• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Membran Kitosan Untuk Menurunkan Kadar Logam Krom (Cr) Dan Nikel (Ni) Dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Membran Kitosan Untuk Menurunkan Kadar Logam Krom (Cr) Dan Nikel (Ni) Dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEMBRAN KITOSAN UNTUK MENURUNKAN

KADAR LOGAM KROM (Cr) DAN NIKEL (Ni) DALAM

LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

TESIS

Oleh MERIATNA 047022010/TK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGGUNAAN MEMBRAN KITOSAN UNTUK MENURUNKAN

KADAR LOGAM KROM (Cr) DAN NIKEL (Ni) DALAM

LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

TESIS

Untuk Memenuhi Gelar Magister Teknik Kimia dalam Program Magister Teknik Kimia Pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh MERIATNA 047022010/TK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGGUNAAN MEMBRAN KITOSAN UNTUK MENURUNKAN KADAR LOGAM KROM (Cr) DAN NIKEL (Ni) DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

Nama Mahasiswa : Meriatna

Nomor Pokok : 047022010

Program Studi : Teknik Kimia

Mengetahui

Komisi Pembimbing

(Dr. Harry Agusnar M.Sc, M. Phill) (Dr. Halimatuddahliana ST, M.Sc)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia) (Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B. M.Sc)

(4)

TELAH DIUJI PADA

Tanggal : 20 Juni 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phill

Anggota : Dr. Halimatuddahliana, ST, M.Sc

: Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia

: Dr. Ir. Irvan, MT

: Maulida, ST, M.Sc

(5)

THE USED OF MEMBRANE CHITOSAN AS AN ADSORPTION TO REDUCE CHROM (Cr) AND NICKEL (Ni) METALS IN

WASTEWATER OF ELECTROPLATING INDSUTRY

ABSTRACT

Chitosan can be used to heavy metals adsorption in veneering’s liquid waste, and also can be used as raw material in manufacturing of chitosan membrane by dissolved it in 1 % acetic acid solution, which the manufacturing conducted thorough phase inversion stage that is by evaporate the solvent. The concentration of chitosan membrane varied at 1, 2, 3, 4, 5, and 6 % and residence times at 10, 30, 60, 90, and 120 minutes, respectively. Membrane is formed on glass plate, then dried at room temperature for 6 hours. Analysis and tensile test were carried out by using Atom’s Adsorption Spectrofotometry (AAS) and Universal Testing Machine. Chitosan membrane used to reduce chrom (Cr) and nickel (Ni) metals’ concentration in veneering’s liquid waste. From the experiment result is obtained the best condition to Cr metal adsorption were 3 % concentration of chitosan membrane, 30 minutes contact time, whereas 99,87 % of adsorption. While the best adsorption of chitosan membrane for nickel (Ni) metal was 9,13 % that achieve at 30 minutes residence time with 2 % concentrations of membrane. It is caused that at those condition the acetic acid solvent have already evaporared and chitosan membrane dissolvent finely. So the adsorption of chitosan membrane was . For chrom and nickel metals by using Langmuir equation gives high correlation coeffisien is 0,9999. From tensile test, chitosan membrane show that chitosan membrane at 3% concentration has elastic and tensile power more than chitosan membrane at 1 and 2%, because more high concentration of chitosan membrane used, so tensile power and strength more high and more elastic.

(6)

ABSTRAK

Kitosan dapat digunakan untuk menyerap (adsorpsi) logam - logam berat dalam limbah cair industri pelapisan logam, dan juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan membran kitosan yaitu dengan cara melarutkan kitosan dengan larutan asam asetat 1%, yang proses pembuatannya dilakukan melalui tahap inversi fasa yaitu secara penguapan pelarut. Konsentrasi membran kitosan divariasikan pada 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 % dan waktu kontak 10, 30, 60, 90, dan 120 menit. Membran dicetak pada plat kaca kemudian dikeringkan pada suhu kamar selama 6 hari. Analisa dan Uji tarik masing-masing dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) dan alat Universal Testing Machine. Membran kitosan yang dihasilkan digunakan untuk menurunkan kadar logam krom (Cr) dan nikel (Ni) pada limbah cair industri pelapisan logam. Dari hasil penelitian diperoleh kondisi yang terbaik untuk menyerap logam krom (Cr) adalah pada konsentrasi membran kitosan 3% dan waktu pengontakan 30 menit dimana diperoleh daya serap 99,87%. Sedangkan daya serap membran kitosan yang terbaik untuk logam nikel (Ni) adalah 99,13% yang tercapai pada waktu kontak 30 menit dengan konsentrasi membran sebanyak 2%. Hal ini disebabkan pada konsentrasi tersebut pelarut asam asetat sudah menguap dan kitosannya larut dengan sempurna sehingga daya serap membran kitosan lebih baik. Untuk logam krom dan nikel dengan menggunakan Persamaan Langmuir didapat untuk logam krom adalah Y = 26,26 X + 0.002 dengan harga koefisien korelasi (R2) yaitu 0,9999 dan untuk logam nikel didapat Y = 0,0888 X + 6x10-5 dengan harga koefisien korelasi (R2) adalah 0,9997. Hasil uji kekuatan tarik membran kitosan menyatakan bahwa membran kitosan pada konsentrasi 3 % mempunyai sifat yang kuat dan elastis dan mempunyai kekuatan tarik lebih baik dari membran kitosan 1 dan 2%.

(7)

ABSTRACT

Chitosan can be used to heavy metals adsorption in veneering’s liquid waste, and also can be used as raw material in manufacturing of chitosan membrane by dissolved it in 1 % acetic acid solution, which the manufacturing conducted through phase inversion stage that is by evaporate the solvent. The concentration of chitosan membrane varied at 1, 2, 3, 4, 5, and 6 % and contact time at 10, 30, 60, 90, and 120 minutes, respectively. Membrane is formed on glass plate, then dried at room temperature for 6 days. Analysis and tensile test were carried out by using Atom’s Adsorption Spectrofotometry (AAS) and Universal Testing Machine. Chitosan membrane used to reduce chrom (Cr) and nickel (Ni) metals’ concentration in veneering’s liquid waste. From the experiment result is obtained the best condition to Cr metal adsorption were 3 % concentration of chitosan membrane, 30 minutes contact time, whereas 99,87 % of adsorption. While the best adsorption of chitosan membrane for nickel (Ni) metal was 9,13 % that achieve at 30 minutes contact time with 2 % concentrations of membrane. It is caused that at those condition the acetic acid solvent have already evaporated and chitosan membrane dissolved finely. So the adsorption of chitosan membrane was better . For chrom and nickel metals by using Langmuir equation for chrom metals is Y = 26,26 X + 0,002 with correlation coeffisien is 0,9999 and for nickel metals is Y = 0,0888 X + 6x10-5 with correlation coeffisien is 0,9997. From tensile test, chitosan membrane show that chitosan membrane at 3% concentration has elastic and tensile power more than chitosan membrane at 1 and 2%, because more high concentration of chitosan membrane used, so tensile power and strength more high and more elastic than chitosan membrane 1 and 2 %.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah banyak

memberikan anugerah-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan baik.. Tesis ini

disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Teknik di

Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya naskah tesis ini tak lupa penulis

mengucapkan banyak terima kasih sedalam-dalamnya atas dukungan moril atau

spiritual, khusunya kepada :

1. Dr. Harry Agusnar M.Sc. M.Phill selaku pembimbing utama yang telah banyak

memberikan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini

dengan baik.

2. Dr. Halimatuddahlina, ST. M.Sc selaku co-pembimbing yang telah banyak

membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah tesis ini dengan baik.

3. Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia, selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Kimia,

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Keluarga yang telah banyak membantu menyelesaikan naskah tesis ini

5. Semua pihak yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis dalam

penulisan naskah tesis ini.

Kiranya amal baik mereka mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan naskah

tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran yang korektif sangat penulis

harapkan dari semua pihak untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Amin ya

rabbal’alamin

Medan, Juni 2008

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Meriatna

Tempat, Tanggal Lahir : Samalanga, 16 April 1972

Riwayat Pendidikan, Tamat : SD Negeri 1 Samalanga Aceh Bireuen, 1984

MTS Samalanga Aceh Bireuen, 1987

SMA Negeri 1 Samalanga Aceh Bireuen, 1990

Fakultas Teknik Kimia Universitas Syiah Kuala

Nanggroe Aceh Darussalam, 1996

Pekerjaan : Dosen Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Nama Suami : Zulmiardi

Nama Anak : Dzikral Alfisyahrin

Nama Orang Tua

Ayah : Alm Muhammad S.

(10)

DAFTAR ISI

2.6. Logam Berat dan Pengaruh pada Kesehatan ……... 15

2.7 Kemampuan Kitosan Menyerap Logam... 17

(11)

2.9. Membran ... 20

2.10. Klasifikasi Membran ... 21

2.11. Membran Polimer Alam ... 23

2.12. Karakterisasi Membran ... 24

2. 13. Penyedian Membran Kitosan Glutaraldehide ... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian ... 27

3.2. Bahan dan Alat ... 27

3.3. Prosedur Penelitian ... 28

3.3.1 Penyediaan membran kitosan ... 29

3.3.2 Analisa limbah cair ... 29

3.3.3 Analisa uji tarik ... 30

3.3.4 Perlakuan dan analisa limbah cair dengan membran kitosan ... 30

3.4. Bagan Penelitian ... 34

3.5. Rancangan Penelitian ... 35

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Kitosan Terhadap Morfologi Membran Kitosan ... 38

4.2. Spektrum IR Membran Kitosan ... 40

4.3 Hasil Analisa Parameter Limbah Cair Industri Pelapisan Logam ... 41

4.4 Pengaruh Waktu Kontak dan Konsentrasi Membran Kitosan Terhadap % Daya ... 42

4.5. Isoterm Adsorpsi ... 48

(12)

4.7 Hasil Uji Statistik Terhadap Logam Ni Dalam Limbah

Cair Industri Pelapisan Logam... 50

4.8. Uji Kekuatan Tarik ... 52

V.KESIMPULAN ... 54

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Karakterisasi Kitosan... 12

2. Aplikasi dan Fungsi Kitosan di Berbagai Bidang ... 14

3. Bentuk Data Rancangan Dari Minitab ... 37

4. Spektrum Infra Merah ... 40

5. Karakteristik Limbah Industri Pelapisan Logam ... 41

6. Analisa Kadar Logam Cr Setelah dilewatkan Dengan Membran Kitosan ... 45

7. Analisa Kadar Logam Cr Setelah dilewatkan Dengan Membran Kitosan ... 47

8. Hasil Uji Statistik Terhadap Logam Cr Dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam ... 49

9. Hasil Uji Statistik Terhadap Logam Ni Dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam ... 51

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Struktur Kitin ... 6

2. Struktur Kitosan ... 6

3. Foto Membran Kitosan Masih Dalam Cetakan ... 32

4. Foto Membran Kitosan 2% setelah Pencelupan dengan NaOH dan Glutaraldehid... 31

5. Skema Peralatan Penyerapan Membran Kitosan ... 32

6. Bagan Penelitian Pembuatan Membran Kitosan... 33

7. Bagan Penggunaan Membran Kitosan ... 34

8. Foto Morfologi Membran Kitosan ... 39

9. Spektrum Transformasi Infra Merah ... 41

10. Grafik Hubungan Waktu Kontak dengan Daya serap Terhadap Logam Cr ... 44

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Perhitungan Persentase Daya Serap dan Harga q ... 59

2 Hasil Analisa Kadar Logam Cr Dan Ni ... 60

3 Data Persamaan Langmuir Cr dan Ni... 62

4 Persamaan regresi dan Koreasi (R2) Cr dan Ni ... 64

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah industri pelapisan logam berasal dari bahan-bahan kimia yang

digunakan. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah larutan logam sehingga

limbah yang dihasilkan berbahaya bagi kesehatan manusia baik yang terlibat

langsung dengan kegiatan maupun yang ada di sekitar industri. Limbah cair industri

pelapisan logam umumnya mengandung logam berat. Logam berat ialah unsur logam

dengan berat molekul yang tinggi. Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya

sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Logam berat yang

sering mencemari habitat adalah : Hg, Cr, Cd, As, dan Pb (Notohadiprawiro, 1993).

Logam berat jika sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan tetapi

akan tetap tinggal didalamnya hingga nantinya dibuang melalui proses ekskresi (Putra

dan Putra, 2000 ).

Pada umumnya cara pemisahan yang sering digunakan adalah cara kimia

yaitu cara pengendapan pada pH tinggi yang dilakukan dengan penambahan bahan

kimia untuk diendapkan sebagai hidroksidanya. Adapun pengolahan secara fisika

yang dilakukan adalah adsorpsi menggunakan karbon aktif, koagulasi atau flokulasi,

filtrasi (Crini, 2004). Dalam penyerapannya setiap metoda memiliki keunggulan dan

keterbatasan masing-masing dari aspek teknis, ekonomis dan dampak ikutannya. Oleh

karena itu perlu dikembangkan suatu alternatif sistem pengolahan menggunakan

(17)

Sementara itu prinsip daur ulang dapat dilakukan dengan pemanfaatan limbah

suatu industri menjadi bahan baku oleh industri lain dan menghasilkan suatu produk

baru, contohnya limbah kulit udang dari industri pengolahan udang yang dapat diolah

menjadi kitin yang kemudian menjadi kitosan.

Kitosan dapat digunakan sebagai penyerap logam Cu, Pb, Ni, Hg, Cd, Cr (Gao

dan Filho, 2000). Menurut Sirait (2002) penggunaan kitosan kulit udang dapat

menurunkan kadar Cr dan Ni dari limbah cair industri pelapisan logam dengan

menggunakan jartest sebesar 82%. Oetomo (2004) menyatakan bahwa penggunaan

kitosan sebagai adsorben dapat menurunkan kadar logam Cu pada industri pelapisan

logam sebesar 98,62% dengan metoda jartes. Manurung (2005) telah meneliti kitosan

manik degan metode Morita untuk digunakan sebagai adsorben dalam menurunkan

ion logam Ni sebesar 99,73% dengan menggunakan kolom kromatografi. Dan kitosan

juga dapat dibentuk menjadi film tipis (Hassan dan Sulaiman, 1996). Disisi lain

kitosan bersifat basa dan mudah larut dalam media asam banyak digunakan untuk

pembuatan gel dalam beberapa variasi konfigurasi seperti butiran, membran, pelapis,

kapsul, serat dan spon (Krajweska, 2001).

Pada saat ini penelitian tentang pemanfaatan polimer alam sebagai membran

sedang berkembang. Selama ini yang banyak digunakan sebagai membran adalah

membran selulosa dan turunannya. Selain turunan selulosa pernah juga dilakukan

karakterisasi membran kitin untuk tujuan analisis (Tarigan, 2005). Agusnar (2006)

(18)

dan Cr dengan menggunakan ekstraksi fasa padat didapat 100% dan diperoleh

menurunkan logam berat tersebut dengan konsentrasi tertentu. Dan dikarenakan

logam krom dan nikel paling tinggi konsentrasi limbahnya dibandingkan dengan

logam-logam yang lain yang ada dalam limbah cair industri pelapisan logam, maka

berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti ingin membuat membran kitosan untuk

mengolah limbah cair industri pelapisan logam untuk menurunkan kadar krom (Cr)

dan nikel (Ni) sehingga kualitas limbah cair tersebut setelah pengolahan dapat

memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah (KEP-51/MENLH/10/1995),

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang sudah diuraikan di atas maka permasalahan

dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh penggunaan membran kitosan

terhadap penurunan kadar logam Crom (Cr) dan Nikel (Ni) dalam limbah industri

pelapisan logam.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kitosan

dalam membran dan untuk mengetahui waktu kontak antara membran kitosan dengan

limbah cair dalam menurunkan kadar logam krom dan nikel dalam limbah cair

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan berupa informasi

baru dan teknologi alternatif dalam mengolah limbah cair bagi industri perapisan

logam khususnya dan industri lain yang menghasilkan limbah sejenis. Selain itu juga

sebagai informasi bagi pelaksanaan penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan

membran kitosan

1.5 Ruang lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah, penelitian ini dilaksanakan dalam

skala laboratorium dan bahan baku yang digunakan adalah kitosan dan limbah cair

pelapisan logam

Variabel yang digunakan

1. Konsentrasi kitosan dalam membran yaitu : 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 %.

2. Waktu kontak antara membran kitosan dengan limbah cair industri pelapisan

logam yaitu : 10, 30, 60, 90, dan 120 menit.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kitin dan Kitosan

Kitin pertama kali ditemukan pada tahun 1811 oleh Henry Broconnot sebagai

hasil isolasi dari jamur, sedangkan kitin dari serangga diisolasi pertama kali pada

tahun 1820-an. Kitosan ditemukan oleh Rouget (1859) dengan merefluks kitin dan

alkali pada suhu 180oC. Disini proses deasetilasi kitin dapat berlaku tanpa pemutusan

rantai polimer (Brine, 1984)

Senyawa kitin banyak terdapat pada kulit luar hewan seperti Antropoda,

Molusca, Annelida dan juga terdapat pada dinding sel tumbuhan tingkat rendah

seperti Fungi. Setelah selulosa, kitin diperhitungkan sebagai polisakarida yang

terdapat melimpah di alam (Sirait, 2002)

Pada Gambar 1 dan 2 terlihat bahwa kitin murni mengandung gugus

asetamida (NH-COCH3), dan kitosan murni mengadung gugus amino (NH2).

Perbedaan gugus ini akan mempengaruhi sifat-sifat kimia senyawa tersebut.

Perbedaan antara kitin dan kitosan adalah berdasarkan kandungan nitrogennya, bila

nitrogen kurang dari 7% maka polimer disebut kitin dan apabila kandungan total

(21)

n n

Gambar 1. Struktur Kitin Gambar 1. Struktur Kitin

Rumus umum kitosan adalah (C6H11NO4)n atau disebut sebagai (1,4)-2-Amino-2 -Deoksi-β-D-Glukosa, dimana strukturnya dapat dilihat sebagai berikut :

Rumus umum kitosan adalah (C6H11NO4)n atau disebut sebagai (1,4)-2-Amino-2 -Deoksi-β-D-Glukosa, dimana strukturnya dapat dilihat sebagai berikut :

n

Gambar 2. Struktur Kitosan

Sebenarnya kitin dan kitosan yang diproduksi secara komersial memiliki

kedua gugus asetamido dan gugus amido pada rantai polimernya, dengan beragam

(22)

Kitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, larutan basa kuat,

sedikit larut dalam HCl dan HNO3, 0.5% H3PO4 sedangkan dalam H2SO4 tidak larut.

