• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkah Laku Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) Terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahaya Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkah Laku Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) Terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahaya Berbeda"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

TINGKAH LAKU

IKAN KERAPU

TIKUS (Cromileptes altivelis)

TERHADAP TIRAI GELEMBUNG UDARA

DAN INTENSITAS CAHAYA BERBEDA

OLEH

FIS PURWANGKA

#

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(68)

ABSTRAK

FIS PUR WANGKA. Tingkah Laku lkan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) Terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahaya Berbeda. Dibimbing oleh

MULYONO S. BASKORO dan JOHN

HALUAN.

Penggunaan cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan umumnya dilakukan nelayan dengan intensitas cahaya yang sangat bervariasi. Selain penggunaan cahaya dalam penangkapan, dalam perkembangan teknologi guna mencapai penangkapan

ikan yang lebih efektif telah diterapkan pula penggunaan tirai gelembung dam,

khususnya dalam perilcanan trap,

Tujuan dari penelitian

ini

adalah, untuk mengetahui tingkah laku ikan kerapu

terhadap tirai gelembung udara dan intensitas cahaya yang berbeda dan menganalisa efektifitas jarak antar gelembung udara untuk merintangi ikan.

Langkah pertama perm baan yang dilakukan adalah penelitian awal, berupa

pengambilan data fluktuasi cahaya di habitat &an kerapu se1ama 24 jam, dengan pencatatan pengarnatan pada tiap 1 jam. Kemudian mengamati pengaruh dari suara gelembung tersebut terhadap tingkah laku

ikan

kerapu dengan mengamati jumlah

gerakan

dari

tutup insang selarna 15 menit, dibandingkan dengan kondisi tanpa suara seIama I5 menit.

Langkah yang ke dua adalah memilih jarak antar gelembung yang paling

optimal, dengan variasi berdasarkan lebar tubuh ikan yang diamati, yaitu tiga kali, dua kali dan satu kali lebar tubuh ikan pada 3 iluminasi cahaya yang berbeda. DaIarn setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 20 kali, masing-masing selama 1 jam. Agar ikan mau untuk melewati tirai tersebut, maka saat diberi perlakuan ikan tersebut

diberi umpanlpenarik berupa makanan. Pengamatan yang dilakukan ialah dengan

mencatat jumlah ikan yang melewati tirai gelembung udara tersebut pada setiap

perlakukan.

Data yang didapat akan diuji kenormalannya dianalisis dengan menggunakan

ANOVA Single factor (Analysis of Variance). Bila hasil yang didapat dari ANOVA

Single Factor menunjukkan bahwa data tersebut berbeda nyata, maka diiakukan uji lanjutan, yaitu Uji Tukey dan Uji Beda Nyata Terkecil untuk melihat tingkat perbedaann y a.

Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan yang dilakukan di perairan Pantai

Carita yang mempunyai

kecerahan

6 meter, dimma detektor lux meter di masukkan

pada kedalaman 3 meter, dengan cuaca cerah tidak krawan, pada jam 04.57 WIB

dan

18.10 WIB iluminasi cahaya bernilai 1 lux. Nilai ilumiaasi cahaya terbesar didapat pada jam 12 -00 sebesar 27.000 lux.

Data pengaruh suztra gelembung diolah menggunakan Uji Tanda, dengan

rrielihat jumlah bukaan tutup insang dm waktu adaptasi ikan, didapatkan nilai sebesar

(69)

Pada iluminasi 0 lux rata-rata jumlah ikan yang melewati gelembung udara, masing-masing berjarak 1 cm; 2 cm; dan 3 crn adalah O,I5 ekor; 0,05 ekor; dm 0,1

ekor. Selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan ANOVA (Analysis

of Variance) didapatkan nilai Fhit, dimana nilai Fhit tersebut lebih kecil

dari

ndai Ftab.

Hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyatalperlakuan yang d i beri kan tidak berpengaruh nyata.

Pada iluminasi 1500 lux rata-rata jurnlah ikan yang melewati gelernbung

udara, rnasing-masing berjarak 1 cm; 2

cm;

dan 3

cm

adalah 0,05 ekor; 16,95 ekor; dan 83,6 ekor, kemudian didapatkan nilai F h a dimana nilai Fhit tersebut lebih besar dari nilai Ftab.

Hal

ini

menunjukkan bahwa pada rnasing-masing p e r l a k w yang

dibecikrtn berbda nyatalperlakuan yang dikrikan berpengaruh nyata, sehingga perlu

dilakukan uji lanjutan menggunakan Uji

Tukey

dan Uji Beda Nyata Terkecil. Dari

hasil Uji Tukey

dan

Uji Beda Nyata Terkecil anatara perlakuan 1 cm terhadap perlakuan 2 cm dan 3 cm menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang paling kecil yaitu -1 6,9000 dan -83,5500

,

selanjutnya untuk perlakuan 2 cm terhadap perlakuan 1 cm dan 3 cm menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang cukup besar, yaitu 16,9000 dm 46,6500

,

sedangkan untuk perlakuan 3 cm terhadap perlakuan 1 cm dan 2 crn menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang paling

besar yaitu 83,5500 dan 66,6500. Masing-masing pengujim ini dilakukan pada tingkat selang kepercayaan 95%.

Pada iluminasi 4500 lux rata-rata jumlah ikan yang melewati gelembung

udara, masing-masing be jarak 1

cm;

2 cm; dan 3 cm adalah 16,85 ekor; 16,95 ekor; dan 17,05 ekor, kemudian didapatkan nilai Fhit9 dimana nilai Fhit tersebut lebih kecil d29-i nilai Fbb. Hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan yang di berikan tidak berbeda nyatalperlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata.

Pada kondisi iluminasi cahaya sebesar 0 lux, pergerakan i h , terlihat

cenderung pasif, berada di dasar dan pinggir aquarium walaupun telah diberi rangsangan berupa makanan. Pada perlakuan iluminasi cahaya sebesar 1 500 lux,

umumnya ikan-ikan tersebut terlihat lebih aktif, dan apabila diberi rangsangan berupa makanan, ikan-ikan tersebyt langsung bergerak untuk memakannya, tetapi pa& jarak

antar gelembung udara sebesar 1 kali ukuran tubuhnya (1 cm) ikan-ikan tersebut tidak

berani melewati tirai gelembung udara. Pada perlakuan terakhir, yaitu iluminasi cahaya sebesar 4.500 lux, pergerakan ikan-ikan ini terlihat tidak terkendali

menghindari cahaya yang terang, dan terlihat tidak merespon rangsang yang

diberikan.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, menunj

ukkan

bahwa j arak

gelembung yang paling efektif adalah 1 kali ukuran lebar tubuh ikan, yaitu sebesar 1

cm pada ilurninasi cahaya sebesar 1 500 lux.

Perlu diiakukan peneIitian lanjutan untuk melakukan penerapan di lapangan

(70)

Judul Tesis : Tingkah Laku Ikan Kerapu Tikus (Cromilepfes altivelis)

Terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahaya Berbeda

Nama : Fis Puwangka NRP : TKL 99602

Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetuj

ui,

1. Komisi Pembimbing

c

Dr. Ir. M yono S. Bas oro, M.Sc.

9

-Ketua Anggota

2. Ketua Program Studi 3. Direktur Program Pasca Sarjana

Prof.

Dr.

Ir. Daniel

R.

Monintia. M.Sc.
(71)

SULTRAT

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

Ting

ka

h La ku I h n Kera pu Tikus

(Crom0Ieptes

arltivelis)

Terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahaya Berbeda

Adalah benar hasil karya saya sendiri

dan

belum pernah d i p u b l i k a s i . Semua

sumber data dan informasi yang dig& telah dinyatakan dengan jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.

Bogor, Desember 2002

(72)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 2 Mei 1972, sebagai anak ke lima

dari lima bersaudara, dari pasangan Bambang Djatmiko dan Hertami. Pendidikan

yang pendis lalui ialah di SDN Pengadilan 11, Bogor (1979-19851, SMPN 4, Bogor

(1985-1988), SMAN 2, Bogor (1988-1991), dan

Pendidikan

Sarjana di Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor (1992-1998). Pada tahun 1999 penulis melanjutkan Program pendidikan S2 pada Program Studi Teknologi Kelautan Program Pascasarjana FakuItas Perikman dan Kelautan, M t u t Pertmian Bogor.

PenuIis sampai saat ini di kontrak sebagai Staf

di

Juman Pemmhatan Sumkrdaya Perikanan, Fakultas Perikanan

dan

Kelautan, M t u t Pertanian Bogor.

Saat ini penulis dianugerahi satu orang putri dengan nama Qonita Sinatrya dari istri tercinta Lusy Miftakhidyah S.Pi.

Selma mengikuti Program S2, penulis menjadi anggota F o m Mahasiswa

Teknologi Kelautan (FORMULA). Dan selama mengikuti perkuliahan

dan

kegiatan

pendidikan, penulis sering mengikuti simposium clan seminar yang diselenggarakan

(73)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa penulis panjatkan, karena atas segala limpahan &at

dan

hidayah-Nya penelitian ini berhasil diselesaikan. Judul pada penelitian ini adalah &Tingkah Laku Ikan Kera pu

(Cromilcptes aUivelis) terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahstya

Berbeda"

.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang setulusnya

kepada Bapak Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. selaku ketua komisis pembimbing

serta kepada Bapak Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc. selaku anggota komisi pembimbing atas saran dm arahannya sehingga terselesaikannya penelitian ini. Bapak HAU Ayodhyoa, M.Sc., selaku dosen penguji yang telah memberi penilaian,

saran

dan kriti k untuk perbaikm thesis ini. Ungkapan terima kasih j uga disam-

kepada selunih keluarga Ibu, Bapak Mertua, Isteri dan Anak tercinta, serta seluruh

keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Terima kasih pula penulis sampaikan kepada rekan-rekan, baik di

TKL

maupun di luar TKL atas masukkan yang cukup berarti bagi penulis. Semoga penelitian ini dapat men.

adi

masukan yang berarti

dalam

perkembangan perikanan

dan kelautan Indonesia,

Bogor, Desember 2002

(74)

DAFTAR ZSI

Kata Pengantar

...

Daftar Isi

...

Daflar Tabel

...

Daftar

Gam

bar

...

.

.

...

Daftm Lampiran

...

...

1

.

Pendahuluan

1

.

1 Latar Belakang

...

1.2 T u j w Penelitian

...

...

...

1.3 Manfmt Penelitian .,

1.4 Perurnusan Masdah

...

...

.

2 Tinjauan Pustaka

3

.

Metodologi

...

...

...

3 . I Waktu

dan

Tempat

.

.

3.2 Alat dan Bahan

...

.

.

...

...

...*.,,.,,...*.*.

3.3 Pengumpulan Data

.

.

...

...

3.4 Metode Penelitian

.

.

3.5 Analisis Data

...

...

.

4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Data Fluktuasi Cahaya Selarna 1 hari (24 Jam)

...

(75)

...

4.3 Jarak antar Lubang dm Intensitas Cahaya yang Berbeda

5

.

Kesimpulan dan Saran

...

5.1 Kesimpulan

...

...

5.2 Saran

Daftar Pustaka

...

(76)

1

.

Spesi fi kasi Alat yang Digunakan dalarn Penelitian

...

15

2. Data Fluktuasi Cahaya Selama 1 hari (24 Jam)

...

.

.

...

19

3, Data Pengamatan Pengaruh Suara Gelembung Terhadap Tingkah Laku Ikan

...

4. Hasil Perhitungan dengan Perlakuan 0 Lux dengan Menggunakan

Anova Single Factor

...

5. Jurnlah Pelolosan

Tkan

pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap

Jarak antar Gelembung Udara

...

.,

...

6 . Hasil Perhitungan dengan Perlakuan 1 500 Lux dengan Menggunakan

...

Anova Single Factor..

7.

Jumlah Pelolosan kan pada lluminasi Cahaya 1 500 lux terhdap

Jarak antar Gelembung Udara

...

8. Hasil Perhitungan dengan Perlakum 4500

LUX

dengan Menggunakan

Anova Single Factor

...

(77)
[image:77.568.19.458.51.691.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

...

1 . Pemasangan pipa tirai gelembung udara

.

.

.

15

...

2. Diagram Alir Kegiatan Penelitian dan Pengolahan Data 18

...

3

.

Fluktuasi

Cahaya Selama 1 hari (24 Jam) 20

4. Hasil Rekaman Frekuensi

Suara

dengan Perlakuan Menggunakan

...

Gelembung dengan Alat Dolphin Ears 22

5. Hasil Rekaman Frekuensi Suara dengan Perlakuan Tanpa Menggunakan

...

Gelembung dengan Alat Dolphin Ears.. 22

6. Grafik Jumlah Pelolosan Ikm pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap

...

Jarak antar Gelembung Udara 25 .

7. Grafik Jumlah Pelolosan Ikan pada Eluminasi Cahaya 1500 lux terhadap

...

...

Jarak antar Gelembung Udara

.

.

.

.

..

.

.

2 8

8. Grafik Jumlah PeloIosan k a n pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap

(78)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hdarnan

1. Hasil Rekarnan Frekuensi Suara Dianalisis dengan Spectrogram

...

37

...

2. Kondisi llrsln Kerapu Tikus

...

.

.

.

3 8

3. Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian

...

39 4. Data Pengarnatan Pengaruh Suara Gelembung Terhadap

Tingkah Laku

Ikan

...~...

42

5. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap Jarak

...

...

antar Gelembung Udara ., 43

6 . Jumlah Pelolosan

Ikan

pada Ilurninasi Cahaya 1500 lux terhadap Jarak

...

antar Gelembung Udara 44

7. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cahaya 45 00 lux terhadap Jarak

...

(79)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan sudah lama dilakukan oleh nelayan. Larnpu digunakan sebagai sarana untuk mengumpulkan ikan. Setelah lampu dinyalakan selama beberapa waktu, ikan terkumpul dalam jangkauan penetrasi cahaya tersebut dan kemudian dengan menggunakan alat tangkap yang telah disiapkan nelayan menangkap ikan-ikan tersebut.

Sasaran dari penangkapan ikan dengan bantuan lampu ini addah ikan-ikan pelagis dan utamanya ikan-i kan yang mempunyai fototaxis positif. Penggunaan larnpu sabagai alat bantu penangkapan telah dilakukan oleh nelayan hampir di seluruh dunia, misalnya dalam perikanan gillnet, lampara, purse seine, lifr net, pump fishing, dan lain sebagainya. Di Indonesia, lampu smgat populer digunakan sebagai alat bantu pada perikanan bagan, yang menangkap ikaxl-ikan seperti ternbang, teri, kernbung, selar, layang, tongkol, cumi-cumi dan lain sebagainya.

Penggunaan cahaya sebagai alat bantu pemngkapan ikan umurnnya dilakukan neIayan dengan intensitas cahaya yang sangat bervariasi. Umurnnya mereka menggunakan intensitas cahaya yang tinggi dalam operasi penangkapan ikan.

Mereka beranggapan bahwa sernakin terang cahaya maka sernakin tinggi hasil yang

akan

mereka dapat. Anggapan tersebut tidak seIamanya benar, karena baik secara morfologis dan ekologis ikan rnempunyai kesanggupan dm respon yang berbeda- beda terhadap cahaya (Smith, 1972). Cahaya yang efektif adalah cahaya yang mempunyai sifat daya rangsang, daya pikat dan mengumpulkan ikan.
(80)

Selain penggunaan cahaya dalam penangkapan, dalam perkembangan teknologi guna rnencapai penangkapan ikan yang lebih efektif telah diterapkan

penggunaan tirai gelembung udara, khususnya dalam perikanan trap. Mengendalikan tingkah laku ikan menggunakan tirai gelembung udara pertama kaIi dilaporkan oleh Smith (1 95 7, 1 96 1). Pada tiga dekade terakhir, dampak rintangan tirai gelembung udar a diuj i dari berrnacam-macam perrnasalahan untuk tuj uan penang kapan dan pengendalian ikan (e.g., Imarnura dm Ogura, 1959; Igarashi, 1963; Kunetsov, 197 I ;

Liebeman dan Muessig, 1978; Stewart, 1981 ; Patrick et. al., 1985 dan Sager el. al.,

1987).

1.2 Tujurmn Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

-

Mengetahui tingkah laku ikan kerstpu terhadap tirai gelembung udara clan

intensitas cahaya yang berbeda.

-

Menganalisa efektifitas jarak rtntara gelembung udara untuk merintangi ikan.

1.3 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

mendesain alat penangkapan i kan sehingga mempermudah dalam proses

(81)

1.4 Perurnusan Masalah

Sejauh ini telah banyak diketahui bahwa proses tertangkapnya ikan oleh suatu

j enis alat penangkap temyata meny angkut sejumlah interaksi yang cukup kompleks. Hal tersebut menyangkut berbagai ha1 yang bertalian dengan rnekanisme alat penangkap ikan tersebut,

dan

berbagai ha1 yang bertalian dengan tingkah laku ikan. Dalam usaha peningkatan efisiensi hasil tangkspan, pada umumnya perhatian lebih

banyak diberikan pada rnekanisme alat tangkap, sebaliknya kurang sekali perhatian

untuk ha1 yang menyangkut tingkah laku ikan yang menjadi tujuan usaha

penangkapan tersebut (Gunarso, 1 985).

Ben

Yami

(1976) mengemukakan bahwa ada dua pola reaksi ikan terhadap cahaya, yai tu fototaksis dan fotokenesis. Fototaksis merupakan gerakan spontan dari ikan yang mendekati cahaya atau menjauhi cahaya. Gerakan spontan yang mendekati cahaya dinamakan fototaksis positif

dan

yang menjahui cahaya disebut fototaksis negatif. Selanj utnya dikatakan aktivitas ikan a h meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya. Fotokinesis menrpakan respon yang ditimbulkan

oleh

hewan dalam kebiasaan hidupnya.

Laevastu dan Hayes (1984) mengemukakan bahwa ikan telah menunjukkan gejala terangsang oleh cahaya pada intensits cahaya 0,00 1 -0,O 1 lux. Selanjutnya Woodhead ( I 966) menyatakan bahwa tiap spesies ikan mempunyai intensitas cahaya

optimum yang berbeda-beda tergantung swunan .organ-organ tubuhnya.

Indera penglihat pada sebagian besar jenis ikan ekonomis penting adalah

(82)

tertentu oleh adanya berbagai faktor seperti misaInya jarak penglihatan yang jelas, kisaran dari cakupan penglihatan, warna yang jelas, kekontrasan, kemampuan membedakan objek yang becgerak dan lain sebagainya.

Persentase tingkat adaptasi retina mata ikan kerapu &us yang dilihat dari pergerakan cone pada tingkat iluminasi 0

-

10 lux; 300 - 500 lux; 1200

-

1500 lux; dan 2500

-

3000 lux yaitu 56,84%, 58,85%; 65,70% dan 83,89%. Iluminasi cahaya 1200 - 1500 lux pada skala laboratorium adalah yang paling optimum terhadap respon rnakan ikan (Suryansyah

Y

.,

200 1).
(83)

2. TINJAUAN PUSTAKA

Keberlanjutan perikanan tangkap mengharuskan perbaikan teknologi

penangkapan ikan yang bersi fat ramah lingkungan. Teknologi penang kapan ikan yang dimaksud hendaknya memiliki selektivitas yang baik sehingga dapat memberikan peluang yang tinggi bagi i k m target muda dan i kan non-target atau hasil

tangkap sarnpingan untuk meloloskan diri dari alat tangkap. Selanjutnya ikan-ikan

yang telah melakukan pelolosan melalui proses selektivitas mekanis diharapkan dapat terus hidup tanpa gangguan fisiologis sehingga dapat melanjukan rekruitmen dan

menj adi bagian stok ikan yang dapat dimanfaatkan di rnasa mendatang (Purbay anto, 1999).

Tingkah laku ikan adalah suatu proses adaptasi terhadap lingkungan internal

dm eksternd, sedangkan reaksi ikan merupakan respon yang berhubungan dengan

tingkah laku ikan karena adanya rangsangan eksternd. Taxis merupakan salah satu tingkah

laku

yaitu yang berhubungan dengan arah gerakan terhadap rangsangan

sscara eksternal. Ada berbagai tipe dari taxis ini, diantamnya phototaxis yaitu bila

arah pergerakan ikan terhadap rangsangan cahaya dan acoustitaxis y aitu bila arah

pergerakan ikan terhadap rangsangan suara (He, 1 989).

Sistematika studi tingkah laku ikan termasuk ke dalam beberapa aspek, yaitu: (1) Ragam tingkah laku ikan; adalah tingkah laku ikan dari krbagai tingkah laku

(84)

(2) Evolusi tingkah laku ikan; adalah perubahan tingkah laku ikan dalam hubungannya dengan adaptasi terhadap lingkungan tertentu dalam jangka waktu

yang p m j w

(3) Sejarah (history) tingkah Iaku ikan; adalah untuk rnempelajari bagaimana pola

tingkah Iaku tertentu dari generasi yang larnpau sampai generasi yang a k a -

datang dan bagaimana variasi yang akan muncul hubungannya dengan perubahan lingkungan (He vide Reiliza, 1997).

Perancangan alat dm metode penangkapan ikan diawali dengan mengetahui tingkah

laku ikan.

Operasi penangkapan ikan ecat hubungannya dengan segala sesuatu yang menyangkut bentuk tingkah laku ikm

&am

keadaan tertentu dari suatu kerangka

pengetahuan tingkah laku ikan secara m u m . Pengetahuan tentang tingkah laku ikan

alarni tersebut dapat memperbaiki serta merubah alat maupun metode penangkapan

yang memungkinkan untuk meningkatkan efisiensi, selain itu dapat

digunakan

juga

untuk (a) menentukan fishing power yang baik, (b) mencegah terjadinya

kerusakan

dari suatu sumber alam (resource), (c) memprbaiki dm meningkatkan h i 1 surnber

alam (Gunarso, 1985).

lkan menerirna berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui

beberapa inderanya, seperti melalui indera penglihat, pendengar, pencium, peraba,

linea lateralis dan sebagainya. Alat-dat pengindera pada ikan umurnnya berguna

untuk mengindera jarak jauh, dengan pengertian bahwa brbagai indera tersebut

memunglunkan ikan untuk mampu mendeteksi knda-benda atau sesuatu larutan pada

(85)

pada ikan pelagis yang hidup di perairan pemukaan (surface wafer) dengan pencahayaan yang cukup merupakan salah satu faktor yang penting ddam mempertahankan hidupnya.

Gunarso (1985) rnenyatakan bahwa pengarnatan tentang tingkah lstku ikan

dapat dilakukan dengan berbagai cara pendekatan, antara lain:

(a) Pengamatan tingkah laku ikan yang dilakukan dalam akuariurn atau tan&-tangki percobaan, terutamst mengamati respon ikan terhadap krbagai rangsangan yang ditirnbulkan oleh berbagai benda baik yang diam maupun yang bergerak. Pengamatan ini dapat dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan

berbagai sarana seperti kamera foto, televisi dan film, juga dengan bantuan sonar.

(b) Pengamatan langsung dengan bantuan para penyelam maupun secara tidak

langsung meialui berbagai sarana sebagaimana dikemukakan di atas yang

dilakukan di lapangan pada perairan dangkal. Pengamatan yang dilakukan dapat

ditujukan pada tingkah laku ikan

dalam

menghadapi k b a g a i lat tangkap

maupun bagian-bagian daripadanya dari ukuran sebenarnya. Pengamatan

biasanya dilakukan pada perairan jernih dengan kedalarnan sekitar 3 0 - 40 meter

dm dilakukan siang hari.

(c) Pengamatan secara tidak langsung tingkah laku ikan dengan hubungannya dengan dat penangkap yang dioperasikan di laut dalam dengan bantuan berbagai peridatan seperti kamera foto, televisi dan film, rnaupun sonar yang diatur dengan pengontrol jarak j auh (remote c o n ~ o l ) .

Berbagai jenis perangkap telah dioperasi kan untuk menangkap ikan maupun

crustaceae. Adapun caranya adalah dengan memikat ikan agar masuk ke dalamnya,

(86)

dimana kemudian mereka sukar ataupun tidak dapat meIarikan diri lagi. Juga pemasangan perangkap ini didasari pada pengetahuan tentang lintasan-lintasan y m g

merupakan jalan ikan ataupun ha1 yang erat hubungannya dengan ruaya-ruaya ikan ke arah panhi yang rnereka lakukan pada waktu-waktu tertentu. Perangkap-perangkap itu dapat berupa :

-

Tempat-tempat bersembunyi atau berlindung, seperti ddmn-dahm kayu,

tempat yang berbentuk tabung atau pot bagi octopus, bentuk-bentuk tabung dari bambu ataupun berupa benda-benda terapung

.

-

Penghalang-penghdang dalarn bentuk dinding ataupun pagar-pagar drtpat pula

dipakai untuk menangkap ikan pada daerahdaerah genangan ataupun daerah

pasang s u m .

-

Perangkap-permgkap mekanik, yang bekerja dengan berbagai mekanisme

dengan mengynakan umpan ataupun tidak.

-

Keranjang-keranjang

terbuat dari bambu, kayu atau kawat, juga dari jaring

atau.plastik yang

umum

dipakai pada perikanan air tawar maupun pcikanm Iaut.

-

Trapnet yang berupa bendungan ataupun penghalang terbuat dari kayu,

sedangkan yang terbuat dari bahan jaring dinarnakan pound net (Von Bmdt,

(87)

Ikan kerapu tergolong dalam suku Senanidae. Tubuhnya tertutup oleh sisi k- sisik kecil. Kebanyakan tinggal di terumbu karang d m sekitarnya rneskipun ada pula yang hidup di pantai sekitar muara sungai. Umurnnya kerapu tidak senang pada air dengan salinitas yang rendah. Kerapu juga tergolong ikan buas.

Nama kerapu biasanya digunakan untuk empat marga ikan ydmi Epinephelus, Veriola, Plectropoma dan Cromileptes. Yang paling besar ukurannya dan yang paling kaya jenisnya ialah marga Epinephelus. Di Indonesia terdapat 38 jenis, 25

diantaranya sangat umum. Kerapu ada yang berukuran kecil tebpi ada pula yang sangat besar, misalnya kerapu Lurnpur Epinephelus lanceolatus dan Epinephelus tauvina. Kerapu-kerapu besar ini biasanya ditemukan di perairan pantai yang

berlumpur di depan rnuara sungai.

Di perairan tenunbu karang bisa dijurnpai kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus dengan tubuh loreng-loreng dm kerapu balong epinephelus merra

dengan tubuh yang dihiasi totol-tot01 coklat yang bersegi lima atau segi enam.

Ketiga marga lainnya tidak mempunyai j enis banyak. Cromileptes altivelis, d i k e d dengan nama kerapu

bebek

atau kerapu tikus. Kepalanya merendah

dm

rnelancip ke depan, warn dasarnya abu-abu much disertai bintik-bintik hitam di selusuh tubuhnya. Kerapu bebek yang masih kecil banyak digemari untuk dijadikan sebagai ikan hias dalarn akuarium. Tetapi yang dewasa bisa mencapai 50 cm.

Ikan kerapu di dunia internasional dikenal sebagai groupers, rockcod, hinds

dm sea basses, yang dimasukkan ke dalam farnili s m e d a e , sub famili

(88)

dan Randall, 1993). Klasifikasi kerapu Tikus menurut Heemstra dan Randall (1 993) :

Filum : Chordata

Sub film1 : Vertebrata Kelas : Teleostei

Sub keIas : Osteicanthopterygii (Actinopterygii) Ordo : Perciforma

Sub ordo : Perciodea FamiIi : Semidae

Genus : Cromileptes

S pesies : Cromilep fes altivelzs

Menurut Weber and Beofort, (1 940) &am Ahmad (1 99 I), klasifikasi ikan kerapu tikus adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Sub

f i l m : Vertebrata

Kelas : Osteichtyes

Sub kelas : Actinopterigi

Ordo : Percamorphi

Sub

ordo : Percoidea

Farnili : Serranidae Genus : Cromileptes

Species . : Cromileptes altivelis

Ikan kerapu tikus juga mernpunyai banyak nama lokal, Ikan ini di Australia

dikenal dengan nama Barramundi cod, dan di Jepang dengan nama Sarasa-hata.

(89)

Sedangkan di Philipina dikenal dengan narna Lapu-Lapung Senorita (Tagalog), Miro- miro(Visayan), serta di Singapura Polka-dot grouper. Bagi orang Indonesia dan Malaysia kerapu tikus dikenal dengan nama kerapu tikus, kerapu belida dm kerapu sonoh. Istilah ikan hias kerapu tikus dikenal dengan narna "Panther fish".

Ikan kerapu tikus mempunyai ciri-ciri morfologi sirip punggung dengan 10 duri keras dan 18 - 19 duri lunak, sirip pemt dengan 3 duri keras dan 10 duri lunak, skip ekor dengan 1 duri keras dan 70 duri lunak. Panjang total 3,3

-

3,8 kali

tingginya, panjang kepda seperempat panjang total, leher bagian atas cekung

d m

semakin tua semakin cekung, mata seperenam kepala, sirip punggung semakin

kebelakang melebar, wslrna putih kadang kecoklatan dengan tot01 hitam pada badan,

kepda dan sirip. Weber and Beofort (1940) dalam Ahmad ( 1 991). Sedangkan menurut Heemstra and Randall (1993) seluruh permukaan tubuh kerapu tikus

berwama putih keabuan, krbintik bulat hitam dilengkapi skip renang berbentuk

melebar serta moncong kepala lancip menyerupai bebek atau tikus.

Ikan kerapu tikus tersebar luas di Pasific Barat mulai

dari

bagian selatan

Jepang sampai Palau, Guam, Kaledonia baru, b e a n slatan kepulauan Ausdia,

serta bagian timur laut India

dari Niwbar

sampai B m m e (Heemsta

and

Randall,

1986). Di Indonesia ikan kerapu tikus banyak ditemukan di wilayah perairan Teluk

Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau

,

Kepulauan Seribu, Kepulauan Karirnunjawa, Madura, Kdimantan dan Nusa Tenggara.

Ikan kerapu tergolong ikan buas, hidup rnenyendiri (soliter) dan banyak terdapat di daerah terurnbu karang serta

muara

sungai (Kuiter, 1

W2).

Menumt Utojo
(90)

berasosiasi dengan jenis Porites sp., Acropora sp., Fdiosa, Sponge, Pinctuda, Tridac~za dan lainnya. Menurut Heemstra dan Randall (1993) Cromileptes dapat hidup pada wilayah terumbu karang yang berkembang baik mati maupun ti&.

Dapat d i t e m h pada kolom perairan yang luas dan juga tertangkap pada keddaman

40 m. Menurut Gunarso (1985), sebagian jenis predator (misalnya Serranidae)

rnemiliki puncak aktivitas pencarian makanan pada wddu senja dan pagi.

Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda hidup di perairan karang

pantai dengan kedalaman 0,5 - 3,O meter. Menginjak masa dewasa berupaya ke

perairan yang lebih dalam antara 7,O

-

40,O meter, biasanya perpindahan ini

berlangsung pa& siang dan senja

hari.

Telur clan larva bersiht pelagis sedangkan

kerapu rnuda hingga dewasa bersifat dernersal (Tampubolon

dan

Mulyadi, 1989).

Ikan kerapu menyenangi naungan (shelter) sebagai tempat bersembunyi

dan

menghindari matahari langsung.

Ikan kerapu tikus banyak dijumpai di perairan batu karang, atau didaerah

karang berlumpur, hidup pada kedalarnan 40 meter mpai kedalaman 60 meter.

Dalarn

siklus

hidupnya ikan kerapu tikus

mu&

hidup

di

perairan karang dengan

kedalaman 0,5 - 3,0 meter, selanjutnya menginjak dewasa menuju ke perairan yang

lebih dalam, dm biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dm senja hari.

Menwut Tampubulon dm Mdyadi (1989), telur dan larva kerapu tikus bersifat

pelagis, sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat dernersal. Ikan kerapu

termasuk kelompok ikan stenohdine (Breet

dan

Groves, 1979), oleh karena itu jenis
(91)

Menurut Chua d m Teng (1978), parameter-parameter ekologis yang cocok

untuk pertumbuhan ikan kerapu, yaitu Temperatur berkisar 24 - 3 1 ' C , salinitas berkisar 30 - 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih dari 3,5 pprn dan pH antara 7,8

(92)

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2002 sampai dengan Juli 2002. Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan lanjutan. Penelitian pendahuluan dilakukan di Perairan Panhi Carita, Desa Pasauran, Banten

untuk pengambilan data fluktuasi cahaya pada kedalaman tertentu, dan penelitian

lanjutan dilakukan di Laboratorium Tingkah Laku &an, Fakdtas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor meliputi persiapan peralatan untuk rnelakukan pengamatan, pengamatan di laboratorium, sampai dengan pengolahan data h a i l pengamatan.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan 'dan bahan yang

digunakrtn

dalam peneli tian ini adalah:

-

Under Water Ltoc Meter

-

Under Wafer Camera

-

Cold light

-

Dolphin ears

-

1 buah aquarium ukuran (1

m

x 0,4 m x 0,6 m)

- aerator (high blow) kapasitas 40 titik

-

pipa ukuran diameter 0,5 inchi dengan diameter lubang udara 0,s mm
(93)

Tabel 1. Spesifikasi Alat yang Digunakan dalam Penelitian

No.

Namo Alat Merk Spesifikasi

1. Under Water Lux Meter OSK Digital, 30 m

2. Under Water Son y TRV4 1 0E

Carnera/Hand ycam

3. Cold Light SCHOTT

KL

1 500 Electronic

4. Spectrogram Dolphin Ear Analyze Sounds for Windows 95/98 5. Akuarium

-

1 m x 0,4 rn x 0,6

m

6. HiBIow Air Pump Techno Takastuki, Type SPP-40GJ-L,

Co., Ltd. Input 220 - 240 V,

50

Hz,

44 Watt

0,6 meter

: :

. .

. . j j . . . . --. . , ,,

Under Water

P ipa Gelembung

1 meter

Gambar 1. Pemmangan Pipa Tirai Gelembung Udara

3.3 Pengumpulan Data

[image:93.566.24.480.41.742.2]
(94)

3.4 Metode Penelitian

Langkah pertama percobaan yang dilakukan adalah penelitian awal, berupa pengarnbilan data fluktuasi cahaya di habitat ikan kerapu selama 24 jam, dengan

pencatatan pengamatan pada tiap 1 jam. Kemudian mengamati pengaruh dari suara gelembung tersebut terhadap tingkah laku ikan kerapu dengan mengamati jumlah gerakan membuka dan menutupnya tutup insang selma 15 menit, dibandingkan dengan kondisi tanpa suara selama 15 menit.

Langkah yang ke dua adalah memilih jmak antaf gelembung yang paling

optimal, dengan variasi berdasarkan lebar tubuh ikan yang diamati, yaitu tiga kali,

dua kali dan satu kali lebar tubuh ikan pada 3 iluminasi cahaya yang berbeda. Dalarn setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 20 kali, masing-masing selama 1 jam. Agar ikan mau untuk melewati tirai tersebut, maka saat diberi perlakuan ikan tersebut diberi ~ p a n / p e m d i berupa makanan. Pengsunatan yang dilakukan ialah dengan mencatat jumlah ikan yang melewati tirai gelembung udara tersebut pada setiap perlakukan.

3.5 Analisis Data

Data yang didapat

akan

diuji kenormalannya dianalisis dengan menggunakan ANOVA SingIe factor (Analysis of Variance), yang pertama adalah data jar& antar

lubang, selmjutnya data intensitas cahaya yang berbeda, dengan model pengarnatan :

Keterangan :

(95)

j = 1,2,3,4

,....

X..

?I = pengamatan ke-j pada perlakuan ke-i

ai

= pengaruh perlakuan ke-i

&a

= pengaruh sisdgalat lainnya

Hipotesis yang diuji adalah :

Ho

=

a * =

a2

=

a3

=

a4

= 0

HI = sekurang-kurangnya ada satu ai #

0

Bila hasil yang didapat dari ANOVA Single Factor rnenunjukkan bahwa data tersebut

berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjutan, yaitu Uji Tukey

dan

Uji Beda Nyata
(96)

Gwmbar 2. Dhgmm Alir Kegiatan Penelitian dan Pengotahan Data

Pengam bilan data Auktuasi

cahaya selama 1 hari (24 jam)

+

Sebagai data acuan besarnya variasi intensitas cahaya yang diberikan (ikan kerapu aktii mencari makan pada pagi dan

senja hari)

f

v

Dianalisis dengan Uji Beda untuk melihat apakah perlakuan yang

dikrikan berpenganrh atau tidak Pengarnbilan data jumlah gerakan

membuka dan menutupnya tutup insang dan lama adaptasi perubahan

warna pada tubuh ikan

-

diberikan berpengaruh

atau tidak, bila berpengaruh dilakukan ,,,(i,is lanjutan dengan

menggunakan Uji Beda

Nyata Terkecil untuk melihat tingkat perbedaannya Pengambilan data jarak antar gelembung

dengan variasi berdasarkan iebar tubuh ikan

yang diamati ( 1 , 2 , 3 kali) pada intensitas cahaya yang berbeda

v

-

(97)

4. HASIL

DAN

PEMBAHASAN

4.1 Data Fluktuasi Cahaya Selama 1 hari (24 Jam)

Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan yang dilakukan di perairan Pantai Carita yang mempunyai kecerahan 6 meter, dimam detektor lux meter di masukkan pa& kedalaman 3 meter, dengan curtca cera. ti& berawan dapat dilihat pada Tabel

1. Pada jam 04.57 WIB

dan

18.10 WIB iluminasi cahaya bernilai 1 lux. Nilai

iluminasi cahaya terbesar didapat pada jam 12.00 sebesar 27.000 l a .

Tabel 2. Data Fluktuasi Cahaya Selama 1 hari (24 Jam)

Menurut Gunarso (1 985), sebagian j enis predator (misalnya Serranidae)

memiliki puncak aktivitas pencarian makanan pada waktu senja dan pagi.

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, besarnya intensitas yang di berikan berkisac

[image:97.572.28.439.16.763.2]
(98)

.-

[image:98.566.65.465.71.690.2]

r-

Lux

j

Gambar 3. Fluktuasi Cabaya Selamsr 1 hati (24 Jam)

4.2 Pengrmruh Suara Gelembung Terhadap Ikan

Pengumpulan data pengaruh suara terhadap tingkah laku ikan kerapu

dilakukan pada iluminasi cahaya sebesar 1.500 lux. Tingkah laku yang diamati ialah

jumlah gerakan membuka

dan

menutupnya tutup insang dm lama adaptasi perubahan warna pada tubuh ikan terhadap suara gelembung

udara

serta hasil perekarnan menggunakan Dolphin Ears.

B e r h k a n pengalahan data menggunakan Uji Tanda, dengan metihat jumlah

bukaan

tutup insang dan waktu adaptasi ikan, didapatkan nilai sebesar 9,s dan
(99)

0,8. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata dengan nilai x2 sebesar 95%. Sedangkan berdasarkan pengamatan rnenggunakan

Dolphin Ears dm dianalisis dengan menggunakan Spectrogram, suara yang terekam rnempunyai frekuensi 6775 +/- 62

Hz

dengan signal level antara 0 dB sampai dengan

-60 dB pada kedua perlakuan tersebut, hasil rekarnan dengan menggunakan Dolphin Ears dapat dilihat pada Gambar 2., dm Gambar 3.

Tabel 3. Data Pengamatan Pengaruh Suam Gelembung Terhadap Thgkah

Laku Ikan

jmlh

+

jmlh

-

[image:99.563.66.437.269.697.2]
(100)
[image:100.564.66.470.87.693.2]

Gambar 4. Hasil Rekamrn Frekuensi Suara dengan Perlakuan Menggunakan Gelembung dengan Alat Dolphin Ears

(101)

4.3 Jarak antar Lubang dan Intensitas Cahaya yang Berbeda

Pada iluminasi 0 lux rata-rata jumlah ikan yang melewati gelembung udara, masing-masing berjarak 1 cm; 2 cm; dan 3 crn adalah 0,15 ekor; 0,05 ekor; dan 0,l

ekor. Sdanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan ANOVA (Analysis

of Variance) didapatkan nilai Fhie dimma nilai Fhit tersebut lebih kecil dari nilai Fhb.

Hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan yang diberikan tidak

berbeda nyata/perlakuan yang diberikan tidak berpeugamh nyata.

Tabel 4. Hasil Perhitungan dengan Perlakustn 0 Lux dengan Menggunakan Anova Single Factor

Anova: Single Factor (0 lux)

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

I cm 2 3 0.15 0.134210526

2 cm 2 1 0.05 0.05

3 cm 2 2 0.1 0.094736842

ANOVA -

Source of Variation SS df MS F Pvalue F crit

Between Groups 0. 2 0.05 0.537735849 0.587003 3.158846 Wihin Groups 5. 57 0.092982456

[image:101.568.37.468.22.732.2]
(102)

Tabel 5. Jumlah Pelolossm Ikan pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap Jarak

[image:102.568.80.438.104.601.2]
(103)

P&

i h m h s i

15QO

lux

W-mb jmhh p q g

m d H

gdmbmg

udara,

mas&g-m&ug

b j d 1 cm; 2

cm;

dm

3 m .addah Q,O5 ∨ l&95

ekm;

dan 83,6

elcar.

Selanttnya

tiihkdm d i s h

data

dengan

m a g g m d m

ANOVA

(Anatyd~

d

V m )

W m t k

&i

Ffa

Fhit

I&*

be=

dari

W F * ,

Hd

id

~ ~ ~ ~ ~ - m ~ g ~ ~ y ~ d j b e r i k a n

h k d a

a w p e r f h

ymg

d i B e t i h berpengtmh n p b ,

d h g g a

m u

d k h k m
(104)

Tabel 6. Hasil Perhitungan dengan Perlakuan 1500 Lux dengan Menggunakan Anova Single Factor

Dari hasil Uji

Tukey

dm Uji Beda Nyata Terkecil anatara perlakuan 1

cm

terhadap perlakuan 2 cm dan 3 crn menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang

paling kecil yaitu -16,9000

dan

-83,5500 , selanjutnya untuk perlakuan 2

cm

terhadap perlakuan 1 cm dan 3 cm menunjukkan

bahwa

tingkat pelolosan ikan yang cukup besar, yaitu f 6,9000 dan -66,6500

,

sedangkan untuk perlakuan 3 cm terhadap

26

Anova: Single Factor (1 500 lux)

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

I cm 20 1 0.05 0.05

2 cm 20 339 16.95 12.41842105 3 cm 20 1672 83.6 j76.1473684

ANOVA

Source of Variattbn SS df MS

F

P-value F crit

Between Groups 78056 2 39028.1 1667 624.S44795 1.76E-39 3.158846

Wrthin Groups 3565 57 62.53859649

Total 81621 59

Multiple Comparisons

Dependent Variable: JUMIAH

-

(I) J A M { J ) JARAK Tukey HSD 1.00 2.00

3.00

- 2.00 1.00

3-00

3.00 1.00 2.00 LSD 1.00 2.00

3.00

2.00 1.00 3.00 3.00 1.00

2.00

'. The mean diiefence is significant at the .05 level.

Std. Error 2.5008. 2.5008 2.5008 2.5008 2.5008 2.5008 2.5008 2 . m

2.5008 2.5008 2.5008 2.5008 Mean Difference (14) -16.9000' -83.5500' 16.9MHT -66.EOD' 83.5500' 66.65W -16.9000' -83.5500* 16.9OW -S6.65Oou 83.550P 66.6500' Sig.

. O M

.OOO ,000 .OW

.000

. O M

,000 -000 .MKI -0oO .OOO .000

95% Confidence Interval

Lowr Bound -22.91 79 -89.5679 10.8827 -72.6679 77.5321 60.6321 -21.9077 -88.5577

1 i .8923

-71.6577 78.5423

61 6423

[image:104.572.30.483.70.601.2]
(105)

perlakuan 1 c m dan 2 cm menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang paling

besar yaitu 83,5 5 00 dan 66,6500. Masing-masing penguj ian ini dilakukan pada tingkat selang kepercayaan 95%.

Twbel7. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cahaya 1500 lux terhadap

(106)
(107)

Tabel 8. Hasil Perhitungan dengan Periakuan 4500 Lux dengan Menggunakan Anova Single Factor

Anova: Single Factor 4500 lux

SUMMARY

Groups Count Sum Avenge Variance

Column 1 20 33 16.85 ' 10.1342 1053

Column 2 20 33 16.95 11.41842105

Column 3 20 34 17.05 10.786842j 1

ANOVA

Source of Variation

Between Groups SS df MS F P- value F crit

Wrthin Groups 0.4 0.2 0.01 85531 78 0.981624 3.1 58846

Total 614.5 5 10.77982456

Tabel 9. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cwhaya 4500 lux terhadap

[image:107.563.49.466.53.699.2]
(108)
(109)

menghindari cahaya yang terang, dan terlihat tidak merespon rangsang yang

diberikan.

Baskoro (I 999) menyatakan bahwa ikan yang berada pada jarak yang lebih dekat dengan sumber cahaya, akan bereaksi lebih cepat terhadap cahaya dm yang

berada lebih jauh terhadap sumber cahaya

akan

h a k s i lebih lambat dan

membutuhkan waktu adaptasi yang lebih lama. Sebagai

tambahan,

pola adaptasi

ini

(110)

5. KESIMPUEAN

DAN

SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada kondisi iluminasi cahaya sebesar 0 lux, pergerakan ikan, terlihat cenderung pasif, be.rada di dasar dan pinggir aquarium walaupun telah diberi rangsangan berupa makanan. Pada perlakum iluminasi cahaya sebesar 1500 lux,

umumnya ikan-ikan tersebut terlihat lebih aktif, dan apabila diberi rangsangan bempa

rnakanan, ikan-ikan tersebut langsung bergerak untuk memakannya, tetapi pada jarak

antar gelembung udara sebesar 1 kali ukuran tubuhnya (1 crn) ikan-ikan tersebut tidak

berani melewati tirai gelembung udara. Pada perlakuan t&, yaitu iluminasi

cahaya sebesar 4.500 lux, pergerakan ikan-ikan ini terlihat tidak terkenddi rnenghindari cahaya yang terang, dan terlihat tidak merespon rangsang yang

diberikan.

Berdwkan hasil pengolahan data y m g dilakukan, menunjukkan bahwa jarak

gelernbung yang paling efektif adalah 1 kali ukuran Iebar tubuh

ikan,

yaitu sebesar 1

cm pada iluminasi cahaya sebesar 1 500 lux.

5.2 Saran

Dalam pengembangan metode penangkapan yang efektif dan efisien

disarankan penggunaan tirai gelembung udara dilakukan dengan rnemperhatikan

intensitas cahaya lingkungan yaitu dibawah 4500

lux

atau berada sekitar 1500

lux,

Perlu dilakukan penelitian. lanjutan untuk melakukan penerapan di lapangan sehingga

dapat dilihat peluang penggunaan tirai gelernbung udara untuk menghadang atau menggiring i kan.

(111)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1991. Operasiond Pembesaran Ilcan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros

.

Balitbangtan, Deptan, Jakarta.

Dian, A., Ari Purbayanto, Mulyono

S.

Baskoro, dan Takafumi Arimoto. 2002. Ketaj aman Penglihatan Ikan Juwi (Amdontostoma chacunda). Buletin PSP. Volume XI. No.1. Hal

44.

Gunarso, W. 1985. Tingkah laku &an dalam hubungannya dengan alat, metoda dan taktik penangkapan. Diktat kuliah (tidak dipublikasikan). Juntsan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikansn. Institut

Pertanim Bogor. Bogor. 148 hal.

He,

P.

1989. Fish Behaviour and Its Application in Fisheries. Newfoundland and

Labrador Institute of Fisheries and Marine Technology. Canada. 157 p Heemstra, P. C.

and

Randall, J. E. 1993. F A 0 species catalogue. Vol. 16. Grouper

of the world (Family Serranidae, Subfamily Epinepheline). An annotated

& illustrated catalogue of the grouper, rockcod, kind coral grouper an lyretail species known to date. FA0 fisheries synopsis Rome. 125 (16)

242 p.

Heemstra, P.C. and Randall, J.E., 1993. FA0 Species Catalogue vol. 16 : Groupers of

the World (famili Serranidae, subfamily Epinephelinae). Rome, Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Igarashi, S. 1963. Studies on air screen in water. Application for fishing gear. J.

Tokyo. Univ. Fish. Hokkaido Univ. 14 (1): 23 - 29.

Imamura,

Y

.,

and Ogura,

M.

1959. Study

on

the fish gathering effects of air curtain. J. Tokyo Univ. Fish. 45 (2): 173 - 177.

Kuiter,

R.

K. 1992. Tropical reef fishes

of

the western pacific Indonesia

and

adjacent waters. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 314 p.

Kuznetsov, Y. A. 1 97 1. The behaviour of fish in the zone affected by a curtain of air bubbles.

In fish

behaviour and fishing techniques. Pp. 103 - 1 10. Ed. By, A.

P.

Alekseev. Israel Progr. Sci. Trans. Jerusalem. 193 pp.

Laevastu,

T.,

and

M.

I. Hayes. 1984. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing
(112)

Liebarman, J. T., and Muessig, P. H. 1978. Evaluation of an air bubbler to mitigate fish impingement at an electric generating plant. Estuaries. 1 (2): 129 -

132.

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Jakarta. Djembatan. Cet. 3. 35 1 hal

Nybakken, J.W., 1 988. Bioiogi Laut : suatu pendekatan ekologi. Grarnedia, Jakarta Patrick, P.

H.,

Christie, A. E., Sager,

D.,

Hocutt, C., and Stauffer, Jr., J, 1985.

Responses of fish to a strobe lightlbubble curtain combinations as

influenced by water flow rate and flash frequencies. Fish. Res. 5: 383-

399.

Purbayanto, A. 1999. Behavioral Studies for Improving Survival of Fish

in

Mesh

Selectivity of Sweeping Trammel Net. Disertasi. Department of Marine

Science and Technology. Tokyo University of Fisheries.

Tokyo.

Randall, J.E., 1987. A Preliminary Synopsis on the Groupers (Perciformes :

Serranidae, Epinephelinae)

of

the Indo-Pacipic Region in J.J. Polovina, S. Ralston (Editors), Tropical Snappers and Groupers : Biologi

and

fisheries management. Westview Press, Inc. Boulder and London.

Reiliza, F. 1997. Studi Tingkah Laku Ikan Hias terhadap Alat Tangkap Bubu Kawat

Tipe Buton di Perairan Karang Pulau Sekepal, Lampung Selatan. Skripsi

(tidak dipublikasikan). Program Studi Umu Kelautan. Fakultas

- Perikanan. IPB. Bogor.

Smith,

K.

A. 1957. Driving herring schools with compressed-air curtain. Comm.

Fish. Rev. 23 (3): 1

-

14.

Smith. 1972. Fish Biology. Mc Graw Hill. New

York.

569 p.

Stewart,

P.

A. M. 198 1. An investigation into the reactions of fish to electrified

barriers and bubble curtains. Fish. Res. 1: 3 - 22.

Suryansyah,

Y.

200 1. Pengaruh Tingkat Iluminasi Cahaya terhadap Adaptasi Retina

Juvenil Kerapu Tikus (Cromileptes nltivelis). Karya Iimiah (tidak

dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 2001. 44 ha].

Tampubolon, G. H. dm E. Mulyadi. 1989. Synopsis ikan kerapu di perairan

Indonesia. Balitbangkan. Semarang.

(113)

Utojo, Tonnek, S. Suharyanto dan A. Marsam. 1999. Studi bioekologi ikan kerapu di perairan pantai barat Sulawesi Selatan. Jurnal penelitian perikanan

Indonesia. Volume V No. 1 : 3 1 - 37.

Von, Brandt, A. 1969. Application of observations on fish behaviour for fishing

methods and gear construction. Proceedings of the F A 0 conference on fish behaviour in relation to fishing techniques and tactics. F A 0 Fisheries Report 62 (2): 169 - 191.

Woodhead, A.

D.

1966. The behaviour of fish in relation to light in the sea. Oceanogr. Mar. Biol. Ann. Rev. 4: 334

-

407.

Yami,

B.

1976. Fishing with light. Fishing news

books

Ltd, London. London. 125
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)

LAMPIRAN 4. Data Pengamatan Pengaruh Suara Gelembung Udara terhadap Tingkah Laku Ikan

L

UIangan

(15 menit)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Gelem Tan pa

gelembung Udara

586 554 584 556 54 1 584 556 57 1 569 526 539 586 554 526 569 526 509 571 526 584 bung Dengan Gelembung Udara 556

60 1

571 599

5 86

569 601 584 601 614 599

63 1

(121)
(122)

Gambar

Gambar Halaman
Tabel 1. Spesifikasi Alat yang Digunakan dalam Penelitian
Tabel 2. Data Fluktuasi Cahaya Selama 1 hari (24 Jam)
Gambar 3. Fluktuasi Cabaya Selamsr 1 hati (24 Jam)
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan laut dalam negeri melalui pelabuhan laut Tanjung Emas Semarang pada bulan Juni 2015 sebanyak 7.663 orang, turun

Pendekatan Penelitian yang digunakan penyusun dalam penelitian ini adalah uṣûl al-fiqh dengan menggunakan teori perbedaan dalam penggunaan metode penemuan

SLTA dan S1 menunjukkan bahwa pengusaha memiliki kemampuan berfikir dengan wawasan yang cukup luas serta memiliki pengalaman selama untuk Kelurahan Tugu Hiu 4

Berdasarkan latar belakang di atas, maka disajikan hasil penelitian ini yang bertujuan untuk mendes- kripsikan efektivitas pembelajaran menggunakan LKS berbasis

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan tersebut.. Pengambilan

Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Cross sectional adalah penelitian yang pengukuran variabelnya dilakukan hanya satu kali,

Gunung api merupakan lubang kepundan atau rekahan yang bersumber dari kerak bumi akibat gesekan lempeng pada magmatik berupa fluida cair dan gas melalui lapisan

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah secara prinsip rencana infrastruktur yang dibuat harus mempertimbangkan bagaimana untuk meningkatkan kualitas lingkungan,