• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Peternak Sapi Perah Terhadap Sumber Informasi Teknologi Peternakan. (Kasus di Kecamatan Cibungbulang, Pamijaban dan Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Peternak Sapi Perah Terhadap Sumber Informasi Teknologi Peternakan. (Kasus di Kecamatan Cibungbulang, Pamijaban dan Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)"

Copied!
304
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)

RESPON PETERNAK SAP1 PERAH TERHADAP

SUMBER INFORMASI TEKNOLOGI

PETERNAKAN

(Kasus di Kecamatan Cibungbulang, Pamijahan dan

Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh:

MURTIYENI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(159)

ABSTRAK

MURTIYENI. Respon Petemak Sapi Perah terhadap Sunlber Infonnasi Teknologi Petemakan. (Kasus di Kecamatan Cibungbulang, Pamijahan dan Kecamatan Cisarua,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Dibimbing oleh SYAHRUN HAMDANI

NASUTION, SUTISNA RIYANTO dan HADIYANTO.

Respon peternak sapi perah terhadap suinber informasi pada saluran interpersonal mendapatkan respon pada tingkatan paling tinggi, kemudian diikuti media cetak dan media elektronik.

Responden KUNAK mempunyai pendidikan, kekosmopolitan, keterdedahan dan kepribadian lebih tinggi bila dibandingkan dengan responden Non KUNAK, tetapi pengalaman responden KUNAK lebih rendall dibandingkan dengan responden Non KUNAK. Responden KUNAK rata-rata nie~npunyai skala usatla lebih besar dibandingkan rata-rata skala usaha responden Non KUNAK, tetapi responden Non KUNAK ~nempunyai rata-rata produksi lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata produksi di KUNAK. Begitu pula pada status usal~a. bagi sebagian besar responden Non KUNAK usaha sapi perah sebagai usaha pokok sedangkan di KUNAK usaha sapi perah unlun~ya hanya sebagai cabang usaha. 1-aktor kebutuhan infomlasi sapta usaha teknologi sapi perah di dua lokasi peneltian tidak menunjukkan adanya

perbedaan, baik responden KUNAK maupun Kon KUNAK mempunyai tingkat

kebutuhan perlu. Faktor ketersediaan su~nber infomlasi terdapat adanya perbedaan

yang nyata, yaitu sumber infonllasi saluran interl~ersonal (tetangga dan teman) dan pada media cetak (buku )

Di lokasi KUNAK, se~nakin tinggi tingkat pendidikan responden dan tingkat

produksi temak, semakin rendah respon responden pada saluran interpersonal. Tetapi se~nakin tinggi tingkat pengalaman dan status usaha sapi perah, se~nakin tinggi tingkat respon responden pada saluran interpersonal. Semakin tinggi tingkat

kebutuhan infonllasi, semakin rendah respon responden pada media cetak. Di

lokasi Non KUNAK, se~nakin tinggi tingkat pendidikan responden, semakin tinggi respon responden pada saluran interpersonal, tetapi sernakin tinggi status usaha sapi

perah, se~nakin rendah respon responden pada saluran yang sanla. Semakin tinggi

tingkat produksi temak, se~nakin rendah respon responden pada media cetak, begitu

(160)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

RESPON PETERNAK SAP1 PERAH TERHADAP SUMBER

INFORMASI TEKNOLOGI PETERNAKAN

Adalal~ benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pemah dipublikasikan.

Semua sumber data infonnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksakan kebenarannya.

Bogor, Agustus 2002 c?/

(161)

RESPON PETERNAK SAP1 PERAH TERHADAP

SUMBER INFORMASI TEKNOLOGI

PETERNAKAN

(Kasus di Kecamatan Cibungbulang, Pamijahan dan

Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh:

MURTIYENI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komuniftasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(162)

Nama Mahasiswa Nomor Pokok

: Respon Peternak Sapi Perah Terhadap Sumber

Informasi Teknologi Peternakan. (Kasus di

Kecamatan Cibungbulang, Pamijaban dan

Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

: Murtiyeni q9530

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Dr. Svahrun Hamdani Nasution Ketua

Ir. Sutisna Riyanto. MS

Anggota Anggota

Mengetahui,

2. ICetua Program Studi Komunik ram Pascasarjana

Pembangunan Pertanian dan Pe

#-s]

;.;.$j

/r

Dr. 1 Aida Vitayala S Hubeis yafrida Manuwoto, M. SC.

(163)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilaliirkan di kota Tulung Agung, pada tanggal 4 Mei 1957 dari ayah

Lamidihardjo dan ibu Suyati. Penulis merupakan putri pertanla dari enam

bersaudara.

Tahun 1976 penulis lulus dari Sekolah Petelnakan Menengah Atas (SnalcMA)

Malang. Tahun 1978 bekerja di perusahaan ayam PANIN IMIAH, Pandaan,

Surabaya. Pada tahun 1979 menjadi tenaga honorer di Pusat Penelitian

Pengembangan Petemakan (P4) yang sekarang menjadi Balai Penelitian Telnak

(Balitnak) Ciawi, Bogor. Tahun 1982 diangkat nlenjadi Pegawai Negeri Sipil pada

Balai Penelitian Temak, sebagai teknisi.

Pada tahun 1986 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti Diplollla

fi

di

Kornunikasi Pertalian dan Pembangunan Pedesaan, Institut Pe~faniann Bogor dan

tatliat pada taliun 1988. Mendapat kesempatan tugas belajar Post Graduate Diploma

di Development Studies, Social Science, Massey University, New Zealand dan

tamat pada tahun 1994. Sejak bulan Septcnlber 1999 penulis me~idapat lcese~iipatai

untok rnengikuti program Pascasarjana (S2) Progranl Studi Ko~iiunikasi

(164)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirot Allah SWT, yang telah ~nemberikau

raclunat dan hidayalaya, sellingga penulis dapat ~nenyelesaikan tesis ini. Judul yang

dibahas dalam penelitian ini adalah "Respon Peternak Sapi Perah Terhadap Suniber

Inhrmasi Tekilologi Petenlakan".

Tesis ini dapat terselesaikan atas bailtuan dari berbagai pihak. Olell karena itu

dalanl kese~npatan ini penulis sa~npaikan kepada Bapak Dr. Syahrun Ha~ndani

Nasution, Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS dan Bapak Ir. Hadiyanto, MS yang telall

banyak ~neluangkan waktu, sumbangan pe~nikiran dan penuh kesabaran dalam

membimbing dan mengarahkan penulis guna penyelesaian tesis ini.

Penulis sa~npaikan pula terirna kasih kepada Pi~npinail Balai Penelitian

Temak dan Pimpinan Proyek ARMP yaug telah memberikan kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan pada Program Pasca Sajana Institut Pertauian Bogor.

Kepada Ibu dan Ayah serta adik-adik yang senantiasa memberi doa dan juga

teman-teman di Balitnak khususnya Sdr. Edi Sofia11 yang telah banyak membantu

penulis dalam proses perkuliahan dan penyelesaian penyusunan tesis, serta teman-

teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkall teri~na

kasih.

Harapan penulis, semoga Karya Ilmiah ini bennanfaat bagi para pembaca.

Bogor, 2002

(165)

DAFTAR IS1

IHalaman

DAFTAR TABEL

...

x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN

...

1 [image:165.595.91.505.96.768.2]

TINJAUAN PUSTAKA

...

8

Gambaran Unlurn Petemakan Sapi Perah di Indonesia ... S

Teknologi Peternaban

...

12

Surnber Inforn~asi Teknologi Petcrnakan 13

...

Respon Peternak Terhadap Sumber Infonnasi Teknologi Petemakan 16

. .

Faktor I n d ~ v ~ d u Petemak

...

19 Faktor Usaha Temak ... 30 Kebutuhan Infollllasi

...

33

Ketersediaan Suillber Infom~asi

...

36

KERANGKA PEMIICIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

...

38

. .

Kerailgka Penl~klran ... 38

. .

Hipotesis Penel~t~an

...

40

METODOLOGI PENELITIAN

...

41

. .

Waktu dan Lokasi Penel~tran

...

41

...

Populasi dan Sainpel 41

. .

Desain Penel~tiail

...

42 Definisi Operasional darl Pengukuran

...

43

Pengumpulan Data

...

46
(166)

...

Reliabilitas (Keterandalan Alat Ukur) 47

. .

Analisis Data ... 4S

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

Diskripsi Unlum Lokasi Penelitian

...

51

Ulnum

...

51

Usaha Petenlakan Sapi Perah

...

55

...

Deskripsi Faktor-faktor Respon Petemak terhadap Suinber Infornlasi 61

. .

Faktor Individu

...

61

Faktor Usaha Ternak

...

69

Kebutuhan Informasi Teknologi Sapta Usaha Sapi Perah

...

73

Ketersediaan Suinber Informasi

...

81

Respon Responden Terhadap Sumber Infonnasi

...

87

Hubungan antara Faktor Responden Sapi Perah dengan Respoil Responden pada Suinber Infonnasi Teknologi Peternakan ... '30

Hubungan Faktor Individu dengan Respon Responden pada

Suinber Infoi-inasi ... 92

Hubungan Faktor Usaha Responden dengall Respon Responden

pada Sumber Infonnasi ... 97

Hubungan Kebutuban Infonnasi dengan Respon Responden pada

Suinber Inforlnasi

...

101

Hubungan ICetersediaan Infonnasi dengan Respon Responden

...

pada Suinber Infonnasi 102

KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

Saran

...

105

DAFTAR PUSTAKA

...

107
(167)

DAFTAR TABEL

1. Perkemballgall Populasi Sapi Perah 1996-2000 ... 9 Populasi dan Junilah Sampel pada Masing-masing Lokasi

...

42

Batas Wilayali Penelitian

Keadaali Demografi Desa Penelitian.

...

Relcapitulasi Data Populasi dali Produltsi seria K\valitas Susu Sapi

Perah di Lokasi Penelitian Taliun 2000.

.

7

Distribusi Petemak Menurut Faktor Individu 2

Distribusi Responden Menurut Pemilikan Media lnforniasi ... 6 s

Distribusi Peteniak Menurut Faktor Usaha ... 69

Rataan Skor Kebutuhan Infonliasi Sapta Usaha Tcknologi Sapi

Perali ... 74

10. Ternpat dan Jarak Silmber Illfonllasi yany P c r ~ ~ a h Diku~ijungi

11. Rataan Skor Persepsi Responden Terliadap Kctcrscdiaan Infor~ilasi

pada Su~nber Informasi

...

S 1

12. Rataan Skor Respon Responden pada Sumbes Infonnasi ... 87

13. Nilai Koefisien Korelasi Speanlian antar Bcsbayai Faktor Responden Sapi Perah dengan Respon Responden pada Sumber

(168)

DAFTAR GAMBAR

1. Alur Kerangka Berfikir Respon Petemak Sapi Perah Terhadap

(169)

DAPTAR LAMI'IRAN

Peta Kawasan Usaha Peternaka11 Sapi Perah ( KUNAK)

...

1 14

...

Peta Kabupaten Bogor 1 15

Peta Letak Lokasi KUNAK

...

I 16

Tabel Persentase Respollden Terhadap I<ebutuhal~ Infoinllasi

Teknologi Sapta Usaha Sapi Perah ... 1 17

Tabel 10 a. Persentase Persepsi Responden Terhadap Ketersediaan

Sumber Infonnasi yang Mellyampaikail Pesan Sapta Usaha

Teknologi Sapi Perah

...

1 1 S

Tabel l l a . Distribusi Respon Responden tcrhadap Saluran

Interpersonal

...

1 19

Tabel 11 b. Distribusi Respon Responden (erhada11 inforn~asi Sapla

...

Usaha Sapi perah pada Media Radio 1 I9

Tabel 11 c. Distribusi Respoil Respondell terliadap Infom~asi Sapta

Usaha Sapi perah pada Media Televisi

...

I 19

Tabel 11 d. Distribusi Respon Responden terhadal~ Informasi Sapta

...

Usaha Sapi perah pada Surat Kabar 120

Tabel 11 'e. Distribusi Respoil Respolldeil terhadap Infonnasi Sapta ...

Usaha Sapi perah pada Majalah 120

Tabel 11 f. distribusi Respon Responden terhadap Iilforiuasi Sapta

...

Usaha Sapi perah pada Buku 120

Tabel 11 g. distribusi Respoil Respondell terhadap Infonnasi Sapta

...

Usaha Sapi perah pada Booklet 121

Tabel 11 h. distribusi Respoil Responden terhadap Infom~asi Sapta

...

Usaha Sapi perah pada Leaflet 121

Tabel 12 a. Persentase Respon Respoildeil terhadap S~iinber ...

I~~for~nasi Tekilologi Sapi Perah 122

(170)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutullan akan produk susu sebagai suplemen gizi masyarakat di Indonesia

semakin meningkat, tetapi kebutuhan tersebut belu~n mampu terpenuhi ole11 produk

dalam negeri. Majalah Lacto Media (2001) melaporkan bahwa kebutuhan lconsu~nsi

susu di Indonesia pada tal~un 2000 nlencapai 1,2 juta metrik ton, sedangkan produk

dala~u negeri baru berhasil mencapai sekitar 400-600 metrik ton. Hal ini berarti

bal~wa setiap tahunnya masih terdapat kekurangan sebesar 600 - 800 metrik ton

yang dipenuhi dengan mengimpor dari negara lain. Berdasarkan data statistik,

impor produk susu dari tallun 1995-1998 bertumt-turut mencapai 60,39%, 54%, 54%

dan 46% dari junllah kcbutuhan (Anonim, 1999).

Menurut Siregar (1990) tingginya impor produk susu disebabkan oleh (1)

populasi sapi perah yang relatif masih sedikit, sementara permintaan susu n~eninglcat

terns sehubungan dengall perturnbullan penduduk dan pertumbuhan dibidang

ekonomi, (2) produktivitas sapi perah masih rendah, karena pemeliharaannya belum

dilakukan secara terarah dan berkesinambungan. pemberian ransum secara kualitas

d m kuru~titas belum memenui syarat dan pencegallan penyakit beluin tertangani dengall

baik, (3) tingkat pengetahuan beternak sapi perah pada umuinnya masih rendah.

Disamping ha1 tersebut peten~ak sapi perah di Indonesia sebagian besar adalah

petenlak kecil atau peternak rakyat yang jumlall petneliharaanllya rata-rata dibawah

10 ekor dan cara pemeliharaannya inasill tradisional. Cara pemeliharaan yang

(171)

FH hanya dapat menghasilkan rata-rata 8,92 liter per hari atau

+

- 2542 liter per laktasi dengan panjang laktasi rata-rata 9,5 bulan (Siregar, 1990). Keadaan seperti itu masih

dapat diperbaiki dengan peningkatan sistem dan teknologi.

Dalaln pengelolaan usaha petemakan rakyat, terbatasnya kemampuan sumber

daya n~anusia, sering menjadi kendala. Menurut Baharsyah (1994) untuk

meningkatkan kualitas sulnber daya inanusia pertanian, fokus utama perlu diarahkan

pada dua hal. Pertama, peningkatan kualitas penguasaan iltnu pengetahuan dan

teknologi. Kedua, penguasaan kualitas keteranlpilan yang disertai dengan pembinaan

semangat, disiplin dan profesional kerja. Peningkatan kualitas haruslah melalui

peningkatan efektifitas pendidikan latihan dan penyuluhan pertanian serta

penyediaan sumber informasi yang relevan.

Petemak sebagai kunci keberhasilan usahanya harus inalnpu menyerap

informasi yang ada. Informasi merupakan faktor yang penting dalam pengkayaan

pengetahuan petemak. Dalam era globalisasi, infonnasi teknologi peternakan dapat

digali dari berbagai sumber seperti media massa dan komunikasi interpersonal.

Schramm (1984) mengemukakan bahwa, media massa dapat berperan dalam

menyebarluaskan informasi tentang pembangunan, dapat mengajarkan ~nelek huruf

serta keterampilan lainnya yang memang dibutuhkan masyarakat dan dapat menjadi

penyalur suara masyarakat agar mereka turut ambil bagian dalam pembangunan

Sumber informasi merupakan salah satu stimulus yang akan mendapatkan

respon tertentu dari khalayak. Respon adalah reaksi atau tanggapan terhadap masalah

atau berita yang diterima, atau reaksi tingkah laku yang merupakan altibat dari adanya

(172)

komunikasi, setiap komunikan akan mernberikan respon yang berbeda. Respon yang

berbeda tersebut dinlungkinkan karena adailya perbedaan karakteristik dan kkel~utuha~~

komunikan terhadap infomiasi.

Bogor merupakan daerah di mana banyak terdapat lembaga-lembaga

penelitian petemakan, rnisalnya Balai Peneliyian Veteriner (Balitvet), Balai

Penelitian Temak (Balitnak), Balai Infornlasi Penyuluhan Pertanian (BIPP),

Lembaga Illnu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan juga telnpat beradanya perguruan

tinggi pertanian terkenal lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Berbagai macam teknologi

sapi perali yang bersifat aplikatif (dapat dikeqakali peternak) teldl dite~nukal ole11

instansi-instansi tersebut namun hasilnya diduga belum dapat dimanfaatkan petemak

secara inaksiinal. Di lain pihak petemak kecil membutulikan teknologi untuk

peningkatan produktivitas. Teknologi tersebut adalah sapta usaha tl:ltnologi

peternaltan yang meliputi: bibit, pakan, reproduksi, kandang, kesehatan hewan,

pengolahan hasil dan pemasaran (Sudardjat, 1999). Pemanfaatan tekiioloj~i yailg

belum maksimal tersebut menunjukkan, bahwa liasil-l~asil penelitian belu~n

dikon~unikasikan ke pengguna dengan tepat.

Usaha petemakan sapi perall di wilayall B o ~ o r nlasih melnpunyai peluang dan

prospek besar untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat diraih dan diwrtjudkan secara

nyata bila suinber daya mailusia yang terlibat dalam industri petemakan men1ang

bekerja secara profesional serta didukung ole11 penguasaan teknologi tepat guna dan

handal. Disamping lingkungannya yang cocok untuk budidaya sapi perah, di Bogor

juga terdapat industri pengolahan susu yaitu PT Indomilk. Hal lain, Bogor sebagai

peilyailgga kota Jaltarta, produk susu dari daerali tersebut sangat inudah dipi~sarltan.

(173)

Kesadaran terhadap petemak Bogor ini juga dapat dilihat dengan dikembangkallnya

kawasan usaha petemakan (KUNAK) sapi perah di Kecamatan Cibungbulang dan

Kecamatan Pamijahan, di samping tumbuhnya petemak-petemak sapi perah rakyat

yang berada di berbagai wilayah Kabupaten Bogor.

Sumber-sumber informasi yang memuat pesan sapta usaha teknologi pelemakan

sapi perah belum banyak diketahui untuk dinlanfaatkan ole11 petemak sebagai

komunikan, padahal su~nber i~lfomlasi sailgat penting guna meningkatkan

pengetahuannya yang pada akhirnya diharapkan mempunyai dampak pada

peningkatan usahanya. Untuk itu penelitian ini penting dilakukan guna n~enggali

sumber informasi apa yang mendapatkan respon segera ole11 petemak sapi perah.

Perurnusan Masalah

Teknologi peternakan inempakan salah satu kebutuhan spesifik yang diperlukan

ole11 petemak untuk peningkatan produktivitas usaha temak. Berbagai sulnber

informasi yang dapat digunakan untuk penyebarluasan informasi teknologi tersebut

adalah media lnassa (media elektronik dan media cetak) dan saluran interpersonal.

Setiap sumber infonnasi mempunyai karakteristik yang berbeda, anlara lain

kelebihan dan kekurangannya. Kelebil~an sunlber infonnasi yang satu tidak tlijumpai

pada sumber informasi yang lain delnikian pula kekurangannya. Media elektroilik

seperti televisi diakui yang paling menarik, karena dapat menampilkat1 audio dan

visual serta gerak sekaligus. Sementara radio dan tape recorder hailya dapat

(174)

transitory, artinya pesan yang disan~paikan hanya selintas dan tidak bisa diulang-

dalarn kesempatan lain, khususnya bagi perlerima pesan (Sastraatmadja, 1986).

Berbeda dengan media elelctronik, media cetak mernpunyai daya tarik

tersendiri seperti bisa dimanfaatkan kapan saja, bisa dibawa kernana mana, tidak

mudah rusak, dapat disimpan dan lain-lain. Media cetak terdiri atas berbagai jellis

yakni inajalah, koran, brosur, leaflet dan seterusnya, yang masing-masing jenis

tersebut meinpunyai ukuran dan desairl yang berbeda.

Begitu pula dengall su~nber infonnasi salurai~ interpersonal, dimana petemak

dapat berinteraksi dengan sumber informasi dan langsung memberi resporl. Dengan

adanya keterbatasan maupun keunggulan dari masing rnasirlg suinber inronnasi,

respon petemak terl~adap berbagai suinber infom~asi kemungkillan berbeda.

Disa~nping variasi karakteristik media tersebut, petemak juga mernpunyai ciri-

ciri yang berbeda, baik dilihat dari faktor individu (ir~ten~al) peternalc maupun usaha

(elirten~ul) petemak. Hal irli akan mempengaruhi petemak dalarn merespoll berbagai

sulnber info~masi.

Ketersediaan sumber informasi teknologi petemaka11 aka11 mendapatkai~

respon yang baik dari petemak sapi perah apabila dapat memenuhi kebutuhan

teknologi yang diperlukan. Ketersediaan sumber infonnasi yang menyampaikan

pesail sapta usaha teknologi peteinakan tersebut diulcur berdasarkan persepsi

petemak.

Berdasarkan dari uraian permasalal~an tersebut, maka masalah penelitiall ini

(175)

1. Bagairnana respon petemak sapi perah terhadap sumber informasi teknologi

peternakan yang tersedia ?

2. Apakah terdapat perbedaan antara faktor-Paktor petemak sapi perali dan

respon responden pada sumber informasi di dua lokasi penelitian ?

3. Faktor-faktor apa saja yang berl~ubungan dengan respon petemak sapi perah

terhadap sumber informasi teknologi peternakan ?

Tujuan Penelitian

Berla~idaskan pada ~ilasalah penelitian yang ~elali disampaikan, nlaka tujuan

~ltama penelitian ini adalah untuk:

1. Menjelaskan respon responden sapi pcrali terhadap suniber infom~asi

teknologi petemakan yang tersedia.

2. Membandingkan faktor-faktor petemak si~pi perah dan respon responden

pada surnber ir~formasi di dua lokasi pencli~ian.

3. Mengetahui faktor-faktor yalig berhubungan dengall respon responden sapi

perah terhadap sumber infonnasi teknologi peternakan.

Kegunaen Penelitinn

Hasil penelitian ini diliarapkan dapat berguna dan bennanfaat bagi berbagai

pihak yang terlcait yaitu:

1. Memberi info~masi tambahatl bagi para pembuat kebijalcan, lembaga atau

praktisi khususnya yang berada di lingkungan Kabupaten Bogor untuk dapat

menggunakan media yang tepat dalaln mengkomunikasikan teltnologi bagi

Ithalayaknya.

(176)

2. Untuk menyan~paikan pengalaman ilmial~ agar menjadikan bahan infonnasi

dan referensi bagi ilmuwall atau peneliti lain yang mengembangkan pellelitian

yang sejenis.

3. Menalnbah pengkayaan studi koll~unikasi khususnya dalain bidang

(177)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Sejarah perkembangan sapi perah di Indolicsia dimulai pada akhir abad 17

yaitu pada zalnall kolonial Belanda. Ketika itu Belanda mendatangkan beberapa jenis

sapi perah yang dominan adalah Friesian Holsteitl (FH) dengan tujuan untuk

pelnenuhan kebutuhan susu segar bagi oratig-orang Eropa. Setelah Belanda

~neninggalkan Indonesia maka usaha petemakan sapi perah tersebut diteruskati oleh

masyarakat sebagai usaha keluarga. Pada abad 10 Indonesia mengimpor beberapa

sapi perah guna menlperbaiki genetik (kcturuna~i) guna peningkatan produktivitas

sapi perah yang ada. Pada tahun 1957, sapi pcrah Red Danish diimpor dari

Denmark, tetapi jenis tersebut tidak berkembang deligall baik. Selalijutnya

pemerintali juga mengimpor sapi FH dari beberapa negara yaitu, tahun 1962 dari

Denmark, tahun 1964 dari Belanda, tahun 1979 dari Australia dan New Zealand dan

tahun 1988 dari Amerika Serikat dan New Zealand (Siregar, 1990). Dengan

demikian, sapi perah jenis FH saat i ~ i i mendo~iiinasi populasi ten~ak perali di

Indonesia. Ciri-ciri sapi perah FH, melnpunyai wanla hitam belalig putih, kepala

berbentuk panjang, lebar dan lums, tanduk relatif pendek dan melengkung kearah

depan. Teniperame~l jinak dan tenang, tetapi sapi jantall lebih galak.

Usaha peten~akan sapi perah di I~ldonesia dapat dikatakan cukup unik, dari

total populasi 98.985 ekor tahun 1998, sebagian besar dipelihara peternak rakyat

berskala kecil. Hal ini sangat berbeda dengan petemaka~l sapi perali di negara maju

(178)

sebanyak 97,6% berada di pulau Jawa yang tersebar di beberapa daerah, Jawa Timur

38,7%, Jawa Tengah termasuk Daerah Istimewa Jogyakarta 32,9%, Jawa Barat dan

DKI 26% (Anonim, 1999). Di Jawa Timur peternak sapi perah terkonsentrasi di

daerah Nongkojajar, Pujon, Batu dan Pasuman. Di Jawa Tengah terpusat di beberapa

tempat seperti Boyolali, Ungaran, Salatiga dan Solo, sedangkan di Jawa Barat

petemak sapi perah terkonsentrasi di daerah Pangalengan, Lembang, Kabupaten

Bandung, Sukaburni dan Bogor.

Nunvyndo (2001) mengatakan bahwa kendaan pertumbuhan populasi sapi

perall selama lima tahun terakhir dapat dikatakati tidak berubah, dan ha1 ini dapat

dilillat pada Tabel I .

Tabel 1. Perkembangan Popt~lasi Sapi Perah 1996-2000

I

Tahun

I

Betina

I

Dara

I

Pcdet

I

Total

I

Total

Menurutnya pe~lingkatan populasi yang lambat disebabkan oleh adanya

pemasalahatl mendasar yang dihadapi oleh peternak sapi perah terutama

infrast~uktur yang tidak memadai.

Domiuasi petemak yang metnelihara skala kecil sangat besar pengaruhnya.

Pada tahun 1993 tercatat sebanyak 18.000 peternak rakyat. Berdasarkan hasil

penelitian Musofie dan Wahyono (1992) yang dilakulca~l di Grati, Jawa Timur, 1996

1997 1998 1999 2000

Sumber: Nunvyndo. 2001 dewasa 134.244 148.901 142.928 145.332 141.626 43.221 45.053 47.526 48.381 48.41 1 betitla 63.168 37.06 1

(179)
(180)

orang. Angka tersebut masih rendall bila dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi

susu negara maju. Ole11 karena itu permintam aka11 susu di Indonesia sebesar 843,7

metrik ton (1998), sedangkan total produksi dalani negeri hanya sebesar 44,49 metrik

ton. Sebagian besar dari kebutuhan tersebut dipenuhi dengan impor (Anonim,

1999). Menurut Sitepu (1996) pennintaan produk susu akan nieningkat lebih tillggi

tergantung faktor-faktor (I) social ekonomi masyarakat, (2) prefercnsi masyarakat,

(3) populasi penduduk dan (4) substitusi.

Apabila perekonomian nasional dalarn waktu dekat membaik dapat dipastikail

akan terjadi lonjakan iinpor yang sangat besar bila kemampuan di dalam ncgcri tidak

segera dibenalii. Nilai rupiah yang reildah terhadap mata uang US S mcnycbabkan

harga susu impor menjadi sangat nlahal. Saat ini harga susu impor lcbih dari US $

2000,OO per metrik ton yang berarti bahwa harga susu lokal lebill rerltl;tlt dari srtsu

inipor. Harga susu dunia yang cukup tinggi ini lnungkin akan bcl.t;iIian, karena

negara-negara maju telah mengurangi subsidinya dan berupaya unruk incmperoleh

susu llanya terbatas kebutuhan dalain llegeri inasing-masing, schinggn terjadi

penurunan suplai susu dunia (Anonim, 2000).

Melihat perkeinbai1gan produksi susu dunia tersebut, inaka Indonesia

lllemiliki peluang besar untuk lneningkatkan produksi susu lokal guna memenuhi

kebutuhan nasional. Oleli karena itu keadaan i ~ l i sebenamya dapat dipandang sebagai

peluang besar dan prospek yang baik dalam menge~llbangkan industri petemalcall sapi

perali di Indonesia. Pel-hatian khusus perlu diberikan kepada peteillalc rakyat yallg

nlerupakan bagiail terbesar dari petenlalc sapi perah. Peilyediaaii infoiu~asi teknologi

yailg disampaikml inelalui berbagai media memerlukan adanya strategi pe~lyainpaiall

(181)

pesan yang dikeinas dengan baik, yaitu perlu adanya penggunaan su~nber infonnasi

yang sesuai agar mendapatkan respon baik dari petemak.

Teknologi adalah perangkat lunak (sofiware) dan perangkat keras (Izurdwure)

yailg inerupakan hasil laeatifitas para cendekiawan guila menggali sumber a l a ~ n dail

sekaligus mengontrol lingkungan untuk keperluan manusia. Perangkat lunak terdiri

dari cara-cara dan keal~lian, perangkat keras terdiri dari obyek fisik, seperti peralatan.

Kemajuan teknologi dapat berlandaskan pada keli~ajuan peneliti dan pada aplikasi

hasil penelitian. Teknologi secara terus menerus diteliti dan dikembangkan untuk

diaplikasikan di lapangan. Apapun bentuk teknologi yang dilcembangkan, adalah

unsur-unsur input yang dirubah kedalam output yang nilainya akan lebih besar atau

lebih ben~?anfaat.

Teknologi petemakan mempunyai peran sangat penting dalain memacu

pembangunan petemakan, terutanla untuk meningkatkan efisiensi, produktifitas dan

daya saing petemak. Tantangan efisiensi aka11 terkait dengall upaya peningkatan

populasi atau peningkatan jumlah ternawusaha tani @r17z size). Sedangkan

peniilgkatan produktifias terkait dengan upaya penerapan teknologi sapta usaha yang

meliputi: bibit, pakan, kandang, kesehatan hewan, reproduksi, pengolahall dan

pemasaran (Sudardjat, 1999). Unsur-unsur teknologi satu dengan yang lain tidak

dapat dipisahkan karena diantara unsur-unsur tersebut saling terltait dan saling

melengkapi. Apabila salah satu teknologi tersebut terabaikan, maka produksi yang

(182)

Dengan demikian jelas bahwa teknologi sapta usaha peternakan harus dikuasai secara

komprehensif oleh petemak dan diaplikasikan pada usahanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya serap masyarakat terhadap teknologi

menurut Soekanto (1987) yaitu: (1) sistem nilai yang dianut, (2) perar~gkat kaidah

masyarakat, (3) pola interaksi yang berlaku, (4) taraf pendidikan fonnal atau

informal, ( 5 ) tradisi yang dipelihara secara turun temurun, (6) sikap lerblrka terhadap

hal-ha1 baru dan (7) adanya panutan yang tak mampu menyelarasi konsenratisme.

Dalam penelitian adopsi yang dilakukan Fligel et al. (1977) f:~klor-faktor

yang mempengamhi petani dalarn mengadopsi teknologi adalah: (1) keuntungan

relatif, (2) kesesuaian teknologi tersebut dengall norma dan lingkungan fisik yang

ada, (3) daya banding hasil bila menggunakan teknologi baru, (4) kepercayaan bagi

keberhasilan teknologi tersebut, dan (5) kondisi ekonomi yang ada. Berdasarkan

uraian tersebut t m p a k bahwa teknologi yang mernpunyai kesesuaian dengan

kebutuhan peternak akan direspo~l dengan baik ole11 petemak.

Sumber Infol.n~asi Tekr~ologi Peternalcan

Sulnber itlfolnlasi teknologi pete~~lakan adalah suillber inforn~asi yang

menyampaikan pesan tentang teknologi peternakan. Teknologi peternakan yang

b e ~ u p a perangkat lunak yaitu cara-cara atau metode pembuatan atau operasional suatu

teh~ologi dapat disebarluaskan melalui berbagai media. Wardhani (1994)

berpendapat, media massa yang lnenyampaikan pesan atau infonnasi laziln dijadikan

(183)

massa merupakan alat penyampian pesan dari sumber kepada sasararl dalam jumlah

besar, yang dapat menembus batasan waktu dan ruang.

Schramm yang dikutip Sophia (1988) mengemukakan bahwa media massa

meinpui~yai fungsi dapat (1) melaporkan dan meilginformasikan secara efektif, (2)

memperluas cakrawala, (3) memfokuskan suatu perhatian, (4) meuumbuhkan aspirasi

dan (5) menciptakan iklim untuk pembangunan. Media rnassa lneliputi media

elektronik dan media cetak, y m g mana media tersebut menyampaikail iinfomlasi

berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauai~ alat indera kita.

Media cetak dapat dikatakan sebagai sumber berita, sumber bacaan, sumber

ballail pembicaraan dan diskusi serta sebagai alat pengembangan daya intelektual,

mendidik cara berfikir yang lebih kreatif dan menggur~akail logika dalam pemecahall

masalal~, pengen~ba~~gan bahan uutuk melakukan ti11daltail tertei~tu (Isbandi, 1981).

Media cetak dalam bentuk yang lebih spesifik seperti surat kabar lnempunyai fungsi

unlunl sebagai sumber informasi dan sebagai hiburan (Devito, 1997). Surat kabar

sering dimanfaatkan untuk menyampaikm iilfonllasi kepada petani petemak baik

berupa berita, artikel, feature dan sebagait~ya dalarn rangka mernudahkan mereka

memahami segala sesuatu telltang infomlasi yang mereka butuhkan.

Tidak dipungkiri bahwa kemajuail teknologi inedia massa elektronik

mei1yumbangkan manfaat yang besar terhadap pel~gembangan wawasan masyarakat.

Televisi dail radio digunakan sebagai sarana hiburan, infomlasi atau pendidikan oleh

lnasyarakat dalaln suatu jangkauan yang luas, karena lnerniliki kernampual~ daya

ternbus dall daya langsung. Sebagaimana dillyataka11 Schramm dalanz Jabi (1993)

radio dar~ televisi telah digunakan orang di berbagai negara ul~tuk (1) infonnasi

(184)

per~didikan nasional, (2) mensuplai peligajarall di sekolah, (3) memperluas jangkauan

pendidikan formal ke segmen-segmen nlasyaraltat yang tllemiliki kesempatail

terbatas, (4) ~nemperluas jangkauaii pendidikan nonformal ke segala seglnen

masyarakat yang membutuhkannya.

Radio dapat menjangkau semua lapisan masyarakat sekalipun mereka tidak

dapat membaca dan lnenulis (Bogue, 1979). Televisi memiliki daya tarik dimana

pesan visual yang disampaikan dilengkapi dengan audio sehingga nienampillcatl

keadaan yang mendekati sebenamya. Oleh karena itu Jahi (1993) berpendapat bahwa

televisi berhasil memikat lebih banyak khalayak dari media massa lainnya.

Wardhani (1994) berpendapat bahwa partisipan dan peserta yang menciptakatl

informasi dapat dikatakan sebagai sumber infonnasi. Beberapa hasil penelitian

nienunjukkan bahwa masyarakat pedesaan masih banyak menggunakan individu

sebagai su~nber infomiasi. Gunardi (1988) menyebutkan, informasi ii~engenai

program-program pemerintah seperti Pelita, Binlas, Keluarga Berencana diperoleh

masyarakat dari tokoh-tokoh desa seperti kepala desa, guru, ulama dan elit desa.

Disa~nping itu (Mardikanto, 1993) menyebutkan, kontak personal de~igan penyuluh

dapat mendorong petani untuk mengadopsi inovasi. Kontak dengan sesalna petalli

jug* mempengaruhi tingkat adopsi teltnologi baru dengall mencontoh pola

berusahatani petani lain yang berhasil. Hasil petlelitian Wardl~ani (1994)

menunjukkan, teman merupakan sumber infonnasi yang paling sering digunaka~l

petemak dalam berkomunikasi tentang ayaln buras.

Sebagaimana diurailta~l diatas, suniber infolmasi teknologi pete~~lakan dapat

berasal dari media lnassa dan individulseseorang yang ~llelnpullyai wawasan atau

(185)

keahlian dalam bidang teknologi petemaka11 yang dapat lnemberi penjelasan yang

dibutuhkan komunikan. Media massa sebagai sunlber informasi petemalc adalah

media elektronik dan media cetak yang menyampaikan pesan teknologi petemakan.

Respon Peternak t e r l ~ a d a p Sumber Informasi Teltnologi Peternakan

Dalan komunikasi, respon rnempunyai arti yang sangat penting karena ha1

ini menentukan berlanjut~lya komunikasi atau berhentinya ko~nunikasi yang

disampaikan oleh komunikator. Selain itu respon memberi makna yang sangat

penting untuk membuat komunikasi menjadi interaktif.

Menurut McGuire (Rakhmat, 1999) dalam teori stimulus memandru~g

manusia sebagai makllluk yang lapar stimuli yang senantiasa me~lcari pengalaman-

pengalaman baru, manusia' selalu berusaha me~nperoleh hal-ha1 yang nlemperkaya

pemikirannya. Hasrat ingin tal~u, kebutuhal untuk ~nendapatlcal rangsangan en~osio~lal

d m kei~lginm nltulgkin dari kebosanan merupakal kebutuhan dasar mauusia. Dalam lial

ini manusia me~lggunakan media untuk menanball pengalanan b m .

Menurut Berlo (1960) respon adalah suatu reaksi organisme individu terhadap

suatu stimulus, atau tingkah laku yang ditirnbulkan oleh rangsangan atau stimulus.

Yang dimaksud stimulus adalah segala sesuatu yang dapat diteri~na ole11 seseorang

melalui salah satu inderanya. Masih menurut Berlo (1960) ada dua kategori respon,

yaitu respoil yang nampak (overt respott) respot1 yang dapat diamati, dan respot1 yalg

tidak nampak (covert respoiz) respon yang terjadi di dalam organisme yang bersifat

pribadi sehingga tidak dapat diamati. Namun demikian dua kategori tersebut tidak

pernlanen, suatu respon yang hari ini bersifat covert mu~lglcin inenjadi overt setelah

(186)

kita dapat lnengembangkan alat pengamatan atau deteksi yang lebih baik. Dengan

kata lain overt respoiz yaitu tanggapan yang dapat diarnati karetla tercemlin dari reaksi

atau tindakan atau aktivitast~ya. Sedangkan covert respoa adalah tanggapan yang

tidak dapat diamati karena ada di sanubari komunikan, dan ha1 ini sulit untuk diamati.

Sebagai~nana diuraikan Thomas dalam Sulas~nono (1994) stimulus yang sama

mungkin n~enghasilkan respon yang berlainan dari orang-orang atau kelompok dalam

~uasyarakat yang berbeda karena terjadiuya perbedam definisi situasi yang bersifat

subyeklif. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Raldmat (1999) yang

menyatakan walaupun peristiwa sarna, orang akan menanggapinya berbeda-beda sesuai

dengan keadaan dirinya. Masih menurut Rakhn~at (1999) bahwa secara psikologis

setiap orang mempersepsi stin~ulus sesuai dengan karakteristik personalnya.

Bagailnana respon peternak terhadap sumber illfonllasi teknologi petemaltan?

Sunlber infom~asi teknologi petemakan dapat dipandatlg sebagai stilllulus yang

mempunyai pesan khusus. Menurut Lionberger dan Gwin (1982) orang nlerespon

pesan-pesan !d~usus yaitu (1) mengabaikan, seseorang dapat mengabaikan pesan

apabila yang dikomunikasikan tidak cukup pe~ltillg untuk diperlimbangkan, (2)

menerima, bila isi pesan cukup penting aka1 ~menjadi pen~bicaraan yang menarik

dengat1 sebayanya, tetapi apabila tidak akan ditinggalkan, (3) ~nencari lebih dalan

inforrnasi untuk lnendapatkan infonnasi lebih detail, dan (4) melakukan apa yang

disarankan.

Menun~t Jahi (1993) apabila partisipasi dalanl suatu situasi komunikasi satu

sama lain terpisah ole11 suatu jarak, respon bisa segera dan juga bisa memerlukan

waktu. Respon segera di~naksudkan adalali umpan balik la~lgsutlg yang bisa terjadi

(187)

pada komunikasi tatap muka. respon melnerlukali waktu adalah umpall balik yang

tidak langsung, seperti pada komunikasi massa.

Jahi (1993) juga menyatakan, dilihat dari dimensi valensi, ulllpan balik

mungkin saja bersifat teknis atau evaluatif. Secara teknis umpan balik yang positif

menggalakkan partisipasi lainnya dalarn satu situasi yang terdiri atas dua partisipasi

untuk melanjutkan apapun yang dikerjakan. Umpan balik negatif menghentikan

apapur~ yang telah dikejakan oleh partisipan. Secara evaluatif ulllpan balik positif

meneguhkan apapun yang dilakukan oleh partisipan laimlya, sedangkan umpan balik

negatif menentang apapun yang dilakukan oleh partisipan itu. Sebagai contoh, respon

dari hadirin terlladap seseorang pembicara (pejabat pemerintall) tentang kredit temak

perall dapat merubah banyak tingkah laku pembicara. Jika ia menerilna tepukan

tangan atau anggukan persetujuan, maka respon itu akan mendorong untuk

meneruskan tipe atau bentuk komunikasi yang sedang berjalm. Sebaliknya kalau

pembicara menerima respon yang negatif seperti tidak ada perhatian, tidak senang,

membuat gaduh, me~lgerutkan dahi dan sebagainya, maka dia aka11 mengubah atau

~nemperbaiki komu~likasinya kalau memang perasaannya peka, agar lebih sesuai

dengan harapan dari pendengar atau kl~alayak.

Robbills dan John (1986) mengungkapkan, sebagai penerilna infomlasi dapat

bersifat aktif atau pasif. Bersifat aktif dia selalu mencari infonnasi lebill lnendalam

apa yang telah diterimanya. Dijelaskan ole11 Tubbs dan Moss (1996) bahwa kl~alayak

yang sangat aktif mencari apa yang ia inginkal, lebih banyak lneliolak daripada

menerirna isi komunikasi, berinteraksi baik dengan anggota-mggota kelompok yrulg di

ikutinya lnaupun dengan isi media yang diterimanya, d a l sering menguji isi media lnassa

(188)

ymg diterimanya, dengan jalan mendiskusikannya dengan orang lain ataupun

membandingkan dengan isi media lainnya. Khalayak pasif yakni khalayak yang tidak

punya inisiatif untuk n~encari sumber infornlasi, bisa juga walaupun ada sulnber

informasi yang menarik dia tidak aka11 bergerak hatinya untuk berbuat sesuatu karena

informasi yang diterimanya bukan karena keinginannya tetapi karena keterpaksaan

harus menerima informasi.

Dalam komunikasi interpersonal, ltotnunikan sebagai penerima pesan dapat

merespon secara langsung. Menurut Kotler (1988) efektifitas komunikasi tatap muka

(personal conznzur~icatiot~) didapatkan dari berbagai peluang individu untuk

ntenyampaikan pesan dan memperoleh umpan balik secara personal.

Dan informasi tersebut diperolel~ bahwa respon seseorang terhadap sulnber

informasi mempunyai berbagai pengertian yaitu respon pasif dan aktif; respon positif

dan negatif; respon segera dan tertunda; respon mengabaikan, menerima, lnencari

lebih dalam informasi dan melakukan apa yang disarankan. Berpedoman pada

pendapat para pakar sebagaimana diuraikan, dapat disimpulkan bahwa respon

petemak terhadap sunlber informasi adalah (1) tidak melakukan apa-apa, (2)

menerima sebagai pengetahuan, (3) segera menerapkan, (4) rnenerapkan kemudian,

(5) mencaritahu lebih lanjut dan (6) menyampaikan pada orang lain.

Paktor Ir~dividu Peternak

Setiap insan diciptakan berbeda dan dibekali bakat yang berbeda pula.

Menurut teori perkembangan, luanusia adalah merupakan hasil interaksi yang

(189)

faktor-faktor lingkungan (dari luar) merupakan faktor yang penting (Salkind, 1985).

Edwarde (Rakhmat, 1999) juga nlenyatakan bahwa karakteristik manusia terbentuk

oleh faktor-faktor biologis dan faktor-faktor sosiopsikologis. Faktor biologis

n~encakup genetik, sistem syaraf da11 sistem hormonal. Sedangkan faktor

sosiopsikologis terdiri dari koniponen-komponen afe!aif(faktor eniosional), kognitif

(intelektual) dan komponen koi~atifyakni yang berhubungan dengan kebiasaan.

Untuk melihat respon petemak terhadap su~nber infonnasi, faktor individu

merupakan salah satu faktor yang penting. Faktor individu dibangun dari unsur-unsur

karakteristik denlogratis, belra~dorlperilaku, psikografis dan geografis.

Demografis merupakan salah satu variabel yang sering digunakan untuk

melihat kemampuan berkon~unikasi seseorang dan juga kemampuan untuk memilih

media. Hasil penelitian Wardhani (1994) ~llenunjukkan bahwa karakteristik

de~nografis berhubungan dengall sumber-sumber infonnasi tentang ayam buras. Faktor

de~nografis yang diteliti meliputi umur, pendidikan, skala usaha dan pengalanlan.

Behavior atau perilaku dalam ilmu Psikologi merupakan hasil interaksi antara

person (diri orang itu) yaitu faktor yang tin~bul dari dalam diri individu dengan

er~viro~zment (lingkungan) psikologisnya yaitu faktor-faktor berpengaruh yang datang

dari l u x individu (Lewin dalarn Rakhmat, 1999). Selanjutnya berdasarkan

McDaugall (Rakhmat, 1999) faktor personal di jabarkan dala~n instink, yang

menentukan perilaku manusia. Berlo menyatakan (1960) bahwa perilaku komunikasi

seseorang aka1 menjadi kebiasan perilakunya. .ladi perilaku seseorang terbentuk

karena adanya stimulus yang sering meni~npanya dan respon terhadap stimulus

tersebut bisa secara verbal maupun nonverbal.

(190)

Manusia sebagai makluk yang berakal dan aktif akan selalu berusaha untuk

mencari kebutuhan yang sesuai dengan dirinya, sebagaimana dinyatakan Sigmund

Freud dalanz Gerungan (1990) jiwa nlanusia bukan inempakan sesuatu yang abstrak,

konsisten dall statis, melainkan sesuatu yang dinanris didalam ruangan dan waktn,

dan menyatakan diri sebagai keselumhan jiwa raga yang berkegiatan. Kebutuhan

seseorang akan infomlasi mampu menggerakkannya untuk secara aktif melakukan

pencarian sumber inforn~asi.

Rogers (1971) dalam karyanya "Co~rr~rrrrrrtccrtio~i of I~i~ro~~arion" menyebutltan

bahwa variable-variabel dalam co~ri~iii~r~rcc~oo,~ behcr~,lor adalah (1) partisipasi sosial, (2)

hubungan dengan sistem sosial, (3) kekosn~opolitan, (4) kontak dengan age11 pembaharu,

(5) keterbukaanflceterdedahan terhadap media massa, (6) konlunikasi interpersonal, (7)

lebih aktif mencari infomasi, (8) pengetahuan tentang infom~asi, (9) keterbukaail

kepeinimpinan dan (10) memiliki hubungan yang tinggi antar system.

Psikografis tem~asuk dalanl intrapsikis ulnuin dan ha1 ini penting t ~ n t t ~ k

diketahui gutla melihat karakteristik individu. Beberapa variable yang berhubuilgan

dengan ha1 tersebut antara lain adalah gaya hidup dan kepribadian. Kotler (1997)

menyatakan bahwa kepribadian kelihatan lebih abadi, mungkin karakteristik yallg

dibawa sepanjang hidupnya, sedailgkan gaya hidup kelihatannya terjadi hanya

sementara, sesuatu yang dapat berubah dari tahun ke tahun berikutnya. Rakhmat

(1999) menyatakan, kaum detenninislne lingkungan sering meilyatakan keadaan alam

mempengaruhi gaya hidup dan perilaku seseorailg, ~nisalnya seperti efek suhu pada

tindakan kekerasan, perilaku interpersonal dan suasana enlosional. Variabel geografi

(191)

Berdasarkan uraian tersebut maka faktor individu: ulnur pendidikan,

pengalaman, kekosmopolitan, keterdedalian pada media niassa, kepribadian,

pemililtan media dan jarak tempat dibahas lebi11 lal~jut.

Umur

Umur merupakan suatu indikator ulilum tentang kapan suatu perubahan harus

terjadi. Umur juga dipakai sebagai indeks perkembangan komponen yang penting

dalaat perkembangan manusia. Perbedam umur antar kelonipok dapat n~enunjukkan

faktor kedewasaan (Salkind, 1985). Menurut Devito (1997) pembaca utama surat

kabar adalah rnereka yang lebih tua dan terdidik. Hanya sekitar 50% dari orang yang

berusia antara 21 dan 35 tahun lnembaca surat kabar tertentu. Walaupun demikian

Lionberger (1960) melaporkan bahwa semakin tua petani biasanya seniakin lambat

lnetigadopsi inovasi, dan cenderu~ig hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah

biasa diterapkan ole11 warga masyarakat setempat.

Hasil penelitian Da~nayati (1992) ~nenunjukkan bahwa umur berpengaruli

terhadap seleksi pesan dan media komunikasi massa. Masyarakat yang berumur

kurang dari 40 tahun menlpunyai daya terima yang besar terliadap beragam pesan

media, sedangkan yang berumur diatas 40 taliun sebagian besar cenderung bersifat

kolot atau sebagian lebih bersifat demokratis. Masyarakat yarig berumur lebih dari 40

tahun lebih menyukai materi agama dan pertanian ~nelalui media wayang dan radio.

Namun demikian berdasarkan hasil penelitian Wardhani (1994) bahwa u ~ u u r

(192)

sun~ber infonnasi. Demikian pula hasil penelitial~ Pumaningsih (1999) u ~ n u r petani

tidak berhubungan nyata dengan pemanfaatan sunlber informasi.

Pendidikan

Pendidikan merupakan proses belajar sebagai suatu cara yang dapat ~ n e ~ n b a w a

kearah perubahan. Pendidikan juga mempakan tingkat intelegensia yang berhubungan

dengan daya pikir. Semakin tinggi pendidilcan seseorang malca akan snnakin luas

ilmu pengetahuannya, sehingga nleni~nbulkan cara berfikir yang lebih bailc. Churdlui

rlcilrrri~ Soekartawi (1988) nlenerangkan bahwa pendidikan merupakan sarana belajar

yang diperkirakan aka11 ~nenananlkan pengertian sikap yang menguntunglcan menuju

penggunaan praktek pertaniart yang lebih modem.

Gonzales yang dikutip Jahi (1993) merangkum pendapat beberapa ilmuwan

bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang ~nenentukan dalarn mendapatkan

pengetahuan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi umu~nnya

lebih menyadari kebutuhan akan informasi sehingga menggunakan lebih banyak jenis

su~nber infonnasi dan lebih terbuka terlladap media inassa.

Menurut Rakhmat (1999) diduga orang yang berpendidikatl rendah jarang

nlenlbaca surat kabar, tetapi sering menonton televisi. Eksekutif d a t ~ kaunl bisnis

nle~lyenangi mbik niaga dalatn swat kabar atau majalah. Seseorang dari kelas menengah

(nziddle class) cenderung menyukai acara pendidikan, berita dan infonnasi. Seseorat~g

yatlg n~ernpunyai tingkat pendidikan lebih tinggi un~unlnya lebih ~nenyadari

kebutuhan akan informasi sehingga rne~lggu~lakan lebih banyak jenis sumber

(193)

Hasil penelitian Halim (1992) yang mengamati perilaku responden KUD di

Cipanas, menginformasikan bahwa mereka yang berpendidikan relatif lebih tinggi

menyediakan waktunya untuk membaca berbagai berita dan informasi. Demikian

pula hasil penelitian Wardhani (1994) bahwa tingkat pendidikan baik formal lnaupun

non formal berhubungan nyata dengan pemanhtan sulnber info~ll~asi. Tetapi hasil

penelitian Purnaningsih (1999) menyataltan, bahwa tingkat pendidikan tidak

berhubungan nyata dengan pemanfaatan sumber infonnasi.

Pendidikan baik formal maupun no11 fo17ual sering kali mempengaruhi cara

pandang atau cara berfikir individu, sehingga dapat meningkatkan kemampuan

individu dalam menangkap sumber-sumber infonnasi. Manfaat dari pengembangan

individu adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian dan kompetensi dan

untuk memperbaiki perilaku dari masing-masing pekerjaannya. Jadi pendidikan

ulnumnya akan mempengaruhi cara dan pola pikir peternak dalarn merespon

informasi pada berbagai sumber.

Pengafaman

Pengalarnan merupakan salah satu jalan kepemilikan pengelahuan yang

dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Secara psikologis

seluruh pemikiran manusia, kepribadian dan tempera~uen di tentukan ole11

pengalaman indera. Pikiran dan perasaan, bukan penyebab perilaku tetapi di sebabkan

oleh perilaku masa lalu (Rakhmat, 1999). Seseorang yang bekeja dalam bidang

tertentu dalarn waktu yang relatif lama aka11 seinakin banyak lnenlperoleh pengalaman

(194)

(me~nbaca), maka pengetahuan yang diperoleh aka11 senlakin tinggi dan ha1 ini akan

menillgkatkan kepekaannya dalam menyerap sumber-sumber informasi yailg

dibutuhkan.

Walker (1973) berpendapat bahwa pengalainan adalah llasil akumulasi dari

proses alarni seseorang yang seterusnya me~i~pengarulii respon yang diteriinailya

guna inemutuskan sesuatu yang baru. Stufon (197s) mcngatakan, kecenderungan

seseorang untuk berbuat tergantung dari l~engalarnannya, karena pengalaman itu

rne~lentukail niinat dan kebutuhan yang dirasakan. Dcngan begitu peilgalaman

seseoraiig dapat n~en~bantu orang lain untuk menyambil keputusan sesuai dengan

kebutuhan dalam menerima sun~ber-sumber infom1asi.

Hasil penelitian Wardhani (1994) menunjukkan bahwa pengalanlan betemalc

ayam buras tidak berhubungan nyata dengan pengyunaan sumber infol~nasi. Hal ini

lcarena pengalaman beternak relatif sama, jadi tidak dapat dibedakan dalaiii

ineinanfaatkan sumber inforniasi. Deillilcian pula hasil penelitirui Pur~ianingsih

(1999) bahwa pengalaman berusahatani tidak berhubungan nyata deligan

pelnailfaatan su~nber iiifonnasi

Kekosmopolitan

Kekoslnopolitan adalah keterbukaan seseorang pada iiifoililasi n~elalui

kunjuilgan ke kotaldesa lainnya untuk iiiendapatkan berbagai su~nber infolmasi.

Rogers (1971) mengemukakan, bahwa orang yang sifat kekosnlopolitan tinggi

biasanya iuencari informasi dari surnber di luar lingkunganllya. Sebalikllya orang

(195)

tinggi pada tetangganya atau teman-teman dalam lingkungan yang sanla yang

diandalkan sebagai sumber informasi. Dengan begitu seseorang yang mempunyai

pergaulan luas dan mempunyai kecepatan pencarian infornlasi yang diperlukan

berarti seseorang tersebut mempunyai kekosmopolitan yang tinggi.

ICeterdedahan pada media massa

Keterdedahan adalah mendengarkan, melihat, membaca atau secara lebih

u~nuln mengalami dengan sedikitnya sejumlah perhatian minimal pada pesan media

(Shore, 1980). Tingkat keterdedallan media massa adalah frekwensi keterjangkauan

pesan melalui media massa, sejauh mana seseorang dapat akses terlladap informasi.

Media massa sebagai sumber informasi mempunyai peran yang sangat penting

karena kenlampuannya yang efektif, seperti mainpu ~ne~nperluas cakrawala,

nlenlusatkan perl~atian, menumbuhkan aspirasi, merubah sikap dan sebagai pendidik

(Schramm, 1965). Namun demikian tak kalah pentingnya faktor keterdedahan

khalayak perlu diperhatikan, karena menurut Rogers (1966) keterdedahan pada

media-media massa itu mempunyai korelasi yang tinggi, sehingga bisa dibuat suatu

indeks keterdedallan pada media massa. Indikator keterdedahan pada media nlassa

paling tidak dikotomikan ke dalanl (1) sedikitnya pernah terdedah (misalnya kebiasaan

menlbaca surat kabar sekali seminggu) dan (2) tidak terdedah (Rogers, 1966).

Mulyani (1991) ~nelaporkan bahwa keterdedahan petani pada media

kolnunikasi berllubungan dengan tingkat penerapan teknologi. Dengall deinikian

keterdedahan terhadap media massa melnpunyai indikasi yang positif terhadap respon

(196)

Kepribadian

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang

n~enyebabkan tanggapan yang relatif konsistcn dari bertalian lama terhadap

lingkungannya. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berlainan yang

mempengaruhi perilakunya, "kita melakukan apa yang kita lakukan karena sesuai

dengall jenis kepribadian kita" (Kotler, 1997). Sedangkan menurut Gardon Allport

r l a l a i ~ ~ (Robbins, 1998) kepribadian adalah "organisasi dinamis pada niasing-masing

psikofisik yang menentukan penyesuaian scbagai total jumlah dan cara-cara diniana

seseorang individu bereaksi dan berinteraksi tfengan oniag lain".

Salali satu kerangka kepribadian yang paling luas digunakan disebut

Indikator Tipe Mj~ers-B~.iggs (MBTI-Mj~er T ~ p c I~~rlicrlror) dalani lial i ~ i i terdapat

lima model besar MBTI. Kelilna besar tersebut atlalah (1) Ekstraversi, yaitu suatu

din~ensi kepribadian yang n~enggambarkan seseorang yang senang bergaul, banyak

bicara dan tegas. (2) Malnpu bersepakat, yaitu suatu diniensi kepribadian yang

nietiggalnbarkan seseorang yang baik liati, kooperatif, dan mempercayai. (3)

Mendengarkan kata hati, yaitu suatu ditnensi kepribadian yang bertanggung jawab,

dapat diandalkan, tekun dan berorientasi prestasi. (4) Kernantapan emosional adalah

suatu dimensi kepribadian yang niencirikan seseorang yalig tenang, bergairah,

terjalilin (positif) lawall tegang, gelisah, murung dan tak kokoh (negatif). (5)

Kepribadian terhadap pengalaman yaitu suatu dimensi kepribadian yang iniajinatif,

benar-benar sensitf dali intelektual.

Dari linla faktor dimensi tersebut terdapat enan1 belas ciri, yang ditemulta~~

sebagai sulilber perilaku yang ulnulnliya tetap (steadj~) dan konstan yang

(197)

meinungkinkan peramalan perilaku seseorang dalalll situasi-situasi khusus dengall

menimbang karalcteristik untuk relevansi situasional.

Gambar

Gambaran Unlurn Petemakan Sapi Perah di Indonesia .....................................
Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir Reespon Peternak Sapi Perah Terhadap Suiuber
Tabel 3. Batas Wilayah Penelitian
Tabel 4. Keadaan Demografi Desa Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Berau adalah untuk memberikan gambaran/pemetaan tentang situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Berau saat ini serta

Persamaan dasar fluida dua lapisan diturunkan berdasarkan asumsi fluida tak mampat dan tak kental yang tak berotasi.Persamaan dasar yang diperoleh berupa persamaan

Untuk mengatasi kondisi yang demikian, maka di dalam pengelolaan pemberian kredit, pihak perusahaan mempertimbangkan informasi character (kharakter konsumen) berkaitan dengan

serbuk daun ungu, metode yang digunakan perkolasi dan pelarut yang. digunakan adalah etanol 70%. Ekstraksi adalah kegiatan

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling yakni seluruh kasus baru kecelakaan yang dibawa ke UGD UPT

Taufik Abdullah suggests that there were two major subjects surrounding zakat during the New Order: (1) the contestation between civil society and the state and questions as to

wawancara digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu. dengan mengadakan pertemuan dengan beberapa informan

Masalah seperti ini dapat melatih keteram- pilan siswa dalam menyelesaikan masalah sehingga menjadi terbiasa menggunakan stra- tegi tertentu, (d) Masalah teka-teki, seringkali