• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelelahan Kerja Dengan Metode REBA (Rappid Entire Body Assessment) Pada Terminal Cargo Polonia Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kelelahan Kerja Dengan Metode REBA (Rappid Entire Body Assessment) Pada Terminal Cargo Polonia Medan"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELELAHAN KERJA DENGAN METODE

REBA (RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT)

PADA TERMINAL CARGO

POLONIA MEDAN

KARYA AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh

Dewi Setiowati

NIM. 045204009

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KELELAHAN KERJA DENGAN METODE

REBA (RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT)

PADA TERMINAL CARGO

POLONIA MEDAN

KARYA AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh

Dewi Setiowati

NIM. 045204009

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir. A Jabbar M Rambe, M.Eng ) (Ir. Anizar, M.Kes)

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Terminal Cargo adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman barang. Kegiatan yang dilakukan secara manual adalah pada saat pemindahan barang ke

trolley.Dengan demikian diperlukan analisis terhadap kondisi kerja yang ada pada

saat ini untuk dapat mengurangi kelelahan yang dirasakan oleh pekerja .

Penelitian ini dilakuka pada operator pengangkatan dan penurunan barang dengan mengidentifikasi kelelahanyang terjadi pada operator dengan perhitungan denyut nadi dan perhitungan skor REBA.

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil Identifikasi metode REBA didapat pada tahapan persiapan adalah 8 dengan level resiko tinggi dan level tindakan perlu tindakan secepatnya, pada tahapan pemindahan skor REBA adalah 9 dengan level resiko tinggi dan level tindakan yaitu perlu tindakan secepatnya, dan pada tahapan akhir juga di dapat skor REBA adalah 9 dengan level resiko tinggi dan level tindakan yaitu perlu tindakan secepatnya. Dan pada perhitungan denyut nadi dengan perhitungan % CVL yang terendah adalah 20 % yaitu termasuk klasifikasi beban kerja tidak terjadi kelelahan dan % CVL yang tertinggi adalah 100% yaitu termasuk klasifikasi beban kerja diperlukan tindakan segera.

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan ucapan Alhamdulillahirabbalalamin sebagai rasa terima kasih dan

puji syukur kepada Allah SWT, serta usaha yang sungguh -sungguh penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis dalam kesempatan ini mengajukan judul “Analisis Kelelahan

Kerja Dengan Metode REBA (Rappid Entire Body Assessment) Pada

Terminal Cargo Polonia Medan ” guna memenuhi sebagian dari syarat – syarat

memperoleh gelar sarjana saint terapan. Proses penyusuan tugas akhir merupakan

suatu proses panjang yang membawa penulis dapat belajar lebih jauh lagi

mengenai ilmu teknik industri itu sendiri beserta aplikasinya. Banyak makna dan

pelajaran yang penulis dapatkan dari proses pengerjaan tugas akhir ini, yang

mungkin tidak akan penulis dapatkan dari bangku perkuliahan.

Tentunya dalam penulisan tugas akhir ini banyak terdapat kesalahan baik

dari segi kosakata maupun dari segi pengertian. Oleh karena itu saran dan kritik

yang membangun sangat diharapkan agar dimasa mendatang menjadi lebih baik.

Medan, Juni 2010

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesainya Tugas Akhir ini tidak lupa saya mengucapkan terima kasih

yang sebesar – besarnya kepada :

1. Allah SWT Sang Penciptaku atas kemudahan, kelancaran dan

kemurahan-Nya dalam memberikan rahmat dan petunjuk-kemurahan-Nya untuk menyelesaikan tugas

akhir ini.

2. Keluargaku tercinta : Bapak, Mama’, Bu’ Esti, Bang Joko, Kak Heni, Uti,

yang senantiasa membantu dan mencurahkan seluruh tenaga, serta dorongan

material maupun spiritual demi kelancaran studi saya selama ini.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Jurusan Departemen Teknik

Industri Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. A Jabbar M Rambe, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing I, terima

kasih banyak atas segala bimbingan, saran dan kritiknya sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik.

5. Ibu Anizar, M.kes, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih banyak Terima

kasih banyak atas segala bimbingan, saran dan kritiknya sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik.

6. Bapak Ir. Sugih Arto Pujongkoro, MM, selaku Koordinator Tugas Akhir

Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan saran dan masukan untuk Tugas Akhir saya.

7. Bapak Ikhsan Siregar ST, M.Eng, selaku dosen penguji yang telah

(7)

8. Bapak Ir.Parsaoran Parapat, M.Sc selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan masukan untuk perbaikan Karya Akhir ini.

9. Bapak Buchari ST, M.Kes, selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran dan masukan untuk perbaikan Karya Akhir ini.

10. Staff PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Terminal

Cargo yang telah membantu penulis memberikan informasi dan masukan

serta bantuan dalam menyelesaikan Karya Akhir.

11. Dian syafrizal terima kasih atas dukungan, perhatian yang diberikan selama

menyelesaikan Karya Akhir.

12. Sahabatku tercinta : Ade Irma, Melli Sribina, Dessy Alemina, Tri Cipto,

Phipin, Vera, Ani, Zaki dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu per

satu.

13. Teman-temanku Teknik Industri angkatan 2004 yang memberikan semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini.

14. Staff pengajar Departemen Teknik Industri, Staff Tata Usaha dan Staff

perpustakaan Departemen Teknik Industri.

15. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Medan, Juni 2010

(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang ... I-1

1.2. Perumusan Masalah ... I-2

1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-2

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-2

1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-3

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Sejarah Singkat Bandar Udara Polonia Medan ... II-2

2.3. Bidang Kegiatan Perusahaan ... II-3

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3.2. Bidang Non- Aeronautika ... II-5

2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-5

2.5. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Pendukung ... II-6

2.6. Struktur Organisasi ... II-7

III. TINJAUAN PUSTAKA ... III-1

3.1. Ergonomi ... III-1

3.2. Postur Kerja ... III-1

3.3. Kerja Otot Statis dan Dinamis ... III-2

3.4. Muskuloskeletal ... III-3

3.5. Kelelahan ... III-5

3.6. Program Pengendalian Kelelahan pada Pekerja ... III-7

3.7. Hubungan Denyut Nadi Kerja Dengan Kelelahan Kerja... III-7

3.8. REBA... III-10

3.8.1. Penertian REBA ... III-10

3.8.2. Metode REBA ... III-11

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.3. Objek Penelitian ... IV-1

4.4. Metode Pengumpulan Data ... IV-1

4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2

4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-2

4.7. Pengolahan Data ... IV-3

4.8. Analisis Data ... IV-3

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.2. Pengolahan Data ... V-3

5.3. Penentuan Postur Kerja yang Dapat

Menimbulkan Kelelahan ... V-9

5.4. Penilian Beban Kerja Fisik Berdasarkan

Denyut Nadi Operator ... V-10

VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Kelelahan Dari Skor REBA ... VI-1

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA ... DP

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1. Skor Bagian Punggung ... III-13

3.2. Skor Bagian Leher ... III-14

3.3. Skor Bagian Kaki ... III-14

3.4. Skor Bagian Lengan Atas ... III-14

3.5 Skor Bagian Lengan Bawah ... III-15

5.1. Data Denyut Nai Operator ... V-2

5.2. Skor batang tubuh (Truck) ... V-3

5.3. Skor Leher (neck) ... V-3

5.4. Skor Kaki (legs) ... V-4

5.5. Skor Beban (Load) ... V-4

5.6. Skor Lengan Atas (Upper arm) ... V-4

5.7. Skor Lengan Bawah (Lower arm) ... V-4

5.8. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) ... V-4

5.9 Coupling ... V-4

5.10 Skor Aktivitas ... V-5

5.11. Nilai Level Tindakan REBA ... V-7

5.12. Skor batang tubuh (Truck) ... V-9

5.13. Skor Leher (neck) ... V-9

5.14 Skor Kaki (legs) ... V-9

(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.16. Skor Lengan Atas (Upper arm) ... V-9

5.17. Skor Lengan Bawah (Lower arm) ... V-10

5.18. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) ... V-10

5.19. Coupling ... V-10

5.20. Skor Aktivitas ... V-10

5.21. Nilai Level Tindakan REBA ... V-13

5.22. Skor batang tubuh (Truck) ... V-14

5.23. Skor Leher (neck) ... V-14

5.24. Skor Kaki (legs) ... V-15

5.25. Skor Beban (Load) ... V-15

5.26. Skor Lengan Atas (Upper arm) ... V-15

5.27. Skor Lengan Bawah (Lower arm) ... V-15

5.28. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) ... V-15

5.29. Coupling ... V-15

5.30. Skor Aktivitas ... V-16

5.31. Nilai Level Tindakan REBA ... V-18

6.1.Klasifikasi Beban Kerja ... VI-3

(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

3.1. Skor REBA ... III-13

5.1. Tahapan Persiapan ... V-1

5.2. Tahapan Pemindahan ... V-1

5.3. Tahapan Akhir ... V-2

5.4. Tahapan Persiapan ... V-3

5.5. Skor REBA ... V-4

5.6. Tahapan Pemindahan ... V-5

5.7. Skor REBA ... V-6

5.8. Tahapan Akhir ... V-7

5.9. Skor REBA ... V-8

6.1. Kereta Sorong ... VI-5

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja... L-1

2. Struktur Organisasi Perusahaan ... L-2

(16)

ABSTRAK

PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Terminal Cargo adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman barang. Kegiatan yang dilakukan secara manual adalah pada saat pemindahan barang ke

trolley.Dengan demikian diperlukan analisis terhadap kondisi kerja yang ada pada

saat ini untuk dapat mengurangi kelelahan yang dirasakan oleh pekerja .

Penelitian ini dilakuka pada operator pengangkatan dan penurunan barang dengan mengidentifikasi kelelahanyang terjadi pada operator dengan perhitungan denyut nadi dan perhitungan skor REBA.

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil Identifikasi metode REBA didapat pada tahapan persiapan adalah 8 dengan level resiko tinggi dan level tindakan perlu tindakan secepatnya, pada tahapan pemindahan skor REBA adalah 9 dengan level resiko tinggi dan level tindakan yaitu perlu tindakan secepatnya, dan pada tahapan akhir juga di dapat skor REBA adalah 9 dengan level resiko tinggi dan level tindakan yaitu perlu tindakan secepatnya. Dan pada perhitungan denyut nadi dengan perhitungan % CVL yang terendah adalah 20 % yaitu termasuk klasifikasi beban kerja tidak terjadi kelelahan dan % CVL yang tertinggi adalah 100% yaitu termasuk klasifikasi beban kerja diperlukan tindakan segera.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Postur kerja yang tidak baik bagi dapat menyebabkan timbulnya kelelahan

pada operator, sehingga lambat laun dapat menyebabkan timbulnya penyakit

kerja. Di lakukan analisa postur kerja yang tepat atau baik untuk mengurangi

kelelahan. Kelelahan pada dasarnya dapat diklasifikasikan dalam dua tipe yaitu

kelelahan otot yaitu kelelahan yang dapat dirasakan berupa nyeri otot atau keram

otot. Kelelahan umum yaitu kelelahan dapat dimulai dari tahap ringan sampai

tahap melelahkan. (Adhy Yudistira, 2009). Penyebab kelelahan fisik dapat

berkisar dari 20-70% sementara penyebab emosional berkisar dari 40-80%. Orang

yang menderita kelelahan perlahan-lahan mulai kehilangan minat dalam semua

kegiatan dan menunjukkan refleks serta mengurangi tingkat aktifitas. (Rene

Moller, 2009)

PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Terminal

Cargo adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman barang. Objek

penelitian ini dilakukan pada operator pengangkatan dan penurunan barang yang

dilakukan secara manual. Dari hasil wawancara langsung dengan operator maka di

ketahui keluhan-keluhan yang terjadi pada operator tersebut. Banyak operator

yang cepat mengalami kelelahan pada saat bekerja. Pengangkatan dan penurunan

(18)

berat. Apabila ditinjau dari aspek ergonomi pengangkatan beban secara manual

yang di lakukan secara terus menerus dapat mengganggu kesehatan operator.

1.2.Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah menganalisa kelelahan

operator yang dilihat dari postur kerja operator.

1.3.Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kelelahan pada

operator yang di lihat dari postur kerja operator selama bekerja dan perhitung

denyut nadi operator sebelum dan sesudah bekerja untuk mengetahui berat atau

ringannya beban kerja operator.

1.4.Batasan Masalah dan Asumsi

Agar lebih memudahkan, penelitian ini mempunyai batasan masalah yaitu:

1. Analisa penyebabkan operator cepat mengalami kelelahan pada bagian

pengangkatan dan penurunan barang pada Terminal Cargo Polonia Medan

dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment).

2. Penelitian ditinjaun dari postur kerja operator selama bekerja.

Sedangkan asumsi yang digunakan adalah :

1. Operator terbiasa dalam kondisi kerja tersebut.

(19)

1.5.Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan Karya Akhir ini adalah

sebagai berikut :

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GANBAR

DAFTAR LAMPIRAN

RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah perumusan

masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah

serta sistematika penulisan karya akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisikan sejarah dan gambaran umum

perusahaan, organisasi dan manajemen.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan teori-teori yang digunakan dalam

(20)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tahapan-tahapan penelitian mulai

dari persiapan hingga penyusunan laporan karya

akhir.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisikan data-data primer dan sekunder

yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data

yang membantu dalam pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAHAN

Bab ini analisis hasil pengolan data dan pemecahan

masalah.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang didapat dari hasil

pemecahan masalah dan saran-saran yang dapat

(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II adalah Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menjalankan bisnis jasa

pelayanan Kebandarudaraan dan jasa pelayanan lalu lintas udara. Sebagai upaya

mengikuti perkembangan teknologi, PT. (Persero) Angkasa Pura II terus

berkembang dengan diawali berdirinya Perum Pelabuhan Udara Cengkareng pada

tanggal 15 Agustus 1984 yang bertugas mengelolah dan mengusahakan Pelabuhan

Udara Cengkareng (sekarang bernama Bandar Udara Internasional Jakarta

Soekarno-Hatta) dan Pelabuhan Udara Halim Perdanakusuma.

Perum Pelabuhan Udara Cengkareng pada tanggal 2 Januari 1993 resmi

menjadi PT. (Persero) Angkasa Pura II sesuai dengan akte notaries Muhani Salim,

SH. No. 3 Tahun 1993. Beberapa Bandar Udara di kawasan Indonesia bagian

Barat yang dikelola oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II diantaranya yaitu:

1. Bandar Udara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta, Tangerang

2. Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta

3. Bandar Udara Internasional Polonia, Medan

4. Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang

5. Bandar Udara Supadio, Pontianak

6. Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, Pekan Baru

(22)

8. Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh

9. Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung

10.Bandar Udara Kijang, Tanjung Pinang.

2.2. Sejarah Singkat Bandar Udara Polonia Medan

Nama polonia diberikan oleh seorang pria yang berkebangsaan Polandia

yang bernama Baron Michaissky pada tahun 1872, yang mendapat ijin untuk

membuka perkebunan tembakau diwilayah Sumatera Timur. Pada tahun 1924,

pesawat kecil buatan Fokker yang diawaki oleh Mr. Van Poelman, dan Van der

Broekke mendarat untuk pertama kalinya di Medan tepatnya di daerah pacuan

kuda “Deli Renve-reeniging“ ( perkumpulan pacuan kuda). Pada tahun 1927,

departemen perusahaan-perusahaan Negara meminta kesediaan pihak Deli

Renve-reeniging untuk memberikan tanahnya yang berada di Polonia sebagai lapangan

terbang di Medan. Pada tahun 1928, lapangan terbang Polonia resmi dibuka

dengan ditandai mendaratnya 6 (enam) pesawat udara milik KNILM (anak

perusahaan KLM) pada pada landasan yang masihmerupakan tanah yang

diperkeras.

Pada tahu 1963 Bandar Udara ini diperbaiki untuk pertama kalinya dengan

panjang landasan pacu sepanjang 600 meter. Pada tahun 1948 Bandar Udara ini

dibeli kembali oleh pemerintah Hindia Belanda yang kembali dating ke Indonesia,

setelah dikuasai oleh dsekutu pada tahun 1964 dimana kemudian landasan pacu

diperpanjang menjadi 1000 meter, pada tahun 1949 landasan pacu diperpanjang

(23)

menjadi 2900 meter. Dan pada tahun 1951, kepal staf Angkatan Perang Republik

Indonesia melalui Surat Keputusan No. 1/1951 menyatakan bahwa seluruh

pangkalan udara bekas pemerintahan Belanda maupun Jepang diserahkan kepada

Angkatan Perang Republik Indonesia. Pada tahun 1994 pengoperasian Bandar

Udara Polonia diserahkan dari PT. (Persero) Angkasa Pura I kepada PT. (Persero)

Angkasa Pura II terhitung sejak tanggal 1 Januari 1994 berdasarkan keputusan

Menteri Keuangan RI No.5-33/MK.061/1994 Tanggal 2 Januari 1994.

2.3. Bidang Kegiatan Perusahaan

Pada Peraturan Pemerintah No. 3/tahun 1985 tentang Perusahaan Umum

(Perum) Angkasa Pura, Peraturan Pemerintah No. 25/tahun 1986 mengenai :

1. Sifat Usaha adalah menyediakan pelayanan jasa Bandar Udara bagi

kemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan

prinsip-prinsip pengelimpokan perusahaan.

2. Maksud dan tujuan perusahaan adalah turut serta dalam membangun ekonomi

dan ketahanan nasional sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah melalui

penyelenggaraan penyediaan pengusahaan jasa Bandar Udara untuk turut

menunjang kelancaran angkutan udara secara aman, selamat, dan efisien.

Perusahaan menyenggarakan usaha-usaha sebagai berikut:

1. Penyediaan, pengusahaan, dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan

pelayanan pendaratan, lepas landas, parker, dan penyimpanan pesawat udara.

2. Penyediaan, pengusahaan, dan pengembangan fasilitas teknis untuk pelayanan

(24)

3. Penyediaan, pengusahaan, dan pengembangan fasilitas elektronika, navigasi,

listrik, air, dan instalasi limbah buangan.

4. Jasa pelayanan penerbangan.

5. Jasa penunjangkegiatan penerbangan dan kebandaraan.

6. Penyediaan lahan untuk bangunan yang berhubungan dengan kelancaran

angkutan udara.

7. Jasa konsultasi, pendidikan dan dapat menunjang tercapainya tujuan yang

diinginkan oleh perusahaan..

Selain itu, perusahaan dapat pula mendirikan perusahaan lainnya yang

mempunyai hubungan dengan usaha tersebut baik secara sendiri maupun

bersama-sama dengan badan lainnya.

2.3.1. Bidang Aeronautika

Dalam bidang ini berhubungan langsung dengan penerbangan akan tetapi

karena PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan hanya sebatas pelayanan dan tidak

memproduksi pesawat, maka bidang-bidang yang dikelola oleh PT. (Oersero)

Angkasa Pura II Medan yaitu:

1. Penyediaan jasa pelayanan penerbangan.

2. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan

(25)

2.3.2. Bidang Non-Aeronautika

Dalam bidang ini mencakup bidang usaha antara lain:

1. Penyediaan, pengusahaan, dan pengembangan fasilitas terminal untuk

pelayanan angkutan penumpang, kargo, dan pos.

2. Penyediaan, pengusahaan, dan pengembangan fasilitas elektronika, navigasi,

listrik, air, dan instalasi limbah buangan.

3. Penyediaan lahan untuki bangunan, lapangan, serta bangunan-bangunan yang

berhubungan dengan kelancaran angkutan udara.

4. Penyediaan jasa pelayanan yang secara langsung menunjang kegiatab

penerbangan yang meliputi hangar pesawat, bengkel pesawat, gudang, dan

jasa lainnya.

5. Penyediaan jasa layanan yang secara langsung atau tidak langsung menunjang

kegiatan Bandar Udara yang meliputi hotel, took, dan restoran serta parker

dan jasa lainnya.

2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah karyawan pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan berjumlah

496 orang. Dengan jam kerja sebagai berikut :

1. Shift I : 08.00 WIB – 14.00 WIB, istirahat pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB.

2. Shift II : 14.00 WIB – 20.00 WIB, istirahat pukul 17.00 WIB – 18.00 WIB.

3. Shift III : 20.00 WIB – 08.00 WIB, Istirahat pukul 00.00 WIB – 02.00 WIB.

Shift III waktunya lebih panjang dikarenakan pekerjaan yang dilaksanakan

(26)

masing-masing grup, yaitu satu grup bekerja pada satu shift sehingga dalam satu

hari tersebut terdapat salah satu grup yang libur dan secara bergantian grup-grup

tersebut diatur jadwal masuknya.

2.5. Sistem Pengupahan dan fasilitas Pendukung

Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan sistem pengupahan terbagi

menjadi 3 yaitu:

1. Gaji pokok yaitu diberikan berdasarkan golongan tingkat pendidikan.

2. Intensif prestasi yaitu diberikan berdasrkan Surat Keputusan Direksi.

3. Transportasi yaitu diberikan berdasrkan tingkatan jabatan.

Sedangkan fasilitas pendukung yang diberikan pada karyawan adalah

sebagai berikut:

1. Tunjang cuti

2. Tunjangan kesejahteraan keluarga

3. Tunjangan Hari Raya (THR)

4. Bantuan sewa rumah

5. Tunjangan kesehatan keluarga

6. Tunjangan kematian

7. Tunjangan kelahiran anak I dan II

8. Tunjngan perkawinan

9. Uang makan

(27)

2.6. Struktur Organisasi

Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia struktur

organisasinya adalah berbentuk Lini Fungsional yang merupakan suatu bentuk

struktur organisasi dimana kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis

dari tingkat pimpinan atas kepada tingkat bawahannya berdasarkan tugas

masing-masing. Bagan struktur organisasi dapat di lihat pada lampiran. Adapun

pembagian tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut:

1. Kepala Cabang

kepala cabang bertugas memimpin kantor cabang yang mempunyai tugas

menyelenggarakan usaha jasa kebandaraudaraan dan jasa keselamatan

penerbangan dalam arti seluas-luasnya dan usaha lain yang mempunyai hubungan

dengan usaha jasa kebandaraudaraan di Bandar Udara yang bersangkutan sesuai

dengan keputusan Direksi.

2. Kepala Divisi Pelayanan Operasi Lalu LIntas Udara

Kepala divisi ini memiliki tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pelayanan Aerodrome dan Approach

Control/Terminal Control Area.

b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan Pelayanan Area Control.

c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pelayanan bantuan operasi

Penerbangan/penerangan Aeronautika.

3. Kepala Divisi Pelayanan Operasi Bandar Udara

Kepala divisi ini memiliki tugas sebagai berikut:

(28)

b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pertolongan kecelakaan penerbangan

dan pemadam kebakaran.

c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengamanan Bandar Udara.

4. Kepala Divisi Elektronika dan Listrik

Kepala divisi ini memiliki tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan

pelaporan fasilitas elektronika.

b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan, serta

pelaporan navigasi udara dan radar.

c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan

pelaporan fasilitas teknik listrik.

d. Membantu melaksanakan pembangunan fasilitas teknik elektronika dan listrik

sesuai pelimpahan kewenangan yang diberikan direksi.

5. Kepala Divisi Teknik Umum dan Peralatan

Kepala divisi ini memiliki tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan, dan

pelaporan fasilitas bangunan.

b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan

pelaporan fasilitas landasan dan lingkungan Bandar Udara.

c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan sesuai

(29)

6. Kepala Divisi Administrasi dan Komersil

Kepala divisi ini memiliki tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengolahan usaha komersil.

b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengolahan keungan.

c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan akuntansi.

d. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan administrasi kepegawaian,

(30)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Ergonomi

Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan ilmu seperti

antropometri, biometrika, faal kerja higene perusahaan dan kesehatan kerja.

Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan

informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk

merancang suatu sistem kerja. Dengan ergonomi diharapkan penggunaan objek

fisik dan fasilitas dapat lebih efektif serta dapat memberi kepuasan kerja. Selain

untuk memberikan kepuasan kerja ergonomic juga dapat mengamati aspek-aspek

manusia dan mesin dalam suatu sistem produksi, sehingga ergonomi juga dapat

digunakan untuk menganalisa kapasitas produksi baik dari segi manusianya

maupun dari segi mesinnya.

Ergonomi dapat mengurangi beban kerja dengan cara mengevaluasi

fisiologis, atau cara-cara tidak langsung, pengukuran beban kerja dan

memodifikasi yang sesuai diantara kapsitas kerja denga beban kerja dan beban

tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja, tetapi secara

tidak langsung produktivitas juga dapat ditingkatkan.

(31)

Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan postur kerja tertentu yang

terkadang tidak mengenakkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu

berada pada postur kerja yang tidak dialami dan berlangsung dala jangka waktu

yang lama.hal ini akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, serta adanya keluhan

sakit pada bagian tubuh. Untuk menghindari postur kerja yang demikian,

pertimbangan-pertimbangan ergonomic antara lain menyarankan hal-hal sebagai

berikut :

a. Mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur kerja

membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dala jangka waktu

yang lama.

b. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum.

c. Pekerja tida seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu

yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam postur kerja

miring.

d. Pekerja tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode waktu

yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku

yang normal.

3.3. Kerja Otot Statis dan Dinamis

Otot adalah organ yang terpenting dalam system gerak tubuh. Otot dapat

bekerja secara statis dan dinamis. Pada otot dinamis kontraksi dan relaksasi terjadi

silih berganti sedangkan pada kerja otot statis, otot menetap dan kontraksi untuk

(32)

Pada kerja otot statis, pembuluh darah tertekan oleh pertambahan tekanan

dalam otot akibat kontraksi sehingga mengakibatkan peredaran darah dalam otot

terganggu. Otot yang bekerja statis tidak memperoleh oksigen dan glukosa dari

darah dan harus menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme

tidak dapat diangkut keluar akibat peredaran darah yang terganggu sehingga sisa

metabolisme tersebut menumpuk dan menimbulkan rasa nyeri.

Pada kerja otot dinamis berlangsung otot akan bekerja secara bergantian

sesuai dengan irama tegang/kencang, teakan dan kendor seperti layaknya sebuah

“pompa” yang membawa dampak pada kelancaran aliran darah. Otot akan banyak

sekali menerima atau membawa glukosa dan oksigen saat mengencang dan

selanjutnya membuang metabolit (sisa hasil pembakaran atau metabolisme) pada

saat mengendur. Karena mekanisme mengencang dan mengendur secara

bergantianmaka sirkulasi aliran darah ditambah oksigen dan metabolit akan

berjalan dengan lancar.

3.4. Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan

lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi,

tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Keluhan

muskuloskeletal sering juga dinamakan MSD (Musculoskeletal Disorder), RSI

(Repetitive Strain Injuries), CTD (Cumulative Trauma Disorders) dan RMI

(33)

Keluhan MSD yang sering timbul pada pekerja industri adalah nyeri

punggung, nyeri leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku dan kaki. Ada 4 faktor

yang dapat meningkatkan timbulnya MSD yaitu posture yang tidak alamiah,

tenaga yang berlebihan, pengulangan berkali-kali, dan lamanya waktu kerja

(OHSCOs, 2007). Level MSD dari yang paling ringan hingga yang berat akan

menggangu konsentrasi dalam bekerja, menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya

akan menurunkan produktivitas. Untuk itu diperlukan suatu upaya pencegahan

dan minimalisasi timbulnya MSD di lingkungan kerja. Pencegahan terhdap MSD

akan memperoleh manfaat berupa, penghematan biaya, meningkatkan

produktivitas dan kualitas kerja serta meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dna

kepuasan kerja karyawan (OHSCOs, 2007).

OHSCOs (2007) memberikan panduan tahapan untuk melakukan program

pencegahan MSD di lingkungan kerjayang meliputi:

a. Membangun pondasi menuju sukses.

b. Untuk melakukan program pencegahan MSD diperlukan penetapan komitmen

oleh manajemen, menentukan tujuan pelaksanaan, sasaran dan ruang lingkup

pelaksanaan, membuat aturan dan tanggung jawab pada seluruh lapisan

karyawan, membentuk komite pelaksana dan bergabung dengan organisasi

kesehatan dan keselamatan kerja.

c. Mengidentifikasi faktor -faktor yang menimbulkan MSD dan faktor lainnya

(34)

d. Proses identifikasi dilakukan dengan menanyakan kepada pekerja gangaguan

MSD yang dialami, menanyakan jenis tugas yang sulit dan menyebabkan

ketidaknyamanan, mengevaluasi catatan kecelakaan kerja yang pernah terjadi,

mengamati jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu yang lama,

pengulangan, tenaga dan postur kerja serta menggunakan

instrument-instrumen pencegahan MSD.

e. Lakukan evaluasi faktor-faktor yang menyebabkan MSD.

f. Evaluasi faktor-faktor yang telah ditemukan dengan melibatkan pekerja untuk

mencari akar masalahnya dan buat kesepakatan untuk melakukan tindakan

perbaikan.

g. Memilih dan melaksanakan program perbaikan untuk pencegahan MSD.

h. Lakukan perubahan metode kerja, menata ulang peralatan dan area kerja untuk

mengurangi resiko MSD, Libatkan karyawan untuk memberikan ide-ide agar

system kerja menajdi lebih baik dan gunakan ide yang dianggap baik, hati hati

memilih solusi yang pertama kali karena solusi tersebut disebut desain yang

ergonomis.

i. Evaluasi kesuksesan penerapannya dan lakukan peningkatan secara

berkelanjutan.

j. Tanyakan kepada pekerja apakah perubahan yang dilakukan memberikan

dampak yang lebih baik dan memberika rasa nayaman dalam bekerja.

Tingkatkan dan ulangi penerapan setelah 3 -6 bulan.

(35)

l. Umumkan hasil yang telah dicapai dan usaha-usaha yang telah dilakukan

dalam pencegahan MSD kepada seluruh pekerja dan semua departemen.

3.5. Kelelahan

Pada dasarnya kelelahan menggambarkan tiga fenomena yaitu perasaan

lelah, perubahan fisiologis tubuh dan pengurangan kemampuan melakukan kerja

(Barnes, 1980). Kelelahan merupakan suatu pertanda yang bersifat sebagai

pengaman yang memberitahukan tubuh bahwa kerja yang dilakukan telah

melewati batas maksimal kemampuannya. Kelelahan pada dasarnya merupakan

suatu keadaan yang mudah dipulihkan dengan beristirahat. Tetapi jika dilakukan

terus menrus akan berakibatkan buruk dan dapat mengakibatkan penyakit akibat

kerja.

Kelelahan otot merupakan suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja

akibat kontraksi tulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan

keadaan yang dikenal dengan kelelahan otot (Guyton, 1981). Otot yang lelah akan

menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi adan relaksasi

berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar (Suma’mur, 1990).

Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan termasuk didalamnya jam kerja

yang lama, penggunaan kerja fisik dan mental yang lama, pengurangan jam

(36)

kombinasi beberapa faktor di atas. Ada beberapa faktor umum penyebab

kelelahan kerja :

a. Penyebab medis : flu, anemia, gangguan tidur, hepatitis, TBC, dan penyakit

kronis lainnya.

b. Penyebab yang berkaitan dengan gaya hidup : kurang tidur, terlalu banyak

tidur, alkohol dan minuman keras, diet yang buruk, kurangnya olahraga, gizi,

daya tahan tubuh.

c. Penyebab yang berkaitan dengan tempat kerja : kerja shift, pelatihan tempat

kerja yang buruk, stress di tempat kerja, pengangguran, suhu ruang kerja,

penyinaran, kebisingan, monotoni pekerjaan dan kebosanan, beban kerja.

d. Faktor psikologis : depresi, kecemasan dan stres.

Kelelahan tubuh yang merupakan akibat dari perpanjangan kerja adalah

konsekuensi kehabisan persediaan energi tubuh. Kelelahan ini akibat dari

kebanyakan tugas atau pekerjaan. Kelelahan dalam bekerja dapat disebabkan oleh:

1. Kelelahan karena ketegangan otot.

2. Kelelahan karena ketegangan pada semua organ berupa kelelahan fisik

umum.

3. Kelelahan karena pembebanan kerja mental.

4. Kelelahan karena penggunaan salah satu fungsi psikomotor (kelelahan

saraf).

5. Kelelahan karena kerja monoton atau karena lingkungan kerja yang tidak

(37)

6. Kelelahan karena aneka faktor lingkungan secara menetap seperti bising,

suhu panas dan dingin.

3.6. Program Pengendalian Kelelahan pada Pekerja

Salah satu cara pengendalian kelelahan otot pada pekerja aadalah

memberikan wakru istirahat pendek yang sering (micro breaks) untuk merubah

posisi kerja dan relaksasi otot.. Quitler (1997) menyarankan pemberian waktu

istirahat selam 5 enit setiap 30 menit bekerja. NIOSH menganjurkan pemberian

waktu istirahat pendek selama 4 sampai 5 menit setiap jangka waktu kerja tertentu

tanpa mengurangi waktu istirahat selama 15 menit (macro breaks) setiap 2 jam

bekerja untuk jenis pekerjaan sedang.

3.7. Hubungan Denyut Nadi kerja Dengan Kelelahan Kerja

Denyut nadi merupakan salah satu variable fisiologi tubuh yang

menggambarkan tubuh dalam keadaan statis dan dinamis. Oleh karena itu denyut

nadi dipakai sebagai indikator metabolisme tubuh. Denyut nadi indikator yang

dipakai untuk mengetahui berat ringannya beban kerja seseorang. Semakin berat

beban kerja, maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja

dengan kelelahan dan gangguan fisiologis lainnya. Kelelahan merupakan salah

satu bentuk mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih

(38)

Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan secara manual memakai

stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon,1992). Dengan metode tersebut

dapat dihitung nadi kerja sebagai berikut:

Denyut Nadi (Denyut/Menit) = 10 x60

itungan WaktuPengh

Denyut

Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima

tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan

pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan makanik, fisik maupun kimiawi

(Kurniawan,1995). Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi

sendiri tidak cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak

hanya ditentukan oleh jumlah kalori yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh

jumlah otot yang terlibat dan beban statis yang diterima serta tekanan panas dari

lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal

tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk menghitung indek beban

kerja. Rodahl (1989) menyatakan bahwa denyut nadi mempunyai hubungan linier

yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja. Dan salah satu cara yang

sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan denyutan

pada arteri radialis dipergelangan tangan.

Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari

beberapa jenis yang didefinisikan oleh Grandjean (1993):

1. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai.

2. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja.

(39)

Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yangsangat penting dalam

peningkatan cardiac output dari istirahat samapai kerja maksimum. Peningkatan

yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum tersebut

oleh Rodahl (1989) didefinisikan sebagi heart rate reserve (HR Reserve). HR

Reserve tersebut di ekspresikan dalam persentase yang dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

% HR Reserve = x100

Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −

Manuaba dan Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja

berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut

nadi maksimum karena beban kardiovaskular = % CVL yang dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

%CVL = Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi x − − ) ( 100

Denyut nadi maksimum adalah:

1. Laki-laki = 220 – Umur

2. Perempuan = 200 – Umur

Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan

klasifikasi sebagai berikut:

a. X < 30 % = tidak terjadi kelelahan

b. 30 < X <60 % = diperlukan perbaikan

c. 60 < X < 80 % = kerja dalam waktu singkat

d. 80 < X < 100 % = diperlukan tindakan segera

(40)

3.8. REBA (Rapid Entire Body Assessment)

3.81. Pengertian REBA (Rapid Entire Body Assessment)

Rapid Entire Body Assissment (REBA) adalah suatu metode dalam bidang

ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung,

lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja. Metode ini juga dilengkapi

dengan faktor coupling, beban eksternal, dan aktivitas kerja. Dalam metode ini,

segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua grup, yaitu grup A dan Grup B. Grup A

terdiri dari punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sedangkan grup B terdiri

dari lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan.

Penentuan skor REBA, yang mengindikasikan level resiko dari postur

kerja, dimulai dengan menentukan skor A untuk postur-postur grup A ditambah

dengan skor beban (load) dan skor B untuk postur-postur grup B ditambah dengan

skor coupling. Kedua skor tersebut (skor A dan B) digunakan untuk menentukan

skor C. Skor REBA diperoleh dengan menambahkan skor aktivitas pada skor C.

Dari nilai REBA dapat diketahui level resiko cedera. Pengembangan Rapid Entire

Body Assissment (REBA) terdiri atas 3 (tiga) tahapan, yaitu:

a. Mengidentifikasikan kerja,

(41)

c. Skala level tindakan yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat yang

ada, dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang lebih detail berkaitan

dengan analisis yang didapat.

3.8.2. Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Sebuah metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat

untuk menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki

seorang pekerja luka-luka yang dialami di tempat kerja dikenal sebagai Musculos

Keletal Disorder (MSDS). MSDS juga didefinisikan sebagai gangguan dan

penyakit pada otot yang telah terbukti atau dihipotesa yang disebabkan dengan

pekerjaan.

REBA merupakan suatu metode penelitian untuk penilaian tubuh dengan

cepat secara keseluruhan. Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial dalam

penilaian postur punggung, leher, kaki, dan lengan tangan dan pergelangan

tangan. Setiap pergerakan diberi dengan skor yang telah ditetapkan. REBA

dikembangkan sebagai suatu metode untuk menilai postur kerja yang merupakan

faktor resiko (risk factor). Metode ini didesain untuk menilai pekerja dan

mengetahui Muscules keletal yangg kemungkinan dapat menimbulkan gangguan

(42)

Dalam usaha untuk penilaian 3 (tiga) faktor beban eksternal, jumlah

gerakan, kerja otot statis, tenaga/ kekuatan, dan postur, REBA dikembangkan

untuk:

1. Memberikan sebuah metode penyaringan suatu populasi kerja yang beresiko

menyebabkan gangguan pada anggota tubuh,

2. Mengidentifikasi usaha otot yang berhubungan dengan postur kerja,

penggunaan tenaga dan kerja yang berulang-ulang yang dapat menimbulkan

kelelahan (fatique) otot,

3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dengan sebuah metode penilaian

ergonomi, yaitu epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan faktor organisasi.

[image:42.595.112.395.440.612.2]

Skor REBA dapat diuraikan dalam gambar 3.1. berikut ini :

(43)
[image:43.595.112.330.110.275.2]

Tabel 3.2. Skor Bagian Leher

[image:43.595.112.362.540.724.2]
(44)
[image:44.595.112.350.153.302.2]

Tabel 3.4. Skor Bagian Lengan Atas

(45)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di terminal cargo Polonia Medan. Penelitian

dilaksanakan pada pertengahan Februari sampai dengan pertengahan Maret 2010.

4.2. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian

yang dibuat secara terperinci untuk megetahui aktifitas pekerja yang bertujuan

untuk meganalisa kelelahan pada operator agar dapat memberikan rekomendasi

untuk masa yang akan datang.

4.3. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah operator pada bagian terminal kargo Polonia

dinas pelayanan bandar udara yang bertugas mengangkat dan menurunkan barang

dengan jumlah operator 8 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian secara

langsung dilapangan, yaitu postur kerja operator, dan data denyut nadi

(46)

2. Data Skunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur dan referensi

yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, yaitu teori-teori tentang

REBA (Rapid Entire Body Assessment).

4.5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kamera digital

2. Worksheet REBA

3. Alat tulis

4.6. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Melakukan studi literature, yaitu mencari teori-teori yang berhubungan

dengan REBA.

2. Melakukan pengamatan langsung terhadap operator, yaitu pengambilan

foto-foto operator selama melakukan pekerjaan angkat angkut serta mengamati

postur kerja operator selama bekerja.

3. Mengamati dengan mengambil data postur kerja pada saat operator bekerja.

4. Melaksanakan metode REBA, yaitu menghitung skor REBA dari foto-foto

operator yang telah diperoleh.

(47)

4.7. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam metode REBA adalah sebagai

berikut :

1. Penilaian postur kerja operator dengan menggunakan worksheet REBA.

2. Perhitugan denyut nadi operator.

4.8. Analisis Data

Dalam tahapan ini dilakukan analisis pengolahan data dari hasil

pengolahan data yaitu analisis kelelahan fisik yang dialami operator.

Pada gambar 4.1 dapat dilihat blok diagram metodologi penelitian yang

(48)

Data Primer

- Pengamatan postur kerja operator dengan REBA -perhitungan denyut nadi

Data Skunder

- Mengumpulkan data berdasarkan dari dokumen perusahaan

Pengolahan Data

- Penilaian postur kerja dengan worksheet REBA.

- Penilaian Beban Kerja Fisik Berdasarkan Denyut Nadi Operator.

Kesimpulan dan Saran Analisis Pemecahan Masalah

- Analisis postur kerja yang dapat menimbulkan kelelahan

Studi Pendahuluan

- Studi Literatur

- Melakukan pengamatan langsung pada Terminal Cargo Polonia Medan

Identifikasi Masalah dan Penetapan Tujuan

[image:48.595.107.499.121.663.2]

Pengumpulan data

(49)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PEGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan data

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

1. Tahap persiapan

Gambar 5.1. Tahapan Persiapan Operator pada Saat Mengangkat Barang

Tahapan ini proses awal untuk mengangkat atau memindahkan barang ke trolli.

2. Tahap Pemindahan

[image:49.595.216.409.287.432.2]

Gambar 5.2. Tahapan Pemindahan Barang

(50)

3. Tahapan Akhir

[image:50.595.214.408.139.288.2]

Gambar 5.3. Tahapan Akhir

Tahapan ini adalah proses yang berawal dari tahapan persiapan dan pemindahan

yang kemudian barang yang dipindahkan di susun di trolli.

Selain data postur kerja operator data yang diambil adalah data dimensi

fasilitas yaitu:

- Trolley : panjang 134 cm dan lebar 175 cm.dan jarak transportasi adalah 1 m.

Adapun data denyut nadi operator yang diambil adalah:

Tabel 5.1. Data Denyut Nadi Operator

No

Denyut Nadi Sebelum

Bekerja

Denyut Nadi Setelah Bekerja

Denyut Nadi Istirahat

Usia

Jenis Kelamin

1. 98 110 100 25 Laki-laki

2. 97 112 110 25 Laki-laki

3. 101 115 112 26 Laki-laki

4. 99 118 114 27 Laki-laki

5. 98 118 112 27 Laki-laki

6. 100 120 117 27 Laki-laki

7. 103 120 114 27 Laki-laki

[image:50.595.163.464.491.735.2]
(51)

5.2. Pengolahan Data

Pengolahan data dengan menggunakan metode REBA ini dapat dibagi

menjadi tiga bagian yaitu tahap persiapan, pemindahan dan tahap akhir.

1. Tahap persiapan

Gambar 5.4. Tahapan Persiapan Operator pada Saat Mengangkat Barang

Pada tahapan ini operator menjangkau barang yang akan diangkat ke trolli.

Pada gambar 5.5. akan diuraikan pengolahan data dengan metode REBA.

Grup A :

[image:51.595.215.408.222.368.2]

a. Batang Tubuh (Trunk)

Tabel 5.2. Skor batang tubuh (Truck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200-600

(ke depan maupun ke belakang) 4

b. Leher (Neck)

Tabel 5.3. Skor Leher (neck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

[image:51.595.117.479.521.722.2]
(52)

c. Kaki (Legs)

Tabel 5.4. Skor Kaki (legs)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

>600 2

d. Beban (Load)

Tabel 5.5. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan

>10 kg 3

Group B :

[image:52.595.108.484.90.819.2]

a. Lengan Atas (Upper arm)

Tabel 5.6. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

200-450 2

b. Lengan Bawah (Lower arm)

Tabel 5.7. Skor Lengan Bawah (Lower arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

600-1000 1

c. Pergelangan Tangan (Wrist)

Tabel 5.8. Skor Pergelangan Tangan (Wrist)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-15º 1

d. Coupling

Tabel 5.9 Coupling

Coupling Skor Skor Perubahan

[image:52.595.106.492.109.463.2]
(53)

Tabel 5.10 Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur Statik +1

TABEL A

Trunk

1 2 3 4 5

Neck Legs

1

1 1 2 2 3 4

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

4 4 5 6 7 3

2

1 1 3 4 5 6

2 2 4 5 6 7

3 3 5 6 7 8

4 4 6 7 8 9

3

1 3 4 5 6 7

2 3 5 6 7 8

3 5 6 7 8 9

(54)
[image:54.595.116.517.109.760.2]

TABEL B

Upper Arm

1 2 3 4 5 6

Lower Arm Wrist

1

1 1 1 3 4 5 7

2 2 2 4 5 7 8

3 3 3 5 5 8 8

2

1 1 2 4 5 7 8

2 2 3 5 5 8 9

3 3 4 5 7 8 9

TABEL C

SCORE A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

SCORE B

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 5 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 7 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 7 8 9 9 10 10 11 11 11

8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12

(55)
[image:55.595.170.440.129.489.2]

9 Group A Tabel B Tabel A Group B Load/force Coupling Skor B Skor A Tabel C Skor C Activity Skor Skor REBA L R L L R R Upper arms Lower arms Wrists Trunk Legs Neck 4 2+1 3 6 2 9 2 1 2 1 2 3 1 7 8

Tabel 5.11. Nilai Level Tindakan REBA

Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

8-10 Tinggi 3 Perlu tindakan

(56)

Keterangan :

Posisi trunk membentuk sudut 200-600 yang nilainya 4, sedangkan posisi neck

membentuk sudut >200 yang dinilainya 2 dan pada posisi leg membentuk sudut

>600 yang diberikan nilai 2. pada posisi upper arm membentuk sudut 200-450

yang nilainya 2, sedangkan pada posisi lower arms membentuk sudut 600-1000

yang diberi nilai 1, dan pada posisi wrist membentuk sudut 150 yang diberi nilai 2.

untuk nilai beban >10 kg diberi nilai 3, untuk coupling diberi nilai 3 karena tidak

aman dan tidak ada pegangan. Skor aktifitas yaitu ditambah 1 karena operator

bekerja dalam keadaan statis selama bekerja. Dari hasil perhitungan maka di dapat

skor REBA yaitu 8, untuk level resiko tinggi dan level tindakan 3 yaitu perlu

tindakan secepatnya.

2. Tahap Pemindahan

[image:56.595.223.384.443.566.2]

Gambar 5.6. Tahapan Pemindahan Barang

Pada tahapan ini operator memindahkan barang dari lantai ke trolli, dan dapat

(57)

a. Batang Tubuh (Trunk)

Tabel 5.12. Skor batang tubuh (Truck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 2

b. Leher (Neck)

Tabel 5.13. Skor Leher (neck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

>200 2

c. Kaki (Legs)

Tabel 5.14 Skor Kaki (legs)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

300-600 1 +1

d. Beban (Load)

Tabel 5.15 Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan

>10 kg 3

Group B :

[image:57.595.113.480.103.725.2]

e. Lengan Atas (Upper arm)

Tabel 5.16. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

(58)
[image:58.595.111.480.96.529.2]

f. Lengan Bawah (Lower arm)

Tabel 5.17. Skor Lengan Bawah (Lower arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

600-1000 1

g. Pergelangan Tangan (Wrist)

Tabel 5.18 Skor Pergelangan Tangan (Wrist)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

15º 2

h. Coupling

Tabel 5.19. Coupling

Coupling Skor Skor Perubahan

Tidak aman 3

Tabel 5.20. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

(59)
[image:59.595.115.509.117.752.2]

TABEL A

Trunk

1 2 3 4 5

Neck Legs

1

1 1 2 2 3 4

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

4 4 5 6 7 3

2

1 1 3 4 5 6

2 2 4 5 6 7

3 3 5 6 7 8

4 4 6 7 8 9

3

1 3 4 5 6 7

2 3 5 6 7 8

3 5 6 7 8 9

4 6 7 8 9 9

TABEL B

Upper Arm

1 2 3 4 5 6

Lower Arm Wrist

1

1 1 1 3 4 5 7

2 2 2 3 5 7 8

3 3 3 5 5 8 8

2

1 1 2 4 5 7 8

2 2 3 5 5 8 9

(60)
[image:60.595.141.517.141.514.2]

TABEL C

SCORE A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

SCORE B

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 5 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 7 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 7 8 9 9 10 10 11 11 11

8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12

(61)
[image:61.595.133.403.125.414.2] [image:61.595.107.518.456.529.2]

9 Group A Tabel B Tabel A Group B Load/force Coupling Skor B Skor A Tabel C Skor C Activity Skor Skor REBA L R L L R R Upper arms Lower arms Wrists Trunk Legs Neck 2 2 3 3 1+1 6 3 3 3 1 1 6 1 8 9

Tabel 5.21. Nilai Level Tindakan REBA

Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

8-10 Tinggi 3 Perlu tindakan

secepatnya

Keterangan :

Posisi trunk membentuk sudut 200 yang nilainya 2, sedangkan posisi neck

membentuk sudut >200 yang dinilainya 2 dan pada posisi leg membentuk sudut

300-600 yang diberikan nilai 1+1. pada posisi upper arm membentuk sudut 450

-900 yang nilainya 3, sedangkan pada posisi lower arms membentuk sudut 600

(62)

nilai 2. untuk nilai beban >10 kg diberi nilai 3, untuk coupling diberi nilai 3

karena tidak aman dan tidak ada pegangan. Skor aktifitas yaitu ditambah 1 karena

operator bekerja dalam keadaan statis selama bekerja. Dari hasil perhitungan

maka di dapat skor REBA yaitu 9, untuk level resiko tinggi dan level tindakan 3

yaitu perlu tindakan secepatnya.

3. Tahapan Akhir

[image:62.595.215.408.277.425.2]

Gambar 5.8. Tahapan Akhir

Pada tahapan ini operator penyususn barang di trolli, dan dapat dilihat pada

gambar 5.9. uraian pengolahan datanya dengan menggunakan metode REBA.

[image:62.595.127.484.534.746.2]

a. Batang Tubuh (Trunk)

Tabel 5.22. Skor batang tubuh (Truck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200

(ke depan maupun ke belakang) 2

b. Leher (Neck)

Tabel 5.23. Skor Leher (neck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

(63)

c. Kaki (Legs)

Tabel 5.24. Skor Kaki (legs)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

300-600 1 +1

d. Beban (Load)

Tabel 5.25. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan

>10 kg 3

Group B :

[image:63.595.103.483.84.787.2]

e. Lengan Atas (Upper arm)

Tabel 5.26. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

450-900 3

f. Lengan Bawah (Lower arm)

Tabel 5.27. Skor Lengan Bawah (Lower arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

600-1000 1

g. Pergelangan Tangan (Wrist)

Tabel 5.28. Skor Pergelangan Tangan (Wrist)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

150 2

h. Coupling

Tabel 5.29. Coupling

Coupling Skor Skor Perubahan

[image:63.595.108.493.112.456.2]
(64)

Tabel 5.30. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur Statik +1

TABEL A

Trunk

1 2 3 4 5

Neck Legs

1

1 1 2 2 3 4

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

4 4 5 6 7 3

2

1 1 3 4 5 6

2 2 4 5 6 7

3 3 3 6 7 8

4 4 6 7 8 9

3

1 3 4 5 6 7

2 3 5 6 7 8

3 5 6 7 8 9

(65)
[image:65.595.116.518.109.760.2]

TABEL B

Upper Arm

1 2 3 4 5 6

Lower Arm Wrist

1

1 1 1 4 4 5 7

2 2 2 4 5 7 8

3 3 3 5 5 8 8

2

1 1 2 4 5 7 8

2 2 3 5 5 8 9

3 3 4 5 7 8 9

TABEL C

SCORE A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

SCORE B

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 5 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 7 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 7 8 9 9 10 10 11 11 11

8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12

(66)
[image:66.595.132.403.153.439.2] [image:66.595.104.520.485.557.2]

9 Group A Tabel B Tabel A Group B Load/force Coupling Skor B Skor A Tabel C Skor C Activity Skor Skor REBA L R L L R R Upper arms Lower arms Wrists Trunk Legs Neck 2 1 3 2 1 5 3 3 4 1 1 7 1 8 9

Tabel 5.31. Nilai Level Tindakan REBA

Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

8-10 Tinggi 3 Perlu tindakan

secepatnya

Keterangan :

Posisi trunk membentuk sudut 200 yang nilainya 2, sedangkan posisi neck

membentuk sudut 200 yang dinilainya1 dan pada posisi leg membentuk sudut 300

-600 yang diberikan nilai 1. pada posisi upper arm membentuk sudut 450-900 yang

nilainya 3, sedangkan pada posisi lower arms membentuk sudut 600-1000 yang

(67)

untuk nilai beban >10 kg diberi nilai 3, untuk coupling diberi nilai 3 karena tidak

aman dan tidak ada pegangan. Skor aktifitas yaitu ditambah 1 karena operator

bekerja dalam keadaan statis selama bekerja. Dari hasil perhitungan maka di dapat

skor REBA yaitu 9, untuk level resiko tinggi dan level tindakan 3 yaitu perlu

tindakan secepatnya.

5.3. Penentuan Postur Kerja Yang Dapat Menimbulkan Kelelahan

Penentuan postur kerja yang dapat menimbulkan kelelahan dapat dilihat

dari frekuensi kerja operator berdasarkan kerja otot statis dan dianamis

1. Kerja statis atau pembebanan otot secara statis

Operator bekerja dengan posisi berdiri sehingga kerja otot statis terjadi

pada bagian kaki dan tulang punggung sangat dominan terjadi. Posisi kerja

berdiri memiliki kerugian jika posisi berdiri dilakukan salah. Dari data

pengamatan kerja yang diperoleh bahwa kerja otot statis operator

pengangkatan barang pada saat ini terjadi pada tulang punggung dan

bagian kaki khususnya.

Kerja otot statis pada tulang belakang dalam kondisi agak membungkuk

statis terjadi selama bekerja dalam 1 shift. Kerja otot statis pada tulang

belakang dapat menyebabkan melemahnya otot-otot perut, melekungnya

punggung yang tidak baik bagi organ-organ dalam, khususnya organ

pencernaan, jika posisi atau postur kerja dilakukan secara membungkuk

dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi karena operator pengangkatan

(68)

berkontraksi statis tidak mendapat glukose dan oksigen dari darah dan

harus menggunakan cadangan-cadangan yang ada. Sisa-sisa metabolisme

tidak dapat diangkut keluar, melainkan tertimbun. Karena inilah, otot-otot

yang berkontraksi statis menderita rasa nyeri dan otot menjadi lelah.

2. Kerja dinamis atau pembebanan otot secara dinamis

Kerja otot dinamis yang terjadi pada kondisi leher normal dan tegak saat

operator menjangkau, mengangkat. Kerja otot dinamis tidak memiliki efek

yang buruk bagi operator, karena selama kerja otot dinamis berlangsung

maka otot akan bekerja secara bergantian, sesuai dengan irama

mengencang atau mengendor (mengerut) hal ini berdampak pada aliran

darah. Otot yang berkontraksi dinamis memperoleh banyak oksigen dan

glukosa pada saat mengencang dan selanjutnya sisa-sisa hasil pembakaran

metabolisme saat mengendor. Otot dinamis dengan irama yang tepat dapat

lama berkelanjutan tanpa kelelahan otot.

5.4. Penilaian Beban Kerja Fisik Berdasarkan Denyut Nadi Operator

Dengan data denyut nadi kerja, denyut nadi istirahat maka dapat dihitung

% HR Reserve dengan rumus:

% HR Reserve = x100

Istirahat DenyutNadi

Maksimum DenyutNadi

Istirahat DenyutNadi

Kerja DenyutNadi

− −

Operator 1

- Nadi sebelum bekerja = 98

(69)

% HR Reserve = x100 Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −

% HR Reserve = 100

100 120 100 110 x − −

= 50 %

Operator 2

- Nadi sebelum bekerja = 97

- Nadi setelah bekerja = 112

- Nadi istirahat = 110

% HR Reserve = x100

Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −

% HR Reserve = 100

110 120 110 112 x − −

= 20 %

Operator 3

- Nadi sebelum bekerja = 101

- Nadi setelah bekerja = 115

- Nadi istirahat = 112

% HR Reserve = x100

Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −

% HR Reserve = 100

112 120 112 115 x − −

(70)

Operator 4

- Nadi sebelum bekerja = 99

- Nadi setelah bekerja = 118

- Nadi istirahat = 114

% HR Reserve = x100

Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −

% HR Reserve = 100

114 120 114 118 x − −

= 66,6 %

Operator 5

- Nadi sebelum bekerja = 98

- Nadi setelah bekerja = 118

- Nadi istirahat = 112

% HR Reserve = x100

Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −

% HR Reserve = 100

112 120 112 118 x − −

= 75 %

Operator 6

- Nadi sebelum bekerja = 100

- Nadi setelah bekerja = 120

(71)

% HR Reserve = x100 Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −

% HR Reserve = 100

117 120 117 120 x − −

= 100 %

Operator 7

- Nadi sebelum bekerja = 103

- Nadi setelah bekerja = 120

- Nadi istirahat = 114

% HR Reserve = x100

Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −

% HR Reserve = 100

114 120 114 120 x − −

= 100 %

Operator 8

- Nadi sebelum bekerja = 99

- Nadi setelah bekerja = 119

- Nadi istirahat = 116

% HR Reserve = x100

Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −

% HR Reserve = 100

116 120 116 119 x − −

(72)

Setelah perhitungan % HR Reserve didapat maka di hitung % CVL dengan

rumus sebagai berikut :

%CVL = Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi x − − ) ( 100 Operator 1

- Nadi sebelum bekerja = 98

- Nadi setelah bekerja = 110

- Nadi istirahat = 100

%CVL = Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi x − − ) ( 100

% CVL =

100 120 ) 100 110 ( 100 − − x

= 50 % diperlukan perbaikan

Operator 2

- Nadi sebelum bekerja = 97

- Nadi setelah bekerja = 112

- Nadi istirahat = 110

%CVL = Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi x − − ) ( 100

% CVL =

110 120 ) 110 112 ( 100 − − x

(73)

Operator 3

- Nadi sebelum bekerja = 101

- Nadi setelah bekerja = 115

- Nadi istirahat = 112

%CVL = Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi x − − ) ( 100

% CVL =

112 120 ) 112 115 ( 100 − − x

= 37,5 % diperlukan perbaikan

Operator 4

- Nadi sebelum bekerja = 99

- Nadi setelah bekerja = 118

- Nadi istirahat = 114

%CVL = Istirahat DenyutNadi Ma

Gambar

Tabel 3.1. Skor Bagian Punggung
Tabel 3.2. Skor Bagian Leher
Tabel 3.5. Skor Bagian Lengan Bawah
Gambar 4.1. Block Diagram Metodologi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penularan penyakit dengan karakteristik individu yang sudah sembuh dari penyakit dan tidak dapat terinfeksi virus kembali dinyatakan dalam model epidemi

Proses konstruksi sosial media massa tentunya tidak luput dari keberpihakan media massa kepada pemilik media atau pihak kapitalis, fakta disini merupakan hasil

“TAKE THE STIGMA AWAY FROM MENTAL HEALTH , A VISION HOPE”.

Belakangan ini banyak siswa SD, SLTP, maupun SLTA terlibat dalam berbagai kasus. Tidak mengikuti pelajaran pada saat jam sekolah merupakan sikap indisipliner menjadi hal

Menurut Ahmad (2006) bahwa iklim sekolah yang berkesan akan menghasilkan suatu keadaan pertama kepala sekolah melakukan komunikasi terbuka dalam pergaulan dengan

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF DAN MATHEMATICAL HABITS OF MIND SISWA SMP : Penelitian Kuasi Eksperimen pada Kelas VIII Salah

Pola keterlibatan perempuan pesantren Ihyaul- Ulum dalam politik tidak sebatas peran pasif tetapi aktif; baik dalam rangka mendukung partai maupun penguasa tertentu