Kitosan tidak beracun dan mudah terbiodegradasi (Muzzarelli, 1978).

Kitosan mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi logam dengan

membentuk komplek kitosan dengan logam (Simangunsong, 1997) dan dapat

digunakan untuk mengolah limbah. Dalam penggunaannya kitosan tidak beracun dan

mampu untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah,

2.2 Metode Penyediaan Kitosan

Metode penyediaan kitosan pertama kali dilakukan oleh Hope-Seyler (1894)

yaitu dengan merefluks kitin dalam kalium hidroksida pada suhu 180oC. Dimana

proses deasetilasi kitin dapat dilakukan tanpa pemutusan rantai polimernya. Terdapat

beberapa metode penyediaan kitosan antara lain (Muzzarelli, 1977) :

Metode Harowitz

Kitin dilarutkan dengan kalium hidroksida dan campuran logam nikel di

bawah aliran gas nitrogen. Campuran dipanaskan pada suhu 180oC selama 30 menit,

setelah itu di masukkan ke dalam etanol dan akan mengendap kemudian hasil yang

diperoleh dicuci dengan air suling.

Hal yang sama dilakukan dengan pelarut pertama di dalam 5% asam asetat

dimana NaOH yang berlebih akan mengendap. Metode ini dapat menghasilkan 95%

(23)

Metode Rigby dan Wolfrom

Kitin dicampur dengan 40% NaOH pada suhu 115oC selama 6 jam di bawah

keadaan yang mengandung nitrogen. Kemudian didinginkan dan seterusnya dicuci

dengan air untuk menetralkan campuran tadi. Metode ini dapat menghasilkan 82%

dari pada asetil pada rantai kitin.

Metode Fujita

Kitin dicampur dengan NaOH 50% dan larutan parafin selama 2 jam pada

suhu 120oC, campuran tersebut dituangkan dalam air dan seterusnya disaring dan

dibilas dengan air suling. Metode ini lebih bagus dibandingkan dengan metode lain

karena hanya memerlukan sedikit alkali dibandingkan dengan metode lain.

Metode Alimuniar dan Zainuddin

Pada metode ini kiti 10 gr dicampurkan dengan NaOH 50% sebanyak 140 ml

dalam beaker glass 500 ml pada temperatur 30oC dan dibiarkan selama 6 hari, setiap

harinya dilakukan pengadukan kemudian dicuci dengan air hingga pH air cucian

menjadi netral. kemudian dikeringkan dan dianalisa Metode ini lebih ekonomis

dibandingkan metode lain karena proses deasetilasi kitin terjadi tanpa pemanasan

pada temperatur 30oC. Pada umumnya metode lain menggunakan vessel khusus

dengan kontrol atmosfir selama waktu tertentu, sedangkan pada metode ini hanya

menggunakan vessel sederhana. Metode lain untuk mengontrol reaksi pembentukan

produk dibutuhkan sejumlah bahan aditif, sedangkan pada metode ini tidak

(24)

2.3 Derajat Deasetilasi (DD)

Kurita (1986) melaporkan bahwa kitin yang direaksikan dengan alkali dapat

mengalami hidrolisis dari gugus asetamida kepada gugus amino. Proses hidrolisis ini

selalu menggunakan NaOH dan KOH pada suhu tinggi. Dalam proses hidrolisis alkali

dapat mengalami penurunan berat molekul, jika waktu reaksi berlangsung lama. Oleh

karena itu di dalam penyediaan kitosan, hidrolisis dapat terjadi jika pemanasan

dilakukan, dan ini tergantung kepada konsentrasi alkali yang digunakan.

Kitosan dengan 45-55% derajat deasetilasi dapat larut dalam air, jika lebih

dari 60% atau kurang 40% derajat deasetilasinya, tidak larut dalam air. Sifat

kelarutan ini adalah disebabkan oleh deastilasi dalam larutan NaOH pekat. Dan

untuk mengukur derajat deasetilasi ini dapat dilakukan dengan cara analisis

elemental, infra merah dan titrasi.

2.4 Sifat – sifat Kitosan

Kitosan adalah padatan amorf putih yang tidak larut dalam alkali dan asam

mineral kecuali pada keadaan tertentu. Keterlarutan kitosan yang paling baik ialah

dalam larutan asam asetat 2%, asam format 10% dan asam sitrat 10%. Kitosan tidak

dapat larut dalam asam piruvat, asam laktat dan asam – asam anorganik pada pH

tertentu, walaupun setelah dipanaskan dan diaduk dengan waktu yang agak lama.

Keterlarutan kitosan dalam larutan asam format ataupun asam asetat dapat

membedakan kitosan dan kitin karena kitin tidak dapat melarut dalam keadaan pelarut

(25)

Kitosan memiliki sifat unik yang dapat digunakan dalam berbagai cara serta

memiliki kegunaan yang beragam, antara lain sebagai bahan perekat, aditif untuk

kertas dan tekstil, penjernih air minum, serta untuk mempercepat penyembuhan

luka, dan memperbaiki sifat pengikatan warna. Kitosan merupakan pengkelat yang

kuat untuk ion logam transisi.

Menurut Robert, (1992), kitosan mudah mengalami degradasi secara

biologis, tidak beracun dan baik sebagai flokulan dan koagulan serta mudah

membentuk membran atau film. Kitosan merupakan suatu biopolimer alam yang

reaktif yang dapat melakukan perubahan – perubahan kimia. Karena ini banyak

turunan kitosan dapat dibuat dengan mudah. Beberapa turunan kitosan yang telah

dihasilkan dan juga telah diketahui kegunaannya antara lain :

a. N-karboksialkil kitosan, digunakan sebagai pengumpul ion logam

b. Asetil kitosan, digunakan dalam industri tekstil dan membran

c. Kitosan glukan, digunakan sebagai pengkelat ion logam dan agen penggumpal

Sama seperti kitin, kitosan juga dapat digunakan dalam berbagai bidang, misalnya :

a. Untuk industri kertas, kaca, kain dan pewarna

b. Dalam industri kosmetik

c. Dalam bidang pertanian dan makanan

d. Dalam industri semen

e. Dalam bidang kesehatan

(26)

Sandford dan Hutchins (1987) menyatakan sifat kationik, biologi dan sifat

larutan kitosan adalah sebagai berikut:

1. Sifat kationik:

a. Jumlah muatan positif tinggi: satu muatan per unit gugus glukosamin, jika

banyak material bermuatan negatif (seperti protein) maka muatan positif

kitosan berinteraksi kuat dengan permukaan negatif.

b. Flokulan yang baik: gugus NH3+ berinteraksi dengan muatan negatif dari

koloid.

c. Mengikat ion-ion logam ( Fe, Cu, Cd, Hg, Pb, Cr, Ni, Pu, dan U).

2. Sifat biologi:

a. Dapat terdegradasi secara alami

b. Polimer alami

c. Nontoksik

3. Sifat Kimia:

a. Linear poliamin (poli D-glukosamin) yang memiliki gugus amino yang baik

untuk reaksi kimia dan pembentukan garam dengan asam.

b. Gugus amino yang reaktif

c. Gugus hidroksil yang reaktif (C3-OH, C6-OH) yang dapat membentuk

senyawa turunannya.

(27)

Tabel 1 menunjukkan beberapa karakteristik kitosan

Tabel 1. Karakteristik Kitosan

Karakteristik Ukuran

1. Bentuk partikel Serpihan-bubuk

2. Kadar air <10%

3. Kadar abu <2%

4. Persen deasetilasi >70%

5. Warna larutan Jernih

6. Viskositas : - rendah < 200

a. Larut dalam larutan asam

b. Berbentuk larutan kental

c. Berbentuk gel

d. Larut dalam campuran alkohol-air.

2.5. Kegunaan Kitosan

Kitosan banyak digunakan oleh berbagai industri antara lain industri farmasi,

kesehatan, biokimia, bioteknologi, pangan, pengolahan limbah, kosmetik,

agroindustri, industri tekstil, industri perkayuan, industri kertas dan industri

elektronika. Aplikasi khusus berdasarkan sifat yang dipunyainya antara lain untuk

pengolahan limbah cair terutama bahan sebagai bersifat resin penukar ion untuk

(28)

kekeruhan, penstabil minyak, rasa dan lemak dalam produk industri pangan

(Rismana, 2004).

Tabel 2. menunjukkan beberapa aplikasi dan fungsi kitosan diberbagai

bidang.

Tabel 2. Aplikasi dan fungsi kitosan di berbagai bidang

Bidang Aplikasi Fungsi

I. Pengolahan limbah -Bahan Koagulasi/Flokulasi untuk limbah cair

-Penghilangan ion-ion metal dari limbah cair

II. Pertanian -Dapat menurunkan kadar asam sayur, buah

dan ekstrak kopi -Sebagai pupuk -Bahan antimicrobial

III. Industri tekstil - Serat tekstil

- Meningkatkan ketahanan warna

IV. Bioteknologi - Bahan-bahan immobilisasi enzim

V.Klarifikasi/penjernihan: -Limbah industri pangan -Industri sari buah

-Pengolahan minuman beralkohol -Penjernihan air minum

VI. Kosmetik -Bahan untuk rambut dan kulit

VII. Biomedis -Mempercepat penyembuhan luka

-Menurunkan kadar kolesterol

VIII. Fotografi -Melindungi film dari kerusakan

Sumber: Robert (1992)

Kitosan mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi logam dan membentuk

kompleks kitosan dengan logam. Kitosan juga dapat digunakan untuk mengolah

limbah, seperti pengolahan limbah dari industri koagulasi karet dan untuk

memisahkan protein dari limbah dan padatan dimanfaatkan sebagai sumber protein

(29)

Penanganan Limbah

Karena sifat polikationiknya, kitosan dapat dimanfaatkan sebagai agensia

penggumpal dalam penanganan limbah terutama limbah berprotein yang kemudian

dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada penanganan limbah cair, kitosan

dapat menyerap logam beracun seperti mercuri, timah, tembaga, pluranium dan

uranium dalam perairan dan untuk mengikat zat warna tekstil dalam air limbah

(Krissetiana, 2004).

2.6 Logam Berat dan Pengaruhnya Pada Kesehatan

Logam berat merupakan polutan yang sangat toksik dan sangat berpengaruh

terhadap kesehatan manusia, beberapa logam berat yang berpengaruh bagi kesehatan

tersebut antara lain (Darwono, 1995):

1. Logam krom

Logam krom merupakan logam berat yang berbahaya dan beracun dengan

konsentrasi yang tinggi akan membahayakan lingkungan. Sumber utama limbah krom

adalag industri pelapisan logam, penyamakan kulit dan industri kimia. Adapun

sifat-sifat yang dimiliki oleh logam krom adalah (Darwono, 1995):

1. Sifat kimia krom

a. Logam yang mengkilap dan titik cairnya tinggi yang banyak dipergunkan

di indusri baja.

(30)

c. Pada tingkat konsentrasi 10 ppm dalam air, krom diperkirakan toksik bagi

beberapa alga

2. Sifat fisik krom

a. Titik lebur 1903oC pada tekanan 1 atm

b. Titik didih 2642oC pada 1 atm

c. Massa jenis 650 gr/cm3

Krom valensi tiga dalam jumlah tertentu merupakan unsur yang esensial bagi

manusia dan hewan untuk mempertahankan proses metabolisme glukosa. Pemasukan

krom secara oral dalam jumlah berlebih dapat menimbulkan kerusakan hati

dan ginjal (Darwono, 1995).

2. Logam Nikel

Nikel merupakan salah satu Iogam berat yang sering dipergunakan di dalam

proses industri. Biasanya logam nikel digunakan untuk proses pelapisan logam.

Limbah industri elektroplating yang tidak diolah dapat mencemari lingkungan.

Keracunan dapat terjadi lewat pernafasan atau terserap lewat kulit dan yang diserang

adalah syaraf. Akumulasi Ni dalam tubuh dalam jumlah berlebih dapat menimbulkan

kerusakan hati dan ginjal dan anemia atau gangguan kecerdasan pada keturunan

(Darwono, 1995).

3. Logam Timbal (Pb)

Timbal dalam dosis tertentu dapat digunakan untuk campuran bahan bakar

bensin yang berfungsi untuk menaikan nilai oktan dan ini memnyebabkan

(31)

atau terserap lewat kulit dan yang diserang adalah syaraf. Akumulasi Pb dalam

tubuh dapat menyebabkan anemia atau gangguan kecerdasan pada keturunan

(Darwono, 1995).

4. Tembaga (Cu)

Air minuman seperti air buah-buahan yang telah masak pada pH lebih kecil

dari 5,5 dapat melarutkan Cu bila ditempatkan dalam alat-alat yang mengandung

logam Cu sehingga dapat memcemari minuman tersebut.

Keracunan tembaga dalam tubuh manusia dapat menyebabkan kerusakan hati,

ginjal, penyakit kuning, radang paru-paru dan gangguan pernafasan yang berakibat

kematian (Darwono, 1995).

5. Logam Kadmium

Pada umumnya gelas-gelas berwarna dan logam-logam alat rumah tangga bila

dilapisi dengan kadmium akan menjadi masalah karena lapisan kadmium ini dapat

larut dalam makanan asam dan cuka.

Masuknya kadmim dalam batas yang tidak dizinkan sangat berbahaya karena

dapat menyebabkan penyakit jantung, efek lain yaitu dapat meracuni pernafasan yang

mengakibatkan kerusakan pada paru-paru, usus, hati, ginjal dan akhirnya dapat

menyebabkan kematian. Pada umumnya keracunan kadmium dapat merusak semua

(32)

2.7 Kemampuan Kitosan Untuk Menyerap Logam

Kemampuan kitosan untuk mengikat logam dengan cara pengkhelat adalah

dihubungkan dengan kadar nitrogen yang tinggi pada rantai polimernya. Kitosan

mempunyai satu kumpulan amino linier bagi setiap unit glukosa. Kumpulan amino ini

mempunyai sepasang elektron yang dapat berkoordinat atau membentuk ikatan –

ikatan aktif dengan kation – kation logam. Unsur nitrogen pada setiap monomer

kitosan dikatakan sebagai gugus yang aktif berkoordinat dengan kation logam

(Hutahahean, 2001).

Interaksi kitosan dengan ion logam terjadi karena proses pengkompleksan

dimana penukaran ion, penyerapan dan pengkhelatan terjadi selama proses

berlangsung. Ketiga proses tersebut tergantung dari ion logam masing – masing

seperti penukaran ion logam masing – masing seperti penukaran ion pada logam Ca.

Kitosan menunjukkan affinitas yang tinggi pada logam transisi golongan 3, begitu

pula pada logam yang bukan golongan alkali dengan konsentrasi rendah

(Muzzarelli, 1973).

Menurut Mc Kay (1987), kitosan mempunyai kemampuan untuk mengikat

logam dan membentuk kompleks kitosan dengan logam. Contoh mekanismenya

adalah sebagai berikut :

2R-NH3+ + Cu 2+ + 2Cl- (RNH2)CuCl2

Pengaruh pH yang rendah akan mengurangi penyerapan ion logam kedalam

(33)

2.8 Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses akumulasi substansi dipermukaan antara dua fasa yang

terjadi secara fisika dan atau kimia, atau proses terserapnya molekul-molekul pada

permukaan eksternal atau internal suatu padatan. Akumulasi yang terjadi dapat

berlangsung pada proses cair-cair, cair-padat dan padat-padat. Sedangkan

komponen-komponen yang diserap disebut adsorbat contoh bahan yang bisa digunakan

sebagai adsorbat antara lain : aluminium, karbon aktif, silika gel, dan lain-lain

(Mc. Cabe, 1999)

Adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya tarik dari permukaan adsorban dan

energi kinetik molekul adsorbat, dapat berupa adsorpsi fisika, adsorpsi kimia dan

adsorpsi isoterm. Pada adsorpsi fisika terjadi gaya van der Waals antara molekul

adsorbat dan adsorban untuk berikatan. Hal ini terjadi akibat perbedaan energi gaya

tarik elektrostatik oleh karena itu adsorpsi fisika merupakan reaksi reversibel.

Sedangkan adsorpsi kimia adalah merupakan interaksi antara elektron-elektron pada

permukaan adsorben dengan molekul-molekul adsorbat membentuk ikatan yang lebih

kuat dibandingkan dengan adsorpsi fisika dan proses ini merupakan irreversibel

(Bernasconi, 1995)

Proses adsorpsi berlangsung dalam tiga tahap yaitu : pergerakan

molekul-molekul adsorbat menuju permukaan adsorben, penyebaran molekul-molekul-molekul-molekul

adsorbat kedalam rongga-rongga adsorben dan penarikan molekul-molekul adsorbat

oleh permukaan aktif membentuk ikatan yang berlangsung sangat cepat (Sorpsi)

(34)

Pada adsosrpi di dalam permukaan tetap konsentrasi fase fluida dan fase zat

padat berubah menutut waktu dan menurut posisinya di dalam permukaan. Kinetika

adsorpsi dapat dianggap sebagai laju reaksi yang merupakan perbedaan waktu.

Pengambilan logam (q) adalah adsorben dihitung dengan menggunakan persamaan :

W

Cf = Konsentrasi akhir logam (mg/l)

W = Berat adsorben (g)

q = Banyaknya logam yang teradsorpsi dalam adsorben (mg/l)

Model isoterm Langmuir diterapkan dengan asumsi bahwa seluruh permukaan

adsorben mempunyai afinitas yang relatif sama atau perbeda yang tidak signifikan

terhadap logam. Persamaanya dalam bentuk umum adalah :

bCf

Cf = konsentrasi kesetimbangan adsorbat dalam larutan (mg/l)

qmax = konstanta kapasitas adsorsi langmui (mg/l)

b = konstanta energi adsorpsi langmuir

Persamaan diatas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan linier sebagai berikut :

(35)

Dengan memplotkan harga Cf terhadap Cf/q sehingga dapat ditentukan nilai konstata

qmax dan b untuk setiap kondisi percobaan.

Dalam persamaan isoterm Freundlich adsorpsi terjadi pada lebih dari satu

lapisan tunggal dengan permukaan yang homogen sehingga ikatan di masing-masing

tempat pelekatan berbeda. Persamaan empiris untuk isoterm Freundlich dapat ditulis

dalam bentuk :

x/m = KfCf1/n ... (2.4)

dimana :

x/m = Jumlah adsorbat yang teradsorpsi per unit berat adsorben (mg/L).

Cf = Konsentrasi kesetimbangan adsorbat dalam larutan setelah adsorpsi

berlangsung(mg/L).

Kf,n = Konstanta empiris

Konstanta dalam isoterm Freunflich dapat ditentukan dengan memplotkan x/m

terhadap Cf sehingga dihasilkan persamaan sebagai berikut:

log(x/m) = log Kf + 1/n log Cf ... (2.5)

2.9 Membran

Kata membran berasal dari bahasa latin membrana yang berarti potongan kain. Membran adalah suatu lapisan yang memisahkan dua fasa dimana perpindahan

massanya dapat diatur dan hanya dapat dilewati oleh ion-ion tertentu. Komponen

aktif membran adalah suatu senyawa bermuatan atau netral yang mampu membentuk

(36)

membran organik. Senyawa seperti ini disebut ionofor atau pembawa ion (ion

carrier). Membran disebut juga selaput dan bersifat semipermeabel yang

memungkinkan lewatnya jenis molekul tertentu. Membran dapat berupa padatan

ataupun campuran dan berfungsi sebagai media pemisah yang selektif berdasarkan

perbedaan kofesien difusivitas, muatan listrik maupun perbedaan kelarutan.

Membran banyak digunakan dalam proses pemisahan, pemurnian, dan

pemekatan suatu larutan. Keunggulan pemisahan dengan menggunakan membran

antar lain hemat energi, serta mampu memisahkan larutan - larutan yang peka

terhadap suhu.

Membran kitosan lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan membran kitin.

Karena kelarutannya yang tinggi terhadap asam asetat 1% sehingga mudah untuk

mendapatkan membrannya setelah pelarutnya diuapkan. Namun karena ketahanan

sobeknya rendah untuk kegunanan tertentu sering ditambahkan polimer penguat

seperti polivinil klorida (PVC), PVA, poliester dan N-metilon nilon.

Membran kitosan adalah membran pengkompleks pertama dari polimer alam

dan telah digunakan untuk menarik unsur-unsur logam transisi dalam jumlah renik

dari larutan garamnya.

2.10 Klasifikasi Membran

Banyak jenis membran yang kita kenal sehingga dapat diklasifikasikan

memnjadi beberapa golangan. Misalnya ada membran berukuran tipis atau tebal,

(37)

sebagainya. Secara makro membran merupakan pembatas antara dua fasa yang

berjalan secara selektif sedangkan proses pemisahannya merupakan skala mikro yang

meliputi difusi, pelarutan, osmosis, ultrafiltrasi, dialisis, pertukaran ion, dan

elektrodialisa (Stephenson, 2000).

Membran dapat dibagi berdasarkan beberapa hal (Mulder, 1991) yaitu :

1 Jenis membran berdasarkan bahan dasar pembuatannya

a. Membran biologis, yaitu membran yang terdapat dalam sel mahluk hidup

b. Membran sintetis, dapat dibedakan menjadi membran organik (bahan

penyusun utamanya adalah polimer atau cairan), membran anorganik (bahan

penyusun utamanya logam atau non logam, kaca), atau campuran keduanya

(keramik).

2. Jenis membran Berdasarkan fungsi

Membran dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan yang secara tidak

langsung berhubungan dengan ukuran diameter yang akan dipisahkan, membran

mikrofiltrasi memiliki ukuran pori 0,02 – 10 m dan tebal antara 10 – 150 m.

Mikrofiltrasi digunakan pada berbagai macam aplikasi di Industri terutama untuk

pemisahan partikel ukuran 0,1 m dari larutannya, membran mikrofiltrasi dapat

dibedakan dari membran reverse osmosis (RO) dan ultrafiltrasi (UL) berdasarkan

ukuran partikel yang dapat dipisahkan. Membran ultrafiltrasi ukuran porinya berkisar

antara 0,05 – 1 m terutama untuk pemisahan partikel ukuran 0,001 m dari

larutannya. Sedangkan proses reverse osmosis menggunakan membran dengan

(38)

memisahkan zat terlarut yang memiliki berat molekul rendah seperti garam

anorganik atau molekul organik kecil seperti glukosa dan sukrosa dari larutannya.

3. Jenis membran berdasarkan prinsip pemisahan akibat ukuran pori

Berdasarkan urukan porinya untuk proses pemisahan, membran dapat

diklsasifikasikan sebagai berikut :

a. Membran berpori, prinsip pemisahannya bersadarkan ukuran partikel zat yang

akan dipisahkan dengan ukuran pori-pori membran. Membran jenis ini biasa

digunakan dalam proses pemisahan mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi

b. Membran tak berpori, prinsip pemisahannya berdasarkan perbedaan kelarutan

dan kemampuan berdifusi suatu zat terhadap membran tersebut. Membran ini

digunakan untuk pemisahan gas dan pervaporasi

c. Membran cair (berbentuk emulsi), dimana di dalam membran terdapatzat

pembawa yang menentukan selektivitas terhadap komponen tertentu yang

akan dipisahkan. Pemisahan menggunakan membran cair sering dilakukan

dengan teknik difusi berfasilitas dengan memilih jenis emulsi dan zat

pembawa yang spesifik untuk zat tertentu.

2.11 Membran Polimer Alam

Polimer alam yang sudah banyak digunakan sebagai membran adalah turunan

selulosa seperti selulosa asetat, selulosa triasetat, etil selulosa. Selulosa nitrat dan

(39)

selulosa dapat digunakan sebagai membran ultrafiltrasi maupun mikrofiltrasi bahkan

untuk membran revese osmosis,

Bahan dasar sari selulosa asetat adalah selulosa. Selulosa adalah merupakan

polimer alam yang mempunyai struktur rantai yang linier seperti batang dan molekul

infleksibel, bersifat hidrofilik namun tidak larut dalam air, hal ini disebabkan sifat

kristalin dai ikatan hidrogen antara gugus hidroksilnya (Mulder, 1991).

2.12 Karakterisasi Membran

Agar diperoleh membran yang baik perlu dilakukan karakterisasi yang

meliputi pengukuran terhadap fungsi dan efesiensi membran yaitu permeabilitas dan

permselektivitas membran. Selain dari pada itu karakteristik sifat mekanik juga

diperlukan untuk mengetahui kekuatan membran, seperti uji kekuatan tarik dan daya

jebol. Morfologi mikrostruktur membran dapat dilihat dengan alat Scanning Electron

Microscopy (SEM).

1 Permeabilitas

Permeabiltas merupakan ukuran kecepatan dari suatu spasi untuk menembus

membran. Sifat ini dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran pori, tekanan yang diberikan,

serta ketebalan membran. Permeabiltas dinyatakan sebagai suatu besaran fluks yang

didefinisikan sebagai jumlah volume permeat yang melewati satu satuan luas

membran dalam suatu waktu tertentu dengan adanya gaya penggerak berupa tekanan

(40)

2 Permselektivitas

Permselektivitas dapat digunakan untuk mengetahui daya membran dalam

menahan dan melewati suatu partikel. Sifat ini tergantung pada interaksi antara

membran dengan partikel tersebut, ukuran pori membran, dan ukuran partikel yang

akan melewati poli membran. Permselektivitas dinyatakan sebagai koefisien rejeksi,

dilambangkan dengan R, yaitu fraksi konsentrasi zat yang tertahan oleh membran.

Semakin besar R berarti semakin selektiv membran tersebut dalam melewatkan

partikel-partikel dalam larutan umpan (Mulder, 1991).

3 Sifat Mekanik

Karakterisasi sifat mekanik perlu dilakukan untuk mengetahui kekuatan

membran terhadap gaya yang berasal dari luar yang dapat merusak membran.

semakin rapat skruktur membran, berarti jarak antara molekul dalam membran

semakin rapat sehingga mempunyai kekuatan tarik dan jebol yang kuat.

Untuk mengetahui morfologi membran, digunakan Scanning Electron

Microscopy (SEM), yang dapat memberikan informasi mengenai struktur membran

dan penampang lintang. Dengan SEM juga dapat diperoleh data mengenai ukuran

porinya, sehingga dari hasil ini dapat ditentukan standar keseragaman struktur

membran yang dapat digunakan (Mulder, 1991).

2.13 Penyediaan Membran Kitosan Glutaraldehid

Metode penyediaan membran kitosan glutaraldehid telah dilakukan oleh

(41)

dalam 200 mL CH3COOH 1N pada temperatur 25 oC. Campuran larutan dituang

kedalam plat kaca yang memiliki sisi dan kemudian dikeringkan pada suhu 60 oC

dalam oven. Setelah mengering, membran kitosan dicelupkan ke dalam NaOH 1 N,

kemudian dicuci berulang-ulang dengan akuades. Untuk mendapatkan membran

kitosan glutaraldehid, membran kitosan yang telah dicuci dicelupkan ke dalam larutan

glutraldehid 0,4% (50 mL) yang mengandung 5 mL H2SO4 0,5 N yang kemudian

(42)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Fakultas MIPA

Universitas Sumatera Utara dengan lama waktu penelitian dilakukan selama 6

(enam) bulan.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan dari kulit

udang dan limbah cair industri pelapisan yang terdapat di sekitar kota Medan. Bahan

analisis dan pembantu yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

a. Asam asetat, CH3COOH

b. Natrium Oksida, NaOH

c. Glutaraldehide

d. Asam Sulfat, H2SO4

e. Aquades

3.2.2 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini

a. Alat – alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium

(43)

c. Scanning Electron Microscopy (SEM) d. Spectofotometer Serapan Atom (AAS)

e. Spectroskopis FT-IR

f. Uji Tarik dengan menggunakan Universal Testing Machine

g. Kolom ekstraksi fasa padat

Pengukuran Spektofomeret Serapan Atom (AAS) di lakukan di Laboratorium

Balai Riset dan Standardisasi Medan dan analisa SEM (Scanning Electron

Microscopy) dilakukan di Laboratoruim Geologi Institut Teknologi Bandung -

Bandung serta pegukuran pergeseran bilangan gelombang digunakan Spectroskopis

FT-IR di Laboratorium Kimia Organik Universitas Gajah Mada UGM – Jogyakarta,

sedangkan pengukuran uji tarik di lakukan di Laboratorium Penelitian FMIPA

USU – Universitas Sumatera Utara.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas tiga tahap:

1. Penyediaan membran kitosan (Uragami dan Tomaszeska, 1994)

2. Analisa limbah cair.

3. Analisa Uji Tarik

4. Perlakuan dan analisa kadar krom dan nikel limbah cair Industri pelapisan

(44)

3.3.1 Penyediaan Membran Kitosan (Uragami dan Tomaszeska, 1994)

a. Lima (5) g kitosan dari kulit udang dilarukan dalam 250 ml CH3COOH

1% pada suhu 25oC.

b. Bahan yang telah dicampur diaduk hingga homogen sehingga diperoleh

kitosan 2% kemudian dituangkan ke dalam plat kaca dan dikeringkan pada

suhu kamar

c. Campuran kitosan 2% di celupkan ke dalam NaOH 1% pada suhu 25oC dan

dilanjutkan dengan pencucian berulang-ulang dengan air murni untuk

menghilangkan kadar NaOH dan dikeringkan pada suhu kamar.

d. Membran kitosan yang dihasilkan kemudian dicelupkan ke dalam larutan

glutaraldehide 0.4 % sebanyak 50 ml yang mengandung 0.5 N H2SO4 (5

ml) kemudian di cuci berulang - ulang dengan air murni dan dikeringkan

pada suhu kamar.

e. Ulangi prosedur 1 sampai 4 untuk konsentrasi membran kitosan 1,3,4,5,6 %

3.3.2 Analisa limbah cair

Air limbah industri pelapisan logam yang digunakan berasal dari pabrik industri

pelapisan logam yang ada di Medan kemudian dibawa ke laboratorium untuk

dianalisa kadar logam Cr (krom) dan Ni (nikel) dengan menggunakan Atomic

(45)

3.3.3 Analisa Uji Tarik

Uji tarik membran kitosan adalah untuk melihat kekuatan tegangan yaitu

kekuatan tarik pada saat putus (kgf) dan regangan yaitu kekuatan regangan pada saat

putus (mm/menit). Membran kitosan yang diuji hanya pada konsentrasi membran

kitosan 1, 2, dan 3%.

3.3.4 Perlakuan dan analisa limbah cair dengan membran kitosan

Membran kitosan yang digunakan untuk menurunkan kadar logam Cr dan Ni

pada limbah cair industri pelapisan logam. Adapun tahap pengoperasian terhadap

limbah cair industri pelapisan logam adalah sebagai berikut :

1. Membran kitosan dimasukkan dalam kolom

2. Sampel limbah cair pelapisan logam dipipet sebanyak 50 ml di masukkan dalam

kolom yang telah berisi membran kitosan

3. Didiamkan selama 10, 30, 60, 90, dan 120 menit (waktu kontak) kemudian

sampel dilewatkan dan dimasukkan kedalam botol sampel untuk dianalisa dengan

menggunakan Spektrofotomer Serapan Atom (AAS) untuk mengetahui kadar Cr

dan Ni setelah perlakuan limbah dengan membran kitosan.

4. Kemudian dilakukan dengan konsentrasi kitosan dalam membran 1,3, 4,5 dan 6 %

5. Langkah 1 sampai 4 diulangi masing-masing 2 kali dengan waktu kontak dan

(46)

Gambar 3 dan 4 menunjukkan membran yang masih dalam cetakan dan

membran yang sudah dicelupkan dengan NaOH dan Glutaraldehide setelah beberapa

kali pencucian dengan aquades.

Gambar 3. Foto Membran Kitosan 2% yang masih dalam cetakan

(47)

Gambar 5. menunjukkan mekanisme penyerapan logam krom dan nikel

Gambar 5. Skema peralatan penyerapan membran kitosan

Keterangan gambar :

a. Limbah cair sebelum lewatkan dengan membran kitosan

b. Kolom fasa padat

c. Membran kitosan

d. Erlenmeyer vakum

e. Limbah cair sesudah dilewatkan dengan membran kitosan

(48)

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Pembuatan Membran Kitosan

Gambar 3.4 menunjukkan bagan penelitian pembuatan membran kitosan

dilarutkan dalam 250 ml CH3COOH 1%

dicuci berulang-ulang dengan akuades

didiamkan pada suhu kamar

dicelupkan dalam 50 ml glutaraldehid 0,4% yang mengandung 5 ml asam sulfat 0,5 N

dicuci berulang-ulang dengan akuades

didiamkan pada suhu kamar Larutan Kitosan 2 % 5 g Serbuk Kitosan

(49)

3.4.2 Penggunaan Membran Kitosan Sebagai Penurun Konsentrasi Ion Logam

Gambar 3.5 menunjukkan bagan penelitian penggunaan membran kitosan

50 ml Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

dilewatkan melalui membran kitosan glutaraldehid dengan variasi waktu kontak (10, 30, 60, 90, dan

120) menit dengan konsentrasi Membran (1,2,3,4,5,

dan 6) %

Analisis logam Cr dan Ni dengan AAS

Larutan hasil penyerapan

(50)

3.4 Rancangan Penelitian

Pengujian perbedaan varians sangat banyak kegunaannya dalam penelitian.

Pengujian menggunakan analisis varian dalam statistika parametrik diantara

kelompok yang saling memiliki perbedaan sebagai adanya perlakukan dilakukan

dengan menggunakan Analysis of Varian (ANOVA).

Rancangan penelitian dengan menggunakan Anova. Uji Anova interaksi dua

faktor (Two way ANOVA) dilakukan untuk mengetahui perbedaan nyata rata-rata

antara varian dari tiga kelompok sampel atau lebih berdasarkan satu faktor dan dilihat

interaksinya dengan faktor-faktror lain. Analisis ini terhadap rancangan dalam

penelitian ini adalah menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)

yang merupakan desain percobaan yang memiliki ciri pada ditentukannya kelompok

dengan jumlah yang sama dan masing-masing kelompok memberikan perlakuan.

Dalam penelitian ini uji yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan nyata

rata-rata antar varian dari tiga kelompok sampel berdasarkan satu faktor perlakuan yang

mempengaruhi masing-masing parameter yaitu konsentrasi membran kitosan dan

waktu kontak.

Pada analisis kasus dalam penyelesaian ini dengan menggunakan Minitab 14

(51)

Tabel 3. Bentuk data rancangan dari Minitab

Total Blok Waktu Kontak (menit) Konsentrasi Membran

Kitosan

1 = Konsentrasi Membran kitosan 1% 2 = Konsentrasi Membran kitosan 2%

3 = Konsentrasi Membran kitosan 3% 4 = Konsentrasi Membran kitosan 4%

(52)

Dari Tabel ANOVA dapat diketahui perbedaan rata-rata kadar Cr dan Ni berdasarkan

kelompok konsentrasi membran kitosan dan waktu kontak dengan menentukan

hipotesis (Ho dan H1) maka pengambilan keputusan adalah :

Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, dan jika probabilitas < 0,05 maka Ho

ditolak atau H1 diterima. Pengertian total adalah menyatakan jumlah kuadrat dari

(53)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Konsentrasi Kitosan Terhadap Morfologi Membran Kitosan

Konsentrasi kitosan berpengaruh terhadap morfologi membran kitosan yang

dihasilkan seperti dapat dilihat pada Gambar 8 a – 8 f. Gambar 8 a adalah membran

dengan komposisi paling rendah dimana membran yang dihasilkan masih banyak

mengandung pelarut asam asetat sehingga tidak larut dengan sempurna. Kitosan harus

melarut dengan sempurna agar membran yang terbentuk benar-benar halus dan

homogen. Pada penelitian ini ternyata serbuk kitosan tidak mampu melarut sempurna

dengan asam asetat. Kitosan yang belum larut sempurna, mengakibatkan gumpalan

yang mengering bersama dengan membran. Atau bisa juga disebabkan oleh adanya

gelembung udara yang terperangkap pada saat pencetakan membran yang

mengakibatkan membran cepat robek karena tipis.

Molekul kitosan yang belum larut sempurna selain berpotensi untuk

menyebabkan lubang pada membran, juga dapat menutupi pori membran. Jadi

dengan kata lain, adanya molekul kitosan yang belum larut juga dapat menurunkan

daya serap logam-logam berat.

Pada Gambar 8 b dan 8 c yang menunjukkan morfologi membran kitosan

masing-masing untuk konsentrasi 2 dan 3% dapat dilihat bahwa dengan konsentrasi

membran 2 dan 3% pelarut membran yaitu asam asetat lebih cepat menguap dan

(54)

Sehingga mampu larut dengan sempurna dan membran yang terbentuk benar-benar

halus dan homogen, karena pori-pori yang terbentuk lebih kecil terlihat kasat mata.

Sedangkan untuk konsentrasi membran kitosan 4, 5 dan 6%, kelarutan asam

asetat dalam membran kitosan pada konsentrasi tersebut tidak dapat larut atau

mengalami kejenuhan. Gambar di bawah ini adalah gambar morfologi membran

kitosan dengan menggunakan alat Scanning Electrone Mikroscopy (SEM).

a b

c d

e f

Gambar 8. Morfologi Membran Kitosan menggunakan SEM

(55)

4.2 Spektrum IR Membran Kitosan

Dari hasil analisa Spektrofotometer infra red (FT-IR) (Tabel 4 dan Gambar 9)

membran kitosan menunjukkan adanya pembentukan membran kitosan yaitu pada

serapan daerah panjang gelombang (cm-1): amina (ikatan N-H) pada 3425,3;

(ikatan C-H) pada 2877,6 ; pita amida (ikatan C=O) pada 1608,5; (ikatan C-N) pita

hidroksi pada 1390,9.

Tabel 4. Spektrum Infa Merah

Ikatan Panjang gelombang

literatur (cm-1)

(56)

C-N C=O

C-H

N-H

Gambar 9 Spektrum Transformasi Infra Merah (FTIR) Membran Kitosan

4.3 Hasil Analisa Parameter Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

Tabel 5. menunjukkan hasil pengujian kadar logam krom dan nikel limbah

cair industri pelapisan logam.

Tabel 5. Karakteristik limbah industri pelapisan logam

No Parameter Hasil Alat Uji Baku Mutu

1 Warna Cokelat tua keruh Visual -

2 Ph 5 pH Meter 6-9

3 Kadar Krom (mg/L) 14,46 AAS 0,1

(57)

Limbah cair Industri pelapisan logam terlihat cokelat tua dan keruh yang

menunjukkan banyaknnya partikel terlarut. Kadar krom dan nikel dalam limbah cair

industri pelapisan logam masing-masing 14,46 mg/L dan 9,73 mg/L dan ini masih

jauh dari baku mutu yang diizinkan Pemerintah sesuai KEP-51/MENLH/10/1995

tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri yaitu masing-masing 0.1 mg/L

untuk logam Krom dan 1.0 mg/L untuk logam Nikel.

Dalam penelitian inikel pH limbah cair tidak dilakukan perlakuan karena tidak

ada perubahan pH karena membran kitosan yang sudah dicelupkan dengan

glutaraldehide tidak mempengaruhi pH. Hal ini terlihat pada hasil uji pH yang

menunjukkan hasil uji pH sebesar 5 dan berada pada range baku mutu yaitu 6-7.

4.4 Pengaruh Waktu Kontak dan Konsentrasi Membran Kitosan Terhadap % Daya Serap

Banyak penelitian-penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis fungsi

kitosan sebagai adsorben senyawa organik. Margonof (2003) telah menganalisis

kemampuan kitosan sebagai adsorben logam-logam berat seperti Kadmium (Cd),

Timbal (Pb), Krom (Cr), Tembaga (Krom), dan Nikel (Nil). Kemampuan kitosan

tersebut karena adanya sifat-sifat kitosan yang dihubungkan dengan gugus amino dan

hidroksil yang terikat, sehingga menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas kimia

yang tinggi dan menyebabkan sifat polielektrolit kation. Akibatnya kitosan dapat

(58)

penelitian ikat silang (kromosslink) dengan glutaraldehide yang disalut (coating) pada kertas saring dan melakukan adsorpsi pada logam Nikel dan Krom dengan

menggunakan ekstraksi fasa padat.

Kitosan yang telah diubah wujudnya menjadi membran belum diketahui

apakah dapat mengadsorpsi senyawa organik seperti halnya serbuk kitosan. Maka

dengan uji pendahuluan dicoba kemampuan membran kitosan untuk mengadsorpsi

logam berat krom dan nikel dari limbah industri pelapisan logam. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui apakah ada proses adsorpsi logam berat krom dan nikel yang

dilakukan oleh membran kitosan.

Dengan menvariasikan konsentrasi membran 1, 2, 3, 4, 5, dan 6% dan waktu

kontak membran dengan limbah cair selama 10, 30, 60, 90 dan 120 menit, ternyata

membran kitosan dapat mengadsorpsi logam krom dan nikel yang terdapat dalam

limbah cair industri pelapisan logam.

Gambar 10 menunjukkan grafik hubungan waktu kontak dengan % daya serap

terhadap logam krom untuk konsentrasi membran kitosan 1 sampai 6%. Daya serap

krom untuk konsentrasi membran kitosan 1 dan 2% menunjukkan semakin tinggi

waktu kontak maka semakin tinggi % daya serap, tetapi daya serap yang dihasilkan

tidak memenuhi baku mutu yang telah ditentukan oleh Pemerintah yaitu 0,1 mg/L

(Tabel 5) sedangkan daya serap yang diperoleh pada konsentrasi membran kitosan 1

(59)

93,00

Membran Kitosan 1% Membran Kitosan 2%

Membran Kitosan 3% Membran kitosan 4%

Membran Kitosan 5% Membran Kitosan 6%

Gambar 10. Grafik Hubungan waktu kontak dengan daya serap terhadap logam krom

Untuk konsentrasi 4 sampai 6% semakin tinggi waktu kontak maka semakin

rendah % daya serap yang didapat, karena konsentrasi membran kitosan relatif tinggi

maka larutan membran kitosan yang dihasilkan kental akibatnya membran yang

dihasilkan tidak mampu menyerap logam krom, dan makin lama waktu kontak

maka % daya serap logam krom semakin menurun hal ini disebabkan membran

kitosan pada konsentrasi tinggi sudah mengalami kejenuhan. Karena kelarutan

polimer dalam suatu pelarut terbatas, sehingga pada konsentrasi tertentu mengalami

kejenuhan (daya serapnya menurun) (Adiarto, 1996).

Sedangkan konsentrasi membran kitosan 3 % dimana pada menit ke-30

dicapai daya serap yang tertinggi, hal ini disebabkan membran kitosan dengan

komposisi 3% mampu melarutkan asam asetat sehingga membran yang dihasilkan

homogen yang berpengaruh terhadap pori-porinya, sehingga dapat menghasilkan %

(60)

Hal ini telah memenuhi baku mutu yang diizinkan oleh pemerintah yaitu 0,1.

Jika dibandingkan dengan kadar logam krom pada limbah cair sebelum dilewatkan

pada membran kitosan sebesar 14,46 mg/L (Tabel 5 ) maka setelah dilewatkan

pada membran kitosan terjadi penurunan tertinggi yaitu 99,87 %. Seperti Muzzarelli

(1985) menyatakan bahwa kitosan mampu mengikat ion-ion logam dari sejumlah

larutan. Dan menunjukkan bahwa membran kitosan efektif untuk mengadsorpsi

logam- logam berat.

Tabel 6. Analisa kadar logam krom setelah dilewatkan dengan membran kitosan Konsentrasi Membran

Selanjutnya Gambar 11 menunjukkan grafik hubungan waktu kontak dan daya

(61)

Gambar 11 dapat dilihat bahwa % daya serap yang terbaik adalah pada konsentrasi

membran kitosan 2% dengan waktu kontak 30 menilt. Hal ini disebabkan

kemampuan membran kitosan untuk menahan molekul logam nikel pada konsentrasi

rendah sudah memenuhi standart, karena konsentrasi logam nikel yang dihasilkan

dari limbah cair industri pelapisan logam relatif rendah yaitu 9,73 mg/L (Tabel 5)

sehingga membran kitosan dengan konsentrasi 2% sudah dapat menyerap logam

nikel, dibandingkan dengan krom yang pada konsentrasi 3%. Jadi tidak memerlukan

konsentrasi dan waktu kontak yang tinggi untuk menyerap logam nikel.

88,00

Membran Kitosan 1% Membran Kitosan 2% Membran Kitosan 3% Membran Kitosan 4% Membran Kitosan 5% Membran Kitosan 6%

Gambar 11 Grafik Hubungan waktu kontak dengan daya serap terhadap logam nikel

Pada membran kitosan dengan konsentrasi 2%, pada menit ke 30 dicapai %

daya serap yang tinggi yaitu 99,13% dan kadar yang diserap 0,082 mg/L yang dapat

(62)

Pemerintah yaitu 1,0 mg/L. Karena membran kitosan dengan komposisi 2% mampu

melarutkan asam asetat sehingga membran yang dihasilkan homogen.

Tabel 7. Analisa kadar logam nikel setelah dilewatkan dengan membran kitosan Konsentrasi Membran

Membran kitosan pada konsentrasi 3% sampai dengan 6% mempunyai %

daya serap sangat rendah karena konsentrasinya tinggi hal ini disebabkan dengan

meningkatnya konsentrasi membran kitosan maka efesiensi untuk menurunkan kadar

logam nikel menurun karena membran kitosan dengan konsentrasi yang tinggi

berpeluang mengakibatkan kebocoran membran, akibatnya molekul-molekul nikel

tidak dapat melewati membran dan dapat menurunkan daya serap membran kitosan

(63)

4.5 Isoterm Adsorpsi

Isoterm adsorpsi menguraikan bagaimana adsorbat (bahan yang diserap)

saling berhubungan dengan adsorben. Membran kitosan yang digunakan dalam

penelitian ini berfungsi sebagai adsorben untuk menyisihkan ion logam krom dan

nikel dalam limbah cair industri pelapisan logam. Dari hasil plot Cf dan Cf/q dengan

menggunakan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir yaitu Cf/q = 1/qmaxb + Cf/qmax

memberikan harga koefisien korelasi yang tinggi. Dari nilai R2 menunjukkan bahwa

Persamaan isoterm Langmuir merupakan model persaman kesetimbangan yang baik,

hal ini disebabkan harga koefisien korelasi (R2) lebih besar yaitu 0,9999 relatif

mendekati 1 (Lampiran 5).

Untuk logam nikel dari hasil plot Cf dan Cf/q dengan menggunakan

Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir memberikan harga koefisien korelasi yang

tinggi. Dari nikellai R2 menunjukkan bahwa persamaan Isoterm Langmuir

merupakan model persaman kesetimbangan yang baik, hal ini disebabkan harga

koefisien korelasi (R2) lebih besar yaitu 0,9997 relatif mendekati 1 (Lampiran 5).

Berdasarkan rentang penelitian diperoleh waktu yang terbaik untuk krom

yaitu pada waktu kontak 30 menit dengan konsentrasi membran kitosan 3 % dan

untuk nikel pada waktu kontak 30 menit dengan konsentrasi membran kitosan 2%,

sehingga dengan menggunakan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir diperoleh

persamaan: Untuk Logam krom : Y = 26,26X +0,002 R2 = 0,9999

(64)

4.6 Hasil Uji Statistik Terhadap Logam Krom Dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

Hasil penelitian pengaruh konsentasi dan waktu kontak terhadap penurunan

kadar logam krom dari limbah cair industri pelapisan logam dapat dilihat pada Tabel

8 di bawah ini:

Tabel 8 Analisa varian untuk parameter Krom

Sumber Varian Derajat

Kebebasan

Dari tabel di atas dapat disimpulkan :

Ho = semua perlakuan mempunyai pengaruh yang sama terhadap kadar krom

H1 = tidak semua perlakuan mempunyai pengaruh yang sama terhadap kadar krom.

Maka hipotesis di atas dapat menjadi dasar pengambilan keputusan berdasarkan

probabilitas yaitu :

Probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, dan

(65)

Pada Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa nilai F hitung adalah 2,89 dengan

probabilitas 0,030 karena probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima atau

kesimpulan yang dapat diambil adalah terbukti secara menyakinkan bahwa tidak

semua perlakuan perlakuan mempunyai pengaruh terhadap penurunan kadar logam

krom limbah cair industri pelapisan logam, ini terbukti secara menyakinkan bahwa

konsentrasi membran kitosan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap penurunan

kadar krom secara signifikan karena ada perbedan nyata. Untuk waktu kontak nilai F

hitung adalah 0,78 dengan probabilitas 0,544 karena probabilitas > 0,05 maka Ho

diterima dan H1 ditolak atau kesimpulan yang dapat diambil adalah terbukti secara

menyakinkan bahwa semua perlakuan mempunyai pengaruh yang sama terhadap

penurunan kadar krom limbah cair industri pelapisan logam

4.7 Hasil Uji Statistik Terhadap Logam Nikel Dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

Hasil penelitian pengaruh konsentrasi dan waktu kontak terhadap penurunan

kadar logam nikel dari limbah cair industri pelapisan logam dapat dilihat pada

(66)

Tabel 9. Analisa varian untuk parameter nikel

Sumber Varian Derajat

Kebebasan

Dari tabel di atas dapat disimpulkan :

Ho = semua perlakuan mempunyai pengaruh yang sama terhadap kadar nikel

H1 = tidak semua perlakuan mempunyai pengaruh yang sama terhadap kadar nikel

Maka hipotesis di atas dapat menjadi dasar pengambilan keputusan berdasarkan

probabilitas yaitu :

Probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, dan

Probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak atau H1 diterima

Pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk varibel

konsentrasi membran kitosan adalah 1,12 dengan probabilitas 0,0. Karena

probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan yang dapat diambil

adalah tidak semua perlakuan perlakuan mempunyai pengaruh terhadap penurunan

kadar logam nikel limbah cair industri pelapisan logam. Hal ini menunjukkan bahwa

(67)

secara signifikan karena ada perbedan nyata antara F hitung dengan F tabel. Untuk

waktu kontak nilai F hitung adalah 0,69 dengan probabilitas 0,02. Karena

probabilitas < 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak. Kesimpulan yang dapat diambil

adalah bahwa semua perlakuan mempunyai pengaruh yang sama terhadap penurunan

kadar nikel limbah cair industri pelapisan logam.

4.8 Uji Kekuatan Tarik

Uji kekuatan tarik membran kitosan dilakukan pada suhu kamar, dengan berat

beban 100 kgf dengan kecepatan 20 mm /menit. Kekuatan tarik membran kitosan

dapat dilihat dari nikellai Load yaitu untuk melihat kekuatan tegangan pada saat putus dan Stroke yaitu kekuatan regangan pada saat putus yang dimiliki oleh membran kitosan. Membran kitosan yang diuji hanya pada konsentrasi membran kitosan 1, 2,

dan 3%. Hal ini disebakan karena pada konsentrasi tersebut membran kitosan

menghasilkan daya serap yang terbaik untuk logam krom dan nikel dalam limbah

cair industri pelapisan logam dibandingkan dengan membran kitosan 4, 5, dan 6%.

(68)

Tabel 10. Data Hasil Uji Kekuatan Tarik Membran Kitosan

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa dengan bertambah tingginya konsentrasi

membran kitosan, maka hasil kekuatan tarik pada saat putus (tegangan) meningkat

hal ini disebabkan karena ikat silang dengan glutaraldehide dimana membran yang

dihasilkan pori-pori yang terbentuk semakin rapat sehingga kekuatan tarik dari

membran kitosan semakin besar dan kekuatan regangan pada saat putus (regangan)

sangat elastis dan bagus. Maka dapat disimpulkan bahwa membran kitosan pada

konsentrasi 3 % mempunyai sifat yang relatif kuat dan elastis dan mempunyai

kekuatan tarik lebih baik dibandingkan dengan membran kitosan 1 dan 2% karena

(69)

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai adsorpsi logam berat Cr

dan Ni dengan menggunakan membran kitosan dapat diambil beberapa hal yang

dapat disimpulan yaitu :

1. Membran kitosan dapat digunakan sebagai alternatif pengolahan limbah cair

pelapisan logam yaitu untuk adsorben logam Cr dan Ni. Membran kitosan

mampu menurunkan kadar logam Cr dengan baik sebesar 99,87% pada waktu

kontak 30 menit, dan kadar logam Ni sebesar 99,13% pada waktu kontak 30

menit. Dengan kondisi terbaik penyerapan logam Cr yaitu pada konsentrasi

membran kitosan 3%, dan untuk logam Ni kondisi yang terbaik yaitu pada

kosentrasi 2%.

2. Berdasarkan analisa data dengan menggunakan Anova ternyata konsentrasi

membran dan waktu kontak kerja membran berpengaruh sangat signifikan

terhadap daya serap logam Cr dan logam Ni pada limbah cair industri pelapisan

logam.

3. Nilai koefisien korelasi (R2) menunjukkan bahwa persamaan Isoterem Langmuir

merupakan model persaman kesetimbangan yang baik dalam penelitian ini ,

Gambar

Gambar 2.  Struktur Kitosan
Tabel  1 menunjukkan beberapa karakteristik kitosan
Tabel  2.  Aplikasi dan fungsi kitosan di berbagai bidang
Gambar 4. Foto Membran  kitosan 2% setelah pencelupan dengan NaOH dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menurunkan kadar logam krom dari air limbah industri pelapisan logam dengan adsorpsi menggunakan kulit batang jambu

Sukmawati : Penggunaan kitosan manik sebagai adsorben untuk menurunkan kadar Pb (II) Dan Cr (VI) dalam limbah cair..., 2006 USU e-Repository © 2008... Sukmawati : Penggunaan

Berangkat dari hasil penelitian tersebut, akan dilakukan penelitian untuk menghilangkan/ menurunkan logam-logam berat yang terkandung dalam limbah cair industri

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi ion logam dalam limbah cair ataupun industri pelapisan logam diantaranya adalah adsorpsi,

Hasil penelitian pengendalian pencemaran nikel dan krom pada industri pelapisan logam dengan cara menggunakan bahan kimia (NaOH) 7% pada laju air limbah yang

Menganalisis persen efektifitas penurunan kandungan logam berat Tembaga (Cu) dan Krom (Cr) pada limbah cair industri pelapisan logam (Elektroplating) Krom

Menganalisis persen efektifitas penurunan kandungan logam berat Tembaga (Cu) dan Krom (Cr) pada limbah cair industri pelapisan logam (Elektroplating) Krom

Penentuan kapasitas absorbs zeolit aktif terhadap logam berat krom (VI) dalam limbah cair pelapisan logam yang paling sesuai adalah dengan menggunakan persamaan adsorbsi