• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE. Waktn dan Tempat Penelitian. Atat dan Bahan Penelitian. Metode Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE. Waktn dan Tempat Penelitian. Atat dan Bahan Penelitian. Metode Penelitian"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE Waktn dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 4 (empat) bulan yaitu bulan Agustus s/d Nopember 2008. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah administrasi Kota Depok meliputi 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas, Beji, Limo, Sukmajaya dan Cimanggis.

Atat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang dipergunakan antara lain adalah: sofmare pengolahan data citra dan GIS (Arcview, Global Mapper, Envi, ErMapper, ErDas), data foto udara tahun 2006, peta-peta tematik (Peta Penggunaan Lahan, Peta Jaringan Jalan, Peta Hidrologi, Peta Jaringan SUTET: Peta Kawasan Konsemasi Air, Peta Saluran Gas), GPS, kuisioner, buku Depok Dalam Angka tahun 2001-2007, dan kamera digital.

Metode Penelitian

Identifikasi kondisi ruang terbuka dilakukan dengan analisis foto udara, peta-peta tematik dan data-data statistik. Hasil analisis ini berupa: sebaran, proporsi, dan penggunaan nlang terbuka hijau.

Analisis trend perkembangan penduduk dan ruang terbangun dilakukan dengan analisis saturation model menggunakan model lung logistik dan analisis citra multitemporal. Selain itu juga dilakukan perhitungan terhadap keseimbangan pembiayaan pembangunan infrastruktur. Analisis tersebut untuk memperoleh gambaran kebutuhan infrastruktur hijau minimal yang harus ada pada masa yang akan datang.

Kedua analisis tersebut di atas, selanjutnya dipadukan untuk mengantisipasi kebutuhan infiastruktur hijau di masa yang akan datang dengan memanfaatkan potensi ruang terbuka yang ada pada saat ini. Penyusunan rencana infrastruktur hijau dilakukan dengan analisis: foto udara, LQ, Skalogram, kawasan konsemasi air, standar dan kriteria English Nature Greenspaces.

Kemudian dilakukan pengumpulan pendapat para stakeholder untuk mencari altematif prioritas program yang dikehendaki sebagai strategi penerapan

(2)

infiastruktur hijau yang terbaik. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis hierarki proses. Secara lebih jelas kaitan proses penelitian ini digambarkan pada diagram alir berikut (gambar 6).

Analisis Citra Multiternporal

Gambar 6. Diagram Alir Metode Penelitian Analisis Trend

Pertama yang dilakukan adalah analisis trend jumlah penduduk. Analisis trend dilakukan dengan menggunakan data-data statistik Kota Depok beberapa tahun terakhir dengan menggunakan model saturation, yaitu model dugaan untuk jangka panjang atau biasa diienal dengan model Lung Logistik (Warpani, 1980).

Model ini merupakan modifkasi dari model eksponensial dan dianggap paling sesuai untuk menggambarkan trend perkembangan penduduk di negara

(3)

berkembang. Nilai k dari model tersebut juga menggambarkan daya dukung wilayah (carrying capacity). Rumus yang digunakan menurut Wibisono (2007) adalah: dimana: t = X3-X2 = X2-X1

p

= l/t (Log (Yl(Y3-Y2)/Y3(Y2-Y1)) a = Log ( ( ~ 1 - Y ~ ) / ( I o Y2-Yl)) k = Y1(l+lOa) Xl,X2,X3 =tahunken

Y1, Y2, Y3 = jumlah penduduk tahun 2001,2004,2007 t = selisih tahun pengambilan data

q = selisih antara tahun ke n dengan tahun awal Pt+q = prediksi jumlah penduduk tahun ke n (jiwa)

Data tahun 2001-2007, X1=2001, X2=2004, X3=2007 Kedua, dilakukan analisis trend ruang terbangun. Analisis tersebut menggunakan hasil interpretasi citra satelit untuk beberapa tahun (multitenzpora() berdasarkan basil penelitian Radnawati (2005), dengan maksud untuk menghitung jurnlah luasan lahan terbuka yang terkonversi menjadi ruang terbangun sebagai

konsekuensi dilakukan pembangunan.

Penghtungan dilakukan dengan menggunakan model perhunbuhan logistik (saturation model) dengan rumus :

dimana: t = X3-X2 = X2-X1

p

= l/t (Log (Yl(Y3-Y2)/Y3(Y2-Y1)) a = Log ((Yl-y2)/(10Pt Y2-Yl))

k=Yl(l+lOa)

Y 1, Y2, Y3 = jumlah penduduk tahun ke n t = selisih tahun pengambilan data

(4)

q = selisih antara tahun ke n dengan tahun awal Pt+q = prediisi jurnlah penduduk tahun ke n (jiwa)

Data tahun 1972,1990,1997,2001, dan 2006

Karena tahun pengambilan data tidak memiliki selisih tahun yang sama, maka dilakukan ekstrapolasi, dengan menghitung pendekatan dari besamya rata-rata konversi lahan terbangun per tahun pada periode yang bersangkutan. Sehingga dapat diperoleh tahun selisih pengambilan data yang sama sebagai XI, X2, dan X3 dan juga diperoleh nilai Y1, Y2, dan Y3.

Asumsi yang digunakan bahwa luas kawasan terbangun maksimal adalah sebesar 70% dari luas total wilayah (sesuai dalam peraturan UUPR No.26 tahun 2007). Luas tersebut bisa dikatakan sebagai carrying capacity wilayah, sehingga diharapkan pembangunan fisik tidak melebihi batas luasan itu. Selanjutnya diitung nilai

a

dengan menggunakan rumus diatas dengan nilai k (carrying capacity) diketahui yaitu luas total wilayah dikali 70%. Demikian juga dengan nilai

p

dihitung dengan menurunkan dari rumus setelah diketahui nilai

a.

Sehingga dapat diperoleh persamaan model pertumbuhan logistik sesuai rumus di atas dan diplotkan dalam grafik.

Ketiga, dilakukan perhitungan keseimbangan pembiayaan pembangunan infiastruktur. Infkastruktur dipisahkan menjadi inkastruktur yang bersifat fisik (grey infrastructure) dan infrastruktur lingkungan (green infrastructure). Analisis tersebut akan memberikan perbandiigan pembiayaan yang dikeluarkan pemerintah daerah Kota Depok untuk kedua infrastruktur tersebut berdasarkan APBD Kota Depok.

Identifiasi Kondisi Eksisting

Identifikasi dilakukan dengan menggunakan foto u d q peta-peta tematik, dan data statistik. Obyek-obyek yang terdapat pada peta-peta tematik dan data statistik diidentifikasi dan dideliniasi pada foto udara dengan menggunakan sofmare-software pengolahan data Sistem Informasi Geografis (SIG), seperti: ArcView, Global Mapper, ErDas Imagine. Hasil identifikasi berupa peta sebaran, distribusi, proporsi, luas dan penggunaan ruang terbuka.

(5)

Penyusunan Rencana Infrastrnktur Hijau

Analisis Location Quotient (LQ) dimaksudkan untuk mengetahui pusat- pusat pelayanan lingkungan, dalam hal ini mengidentifikasi infrastruktur hijau yang ada di Kota Depok berdasarkan data statistik. Selanjutnya ditentukan hierarki pelayanan lingkungan dengan melihat ada dan tidaknya infiashvktur lingkungan di wilayah tertentu dengan menggunakan data statistik pada buku Depok Dalam Angka.

Menurut Warpani (1980), perhitungannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

LQ

= m

==

S/N NiM

dimana: Si = jumlah fasilitas lingkungan di daerah i S = jumlah seluruh fasilitas di daerah i

Ni = jumlah fasilitas lingkungan di seluruh Kota Depok N = jumlah seluruh fasilitas di wilayah Kota Depok

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor tertentu. Kesimpulan yang diperoleh baru merupakan kesimpulan sementara yang masih harus dikaji dan ditilik kembali menggunakan teknik analisis yang lain.

Analisis skalogram digunakan untuk mengetahui hierarki wilayah dan menentukan daerah yang menjadi daerah layanan dari infrastruktur yang ada serta dapat diietahui jumlah dan jenis infrastmktw yang ada,

Skalogram yang digunakan adalah yang sederhana tanpa pembobotan. Hierarki wilayah ditentukan oleh jumlah dan jenis fasilitas lingkungan yang ada di wilayah tertentu. Analisis ini dimaksudkan untuk membantu identifkasi karakteristik wilayah, sehingga diketahui wilayah mana yang memiliki potensi berkembangnya suatu jenis fasilitas lingkungan atau wilayah mana yang menjadi pusat fasilitas lingkungan.

Kawasan konservasi air diperoleh dari hasil penelitian Radnawati (2005) dengan mempertimbangkan faktor-faktor: curah hujan, penggunaan lahan, lereng, jenis tanah, dan geologi. Hasil analisis ini diperoleh kawasan konservasi air

(6)

dengan kriteria sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Wilayah terpilih untuk pengembangan infrastruktur hijau adalah wilayah dengan kriteria sangat tinggi yang mempakan mang terbuka dengan luasan yang signifikan dan kompak.

Hasil tersebut selanjutnya ditelaah kembali dengan menggunakan foto udara untuk memperoleh wilayah-wilayah yang layak untuk dijadikan kawasan konsewasi air dan terintegrasi dengan sistem infrastruktur hijau yang akan dibuat.

Selanjutnya, dilakukan analisis melalui foto udara untuk menentukan obyek-obyek yang berpotensi sebagai Hubs dan Links. Selain menggunakan foto udara tahun 2006, analisis ini juga didukung oleh peta-peta tematik lainnya seperti: Peta Rupa Bumi Indonesia, Peta Wisata Kota Depok, Peta Penggunaan Lahan, Peta RTRW Kota, Peta Jaringan Jalan, dan Peta Jaringan SUTET.

Analisis tersebut menggunakan software-software pengolahan data penginderaan jauh dan SIG, seperti: Arcview, ErMapper, Global Mapper, ENVI, dan lain-lain. Untuk mengidentifikasi penutupan lahan, sebaran, luasan dan sebagainya yang berkaitan dengan perhitungan dan pembuatan peta-peta.

Penentuan elemen-elemen infrastruktur hijau berdasarkan standar luasan dan letak menurut English Nature Greenspaces (Davies et al. 2006) adalah:

- Paling sedikit terdapat mang terbuka seluas 2 Ha untuk jarak 300 meter dari

lokasi pemukiman;

- Paling sedikit terdapat mang terbuka hijau seluas 2 Ha per 1000 jiwa

- Paling sedikit terdapat satu buah ruang terbuka seluas 20 Ha dengan jarak 2

Km dari pemukiman;

- Paling sedikit terdapat satu buah ruang terbuka seluas 100 Ha dengan jarak 5

Km dari pemukiman;

-

Paling sedikit terdapat satu buah ruang terbuka seluas 500 Ha dengan jaraklO Km dari pemukiman;

- Ruang terbuka yang berdekatan saliig terhubung, sedangkan prioiitas dan

(7)

Kriteria yang digunakan dalam penentuan elemen-elemen infrastruktur hijau adalah:

- Konteks: kebutuhan, keinginan, aspirasi dan masalah dari kelompok atau individu sebagai pertimbangan untuk melakukan konservasi, merubah atau membangun

- Kualitas: berdasarkan standar kecukupan dan kenyamanan pelayanan lingkungan yang diberikan

-

Interaksi: mempunyai multi fungsi sebagai network yang bersinergis antara supply dan demand

Selain itu syarat suatu area ditetapkan sebagai hub adalah area yang terikat dalam network infrastruktur hijau dan memberikan tempat atau persinggahan untuk kehidupan liar dan tempat berlangsungnya proses-proses ekologi. Hubs dapat dalam bentuk apa saja dengan berbagai ukuran, dengan klasi&asi sebagai berikut (Williamson, K. 2003):

a. Cadangan alami (Reserves), yaitu areal konservasi yang luas seperti Taman Nasional, taman yang dikelola oleh pemerintah, dan daerah perlindungan satwa liar;

b. Lanscape alami yang ditata (Manage native lanscapes), yaitu lahan milik yang diianfaatkan oleh orang banyak, seperti hutan negara atau hutan kota, dikelola untuk ekstraksi sumberdaya alam dan nilai rekreasi;

c . Lahan untuk kegiatan usaha (Working Lands), seperti: pertanian pada tanah milik, hutan, ladang penggembalaan yang diielola untuk produksi komoditi yang didominasi oleh kawasan yang tidak dibangun;

d. Taman-taman kota dan kawasan lindung (Parks and open space area), dalam jumlah yang lebih kecil menyebar sebagai ekologi wilayah yang penting,

termasuk tarnan rekreasi, lapangan golf;

e. Lahan terbuka yang dalam kondisi rusak, tanah terbuka, lahan bekas pertambangan, dan semak (Recycled Lands) yang dapat diperbaiki untuk menyediakan pelayanan lingkungan yang lebih baik.

Penentuan suatu area sebagai Hubs sangat tergantung oleh tujuan yang ingin diperoleh masyarakat kota. Karena itu ukuran dan kriteria Hubs sangat

(8)

ditentukan oleh fungsi minimum yang diberikan area tersebut, hasil dari studi secara ilmiah yang spesifik. Misalnya berapa luas area dan kondisi biogeofisik yang diperlukan untuk mendapatkan kualitas air yang baik, kualitas udara yang baik, atau habitat yang sesuai untuk burung, d m lain-lain. Pada penelitian ini analisis kecukupan elemen infrastruktur hijau (hubs) menggunakan standar luas area yang diacu dari English Nature Greenspaces melalui teknik analisis buffering.

Secara umum syarat bagi masing-masing hubs menwut tujuannya adalah:

- Hubs konservasi keanekaragaman hayati: memiliki kekayaan jenis tumbuhan

atau satwa liar yang spesifk dan langka

-

Hubs konservasi air: berdasarkan analisis biogeofisik wilayah tersebut sangat penting untuk menjaga kestabilan proses hidrologi dan tata air

-

Hubs cadangan air: memiliki kantung-kantung penyimpanan air bempa danau, waduk, situ, rawa atau lainnya dan wilayah yang melindunginya.

-

Hubs taman kota: memiliki karakteristik alami yang ditata secara baik dengan perpaduan unsur-unsur alami dan buatan yang dapat melayani penduduk kota

-

Hubs olah raga dam terbuka: wilayah yang didominasi unsur alami dan berfungsi sebagai sarana olah raga di alam terbuka

-

Hubs pengembangan pertanian: wilayah yang berkaitan dengan kegiatan pertanian secara luas yang didominasi oleh lahan terbuka

-

Hubs restorasi lahan: merupakan lahan-lahan terbuka yang rusak atau terdegradasi yang dapat dikembangkan untuk memberikan layanan lingkungan bagi masyarakat kota

- Hubs kawasan budaya dan rekreasi: kawasan untuk kegiatan budaya yang

didominasi unsw-unsw alam dan berfungsi juga sebagai tempat rekreasi alam terbuka

Sedangkan syarat sebagai Links, me~pt3kan koridor alam yang menghubungkan sistem ekologi secara terintegrasi dan dapat membuat network infrastruktur hijau berfungsi, yang dibatasi oleh ukuran, fungsi dan kepemilikan, dengan klasifkasi sebagai berikut (Williamson, K. 2003):

(9)

a. Koridor konsemasi (Conservation Corridor), dengan jumlah yang lebih kecil dan menyebar secara linear pada kawasan lindungkonsemasi seperti: sungai, koridor irigasi yang memberikan keuntungan biologis untuk hidupan liar dan rekreasi

b. Jalur hijau (Green Belts), koridor yang dilindungi dari lahan yang dikelola untuk konsemasi sumber daya d a m atau penggunaan untuk rekreasi, lahan alami atau lahan untuk suatu kegiatan yang dilindungi yang memberikan layanan sebagai framework untuk pembangunan dan sekaligus juga perlindungan ekosistem alam atau lahan pertanian, atau batas desa dan kota; c. Hubungan-hubungan lanskap areal alami yang dilindungi dan

menghubungkan taman-taman yang ada, kawasan lindung atau areal alami lainnya, dan menyediakan lahan yang cukup bagi tumbuhan dan hewan secara alami untuk tumbuh dan berkembang sebagai koridor yang menghubungkan ekosistem dan lanskap.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah secara prinsip rencana infrastruktur yang dibuat harus mempertimbangkan bagaimana untuk meningkatkan kualitas lingkungan, kualitas hidup dan kualitas lokasi dengan memusatkan perhatian pada ruang terbuka hijau, links dan nefwork ruang terbuka tersebut. Selain itu juga pertimbangan bagaimana mengantisipasi tekanan pembangunan dan implikasi skenario pembangunan pada ruang terbuka eksisting, akses ruang terbuka dan infrastruktur hijau yang lebih luas.

Prioritas Program untuk Penerapan Rencaua Infrastruktur Hijau

Prioritas program yang akan dilakukan memerlukan pemikiran yang terfokus dari beberapa pilihan kegiatan yang ada dengan menggunakan teknik analisis hierarki proses (AHP). Sehingga dari piliban yang banyak dapat ditentukan program atau kegiatan prioritas yang harus dilakukan agar rencana infrastruktur dapat diterapkan.

Responden yang dipilh terdiri atas beberapa latar belakang pekerjaan dan pendidikan serta yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan di wilayah tersebut. Dipilih 10 orang responden dari kalangan: pejabat pemerintah 2 (dua)

(10)

orang, tokoh masyarakat 2 (dua) orang, akademisilpakar 2 (dua) orang, pengelola kawasan terbuka 2 (dua) orang, dan pengembang 2 (dua) orang.

Pada penelitian ini dilakukan analisis dengan teknik AHP dengan membuat pohon altematif dan menentukan tiga kriteria dan tiga altematif program yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat terkait yang mengelola masdah lingkungan hidup di Kota Depok, seperti pada gambar berikut:

I

Penerapan Rencana Infrastntktur Hijau

I

elakukan Melakukan Menetapkan

Penertiban Kawasan Lindung

Gambar 7. Struktur Analisis Hierarki Proses

Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Menyediakan

Anggaran

Prinsip dari analisis ini adalah membandingkan dua pilihan alternatif secara berpasangan. Hasil pemilihan alternatif tersebut kemudian dihitung rata- rata nilai perbandingannya

untuk

masing-masing alternatif. Nilai yang paling besar adalah prioritas alternatif yang dipilih, dan dihitung juga konsistensi jawaban responden. Skala perbandingan disajikan pada tabel 1.

MenegaMtan Peraturan Anggaran

(11)

Tabel 1 Skala Perbandingan Secara Berpasangan 1 Penjelasan Intensitas 3 D e f d s i

Kedua elemen sama pentingnya

5

Dua elemen memberikan kontribusi yang sama kepada tujuan

Elemen yang satu sediit lebih penting dari elemen yang lain

7

Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen yang lainnya Elemen yang satu lebih

penting dari elemen yang lain

9

Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen disbanding elemen lain

Satu elemen mutlak lebii penting dari elemen lainnya

I I

I I I

Sumber: Saaty, 1993

Satu elemen dengan kuat didukung d m dominan terlihat dalam praktek

Satu elemen sangat mutlak lebih penting daripada elemen lainnya

Kebalikan

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

Nilai ini diberikan bila dua kompromi diantara dua pilihan

2,4, 6 ,

8

I

Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebaliian bila dibandiigkan dengan i Nilai-nilai diantara dua

penilaian pertimbangan yang berdekatan

Gambar

Gambar 6. Diagram Alir Metode Penelitian  Analisis  Trend
Gambar 7. Struktur Analisis Hierarki Proses
Tabel 1 Skala Perbandingan Secara Berpasangan  1  Penjelasan Intensitas  3  D e f d s i

Referensi

Dokumen terkait

Initial symptomatic treatment of patients with PD with selegiline in order to confer mild, symptomatic benefit prior to the institution of dopaminergic therapy may be

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa variasi dan distribusi alel BoLA DRB3 exon 2 berbeda untuk setiap jenis sapi, antara lain sapi Jersey (Gilliespie et

Masalah dalam matematika menurut Ruseffendi bagi mahasiswa adalah suatu persoalan atau soal yang dapat diselesaikan mahasiswa tanpa menggunakan cara atau algoritma yang

Secara umum, sebagaimana contoh di atas jika pinjaman sebesar M, yang akan dilunasi secara anuitas tahunan sebesar A, selama n tahun, dengan suku bunga i pertahun, anuitas

Laju pertumbuhan lebar karapas dan bobot rajungan pada bulan pertama yang meningkat cukup tajam disebabkan pemberian pakan bulan pertama tiga kali lebih banyak

Pemberian ekstrak etanol daun alpukat (Persea amaricana Mill) dapat mengurangi kerusakan pada ginjal tikus yang diinduksi etilen glikol yang dilihat melalui

Sikap kerja yang alamiah yaitu sikap dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian tubuh

Hubung singkat pada suatu penyulang dapat terjadi pada sisi atas trafo, kabel, rel dan pemutusan sirkit. Dalam hal ini perhitungan digunakan untuk menentukan