Penyakit Alergi dan Reaksi
obat
ASRAWATI SOFYAN
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
ALERGI Eritema multiforme X
Allergic vasculitis X
Exanthematous drug
eruption X Fixed drug eruption X
PENDAHULUAN
Dermatitis kontak alergi (DKA) reaksi imunologi tipe IV, terdiri dari 2 fase : sensitisasi dan elisitasi
DKA kontak berulang dengan bahan eksogen yang sebelumnya telah tersensitisasi oleh bahan yang sama
Faktor-faktor yang berperan timbulnya DKA :
Genetik
Intensitas
Jangka waktu dan frekuensi pajanan
Daya penetrasi bahan dan afinitas antigen terhadap molekul pembawa
Kemampuan fagositosis antigen
Imunitas
Keadaan umum pasien
Keadaan kulit, penyakit yang diderita
EPIDEMIOLOGI
• Sering ditemukan,tapi lebih sedikit dibanding DKI
• DKA akibat kerja 50-60%
• DKA jarang ditemukan pada anak dan pada usia > 70 tahun
ETIOLOGI
• Alergen penyebab DKA sangat bervariasi berupa bahan kimia sederhana dgn BM
rendah(<1000 Dalton),berupa hapten lipofilik yang dapat menembus st.korneum.
ETIOLOGI
Alergen yang tersering menyebabkan DKA : - Nikel sulfat
- Neomisin sulfat - Balsam peru - Fragrance mix - Thimerosal
- Sodium gold thiosulfate - Formaldehid
- Quaternium 15 - Bacitracin
PATOGENESIS
• DKA digolongkan dalam reaksi imunologi tipe IV
• Ada dua fase yang menimbulkan DKA yaitu : - Fase sensitisasi
- Fase elisitasi
GEJALA KLINIK
• Erupsi muncul 48 jam hingga beberapa hari setelah kontak dengan alergen
• Paparan berulang-ulang menyebabkan crescendo reaction, dimana erupsi kulit akan memburuk
• Gejala subjektif meliputi rasa gatal, nyeri,terbakar, dapat timbul demam pada DKA berat
• Lokasi tersering pada
GEJALA KLINIK
Ada 3 tipe DKA :
AKUT
• SUBAKUT
• KRONIK
Plak likenifikasi,skuama dgn lesi satelit berupa papul kecil,bulat,,ekskoriasi,eritem
GEJALA KLINIK
• Lesi DKA seringnya terbatas pada daerah yang terpapar tapi dapat juga menyebar ke perifer berupa lesi satelit. Pada keadaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Biopsi
Akut: lesi spongiotik, limfosit&eosinofil di epidermis, monosit&histiosit pada dermis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tes Tempel
Dapat dilakukan pada punggung pasien atu bisa juga di lengan atas. Sebaiknya dilakukan setelah 2 minggu bebas lesi. Tes tempel
Terapi
•
Hindari alergen/bhn kontaktan.
Sistemik :
Antihistamin
Kortikosteroid
AB
inf sekunder
Tindakan pencegahan utk DKA
pd pekerja di lingk industri
PROGNOSIS
• Umumnya baik apabila alergen dapat disingkirkan
• Kurang baik dan cenderung kronis jika bersamaan dgn dermatitis oleh faktor endogen seperti
DERMATITIS
Pendahuluan
• Dermatitis kontak iritan (DKI): reaksi
peradangan setempat yg bukan imunologis pd kulit sesudah mendapat paparan iritan baik
satu kali maupun berulang.
Epidemiologi
• 15-30% kasus rawat jalan di klinik dengan penyebab dari luar.
• 20-50% dermatitis akibat kerja.
• Angka tepat sulit diketahui karena penderita ringan tdk berobat.
Etiologi
• Rumit dan biasanya melibatkan berbagai iritan :
• 1. Sabun, detergen dan lain-lain • 2. Asam inorganik
• 3. Asam organik • 4. Basa kuat
6. Pelarut
Patogenesis
• Bahan iritan merusak lapisan tanduk , denaturasi kreatinin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air kulit sehingga sel epidermis terlepas.
• 2 jenis bahan iritan :
• Iritan lemah pd org yang paling rawan atau kontak berulang2.
Gambaran klinis
• DKI AKUT :
penyebab : kecelakaan, kulit rasa pedih atau panas, eritema, vesikel atau bula.
Luas sebatas daerah yg terkena, berbatas tegas.
Muncul segera. Tapi sejumlah bhn kimia
mis:podofilin,antralin,as.Fluorohidrogenat,
DKI akut lambat. (12-24 jam atau lebih).
DKI KRONIS (plng sering) = dermatitis iritan kumulatif.
Kelainan baru nyata( berhari2 s/d tahunan) waktu dan rentetan kontak mrpkn fx plng penting.
GEJALA KLASIK :
kulit kering,eritema,skuama,hiperkeratosis dan likenifikasi, batas tidak tegas.
DIAGNOSIS
• Anamnesis cermat
• DKI akut lebih mudah
• DKI kronis dng variasi gamb.klinis lbh luas
dd/ Dermatitis kontak alergi ( sulit )
DIAGNOSIS BANDING
• Dermatitis seboroik pd kepala & lipatan kulit • Psoriasis pd telinga & telapak tangan
• Dermatitis vesikular pd telapak tangan • Infeksi jamur pd telapak tangan
• Dermatitis atopik
• Eksema numular dishidrofik • Polimorphic light eruption (DK fototoksik)
• Porfiria kutanea tarda • Dermatomiosist
KOMPLIKASI
• Infeksi bakteri dan jamur sekunder
• Keterlambatan penyembuhan kecuali jika diobati secara tepat
• Tergantung pada kerentanan seseorang, dermatitis bisa sembuh dengan
PENCEGAHAN & PENGOBATAN
• Penatalaksanaan terutama berhubungan dng
pencegahan dan ini akan berhasil bila ada kerjasama yg erat antara perusahaan dan dermatologist.
• Lotion (kalamin) bisa jg digunakan.
• Sesudah oozing mereda, krim atau lotion
kortikosteroid membantu mengurangi gatal. Pada kasus berat : kortikosteroid sistemik
• DKI Kronik (non eksudatif) : kortiosteroid topikal;
kekuatan preparat trgantng lokalisasi dermatitis dan beratnya peradangan.
• Pd lipat paha, hidrokortison mrpkan indikasi. • Pd tangan sisi volar kortikosteroid fluorinasi
(potensi kuat).
PROGNOSIS
• Tergantung penyebab & kemungkinan paparan ulang.
• Faktor individu (atropi, motivasi & inflamasi) • Paparan terlalu sering dermatitis, yg
PENDAHULUAN
Insect bite reaction adalah reaksi inflamasi dan atau reaksi alergi, berupa erupsi pruritik pada
tempat di mana serangga menggigit yg timbul beberapa jam atau hari setelah gigitan.
EPIDEMIOLOGI
Insect bite reaction terdapat di seluruh dunia.
Statistik yg nyata tidak ada karena kebanyakan
kasus tidak dilaporkan & tidak butuh
ETIOLOGY
•
Insecta:
A. Anoplura: kutu
B. Coleoptera: tawon
C. Diptera: nyamuk, lalat hitam, midges D. Hemiptera: bedbugs, kissing bugs
Tipe I ( Anafilaksis )
MANIFESTASI KLINIS
• Edema, gatal, nyeri pd area tempat tergigit • Sistemik:
– Perasaan tidak nyaman – Muntah
PEMERIKSAAN FISIK
• Lokasi : Di mana
• Efloresensi :
Eritema morbiliformis atau bula dikelilingi dengan makula eritema & iskemik, yg kmdn menadi
Severe
Bed Bug Bite Reactions (C. lectularius)lengan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Pemeriksaan darah u/ lihat eosinofil • Tes tusuk dan tes tempel
PENGOBATAN
• Pengobatan utama insect bite u/ mencegah gatal. • Topikal : reaksi lokal ringan: kompres &
kortikosteroid topikal (krim hidrocortison 1-2%) • Sistemik : AH (chlorpheniramin 10mg or
diphenhidramin 50mg
• Adrenalin 1% 0,3-0,5ml subcutan anafilaktik
PENCEGAHAN
• Hindari kontak dgn serangga sebisa mungkin.
• Hindari gerakan cepat & tiba2 bila dekat dengan sarang serangga jenis apa pun.
• Hindari penggunaan parfum & pakaian berwarna cerah serta corak bunga2.
• Gunakan penolak serangga dan pakaian yang tertutup. • Berhati2 bila makan di luar, apalagi bila membawa
Tidak semua obat dapat mengakibatkan reaksi alergi ini. Hanya beberapa golongan obat yang 1% hingga 3% dari seluruh
pemakainya akan mengalami erupsi obat alergi
- Erupsi obat dapat terjadi akibat pemakaian obat yang diberikan oleh dokter dalam resep, atau obat yang dijual bebas, termasuk
campuran jamu-jamuan
Perlu ditegakkan diagnosa yang tepat
Identifikasi dan anamnesa yang tepat dari penyebab timbulnya reaksi obat
Dengan tujuan membantu meningkatkan prognosis serta menurunkan angka
Erupsi obat alergi merupakan alergi terhadap obat yang terjadi melalui
mekanisme imunologik.
Hal ini terjadi pada pemberian obat kepada penderita yang sudah
• Angioedema
• Bronchopasm
• Hypotensi
Reaksi Immunologi
Reaksi Immunologi
(Gell and Coombs klasifikasi)
(Gell and Coombs klasifikasi)
Pseudo alergi
•Kerusakan Imun komplek
•Mengikat
Anti bodi untuk Antigen dlm Jumlah besar
1. Morbilliform Drug Eruption
2. Urticarial Drug Eruption
3. Lichenoid Drug Eruption
4. Fixed Drug Eruption
5. Photosensitive Drug Eruptions
6. Pustular Drug Eruptions
7. Eczematous Drug Reaction 8. Erythema Multiforme,
9. Blistering Drug Eruptions
- Drug-Induced Pemphigus
- Drug-Induced Bullous Pemphigoid
- Drug-Induced Linear
Immunoglobin A Disease
- Drug-Induced Pseudoporphyria Cutanea Tarda
10. Drug-Induced Lupus Erythematosus- Like Eruptions
11. Psoriasiform Drug Reaction
13. Drug-Associated Vasculitis 14. Halogenoderma
PENGOBATAN
SISTEMIK
A.Kortikosteroid
Prednison 3x10 mg B. Antihistamin
Antihistamin sedatif
TOPIKAL
Kering = bedak salisilat, + menthol ½ - 1% /
Sindroma Steven Johnson &
Nekrolisis Epidermal Toksik
Pada pemberian 8 minggu
pertama
Pada pemberian 8 minggu
pertama
• Resiko tinggi :
Antibakteri sulfonamid, Antikonvulsan aromatik,
Allopurinol, Obat antiinflamasi non steroid oxicam,
Lamotrigine, Nevirapine
• Resiko tinggi :
Antibakteri sulfonamid, Antikonvulsan aromatik,
Allopurinol, Obat antiinflamasi non steroid oxicam,
Lamotrigine, Nevirapine
• Karsinoma • Limfoma
Patogenesis • Belum jelas
Eritem difus dan meluas
Nikolsky sign
• Berdasarkan luas lesi :
– SSJ : luas < 10% BSA + lesi eritematous luas / purpura
– SSJ+NET : luas 10-30% BSA + purpura luas – NET : luas >30% BSA + purpura
– NET tanpa makula : epidermolisis > 10% BSA
Epidermal
Detachment : 0% 1 - 10% > 30%
Average
Mortality : 0% 1 - 5% 25 - 35%
Toxic Epidermal Necrolysis
PENATALAKSANAAN
1. SSJ
•Jika KU baik Prednison 30- 40 mg sehari
•Jika KU buruk Deksametason IV 4-6 x 5 mg sehari
•Kortikosteroid life saving.
• Diet rendah garam dan tinggi protein.
• Jika terjadi penurunan K obat anabolik dan KCl 3x 500 mg sehari.
2. NET
•Kortikosteroid, mirip dengan pada SSJ •Deksametason 4-6 x 5 mg/ hari.
•Penderita sebaiknya diisolasi dan dirawat secara steril