• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Gizi Ibu Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Terhadap Status Gizi Anak Usia 12-59 Bulan Di Pemukiman Sepanjang Rel Kereta Api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Gizi Ibu Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Terhadap Status Gizi Anak Usia 12-59 Bulan Di Pemukiman Sepanjang Rel Kereta Api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP GIZI IBU DENGAN KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP STATUS GIZI ANAK USIA 12-59

BULAN DI PEMUKIMAN SEPANJANG REL KERETA API KELURAHAN GAHARU KECAMATAN MEDAN TIMUR

TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH :

TINCE RUSMAWATI SITORUS NIM. 111021142

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KELURAHAN GAHARU KECAMATAN MEDAN TIMUR TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

TINCE RUSMAWATI SITORUS NIM. 111021142

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

Masalah gizi yang banyak terjadi saat ini menuntut ibu untuk tidak dapat mengabaikannya karena bisa berdampak negatif . Terjadinya gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian konsumsi energi protein yang erat hubungannya dengan tumbuh kembang anak, dan kecukupan gizi anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap gizi ibu dengan konsumsi energi dan protein terhadap status gizi anak balita yang tinggal di pemukiman sepanjang rel kereta api di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur. Jenis penelitian ini adalah cross sectional . Sampel adalah ibu yang memiliki anak balita usia 12-59 bulan sebanyak 59 orang . Analisis dengan uji chi

square dengan α <0,05 data.

Hasil penelitian terdapat bahwa hubungan pengetahuan dengan konsumsi energi ( p = 0,695 ), hubungan pengetahuan dengan konsumsi protein ( p = 0,015 ) , hubungan sikap dengan konsumsi energi protein ( p = 0,04 ), hubungan konsumsi energi dengan status gizi ( p = 0,028 ), hubungan konsumsi protein dengan status gizi ( p = 0,431 ), hubungan pengetahuan dengan status gizi ( p = 0,021 ) , hubungan sikap dengan status gizi ( p = 0,009 ) .

Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada ibu atau orang tua anak usia 12 - 59 bulan, untuk lebih memperhatikan kecukupan gizi anak, yang berkaitan dengan konsumsi makan dalam penyediaan makanan beragam, dan juga kepada Departemen Kesehatan untuk menyediakan sarana dan prasarana demi kelancaran kegiatan di Posyandu dalam peningkatan pelayanan kesehatan yang maksimal

(5)

iii ABSTRACT

Nutritional problems that occur currently requires many mothers can not ignore it because it can have a negative impact . Occurrence of malnutrition and malnutrition among children under five affected by the lack of knowledge and attitude of mothers in the delivery of the energy consumption of protein closely related to the development of the child , and child nutritional adequacy .

This study aims to determine the relationship of maternal nutrition knowledge and attitude to the consumption of energy and protein on the nutritional status of children under five who live in settlements cccalong the railroad tracks in Sub Eaglewood East District of Medan . This research is cross-sectional . Samples were mothers of children aged 12-59 months toddlers as many as 59 people . Analysis by chi square test with α < 0.05 the data .

The results of the study found that knowledge of the relationship of energy consumption ( p = 0.695 ) , the relationship of knowledge to the protein intake ( p = 0.015 ) , the relationship with the attitude of the energy consumption of protein ( p = 0.04 ) , the relationship of energy consumption and nutritional status ( p = 0.028 ) , the association of protein intake with nutritional status ( p = 0.431 ) , the relationship of knowledge and nutritional status (p = 0.021), attitude of relationship with nutritional status ( p = 0.009 ) .

From the results of this study are expected to mothers or parents of children aged 12-59 months , to pay more attention to the nutritional adequacy of the child , which is related to the consumption of food in the food supply diverse , and also to the Ministry of Health to provide the facilities and infrastructure for smooth action in the IHC maximum increase in health care

(6)

1.1 Latar Belakang

Setiap tahun hampir 11 juta balita di dunia meninggal akibat penyakit Infeksi Saluran Pernafasan bagian Atas (ISPA), diare, malaria, campak dan penyakit infeksi lainnya. Dan dari 11 juta balita yang meninggal tersebut, 54 % diakibatkan oleh kekurangan gizi. Balita merupakan salah satu kelompok rawan gizi selain ibu hamil, ibu menyusui dan manusia usia lanjut, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Padahal prevalensi kekurangan gizi merupakan salah satu indikator keberhasilan Pembangunan Nasional.

(7)

2

Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan pada masa usia dini tergantung pada asupan gizi yang diterima. Semakin rendah asupan gizi yang diterima, semakin rendah pula status gizi dan kesehatan anak. Gizi kurang atau sangat kurang pada masa bayi dan anak-anak terutama pada umur balita dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan anak (Depkes RI, 2002 dalam Ernawati, 2006).

Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya pada ibu merupakan salah satu penyebab kekurangan gizi pada anak di Indonesia terutama di daerah pedesaan, karena konsumsi makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial, ekonomi dan kebudayaan seperti adanya pantangan pada balita, anak tidak diberikan ikan karena bisa mendapatkan cacingan, kacang-kacangan tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut dan kembung (Baliwati, 2004).

Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 melaporkan bahwa prevalensi gizi buruk di Indonesia mencapai 5,4 % dan gizi kurang 13,0 %. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010 melaporkan bahwa prevalensi gizi buruk di Indonesia mencapai 4,9 % dan gizi kurang 17,9 % sedangkan untuk kota Medan prevalensi gizi buruk dibawah Nasional yaitu 4,4 % dan gizi kurang 12,6 % (Balitbangkes, 2008).

(8)

konsumsi makannya dengan baik terutama yang tinggal di pemukiman sepanjang rel kereta api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur.

Status gizi tidak hanya disebabkan oleh kurangnya asupan makanan tetapi secara tidak langsung juga disebabkan oleh tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian pola makan yang sangat berpengaruh terhadap status gizi anak. Kebutuhan balita akan asuh meliputi kebutuhan akan gizi yang adekuat, perawatan kesehatan dasar, keadaan tempat tinggal yang layak, dan sandang dengan status gizi balita. Perubahan tingkah laku bisa mengarah yang lebih baik jika individu (ibu) tersebut menganggap bahwa itu bermanfaat, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk jika individu menganggap objek yang dipelajari tidak sesuai dengan keyakinannya (Sediaoetama, 2000).

Banyak program gizi masyarakat yang telah dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi, tetapi belum mencapai sasaran, seperti keluarga yang bermukim di sepanjang rel kereta api masih kurang mendapat perhatian dari LSM, Lintas Sektor dan Instansi terkait seperti PKK, Dinas Kesehatan, Kantor Pembangunan Masyarakat dan Bapeda.

Menurut laporan Puskesmas Glugur Darat pada tahun 2012 dimana salah satu wilayah kerjanya adalah Kelurahan Gaharu, jumlah kepala keluarga (KK) yang tinggal di rel kereta api Kelurahan Gaharu adalah 125 KK dengan jumlah anak usia 12-59 bulan ada 78 orang.

(9)

4

untuk mendapatkan data sekunder tentang status gizi balita di Kelurahan Gaharu. Menurut profil Puskesmas, 28 % gizi kurang dan 2,6 % mengalami gizi buruk.

Sedangkan dari hasil survei awal pada bulan Mei 2013 yang dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitian diperoleh informasi bahwa sebagian besar mata pencarian keluarga adalah sebagai buruh bangunan, tukang becak, mencari barang bekas dan pembantu RT. Dan tingkat pendidikan orang tua ada 17 orang (28,8%) hanya tamat dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), 34 orang (57,6%) tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 8 orang (13,6%) SI. Dan pada saat peneliti mengikuti kegiatan posyandu di Kelurahan tersebut, ada 2 (dua) orang gizi buruk (kakak adik) yang sangat perlu perhatian ibunya, hingga bulan Februari opname di Rumah Sakit Umum Imelda, dimana ibunya lepas tanggungjawab, ada apa dengan si Ibu?

Berdasarkan survei di atas, peneliti akan melakukan pemantauan langsung turun ke lapangan untuk melihat bagaimana cara ibu dalam pemberian pola makan si anak termasuk berapa kali makan dalam satu hari, dengan jenis makanan yang bagaimana, dengan kata lain bagaimana ibu memilih dan mengolah bahan makanan yang dapat menaikkan berat badan anak sesuai porsi dan kebutuhan gizinya, juga dalam menyediakan dan menyajikan makanan yang beragam, sehingga membangkitkan selera anak tersebut, peneliti ingin mengetahui juga kenapa dari beberapa ibu malas ke posyandu untuk menimbang anaknya.

(10)

pemberian konsumsi makan sehingga penampilan anak selain dilihat dari gizi kurang, anak tersebut kurang gairah dan kurang semangat. Jujur peneliti melihat anak-anak sepanjang rel kereta api ini seperti tidak terurus dan tidak terjamah oleh tangan seorang ibu, berbeda dengan anak lainnya yang berada di luar sepanjang rel kereta api ini, walaupun dalam satu kelurahan juga ternyata gizi kurang namun terlihat lincah juga semangat. Peneliti bandingkan lagi dengan anak desa tempat peneliti PBL, disana saya melihat anak-anak desa saat datang belajar ke tempat tinggal saya, kelihatannya semangat, ceria, lincah, belajarnya juga cerdas dan pandai. Melihat semua ini peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan konsumsi energi dan protein terhadap status gizi anak balita, dan ini baru pertama sekali dilakukan penelitian di pemukiman sepanjang rel kereta api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur

1.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas rumusan masalah adalah Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi ibu dengan konsumsi energi protein terhadap status gizi anak balita yang bermukim di sepanjang rel kereta api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(11)

6

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita yang tinggal dipemukiman sepanjang rel kereta api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur.

2. Untuk mengetahui hubungan antara sikap gizi ibu dengan status gizi balita yang tinggal dipemukiman sepanjang rel kereta api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur.

3. Untuk mengetahui hubungan konsumsi energi protein dan jumlah serta frekuensi konsumsi makan dengan status gizi balita yang tinggal dipemukiman sepanjang rel kereta api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Glugur Darat dalam merencanakan dan meningkatkan pelayanan dalam melaksanakan kegiatan program gizi di setiap kelurahan

(12)

2.1. Pengetahuan Gizi Ibu

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2011).

(13)

8

Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat menguasai dan memahami pengertian tentang gizi dan kesehatan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari orang lain, generasi sebelumnya, atau melalui informasi yang lainnya. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan berpengaruh kepada perilaku kesehatan seseorang sebagai indikator kesehatan masyarakat karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2002).

Faktor ibu memegang penting dalam menyediakan dan menyajikan makanan yang bergizi dalam keluarga, sehingga berpengaruh terhadap status gizi anak (I D N Supariasa, 2007). Orang yang berpendidikan tinggi lebih cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam jumlah dan mutunya dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku didasari oleh pengetahuan, maka perilaku dapat bersifat langgeng (long lasting) (Notoatmodjo, 2007).

(14)

yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi, aktifitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal.

Pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan akan mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi (Notoatmojo, 2003)

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan bukan merupakan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi anak balita, namun pengetahuan gizi ini memiliki peran yang penting. Karena dengan memiliki pegetahuan yang cukup khususnya tentang kesehatan, seseorang dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat dicari pemecahannya (Notoatmodjo, 2003).

(15)

10

2.2. Sikap Ibu

Sikap adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada suatu objek. Sikap bersifat dan berakhir pada nilai yang dianut dan terbentuk kaitannya dengan suatu objek. Sikap merupakan perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap objek, orang dan keadaan.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manisfestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya bisa di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007).

Sikap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari mempengaruhi gizi anak, hal ini dapat dilihat dari konsumsi makanan yang diberikan kepada anak. Sikap ibu disini maksudnya persepsi masyarakat terhadap penanganan gizi buruk, pandangan masyarakat terhadap manfaat dan pelayanan yang diberikan posyandu maupun puskesmas. Salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada anak adalah masih rendahnya perilaku gizi dan sikap ibu sebagai orang tua dalam merawat yang sangat dominan dalam keluarga.

2.3. Konsumsi Energi Protein

(16)

Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dalam Sri Kerjati (1985) adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang di makan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso, 2004).

Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai macam pengolahannya. Di masyarakat dikenal kebiasaan makan dan selera makan, yang terbentuk dari kebiasaan masyarakat. Dalam penyusunan hidangan untuk anak sangat perlu diperhatikan disamping kebutuhan zat gizi yang seimbang untuk hidup sehat dan bertumbuh kembang. Konsumsi energi yang tidak seimbang akan menyebabkan keseimbangan positif dan negatif. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan kemampuan mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang amat penting (Santoso, 2004).

Menurut Powers, (2005), keluarga, teman sebaya, media dan lingkungan sangat mempengaruhi perilaku kesehatan khususnya pemberian makan anak-anak. Untuk merubah konsumsi makan, merupakan cara awal yang efektif, akan tetapi harus memiliki pengetahuan dan pendidik harus memahami tujuan pendidikan gizi dan teori yang mendukung program pendidikan gizi tersebut.

(17)

12

balita. Kalau tidak, orang tua harus tau juga akibat dari kekurangan energi protein yang terus menerus akan menimbulkan gejala seperti daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit dan daya kerja merosot (Kartasapotra, 2003). Kebiasaan makan yang baik yang ditanamkan sejak anak masih kecil akan berpengaruh terhadap status gizi anak tersebut (Khomsan, 2002).

Pada penelitian ini digunakan metode food recall 24 jam. Metode ini digunakan untuk estimasi jumlah pangan dan minuman yang termakan untuk seseorang selama 24 jam yang lalu atau sehari sebelum wawancara dilakukan. Jumlah konsumsi makanan individu ditayangkan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring) atau ukuran lainnya yang bisadipergunakan sehari-hari antara lain food frekuensi (kebiasaan jajan/hari). Untuk Interpretasi hasil, klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi 4 dengan cut off points sebagai berikut (Supariasa, 2002) : Baik : 100% AKG

Sedang : 80 - 99% AKG Kurang :70 – 80% AKG Defisit : < 70% AKG

2.4. Status Gizi Balita

(18)

Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi anak, serta menunjang prestasi olahraga (Irianto, 2006).

Menurut Almatsier, (2002), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Berdasarkan beberapa pendapat tentang status gizi di atas bahwa status gizi adalah status kesehatan tubuh yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri,

sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara status gizi, kurus, normal, resiko untuk gemuk, dan gemuk agar berfungsi secara baik bagi organ tubuh.

(19)

14

2.4.1 Metode Penilaian Status Gizi

Manusia makan pada dasarnya untuk memenuhi 3 fungsi makanan itu sendiri, yaitu untuk tenaga, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh. Kurang komsumsi makanan maka akan diambil dari cadangan tubuh dan jika makan berlebih akan disimpan dalam bentuk cadangan tubuh. Makanan berperan penting untuk pertumbuhan. Sehingga pada hakekatnya menilai status gizi adalah mengevaluasi keseimbangan pemenuhan kebutuhan berupa penampakan/performa tubuh. Metode penilaian status gizi untuk menilai status energi protein adalah metode antropometri.

Metode Penilaian status gizi dapat dikelompokkan atas metode langsung dan metode tidak langsung. Berikut ini akan disajikan secara ringkas kedua kelompok metode penilaian status gizi tersebut (Supariasa, 2002).

1. Penilaian status gizi secara langsung

Pada penilaian status gizi dikenal istilah penilaian secara langsung, yaitu suatu metode dimana individu dan kelompok masyarakat diperiksa atau dinilai secara langsung berupa;

a. Klinis

(20)

penilaian status gizi secara klinis adalah kekurangan vitamin A menyebabkan buta senja (xerophtalmia) (Tarwotjo, 1992).

b. Biokimia

Pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh seperti darah, urin, faces dan jaringan tubuh lain (otot atau hati). Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malagizi yang lebih parah lagi. Karena banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong.

c. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan dan dapat digunakan dalam situasi tertentu, seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

d. Antropometri

(21)

16

Metode yang dilakukan adalah Antropometri yang merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi secara langsung yang telah lama dikenal. Cara yang paling mudah, tidak membutuhkan peralatan yang mahal, dan dapat diterapkan secara luas di lapangan. Pengukuran antropometri mangandung 2 maksud : pertama untuk mendeskripsikan status gizi (penilaian dilakukan pada satu titik waktu) dan kedua pemantauan status gizi yaitu untuk melihat trend/perubahan ukuran tubuh dari waktu ke waktu. Antropometri merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah Kurang Energi Protein (KEP) (Aritonang, 2010).

Indeks status gizi adalah gabungan dua parameter antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi (WHO), 1990). Tiga indeks yang akan dibahas berikut ini adalah BB/U, TB/U, BB/TB yang merupakan indeks dari 3 parameter berat badan, tinggi badan, tinggi badan dan umur.

Berat badan merupakan ukuran pertumbuhan masa jaringan memiliki sifat sensitive, yang artinya cepat berubah. misalnya seorang anak makan lebih dari biasanya dalam 2 atau 3 hari akan terlihat penambahan berat badannya dan sebaliknya apabila anak sakit contoh diare, maka berat badan anak langsung turun. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Supariasa, 2002)

1)Indeks antropometri digunakan untuk menilai status gizi adalah berat badan menurut Umur (BB/U)

2)Kelebihan Indeks BB/U :

(22)

3. Berat badan dapat berfluktasi

4. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil Kelemahan Indeks BB/U :

1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites.

2. Di daerah pedesaan yang masih terpencil atau tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum benar.

3.Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun

4. Sering terjadi kesalahan didalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan (Supariasa, 2002)

Tabel 2.1. Status gizi dengan indikator BB/U

Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-score) Gizi lebih bila Z- Score

Gizi baik bila Z-Score Gizi kurang bila Z Score Gizi sangat kurang

> 2 SD

-2 SD s/d 2 SD -3 SD s/d < -2 SD < -3 SD

Sumber WHO Antropometri 2005

Tabel 2.2. Status gizi dengan indikator TB/U atau PB/U

Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-score) Normal bila Z-Score

Pendek bila Z-Score Sangat pendek bila Z-Score

Tinggi bila Z-Score

-2 SD s/d 2 SD -3 SD s/d < -2 SD < -3 SD

(23)

18

Tabel 2.3. Status gizi dengan indikator BB/TB atau BB/TB Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-score) Normal bila Z-Score

Gemuk bila Z-Score Kurus bila Z-Score

Sangat kurus bila Z-Score

-2 SD s/d 2 SD > 2 SD

-3 SD s/d <-2 SD < -3 SD

Sumber WHO Antropometri 2005 2. Penilaian status gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu: Survei konsumsi makanan/pangan, statistic analisa ekologi dan statistic vital, dan Indeks Prognostik Rumah Sakit (IPRS). Salah satu yang digunakan adalah konsumsi makanan yang merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa, 2002).

Konsumsi makanan adalah mengukur pangan yang dikonsumsi kemudian dianalisis kandungan gizinya, Jumlah zat gizi yang dikonsumsi dibandingkan dengan kebutuhan (anjuran) makan sehari sesuai umur, jenis kelamin dan aktifitas (WKNPG, 2004).

2.5. Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita.

(24)

memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya (Khomsan, 2009 dalam Lusiyana, 2011).

Pengetahuan tentang gizi yang harus dimiliki masyarakat antara lain kebutuhan-kebutuhan bagi tubuh (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral).

Selain itu, jenis-jenis makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh tersebut, baik secara kualitatif dan kuantitatif, akibat atau penyakit-penyakit yang disebabkan karena kekurangan gizi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005 dalam Lusiyana, 2011). Pengetahuan gizi ibu yang baik akan meningkatkan kesadaran ibu untuk menerapkan perilaku Kadarzi. Perilaku Kadarzi salah satu faktor yang berhubungan terhadap status gizi balita (Gabriel 2008, dalam Lusiyana, 2011).

Dengan pengetahuan tentang gizi yang baik, seseorang ibu dapat memilih dan memberikan makan bagi balita baik dari segi kualitas maupuin kuantitas yangmemenuhi angka kecukupan gizi. Asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dapat mempengaruhi status gizi (Lusiyana, 2011). Penyediaan makanan keluarga dalam hal ini dilakukan oeh seorang ibu, banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan salah satunya karena kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi.

(25)

20

2.6. Perilaku Kesehatan dan Gizi

Menurut Depkes RI (2003), perilaku hidup sehat akan menunjang produktivitas kerja setiap orang. Hidup yang teratur dan memperhatikan faktor kesehatan akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu. Perilaku hidup sehat meliputi semua aktivitas yang kita lakukan sejak bangun tidur sampai tidur kembali (perilaku makan termasuk di dalamnya). Salah satu syarat menjaga kesehatan adalah menjaga kebugaran badan dengan menjaga berat badan ideal. Berat badan adalah indikator kesehatan yang penting bagi setiap orang. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan (penimbangan) berat badan secara teratur. Berat badan ideal menunjukkan status gizi yang normal. Untuk mempertahankan berat badan ideal diperlukan keseimbangan antara makanan dengan aktivitas fisik termasuk olahraga (Soekirman, 2000)

Sedangkan Perilaku Gizi adalah tindakan yang lebih cenderung melakukan praktek pengolahan makanan dan pemberian makanan seseorang atau dari ibu ke anak untuk mencapai status gizi yang optimal.

2.7. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka konsep Konsumsi

Energi Protein Pengetahuan

Gizi Ibu

Sikap dan Perilaku Ibu

(26)

Dilihat dari kerangka konsep bahwa pengetahuan ibu sangat penting untuk mengambil sikap dan perilaku Ibu dalam pengolahan bahan makanan dan bagaimana cara memberikan konsumsi energi protein anak yang tentunya dilihat dari berapa kali anak makan dalam satu (1) hari. Kalau anak tidak mau makan, atau anak suka jajan, bagaimana sikap dan perilaku ibu? Tentunya ibu akan merubah untuk mengolah bahan makanan dengan memilih jenis makanan yang sangat dibutuhkan anaknya untuk mendukung tumbuh kembangnya si anak tersebut, ibu juga harus memperhatikan bagaimana memancing tingkat selera anak, atau ibu harus pandai mengolah bahan makanan yang beragam untuk meningkatkan napsu makan anaknya, sehingga anaknya mendapatkan asupan zat gizi sesuai porsi dan kebutuhan gizi anak dengan nilai gizi yang terpenuhi

2.8. Hipotesis :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi anak usia 12-59 bulan yang tinggal di pemukiman sepanjang rel kereta api di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur.

1. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan konsumsi energi dan protein pada anak balita

2.Adanya hubungan antara sikap dengan konsumsi energi dan protein pada anak balita

3.Adanya hubungan anatara konsumsi energi dan protein dengan status gizi pada anak balita

(27)

22 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan metode survei analitik yaitu penelitian yang melakukan identifikasi serta pengukuran variabel dan mencari hubungan antar variabel untuk menerangkan kejadian yang diamati (Iskandar dkk dalam Sastroasmoro, 2011). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu mempelajari hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat dengan pengumpulan data yang dilakukan satu kali dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di pemukiman sepanjang rel kereta api di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur, dengan alasan karena pemukiman sepanjang rel kereta api ini walaupun berada di dalam kota, namun dari hasil survey awal pada bulan April tentang data sekunder dalam profil Puskesmas, terdapat 28% gizi kurang dan 2,9% mengalami gizi buruk.

3.2.2 Waktu Penelitian

(28)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 12- 59 bulan dengan jumlah 59 orang yang tinggal di sepanjang rel kereta api di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah total populasi yang berjumlah 59 orang usia 12 – 59 bulan yang berada di sepanjang rel kereta api di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data Primer dalam penelitian ini adalah pengetahuan gizi ibu yang dikumpulkan dengan cara wawancara, status gizi yang dikumpulkan dengan cara menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan, mengukur tinggi badan dengan bantuan mikrotoice, atau mengukur panjang badan untuk umur dibawah 2 tahun dengan alat baby scale

3.4.2. Data Sekunder

(29)

24

3.5. Definisi Operasional

1. Pengetahuan gizi adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang cara pemberian makanan anak dengan mengatur menu makanan yang sesuai porsi dan kebutuhan anak juga nilai kebutuhan kandungan gizinya terpenuhi.

2. Sikap ibu adalah perlakuan ibu tentang mengolah bahan makanan yang beragam sehingga dapat meningkatkan nafsu makan anak

3. Konsumsi Energi Protein adalah cara yang ditempuh seseorang untuk memilih dan mengkonsumsi makanan yang bergizi juga meliputi jenis makanan, jumlah atau frekuensi makan yang dibutuhkan anak balita perhari sesuai kebutuhannya, serta nilai konsumsi energi dan protein yang baik untik mendukung tumbuh kembang anak

4. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dalam penggunaan zat-zat gizi, nilai gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan dan untuk peran pertumbuhan anak yang sehat.

3.6. Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan ibu tentang kesehatan melalui 20 pertanyaan dimana kategori pengetahuan berdasarkan perolehan nilai dengan kriteria memilih satu jawaban yang Ibu angggap benar dari 3 jawaban yang telah disediakan. Selanjutnya diklasifikasikan menjadi 3 kategori antara lain :

(30)

- Sedang : jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar :sebesar nilai 56% - 75% dari total pertanyaan (6 – 13) kode 2 - Rendah : Jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar

sebesar nilai < 55% dari total pertanyaan (< 6) kode 3 2. Sikap

Untuk mengetahui sikap ibu dalam mengolahan bahan makanan, dilakukan dengan memberikan pertanyaan. Sikap diukur melalui jawaban kuesioner dengan skala Likert, pertanyaan yang diajukan sebanyak 8 pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban. Setiap pertanyaan memiliki skor 1 sampai 5. Total skor maksimal 40 total skor minimal adalah 8.

Table 3.3. Skala Sikap Model Likert

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4 Setuju (S) 4

Ragu-ragu 3 Ragu-ragu (Rg) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber : Hidayat (2007)

Berdasarkan kriteria diatas maka dapat dikategorikan sikap responden sebagai berikut (Riduwan, 2010) :

(31)

26

3. Pemberian Konsumsi Energi Protein

Kategori : Baik : 100% AKG Sedang : 80 – 90% AKG Kurang : 70 – 80% AKG Defisit : < 70% AKG 4. Status Gizi

Status gizi dengan indikator BB/U Skala : ordinal

Kategorik : Z- score <-3 SD : Sangat Kurang Z- score -3 SDs/d < -2 SD : Kurang

Z- score -2 SD s/d 2 SD : Baik Z- score >2 SD : Lebih Baik Status gizi dengan indikator TB/U atau PB/U

Skala : ordinal

Kategorik : Z- score < -3 SD : Sangat Pendek Z- score -3 SD s/d < -2 SD : Pendek

Z- score -2 SD s/d 2 SD : Normal Z- score >2 SD : Tinggi Status gizi dengan indikator BB/TB

Skala : ordinal

Kategorik : Z- score < -3 SD : Sangat Kurus Z- score -3 SD s/d <-2 SD : Kurus

Z- score -2 SD s/d 2 SD : Normal Z- score > 2 SD : Gemuk (WHO Antropometri, 2005).

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :

(32)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.

2. Coding (Pemberian Kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan menggunakan perangkat software computer.

3. Tabulating (Data entry)

Memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan persentase.

3.7.2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisi univariat untuk menggambarkan masing-masing variabel yaitu pengetahuan ibu, sikap ibu, konsumsi energi protein, status gizi, yang disajikan dalam distribusi frekuensi.

(33)

28 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pemukiman Sepanjang Rel Kereta Api di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kehidupan di pemukiman perlu perhatian, pekerjaan ibu adalah tukang cuci, jual sayuran, tukang masak dan ada yang ikut suami, sedangkan pekerjaan suami atau bapak adalah tukang becak, mocok-mocok Pendapatan yang diperoleh adalah < Rp.1.000.000,-. Data yang ada di permukiman sepanjang rel kereta api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur dengan jumlah penduduk adalah 11.574 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 5.679 jiwa, perempuan 5.895 jiwa, dan jumlah kepala keluarga adalah 2.970 kk. Di daerah pemukiman sepanjang rel ini perumahannya kumuh, berbeda dengan tempat yang di luar lingkungan rel walaupun satu wilayah. Sarana dan prasarana kesehatan di daerah pemukiman tersebut kurang lengkap sehingga membuat petugas atau kader kewalahan dalam bekerja untuk kelangsungan dari pelaksanaan pelayanan sesuai dengan antropometri tidak maksimal.

(34)

tumpukan sampah yang ada di sekeliling rumah. Itulah yang membuat anak terserang penyakit yaitu diare, dimana dari 59 ibu yang diteliti lebih banyak ibu yang menjawab salah tentang bila diare diberi minum Larutan Gula Garam, sebanyak 36 orang ibu (47,5%), dan yang menjawab benar hanya 23 orang ibu (38,9%). Dapat dilihat pada tabel 4.5, dari hal ini dapat membuat tindakan yang salah bagaimana untuk mengatasi anak yang terserang diare.

Kemudian peneliti melihat mata pencaharian di sepanjang rel kereta api ini dengan rata-rata < Rp. 1.000.000,- / bulan, hal inilah yang membuat ibu susah membagi keuangan yang mana untuk sekolah, yang mana juga untuk kebutuhan makan dengan jumlah anggota keluarga yang rata-rata 4 orang, apalagi pengobatan anak yang diserang penyakit,seperti demam, pilek, diare atau penyakit lainnya yang memerlukan biaya.

(35)

30

4.2. Karakteristik Ibu

4.2.1. Umur dan Pendidikan Ibu

Diketahui dari 59 orang ibu paling banyak berumur 26-30 tahun yaitu dengan jumlah 21 orang ibu (35,6%), dan yang paling sedikit adalah ibu yang berumur 41-45 tahun berjumlah 2 orang ibu (3,4%), sedangkan dari 59 orang ibu yang diteliti paling banyak yang berpendidikan SMA yaitu 34 orang ibu (57,6%), dan yang paling sedikit adalah yang berpendidikan SI dengan jumlah 8 orang ibu (13,6%)

Karakteristik ibu yang diteliti menurut umur dan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Berdasarkan Umur dan Pendidikan Ibu

Identitas f %

4.2.2. Jumlah Anak dan Penghasilan Ibu

(36)

berpenghasilan < Rp.1.000.000,- yaitu 46 orang ibu (78%), dan yang paling sedikit ibu berpenghasilan > Rp. 1.000.000,- yaitu 13 orang ibu (22,0%)

Karakteristik Ibu yang diteliti menurut jumlah anak dan penghasilan ibu dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anak dan Penghasilan Ibu

Identitas f %

Jumlah Anak 1 - 3 4 - 6 7 - 9

10 38 11

16,9 64,4 18,7

Total 59 100,0

Penghasilan

< Rp. 1.000.000,- >Rp. 1.000.000,-

46 13

78,0 22,0

Total 59 100,0

4.2.3. Jenis Kelamin Balita dan Umur Balita

Diketahui bahwa balita yang berumur 36-41 bulan paling banyak berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 10 orang anak (62,5%), dan yang paling sedikit umur 18-23 bulan yang berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 1 orang anak (25,0%)

(37)

32

Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Balita

4.3. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Anak Balita

Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh hubungan pengetahuan ibu tentang gizi anak balita. Pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner yaitu dengan menjawab 20 pertanyaan dalam kuesioner. Dapat diketahui bahwa dari 59 orang ibu yang mempunyai pengetahuan ibu terhadap status gizi paling banyak berada pada kategorik pengetahuan rendah yaitu 52 orang ibu (88,1%) dan yang paling sedikit pada kategorik pengetahuan baik yaitu 1 orang ibu (1,7%)

Berikut adalah gambaran pengetahuan ibu terhadap status gizi dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

(38)

besar ibu tidak tau bahwa makanan bergizi adalah makanan seimbang dan padat gizi serta terpenuhinya angka kecukupan gizi yaitu 50 orang ibu (84,7%)

Karakteristik yang diteliti menurut Pengetahuan ibu terhadap status gizi dapat dilihat dalam tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Pengetahuan Ibu Terhadap Status Gizi

No Item Pertanyaan f %

Apa yang dimaksud dengan makanan yang bergizi

a.Makanan yang seimbang dan bergizi serta tercukupi angka kebutuhan gizi

b. Empat sehat lima sempurna c. Tidak tahu

Makanan yang banyak mengandung kalsium (Ca) adalah a.Jeruk

b.Susu c.Daging sapi

Sehabis makan perlu diberikan makanan penutup seperti : a.Buah

b.Jajanan c.Tempe

Makanan yang banyak mengandung Yodium adalah a.Sayur-sayuran

b.Beras c.Ikan laut

Penyebab anak kurang gizi adalah a.Kurang makan dan infeksi b.Infeksi dan banyak bermain

c.Kurang makan dan banyak bermain

Menurut ibu, makanan dan minuman yang tidak bersih dapat mengakibatkan penyakit :

a.Cacar b.Malaria c.Diare

Makanan yang mengandung protein tinggi adalah : a.Daging dan ikan

(39)

34

Yang dimaksud cairan kolostrum adalah : a.Cairan bening kekuningan

b.Cairan kental kekuningan c.Cairan kental berwarna putih

Bila menderita diare, sebelum ke Puskesmas sebaiknya diberi minum :

a.Air putih b.Larutan gula

c.Larutan gula dan garam

Kegunaan anak makan 3x sehari adalah a.Supaya kenyang

b.Agar anak tidak sakit

c.Supaya tercukupi gizi anak sesuai dengan kebutuhan tubuhnya

Kekurangan gizi pada anak balita bisa diketahui dengan melihat :

a.Berat badan menurut umur b.Anak rewel terus

c.Anak tidak selera makan

Untuk sarapan pagi anak lebih baik diberikan makanan seperti :

a.Jajanan/cemilan

b.Makan nasi, sayur, lauk, dan susu c.Kerupuk

Makanan yang dikonsumsi anak harus bergizi dan : a.Mengandung banyak lemak

b.Beraneka ragam

4.4. Sikap Ibu Tentang Gizi Anak Balita

Dari hasil penenelitian dapat diketahui bahwa sikap ibu terhadap status gizi paling banyak berada pada kategorik kurang yaitu 53 orang (89,8%), dan yang paling sedikit pada kategorik cukup yaitu 2 orang (3,4%)

(40)

Tabel 4.6. Distribusi Berdasarkan Sikap Gizi Ibu Terhadap Status Gizi

Untuk mengetahui sikap ibu dalam mengolah bahan makanan, dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada ibu melalui kuesioner dengan skala Likert sebanyak 8 pertanyaan 5 pilihan jawaban, seperti yang terdapat dalam tabel di bawah ini:

No. Pertanyaan SS S Rg TS STS

1. Memberi makanan yang bergizi pada anak

2. Tidak memperhatikan menu makanan yang disiapkan untuk dimakan oleh keluarga

3. Jika memperhatikan dan memantau kondisi gizi keluarga

4. Setujukah anda apabila anak-anak diberi makan tiga kali sehari

5. Memaksakan anak-anak untuk menghabiskan makanan dengan segera

6. Setujukah anda apabila harus menyediakan makanan semenarik mungkin untuk dimakan oleh anak

7. Memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan pada anak yang mungkin digemari anak

8. Setujukah anda jika anak sudah bisa menentukan sendiri seberapa banyak makanan yang diinginkan.

4.5. Konsumsi Energi Anak Balita

(41)

36

Karakteristik yang diteliti menurut konsumsi energi anak balita dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :

Tabel. 4.7. Distribusi Frekuensi Konsumsi Energi Anak Balita Pemukiman Sepanjang Rel Kereta Api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur

Konsumsi Energi Balita Jumlah

f %

4.5.2. Konsumsi Protein Anak Balita

Konsumsi protein anak balita dapat diketahui bahwa dari 59 ibu yang diteliti paling banyak komsumsi protein anak kurang yaitu 46 orang anak balita (78,0%), dan yang paling sedikit konsumsi protein anak balita ibu sedang yaitu 3 orang anak balita (5,1%)

Karakteristik yang diteliti menurut konsumsi protein anak balita dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :

Tabel. 4.8. Distribusi Frekuensi Konsumsi Protein Anak Balita Pemukiman Sepanjang Rel Kereta Api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur

Konsumsi Protein Balita Jumlah

(42)

4.6. Status Gizi Balita

Diketahui bahwa dari 59 ibu yang diteliti paling banyak status gizi anak balita menurut BB/U kategorik kurang yaitu 47 orang anak balita (79,7%), dan yang paling sedikit status gizi anak balita sangat kurang yaitu 4 orang anak balita (6,8%)

Karakteristik status gizi anak balita sesuai BB/U dapat dilihat dalam tabel 4.9. berikut :

Tabel. 4.9. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Balita BB/Udi Pemukiman Sepanjang Rel Kereta Api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur

Status Gizi Balita Jumlah

f %

Diketahui bahwa dari 59 ibu yang diteliti status gizi anak balita dengan TB/U kategorik tinggi lebih banyak yaitu 46 orang anak balita (78,0%), dan yang paling sedikit status gizi anak balita sangat pendek pada anak balita yaitu 1 orang (1,7%) Seperti yang terdapat dalam tabel 4.10. berikut :

Tabel. 4.10. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Balita TB/U di Pemukiman Sepanjang Rel Kereta Api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur

Status Gizi Balita Jumlah

(43)

38

Diketahui bahwa dari 59 ibu yang diteliti paling banyak status gizi anak balita menurut BB/TB kategorik kurus yaitu 47 orang anak balita (79,7%), dan paling sedikit status gizi anak balita sangat kurus yaitu 1 orang anak balita (1,7%) Seperti yang terdapat dalam tabel 4.11. berikut :

Tabel. 4.11. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Balita dengan BB/TB di Pemukiman Sepanjang Rel Kereta Api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur

Untuk menggambarkan hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak, dilakukan pengujian hubungan terlebih dahulu antara variabel pengetahuan ibu terhadap status gizi dengan kecukupan konsumsi energi dan protein pada anak. Hubungan pengetahuan ibu terhadap status gizi dengan kecukupan konsumsi energi dari hasil uji chi-square didapat nilai p = 0,004, yang artinya bahwa terdapat adanya hubungan yang signifikan, dapat dilihat pada tabel 4.12. berikut:

Tabel. 4.12. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Anak Balita dengan Konsumsi Energi Pada Anak

(44)

Untuk hubungan pengetahuan ibu terhadap status gizi dengan konsumsi protein dari hasil uji chi-square didapat nilai p = 0,015, artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan, dapat dilihat pada tabel 4.13. Berikut :

Tabel. 4.13. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Anak Balita dengan Konsumsi Protein Pada Anak

Untuk menggambarkan hubungan antara sikap ibu dengan status gizi balita, dilakukan pengujian hubungan terlebih dahulu antara variabel pengetahuan ibu terhadap status gizi dengan kecukupan konsumsi energi dan protein pada anak. Untuk hubungan sikap ibu terhadap status gizi dengan konsumsi energi dari hasil uju chi-square didapat nilai p = 0,04, yang artinya bahwa terdapat hubungan signifikan, dapat dilihat pada tabel 4.14. berikut:

(45)

40

Tabel. 4.15. Hubungan Sikap Ibu Tentang Gizi Anak Balita dengan Konsumsi Protein Pada Anak

4.9. Hubungan Konsumsi Energi dan Protein Pada Anak dengan Status Gizi Anak Balita

Uji chi-square juga dilakukan pada hubungan konsumsi energi dan protein pada balita dengan status gizi anak balita. Uji ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan variabel antara yang secara langsung mempengaruhi variabel terikat. Untuk hubungan konsumsi energi balita ibu dengan status gizi dari hasil uji chi-square didapat nilai p = 0,028, artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan,

dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut :

Tabel. 4.16. Hubungan Konsumsi Energi Anak dengan Status Gizi Anak Balita

Konsumsi Energi

anak

Status Gizi Balita

P

(46)

Tabel. 4.17 Hubungan Konsumsi Protein anak dengan Status Gizi Anak balita

Konsumsi Protein

anak

Status Gizi Balita

P

4.10. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Anak

Untuk hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi anak balita dari hasil uji chi-square didapat nilai p = 0,029, artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan,

dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut :

Tabel. 4.18. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Anak Pengetahuan

Ibu

Status Gizi Balita

P

4.11. Hubungan Sikap Ibu Dengan Status Gizi Anak

Untuk hubungan sikap Ibu dengan status gizi anak balita dari hasil uji chi-square didapat nilai p = 0,009, artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan, dapat dilihat pada tabel 4.19. berikut

Tabel 4.19. Hubungan Sikap Ibu Dengan Status Gizi Anak

Pengetahuan Ibu

Status Gizi Balita

(47)

42 BAB V PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Konsumsi Energi dan Protein

Dari hasil uji chi-square pada tabel. 4.12. dan tabel. 4.13 terlihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan dimana p = 0,004 (p < 0,05) artinya adanya hubungan pengetahuan ibu dengan konsumsi energi anak, dan pengetahuan ibu dengan konsumsi protein terdapat hubungan yang sangat signifikan dimana p = 0,015 (p <0,05) artinya terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan pola makan konsumsi protein anak.

Hubungan pengetahuan ibu dengan Konsumsi Energi ada hubungan, berarti jumlah karbohidrat yang dikonsumsi anak sudah terpenuhi dalam kebutuhan sehari-hari, terlihat bahwa ibu sudah mampu membujuk anaknya untuk makan, dan ibu memberi anaknya makan 3 x sehari dengan jumlah/porsi yang dibutuhkan anak dalam satu hari juga ibu telah mengetahui jenis makanan yang memiliki karbohidrat, seperti nasi, mie, teh manis dan olahannya

Hal ini dapat dilihat bahwa ibu mulai memikirkan bagaimana cara untuk meningkatkan selera anak agar mau makan, bukan membiarkan anak tidak makan sama sekali, ibu juga sudah mulai faham membuat makanan beragam agar dapat meningkatkan nafsu makan anaknya.

(48)

menyediakan makanan yang lezat dan bergizi seimbang. Tinggi rendahnya pengetahuan ibu merupakan faktor penting, karena mempengaruhi kemampuan ibu dalam mengelola sumber daya yang ada untuk mendapatkan bahan makanan, (Sediaoetama, 2010).

Konsumsi makan yang baik selalu mengacu kepada gizi seimbang yaitu terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan tubuh anak. Tidak diragukan, terdapat enam unsur zat gizi yang harus terpenuhi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Karbohidrat, protein dan lemak merupakan zat gizi makro sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral merupakan zat gizi mikro sebagai pengatur kelancaran metabolisme tubuh (Muliarni, 2010).

Situasi makan dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makan, ada anak yang diberi makan secara teratur setiap hari, makan pada tempat yang nyaman, dan anak makan dengan tertib. Sebaliknya ada pula anak yang diberi makan semaunya, sambil jalan-jalan, sambil bermain-main, dan tergantung kepada pengawasan ibu atau pengasuh. Akibatnya anak akan terbiasa sulit untuk makan, berhamburan, atau akan banyak makanan yang tidak dihabiskan. Situasi inilah yang membuat status gizi anak di pemukiman sepanjang rel kereta api Kelurahan Gaharu tidak terpenuhi, disamping penghasilan ibu yang sangat minim dan jumlah anak paling banyak memiliki 4 orang dalam satu keluarga .

(49)

44

yang turut berpengaruh aktif atau tidaknya keluarga untuk datang memantau balitanya yaitu faktor fisik, mental, dan pola makan balita.

Berdasarkan hasil penelitian yaitu status gizi balita dengan KEP sebanyak 38 balita (46,34%) berada pada usia 12-24 bulan . Hal ini menunjukkan pada umur 1-2 tahun merupakan keadaan rawan gizi. Pada umumnya kekurangan gizi terjadi pada balita, karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat dan termasuk kelompok yang rentan gizi, karena pada masa itu merupakan masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa Adisasmito (2007).

Menurut Markum (1999) pada usia 1-3 tahun kebiasaan anak mulai terbentuk,kebiasaan makan keluarga mulai ditelaah untuk mengevaluasi cukup atau tidaknya nutrient dalam hidangan, kesulitan makan umumnya terletak pada nak 2-5 tahun akibat kesalahan ibu dalam pemberian makanan selama masa bayi, ketegangan saat makan, waktu makan yang terlalu pendek, atau makanan yang kurang disukai karena bentuknya yang tidak menarik. Kemudian Markum (1999) juga menjelaskan bahwa pada anak usia 1-3 tahun merupakan angka kejadian tertinggi untuk KEP dan devisiensi vitamin A, pada umur ini anak biasanya mulai disapih tetapi belum mengenal makanan sehari-hari, selain itu pertumbuhan dan perkembangan otak masih berlangsung pada kelompok umur ini.

(50)

dengan konsumsi protein terdapat hubungan yang sangat signifikan dimana p = 0,042 (p <0,05) artinya terdapat hubungan sikap ibu dengan konsumsi protein anak.

Sebahagian ibu telah dapat menyikapi bagaimana caranya untuk menyenangi anak, sehingga ibu sudah faham untuk mengolah makanan sesuai selera anak, juga memiliki nilai gizi yang seimbang. Sehingga anakpun mendapatkan perlakuan dalam pemberian konsumsi yang benar. Maka sikap ibu dengan status gizi Konsumsi Energi serta status gizi Konsumsi Protein mendapatkan respon anaknya sehingga Konsumsi Energi dan Protein terpenuhi untuk anak tersebut

Sikap merupakan bahasan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas. Sikap juga merupakan kecendrungan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi objek tersebut. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).

(51)

46

memajukan tumbuh kembang anak, serta mempunyai pengetehuan yang cukup mengenai tumbuh kembang anak

Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2007) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna pada sikap memmbang anak, serta mempunyai pengetahuan cukup mengenai tumbuh kembang anak.beri makan dengan status gizi. Sejalan dengan teori menurut Jellife (1994) faktor yang mempengaruhi status gizi anak, diantaranya adalah faktor eksternal yang 6 meliputi keadaan infeksi, konsumsi makanan, kebudayaan, sosial ekonomi, produksi pangan, sarana kesehatan serta pendidikan kesehatan.

5.3. Hubungan Konsumsi Energi dam Protein Pada Anak dengan Status Gizi Dari hasil uji chi-square pada tabel. 4.16. dan tabel. 4.17 terlihat bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan dimana p = 0,028 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan konsumsi energi anak dengan status gizi anak, demikian juga antara konsumsi protein dengan status gizi anak mempunyai hubungan, dimana p = 0,029 (p < 0,05) artinya terdapat adanya hubungan konsumsi protein dengan status gizi anak balita.

(52)

dibanding orang dewasa. Secara umum kebutuhan protein adalah 1 gram per kilogram berat badan

Status gizi dapat diketahui dengan berbagai macam cara. Menurut Supariasa (2001) status gizi dapat diukur dengan dua cara yaitu secara langsung yang meliputi pemeriksaan antropometri, klinis, dan biokimia dan secara tidak langsung yaitu melalui survei konsumsi makanan, statistpaling sering digunakan dan mudah untuk dilakukan yaitu penilaian secara antropometri, salah satu cara yaitu dengan membandingkan antara berat badan dengan umur, yang menurut Supariasa (2001) merupakan cara yang cukup efisien.ik vital, dan ekologi. Metode yang

Menurut WHO (dalam Rumida, 2009), ketidakseimbangan asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertumbuhan berat badan. Selain itu kapasitas penyimpanan makro nutrien juga menentukan keseimbangan energi. Protein mempunyai kapasitas penyimpanan protein tubuh dalam jumlah terbatas dan metabolisme asam amino diregulasi dengan ketat, sehingga bila intake protein berlebih dapat dipastikan akan dioksidasi, sedangkan karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glukogen hanya dalam jumlah kecil. Bila konsumsi energi berlebih, maka sekitar 60-80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh.

Kebiasaan makan anak sekarang ini kurang baik seperti makan apapun asal kenyang, ataupun makan sekedar untuk bersosialisasi, demi kesenangan dan supaya tidak kehilangan status. Unsur-unsur gizi pada makanan yang dikonsumsi kurang diperhatikan, sebab saat memilih makanan anak lebih mementingkan kesenangan.

(53)

48

dapat terwujud apabila makanan yang dikonsumsi tergolong cukup, baik dari segi jumlah, mutu, maupun keragaman serta tidak terdapat infeksi penyakit (Aritonang, 2004).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Astuti (1998) yang menyatakan bahwa konsumsi makan yang mempengaruhi status gizi (RP = 5,77). Hal ini juga sesuai dengan penelitian Aritonang (2004) yang menyatakan adanya hubungan yang nyata (p < 0,05) antara konsumsi pangan dengan status gizi.

Dalam penelitian ini kondisi kesakitan dijadikan kriteria pemilihan sampel, dimana syarat untuk menjadikan sampel penelitian ini adalah setiap siswa-siswi yang berada dalam kondisi sehat pada saat penelitian berlangsung.

Penjelasan lain yang dapat diberikan adalah adanya kemungkinan riwayat penyakit yang dialami oleh ibu dalam rentang waktu yang berdekatan dengan waktu penelitian yang diadakan, yang pada saat penelitian berlangsung dinyatakan sudah sembuh.

5.4. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi

Dari hasil uji chi-square pada tabel. 4.18. terlihat bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan dimana p = 0,029 (p <0,05) artinya terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi anak.

(54)

Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Pengetahuan gizi dapat membantu seseorang untuk menggunakan pangan dengan baik. Namun demikian kesalahan konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah hal yang umum terjadi. Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizi dan pangan dalam kehidupan sehari-hari dapat memyebabkan gangguan gizi (Suharjo, dalam Boby Chandra, 2008).

Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperoleh untuk dikonsumsi (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000). Tingkat pengetahuan gizi ibu sebagai pengelola rumah tangga akan berpengaruh pada macam bahan makanan yang dikonsumsinya. Adapun tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian makanan yaitu ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, kebiasaan atau pantangan makanan yang merugikan, kesukaan terhadap jenis pangan tertentu.

Melihat data dari hasil survei yang dilakukan di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur pemukiman sepanjang rel kereta api dapat disimpulkan bahwa dengan mayoritas masyarakat memiliki pengetahuan kurang dalam hal pemenuhan gizi anak, sehingga banyak anak usia 12-59 bulan cenderung status gizi kurang.

(55)

50

menyediakan makanan bagi balitanya sehingga kualitas dan kuantitas makanan yang disajikan oleh ibu mempunyai nilai gizi yang tinggi. Dari hasil penelitian yang dilakukan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita menunjukkan bahwa ibu dengan pengetahuan sedang memiliki (15,3%) balita dengan status gizi kurang berdasarkan indikator BB/U, (15,3%) dengan status gizi pendek berdasarkan indikator TB/U dan (58,3%) status gizi normal berdasarkan indikator BB/TB. Masih terdapat balita dengan status gizi kurang, status gizi pendek dan status gizi kurus pada penelitian dapat dikarenakan praktek pengasuhan terhadap balita yang beragam, pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan ketahanan keluarga (fisik, sosial dan psikolosis. Menurut Sunarti (2001) fungsi pengasuhan anak berkaitan dengan keberfungsian keluarga lainnya, terutama fungsi ekonomi keluarga.

(56)

5.5. Hubungan Sikap Ibu Dengan Status Gizi Anak

Dari hasil uji chi-square pada tabel. 4.19. terlihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan dimana p = 0,009 (p <0,05) artinya terdapat hubungan sikap ibu dengan status gizi anak.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas. Sikap juga merupakan kecendrungan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi objek tersebut. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003). Dalam hal ini sikap dikaji ialah sikap ibu terhadap status gizi seimbang baik secara kualitas maupun kuantitas, sikap dalam pemilihan jenis makanan,waktu pemberian, cara pemberian dan cara pengolahan yang benar dimana sikap yang ditunjukkan dapat berupa sikap positif atau sikap negatif.

Dari data hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu-ibu di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur di Pemukiman sepanjang rel kereta api mempunyai sikap kurang terhadap usaha peningkatan nutrisi anak dan status gizi anak, hal ini sejalan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh ibu-ibu disepanjang rel kereta api tersebut, sebab secara tidak langsung pengetahuan yang kurang akan berpengaruh terhadap sikap yang kurang pula.

(57)

52

(58)

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan konsumsi energi protein tentang status gizi, hal ini dapat disebabkan oleh jumlah karbohidarat yang dikonsumsi anak sudah terpenuhi nilai gizinya.

2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan konsumsi protein tentang status gizi, hal ini dapat dilihat bahwa ibu mampu memberikan makanan yang bernilai tinggi dalam jumlah protein seperti ikan, tempe, tahu, telur, daging dan diolah sesuai dengan selera anaknya.

3. Ada hubungan antara konsumsi energi/protein dengan status gizi, hal ini dapat dilihat dari pengolahan bahan makanan serta pemberian konsumsi energi protein yang sudah terpenuhi nilai gizinya dengan kebutuhan yang diharapkan.

(59)

54

6.2. Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini untuk berbagai pihak terkait adalah

1. Bagi ibu atau orangtua agar lebih memperhatikan perkembangan tumbuh kembang anak, dan memperhatikan konsumsi makannya serta keadaan gizi anak, dan dapat menciptakan makanan beragam serta mampu mengolah bahan makanan sesuai jenis dan kebutuhan anak yang dapat meningkatkan selera makan anak.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007.Sistem Kesehatan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Aritonang, I. 2010. Menilai Status Gizi untuk Mencapai Sehat Optimal. Leutika. Yogyakarta

Aritonang, E, dkk. 2004. Pola Konsumsi Pangan Hubungannya dan Prestasi belajar Pada Pelajar SD di daerah Endemik GAKY Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.USU Digital Library.

Azwar A. 2006. Kecenderungan Masalah gizi dan tantangan di Masa Datang. (online), (http:www.gizi.net/makalah/makalah%202.pdf)

Baliwati, 2004.Kaitan Pangan Gizi dan Kependudukan, didalam Baliwati Balitbangkes, 2008.: Laporan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Depkes RI. 1997. Pedoman Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada Balita.Jakarta

Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta :Depkes

Depkes RI, 2008. Pemantauan Status Gizi dan Keluarga Sadar Gizi. Jakarta :Depkes.

Depkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta :Depkes. Depkes RI. 2000. Millenium Development Goals.Jakarta :Depkes Friedman, M. 1998. Keperawatan Keluarga edisi 3.Jakarta. EGC

Husaini M. A. 2007. Peranan Gizi dan Pola Asuh Dalam Meningkatkan Kualitas Tumbuh Kembang Anak

(61)

56

Kartasapotra, 2003. Akibat Kekurangan Energi dan Protein. Jakarta

Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, Direktorat BinaGizi.

Khomsan, A, 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Grafindo Persada. Yogyakarta

Khomsan, A. 2009 dalamLusiyana, 2011.Pengetahuan Gizi Ibu dan Perilaku Keluarga

Sadar Gizi. Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor

Mardiana. 2005. Hubungan Perilaku Gizi Ibu Dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. Markum, A.H. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Balai Penerbit FKUI

Merryana, A. 2012.Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan, Penerbit Kencana Media Group

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta

Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian dalam Kesehatan. PT. Rineka Cipta.

Jakarta

Sediaoetama. A. D. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi, jilid. Jakarta : Dian Rakyat

Rumida, 2009.Pengaruh Perilaku Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Terjadinya Obesitas Pada Pelajar SMU Methodist Medan.Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Setiyaningsih, D. 2007. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Keluarga

Mandiri Sadar Gizi dengan Status Kadarsi. Skripsi.Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

(62)

Sunarti, E. 2001. Peningkatan Ketahanan Keluarga Terhadap Bencana. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Bogor. FKM USU. Medan Supariasa.2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta. EGC

Suryani.2007. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi Balita. FK UNSRAT.Skripsi

Soetjiningsih, 2000.Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, Jakarta : EGC.

Soetjiningsih,2002. Gizi untuk Tumbuh Kembang Anak, Buku Ajaran Tumbuh Kembang Anak

Wawan, A. Dan Dewi M, 2011, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

Manusia, Jakarta :Nuha Medika

(63)

58

KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP GIZI IBU DENGAN KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP STATUS

GIZI ANAK USIA 12-59 BULAN DI PEMUKIMAN SEPANJANG REL KERETA API KELURAHAN

GAHARU KECAMATAN MEDAN TIMUR

Petunjuk pengisian :

- Bacalah tiap-tiap pertanyaan dengan seksama sebelum memberikan jawaban - Pilihlah salah satu jawaban yang ibu anggap paling sesuai dengan pendapat ibu

seperti yang telah digambarkan oleh pernyataan yang tersedia - Berikan tanda (X) untuk menunjukkan jawaban yang ibu pilih :

1. Apa yang dimaksud dengan makanan yang bergizi :

a. Makanan yang seimbang dan bergizi serta tercukupi angka kebutuhan gizi b. Empat sehat lima sempurna

c. Tidak tahu

2. Makanan yang banyak mengandung kalsium (Ca) adalah : a. Jeruk

b. Susu

c. Daging sapi

3. Sehabis makan perlu diberikan makanan penutup seperti: a. Buah

Gambar

Tabel 2.3. Status gizi dengan indikator BB/TB atau BB/TB
Gambar 2.1. Kerangka konsep
Table 3.3. Skala Sikap Model Likert
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Berdasarkan Umur dan Pendidikan Ibu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Terhadap Konsumsi Zat Gizi (Energi, Protein) pada Balita Gizi Kurang di Desa Labuhan Lombok”.. “Penanggulangan Gizi Buruk

Berdasarkan hasil penelitian Ernawati, (2016) Anak stunting dan gizi kurang banyak mengonsumsi sumber protein dari serealia namun kurang mengonsumsi dari bahan makanan

Berdasarkan penelitian Yuliana Hidayat, dkk (2010), terdapat pengaruh antara penyakit infeksi pada balita dengan kejadian gizi buruk pada balita.Penyakit infeksi

Faktor Penyebab Gizi Buruk Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kota Kendari.. Jurnal STIKES

Menurut Soekirman (2000), penyebab langsung timbulnya gizi kurang pada anak adalah konsumsi makanan dan penyakit infeksi, kedua penyebab tersebut saling berpengaruh. Dengan

Faktor yang dapat mempengaruhi status gizi pada balita adalah asupan makanan pada anak dan penyakit infeksi yang merupakan penyebab langsung, sedangkan penyebab

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan jumlah konsumsi biskuit pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan kenaikan berat badan pada balita gizi

Hubungan Faktor Karakteristik, Konsumsi Makanan, Status Infeksi penyakit, Pola Asuh dan BBLR dengan Status Gizi Buruk pada Balita di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul..