DESAIN PROGRAM PELATIHAN MODEL ADDIE ANTON AGUS SETIAWAN (150121604228)
Prodi Teknologi Pendidikan / Fakultas Ilmu Pendidikan
antonsetiawan3@gmail.com
Desain merupakan langkah kedua dari model desain sistem pelatihan ADDIE. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam tahap desain pelatihan ini yaitu :
Merumuskan tujuan pembelajaran yang SMART (Spesifik, Measurable, Applicable, Realistic dan Time Scale).
• Specific yang artinya tujuan yang hendak dicapai haruslah jelas, utuh dan merupakan rangkuman dari sekian kondisi. Misal, tujuannya yaitu agar dapat meningkatkan jumlah para wirausaha yang baik.
• Measurable yang artinya program yang kita susun haruslah memiliki ukuran yang jelas terhadap hasil atau pencapaiannya. Misal, tujuannya yaitu agar mewujudkan kemampuan para wirausaha untuk menghasilkan kesejahteraan masyarakat
• Applicable yang artinya kelayakan rasional dari tujuannya yang berkaitan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan atau program. Misal, Membudayakan semangat, sikap, perilaku, dan kewirausahaan dikalang masyarakat
• Realistic yang artinya tujuan yang telah kita patok tidak akan menyimpang dari keadaan diri kita. Misal, menumbuhkembangan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang tangguh dan kuat
• Time Scale yang artinya jenjang waktu dalam pencapaian tujuan yang kita susun. Misal, meningkatkan kedisiplinan, mandiri, tekun dan jujur.
KERANGKA MODEL DESAIN PELATIHAN
Dalam merencanakan sebuah pelatihan hal yang terpenting yang sesuai harus dilakukan adalah kebutuhan dilakukannya pelatihan tersebut dan permasalahan berkaitan dengan Pelatihan pendidikan itu dilakukan baik itu maksud dan tujuan pelaksanaan pelatihan tersebut.rencana sebuah pelatihan yang harus diperhatikan adalah :
3. Sasaran dan memfaat dari Dilaksanakan Pelatihan 4. waktu Pelaksanaan
5. Peserta
6. Methode Pelatihan 7. Instrument Alat Evaluasi
PERUMUSAN TUJUAN DAN MANFAAT PELATIHAN
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam menerapkan desain pelatihan adalah menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh peserta pelatihan setelah menempuh program pelatiahan. Hal ini disebut dengan istilah tujuan pelatian atau instructional goal.
Rumusan tujuan pelatihan dapat dikembangkan baik dari rumusan tujuan pelatihan yang sudah ada pada proposal maupun yang dihasilkan dari proses analisis kebutuhan (training need assessment).
PENYUSUNAN KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN
Penyusunan Kurikulum Penyusunan dokumen berisi uraian tentang materi pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Rumuskan kompetensi yang harus dicapai melalui Training Need Assessment (TNA) atau mempelajari job requirement/tupoksi).
2. Rumuskan tujuan pelatihan
3. Kerangka (format) kurikulum adalah sebagai berikut
Judul Kurikulum
I. Pendahuluan
II. Kompetensi
III. Tujuan Pelatihan
IV. Peserta (Jumlah & kriteria peserta)
VI. Evaluasi
PENYUSUNAN JADWAL
Menyelenggarakan pelatihan merupakan pembahasan yang meliputi bagaimana cara menjaring peserta pelatihan dan mengorganisir pelaksanaan pelatihan. Menentukan kapan waktu pelaksanaan belajar/pelatihan tentunya berkaitan juga dengan tahun anggaran kegiatan yang tersedia. Selain itu juga terkait dengan ketersediaan waktu dari para peserta pelatihan yang akan direkrut.
TRAINING CLIMATE
Iklim Pelatihan merupakan hasil interaksi antara peserta dan pelatih dalam konteks lingkungan pelatihan. Iklim baik dapat menguntungkan atau tidak menguntungkan untuk suatu kegiatan pelatihan. (Lynton & Pareek, 1990). Iklim menguntungkan dan tidak menguntungkan seolah-olah hasilnya didasari oleh perasaan pelatih dan peserta pelatihan. Iklim yang kondusif diwujudkan tingkat tinggi bagi tim kerja, kepercayaan dan komitmen pada bagian dari pelatih dan peserta pelatihan. Iklim yang kurang mendukung disajikan dalam kepercayaan yang rendah, persaingan tidak sehat dan kurangnya minat pada bagian dari pemangku kepentingan.
TRAINEES LEARNING STYLE
Beberapa gaya belajar yang bisa dilakukan pelatih dengan berbagai cara, seperti:
Belajar dengan melakukan percobaan. Beberapa karyawan akan belajar lebih baik jika mereka diizinkan untuk bereksperimen, atau melakukan sesuatu dalam praktek Trial and error sering digunakan dalam jenis pendekatan.
Belajar dengan mengamati. Beberapa karyawan akan mengelola untuk memahami sesuatu yang lebih baik jika mereka menonton orang lain melakukan tugas tertentu, dan kemudian mereka akan mencoba untuk melakukannya sendiri.
Belajar dengan bertanya. Jenis karyawan yang akan belajar jika mereka diizinkan untuk memahami seluruh proses. Dengan menghabiskan waktu pada berbagai aspek, dari bertanya untuk konsultasi, untuk mengevaluasi dan finalisasi, mereka akan berproses untuk belajar.