan aqueous dapat menimbulkan reaksi positif pada 12 orang dari 49 orang penata

rambut, dimana hanya 1 orang dari 118 subyek kontrol yang mengalami reaksi

positif. Sampel elegen harus diganti tiap 6 bulan karena bahan tersebut dapat

terdegradasi.l

Wahhberg meneliti 35 orang penata rambut yang menderita eksema pada

tangan dan menemukan bahwa 29 orang diantaranya memiliki hasil patchtest yang

positif sebagai respon terhadap substansi dasar yang dijumpai pada sampel standar

atau pada produk disalon mereka atau keduanya. Dari individu ini, 14 orang

diantaranya mengalami reaksi terhadap nikel, 9 orang bereaksi terdapat pewarna

rambut dan 10 orang bereaksi terhadap bahan kimia pada karet. Prevalensi alergi

nikel yang tinggi mungkin disebabkan karena mereka selalu bekerja pada tempat

yang basah, yang kemudian dikombinasikan dengan penggunaan alat-alat yang

mengandung nikel seperti gunting, jepit rambut, rol rambut dan batang pengeriting

(5)

Saat Marks dan Cronin meneliti 60 orang penata rambut di Inggris yang

menderita dermatitis tangan (hand dermatits), dijumpai 70% diantaranya merniliki

hasil patch-test yang positif, sebagai respon terhadap sedikitnya 1 alergen dan makin

lama durasi eksemanya maka makin besar kemungkinan sensitivitasnva.l

Klinik dermatitis kontak St.John punya pengalaman yang mirip dengan yang

lainnya. Dari 84 orang penata rambut yang diuji, 48 orang diantaranya memiliki

reaksi patch-test yang positif. Penyebab DKA yang paling sering adalah pewarna

rambut ; hal ini sesuai pada 27 individu (32%). Pewarna yang diuji adalah

p-Phenylenediamine (PPD), p-toluenediamine dan orthonitropara phenylenediamine. Ammonium sulfate menyebabkan reaksi positif pada 15 individu dan dapat berupa

iritan atau alergi. Nikel sulfate menyebabkan 16 reaksi positif dan bahan kimia karet

rnenyebakan 2 reaksi positif.1

Cronin dan Kullavanijaya meneliti 107 pekerja pada salon penata rambut yang

besar di pusat pertokoan London. Dari 33 orang penata rambut junior, 30 orang

diantaranya menderita dermatitis iritan pada tangan yang disebabkan karena mereka

sering mencuci rambut dan akan menghilang bila tingkat pencucian rambut pada

pelatihan tersebut telah selesai. Hanya 1 dari 25 orang penata rambut tersebut (bukan

pencuci rarnbut) yang mengalam diermatitis.1

Hannuksela dan Hassi meneliti 30 orang penata rambut wanita di salon salon

kecil dan 2 orang pemangkas rambut. Mereka menemukan bahwa 12 subyek

menderita dermatitis tangan : 3 orang DKA dan 1 orang dermatitis terhadap PPD dan

2 orang terhadap nikel.l

Melihat dari penelitian-penelitian ini dan penelitian lain yang dilakukan

baru-baru ini pada penata rambut, maka diambil kesimpulan umum sebagai berikut :

(1). Penata rambut mempunyai resiko yang nyata untuk terjadinya dermatitis tangan

yang diinduksi pekerjaan, terutama pada penata rambut yang memiliki riwayat DA;

(2). Alergen yang tersedia pada peralatan patch-test standar dapat menyediakan

sesuatu seri penyaring (screening series) yang baik untuk penata rambut, dengan

pengecualian pada glyceryl thiogly-colate dan ammonium persulfate; (3). Urtikaria

(6)

penataan rambut yang lainnya; (4). Bila dermatitis terjadi maka perlu untuk

mengurangi keparahannya dan secepat mungkin menghilangkannya untuk mencegah

berkembangnya penyakit tersebut sehingga dapat mempengaruhi kegiatan sehari-hari

orang tersebut.l

Pencegahan dan penatalaksanaan dermatitis tangan pada penata rambut dapat

menjadi sulit. Van der Walle menyarankan beberapa cara pencegahan yaitu antara

lain : (1). Tidak sering melakukan pencucian rambut; (2) Sering menggunakan

pelembab; (3). Pakai sarung tangan vinyl yang disposable (sekali pakai) bila mencuci,

memutihkan dan mewarnai rambut; (a). Hindari peralatan dan perhiasan dari nikel,

dan (5). Jagalah agar tempat bekerja bersih dan rapi. Bila dermatitis kontak terjadi

maka lakukan identifikasi bahan kimia yang menjadi penyebab dan menghindari

paparan, yang merupakan solusi yang paling sering dilakukan namun tidaklah selalu

mudah.l

Berkaitan dengan hal tersebut sebaiknya program preventif perlu dimulai pada

awal pelatihan untuk rnencegah terjadinya dermatitis kontak iritan, maupun

dermatitis kontak alergika, yang umumnya akan terjadi setelah beberapa tahun.

Penentuan adanya diagnosis alergi yang pasti sangat penting untuk menghindari

timbulnya dermatitis tangan dan kelanjutan kerja. Umumnya reaksi disebabkan

adanya kosmetik yang masih melekat pada kulit setelah aplikasi ("stay-on" / "

leave-on"). Prognosis dari dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) tergantung pada riwayat

sebelum timbulnya dermatitis tangan dan pekerjaannya sepanjang hari. Apabila

memungkinkan, maka uji tempel dengan standar alergen untuk hair dresser

merupakan alat skrining utama serta untuk evaluasi ilmiah. Prognosis penyakit kulit

akibat kerja (PKAK) pada hairdresser sangat tergantung dari riwayat adanya

dermatitis tangan serta kerja yang berkelanjutan dalam suasana basah yang dilakukan

Sepanjang hari.2

Perawat Kuku (Manicurist) dan Seniman Kuku (Nail Artist)

Perawat kuku adalah seorang ahli kosmetik yang memiliki spesialisas dalam

(7)

membersihkan, menggosok lempeng kuku, dan menempelkan dan menempelkan

kuku palsu. Tidak ada survey epidemologikal penyakit kulit akibat kerja pada

perawat kuku, dan hanya beberapa kasus yang pernah dilaporkan. Membersihkan

kuku dengan air sabun dan mengangkat enemel dengan suatu larutan campuran,

membuat perawat kuku dapat terpapar dengan iritan primer. Sensitisasi dapat terjadi,

seperti yang pernah diiaporkan pada perawat kuku yang menderita DKA pada tangan

kanan yang terjadi secara sekunder terhadap batang orangewood yang digunakan

untuk mengangkat kutikula. Sensitisasi dapat terjadi sebagai hasil pemaparan

terhadap toluene sulfonamide formaldehyde resin pada pewarna kuku, lem

cyanoacrylic yang digunakan untuk menempel kuku dan untuk melengketkan kuku

palsu, dan acrylic monomer yang digunakan untuk membentuk kuku buatan. Toluene

sulfonamide formal dehyde resin kelihatannya lebih menjadi masalah bagi para pelanggan dibanding perawat kuku. Sepertinya yang lebih sering menyebabkan DKA

diantara perawat kuku adalah acrylic monomer pada kuku pahatan dan lem

cyanoacrylic yang digunakan untuk memperbaiki lempeng kuku yang patah dan untuk menempelkan lempeng kuku plastik yang sudah dibentuk. Suatu gambaran

kasus tersebut adalah seorang perawat kuku di klinik patch-test Hershey yang di ukir

dengan menggunakan plastik acrylic. Patch-test menunjukkan reaksi yang positif

terhadap monomer metacrylate multipel, dan bila berhenti dari pekerjaannya sebagai

perawat kuku maka dermatitisnya akan hilang. Seorang perawat kuku yang lainnya

menderita dermatitis tangan selama delapan bulan. Dia dilatih sebagai penata rambut

dan perawat kuku, tapi kemudian tugasnya terbatas pada merawat dan memperindah

kuku. Pekerjaannya mencakup semua fungsi rutin seorang perawat kuku, termasuk

memakaikan kuku palsu dan juga menempelkan kuku dengan menggunakan lem

cyenoacrylate. Walaupun sudah menggunakan steroid topikal dan sistemik, namun dermatitis tangannya tetap menyebabkan dia kehilangan pekerjaannya. Dermatitis

tangannya tetap masih ada walaupun d ia sudah dua bulan berhenti dari pekerjaannya

di salon. Setelah dilakukan tes terbuka yang hasil positif terhadap lem cyanoacrylic,

baru dia menyadari bahwa walaupun dia sudah berhenti bekerja namun dia masih

(8)

dengan menggunakan lem tersebut. Dia memperoleh hasil patch-test yang negatif

terhadap metacrylate monomer dan terhadap toluene sulfonamide formaldehyde resin

1,2

Bila perawat kuku yang kira-kira akan di patch-test, maka diperlukan

beberapa bahan kimia tambahan disamping alergen standar. Alegen tersebut antara

lain : toluene sulfonamide, lem cyanoacrylic dan acrylic monomer untuk screening

sensitivitas terhadap kuku palsu. 5 acrylate telah diidentifikasi sebagai alergen pada

screening untuk reaksi terhadap kuku palsu, yaitu ; ethyl acrylate, 2-hydroxi ethyl

acrylate, ethylen glycol dimetacrytlate, ethyl a cyanoacrylic dan triethylene glycol diacrylate. Jika screening terhadap produk acrylic monomer memberikan hasil yang negatif maka terlebih lanjut harus dilakukan dengan preparat kuku lain yang lebih

spesifik karena mungkin dapat terjadi reaktifitas saling total diantara bahan-bahan

kimia tersebut.1

Wangi - Wangian (Fragrence)

Parfum merupakan campuran kompleks dari bahan wangi-wangian yang

bersifat organik (diderivasi dari bahan-bahan yang berasal dari hewani atau t

umbuh-tumbuhan) dan bahan sintetik. Banyak dari bahan kimia aromatik ini digunakan

wangi-wangian dan pemberi rasa. Sebaga contoh seperti misalnya cinnamic aldehyde

yang biasanya di jumpai pada parfum, pewangi ruangan detergen, sabun dan pasta

gigi, juga digunakan pada minuman ringan, permen dan permen karet dan es krim.

Penelitian prospektif terhadap reaksi kosmetik yang dilakukan oleh Grup Deermatitis

Kontak Amerika Utara (North America Contact Dermatitis Group : NACDG)

mengidentifikasikan bahwa wangi-wangian merupakan penyebab utama DKA. Hal

ini juga dikonfirmasikan oleh yang lain. Walaupun fotodermatitis, urtikaaaria kontak,

iritasi dan depigmentasi kadang-kadang terjadi, namun reaksi yang paling sering

terjadi adalah DKA. Konsentrasi wangi-wangian maksimum yang diperbolehkan

dalam berbagai produk yaitu sebagai berikut : parfum untuk masker kurang dari atau

sama dengan 0,1% ; kosmetik 0,5% ; cologne 4,0%; toilet water 5,0% dan parfum

Referensi

Dokumen terkait

- Anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai keluhan yang dialami khususnya keluhan pada paru, efek yang timbul, riwayat pekerjaan saat ini dan sebelumnya, riwayat pajanan

Semen tara  penyakit dekompresi akibat  pajanan  hipobarik  terjadi  pada  ketinggian  lebih  dari  25 .000  kaki  (penerbangan  pesawat  tempur).  Tatalaksana 

Berdasarkan data awal yang diperoleh dari hasil penelitian Langgango (2015) tentang pengaruh sikap duduk terhadap gangguan kesehatan pada penjahit di Pasar Sentral Kota

Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada bagian diesel yaitu kontak dengan bahan bakar oli, solar dan bensin yang berpotensi menghirup asap, panas pada kulit

Tidak terdapat terapi untuk menghilangkan efek dari asbes pada alveoli. Terapi hanya berfokus pada pencegahan perburukan penyakit dan mengurangi gejala. 7 Pasien yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk hubungan dari frekuensi paparan, masa kerja dan alat pelindung diri terhadap kejadian DKI pada pekerja smprot di KSUSB

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi penggunaan sarung tangan lateks dengan kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada