• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Dan Karakterisasi Batako Ringan Dengan Campuran Ijuk Sebagai Bahan Pengisi Yang Direncanakan Untuk Konstruksi Dinding Peredam Suara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Dan Karakterisasi Batako Ringan Dengan Campuran Ijuk Sebagai Bahan Pengisi Yang Direncanakan Untuk Konstruksi Dinding Peredam Suara"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN

DENGAN CAMPURAN IJUK SEBAGAI BAHAN PENGISI

YANG DIRENCANAKAN UNTUK KONSTRUKSI

DINDING PEREDAM SUARA

TESIS

Oleh

HARMONIS BUKIT

087026032/FIS

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN

DENGAN CAMPURAN IJUK SEBAGAI BAHAN PENGISI

YANG DIRENCANAKAN UNTUK KONSTRUKSI

DINDING PEREDAM SUARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Magister Ilmu Fisika pada Program Pasca Sarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh

HARMONIS BUKIT

087026032/FIS

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis :

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN DENGAN

CAMPURAN IJUK SEBAGAI BAHAN PENGISI YANG DIRENCANAKAN UNTUK DINDING PEREDAM SUARA

Nama Mahasiswa :

HARMONIS BUKIT Nomor Induk Mahasiswa

:

087026032 Program Studi

Fakultas :

Magister Ilmu Fisika

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc Dr.Anwar Dharma Sembiring, M.S Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN

DENGAN CAMPURAN IJUK SEBAGAI BAHAN PENGISI

YANG DIRENCANAKAN UNTUK KONSTRUKSI

DINDING PEREDAM SUARA

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tulis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, 21 Juni 2010

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Harmonis Bukit

NIM : 08 70 26 019

Program Studi : Magister Ilmu Fisika Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan,menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul :

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN DENGAN CAMPURAN IJUK SEBAGAI BAHAN PENGISI

YANG DIRENCANAKAN UNTUK KONSTRUKSI DINDING PEREDAM SUARA

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non-Eksklusif ini,Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,mengalih media,memformat,mengelola dalam bentuk data-base,merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 21 Juni 2010

(6)

Telah diuji pada Tanggal : 21 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.Dr.Eddy Marlianto.M.Sc

Anggota : 1.Dr.Anwar Dharma Sembiring.M.S 2.Dr.Marhaposan Situmorang

3.Prof.Dr.Timbangen Sembiring.M.Sc

(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama

Tempat dan Tanggal Lahir

Alamat Rumah

Telepon/HP

e-mail

Instansi Tempat Bekerja

Alamat Kantor Telepon : : : : : : : :

Drs. Harmonis Bukit

Kabanjahe,26 Juni 1963

Jl.Mariam Ginting Gang Kelinci No.7

Kabanjahe

0628324151 – 0816382425

bukitharmonis@yahoo.co.id

SMA Negeri-1 Kabanjahe

Jl.Jamin Ginting No.31 Kabanjahe

062820417 DATA PENDIDIKAN SD SMP SMA Strata-1 Strata-2 : : : : :

SD St.Xaverius-1 Kabanjahe SMP St.Xaverius-1 Kabanjahe SMA Negeri-1 Kabanjahe FPMIPA IKIP Medan PSMF PPs FMIPA USU

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas

kasih dan karunia yang diberikan-Nya kepada penulis sehingga tesis dapat

diselesaikan.

Penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah

Republik Indonesia c.q. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang telah

memberikan bantuan dana sehingga penulis dapat melaksanakan Program

Magister Sains pada Program Studi Magister Ilmu Fisika Program Pasca Sarjana

FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya tesis ini,perkenankanlah penulis mengucapkan terima

kasih sebesar-besarnya kepada:

Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu DTM&H,M.Sc(CTM),Sp.A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Sains.

Ketua program Studi Magister Fisika Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc

,Sekretaris Program Magister Fisika Drs.Nasir Saleh,M.Eng.Sc besreta seluruh Staf Pengajar pada Program Studi Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas

Sumatera Utara.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kami ucapkan kepada Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Pembimbing Utama yang dengan penuh perhatian dan telah memberikan dorongan,bimbingan

dan pandangan pada kami,demikian juga kepada Dr. Anwar Dharma Sembiring, M.S selaku Co Pembimbing yang telah banyak mencurahkan ilmu dan buah pikirannya dengan penuh kesabaran menuntun dan membimbing kami

hingga selesainya tesis ini.

(9)

Terima kasih kepada teman-teman satu bimbingan Yusak, Hoddi, Muslimin yang selama ini saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan dan penelitian sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

(10)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN

DENGAN CAMPURAN IJUK SEBAGAI BAHAN PENGISI

YANG DIRENCANAKAN UNTUK KONSTRUKSI

DINDING PEREDAM SUARA

ABSTRAK

Telah dilakukan pembuatan batako ringan campuran dari serat ijuk-semen. Variasi rasio serat ijuk terhadap pasir adalah 80 : 0 , 79 : 1 , 78 : 2 , 77 : 3 , 76 : 4 dan 75 : 5 dalam persentase massa dengan waktu pengerasan selama 28 hari.Parameter pengujian yang dilakukan meliputi;densitas,penyerapan air,redaman suara,kuat tekan,kuat pukul dan kekerasan.Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa batako ringan dengan variasi komposisi terbaik adalah 5 % serat ijuk dan 75 % pasir,jumlah semen tetap 20 % dan waktu pengeringan selama 28 hari.Pada komposisi tersebut,batako ringan yang dihasilkan memiliki sifat fisis sebagai berikut: densitas 1,48 g/cm3 , penyerapan air

18,31 % , menyerap suara pada frekuensi 250 Hz , 500 Hz , 1000 Hz dan 1500 Hz dengan koefisien serap suara pada frekuensi tersebut 3,98 % , 6,31 % , 10,72 % dan 5,01 %,sedangkan sifat mekanisnya:kuat tekan 1,89 MPa,kuat pukul 1161 J/m2 dan kekerasan (hardness) 105 HVN

(11)

THE MANUFACTURE AND CHARACTERIZATION OF

LIGHTWEIGHT BRICK BY A MIXTURE OF

PALM FIBER AS THE ADDITIVE PLANNED

FOR SOUND ABSORBER MATERIALS

ABSTRACT

Lightweight concrete brick has been making from a mixture of palm fiber-cement. The ratio of sand palm fiber is 80: 0, 79: 1, 78: 2, 77: 3, 76: 4 and 75: five in the percentage of the mass with curing times for 28 day.Parameters test conducted include; density, water absorption , sound attenuation, strong press, a strong beat, and hardness.Test results showed that the lightweight concrete brick with the best composition variation is 5% fiber roofed and 75% sand, 20% fixed amount of cement and drying time during the 28 day. Composition, adobe light produced has the following physical properties: density 1.48 g/cm3, the water absorption 18.31%, to absorb sound at a frequency of 250 Hz, 500 Hz , 1000 Hz and 1500 Hz with a sound absorption coefficient on frequency is 3.98%, 6,31% , 10.72% and 5.01%, while its mechanical properties: compressive strength of 1.89 MPa, strength and hardness at 1161 J/m2 (hardness) 105 HVN

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

v viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Bangunan Beton

1.1.2. Ijuk

1

1

2

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Batasan Masalah 3

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Hipotesa Penelitian 3

1.6. Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Beton 4

2.1.1. Batako 4

2.1.2. 2.1.3. 2.1.4. 2.1.5. 2.1.6. 2.1.7. Beton Ringan Semen

Semen Portland Pozolan

Pasir Air Agregat 5 6 7 8 8 8

2.2. Karakterisasi Beton Ringan 10

(13)

2.4. Bunyi

2.4.1. Gelombang Bunyi

2.4.2. Cepat Rambat Gelombang Bunyi

2.4.3. Intensitas dan Taraf Intensitas Bunyi

2.4.4. Pemantulan Bunyi

11

12

13

13

13

2.5. Akustik

2.5.1. Akustika

2.5.2. Kebisingan (noise)

2.5.3. Penyerapan Bunyi (sound absorbing)

15

16

16

18

2.6. Karakteristik Bahan

2.6.1. Densitas

2.6.2. Serapan Air

2.6.3. Kemampuan Redam Suara

2.6.4. Kuat Tekan

2.6.5. Kuat Pukul (impact) 2.6.6. Kekerasan 19 19 20 20 20 21 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 22

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Bahan Baku

3.2.2. Peralatan

22

22

22

3.3. Rancangan Penelitian 24

3.4. Variabel Yang Diamati 25

3.5. Pengujian Sampel Batako Serat Ijuk 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31

4.1. Densitas 31

4.2. Penyerapan Air 33

4.3. Daya Redam Suara 34

4.4. Kuat Tekan 43

4.5. Kuat Impak 44

(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 47

5.1. Kesimpulan 47

5.2. Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 49

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Halaman

2.1.

2.4.

2.4.4.

2.4.5.

3.1.

Jenis-jenis Semen Portland

Kecepatan Bunyi dan Suhu

Kemampuan Redam Partisi atau Dinding

Koefisien Penyerapan Beberapa Bahan

Komposisi Beton Ringan dalam Persentase Massa

7

12

15

19

(16)

2.1. 2.2. 3.1. 3.2. 3.3. 4.1.1. 4.2.1. 4.3.1. 4.3.2. 4.3.3. 4.3.4. 4.3.5. 4.3.6. 4.3.7. 4.4.1 4.5.1. 4.6.1

Perbandingan Tingkat Bunyi Beberapa Sumber

Pemnatulan Energi Bunyi Pada Material

Diagram Alir Preparasi Beton Ringan

Prinsip Penimbangan Massa di dalam Air

Pengujian Redam Suara

Grafik Persentase Ijuk Terhadap Densitas

Grafik Persentase Ijuk Terhadap Serapan Air

Grafik Frekuense Sumber-Sound Level 0% Ijuk

Grafik Frekuense Sumber-Sound Level 1% Ijuk

Grafik Frekuense Sumber-Sound Level 2% Ijuk

Grafik Frekuense Sumber-Sound Level 3% Ijuk

Grafik Frekuensi Sumber-Sound Level 4% Ijuk

Grafik Frekuense Sumber-Sound Level 5% Ijuk

Grafik Hubungan Variasi Komposisi Ijuk 0% - 5%

terhadap Koefisien Absorbsi

a. Frekuensi 125 Hz

b. Frekuensi 250 Hz

c. Frekuensi 500 Hz

d. Frekuensi 1000 Hz

e. Frekuensi 1500 Hz

f. Frekuensi 2000 Hz

Grafik Persentase Ijuk Terhadap Kuat Tekan

Grafik Persentase Ijuk – Impak

Grafik Persentase Ijuk Terhadap Kekerasan

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran J u d u l Halaman

1

2

3

4

5

6

7

8

Data Untuk Menghitung Densitas

Data Untuk Menghitung Serapan Air

Data Untuk Menghitung Kuat Tekan

Data Untuk Menghitung Impak

Data Kekerasan

Data Untuk Menhitung Absorbsi 0% Ijuk

Daftar Gambar

Tabel Absorbsi 0% - 5% Ijuk

51

52

53

54

55

56

58

(18)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN

DENGAN CAMPURAN IJUK SEBAGAI BAHAN PENGISI

YANG DIRENCANAKAN UNTUK KONSTRUKSI

DINDING PEREDAM SUARA

ABSTRAK

Telah dilakukan pembuatan batako ringan campuran dari serat ijuk-semen. Variasi rasio serat ijuk terhadap pasir adalah 80 : 0 , 79 : 1 , 78 : 2 , 77 : 3 , 76 : 4 dan 75 : 5 dalam persentase massa dengan waktu pengerasan selama 28 hari.Parameter pengujian yang dilakukan meliputi;densitas,penyerapan air,redaman suara,kuat tekan,kuat pukul dan kekerasan.Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa batako ringan dengan variasi komposisi terbaik adalah 5 % serat ijuk dan 75 % pasir,jumlah semen tetap 20 % dan waktu pengeringan selama 28 hari.Pada komposisi tersebut,batako ringan yang dihasilkan memiliki sifat fisis sebagai berikut: densitas 1,48 g/cm3 , penyerapan air

18,31 % , menyerap suara pada frekuensi 250 Hz , 500 Hz , 1000 Hz dan 1500 Hz dengan koefisien serap suara pada frekuensi tersebut 3,98 % , 6,31 % , 10,72 % dan 5,01 %,sedangkan sifat mekanisnya:kuat tekan 1,89 MPa,kuat pukul 1161 J/m2 dan kekerasan (hardness) 105 HVN

(19)

THE MANUFACTURE AND CHARACTERIZATION OF

LIGHTWEIGHT BRICK BY A MIXTURE OF

PALM FIBER AS THE ADDITIVE PLANNED

FOR SOUND ABSORBER MATERIALS

ABSTRACT

Lightweight concrete brick has been making from a mixture of palm fiber-cement. The ratio of sand palm fiber is 80: 0, 79: 1, 78: 2, 77: 3, 76: 4 and 75: five in the percentage of the mass with curing times for 28 day.Parameters test conducted include; density, water absorption , sound attenuation, strong press, a strong beat, and hardness.Test results showed that the lightweight concrete brick with the best composition variation is 5% fiber roofed and 75% sand, 20% fixed amount of cement and drying time during the 28 day. Composition, adobe light produced has the following physical properties: density 1.48 g/cm3, the water absorption 18.31%, to absorb sound at a frequency of 250 Hz, 500 Hz , 1000 Hz and 1500 Hz with a sound absorption coefficient on frequency is 3.98%, 6,31% , 10.72% and 5.01%, while its mechanical properties: compressive strength of 1.89 MPa, strength and hardness at 1161 J/m2 (hardness) 105 HVN

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1 Bangunan Beton

Pada bangunan beton, baik bangunan rumah tempat tinggal, gedung

pertemuan, hotel, bangunan rumah ibadah, ruang seminar dan lain-lain sering

digunakan batu bata merah atau batako biasa tanpa memperhatikan densitas dan

kemampuan redam suara bahan-bahan tersebut. Pada umumnya bata beton di

pasaran (bata konvensional) memiliki densitas rata-rata lebih besar dari 2000

kg/m3 (Simbolon. T 2009) dan kemampuan redam suara 45 – 50 dB pada

frekuensi 500 Hz (Christina E.Mediastika 2009), sehingga akhirnya menimbulkan

permasalahan pada saat digunakan karena menimbulkan gaung, bahkan kalau

terjadi gempa menimbulkan kerusakan parah maupun korban yang hebat. Densitas

bata yang besar juga menyebabkan pemasangannya menjadi lebih lambat. Oleh

karena itu perlu dipikirkan dan dibuat bahan-bahan material bangunan, misalnya

bata ringan yang densitasnya lebih kecil (<1800

kg/m3);(file///G/beton-ringan-pdf.htm,15 Januari 2010) dan kemampuan redam suaranya lebih besar (>50 dB);

sehingga dengan demikian dapat digunakan untuk bangunan beton yang lebih

aman terhadap gempa dan juga tidak menimbulkan kebisingan (noice) akibat pemantulan bunyi yang terlalu besar untuk ruang pertemuan, konser music, ruang

ibadah, gedung bioskop dan rumah tempat tinggal. Salah satu cara untuk

mendapatakan material bangunan yang dimaksud diatas adalah dengan cara

(21)

1.1.2. Ijuk

Ijuk adalah serat alami dihasilkan oleh pohon aren yang banyak tumbuh

baik secara liar maupun dibudidayakan di Indonesia. Ijuk banyak digunakan

secara tradisional untuk pembuatan sapu.,tali, penyaring air, dan sedikit untuk

atap. Ijuk merupakan serat terkuat yang ada di Indonesia dan mempunyai massa

jenis yang cukup kecil sekitar 0,82 - 1,13 gr/cm3.

(http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option...;Karakt

erisasi), ijuk juga ternyata cukup bagus untuk meredam suara, disamping itu ijuk

juga tidak mudah lapuk, bahkan tahan sampai ratusan tahun, tahan terhadap air

tawar dan air laut. Oleh karena itu besar kemungkinan bahwa ijuk dapat

dimanfaatkan sebagai campuran pembuatan bata ringan peredam suara dengan

densitas <1800 kg/m3 dan kemampuan redam suara > 50 dB. Jika hal ini dapat

dilakukan tentunya sangat menguntungkan bagi dunia konstruksi bangunan,

dimana didapatkan bata ringan dari campuran ijuk yang sekaligus juga dapat

meredam suara. Sehingga proses pemasangan instalasi akan semakin cepat dan

beban bangunan tidak terlalu berat.Ijuk tersedia cukup banyak diseluruh wilayah

Indonesia sehingga mudah untuk mendapatkannya. Ijuk yang baik digunakan

adalah ijuk yang berusia minimal lima tahun.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana teknik pembuatan bata beton ringan dengan menggunakan

agregat ringan serat ijuk.

2. Bagaimana pengaruh ratio serat ijuk dan semen dalam pembuatan bata

beton ringan terhadap sifat fisik (karakteristik)nya, yaitu kekuatan

mekanik dan kemampuan redam suara dibandingkan dengan bata

konvensional

3. Bagaimana keuntungan ekonomi penggunaan bata beton ringan

(22)

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini dibatasi pada pengujian sifat mekanik

dan sifat fisis dari pembuatan bata ringan dengan menggunakan agregat serat ijuk.

Kekuatan mekanik yang diuji : Kuat pukul (impak), kuat tekan dan kekerasan

Sifat fisis yang diuji: densitas, serapan air dan kemampuan redam suara.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Karakterisasi dan fabrikasi bata beton dengan menggunakan agregat ringan

serat ijuk

2. Mengetahui pengaruh variasi perbandingan (ratio) serat ijuk dan semen

terhadap karakteristik bata beton ringan (densitas,serapan air,daya redam

suara,kuat tekan, kuat patah,dan kekerasannya).

3. Mengkaji keuntungan ekonomi penggunaan beton berbasis serat ijuk.

1.5. Hipotesis

Pemanfaatan serat ijuk sebagai agregat dalam pembuatan bata beton dapat

dihasilkan bata beton ringan dengan densitas < 1800 kg/m3 dan kemampuan serap

bunyi lebih besar dari beton biasa. Perubahan ratio serat ijuk dan semen akan

memberikan pengaruh karakteristik batako ringan secara signifikan.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi

pengetahuan tentang karakterisasi dan pemanfaatan serat ijuk untuk pembuatan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beton 2.1.1 Batako

Kebutuhan batu bata untuk bahan bangunan yang semakin meningkat dapat

menyebabkan berkurangnya lahan pertanian.Jika hal ini dibiarakan terus menerus

tanpa mencari alternative lain untuk menggantikan batu bata akhirnya akan

menimbulkan kerusakan tanah dan lahan pertanian sehingga produksi pangan

akan menurun. Batako sebagai alternatif pengganti bata merah untuk bangunan

dinding diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Batako merupakan

bahan bangunan yang berupa bata cetak yang tersusun dari komposisi antara pasir,

semen portland dan air dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir. Batako difokuskan

sebagai konstruksi-konstruksi dinding bangunan non struktural. Bentuk dari

batako/batu cetak itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu batu cetak yang berlubang

(hollow block) dan batu cetak yang tidak berlubang (solid block) serta mempunyai

ukuran yang bervariasi. Supribadi (1986: 5)yang dikutip oleh Wijanarko,W 2008

menyatakan bahwa batako adalah “Semacam batu cetak yang terbuat dari

campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan campuran semen, kapur,

pasir dan ditambah air yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi

balok-balok dengan ukuran tertentu”.Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di

Indonesia (1982) pasal 6, “Batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan

memelihara dalam kondisi lembab”. Menurut SNI 03-0349-1989, “Conblock

(concrete block) atau batu cetak beton adalah komponen bangunan yang dibuat

dari campuran semen portland atau pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan

tambahan lainnya (additive), dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat

dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding”. Sedangkan Frick

Heinz dan Koesmartadi (1999: 96) yang dikutip oleh Wijanarko,W 2008

(24)

batako (bata yang dibuat secara pemadatan dari trass, kapur, air)”. Dari beberapa

pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian batako adalah salah

satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar

dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam

pembuatannya dapat ditambahkan dengan jerami sebagai bahan pengisi antara

campuran tersebut atau bahan tambah lainnya (additive). Kemudian dicetak

melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran

tertentu dan ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar

matahari langsung atau hujan.

2.1.2 Beton Ringan ( Lightweight Concrete )

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengurangi berat jenis

beton atau membuat beton lebih ringan antara lain adalah sebagai berikut

(Tjokrodimuljo,1996) :

(1) Dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam adukan semen

sehingga terjadi banyak pori-pori udara di dalam betonnya. Salah satu

carayang dapat dilakukan adalah dengan menambah bubuk alumunium

kedalam campuran adukan beton.

(2). Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu apung

atau agregat buatan sehingga beton yang dihasilkan akan lebih ringan dari

pada beton biasa.

(3) Dengan cara membuat beton tanpa menggunakan butir-butir agregat halus

atau pasir yang disebut beton non pasir.

Secara garis besar bila diringkas pembagian penggunaan beton ringan dapat

dibagi tiga yaitu (Tjokrodimuljo,1996) yang dikutip Wijanarko,W 2008:

(1). Untuk nonstruktur dengan densitas antara 240 kg/m3 sampai 800 kg/m3 dan

kuat tekan antara 0.35 MPa sampai 7 MPa yang umumnya digunakan seperti

untuk dinding pemisah atau dinding isolasi.

(2). Untuk struktur ringan dengan densitas antara 800 kg/m3 sampai 1400 kg/m3

dan kuat tekan antara 7 MPa sampai 17 MPa yang umumnya digunakan

(25)

(3) Untuk struktur dengan densitas antara 1400 kg/m3 sampai 1800 kg/m3 dan kuat

tekan lebih dari 17 MPa dapat digunakan sebagaimana beton normal.

Pustaka jenis beton ringan :densitas (kg/m3) kuat tekan (MPa) Dobrowolski

(1998) adalah sebagai berikut :

- Beton dengan densitas rendah (Low-Density concretes) 240 – 800 kg/m3dan

0,35 – 6,9 MPa

- Beton dengan kekuatan menegah (Moderate-Trength Lighweight Concretes)

800 – 1440 kg/m3 dan 6,9 – 17,3 MPa

- Beton ringan struktur (Structural Lightweight Concretes) 1440 – 1900 kg/m3

dan ,> 17,3 MPa

Neville and Brooks (1987) yang dikutip Wijanarko,W 2008

-.Beton ringan struktur (Structural Lightweight Concretes) 1400 – 1800 kg/m3 dan

> 17 MPa.

- Beton ringan untuk pasangan batu (Masonry Concrete) 500 – 800 kg/m3 dan 7 –

14 MPa.

- Beton ringan penahan panas (Insulating Concrete) < 800 kg/m3 dan 0,7 –7 MPa

Dalam pembuatan batako pada umumnya bahan yang digunakan adalah pasir,

semen dan air atau tanpa bahan tambahan. Berikut ini akan dijelaskan sekilas

mengenai bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan batako.

2.1.3. Semen

Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan kohesif

yang memungkinkan melekatnya fragmem – fragmen mineral menjadi suatu

massa yang padat. Secara kimia semen dicampur dengan air (hydration) untuk dapat membentuk massa yang mengeras, semen semacam ini di sebut semen

hidrolis atau sering disebut semen Portland. Massa jenis semen antara 3 sampa 3,5

kg/m3(http://tatang-wibawa.blogspot.com/ diakses 27 Mei 2010). Semen bila

terkena air berubah menjadi keras setelah kering seperti batu.Oleh karena itu

sangat perlu diperhatikan antara perbandingan air dan semen atau faktor air

(26)

pedoman beton 1989 disyaratkan bahwa semen porland untuk pembuatan beton

harus merupakan jenis-jenis yang memenuhi syarat SNI 0013 -81”Mutu dan uji

semen” yang klasifikasinya tertera pada tabel dibawah ini

Tabel 2.1 jenis – jenis semen portland

Sumber: http://tatang-wibawa.blogspot.com/ 27 Mei 2010 Jenis semen Karakteristik umum

Jenis I Semen portland yang digunakan untuk tujuan umum Jenis II Semen portland yang penggunaannya memrlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Jenis III Semen portlandyang penggunaannya memerlukan persyaratan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.

Jenis IV Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut panas hidrasi yang rendah

Jenis V Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut ketahanan yang kuat terhadap sulfa

2.1.4. Semen Portland Pozolan

Semen portland pozolan adalah suatu bahan pengikat hidrolis yang di buat

dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama,atau

mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan atau

gabungan antara menggiling dan mencampur,dimana kadar pozolan 15 % sampai

40 % massa semen portland pozolan.Selama penggilingan atau pencampuran

dapat di tambahkan bahan- bahan lain selama tidak mengakibatkan penurunan

mutu.Bahan yang mempunyai sifat pozolan adalah bahan yang mengandung

senyawa silica aluminium dimana bentuknya halus dan dengan adanya air, maka

senyawa – senyawa ini akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroaksida

pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen.

(Zulfikar Syaram 2010)

2.1.5. Pasir

Agregat yang digunakan untuk pembuatan beton ringan ini adalah pasir

(27)

Adapun kegunaan pasir ini adalah untuk mencegah keretakan pada beton apabila

sudah mengering. Karena adanya pasir akan mengurangi penyusutan yang terjadi

mulai dari percetakan hingga pengeringan.Pasir ini memang sangat penting dalam

pembuatan beton ringan, tapi apabila kadarnya terlalu besar akan mengakibatkan

kerapuhan jika sudah mongering. Ini disebabkan daya rekat antara partikel –

partikel berkurang dengan adanya pasir dalam jumlah yang besar, sebab pasir

tersebut tidak bersifat perekat akan tetapi hanya sebagai pengisi (Filler).Pasir yang baik di gunakan untuk pembuatan beton ringan berasal dari sungai dan untuk

pasir dari laut harus di hindarkan karena dapat mengakibat perkaratan dan masih

mengandung tanah lempung yang dapat membuat batako menjadi retak

(Simbolon.T.2009.)

2.1.6. Air

Air juga sangat berperan penting dalam proses pembuatan beton ringan yang

kegunaanya untuk melunakkan campuran agar bersifat plastis. Air yang di

gunakan adalah air bersih yang terhindar dari asam dan limbah. Air minum yang

di kota relatif bebas dari bahan – bahan kimia atau bahan – bahan lainnya yang

dapat merugikan beton ringan. Jadi air harus di pilih agar tidak mengandung

kotoran – kotoran yang dapat mempengaruhi mutu dari batako

ringan(Simbolon.T.2009)

2.1.7. Agregat

Pembagian agregat sangat menolong dalam memperbaiki keawetan serta

stabilitas volume dari beton ringan. Karakteristik fisik dari agregat dalam

beberapa hal komposisi kimianya dapat mempengaruhi sifat – sifat beton ringan

dalam keadaan palstis maupun dalam keadaan telah mengeras dengan hasil – hasil

yang berbeda. Berikut ini merupakan jenis – jenis agregat(Simbolon.T.2009):

1. Agregat Biasa

Jenis ini dapat di gunakan untuk tujuan umum dan menghasilkan beton

(28)

pasir dan kerikil yang dapat di proleh dengan cara ekstraksi dari batuan alluvial

dan glasial. Pasir dan kerikil dapat juga di peroleh dengan cara menggali dari

dasar sungai dan laut. Dalam penggunaan untuk beton ringan pasir yang di

gunakan berasal dari sungai dan harus dicuci untuk menghilangkan sifat kimia

yang dapat mengakibatkan terjadinya pelapukan (Simbolon.T.2009)

2.Agregat Berat

Jenis ini dapat digunakan secara efektif dan ekonomis untuk jenis beton

menahan radiasi, sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap sinar – x,

Gamma dan Neutron. Evektifitas beton berat dengan massa jenis antara 4 gr/cm3

-5gr/cm3 bergantung dari jenis agregatnya(Simbolon.T.2009).

3.Agregat Ringan

Jenis ini dipakai untuk menghasilkan beton rinagn dalam sebuah bangunan

yang beratnya sendiri sangat menentukan. Agregat ringan digunakan dalam

bermacam- macam produk beton berkisar antara bahan isolasi sampai pada beton

bertulang atau beton pra-tekan, sungguhpun penggunaanya yang paling banyak

dalam pembuatan blok – blok beton pracetak. Beton yang di gunakan dengan

agregat ringan mempunyai sifat tahan api yang baik. Agregat ini mempuyai pori

sangat banyak, sehingga daya serapnya jauh lebih besar di bandingkan dengan

daya serap agregat lainnya. Oleh karena itu penakaiannya harus di lakukuan

secara Volumetrik. Massa jenis agregat ringan berkisar antara 0,5 gr/cm3- 1,5

gr/cm3. Dalam penelitian ini menggunakan 2 jenis agregat biasa (pasir) dan

agregat ringan Serat ijuk.(Simbolon.T.2009)

2.2. Karakterisasi Beton Ringan

Beton disebut beton ringan jika beratnya kurang dari 1800 kg/m3

(29)

yang di buat terdiri dari bahan matriks pasir silika yang diayak hingga lolos

ayakan . Perbandingan persentase massa semen, pasir dan serat ijuk di buat dengan komposisi yang bervariasi dengan perbandingan 20:80:0 , 20:79:1 ,

20:78:2 , 20:77:3 , 20:76:4 , 20:75:5. Bahan binder dipilih adalah semen Portland

dengan komposisi tetap (20 % massa).Prosedur pembentukan beton ringan

dilakukan dengan cara mencampur dan mengaduk bahan baku (pasir + Serat ijuk + semen Portland) hingga tercampur merata. Kemudian dilakukan pencetakan,lalu dikeringkan dengan cara di biarkan ditempat udara terbuka

selama 28 hari.Adapun karakteristik yang akan diuji adalah densitas,serapan

air,daya redam suara,kuat tekan,kuat pukul (impak) dan kekerasan.(Maydayani

2009)

2.3. Beton Serat ijuk

Bahan beton Serat ijuk ringan di buat dari air, semen, pasir dan Serat ijuk

Penggunaan Serat ijukdalam beton dapat di anggap sebagai udara yang terjebak

Namun keuntungan menggunakan Serat ijuk dibandingkan menggunakan rongga

udara dalam beton berongga adalah Serat ijuk mempunyai kekuatan tarik. Dengan

demikian selain membuat beton menjadi ringan, dapat juga bekerja sebagai serat

yang meningkatkan kemampuan kekuatan dan khususnya daktilitas beton.

Kerapatan beton atau berat jenis beton dengan campuran Serat ijuk dapat diatur

dengan mengontrol jumlah campuran Serat ijuk dalam beton. Semakin banyak

Serat ijuk yang di gunakan dalam beton maka akan menghasilkan beton dengan

berat jenis yang lebih kecil. Namun kuat tekan beton yang di peroleh tentunya

akan lebih rendah dan hal tersebut harus di sesuaikan dengan kegunaannya seperti

untuk struktur, stuktur ringan atau hanya untuk dinding pemisah yang secara

umum disebut non struktur.Telah dilakukan karakterisasi serat ijuk pada papan

komposit ijuk serat pendek untuk mengetahui apakah papan komposit ijuk serat

pendek dapat digunakan sebagai perisai radiasi neutron. Dari karakteristik serat

ijuk yang dilakukan diperoleh massa jenis serat ijuk 1,136 gram/cm3, kandungan

kimia berupa kadar air 8,90 % ; selulosa 51,54 % ; hemiselulosa 15,88 % ; lignin

(30)

menggunakan Analisis Aktivasi Neutron (AAN) diperoleh kandungan unsur :

Cl-38, Mn-56, K-42, Br-82, La-140, Cr-51, Fe-59, Hg 203 Sc-46 dan Zn-65. Pada

pengujian papan komposit diperoleh bahwa kekuatan impak tidak dipengaruhi

massa serat tetapi panjang serat sedangkan daya serap papan komposit ijuk

terhadap neutron tidak tergantung panjang serat tetapi massa serat.

(http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option...:karakte

risasi oleh Evi Christiani.S di akses 15 Januari 2010).Secara umum di bandingkan

dengan bahan dinding yang biasa di pakai yaitu batu bata, batako Serat ijuk

mempunyai berbagai keunggulan dan keuntungan sebagai berikut:

1) Lebih mudah dalam pengangkutan dan pemasangan.

2) Karena berat batako yang ringan, proses pemasangan dinding yang

lebih cepat sehingga dapat di lakukan efisiensi waktu pengerjaan.

3) Selain proses pemasangan yang cepat batako ringan juga dapat

menghemat biaya struktur pemikul beban seperti pondasi, kolom, serta

balok.

4) Sifatnya yang lebih daktail karena Serat ijuk adalah bahan yang

compressible. (Warih Pambudi 2005)

5) Sangat cocok untuk perumahan di daerah tanah lunak, daerah rawan

gempa dan bangunan tinggi.

2.4. Bunyi (sound)

Bunyi adalah gelombang getaran mekanik dalam udara atau benda padat

yang masih bisa ditangkap telingah normal manusia dengan rentang frekuensi

antara 20 – 20.000 Hz.. Kepekaan telinga manusia terhadap rentang ini semakin

menyempit sejalan dengan pertambahan umur. Bunyi udara (airbone sound)

adalah bunyi yang merambat lewat udara sedangkan bunyi struktur (structural sound) adalah bunyi yang merambat melalui struktur bangunan. Kecepatan rambat bunyi (sound velocity) adalah kecepatan rambat bunyi pada suatu media, diukur dengan m/dtk. Kecepatan bunyi adalah tetap untuk kepadatan media

(31)

bunyi diudara adalah 340 m/dt.Berikut ini dapat dilihat dalam tabel kecepatan

[image:31.595.170.460.203.335.2]

bunyi terhadap suhu udara.(Satwiko.P 2008)

Tabel 2.4 Kecepatan bunyi dan suhu(Satwiko.P 2008)

suhu ( 0C) kecepatan (m/dtk)

-20

0

20

30

319,3

331,8

343,8

349,6

2.4.1. Gelombang Bunyi.

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi karena

energy membuat (partikel) udara merapat dan merenggang,dengan cara ini pula

energy dirambatkan keseluruh ruang.Jika partikel udara tidak ada (ruang vakum)

bunyi tidak akan menjalar dan tidak terdengar karena tidak ada medium yang

dapat merambatkan energinya.(Mohammad Ishaq 2007)

2.4.2. Cepat Rambat Gelombang Bunyi.

Cepat rambat gelombang bunyi melalui penurunan rumus didapat

(Mohammad Ishaq 2007):

V =

K

/

ρ v = kecepatan gelombang bunyi (m/s)

K = modulus Bulk

ρ

= massa jenis udara(kg/m3)

Dengan : K = P.

Dari : PV = nRT, maka : K= nRT.

/

V
(32)

R = tetapan gas umum = 8,314 J/mol

T = suhu gas (K)

M = massa molekul relative gas.(kg/k.mol)

2.4.3. Intensitas dan Taraf Intensitas Bunyi

Intensitas bunyi didefenisikan sebagai daya perswatuan luas(Mohammad

Ishaq 2007)

Rumus: I = P

/

A I = Intensitas bunyi (W/m2)

P = daya bunyi (W)

A = luas permukaan bola (m2)

Semakin jauh bunyi merambat,maka intensitasnya semakin berkurang

dengan hubungan:

I

2=(

r

1

/

r

2)2.

I

1

I1 = intensitas mula-mula

r

r= jarak mula-mula

I2 = intensitas ke dua

r

2= jarak kedua

Taraf Intensitas Bunyi dapa dihitung dengan persamaan berikut:

= 10 log ( I

/

Io ) = taraf intensitas bunyi (dB)

Io= intensitas ambang (W/m2 )

I = intensitas dating (W/m2)

2.4.4. Pemantulan Bunyi

Dalam kehidupan sehari-hari yang selama ini kita pahami,ketika perjalanan

suatu objek terhalang oleh bidang pembatas, maka besar kemungkinan objek

tersebut akan terpental atau terpantul. Kecepatan perjalanan/ perambatan dan

karakteristik bidang pembatas (kepadatan/tingkat keras,bentuk,tingkat kehalusan

permukaan) akan menentukan besar atau arah pantulan. Pada kasus gelombang

bunyi, kecepatan perambatan juga menunjukkan frekuensi gelombang bunyi

(33)

nilainya kecil (kemampuan pantul mendekati 0), sampai yang besar (mendekati

1). Kemampuan pantul dihitung dari banyaknya energi bunyi yang dipantulkan

dibandingkan keseluruhan energi bunyi yang mengenai permukaan

tersebut.Pemantulan oleh bidang-bidang batas yang membentuk ruang dapat

dibedakan menjadi 3, yaitu yang bersifat aksial, tangensial dan obliq (axial, tangential dan oblique). Pemantulan aksial adalah jenis pemantulan yang sebaiknya dihindari karena merupakan pantulan bolak-balik yang mengganggu.

Pada pemantulan aksial, gelombang bunyi mengenai permukaan dan segera

dipantulkan kembali dengan kuat ke permukaan yang tepat sejajar berada di

depannya. Sebagai contoh, pemantulan berulang antara lantai dan plafon yang

mendatar atau dinding yang saling berhadapan. Sementara pada pemantulan

tangensial dan obliq, pantulan tidak dikembalikan kearah yang berlawanan 1800,

namun ke permukaan yang bersisian. Pada tangensial pemantulan terjadi secara

horizontal dan menyentuh empat elemen pembatas ruangan.Selain terjadinya

gelombang bunyi yang terpantul oleh karena adanya bidang pembatas, pada suatu

keadaan tertentu, bidang pembatas dapat juga menyerap sebagian energi bunyi

yang datang. Penyerapan yang terjadi oleh bidang pembatas sangat bergantung

pada keadaan permukaan bidang pembatas (kerapatan/kepadatan) dan jenis

frekuensi bunyi yang datang. Semua material yang digunakan sebagai pembatas

memiliki kemampuan menyerap, meski besarnya berbeda-beda. Kemampuan

setiap material ditentukan oleh koefisien serap (absorpsi), yaitu banyaknya energi

bunyi yang diserap dibandingkan keseluruhan energi bunyi yang mengenai

pembatas. Energi bunyi yang diserap akan berubah menjadi kalor di dalam

material tersebut, meski kalor yang terjadi itu tidak dapat dirasakan melalui

rabaan tangan secara langsung, karena energi yang dimiliki gelombang bunyi

sangat kecil (sebagai contoh energi bunyi manusia yang berteriak hanya berkisar

1m Watt Meski secara teoritis koefisien serap material berada pada angka 0 s/d 1

(nilai 0 untuk material yang sama sekali tidak menyerap dan nilai 1 untuk yang

sangat menyerap). Namun pada praktiknya hampir semua material bangunan

memiliki kemampuan serap, bahkan kaca yang dianggap sebagai material keras

(34)

frekuensi 2000 Hz), dan terus membesar untuk frekuensi yang lebih

rendah(Christina E.Mediastika. 2009).Kemampuan redam bunyi dari beberapa

partisi dari tabel berikut:

Tabel 2.4.4

Kemampuan redam partisi atau dinding.(Christina E.Mediastika 2009) No Konstruksi Massa (Kg/m2) Kemampuan redam (STC*500 Hz dalam (Db)

1. Batu Bata diplester kedua sisinya 300 – 400 45 – 50

(tebal konstruksi 15 cm)

2. Batu kali tebal konstruksi 60 cm 1370 56

3. Gipsum board tebal 1 cm 8 26

4. Gipsum board tebal 1,25 cm 10 28

5. Gipsum board tebal 1,6 cm 13 29

2.5. AKUSTIK

Penataan bunyi pada bangunan merupakan dua tujuan, yaitu untuk

kesehatan dan untuk kenikmatan.Penataan bunyi melibatkan empat elemen yang

harus dipahami yaitu sumber bunyi (Sound soyrce), penerima bunyi (receiver), media dan gelombang bunyi (soundwave). Sumber bunyi dapat berupa benda yang bergetar, misalnya tali suara manusia, senar gitar, loudspeaker, tepuk tangan. Penerima bunyi dapat berupa telinga manusia maupun micropon. Media adalah

sarana bagi bunyi untuk merambat, dapat berupa gas, zat cair, maupun zat padat.

Tanpa media maka gelombang bunyi tidak akan dapat merambat dari sumber ke

penerima bunyi.Gelombang bunyi dapat merambat langsung melalui udara dari

sumbernya ke telinga manusia. Selain itu, sebelum sampai ke telinga manusia,

gelombang bunyi dapat juga terpantul–pantul terlebih dahulu oleh permukaan

bangunan, menembus dinding atau merambat melalui bangunan. Perjalanan bunyi

(35)

bunyi tersebut. Oleh karena itu pengolahan jalan bunyi tadi menjadi sangat penting untuk mendukung pengolahan bunyi agar sesuai keinginan penerima bunyi. Pemilihan bentuk, orientasi dan bahan permukaan ruang akan menentukan

karakter jalan bunyi yang kemudian juga menentukan karakter bunyi.(Satwiko.P 2008)

2.5.1. Akustika (acoustics)

Akustika adalah ilmu tentang bunyi. Akustika sering dibagi menjadi

akustika ruang (room acoustics) yang menangani bunyi-bunyi-bunyi yang dikehendaki dan kontrol kebisingan (noise control) yang menangani bunyi-bunyi yang tidak terkehendaki.

2.5.2. Kebisingan ( noise)

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau gangguan.

Gangguan bunyi hingga tingkat tertentu dapat diadaptasi oleh fisik, namun syaraf

terganggu. Ambang bunyi (threshold of audibility) adalah intensitas bunyi sangat lemah yang masih didengar telingah manusia, berenergi 10-12 W/m2. Ambang

bunyi ini disepakati mempunyai tingkat bunyi 0 dB. Ambang sakit (threshold of poin) adalah kekuatan bunyi yang menyebabkan sakit pada telinga manusia, berenergi 1 x 10-12 W/m2.Kriteria kebisingan ( Noise Criterion ; NC: disebut juga bunyi latar yang diperkenankan agar aktivitas tak terganggu) adalah tingkat

kebisingan terendah yang dipersyaratkan untuk ruang tertentu menurut fungsi

utamanya

Pengurangan kebisingan ( Noise Reduction; NR) adalah pengurangan kekuatan bunyi, diukur dalam dB. Kriteria pengurangan kebisingan ( Noise Reduction Criteria; NRC) merupakan perhitungan rata-rata, dibulatkan ke bilangan terdekat 0,05, antara 250, 500, 1000, 2000. Informasi NRC biasanya menyertai papan

akustik (Satwiko,P.2008).Tingkat kebisingan yang diperbolehkan(acceptable noice level) adalah tingkat kebisingan yang diperkenankan terjadi di suatu ruangan agar aktivitas (fungsi) tidak terganggu.Ruang tidur di rumah

(36)

menyebabkan gangguan(Satwiko.P 2008).Perbandingan tingkat bunyi beberapa

[image:36.595.123.490.198.640.2]

sumber dapat dilihat dari gambar 2.1.berikut ini

Gambar 2.1 Perbandingan tingkat bunyi beberapa sumber.(Satwiko.P 2008)

(37)

Serapan (absorption) adalah perbandingan antara energi yang tidak dipantulkan kembali dengan energi keseluruhan yang datang.

Energi datang

Energi yang terpantul

[image:37.595.185.514.173.410.2]

Energi yang diteruskan Energi yang diserap

Gambar.2.2. Pemantulan energi bunyi pada material(Satwiko.P 2008)

Penyerapan bunyi (sound-adsorbing), kemampuan suatu bahan untuk meredam bunyi yang datang, dihitung dalam persen, atau pecahan bernilai 0≤α ≤1. Nilai 0 berarti tidak ada peredaman bunyi ( seluruh bunyi yang datang dipantulkan sempurna). Sedangkan nilai 1 berarti bunyi yang datang diserap seluruhnya ( tidak ada yang dipantulkan ). Jendela yang terbuka dianggap mempunyai α = 1 karena

seluruh bunyi tidak dipantulkan. (Satwiko.P,2008).

Menurut ISO 11654 suatu bahan dapat dikatagorikan sebagai peredam

suara jika mempunyai koefisien absorpsi minimal 0.15 (“Disain Peredam Suara

Berbahan Dasar Sabut Kelapa dan Pengukuran Koefisien Penyerapan Bunyinya”

oleh Ainie K, dkk 2010 ;file:///F:/Sabut Kelapa.htm.diakses 28 juni 2010).

Penyerapan koefisien - α - untuk beberapa bahan umum dapat ditemukan pada

tabel 2.4.5.berikut ini:

(38)

Coefficient ( α )

Plester dinding (Plaster walls) 0.01 - 0.03 Dicat tembok (Unpainted brickwork) 0.02 - 0.05 Painted bata (Painted brickwork) 0.01 - 0.02 Panel Kayu Lapis 3 mm(3 mm plywood panel) 0,1 - 0,2 Lembaran gabus 6 mm(6 mm cork sheet) 0,1 - 0,2 Lembaran karet berpori 6 mm(6 mm porous rubber sheet) 0,1 - 0,2

Sumber: http://www engineeringtoolbox.com/acoustic-sound-absorption-d_68.htm ( 11 Juni 2010)

2.6. Karakteristik Bahan 2.6.1. Densitas

Untuk pengukuran densitas batako menggunakan metode Archimedes

mengacu pada standard ASTM C 134-95 dan dihitung dengan persamaan berikut

(Juwairiah,2009):

(

)

⎟⎟⎠⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ − − = k g s PC m m mb m

ρ X ρair ( 2.1.)

Dimana :

ms = massa sample kering (gr)

mb= massa sample setelah di rendam (gr)

mg = massa sample digantung didalam air (gr)

mk = massa kawat penggantung (gr)

ρ

air = densitas air = 1(gr/cm3)
(39)

Pengukuran serapan air ( water absorption ) beton ringan ( WA ) mengacu pada standar ASTM C 20 – 00 dan dihitung menggunakan persamaan berikut :

x100%

M M M WA k k j

= (2.2)

Dengan: Mk = Massa benda di udara (gram)

Mj = Massa benda dalam kondisi jenuh (gram)

2.6.3. Kemampuan Redam Suara

Untuk mengukur kemampuan redam suara diperlukan sinyal generator yang

frekuensinya dapat diatur dan loudspeaker untuk menghasilkan suara dari sinyal

generator.Taraf Intensitas suara yang keluar dari loudspeaker tersebut di ukur

dengan alat Sound Level Meter,kemudian suara tersebut dilewatkan melalui kotak

batako.kemudian diukur lagi taraf Intensitasnya ketika keluar dari kotak tersebut.

Selisih Taraf intensitas suara masuk dan suara keluar merupakan daya redam

batako tersebut.Koefisien serap (absorpsi) adalah angka tanpa satuan yang

menunjukkan perbandingan antara energy bunyi yang tidak dipantulkan (diserap)

oleh material pembatas berbanding keseluruhan energi bunyi yang mengenai

material pembatas,dapat dihitung dengan persamaan(Giancoli 2001) :

α

= I / Io (2.3)

α

= koefisien absorpsi

Io= Intensitas suara datang (W/m2 )

I = Intensitas suara diserab (W/m2)

2.6.4. Kuat Tekan

Pengaruh kuat tekan (σ) dilakukan dengan menggunakan Ultimate Testing

Machine (UTM) dan kecepatan penekanan konstan sebesar 4mm/menit, sesuai

dengan standar ASTM C - 133 – 97 memenuhi persamaan berikut:

A F

P= (2.4)

(40)

F = Beban yang diberikan (N)

A = Luas penampang selinder (m2)

P = Kuat tekan ( N/m2)

2.6.5. Kuat Pukul (Impak)

Kuat pukul (σf) dilakukan dengan tiga titik bending yang diukur dengan

mengacu pada SNI-07-0408-1989

Pengukuran kuat pukul dapat dihitung dengan persamaan berikut(Balai besar

pengembangan industri logam dan mesin medan,1984):

(2.5)

Dengan :

`E = Energi yang di serap(J)

A = Luas permukaan(m2)

HI = Harga Impak(J/m2)

2.6.6. Kekerasan (Hardness)

Untuk pengukuran kekerasan batako mengacu pada SNI-07-0905-1989

dihitung dengan persamaan berikut (Balai besar pengembangan industri logam

dan mesin medan, 1984):

(

2 2

)

) ( 2 d D D D P BHN − − =

π (2.6)

Dengan :

BHN = Kekerasan Brinell (N/m2)

P = Beban yang diberikan (N)

D = Diagonal indentor (m)

d = Diameter jejak (m)

A

E

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian FMIPA

USU,Laboratorium Ilmu Dasar FMIPA USU dan Balai Penelitian Departemen

Industri Medan, Waktu penelitian dijadwalkan selama tiga bulan Februari, Maret

dan April 2010.

3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan batako beton ringan antara

lain:

1. Semen type I (Portland Cement) 2. Pasir Silika

3. Serat Ijuk yang di potong-potong sepanjang 1 cm

4. Air

3.2.2. Peralatan

Alat-alat yang digunakan selama penelitian antara lain:

1. Ball Mill

2. Ayakan 100 mesh

3. Timbangan dengan skala 0,01 mm

4. Mortar tangan

5. Gelas ukur

(42)

7. Mesin press pencetak sample

8. UTM (Universal Testing Machine) yang terdiri dari uji kuat tekan, kuat pukul, dan kekerasan

9. Sound Level Meter

10.Osiloskop

11.Loudspeaker

(43)

Rancangan pembuatan sampel beton ringan diperlihatkan pada diagram

alir berikut ini:

Pasir

Pencampuran

Semen

Serat Ijuk

Penimbangan

FAS (air : semen = 0,8)

Dibiarkan di udara

terbuka selama

28 hari Pengerasan

Pengujian Pencetakan

Mekanis Fisis

- Kuat pukul - Kuat tekan - Kekerasan - Densitas

- Serapan Air

- Kemampuan Redam Suara

Kesimpulan Analisa Hasil

\ Gambar 3.1. Diagram Alir Preparasi Beton Ringan

[image:43.595.109.512.140.679.2]
(44)

Kode Semen Pasir Serat Ijuk Perbandingan Sampel % % %

I 20 79 1,0 20:79:1

II 20 78 2,0 20:78:2

III 20 77 3,0

IV 20 76 4,0

V 20 75 5,0

VI 20 80 0

20:77:3

20:76:4

20:75:5

20:80:0

3.4. Variabel yang diamati

3.4.1. Variabel-variabel penelitian ini antara lain:

Variasi komposisi Bahan Baku Beton (Semen + Pasir + Serat Ijuk) dengan

perbandingan berat antara Semen : Pasir : Serat Ijuk = 20:79:1,0 , 20:78:2,0 ,

20:77:3,0 , 20:76:4,0 , 20:75:5,02. dan waktu pengerasan beton (aging time) yaitu selama 28 hari.

3.4.2. Parameter-parameter yang dilakukan meliputi pengujian:

Densitas, serapan air, kemampuan redam suara, kuat tekan, kuat pukul dan

kekerasan.Untuk pembuatan batako ringan, agregat (pasir dan serat ijuk), diayak

dengan ukuran ayakan 2,5 mm, tetapi serat ijuk terlebih dahulu dipotong-potong

sepanjang 1 cm, kemudian bahan baku ditimbang sesuai dengan komposisi seperti

pada tabel 3.1. Setelah ditimbang, ketiga bahan baku diaduk dalam suatu wadah

plastik sampai rata dengan sendok semen, kemudian ditambah air secukupnya.

Untuk mengetahui kadar air dari suatu adukan dengan cara membuat bola dari

adukan tersebut dan digenggam pada telapak tangan. Bila adukan tersebut

dijatuhkan dan hanya sedikit berubah bentuknya, berarti kandungan air dalam

adukan terlalu banyak. Dan bila dilihat pada telapak tangan tidak berbekas air,

maka kandungan air pada adukan tersebut kurang. Selanjutnya adukan yang telah

(45)

dan tinggi 10 cm, dan cetakan berbentuk balok dengan ukuran 10 cm x 1 cm x 2

cm dan dipres dengan tekan 5 MPa. Adukan yang telah tercetak dikeringkan untuk

proses pengerasan (ageing) secara alami selama 28 hari. Selanjutnya pada benda uji dilakukan pengujian yang meliputi : densitas, penyerapan air, kuat tekan, kuat

impak, kekerasan dan daya redam suara.

3.5. Pengujian Sample Batako Serat Ijuk

Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini meliputi : densitas

peneyerapan air, kuat tekan, kuat impak, kekerasan dan daya serap suara.

3.5.1. Densitas

Pengujian densitas (bulk density) pada masing-masing komposisi terdiri dari tiga buah sampel , diamati dan diukur dengan menggunakan prinsip Archimedes

dengan menggunakan neraca digital dan mengacu pada standar ASTM C 134-95.

Pada proses awal dilakukan penimbangan massa benda di udara(massa sample

kering) seperti penimbangan biasa sedangkan penimbangan massa benda di dalam

air seperti diperlihatkan pada gambar 3. 2

kawat penggantung

aquades sampel uji

neraca digital Beaker glass

[image:45.595.133.502.503.672.2]

0000.0

Gambar 3.2. Prinsip penimbangan massa benda di dalam air

(46)

1. Sampel yang telah mengalami pengerasan (ageing), dikeringkan di dalam dry oven dengan suhu (105 ± 5) 0C, selama 1 jam.

2. Kemudian timbang massa sample kering (batako ringan), ms dengan

menggunkan neraca digital.

3. Sampel yang telah ditimbang, kemudian di rendam di dalam air selama

1 jam, bertujuan untuk mengoptimalkan penetrasi air terhadap sample

uji. Setelah proses penetrasi tercapai, seluruh permukaan sample dilap

dengan kain flanel dan dicatat massa sample setelah di rendam di

dalam air, mb .

4. Gantung sample, pastikan tepat pada posisi di tengah dan tidak

menyentuh alas beker glas yang berisi air, dimana massa sample

berikut penggantung di dalam air adalah mg.

5. Selanjutnya sample dilepas dari tali penggantung, dan catat massa

penggantung, mk

Dengan mengetahui besaran-besaran tersebut diatas, maka nilai densitas

batako ringan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaa (2.1).

3.5.2. Penyerapan Air (Water Absorption)

Untuk mengetahui besarnya penyerapan air dari batako berpori yang telah

dibuat, maka perlu dilakukan pengujian.

Prosedur pengukuran penyerapan air adalah sebagai berikut:

1. Sampel yang telah dikeringkan di dalam dry oven dengan suhu (105 ± 5) 0C, selama 1 jam, ditimbang massa dengan menggunakan neraca digital,disebut sample kering.

2. Kemudian sample direndam di dalam air selama 1 jam sampai massa

sampel jenuh dan catat massanya.

Dengan menggunakan persamaan (2.2) maka nilai penyerapan air dari

(47)

3.5.3. Daya Redam Suara

Pengukuran intensitas suara dengan menggunakan peralatan seperti: sinyal

generator sebagai sumber sinyal sinus yang frekuensinya dapat di atur, speaker

sebagai sumber suara, osiloskop untuk mengukur frekuensi sinyal generator dan

Sound Level Meter ( SLM) untuk mengukur level suara.Sampel berupa batako

ringan disusun berbentuk kotak dengan ukuran 33 cm x 16cm x 22 cm yang

merupakan kotak sampel. Pada dua dinding kotak yang saling berhadapan di

buat lubang dan pada lubang tersebut di pasang pipa kecil (4mm) yang berfungsi

untuk melewakan sumber bunyi dari sinyal generator ke loudspeaker dan pipa

yang satu lagi untuk menangkap bunyi yang lewat melalui ruangan kotak dengan

sound level meter (SLM) seperti gambar berikut.

33 cm

Pipa keci

Pipa

[image:47.595.112.485.372.611.2]

luodspeaker

Gambar.3.3.Pengujian Redam Suara

Prosedur pengujian serap suara adalah sebagai berikut: Loudspeaker

SLM

Sinyal Generator

SLM

Kotak Batako

(48)

1. Sumber bunyi dari speker diukur taraf intensitasnya pada jarak 33 cm

dengan menggunakan sound level meter pada ruangan terbuka, hasil

pengukuran merupakan sumber energi datang .

2. Sumber bunyi dari speaker dimasukkan ke dalam kotak sampel ,

kemudian intensitas bunyi ini di ukur dengan sound level meter melalui

lubang pipa yang terletak pada dinding menghadap sumber, hasil

pengukuran ini merupakan energi yang keluar dari kotak sampel.

3. Selisih anatara energi datang dengan energi yang ditangkap oleh SLM

merupakan energi yang diserap kotak sampel..

Sehingga besarnya koefisien absorbsi α dapat ditentukan dengan persamaan (2.3)

3.5.4. Kuat Tekan (Compressive Strength)

Alat yang digunakan untuk menguji kuat tekan adalah Universal Testing Mechine (UTM). Model sampel untuk benda uji berupa silinder

Prosedur pengukuran kuat tekan adalah sebagai berikut:

1. Sample berbentuk selinder diukur diameternya, minimal tiga kali

dilakukan pengulangan. Dan luasnya dihitung dengan persamaan

A = π(d2/4)

2. Atur tegangan supply sebesar 40 volt, untuk menggerakan motor

penggerak kearah atas maupun bawah. Sebelum pengujian berlangsung

alat ukur terlebih dahu di kalibrasi dengan jarum penunjuk tepat pada

angka nol.

3. Kemudian tempatkan sampel tepat berada ditengah pada posisi pemberian gaya , atur kecepatan pembebenan sebesar 2 mm/menit dan

arahkan switch ON/OFF kre arah ON, maka pembebanan secara otomatis akan bergerak menekan.

4. Apabila sampel telah, arahkan switch kearah OFF maka motor penggerak akan berhenti. Kemudian catat besarnya gaya yang

(49)

Dengan menggunakan persamaan (2.4 ) maka nilai kuat tekan dari batako ringan

dapat ditentukan.

3.5.5. Kuat Impak (impact)

Bentuk sampel uji kuat impak adalah balok dengan ukuran panjang 10 cm

lebar 1 cm dan tinggi 2 cm.

Prosedure pengujian kuat impak adalah sebagai berikut :

1. Sampel berbentuk balok diukur panjang, dan tinggi , minimal tiga kali

dlakukan pada posisi ditengah seperti pada gambar.

2. Atur jarum penunjuk energi tepat pada posisi nol, kemudian tekan tombol

godam.

3. Catat pengukuran pada jarum penunjuk energi, nilai enrgi dikurangi

dengan 0,2 J sebagai energi kosong.

Dengan menggunakan persamaan (2.5 ) maka nilai kuat impak dari batako ringan

dapat ditentukan.

3.5.6 Kekerasan (hardness)

Alat uji yang digunakan untuk menguji kekerasan adalah Equotip Digital

Hardness Tester, dimana hasil dapat langsung dibaca dan diperoleh HB (Hardness

of Brinnel).

Prosedur pengujian kekerasan adalah sebagai berikut :

2. Hardness Tester di kalibrasi dengan sampel standar , sebelum dilakukan

pada pengujian sampel

3. Kemudian dilakukan pengujian pada sampel sebanyak tiga kali untuk

setiap sampel dan diambil rata-ratanya.

Pada pengujian ini alat Equotip Digital Hardness Tester membaca nilai HB

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Batako ringan (aerated concrete) sering juga disebut batako berpori,dibuat

dari bahan baku campuran semen,pasir dan ijuk.Perlakuan batako dilakukan

dengan proses pengeringan secara alami (room temperature) selama 28 hari.Untuk

mengetahui karakteristik beton tersebut maka perlu dilakukan pengukuran atau

pengujian besaran besaran fisis,seperti absorpsi bunyi densitas,serapan air dan

pengujian besaran-besaran mekanis ,seperti kuat tekan,impak(kuat pukul),dan

kekerasan.Hasil-hasil pengujian secara lengkap yang meliputi pengujian fisis dan

mekanis batako berpori masing-masing akan dibahas secara rinci.

4.1. Densitas (Density)

Hasil pengukuran densitas dari batako ringan dengan campuran bahan baku

semen, pasir, dan serat ijuk yang telah dibuat dan dikeringkan secara alami

dengan waktu pengeringan 28 hari., terlihat bahwa nilai densitas batako tanpa

serat ijuk (0 % ijuk ) adalah berkisar 1,78 gr/cm3. apabila dilihat dari nilai densitas

yang dihasilkan, maka jenis batako ini dapat diklasifikasikan sebagai batako

normal struktural. Dilihat dari hasil yang diperoleh, berdasarkan waktu

pengeringan yaitu semakin lama waktu pengeringan maka tingkat kepadatan

(solidifikasi) batako ringan semakin tinggi, karena selama proses pengeringan

telah terjadi proses penyusutan (shringkage) yang disertai dengan pelepasan air (hidratasi) yang terikat secara alami (perlahan-lahan). Peristiwa pelepasan air

yang terikat biasanya dapat melalui rongga-rongga yang ada pada batako menuju

(51)

ikatan yang lebih stabil.Pada penambahan serat ijuk sebesar 1% (massa) maka

nilai densitas batako menjadi turun, yaitu 1,58 gr/cm3 Apabila dilihat dari nilai

densitas yang diperoleh, dengan penambahan 1% (massa) serat ijuk maka

termasuk dalam klasifikasi batako ringan struktur (structural lightweight concretes) dengan densitas berkisar 1,4 – 1,8 gr/cm3 (Iman Satyarno, 2004).Untuk penambahan jumlah serat ijuk sebanyak 2% (massa), nilai densitas yang diperoleh

adalah 1,57gr/cm3 . Nilai densitas yang dihasilkan juga termasuk dalam kategori

batako ringan struktur. Sedangkan untuk jumlah 3% (massa) serat ijuk, nilai

densitas yang diperoleh adalah 1,55 gr/cm3. Jadi pada penambahan 3% (massa)

serat ijuk dapat dikategorikan sebagai batako ringan dengan kekuatan menengah

(moderate-strength lightweight concrete).Untuk penambahan jumlah 4% (massa) serat ijuk, nilai densitas yang diperoleh menjadi 1,53 gr/cm3. Jenis batako ini

termasuk dalam dua kategori, yaitu batako ringan untuk pasangan batu (masonry concrete) dan batako ringan dengan kekuatan menengah (moderate-strength lightweight concrete). Sedangkan untuk 5% (massaserat ijuk, nilai densitas yang diperoleh sekitar 1,48 gr/cm3.Menurut (Yanarta, 2008), batako berpori yang

diklasifikasikan sebagai batako ringan adalah batako yang memiliki densitas 2/3

dari densitas batako normal. Nilai densitas batako ringan berpori yang dikeringkan

secara alami (konvensional) adalah berkisar 0,741 gr/cm3 (Abbate, 2005). Dilihat dari nilai yang diperoleh maka batako tersebut dapat dikategorikan sebagai batako

ringan panas (insulating concrete), namun demikian perlu juga dilihat dari besaran fisis lainnya.Hubungan densitas terhadap persentase penambahan serat

(52)
[image:52.595.116.520.116.340.2]

Gambar 4.1.1. Grafik Persentase Ijuk terhadap densitas

4.2 Penyerapan Air (Water Absorption)

Nilai penyerapan air dari batako ringan berbasis ijuk, pasir, dan semen, yang

dikeringkan secara alami selama 28 hari diperoleh berkisar antara 9,99 - 18.31 %.

Batako yang dibuat tanpa serat ijuk (100% massa pasir) dan dikeringkan sebagai

fungsi waktu (28 hari), maka nilai penyerapan air yang diperoleh adalah 9,99 %.

Untuk penambahan 1% serat ijuk nilai penyerapan air yang dihasilkan 12,19 %.

Pada penambahan 2% serat ijuk diperoleh nilai penyerapan air yaitu 13.08 %

Penambahan 3% serat ijuk diperoleh nilai penyerapan air 16.15 %.sedangkan

untuk penambahan 4 % serat ijuk diperoleh nilai penyerapan air sekitar 17.59 %

Dan terakhir dengan penambahan 5% serat ijuk diperoleh nilai penyerapan air

sebesar 18.31 % .Hubungan penambahan komposisi serat ijuk terhadap

penyerapan air pada pembuatan batako ringan melalui peroses pengeringan 28

(53)
[image:53.595.125.505.114.369.2]

Gambar.4.2.1.Grafik Persentase ijuk terhadap serapan air

4.3. Daya Redam Suara

Pengujian daya redam suara dari batako ringan dilakukan dengan

menggunakan signal generator dan mengacu pada pengujian redam suara yang

dilakukan oleh Tiurma Simbolon di LIPI (Tesis S-2 Fisika USU tahun 2009).

berdasarkan sifat fisis dari batako ringan tersebut setelah dikeringkan selama 28

hari .Pada pengujian penyerapan suara yang dilakukan adalah pada rentang

frekuensi pengukuran : 100 – 2000 Hz. dengan level intensitas suara dari sumber

yang datang adalah berkisar antara 62,2 sampai dengan 100,1 dB ,level intensitas

suara yang terserap sekitar 30 – 75,7 dB. Hubungan koefisien penyerapan suara

terhadap frekuensi dari batako ringan adalah sebagai berikut:

- komposisi 0 % ijuk dan 80 % pasir (% massa) memiliki sifat penyerapan suara

yang baik pada frekuensi 125 Hz dengan tingkat penyerapan sebesar : 1,59 %

Hubungan antara frekuensi dengan sound level datang,serap dan tangkap dapat

(54)

0 20 40 60 80 100 120

100 1000 10000

Frekuensi (Hz) S oun d Le v e l ( d

B) β datang

β serap

[image:54.595.115.507.116.344.2]

β tangkap

Gambar.4.3.1.Grafik Frekuensi sumber – Sound Level datang,serap dan tangkap

- Komposisi 1 % ijuk dan 79 % pasir (% massa) memiliki sifat penyerapan suara

yang baik masing- masing pada frekuensi: 400 Hz dengan tingkat penyerapan

sebesar : 1,78 Hubungan antara frekuensi terhadap sound level datang,serap

dan tangkap dapat dilihat dari gambar grafik dibawah ini.

0 20 40 60 80 100 120

100 1000 10000

Frekuensi (Hz) S o u n d L evel ( d B )

β datang

β serap

β Tangkap

(55)

- Komposisi 2 % ijuk dan 78 % pasir (% massa) yang dikeringkan selama 28

hari. memiliki sifat penyerapan suara yang baik masing- masing pada frekuensi:

400 Hz dengan tingkat penyerapan sebesar : 2,24 %.

Hubungan antara frekuensi terhadap sound level datang,serap dan tangkap dapat

dilihat dari gambar grafik berikut ini

0 20 40 60 80 100 120

100 1000 10000

Frekuensi (Hz)

S

o

und

Le

v

e

l

(dB

)

β datang-. β serap β tangkap

(56)

-.Komposisi 3 % ijuk dan 77 % pasir (% massa) yang dikeringkan selama 28

hari. memiliki sifat penyerapan suara yang baik pada frekuensi 800 Hz dengan

tingkat penyerapan sebesar : 6,31 %.

Hubungan antara sound level datang,serap dan tangkap dapat dilihat dari grafik

dibawah ini.

0

20

40

60

80

100

120

100

1000

10000

Frekuensi (Hz)

S

o

u

n

d

L

ev

el

(d

B

)

β

datang-.

β

serap

[image:56.595.114.507.241.539.2]

β

tangkap

Gambar.4.3.4. Grafik frekuensi terhadap sound level datang,serap dan tangkap

(57)

-.Komposisi 4 % ijuk dan 76 % pasir (massa),memiliki sifat penyerapan suara

yang baik pada frekuensi 1000 Hz dengan tingkat penyerapan sebesar 10% .

Hubungan antara sound level datang,serap dan tangkap dapat dilihat dari grafik

[image:57.595.116.509.209.519.2]

berikut ini.

(58)

-.Komposisi 5 % ijuk dan 75% pasir (massa),memiliki sifat penyerapan yang

suara yang baik pada frekuensi 1000 Hz dengan tingkat penyerapan sebesar

10,72 %. Hubungan antara frekuensi terhadap sound level datang,serap dan

tangkap dapat dilihat dari grafik dibawah ini

0 20 40 60 80 100 120

100 1000 10000

Frekuensi (Hz)

S

ound L

evel

(

dB

)

β datang

β serap

[image:58.595.116.503.222.478.2]

β pantul

(59)
[image:59.595.126.489.187.361.2]

Gambar 4.3.7.Grafik hubungan antara variasi komposisi ijuk dari 0 % sampai

dengan 5 % terhadap persentase koefisien absorbsi.

a).Pada Frekuensi 125 Hz

(60)

c) Pada Frekuensi 500 Hz

(61)

e).Pada Frekuensi 1500 Hz

(62)

4.4. Kuat Tekan (Compressive Strength)

Kuat tekan dari batako ringan yang dikeringkan secara alami 28 hari adalah

berkisar antara 0,32 – 12,72 MPa. Batako yang dibuat tanpa serat ijuk (100%

massa pasir) nilai kuat tekan yang dihasilkan adalah 6,47 MPa. Batako ini

dikategorikan sebagai batako ringan dengan menengah (moderate-strength lightweight concreate), dengan interval kuat tekan 7 – 14 MPa (Iman 2004).Untuk penambahan 1% serat ijuk nilai kuat tekan yang diperoleh adalah 3,96 MPa.

Untuk penambahan 2% serat ijuk nilai kuat tekan yang dihasilkan 3,52 MPa.

Sedangkan untuk jumlah penambahan serat ijuk 3 % nilai kuat tekan yang

diperoleh turun menjadi 3,17 MPa. Dan untuk serat ijuk 4% nilai kuat tekan yang

dihasilkan menjadi lebih kecil, yaitu 2,53 MPa, maka klasifikasi jenis batako

tersebut termasuk dalam kelas batako ringan penahan panas (low density concrete).Terakhir pada penambahan 5% serat ijuk maka nilai kuat tekan yang diperoleh lebih turun lagi ya

Gambar

Tabel Absorbsi 0% - 5% Ijuk
Tabel 2.4 Kecepatan bunyi dan suhu(Satwiko.P 2008)
Gambar 2.1 Perbandingan tingkat bunyi beberapa sumber.(Satwiko.P 2008)
Gambar.2.2.  Pemantulan energi bunyi pada material(Satwiko.P 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait