ANALISIS KELELAHAN KERJA DENGAN METODE
REBA (RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT)
PADA TERMINAL CARGO
POLONIA MEDAN
KARYA AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh
Dewi Setiowati
NIM. 045204009
PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK
PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KELELAHAN KERJA DENGAN METODE
REBA (RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT)
PADA TERMINAL CARGO
POLONIA MEDAN
KARYA AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh
Dewi Setiowati
NIM. 045204009
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
(Ir. A Jabbar M Rambe, M.Eng ) (Ir. Anizar, M.Kes)
PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK
PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Terminal Cargo adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman barang. Kegiatan yang dilakukan secara manual adalah pada saat pemindahan barang ke
trolley.Dengan demikian diperlukan analisis terhadap kondisi kerja yang ada pada
saat ini untuk dapat mengurangi kelelahan yang dirasakan oleh pekerja .
Penelitian ini dilakuka pada operator pengangkatan dan penurunan barang dengan mengidentifikasi kelelahanyang terjadi pada operator dengan perhitungan denyut nadi dan perhitungan skor REBA.
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil Identifikasi metode REBA didapat pada tahapan persiapan adalah 8 dengan level resiko tinggi dan level tindakan perlu tindakan secepatnya, pada tahapan pemindahan skor REBA adalah 9 dengan level resiko tinggi dan level tindakan yaitu perlu tindakan secepatnya, dan pada tahapan akhir juga di dapat skor REBA adalah 9 dengan level resiko tinggi dan level tindakan yaitu perlu tindakan secepatnya. Dan pada perhitungan denyut nadi dengan perhitungan % CVL yang terendah adalah 20 % yaitu termasuk klasifikasi beban kerja tidak terjadi kelelahan dan % CVL yang tertinggi adalah 100% yaitu termasuk klasifikasi beban kerja diperlukan tindakan segera.
KATA PENGANTAR
Dengan ucapan Alhamdulillahirabbalalamin sebagai rasa terima kasih dan
puji syukur kepada Allah SWT, serta usaha yang sungguh -sungguh penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis dalam kesempatan ini mengajukan judul “Analisis Kelelahan
Kerja Dengan Metode REBA (Rappid Entire Body Assessment) Pada
Terminal Cargo Polonia Medan ” guna memenuhi sebagian dari syarat – syarat
memperoleh gelar sarjana saint terapan. Proses penyusuan tugas akhir merupakan
suatu proses panjang yang membawa penulis dapat belajar lebih jauh lagi
mengenai ilmu teknik industri itu sendiri beserta aplikasinya. Banyak makna dan
pelajaran yang penulis dapatkan dari proses pengerjaan tugas akhir ini, yang
mungkin tidak akan penulis dapatkan dari bangku perkuliahan.
Tentunya dalam penulisan tugas akhir ini banyak terdapat kesalahan baik
dari segi kosakata maupun dari segi pengertian. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan agar dimasa mendatang menjadi lebih baik.
Medan, Juni 2010
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan selesainya Tugas Akhir ini tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada :
1. Allah SWT Sang Penciptaku atas kemudahan, kelancaran dan
kemurahan-Nya dalam memberikan rahmat dan petunjuk-kemurahan-Nya untuk menyelesaikan tugas
akhir ini.
2. Keluargaku tercinta : Bapak, Mama’, Bu’ Esti, Bang Joko, Kak Heni, Uti,
yang senantiasa membantu dan mencurahkan seluruh tenaga, serta dorongan
material maupun spiritual demi kelancaran studi saya selama ini.
3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Jurusan Departemen Teknik
Industri Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. A Jabbar M Rambe, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing I, terima
kasih banyak atas segala bimbingan, saran dan kritiknya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik.
5. Ibu Anizar, M.kes, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih banyak Terima
kasih banyak atas segala bimbingan, saran dan kritiknya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik.
6. Bapak Ir. Sugih Arto Pujongkoro, MM, selaku Koordinator Tugas Akhir
Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan saran dan masukan untuk Tugas Akhir saya.
7. Bapak Ikhsan Siregar ST, M.Eng, selaku dosen penguji yang telah
8. Bapak Ir.Parsaoran Parapat, M.Sc selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan Karya Akhir ini.
9. Bapak Buchari ST, M.Kes, selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan untuk perbaikan Karya Akhir ini.
10. Staff PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Terminal
Cargo yang telah membantu penulis memberikan informasi dan masukan
serta bantuan dalam menyelesaikan Karya Akhir.
11. Dian syafrizal terima kasih atas dukungan, perhatian yang diberikan selama
menyelesaikan Karya Akhir.
12. Sahabatku tercinta : Ade Irma, Melli Sribina, Dessy Alemina, Tri Cipto,
Phipin, Vera, Ani, Zaki dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
13. Teman-temanku Teknik Industri angkatan 2004 yang memberikan semangat
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini.
14. Staff pengajar Departemen Teknik Industri, Staff Tata Usaha dan Staff
perpustakaan Departemen Teknik Industri.
15. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
I. PENDAHULUAN ... I-1
1.1. Latar Belakang ... I-1
1.2. Perumusan Masalah ... I-2
1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-2
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-2
1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-3
II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1
2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1
2.2. Sejarah Singkat Bandar Udara Polonia Medan ... II-2
2.3. Bidang Kegiatan Perusahaan ... II-3
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.3.2. Bidang Non- Aeronautika ... II-5
2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-5
2.5. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Pendukung ... II-6
2.6. Struktur Organisasi ... II-7
III. TINJAUAN PUSTAKA ... III-1
3.1. Ergonomi ... III-13.2. Postur Kerja ... III-1
3.3. Kerja Otot Statis dan Dinamis ... III-2
3.4. Muskuloskeletal ... III-3
3.5. Kelelahan ... III-5
3.6. Program Pengendalian Kelelahan pada Pekerja ... III-7
3.7. Hubungan Denyut Nadi Kerja Dengan Kelelahan Kerja... III-7
3.8. REBA... III-10
3.8.1. Penertian REBA ... III-10
3.8.2. Metode REBA ... III-11
IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.3. Objek Penelitian ... IV-1
4.4. Metode Pengumpulan Data ... IV-1
4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2
4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-2
4.7. Pengolahan Data ... IV-3
4.8. Analisis Data ... IV-3
V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1
5.1. Pengumpulan Data ... V-1
5.2. Pengolahan Data ... V-3
5.3. Penentuan Postur Kerja yang Dapat
Menimbulkan Kelelahan ... V-9
5.4. Penilian Beban Kerja Fisik Berdasarkan
Denyut Nadi Operator ... V-10
VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1
6.1. Analisis Kelelahan Dari Skor REBA ... VI-1
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA ... DP
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
3.1. Skor Bagian Punggung ... III-13
3.2. Skor Bagian Leher ... III-14
3.3. Skor Bagian Kaki ... III-14
3.4. Skor Bagian Lengan Atas ... III-14
3.5 Skor Bagian Lengan Bawah ... III-15
5.1. Data Denyut Nai Operator ... V-2
5.2. Skor batang tubuh (Truck) ... V-3
5.3. Skor Leher (neck) ... V-3
5.4. Skor Kaki (legs) ... V-4
5.5. Skor Beban (Load) ... V-4
5.6. Skor Lengan Atas (Upper arm) ... V-4
5.7. Skor Lengan Bawah (Lower arm) ... V-4
5.8. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) ... V-4
5.9 Coupling ... V-4
5.10 Skor Aktivitas ... V-5
5.11. Nilai Level Tindakan REBA ... V-7
5.12. Skor batang tubuh (Truck) ... V-9
5.13. Skor Leher (neck) ... V-9
5.14 Skor Kaki (legs) ... V-9
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.16. Skor Lengan Atas (Upper arm) ... V-9
5.17. Skor Lengan Bawah (Lower arm) ... V-10
5.18. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) ... V-10
5.19. Coupling ... V-10
5.20. Skor Aktivitas ... V-10
5.21. Nilai Level Tindakan REBA ... V-13
5.22. Skor batang tubuh (Truck) ... V-14
5.23. Skor Leher (neck) ... V-14
5.24. Skor Kaki (legs) ... V-15
5.25. Skor Beban (Load) ... V-15
5.26. Skor Lengan Atas (Upper arm) ... V-15
5.27. Skor Lengan Bawah (Lower arm) ... V-15
5.28. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) ... V-15
5.29. Coupling ... V-15
5.30. Skor Aktivitas ... V-16
5.31. Nilai Level Tindakan REBA ... V-18
6.1.Klasifikasi Beban Kerja ... VI-3
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
3.1. Skor REBA ... III-13
5.1. Tahapan Persiapan ... V-1
5.2. Tahapan Pemindahan ... V-1
5.3. Tahapan Akhir ... V-2
5.4. Tahapan Persiapan ... V-3
5.5. Skor REBA ... V-4
5.6. Tahapan Pemindahan ... V-5
5.7. Skor REBA ... V-6
5.8. Tahapan Akhir ... V-7
5.9. Skor REBA ... V-8
6.1. Kereta Sorong ... VI-5
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja... L-1
2. Struktur Organisasi Perusahaan ... L-2
ABSTRAK
PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Terminal Cargo adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman barang. Kegiatan yang dilakukan secara manual adalah pada saat pemindahan barang ke
trolley.Dengan demikian diperlukan analisis terhadap kondisi kerja yang ada pada
saat ini untuk dapat mengurangi kelelahan yang dirasakan oleh pekerja .
Penelitian ini dilakuka pada operator pengangkatan dan penurunan barang dengan mengidentifikasi kelelahanyang terjadi pada operator dengan perhitungan denyut nadi dan perhitungan skor REBA.
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil Identifikasi metode REBA didapat pada tahapan persiapan adalah 8 dengan level resiko tinggi dan level tindakan perlu tindakan secepatnya, pada tahapan pemindahan skor REBA adalah 9 dengan level resiko tinggi dan level tindakan yaitu perlu tindakan secepatnya, dan pada tahapan akhir juga di dapat skor REBA adalah 9 dengan level resiko tinggi dan level tindakan yaitu perlu tindakan secepatnya. Dan pada perhitungan denyut nadi dengan perhitungan % CVL yang terendah adalah 20 % yaitu termasuk klasifikasi beban kerja tidak terjadi kelelahan dan % CVL yang tertinggi adalah 100% yaitu termasuk klasifikasi beban kerja diperlukan tindakan segera.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Postur kerja yang tidak baik bagi dapat menyebabkan timbulnya kelelahan
pada operator, sehingga lambat laun dapat menyebabkan timbulnya penyakit
kerja. Di lakukan analisa postur kerja yang tepat atau baik untuk mengurangi
kelelahan. Kelelahan pada dasarnya dapat diklasifikasikan dalam dua tipe yaitu
kelelahan otot yaitu kelelahan yang dapat dirasakan berupa nyeri otot atau keram
otot. Kelelahan umum yaitu kelelahan dapat dimulai dari tahap ringan sampai
tahap melelahkan. (Adhy Yudistira, 2009). Penyebab kelelahan fisik dapat
berkisar dari 20-70% sementara penyebab emosional berkisar dari 40-80%. Orang
yang menderita kelelahan perlahan-lahan mulai kehilangan minat dalam semua
kegiatan dan menunjukkan refleks serta mengurangi tingkat aktifitas. (Rene
Moller, 2009)
PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Terminal
Cargo adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman barang. Objek
penelitian ini dilakukan pada operator pengangkatan dan penurunan barang yang
dilakukan secara manual. Dari hasil wawancara langsung dengan operator maka di
ketahui keluhan-keluhan yang terjadi pada operator tersebut. Banyak operator
yang cepat mengalami kelelahan pada saat bekerja. Pengangkatan dan penurunan
berat. Apabila ditinjau dari aspek ergonomi pengangkatan beban secara manual
yang di lakukan secara terus menerus dapat mengganggu kesehatan operator.
1.2.Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah menganalisa kelelahan
operator yang dilihat dari postur kerja operator.
1.3.Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kelelahan pada
operator yang di lihat dari postur kerja operator selama bekerja dan perhitung
denyut nadi operator sebelum dan sesudah bekerja untuk mengetahui berat atau
ringannya beban kerja operator.
1.4.Batasan Masalah dan Asumsi
Agar lebih memudahkan, penelitian ini mempunyai batasan masalah yaitu:
1. Analisa penyebabkan operator cepat mengalami kelelahan pada bagian
pengangkatan dan penurunan barang pada Terminal Cargo Polonia Medan
dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment).
2. Penelitian ditinjaun dari postur kerja operator selama bekerja.
Sedangkan asumsi yang digunakan adalah :
1. Operator terbiasa dalam kondisi kerja tersebut.
1.5.Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan Karya Akhir ini adalah
sebagai berikut :
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GANBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RINGKASAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah perumusan
masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah
serta sistematika penulisan karya akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisikan sejarah dan gambaran umum
perusahaan, organisasi dan manajemen.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan teori-teori yang digunakan dalam
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tahapan-tahapan penelitian mulai
dari persiapan hingga penyusunan laporan karya
akhir.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisikan data-data primer dan sekunder
yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data
yang membantu dalam pemecahan masalah.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAHAN
Bab ini analisis hasil pengolan data dan pemecahan
masalah.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang didapat dari hasil
pemecahan masalah dan saran-saran yang dapat
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menjalankan bisnis jasa
pelayanan Kebandarudaraan dan jasa pelayanan lalu lintas udara. Sebagai upaya
mengikuti perkembangan teknologi, PT. (Persero) Angkasa Pura II terus
berkembang dengan diawali berdirinya Perum Pelabuhan Udara Cengkareng pada
tanggal 15 Agustus 1984 yang bertugas mengelolah dan mengusahakan Pelabuhan
Udara Cengkareng (sekarang bernama Bandar Udara Internasional Jakarta
Soekarno-Hatta) dan Pelabuhan Udara Halim Perdanakusuma.
Perum Pelabuhan Udara Cengkareng pada tanggal 2 Januari 1993 resmi
menjadi PT. (Persero) Angkasa Pura II sesuai dengan akte notaries Muhani Salim,
SH. No. 3 Tahun 1993. Beberapa Bandar Udara di kawasan Indonesia bagian
Barat yang dikelola oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II diantaranya yaitu:
1. Bandar Udara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta, Tangerang
2. Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta
3. Bandar Udara Internasional Polonia, Medan
4. Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang
5. Bandar Udara Supadio, Pontianak
6. Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, Pekan Baru
8. Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh
9. Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung
10.Bandar Udara Kijang, Tanjung Pinang.
2.2. Sejarah Singkat Bandar Udara Polonia Medan
Nama polonia diberikan oleh seorang pria yang berkebangsaan Polandia
yang bernama Baron Michaissky pada tahun 1872, yang mendapat ijin untuk
membuka perkebunan tembakau diwilayah Sumatera Timur. Pada tahun 1924,
pesawat kecil buatan Fokker yang diawaki oleh Mr. Van Poelman, dan Van der
Broekke mendarat untuk pertama kalinya di Medan tepatnya di daerah pacuan
kuda “Deli Renve-reeniging“ ( perkumpulan pacuan kuda). Pada tahun 1927,
departemen perusahaan-perusahaan Negara meminta kesediaan pihak Deli
Renve-reeniging untuk memberikan tanahnya yang berada di Polonia sebagai lapangan
terbang di Medan. Pada tahun 1928, lapangan terbang Polonia resmi dibuka
dengan ditandai mendaratnya 6 (enam) pesawat udara milik KNILM (anak
perusahaan KLM) pada pada landasan yang masihmerupakan tanah yang
diperkeras.
Pada tahu 1963 Bandar Udara ini diperbaiki untuk pertama kalinya dengan
panjang landasan pacu sepanjang 600 meter. Pada tahun 1948 Bandar Udara ini
dibeli kembali oleh pemerintah Hindia Belanda yang kembali dating ke Indonesia,
setelah dikuasai oleh dsekutu pada tahun 1964 dimana kemudian landasan pacu
diperpanjang menjadi 1000 meter, pada tahun 1949 landasan pacu diperpanjang
menjadi 2900 meter. Dan pada tahun 1951, kepal staf Angkatan Perang Republik
Indonesia melalui Surat Keputusan No. 1/1951 menyatakan bahwa seluruh
pangkalan udara bekas pemerintahan Belanda maupun Jepang diserahkan kepada
Angkatan Perang Republik Indonesia. Pada tahun 1994 pengoperasian Bandar
Udara Polonia diserahkan dari PT. (Persero) Angkasa Pura I kepada PT. (Persero)
Angkasa Pura II terhitung sejak tanggal 1 Januari 1994 berdasarkan keputusan
Menteri Keuangan RI No.5-33/MK.061/1994 Tanggal 2 Januari 1994.
2.3. Bidang Kegiatan Perusahaan
Pada Peraturan Pemerintah No. 3/tahun 1985 tentang Perusahaan Umum
(Perum) Angkasa Pura, Peraturan Pemerintah No. 25/tahun 1986 mengenai :
1. Sifat Usaha adalah menyediakan pelayanan jasa Bandar Udara bagi
kemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan
prinsip-prinsip pengelimpokan perusahaan.
2. Maksud dan tujuan perusahaan adalah turut serta dalam membangun ekonomi
dan ketahanan nasional sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah melalui
penyelenggaraan penyediaan pengusahaan jasa Bandar Udara untuk turut
menunjang kelancaran angkutan udara secara aman, selamat, dan efisien.
Perusahaan menyenggarakan usaha-usaha sebagai berikut:
1. Penyediaan, pengusahaan, dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan
pelayanan pendaratan, lepas landas, parker, dan penyimpanan pesawat udara.
2. Penyediaan, pengusahaan, dan pengembangan fasilitas teknis untuk pelayanan
3. Penyediaan, pengusahaan, dan pengembangan fasilitas elektronika, navigasi,
listrik, air, dan instalasi limbah buangan.
4. Jasa pelayanan penerbangan.
5. Jasa penunjangkegiatan penerbangan dan kebandaraan.
6. Penyediaan lahan untuk bangunan yang berhubungan dengan kelancaran
angkutan udara.
7. Jasa konsultasi, pendidikan dan dapat menunjang tercapainya tujuan yang
diinginkan oleh perusahaan..
Selain itu, perusahaan dapat pula mendirikan perusahaan lainnya yang
mempunyai hubungan dengan usaha tersebut baik secara sendiri maupun
bersama-sama dengan badan lainnya.
2.3.1. Bidang Aeronautika
Dalam bidang ini berhubungan langsung dengan penerbangan akan tetapi
karena PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan hanya sebatas pelayanan dan tidak
memproduksi pesawat, maka bidang-bidang yang dikelola oleh PT. (Oersero)
Angkasa Pura II Medan yaitu:
1. Penyediaan jasa pelayanan penerbangan.
2. Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan
2.3.2. Bidang Non-Aeronautika
Dalam bidang ini mencakup bidang usaha antara lain:
1. Penyediaan, pengusahaan, dan pengembangan fasilitas terminal untuk
pelayanan angkutan penumpang, kargo, dan pos.
2. Penyediaan, pengusahaan, dan pengembangan fasilitas elektronika, navigasi,
listrik, air, dan instalasi limbah buangan.
3. Penyediaan lahan untuki bangunan, lapangan, serta bangunan-bangunan yang
berhubungan dengan kelancaran angkutan udara.
4. Penyediaan jasa pelayanan yang secara langsung menunjang kegiatab
penerbangan yang meliputi hangar pesawat, bengkel pesawat, gudang, dan
jasa lainnya.
5. Penyediaan jasa layanan yang secara langsung atau tidak langsung menunjang
kegiatan Bandar Udara yang meliputi hotel, took, dan restoran serta parker
dan jasa lainnya.
2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Jumlah karyawan pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan berjumlah
496 orang. Dengan jam kerja sebagai berikut :
1. Shift I : 08.00 WIB – 14.00 WIB, istirahat pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB.
2. Shift II : 14.00 WIB – 20.00 WIB, istirahat pukul 17.00 WIB – 18.00 WIB.
3. Shift III : 20.00 WIB – 08.00 WIB, Istirahat pukul 00.00 WIB – 02.00 WIB.
Shift III waktunya lebih panjang dikarenakan pekerjaan yang dilaksanakan
masing-masing grup, yaitu satu grup bekerja pada satu shift sehingga dalam satu
hari tersebut terdapat salah satu grup yang libur dan secara bergantian grup-grup
tersebut diatur jadwal masuknya.
2.5. Sistem Pengupahan dan fasilitas Pendukung
Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan sistem pengupahan terbagi
menjadi 3 yaitu:
1. Gaji pokok yaitu diberikan berdasarkan golongan tingkat pendidikan.
2. Intensif prestasi yaitu diberikan berdasrkan Surat Keputusan Direksi.
3. Transportasi yaitu diberikan berdasrkan tingkatan jabatan.
Sedangkan fasilitas pendukung yang diberikan pada karyawan adalah
sebagai berikut:
1. Tunjang cuti
2. Tunjangan kesejahteraan keluarga
3. Tunjangan Hari Raya (THR)
4. Bantuan sewa rumah
5. Tunjangan kesehatan keluarga
6. Tunjangan kematian
7. Tunjangan kelahiran anak I dan II
8. Tunjngan perkawinan
9. Uang makan
2.6. Struktur Organisasi
Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia struktur
organisasinya adalah berbentuk Lini Fungsional yang merupakan suatu bentuk
struktur organisasi dimana kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis
dari tingkat pimpinan atas kepada tingkat bawahannya berdasarkan tugas
masing-masing. Bagan struktur organisasi dapat di lihat pada lampiran. Adapun
pembagian tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut:
1. Kepala Cabang
kepala cabang bertugas memimpin kantor cabang yang mempunyai tugas
menyelenggarakan usaha jasa kebandaraudaraan dan jasa keselamatan
penerbangan dalam arti seluas-luasnya dan usaha lain yang mempunyai hubungan
dengan usaha jasa kebandaraudaraan di Bandar Udara yang bersangkutan sesuai
dengan keputusan Direksi.
2. Kepala Divisi Pelayanan Operasi Lalu LIntas Udara
Kepala divisi ini memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pelayanan Aerodrome dan Approach
Control/Terminal Control Area.
b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan Pelayanan Area Control.
c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pelayanan bantuan operasi
Penerbangan/penerangan Aeronautika.
3. Kepala Divisi Pelayanan Operasi Bandar Udara
Kepala divisi ini memiliki tugas sebagai berikut:
b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pertolongan kecelakaan penerbangan
dan pemadam kebakaran.
c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengamanan Bandar Udara.
4. Kepala Divisi Elektronika dan Listrik
Kepala divisi ini memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan
pelaporan fasilitas elektronika.
b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan, serta
pelaporan navigasi udara dan radar.
c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan
pelaporan fasilitas teknik listrik.
d. Membantu melaksanakan pembangunan fasilitas teknik elektronika dan listrik
sesuai pelimpahan kewenangan yang diberikan direksi.
5. Kepala Divisi Teknik Umum dan Peralatan
Kepala divisi ini memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan, dan
pelaporan fasilitas bangunan.
b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan
pelaporan fasilitas landasan dan lingkungan Bandar Udara.
c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan sesuai
6. Kepala Divisi Administrasi dan Komersil
Kepala divisi ini memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengolahan usaha komersil.
b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengolahan keungan.
c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan akuntansi.
d. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan administrasi kepegawaian,
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Ergonomi
Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan ilmu seperti
antropometri, biometrika, faal kerja higene perusahaan dan kesehatan kerja.
Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja. Dengan ergonomi diharapkan penggunaan objek
fisik dan fasilitas dapat lebih efektif serta dapat memberi kepuasan kerja. Selain
untuk memberikan kepuasan kerja ergonomic juga dapat mengamati aspek-aspek
manusia dan mesin dalam suatu sistem produksi, sehingga ergonomi juga dapat
digunakan untuk menganalisa kapasitas produksi baik dari segi manusianya
maupun dari segi mesinnya.
Ergonomi dapat mengurangi beban kerja dengan cara mengevaluasi
fisiologis, atau cara-cara tidak langsung, pengukuran beban kerja dan
memodifikasi yang sesuai diantara kapsitas kerja denga beban kerja dan beban
tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja, tetapi secara
tidak langsung produktivitas juga dapat ditingkatkan.
Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan postur kerja tertentu yang
terkadang tidak mengenakkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu
berada pada postur kerja yang tidak dialami dan berlangsung dala jangka waktu
yang lama.hal ini akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, serta adanya keluhan
sakit pada bagian tubuh. Untuk menghindari postur kerja yang demikian,
pertimbangan-pertimbangan ergonomic antara lain menyarankan hal-hal sebagai
berikut :
a. Mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur kerja
membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dala jangka waktu
yang lama.
b. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum.
c. Pekerja tida seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu
yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam postur kerja
miring.
d. Pekerja tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode waktu
yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku
yang normal.
3.3. Kerja Otot Statis dan Dinamis
Otot adalah organ yang terpenting dalam system gerak tubuh. Otot dapat
bekerja secara statis dan dinamis. Pada otot dinamis kontraksi dan relaksasi terjadi
silih berganti sedangkan pada kerja otot statis, otot menetap dan kontraksi untuk
Pada kerja otot statis, pembuluh darah tertekan oleh pertambahan tekanan
dalam otot akibat kontraksi sehingga mengakibatkan peredaran darah dalam otot
terganggu. Otot yang bekerja statis tidak memperoleh oksigen dan glukosa dari
darah dan harus menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme
tidak dapat diangkut keluar akibat peredaran darah yang terganggu sehingga sisa
metabolisme tersebut menumpuk dan menimbulkan rasa nyeri.
Pada kerja otot dinamis berlangsung otot akan bekerja secara bergantian
sesuai dengan irama tegang/kencang, teakan dan kendor seperti layaknya sebuah
“pompa” yang membawa dampak pada kelancaran aliran darah. Otot akan banyak
sekali menerima atau membawa glukosa dan oksigen saat mengencang dan
selanjutnya membuang metabolit (sisa hasil pembakaran atau metabolisme) pada
saat mengendur. Karena mekanisme mengencang dan mengendur secara
bergantianmaka sirkulasi aliran darah ditambah oksigen dan metabolit akan
berjalan dengan lancar.
3.4. Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan
lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi,
tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Keluhan
muskuloskeletal sering juga dinamakan MSD (Musculoskeletal Disorder), RSI
(Repetitive Strain Injuries), CTD (Cumulative Trauma Disorders) dan RMI
Keluhan MSD yang sering timbul pada pekerja industri adalah nyeri
punggung, nyeri leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku dan kaki. Ada 4 faktor
yang dapat meningkatkan timbulnya MSD yaitu posture yang tidak alamiah,
tenaga yang berlebihan, pengulangan berkali-kali, dan lamanya waktu kerja
(OHSCOs, 2007). Level MSD dari yang paling ringan hingga yang berat akan
menggangu konsentrasi dalam bekerja, menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya
akan menurunkan produktivitas. Untuk itu diperlukan suatu upaya pencegahan
dan minimalisasi timbulnya MSD di lingkungan kerja. Pencegahan terhdap MSD
akan memperoleh manfaat berupa, penghematan biaya, meningkatkan
produktivitas dan kualitas kerja serta meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dna
kepuasan kerja karyawan (OHSCOs, 2007).
OHSCOs (2007) memberikan panduan tahapan untuk melakukan program
pencegahan MSD di lingkungan kerjayang meliputi:
a. Membangun pondasi menuju sukses.
b. Untuk melakukan program pencegahan MSD diperlukan penetapan komitmen
oleh manajemen, menentukan tujuan pelaksanaan, sasaran dan ruang lingkup
pelaksanaan, membuat aturan dan tanggung jawab pada seluruh lapisan
karyawan, membentuk komite pelaksana dan bergabung dengan organisasi
kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Mengidentifikasi faktor -faktor yang menimbulkan MSD dan faktor lainnya
d. Proses identifikasi dilakukan dengan menanyakan kepada pekerja gangaguan
MSD yang dialami, menanyakan jenis tugas yang sulit dan menyebabkan
ketidaknyamanan, mengevaluasi catatan kecelakaan kerja yang pernah terjadi,
mengamati jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu yang lama,
pengulangan, tenaga dan postur kerja serta menggunakan
instrument-instrumen pencegahan MSD.
e. Lakukan evaluasi faktor-faktor yang menyebabkan MSD.
f. Evaluasi faktor-faktor yang telah ditemukan dengan melibatkan pekerja untuk
mencari akar masalahnya dan buat kesepakatan untuk melakukan tindakan
perbaikan.
g. Memilih dan melaksanakan program perbaikan untuk pencegahan MSD.
h. Lakukan perubahan metode kerja, menata ulang peralatan dan area kerja untuk
mengurangi resiko MSD, Libatkan karyawan untuk memberikan ide-ide agar
system kerja menajdi lebih baik dan gunakan ide yang dianggap baik, hati hati
memilih solusi yang pertama kali karena solusi tersebut disebut desain yang
ergonomis.
i. Evaluasi kesuksesan penerapannya dan lakukan peningkatan secara
berkelanjutan.
j. Tanyakan kepada pekerja apakah perubahan yang dilakukan memberikan
dampak yang lebih baik dan memberika rasa nayaman dalam bekerja.
Tingkatkan dan ulangi penerapan setelah 3 -6 bulan.
l. Umumkan hasil yang telah dicapai dan usaha-usaha yang telah dilakukan
dalam pencegahan MSD kepada seluruh pekerja dan semua departemen.
3.5. Kelelahan
Pada dasarnya kelelahan menggambarkan tiga fenomena yaitu perasaan
lelah, perubahan fisiologis tubuh dan pengurangan kemampuan melakukan kerja
(Barnes, 1980). Kelelahan merupakan suatu pertanda yang bersifat sebagai
pengaman yang memberitahukan tubuh bahwa kerja yang dilakukan telah
melewati batas maksimal kemampuannya. Kelelahan pada dasarnya merupakan
suatu keadaan yang mudah dipulihkan dengan beristirahat. Tetapi jika dilakukan
terus menrus akan berakibatkan buruk dan dapat mengakibatkan penyakit akibat
kerja.
Kelelahan otot merupakan suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja
akibat kontraksi tulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan
keadaan yang dikenal dengan kelelahan otot (Guyton, 1981). Otot yang lelah akan
menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi adan relaksasi
berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar (Suma’mur, 1990).
Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan termasuk didalamnya jam kerja
yang lama, penggunaan kerja fisik dan mental yang lama, pengurangan jam
kombinasi beberapa faktor di atas. Ada beberapa faktor umum penyebab
kelelahan kerja :
a. Penyebab medis : flu, anemia, gangguan tidur, hepatitis, TBC, dan penyakit
kronis lainnya.
b. Penyebab yang berkaitan dengan gaya hidup : kurang tidur, terlalu banyak
tidur, alkohol dan minuman keras, diet yang buruk, kurangnya olahraga, gizi,
daya tahan tubuh.
c. Penyebab yang berkaitan dengan tempat kerja : kerja shift, pelatihan tempat
kerja yang buruk, stress di tempat kerja, pengangguran, suhu ruang kerja,
penyinaran, kebisingan, monotoni pekerjaan dan kebosanan, beban kerja.
d. Faktor psikologis : depresi, kecemasan dan stres.
Kelelahan tubuh yang merupakan akibat dari perpanjangan kerja adalah
konsekuensi kehabisan persediaan energi tubuh. Kelelahan ini akibat dari
kebanyakan tugas atau pekerjaan. Kelelahan dalam bekerja dapat disebabkan oleh:
1. Kelelahan karena ketegangan otot.
2. Kelelahan karena ketegangan pada semua organ berupa kelelahan fisik
umum.
3. Kelelahan karena pembebanan kerja mental.
4. Kelelahan karena penggunaan salah satu fungsi psikomotor (kelelahan
saraf).
5. Kelelahan karena kerja monoton atau karena lingkungan kerja yang tidak
6. Kelelahan karena aneka faktor lingkungan secara menetap seperti bising,
suhu panas dan dingin.
3.6. Program Pengendalian Kelelahan pada Pekerja
Salah satu cara pengendalian kelelahan otot pada pekerja aadalah
memberikan wakru istirahat pendek yang sering (micro breaks) untuk merubah
posisi kerja dan relaksasi otot.. Quitler (1997) menyarankan pemberian waktu
istirahat selam 5 enit setiap 30 menit bekerja. NIOSH menganjurkan pemberian
waktu istirahat pendek selama 4 sampai 5 menit setiap jangka waktu kerja tertentu
tanpa mengurangi waktu istirahat selama 15 menit (macro breaks) setiap 2 jam
bekerja untuk jenis pekerjaan sedang.
3.7. Hubungan Denyut Nadi kerja Dengan Kelelahan Kerja
Denyut nadi merupakan salah satu variable fisiologi tubuh yang
menggambarkan tubuh dalam keadaan statis dan dinamis. Oleh karena itu denyut
nadi dipakai sebagai indikator metabolisme tubuh. Denyut nadi indikator yang
dipakai untuk mengetahui berat ringannya beban kerja seseorang. Semakin berat
beban kerja, maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja
dengan kelelahan dan gangguan fisiologis lainnya. Kelelahan merupakan salah
satu bentuk mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan secara manual memakai
stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon,1992). Dengan metode tersebut
dapat dihitung nadi kerja sebagai berikut:
Denyut Nadi (Denyut/Menit) = 10 x60
itungan WaktuPengh
Denyut
Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima
tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan
pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan makanik, fisik maupun kimiawi
(Kurniawan,1995). Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi
sendiri tidak cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak
hanya ditentukan oleh jumlah kalori yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh
jumlah otot yang terlibat dan beban statis yang diterima serta tekanan panas dari
lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal
tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk menghitung indek beban
kerja. Rodahl (1989) menyatakan bahwa denyut nadi mempunyai hubungan linier
yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja. Dan salah satu cara yang
sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan denyutan
pada arteri radialis dipergelangan tangan.
Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari
beberapa jenis yang didefinisikan oleh Grandjean (1993):
1. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai.
2. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yangsangat penting dalam
peningkatan cardiac output dari istirahat samapai kerja maksimum. Peningkatan
yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum tersebut
oleh Rodahl (1989) didefinisikan sebagi heart rate reserve (HR Reserve). HR
Reserve tersebut di ekspresikan dalam persentase yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
% HR Reserve = x100
Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −
Manuaba dan Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja
berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut
nadi maksimum karena beban kardiovaskular = % CVL yang dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
%CVL = Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi x − − ) ( 100
Denyut nadi maksimum adalah:
1. Laki-laki = 220 – Umur
2. Perempuan = 200 – Umur
Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan
klasifikasi sebagai berikut:
a. X < 30 % = tidak terjadi kelelahan
b. 30 < X <60 % = diperlukan perbaikan
c. 60 < X < 80 % = kerja dalam waktu singkat
d. 80 < X < 100 % = diperlukan tindakan segera
3.8. REBA (Rapid Entire Body Assessment)
3.81. Pengertian REBA (Rapid Entire Body Assessment)
Rapid Entire Body Assissment (REBA) adalah suatu metode dalam bidang
ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung,
lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja. Metode ini juga dilengkapi
dengan faktor coupling, beban eksternal, dan aktivitas kerja. Dalam metode ini,
segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua grup, yaitu grup A dan Grup B. Grup A
terdiri dari punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sedangkan grup B terdiri
dari lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan.
Penentuan skor REBA, yang mengindikasikan level resiko dari postur
kerja, dimulai dengan menentukan skor A untuk postur-postur grup A ditambah
dengan skor beban (load) dan skor B untuk postur-postur grup B ditambah dengan
skor coupling. Kedua skor tersebut (skor A dan B) digunakan untuk menentukan
skor C. Skor REBA diperoleh dengan menambahkan skor aktivitas pada skor C.
Dari nilai REBA dapat diketahui level resiko cedera. Pengembangan Rapid Entire
Body Assissment (REBA) terdiri atas 3 (tiga) tahapan, yaitu:
a. Mengidentifikasikan kerja,
c. Skala level tindakan yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat yang
ada, dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang lebih detail berkaitan
dengan analisis yang didapat.
3.8.2. Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA)
Sebuah metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat
untuk menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki
seorang pekerja luka-luka yang dialami di tempat kerja dikenal sebagai Musculos
Keletal Disorder (MSDS). MSDS juga didefinisikan sebagai gangguan dan
penyakit pada otot yang telah terbukti atau dihipotesa yang disebabkan dengan
pekerjaan.
REBA merupakan suatu metode penelitian untuk penilaian tubuh dengan
cepat secara keseluruhan. Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial dalam
penilaian postur punggung, leher, kaki, dan lengan tangan dan pergelangan
tangan. Setiap pergerakan diberi dengan skor yang telah ditetapkan. REBA
dikembangkan sebagai suatu metode untuk menilai postur kerja yang merupakan
faktor resiko (risk factor). Metode ini didesain untuk menilai pekerja dan
mengetahui Muscules keletal yangg kemungkinan dapat menimbulkan gangguan
Dalam usaha untuk penilaian 3 (tiga) faktor beban eksternal, jumlah
gerakan, kerja otot statis, tenaga/ kekuatan, dan postur, REBA dikembangkan
untuk:
1. Memberikan sebuah metode penyaringan suatu populasi kerja yang beresiko
menyebabkan gangguan pada anggota tubuh,
2. Mengidentifikasi usaha otot yang berhubungan dengan postur kerja,
penggunaan tenaga dan kerja yang berulang-ulang yang dapat menimbulkan
kelelahan (fatique) otot,
3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dengan sebuah metode penilaian
ergonomi, yaitu epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan faktor organisasi.
[image:42.595.112.395.440.612.2]Skor REBA dapat diuraikan dalam gambar 3.1. berikut ini :
Tabel 3.2. Skor Bagian Leher
[image:43.595.112.362.540.724.2]Tabel 3.4. Skor Bagian Lengan Atas
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di terminal cargo Polonia Medan. Penelitian
dilaksanakan pada pertengahan Februari sampai dengan pertengahan Maret 2010.
4.2. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian
yang dibuat secara terperinci untuk megetahui aktifitas pekerja yang bertujuan
untuk meganalisa kelelahan pada operator agar dapat memberikan rekomendasi
untuk masa yang akan datang.
4.3. Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah operator pada bagian terminal kargo Polonia
dinas pelayanan bandar udara yang bertugas mengangkat dan menurunkan barang
dengan jumlah operator 8 orang.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian secara
langsung dilapangan, yaitu postur kerja operator, dan data denyut nadi
2. Data Skunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur dan referensi
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, yaitu teori-teori tentang
REBA (Rapid Entire Body Assessment).
4.5. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Kamera digital
2. Worksheet REBA
3. Alat tulis
4.6. Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Melakukan studi literature, yaitu mencari teori-teori yang berhubungan
dengan REBA.
2. Melakukan pengamatan langsung terhadap operator, yaitu pengambilan
foto-foto operator selama melakukan pekerjaan angkat angkut serta mengamati
postur kerja operator selama bekerja.
3. Mengamati dengan mengambil data postur kerja pada saat operator bekerja.
4. Melaksanakan metode REBA, yaitu menghitung skor REBA dari foto-foto
operator yang telah diperoleh.
4.7. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam metode REBA adalah sebagai
berikut :
1. Penilaian postur kerja operator dengan menggunakan worksheet REBA.
2. Perhitugan denyut nadi operator.
4.8. Analisis Data
Dalam tahapan ini dilakukan analisis pengolahan data dari hasil
pengolahan data yaitu analisis kelelahan fisik yang dialami operator.
Pada gambar 4.1 dapat dilihat blok diagram metodologi penelitian yang
Data Primer
- Pengamatan postur kerja operator dengan REBA -perhitungan denyut nadi
Data Skunder
- Mengumpulkan data berdasarkan dari dokumen perusahaan
Pengolahan Data
- Penilaian postur kerja dengan worksheet REBA.
- Penilaian Beban Kerja Fisik Berdasarkan Denyut Nadi Operator.
Kesimpulan dan Saran Analisis Pemecahan Masalah
- Analisis postur kerja yang dapat menimbulkan kelelahan
Studi Pendahuluan
- Studi Literatur
- Melakukan pengamatan langsung pada Terminal Cargo Polonia Medan
Identifikasi Masalah dan Penetapan Tujuan
[image:48.595.107.499.121.663.2]Pengumpulan data
BAB V
PENGUMPULAN DAN PEGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
1. Tahap persiapan
Gambar 5.1. Tahapan Persiapan Operator pada Saat Mengangkat Barang
Tahapan ini proses awal untuk mengangkat atau memindahkan barang ke trolli.
2. Tahap Pemindahan
[image:49.595.216.409.287.432.2]
Gambar 5.2. Tahapan Pemindahan Barang
3. Tahapan Akhir
[image:50.595.214.408.139.288.2]
Gambar 5.3. Tahapan Akhir
Tahapan ini adalah proses yang berawal dari tahapan persiapan dan pemindahan
yang kemudian barang yang dipindahkan di susun di trolli.
Selain data postur kerja operator data yang diambil adalah data dimensi
fasilitas yaitu:
- Trolley : panjang 134 cm dan lebar 175 cm.dan jarak transportasi adalah 1 m.
Adapun data denyut nadi operator yang diambil adalah:
Tabel 5.1. Data Denyut Nadi Operator
No
Denyut Nadi Sebelum
Bekerja
Denyut Nadi Setelah Bekerja
Denyut Nadi Istirahat
Usia
Jenis Kelamin
1. 98 110 100 25 Laki-laki
2. 97 112 110 25 Laki-laki
3. 101 115 112 26 Laki-laki
4. 99 118 114 27 Laki-laki
5. 98 118 112 27 Laki-laki
6. 100 120 117 27 Laki-laki
7. 103 120 114 27 Laki-laki
[image:50.595.163.464.491.735.2]5.2. Pengolahan Data
Pengolahan data dengan menggunakan metode REBA ini dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu tahap persiapan, pemindahan dan tahap akhir.
1. Tahap persiapan
Gambar 5.4. Tahapan Persiapan Operator pada Saat Mengangkat Barang
Pada tahapan ini operator menjangkau barang yang akan diangkat ke trolli.
Pada gambar 5.5. akan diuraikan pengolahan data dengan metode REBA.
Grup A :
[image:51.595.215.408.222.368.2]a. Batang Tubuh (Trunk)
Tabel 5.2. Skor batang tubuh (Truck)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
200-600
(ke depan maupun ke belakang) 4
b. Leher (Neck)
Tabel 5.3. Skor Leher (neck)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
[image:51.595.117.479.521.722.2]c. Kaki (Legs)
Tabel 5.4. Skor Kaki (legs)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
>600 2
d. Beban (Load)
Tabel 5.5. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan
>10 kg 3
Group B :
[image:52.595.108.484.90.819.2]a. Lengan Atas (Upper arm)
Tabel 5.6. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
200-450 2
b. Lengan Bawah (Lower arm)
Tabel 5.7. Skor Lengan Bawah (Lower arm)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
600-1000 1
c. Pergelangan Tangan (Wrist)
Tabel 5.8. Skor Pergelangan Tangan (Wrist)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-15º 1
d. Coupling
Tabel 5.9 Coupling
Coupling Skor Skor Perubahan
[image:52.595.106.492.109.463.2]Tabel 5.10 Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur Statik +1
TABEL A
Trunk
1 2 3 4 5
Neck Legs
1
1 1 2 2 3 4
2 2 3 4 5 6
3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 3
2
1 1 3 4 5 6
2 2 4 5 6 7
3 3 5 6 7 8
4 4 6 7 8 9
3
1 3 4 5 6 7
2 3 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9
TABEL B
Upper Arm
1 2 3 4 5 6
Lower Arm Wrist
1
1 1 1 3 4 5 7
2 2 2 4 5 7 8
3 3 3 5 5 8 8
2
1 1 2 4 5 7 8
2 2 3 5 5 8 9
3 3 4 5 7 8 9
TABEL C
SCORE A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
SCORE B
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 5 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 7 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 7 8 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12
9 Group A Tabel B Tabel A Group B Load/force Coupling Skor B Skor A Tabel C Skor C Activity Skor Skor REBA L R L L R R Upper arms Lower arms Wrists Trunk Legs Neck 4 2+1 3 6 2 9 2 1 2 1 2 3 1 7 8
Tabel 5.11. Nilai Level Tindakan REBA
Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan
8-10 Tinggi 3 Perlu tindakan
Keterangan :
Posisi trunk membentuk sudut 200-600 yang nilainya 4, sedangkan posisi neck
membentuk sudut >200 yang dinilainya 2 dan pada posisi leg membentuk sudut
>600 yang diberikan nilai 2. pada posisi upper arm membentuk sudut 200-450
yang nilainya 2, sedangkan pada posisi lower arms membentuk sudut 600-1000
yang diberi nilai 1, dan pada posisi wrist membentuk sudut 150 yang diberi nilai 2.
untuk nilai beban >10 kg diberi nilai 3, untuk coupling diberi nilai 3 karena tidak
aman dan tidak ada pegangan. Skor aktifitas yaitu ditambah 1 karena operator
bekerja dalam keadaan statis selama bekerja. Dari hasil perhitungan maka di dapat
skor REBA yaitu 8, untuk level resiko tinggi dan level tindakan 3 yaitu perlu
tindakan secepatnya.
2. Tahap Pemindahan
[image:56.595.223.384.443.566.2]
Gambar 5.6. Tahapan Pemindahan Barang
Pada tahapan ini operator memindahkan barang dari lantai ke trolli, dan dapat
a. Batang Tubuh (Trunk)
Tabel 5.12. Skor batang tubuh (Truck)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
200 2
b. Leher (Neck)
Tabel 5.13. Skor Leher (neck)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
>200 2
c. Kaki (Legs)
Tabel 5.14 Skor Kaki (legs)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
300-600 1 +1
d. Beban (Load)
Tabel 5.15 Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan
>10 kg 3
Group B :
[image:57.595.113.480.103.725.2]e. Lengan Atas (Upper arm)
Tabel 5.16. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
f. Lengan Bawah (Lower arm)
Tabel 5.17. Skor Lengan Bawah (Lower arm)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
600-1000 1
g. Pergelangan Tangan (Wrist)
Tabel 5.18 Skor Pergelangan Tangan (Wrist)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
15º 2
h. Coupling
Tabel 5.19. Coupling
Coupling Skor Skor Perubahan
Tidak aman 3
Tabel 5.20. Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
TABEL A
Trunk
1 2 3 4 5
Neck Legs
1
1 1 2 2 3 4
2 2 3 4 5 6
3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 3
2
1 1 3 4 5 6
2 2 4 5 6 7
3 3 5 6 7 8
4 4 6 7 8 9
3
1 3 4 5 6 7
2 3 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9
4 6 7 8 9 9
TABEL B
Upper Arm
1 2 3 4 5 6
Lower Arm Wrist
1
1 1 1 3 4 5 7
2 2 2 3 5 7 8
3 3 3 5 5 8 8
2
1 1 2 4 5 7 8
2 2 3 5 5 8 9
TABEL C
SCORE A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
SCORE B
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 5 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 7 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 7 8 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12
9 Group A Tabel B Tabel A Group B Load/force Coupling Skor B Skor A Tabel C Skor C Activity Skor Skor REBA L R L L R R Upper arms Lower arms Wrists Trunk Legs Neck 2 2 3 3 1+1 6 3 3 3 1 1 6 1 8 9
Tabel 5.21. Nilai Level Tindakan REBA
Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan
8-10 Tinggi 3 Perlu tindakan
secepatnya
Keterangan :
Posisi trunk membentuk sudut 200 yang nilainya 2, sedangkan posisi neck
membentuk sudut >200 yang dinilainya 2 dan pada posisi leg membentuk sudut
300-600 yang diberikan nilai 1+1. pada posisi upper arm membentuk sudut 450
-900 yang nilainya 3, sedangkan pada posisi lower arms membentuk sudut 600
nilai 2. untuk nilai beban >10 kg diberi nilai 3, untuk coupling diberi nilai 3
karena tidak aman dan tidak ada pegangan. Skor aktifitas yaitu ditambah 1 karena
operator bekerja dalam keadaan statis selama bekerja. Dari hasil perhitungan
maka di dapat skor REBA yaitu 9, untuk level resiko tinggi dan level tindakan 3
yaitu perlu tindakan secepatnya.
3. Tahapan Akhir
[image:62.595.215.408.277.425.2]
Gambar 5.8. Tahapan Akhir
Pada tahapan ini operator penyususn barang di trolli, dan dapat dilihat pada
gambar 5.9. uraian pengolahan datanya dengan menggunakan metode REBA.
[image:62.595.127.484.534.746.2]a. Batang Tubuh (Trunk)
Tabel 5.22. Skor batang tubuh (Truck)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
200
(ke depan maupun ke belakang) 2
b. Leher (Neck)
Tabel 5.23. Skor Leher (neck)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
c. Kaki (Legs)
Tabel 5.24. Skor Kaki (legs)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
300-600 1 +1
d. Beban (Load)
Tabel 5.25. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan
>10 kg 3
Group B :
[image:63.595.103.483.84.787.2]e. Lengan Atas (Upper arm)
Tabel 5.26. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
450-900 3
f. Lengan Bawah (Lower arm)
Tabel 5.27. Skor Lengan Bawah (Lower arm)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
600-1000 1
g. Pergelangan Tangan (Wrist)
Tabel 5.28. Skor Pergelangan Tangan (Wrist)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
150 2
h. Coupling
Tabel 5.29. Coupling
Coupling Skor Skor Perubahan
[image:63.595.108.493.112.456.2]Tabel 5.30. Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur Statik +1
TABEL A
Trunk
1 2 3 4 5
Neck Legs
1
1 1 2 2 3 4
2 2 3 4 5 6
3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 3
2
1 1 3 4 5 6
2 2 4 5 6 7
3 3 3 6 7 8
4 4 6 7 8 9
3
1 3 4 5 6 7
2 3 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9
TABEL B
Upper Arm
1 2 3 4 5 6
Lower Arm Wrist
1
1 1 1 4 4 5 7
2 2 2 4 5 7 8
3 3 3 5 5 8 8
2
1 1 2 4 5 7 8
2 2 3 5 5 8 9
3 3 4 5 7 8 9
TABEL C
SCORE A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
SCORE B
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 5 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 7 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 7 8 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12
9 Group A Tabel B Tabel A Group B Load/force Coupling Skor B Skor A Tabel C Skor C Activity Skor Skor REBA L R L L R R Upper arms Lower arms Wrists Trunk Legs Neck 2 1 3 2 1 5 3 3 4 1 1 7 1 8 9
Tabel 5.31. Nilai Level Tindakan REBA
Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan
8-10 Tinggi 3 Perlu tindakan
secepatnya
Keterangan :
Posisi trunk membentuk sudut 200 yang nilainya 2, sedangkan posisi neck
membentuk sudut 200 yang dinilainya1 dan pada posisi leg membentuk sudut 300
-600 yang diberikan nilai 1. pada posisi upper arm membentuk sudut 450-900 yang
nilainya 3, sedangkan pada posisi lower arms membentuk sudut 600-1000 yang
untuk nilai beban >10 kg diberi nilai 3, untuk coupling diberi nilai 3 karena tidak
aman dan tidak ada pegangan. Skor aktifitas yaitu ditambah 1 karena operator
bekerja dalam keadaan statis selama bekerja. Dari hasil perhitungan maka di dapat
skor REBA yaitu 9, untuk level resiko tinggi dan level tindakan 3 yaitu perlu
tindakan secepatnya.
5.3. Penentuan Postur Kerja Yang Dapat Menimbulkan Kelelahan
Penentuan postur kerja yang dapat menimbulkan kelelahan dapat dilihat
dari frekuensi kerja operator berdasarkan kerja otot statis dan dianamis
1. Kerja statis atau pembebanan otot secara statis
Operator bekerja dengan posisi berdiri sehingga kerja otot statis terjadi
pada bagian kaki dan tulang punggung sangat dominan terjadi. Posisi kerja
berdiri memiliki kerugian jika posisi berdiri dilakukan salah. Dari data
pengamatan kerja yang diperoleh bahwa kerja otot statis operator
pengangkatan barang pada saat ini terjadi pada tulang punggung dan
bagian kaki khususnya.
Kerja otot statis pada tulang belakang dalam kondisi agak membungkuk
statis terjadi selama bekerja dalam 1 shift. Kerja otot statis pada tulang
belakang dapat menyebabkan melemahnya otot-otot perut, melekungnya
punggung yang tidak baik bagi organ-organ dalam, khususnya organ
pencernaan, jika posisi atau postur kerja dilakukan secara membungkuk
dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi karena operator pengangkatan
berkontraksi statis tidak mendapat glukose dan oksigen dari darah dan
harus menggunakan cadangan-cadangan yang ada. Sisa-sisa metabolisme
tidak dapat diangkut keluar, melainkan tertimbun. Karena inilah, otot-otot
yang berkontraksi statis menderita rasa nyeri dan otot menjadi lelah.
2. Kerja dinamis atau pembebanan otot secara dinamis
Kerja otot dinamis yang terjadi pada kondisi leher normal dan tegak saat
operator menjangkau, mengangkat. Kerja otot dinamis tidak memiliki efek
yang buruk bagi operator, karena selama kerja otot dinamis berlangsung
maka otot akan bekerja secara bergantian, sesuai dengan irama
mengencang atau mengendor (mengerut) hal ini berdampak pada aliran
darah. Otot yang berkontraksi dinamis memperoleh banyak oksigen dan
glukosa pada saat mengencang dan selanjutnya sisa-sisa hasil pembakaran
metabolisme saat mengendor. Otot dinamis dengan irama yang tepat dapat
lama berkelanjutan tanpa kelelahan otot.
5.4. Penilaian Beban Kerja Fisik Berdasarkan Denyut Nadi Operator
Dengan data denyut nadi kerja, denyut nadi istirahat maka dapat dihitung
% HR Reserve dengan rumus:
% HR Reserve = x100
Istirahat DenyutNadi
Maksimum DenyutNadi
Istirahat DenyutNadi
Kerja DenyutNadi
− −
Operator 1
- Nadi sebelum bekerja = 98
% HR Reserve = x100 Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −
% HR Reserve = 100
100 120 100 110 x − −
= 50 %
Operator 2
- Nadi sebelum bekerja = 97
- Nadi setelah bekerja = 112
- Nadi istirahat = 110
% HR Reserve = x100
Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −
% HR Reserve = 100
110 120 110 112 x − −
= 20 %
Operator 3
- Nadi sebelum bekerja = 101
- Nadi setelah bekerja = 115
- Nadi istirahat = 112
% HR Reserve = x100
Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −
% HR Reserve = 100
112 120 112 115 x − −
Operator 4
- Nadi sebelum bekerja = 99
- Nadi setelah bekerja = 118
- Nadi istirahat = 114
% HR Reserve = x100
Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −
% HR Reserve = 100
114 120 114 118 x − −
= 66,6 %
Operator 5
- Nadi sebelum bekerja = 98
- Nadi setelah bekerja = 118
- Nadi istirahat = 112
% HR Reserve = x100
Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −
% HR Reserve = 100
112 120 112 118 x − −
= 75 %
Operator 6
- Nadi sebelum bekerja = 100
- Nadi setelah bekerja = 120
% HR Reserve = x100 Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −
% HR Reserve = 100
117 120 117 120 x − −
= 100 %
Operator 7
- Nadi sebelum bekerja = 103
- Nadi setelah bekerja = 120
- Nadi istirahat = 114
% HR Reserve = x100
Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −
% HR Reserve = 100
114 120 114 120 x − −
= 100 %
Operator 8
- Nadi sebelum bekerja = 99
- Nadi setelah bekerja = 119
- Nadi istirahat = 116
% HR Reserve = x100
Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi − −
% HR Reserve = 100
116 120 116 119 x − −
Setelah perhitungan % HR Reserve didapat maka di hitung % CVL dengan
rumus sebagai berikut :
%CVL = Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi x − − ) ( 100 Operator 1
- Nadi sebelum bekerja = 98
- Nadi setelah bekerja = 110
- Nadi istirahat = 100
%CVL = Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi x − − ) ( 100
% CVL =
100 120 ) 100 110 ( 100 − − x
= 50 % diperlukan perbaikan
Operator 2
- Nadi sebelum bekerja = 97
- Nadi setelah bekerja = 112
- Nadi istirahat = 110
%CVL = Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi x − − ) ( 100
% CVL =
110 120 ) 110 112 ( 100 − − x
Operator 3
- Nadi sebelum bekerja = 101
- Nadi setelah bekerja = 115
- Nadi istirahat = 112
%CVL = Istirahat DenyutNadi Maksimum DenyutNadi Istirahat DenyutNadi Kerja DenyutNadi x − − ) ( 100
% CVL =
112 120 ) 112 115 ( 100 − − x
= 37,5 % diperlukan perbaikan
Operator 4
- Nadi sebelum bekerja = 99
- Nadi setelah bekerja = 118
- Nadi istirahat = 114
%CVL = Istirahat DenyutNadi Ma