PT ARUTMIN INDONESIA TAMBANG BATULICIN, KALSEL
MAHMUD HARIS
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
MAHMUD HARIS. A44061649. Perencanaan Lanskap Area Rekreasi pada Lahan Pasca Tambang Batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel. Di bawah Bimbingan NIZAR NASRULLAH.
Lahan bekas tambang Pit 1 Mangkalapi merupakan area bekas tambang batubara PT Arutmin Indonesia yang berpotensi untuk dijadikan area rekreasi dengan memanfaatkan pemandangan alam bekas tambang di sekitar tapak seperti danau (void), highwall (lereng curam sisa tambang) dan area tanaman reklamasi sebagai obyek rekreasi. Masyarakat sekitar tapak memerlukan area rekreasi, karena saat ini belum ada lokasi rekreasi yang berdekatan dengan masyarakat sekitar tapak, jarak terdekat dengan area rekreasi mencapai 90 km, sehingga perlu adanya area rekreasi alternatif yang lokasinya lebih dekat.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rencana lanskap area rekreasi yang memanfaatkan danau dan high wall sisa tambang sebagai obyek rekreasi utama dan beberapa obyek rekreasi lainnya dilengkapi fasilitas pelayanan pengunjung dengan suasana lanskap alami yang aman, nyaman dan mendukung keberlanjutan reklamasi.
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survei dengan mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Perencanaan pada penelitian ini menggunakan pendekatan sumberdaya. Tahapan perencanaan meliputi kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanan lanskap. Penelitian ini dibatasi hingga tahap perencanaan tapak dan diwujudkan berupa gambar site plan dan beberapa gambar penunjang lain.
Tambang Mangkalapi terletak di Desa Mangkalapi, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak pada 115°35'28.80" - 116°05'10.00" BT dan 03°10'38.10" - 03°21'21.50" LS. Desa Mangkalapi dan Teluk Kepayang merupakan pemukiman penduduk terdekat dengan lokasi yang berjarak 4 km.
Lahan bekas tambang Pit 1 Mangkalapi saat ini masih berupa area reklamasi. Pemandangan sekitar tapak cukup baik yaitu dengan keberadaan feature di sekitar tapak seperti danau, highwall (lereng curam sisa tambang) dan area tanaman reklamasi yang rimbun, sehingga memberi nilai tambah dalam pengembangan kawasan lebih lanjut. Masyarakat sekitar tapak berharap peruntukkan area bekas tambang ini sebagai area rekreasi. Permasalahan pada tapak antara lain jalan menuju tapak licin jika hujan turun, kualitas tanah yang kurang subur, kualitas air yang belum diteliti secara detail.
obyek rekreasi utama dan beberapa obyek rekreasi lainnya dilengkapi fasilitas pelayanan pengunjung dengan suasana lanskap alami yang aman, nyaman dan mendukung keberlanjutan reklamasi. Konsep tersebut dikembangkan dalam konsep ruang, rekreasi, sirkulasi, vegetasi dan fasilitas.
Perencanaan lanskap area rekreasi pada lahan pasca tambang batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia ini dibagi dalam tiga zona yaitu zona intensif, semi intensif dan ekstensif. Zona intensif terdiri dari ruang penerimaan seluas 1.552 m2, ruang pelayanan 3.779 m2, ruang rekreasi utama dengan luas 2.824 m2 yang terdiri dari aktivitas berperahu dan berkelotok, menikmati pemandangan (high wall, area reklamasi dan danau), jalan santai dan bermain. Zona semi intensif terdiri dari ruang rekreasi alternatif dengan luas 2,78 Ha yang terdiri dari aktivitas memberi makan ikan, rekreasi minat khusus (rekreasi pendidikan tambang), berkemah dan menikmati pemandangan, serta ruang rekreasi pendukung dengan luas 1.662 m2
Perencanaan lanskap area rekreasi ini juga dilengkapi dengan fasilitas pelayanan pengunjung. Beberapa fasilitas yang dikembangkan di tapak seperti name sign, loket tiket, area parkir, ruang pengelola (merangkap ruang informasi dan rescue), pos jaga, mushola, kantin, kios, toko cindera mata, toilet, gazebo, area piknik, area berkemah, dek utama, terminal perahu, dek singgah (transisi), tempat bermain anak, menara pandang dan shelter.
PT ARUTMIN INDONESIA TAMBANG BATULICIN, KALSEL
MAHMUD HARIS A44061649
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Judul : Perencanaan Lanskap Area Rekreasi pada Lahan Pasca Tambang Batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel
Nama : Mahmud Haris
NRP : A44061649
Departemen : Arsitektur Lanskap
Mengetahui, Dosen Pembimbing
NIP. 19620118 198601 1 001 Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr
Menyetujui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
NIP. 19480912 197412 2 001 Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
Mahmud Haris dilahirkan di Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 29 Mei 1989. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dalam keluarga Amir dan Sami, S.Pd.
Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1994 sampai 2000 dengan mengikuti pendidikan di SD Negeri Pamahan, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 9 Bekasi sampai tahun 2003. Pada tahun 2003 sampai dengan 2006 penulis menyelesaikan masa pendidikan di SMA Negeri 113 Jakarta.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI pada tahun 2006. Setelah satu tahun melalui Tahap Persiapan Bersama (TPB-IPB), penulis memilih Departemen Arsitektur Lanskap sebagai program mayor dan program minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi kampus, seperti pengurus BEM TPB IPB (2006-2007) Divisi Infromasi Komunikasi, majalah kampus Gema Almamater (2006-2007) sebagai Layouter, Himaskap (Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap) periode 2008 sebagai pengurus Divisi Infromasi Komunikasi dan pada tahun 2009 menjabat sebagai wakil ketua Himaskap. Penulis juga aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat dan pengabdian lingkungan bersama dosen.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillah, La haula wala quwwata illabillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT. Rabb semesta alam. Setiap titik motivasi bagi penulis menjadi nikmat luar biasa. Bahkan nikmat-Nya tak terlampaui jika dicatat dengan lautan tinta sekalipun. Rasulullah SAW sebagai teladan terbaik, semoga shalawat selalu tercurahkan pada baginda rasul, keluarga, sahabat dan pengikutnya yang tiada berpaling. Karya kecil dengan judul “Perencanaan Lanskap Area Rekreasi pada Lahan Pasca Tambang Batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel” dapat diselesaikan penulis atas dukungan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Orang tua tercinta, Ma’ Baba, atas kasih sayang abadi dan doa terbaik yang tidak pernah bisa terbalas.
Ade” tercinta Siti Novianti, Rizky Hardianti atas doa dan canda. Oyot yang selalu bangga pada cucu pertamanya.
Seluruh keluarga besar di rumah. Keluarga nce’ satih, Bang Daya dan semua sodara di ‘ranah’ betawi.
2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr, sebagai Pembimbing Skripsi atas nasehat dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.
Dr. Ir. Andi Gunawan, M. Agr dan Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen penguji atas saran dan masukan yang membangun.
Dr. Ir. Alinda F.M. Zein, MS selaku dosen pembimbing akademik. 3. Novi Zulfiyanita
4. PT Arutmin Indonesia, special to Batulicin Mine
5. Sahabat saya Alan, Ado.
Hikari Boy’s, Bang Buluq, Ridho, Ray, Galih, Ma’ul, Wahyu, Faisal, Bayu, Alim, Fatwa, Eja. Penghuni ‘gelap’ Hikari, Bang jabi, Bang Oca.
Pram, Joe, Dwica dan Nining, rekan satu bimbingan, maaf saya sering hilang. Tenktonk Family, atas keceriaan 3 tahun bersama.
Bang Em dan semua 42. Bang Ce’ep, trims atas info magangnya. ARL 41, 40, seluruh abang” & teteh di ARL.
ARL 44, 45, 46, seluruh generasi penerus di ARL.
Seluruh Keluarga Besar Departemen Arsitektur Lanskap IPB, dosen dan staf.
Wongtani Landscape (Pak Hari, Pak Decky) atas pengalaman yang singkat
namun bermakna.
Keluarga Besar Akar (Bg cepi,alan,bayu,danil,warte) itu pelajaran buat kita mari berkarya lagi sesuai mimpi kita, yang penting kesuksesan bersama untuk kita semua.
6. Terima kasih kepada semua teladan dan seluruh mahluk yang punya makna. Mudah-mudahan saya bisa banyak belajar pada kalian..
Hasil studi ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam memperdalam keahlian profesi Arsitektur Lanskap, selain dapat juga menjadi masukan bagi PT Arutmin Indonesia dalam kegiatan pasca tambang khususnya dan semua pihak umumnya.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pihak manapun yang memerlukannya.
Terima kasih.
Bogor, Mei 2011
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan 3
Manfaat 3
TINJAUAN PUSTAKA
Penambangan Batubara 4
Lanskap Pascapenambangan 5
Reklamasi Lahan Pasca Tambang 6
Rekreasi 7
Perencanaan Lanskap 9
Lanskap Area Rekreasi 10
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian 13
Batasan Penelitian 13
Metode Penelitian 14
Tahapan Perencanaan Lanskap 14
INVENTARISASI
Lokasi dan Aksesibilitas 17
Tata Guna Lahan 20
Jenis dan Karakteristik Tanah 24
Topografi dan Kemiringan Lahan 25
Hidrologi 29
Iklim 32
Kualitas Visual Lanskap 32
Vegetasi dan Satwa 34
Demografi 35
Perilaku dan Keinginan Penduduk 36
ANALISIS DAN SINTESIS
Lokasi dan Aksesibilitas 39
Jenis dan Karakteristik Tanah 44
Topografi dan Kemiringan Lahan 45
Hidrologi 48
Iklim 50
Kualitas Visual Lanskap 50
Vegetasi dan Satwa 51
Demografi 52
Perilaku dan Keinginan Penduduk 53
Alternatif Kegiatan Rekreasi 56
Program Ruang 60
Hubungan Antar Ruang 63
KONSEP
Konsep Dasar 64
Konsep Ruang 64
Konsep Rekreasi 65
Konsep Sirkulasi 65
Konsep Vegetasi 66
Konsep Fasilitas 67
PERENCANAAN LANSKAP
Rencana Ruang 72
Rencana Rekreasi 79
Berperahu 79
Rekreasi Pendidikan 79
Sightseeing 80
Taman Bermain Anak 80
Piknik 81
Jogging dan Jalan Santai 81
Rencana Sirkulasi 82
Rencana Vegetasi 83
Rencana Fasilitas 84
Name Sign 85
Loket Tiket 85
Area Parkir 85
Pusat Informasi dan Ruang Pengelola 86
Pos Jaga 86
Mushola 86
Kantin dan Toko Cindera Mata 86
Toilet 86
Gazebo dan Area Piknik 87
Dek dan Terminal Perahu 87
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 89
Saran 90
DAFTAR PUSTAKA 91
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Jenis, sumber dan cara pengambilan data 15
2. Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan 25 3. Hasil pengukuran nilai pH dan turbidity Desember 2010 30 4. Kualitas air void ex. tambang Pit 1 mangkalapi (April 2010) 30 5. Daftar vegetasi kawasan reklamasi Tambang Mangkalapi 34 6. Daftar jumlah penduduk Kabupaten Tanah Bumbu 2010 35 7. Hasil kuisioner masyarakat tentang persepsi terhadap tapak dan
rencana pengembangan aktifitas serta fasilitas 37
8. Hasil analisis dan sintesis pada tapak 56
9. Matriks hubungan sumberdaya dengan aktivitas pada tapak 59 10. Standar kesesuaian ruang (TGL, kemiringan dan hidrologi) 60 11. Program ruang, fungsi, aktivitas dan fasilitas 62 12. Jenis ruang, fungsi, aktivitas, fasilitas dan luas ruang yang
direncanakan 72
13. Alokasi penggunaan ruang dan kapasitas (daya dukung) 74
14. Rencana sirkulasi pada tapak 82
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Peta lokasi penelitian 13
2. Tahapan perencanaan lanskap (Gold, 1980) 14
3. Peta aksesibilitas 4. Peta batas tapak 19
18
5. Kondisi tata guna lahan pada tapak 21
6. Peta tata guna lahan kawasan 22
7. Peta tata guna lahan tapak 23
8. Peta Topografi 26
9. Ilustrasi Perspektif Topografi 27
10. Peta Kemiringan Lahan 28
11. Kondisi hidrologi danau Ex. Tambang Pit 1 Mangkalapi 29
12. Peta Hidrologi 31
13. Grafik curah hujan bulanan Batulicin periode 2010 32
14. Good view pada tapak 33
15. Bad view pada tapak 33
16. Gambar vegetasi di sekitar tapak, akasia dan tali purun 34
17. Peta Analisis Lokasi Penelitian 41
18. Peta Analisis Tata Guna Lahan 43
19. Kondisi tanah pada tapak 45
20. Peta Analisis Kemiringan Lahan 47
21. High wall tampak dari jauh dan dekat 46
22. Peta Analisis Hidrologi 49
23. Peta Komposit 61
24. Matriks hubungan antar ruang dalam tapak 63
25. Konsep Ruang 68
26. Konsep Rekreasi 69
27. Konsep Sirkulasi 70
28. Konsep vegetasi 71
No. Teks Halaman
30. Site Plan (Blow Up 1) 76
31. Site Plan (Blow Up 2) 77
32. Perspektif Mata Burung 78
33. Ilustrasi ruang rekreasi utama 73
34. Ilustrasi gazebo dan area piknik 87
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kalimantan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang di dalamnya
menyimpan banyak mineral. Selain dikenal dengan julukan ‘Borneo’ karena
merupakan paru-paru dunia, Kalimantan juga terkenal dengan berbagai hasil
tambangnya baik emas, intan, batubara dan lain-lain. Salah satu hasil tambang di
daerah Borneo yang saat ini menjadi primadona adalah batubara.
Pertambangan memiliki manfaat yang sangat besar, salah satunya sebagai
penghasil sumber daya yang menguntungkan secara ekonomis. Selain itu
pertambangan juga memberikan kontribusi terhadap penyediaan sumber energi
dan penyerapan tenaga kerja. Namun dibalik dampak positif selalu terdapat
dampak negatif dari setiap kegiatan pertambangan. Pembukaan lahan
pertambangan telah mengurangi keberadaan area hijau di Kalimantan Selatan.
Tambang Mangkalapi yang memiliki luas 563,65 Ha mampu memproduksi
batubara sebanyak 1.310.951,57 ton pada tahun 2006 dan menurut rencana akan
ditutup pada tahun 2011 akan menimbulkan dampak lingkungan yang negatif jika
tidak ditangani dengan baik (PT Arutmin, 2008).
Pemanfaatan lahan pascapenambangan melalui kegiatan reklamasi ini
mencakup kegiatan perbaikan tingkat kesuburan tanah dan perbaikan kualitas air
pada danau (void) bekas tambang. Selain itu pemanfaatan pemandangan alam bekas tambang dengan pemanfaatan feature di sekitar tapak seperti danau,
highwall (lereng curam sisa tambang) dan area tanaman reklamasi. Sehingga area bekas tambang cukup potensial untuk diperuntukkan sebagai area rekreasi.
Rencana untuk menjadikan Pit 1 Mangkalapi sebagai tempat rekreasi
didukung oleh potensi perairan seluas 8,3 hektar, bentukan lahan pasca tambang
yang mempunyai kualitas estetika yang indah, dikelilingi pepohonan rimbun dari
area reklamasi dan Hutan Produksi PT Inhutani. Selain itu kualitas air di danau
Mangkalapi tersebut sudah cukup baik, yaitu ditunjukkan dengan adanya ikan
sebagai indikator.
Inisiatif pemanfaatan potensi lanskap pada area pascapenambangan
namun PT Arutmin Indonesia mempunyai rencana untuk memberikan yang lebih
bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Salah satunya adalah
penyediaan area rekreasi pada void pasca tambang. Penyediaan area rekreasi ini juga merupakan usulan dari pemerintah desa setempat, yaitu Desa Mangkalapi
dan Desa Teluk Kepayang serta mendapat respon positif dari masyarakat sekitar.
Penyusunan rencana penutupan tambang (RPT) di Mangkalapi
disempurnakan setiap tahunnya. Termasuk di dalamnya adalah rencana
penyediaan area rekreasi pada danau yang merupakan void pasca tambang yang berlokasi di Pit 1 Mangkalapi. Penyediaan rekreasi ini didukung adanya rencana
pada tahun 2010 hingga tahun 2012 merupakan tahun promosi wisata, sedangkan
tahun 2013 nanti merupakan tahun kunjungan wisata (Kadisbudpar Kab. Tanah
Bumbu, 2010). Kegiatan rekreasi di Kabupaten Tanah Bumbu juga didukung
dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode tahun 2000-2010, yaitu sebesar
3,74 persen. Pertumbuhan penduduk Tanah Bumbu yang tinggi ini diduga terkait
dengan perkembangan perekonomian kabupaten Tanah Bumbu yang semakin
meningkat. Saat ini Tanah Bumbu dikenal sebagai daerah tujuan pekerja migran.
Kebutuhan masyarakat akan hal rekreatif tinggi, terlebih lagi saat ini
belum adanya lokasi rekreasi yang berdekatan dengan masyarakat di Kecamatan
Mentewe dan Kusan Hulu, khususnya masyarakat sekitar tambang yang jarak
terdekat dengan area rekreasi mencapai 90 km. Sehingga perlu adanya area
rekreasi alternatif yang lokasinya lebih dekat. Desa Mangkalapi dan Desa Teluk
Kepayang yang merupakan pemukiman penduduk terdekat dengan lokasi hanya
berjarak sekitar 4-6 km. Saat ini rekreasi alam terbuka menjadi pilihan utama
masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi terbuka menunjukan
peningkatan setiap tahun (Gold, 1980).
Perencanaan lanskap area rekreasi pada lahan bekas tambang ini
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan menjaga
kelestarian lingkungan. Selain itu, perencanaan ini juga dapat menjadi
Tujuan
Penelitian dengan tema perencanaan lanskap area rekreasi yang dilakukan
di area pascapenambangan Pit 1 Mangkalapi ini bertujuan untuk menyusun
rencana lanskap area rekreasi yang memanfaatkan danau dan high wall sisa tambang sebagai obyek rekreasi utama dan beberapa obyek rekreasi lainnya
dilengkapi fasilitas pelayanan pengunjung dengan suasana lanskap alami yang
aman, nyaman dan mendukung keberlanjutan reklamasi.
Manfaat
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan ilmu dan pengalaman
yang bermanfaat bagi penulis dan sebagai pedoman bagi PT Arutmin Indonesia
dalam rangka pengembangan potensi lanskap sebagai area rekreasi di area
pascapenambangan Pit 1 Mangkalapi yang diharapkan dapat memberikan manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Penambangan Batubara
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009,
pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang. Proses penambangan merupakan salah satu mata rantai dari kegiatan
penambangan yang berfungsi untuk menyediakan bahan baku. Agar penyediaan
bahan baku tersebut dapat terjamin maka kegiatan penambangan harus ditangani
secara baik dan sistematik.
Lebih lanjut Bapedal (2001) mengemukakan bahwa kegiatan
pertambangan pada umumnya memiliki tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:
1. Eksplorasi
2. Pembangunan infrastruktur, jalan akses dan sumber energi
3. Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman
4. Ekstraksi dan pembuangan limbah batuan
5. Pengolahan bijih dan operasional
6. Penampungan tailing, pengolahan dan pembuangannya
Sistem penambangan batubara di Indonesia pada umumnya adalah sistem
tambang terbuka dengan metode konvensional yang merupakan kombinasi
penggunaan excavator/shovel dan truk. Urutan kegiatan penambangan batubara dengan metode ini meliputi:
1. Pembukaan lahan
2. Pengupasan dan penimbunan tanah tertutup
3. Pengambilan dan pengangkatan batubara serta pengecilan ukuran tanpa proses
pencucian batubara (Setyawan, 2004).
Setyawan (2004) juga mengemukakan bahwa sistem penambangan ini
tanah pucuk tersebut harus dikumpulkan keluar batas daerah penimbunan atau
diamankan ke tempat kumpulan tanah pucuk. Kemudian lapisan tanah penutup
ditimbun di luar areal tambang dengan sistem terasiring dan recountoring. Pada kaki daerah penimbunan (waste dump) dibuat kolam pengendapan (settling pond) untuk menangkap air permukaan dan mengendapkan lumpur yang terangkut.
Lanskap Pascapenambangan
Kegiatan pasca tambang merupakan kegiatan terencana, sistematis dan
berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha penambangan untuk
memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di
seluruh wilayah penambangan (UU RI No.4 Tahun 2009).
Kegiatan penambangan batubara akan menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan, terutama terhadap komponen lingkungan :
1. Penurunan kualitas air, bersumber dari adanya erosi tanah
2. Penurunan muka air tanah dangkal, karena dalamnya penggalian lubang
tambang
3. Peningkatan pencemaran debu dan kebisingan, karena pengangkutan batubara;
4. Peningkatan erosi tanah, karena hilangnya vegetasi penutup
5. Kehilangan potensi dan struktur vegetasi; karena aktiivitas pembersihan lahan
(land clearing) sebelum pertambangan dimulai 6. Kehilangan satwa liar, karena hilangnya habitat
7. Perubahan penggunaan lahan, karena adanya penempatan proyek
8. Peningkatan kesempatan berusaha, karena berkembangnya perekonomian lokal
9. Peningkatan potensi konflik sosial, karena adanya pertentangan kepentingan
dan kecemburuan sosial
Dampak terhadap komponen lingkungan fisik-kimia dan biologi tersebut
tidak dapat dihindarkan namun dapat ditekan seminimal mungkin. Selain dampak
negatif, proyek pertambangan batubara di wilayah Batulicin akan menimbulkan
dampak positif terhadap lingkungan sosial dan ekonomi dalam bentuk terbukanya
peluang kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat setempat, serta
Reklamasi Lahan Pasca Penambangan
Menurut KEPMEN Pertambangan dan Energi No. 1211.K/008/M.PE/1995
yang dimaksud reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau
menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdayaguna sesuai dengan
peruntukkannya. Selanjutnya Feriansyah 2009 menyebutkan bahwa kegiatan
reklamasi meliputi dua tahapan, yaitu :
1. Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu
ekologinya.
2. Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk
pemanfaatan selanjutnya.
Tujuan akhir reklamasi lahan pasca penambangan adalah pilihan optimal
dari berbagai keadaan dan kepentingan. Selain itu perlu diingat bahwa reklamasi
merupakan kepentingan masyarakat banyak, sehingga tujuan reklamasi tidak
boleh hanya ditentukan sendiri oleh perusahaan pertambangan yang bersangkutan.
Penetapan tujuan reklamasi dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut :
1. Jenis mineral yang ditambang.
2. Sistem penambangan yang digunakan.
3. Keadaan lingkungan setempat.
4. Keadaan dan kebutuhan sosial-ekonomis masyarakat setempat.
5. Keekonomian investasi mineral.
6. Perencanaan tata ruang yang telah ada.
Tahapan kegiatan reklamasi berdasarkan RPT Arutmin 2008 diawali
dengan proses pemindahan dan penimbunan tanah penutup (overburden) lalu diikuti dengan perataan atau regrading. Setelah perataan dilakukan sesuai dengan rencana, tanah pucuk kemudian ditaburkan pada permukaan yang telah diregrade
dengan ketebalan minimal 0,5 meter. Penyebaran tanah pucuk kemudian diikuti
dengan pengemburan sepanjang kontur atau kontur ripping, check dam bila diperlukan. Peletakan kontur ripping sepanjang kontur dimaksudkan agar air yang mengalir dapat terperangkap dan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan
Menurut Suprapto (2008), secara umum yang harus diperhatikan dan
dilakukan dalam merehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang adalah :
1. Dampak perubahan dari kegiatan pertambangan.
Kegiatan pertambangan dapat mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan.
Hal ini dapat dilihat dengan hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah, yang
juga berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya.
2. Rekonstruksi tanah.
Untuk mencapai tujuan restorasi perlu dilakukan upaya seperti rekonstruksi
lahan dan pengelolaan tanah pucuk.
3. Revegetasi.
Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim
setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan
spesies yang cocok dengan kondisi setempat, terutama untuk jenis-jenis yang
cepat tumbuh.
4. Pencegahan air asam tambang.
Pembentukan air asam cenderung intensif terjadi pada daerah penambangan,
hal ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan yang
mengandung sulfida pada udara bebas.
5. Pengaturan drainase.
Drainase pada lingkungan pasca tambang dikelola secara seksama untuk
menghindari efek pelarutan sulfida logam dan bencana banjir.
6. Tata guna lahan pasca tambang
Lahan bekas tambang tidak selalu dekembalikan ke peruntukan semula. Hal
ini tertgantung pada penetapan tata guna lahan wilayah tersebut.
Rekreasi
Gold (1980) mendefinisikan bahwa rekreasi adalah melakukan berbagai
aktivitas pada waktu luang yang bertujuan untuk mencapai kepuasan pribadi dan
untuk mendapatkan pengalaman pribadi. Sumber daya untuk rekreasi adalah
tempat tujuan bagi orang untuk melakukan aktivitas rekreasi. Ketersediaan
sumber daya untuk rekreasi merupakan jumlah dan kualitas dari sumber daya
Permintaan rekreasi dapat dijadikan sebagai suatu ukuran dalam menentukan
tapak yang terbaik dan tipe yang paling cocok dengan sumber daya, fasilitas, dan
program rencana.
Gold (1980) juga menekankan bahwa sangat mendasar untuk memahami
berbagai teknik pendekatan dalam merencanakan rekreasi. Hal ini menghindari
konflik yang muncul akibat perbedaan dalam teknik pendekatan. Beberapa
pendekatan yang dipakai adalah :
1. Pendekatan sumberdaya, penentuan tipe-tipe serta kemungkinan-kemungkinan
rekreasi dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sumber
dayanya.
2. Pendekatan aktivitas, dilakukan dengan menyeleksi aktivitas pada masa lalu
untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan apa saja yang dapat disediakan
pada masa yang akan datang.
3. Pendekatan ekonomi, dasar ekonomi atau sumber fiskal dari masyarakat
digunakan untuk menetukan jumlah, tipe dan kemungkinan-kemungkinan
rekreasi
4. Pendekatan perilaku, perilaku manusia dan kejadian-kejadian di waktu luang
mempengaruhi pemilihan tentang bagaimana, dimana dan kapan orang-orang
menggunakan waktu luangnya.
Selanjutnya menurut Gold (1980), jenis-jenis rekreasi luar lapangan adalah
sebagai berikut :
1. Mengendarai mobil untuk bersenang-senang
2. Berenang
3. Berjalan untuk bersenang-senang
4. Bermain (olahraga)
5. Melihat pemandangan
6. Piknik
7. Memancing
8. Bersepeda
9. Menonton pertandingan olahraga
10.Berperahu
12.Berburu
13.Berkemah
14.Berkuda
15.Bermain ski air
16.Gerak jalan
17.Menonton konser atau drama
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi adalah distribusi
musiman, periode waktu luang atau jumlah waktu yang dimiliki seseorang,
distribusi penggunaan sumber daya, dan partisipasi masyarakat terhadap aktivitas
tertentu. Selain faktor yang berkaitan dengan pengguna, faktor yang berhubungan
dengan tempat rekreasi juga mempengaruhi permintaan terhadap rekreasi.
Faktor-faktor tersebut adalah daya tarik yang diinginkan pengunjung, tingkat pengelolaan
tempat rekreasi tersebut, keberadaan tempat rekreasi lain di sekitarnya, daya
dukung dan iklim mikro daerah rekreasi, serta karakteristik fisik dan karakter
alami tempat rekreasi tersebut.
Perencanaan Lanskap
Perencanaan adalah suatu alat yang sistematis dan dapat digunakan untuk
menentukan awal suatu keadaan, dan merupakan cara terbaik untuk mencapai
keadaan tersebut (Gold, 1980) sedangkan Chiara dan Koppelman (1989)
mengemukakan bahwa proses perancangan tapak dimulai dengan pengumpulan
data dasar yang berkaitan secara khusus dengan tapak tersebut dan daerah
sekitarnya. Data ini harus meliputi hal-hal seperti rencana induk dan
penelaahannya, peraturan penzonaan, peta dasar dan udara, survey, data topografi,
informasi geologi, hidrologi dari daerah tersebut, tipe tanah, vegetasi dan ruang
terbuka yang ada.
Menurut Laurie (1986), perencanaan tapak dapat dipikirkan sebagai
suatu kompromi antara penyesuaian pada tapak untuk mencocokkan dengan
program dan adaptasi pada program dikarenakan tapaknya. Program dengan tapak
dipikirkan sebagai dua kumpulan pengaruh: satu, yaitu tapaknya, yang berusaha
terkandung dalam program, yang juga mempunyai suatu proses pemberian bentuk
umumnya sendiri.
Proses perencanaan lanskap kawasan rekreasi menurut Gold (1980) terdiri
dari persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan.
Persiapan merupakan tahap perumusan tujuan dan program serta informasi lain
tentang berbagai keinginan yang dilanjutkan dengan membuat persetujuan kerja
sama antara perencana dan pemberi tugas. Inventarisasi merupakan tahap
pengumpulan data keadaan awal tapak yang diperoleh dari survei lapang,
wawancara, pengamatan, dan sebagainya. Analisis merupakan tahap untuk
mengetahui masalah, kendala, potensi dan kemungkinan pengembangan lain dari
tapak. Pada tahap ini dibuat program pengembangan yang menyeluruh dengan
menyusun tujuan, metode, daftar kebutuhan, deskripsi proyek, dan hubungan
antar komponen tersebut. Sintesis merupakan tahap pemecahan masalah dan
pemanfaatan potensi dari suatu tapak yang disesuaikan dengan tujuan
perencanaan. Setelah dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi
akan diperoleh alternatif-alternatif perencanaan (Gold, 1980).
Lanskap Area Rekreasi
Menurut Simonds (1983), bentukan-bentukan penampakan dan kekuatan
lanskap alam yang dominan, sangat sedikit yang dapat diubah. Beberapa elemen
lanskap alami yang tidak dapat diubah adalah bentukan topografi seperti
pegunungan, lembah, danau, sungai, pantai, penampakan presipitasi, embun, dan
kabut. Selanjutnya Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap alami memiliki
hubungan dengan bentukan-bentukan lain secara tersendiri, karena lanskap alami
mempunyai sesuatu yang harmonis, dengan setiap bentuk merupakan pernyataan
dari topografi, iklim, pertumbuhan, dan energi alami.
Kawasan area rekreasi merupakan ruang terbuka yang menyediakan sarana
wisata atau rekreasi yang sangat penting bagi kesenangan, kesehatan, dan
kebahagiaan manusia. Suatu area rekreasi harus mempunyai ciri khas keunikan
tertentu, yakni mempunyai karakteristik yang khusus sesuai keinginan masyarakat
Salah satu yang perlu dipertimbangkan dalam lanskap area rekreasi adalah
fasilitas rekreasi, yaitu segala sesuatu yang sengaja dibuat atau disediakan pada
suatu kawasan rekreasi untuk menjalankan fungsi kawasan sebagai kawasan
rekreasi, dimana setiap orang harus memiliki akses untuk memiliki akses untuk
menikmati fasilitas tersebut (Gold, 1980). Fasilitas ini dapat digunakan sebagai
salah satu standar dalam proses perencanaan yang berbeda antara satu tempat
dengan tempat lainnya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh :
1. Orientasi manusia, terutama pengguna
2. Dapat diterapkan di masyarakat dan sesuai dengan waktu dan biaya
perencanaan yang ada
3. Kemudahan pengaplikasian
4. Relevansi
Beberapa sumberdaya alam menjadi unsur penting bagi lanskap area
rekreasi. Chiara dan Koppelman (1989) mengemukakan bahwa jenis dan pola
vegetasi merupakan sumberdaya rekreasi, visual dan ekologi yang penting. Pada
unsur hidrologi dikemukakan bahwa jenis dan kualitas air pada suatu tapak
merupakan sumberdaya visual dan rekreasi yang penting. Selanjutnya Chiara dan
Koppelman (1989) juga mengemukakan bahwa bentuk dasar permukaan tanah
atau struktur topografi suatu tapak merupakan sumberdaya visual dan estetika
yang sangat mempengaruhi lokasi dari berbagai tataguna tanah serta fungsi
rekreasi. Hal ini sangat penting apabila segi visual dari tapak akan
dipertimbangkan.
Teori rekreasi berkaitan erat dengan destinasi. Menurut Lewwis dan
Chambers 1990, destinasi terdiri dari berbagai elemen. Dalam membuat strategi
terhadap sebuah destinasi terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis terlebih
dahulu di dalam pasar. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Sumber daya alam di suatu destinasi antara lain adalah iklim, tanah, vegetasi,
kehidupan binatang, air, pantai, ketersediaan air minum, sumber daya energi
dan keindahan alam sekitar destinasi.
2. Infrastruktur yang masuk ke dalamnya antara lain water supply, sistem pembuangan, listrik dan gas, sistem komunikasi, jalan, bandar udara, terminal,
3. Sarana suprastruktur terdiri dari fasilitas-fasilitas seperti hotel/motel,
restoran/rumah makan, toko-toko, tempat-tempat hiburan, dan sektor bisnis
lainnya yang menyediakan barang dan jasa kepada konsumen.
4. Sarana transportasi yang tersedia bagi pengunjung ketika berkunjung ke tapak
seperti mobil, pesawat udara, kereta api, bus dan kapal laut.
5. Masyarakat lokal mempunyai keinginan dalam memberikan jasanya kepada
pengunjung yang datang ke daerah mereka. Keinginan tersebut tidak hanya
meliputi keinginan di dalam pelayanan namun masyarakat lokal juga harus
dapat menerima budaya dan motivasi yang dibawa oleh pengunjung ke daerah
mereka. Intinya adalah penyesuaian antara budaya masyarakat lokal dengan
budaya pendatang yang berasal dari pengunjung.
6. Memperhatikan apakah destinasi yang akan dipasarkan tersebut mempunyai
pesaing lain yang potensi produk sejarah dan budayanya sama dengan yang
dipasarkan destinasi tersebut kepada konsumen.
7. Menentukan jenis pengunjung yang datang ke suatu destinasi yang dapat
memberikan nilai wawasan yang nantinya akan masuk ke dalam daur hidup
produk. Apakah pengunjung yang datang menyukai jenis rekreasi petualangan
atau jenis lainnya.
8. Keterlibatan pemerintah terhadap rekreasi yang berkembang pada suatu
destinasi. Keterlibatan tersebut bisa dalam bentuk tindakan langsung dari
pemerintah pada perkembangan rekreasi atau pemerintah yang ada di destinasi
tersebut hanya sebagai fasilitator dan pemberi kebijakan saja. Keterlibatan lain
yang dapat dilakukan pemerintah di dalam pengembangan rekreasi di suatu
destinasi dapat dilakukan dengan melakukan promosi yang akan
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, tepatnya
di Desa Mangkalapi, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan selama empat bulan, dimulai pada Mei
sampai dengan Agustus 2010 dan penyusunan skripsi hingga Maret 2011.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi hingga tahap perencanaan tapak dan diwujudkan
Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survei dengan
mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Perencanaan
pada penelitian ini menggunakan pendekatan kekhasan tambang. Tahapan
perencanaan meliputi kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis dan sintesis,
[image:30.595.91.523.207.451.2]konsep dan perencanan lanskap.
Gambar 2. Tahapan perencanaan lanskap (Gold, 1980)
Tahapan Perencanaan Lanskap
Proses perencanaan lanskap area rekreasi pada lahan pasca tambang
batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin,
Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah dan tujuan penelitian
sebagai tahap awal untuk melakukan perencanaan lanskap pasca tambang Pit 1
Mangkalapi sebagai kawasan rekreasi. Kemudian dilakukan pengumpulan
informasi awal mengenai lokasi dan topik penelitian. Pada tahap ini dihasilkan
proposal penelitian.
2. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data keadaan awal dan
dengan pengamatan langsung di lapang, baik berupa survei maupun
wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka. Data yang
digunakan terdiri dari data fisik (lokasi dan aksesibilitas tapak, tata guna
lahan, topografi, iklim, kualitas visual lanskap) dan biofisik (tanah, hidrologi,
vegetasi) serta data sosial (demografi dan perilaku serta keinginan penduduk).
Pengumpulan data ini dilakukan untuk menentukan potensi dan kendala pada
tapak lokasi penelitian.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara survei lapang dan
studi pustaka (Tabel 1). Survei lapang dilakukan untuk dapat lebih memahami
kondisi tapak yang sebenarnya dilakukan dengan cara observasi langsung ke
tapak dengan mengambil data-data yang diperlukan dalam penelitian.
Peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data seperti alat tulis, GPS,
meteran, papan jalan, Horiba (alat untuk mengukur pH dan tingkat
kekeruhan). Studi pustaka diperlukan untuk mendapatkan data standar
perencanaan lanskap yang diperlukan, seperti fasilitas yang direncanakan.
Studi pustaka ini diperoleh dari buku acuan, laporan-laporan pendahuluan, dan
bacaan lain yang berhubungan dan mendukung pelaksanaan studi. Hasil dari
[image:31.595.106.511.486.757.2]tahap ini berupa peta eksisting.
Tabel 1. Jenis, sumber dan cara pengambilan data
No. Jenis Data Sumber Data Cara Pengambilan Data
1. Aspek Fisik dan Biofisik
a. Lokasi dan Aksesibilitas Tapak
PT Arutmin dan Survei Lapang
Studi Pustaka dan Survei
b. Tata Guna Lahan PT Arutmin dan Survei
Lapang
Studi Pustaka dan Survei
c. Tanah PT Arutmin dan Survei
Lapang
Studi Pustaka dan Survei
d. Topografi PT Arutmin dan Survei
Lapang
Studi Pustaka dan Survei
e. Hidrologi PT Arutmin dan Survei
Lapang
Studi Pustaka dan Survei
f. Iklim BMKG, PT Arutmin Studi Pustaka dan Survei
g. Kualitas Visual Lanskap Seurvei Lapang Survei
h. Vegetasi & Satwa PT Arutmin dan Survei
Lapang
Studi Pustaka dan Survei
2. Aspek Sosial
a. Demografi
3. Analisis
Tahap analisis dilakukan setelah data dan informasi yang dibutuhkan
terkumpul. Kegiatan analisis dilakukan untuk menentukan potensi dan kendala
serta pemecahan masalah pada tapak. Kegiatan analisis juga dikaitkan dengan
mempelajari berbagai kebijakan dan peraturan pemerintah yang berhubungan
dengan sumber daya dan penggunaannya yang dapat dijadikan pertimbangan
dalam perencanaan lanskap.
Data dan informasi yang diperoleh dianalisis baik secara kualitatif
maupun kuantitatif untuk menentukan pengembangan program yang akan
digunakan sebagai acuan dalam konsep pengembangan tapak. Hasil dari tahap
analisis data ini berupa peta tematik, peta analisis tata guna lahan, peta analisis
topografi dan kemiringan lahan dan peta analisis hidrologi.
4. Sintesis
Tahap sintesis merupakan tahap pemecahan masalah dan pengembangan
potensi dari suatu tapak yang akan dikembangkan sesuai dengan tujuan
perencanaan. Pada tahap ini peta tematik dioverlay untuk mendapatkan program ruang yang sesuai dengan tapak.
Pada tahap sintesis ditetapkan konsep perencanaan tapak yang
merupakan kebijakan yang akan dihadirkan pada tapak. Konsep dituangkan
dalam konsep dasar, dilanjutkan dengan konsep ruang, sirkulasi, vegetasi,
aktivitas dan fasilitas. Hasil dari tahap ini berupa peta-peta konsep.
5. Perencanaan Lanskap
Pada tahap ini, konsep yang telah ditetapkan dikembangkan dalam
bentuk perencanaan lanskap yang menggambarkan fasilitas yang dapat
dikembangkan untuk mendukung aktivitas, tata letaknya dan elemen lanskap
yang mendukung keberadaan obyek (danau, high wall dan area tanaman reklamasi) sesuai dengan tujuan yang diinginkan, yaitu mewujudkan kawasan
INVENTARISASI
Lokasi dan Aksesibilitas
Tambang Mangkalapi terletak di Desa Mangkalapi, Kecamatan Kusan
Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan yang terletak pada
115°35'28.80" - 116°05'10.00" Bujur Timur dan 03°10'38.10" - 03°21'21.50"
Lintang Selatan, dengan luas keseluruhan Tambang Mangkalapi 563,649 Ha.
Lokasi dapat dicapai melalui jalur darat yaitu jalan propinsi Banjarmasin -
Batulicin - Mangkalapi.
Sarana transportasi yang digunakan masyarakat umum dari dan ke lokasi
adalah dengan menggunakan angkutan umum, kendaraan pribadi dan menumpang
dengan angkutan perusahaan. Sedangkan yang digunakan oleh karyawan
persahaan untuk menuju ke lokasi adalah dengan menggunakan mobil
perusahaan. Desa Mangkalapi dan Desa Teluk Kepayang yang merupakan
pemukiman penduduk terdekat dengan lokasi hanya berjarak 4-6 km. Peta
aksesibilitas menuju tapak terdapat pada Gambar 3.
Area bekas tambang pada pit 1 Mangkalapi yang dimanfaatkan sebagai
area penelitian adalah 17,78 Ha dengan luas perairan (danau) 8,37 Ha. Gambar
Tata Guna Lahan
Berdasarkan peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Provinsi
Kalimantan Selatan (Perda Provinsi Nomor 9 Tahun 2000). Sebagian besar
wilayah tambang PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara) PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin berada dalam Kawasan
Hutan Produksi. Selebihnya juga ada yang termasuk dalam Kawasan Hutan
Produksi Konversi, Kawasan Budidaya Tanaman Perkebunan, serta Kawasan
Budidaya Tanaman Perkebunan Lahan Kering. Sedangkan berdasarkan peta
RTRW Kabupaten Tanah Bumbu (Perda Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 29
Tahun 2005), areal tambang tersebut sebagian besar dalam Kawasan Budidaya
Tanaman Tahunan dan sebagian lagi dalam luasan yang lebih kecil berada dalam
Kawasan Budidaya Lahan Kering, Kawasan Hutan Produksi Tetap dan Sedikit
masuk ke dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas.
Tambang Batulicin berdasarkan Peta Kawasan Hutan Produksi
Kalimantan Selatan (SK Menhutbun Nomor 453/Kpts/-II/1999) terdiri dari hutan
produksi tetap (HP), hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi yang dapat
dikonversi (HPK) dan sisanya merupakan areal penggunaan lain (APL).
Berdasarkan Kepmenhut No : SK.469/Menhut-II/2008 tanggal 23 Desember
2008, PT Arutmin Indonesia diberikan izin pinjam pakai kawasan penunjangnya
seluas 3.291,30 ha dan jalan angkutan batubara seluas 41,16 ha. Hak yang
diberikan dalam izin ini adalah berada, menempati dan mengelola serta
melakukan kegiatan yang meliputi kegiatan penambangan batubara dan kegiatan
lainnya serta memmanfaatkan hasil kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan
penambangan pada kawasan hutan yang dipinjam pakai.
Keadaan lahan dalam kawasan tersebut sebelum dilakukan proses
penambangan telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam padi,
berkebun dan lainnya. Sehingga dalam proses pembukaan tambang terlebih
dahulu harus melakukan pembebasan lahan tersebut dari masyarakat terkait
berdasarkan peraturan pemerintah Indonesia. Selain itu, juga dijumpai pengguna
lain seperti kegiatan pertambangan batubara (oleh perusahaan lain), pertambangan
Tata guna lahan pasca penambangan meliputi hutan sekunder serta
pengembangannya berupa akses penghubung antara Desa Mangkalapi dan Teluk
Kepayang, embung sebagai titik pemantauan kualitas air serta penampungan air
guna pemenuhan bagi satwa dan kebutuhan air bagi kegiatan pemadaman
kebakaran hutan serta lokasi pembibitan karet serta jalan pemantauan.
Tata guna lahan pada tapak sendiri meliputi jalan masyarakat yang pada
awalnya merupakan jalan kedaraan tambang, bekas kolam pengendapan, area
[image:37.595.85.510.299.673.2]reklamasi PT Arutmin Indonesia, danau dan hutan produksi milik PT Inhutani
(Gambar 5). Peta tata guna lahan kawasan dapat dilihat pada Gambar 6,
sedangkan peta tata guna lahan tapak dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 5. Kondisi tata guna lahan pada tapak (1) Jalan masyarakat (2) Bekas kolam pengendapan
Jenis dan Karakteristik Tanah
Tekstur suatu tanah dipengaruhi oleh bahan induk tanah. Bahan induk
bertekstur kasar cenderung menghasilkan tanah bertekstur kasar dan sebaliknya.
Ardianto (2008) menunjukkan melalui perbandingan persen pasir, debu dan liat
dapat disimpulkan bahwa kelas tekstur tanah pada lahan reklamasi tersebut adalah
berliat.
Berdasarkan dokumen AMDAL PT Arutmin Indonesia tahun 2003, di
lokasi penelitian terdapat 2 order tanah, yaitu tanah Ultisol dan Inceptisol (Soil Taxonomy) yang mendominasi lokasi penelitian ini dan penyebarannya dapat dijumpai pada landform teras sungai, dataran lipatan, angkatan sampai ke
pegunungan intrusi dengan proporsi minor sampai dominan. Berdasarkan analisis
didapat bahwa pada lokasi penelitian tanahnya bertekstur liat dengan tingkat
kesuburan rendah.
Ardianto (2008) juga menunjukkan, dari hasil analisis diketahui bobot isi
sekitar 1,46 g/cm3 namun bobot isi tersebut masih tergolong tinggi karena bobot
isi tanah pada umumnya hanya berkisar 0,9 g/cm3 sampai 1 g/cm3. Menurut
Feriansyah (2009) bobot isi tinggi berpengaruh pada kemapuan penetrasi akar
tanaman, semakin tinggi bobot isi penetrasi akar ke dalam tanah akan menjadi
semakin terganggu. Hal ini disebabkan karena pada saat penyebaran tanah pucuk
untuk reklamasi terjadi pemadatan karena penyebaran tanah dilakukan dengan
menggunakan alat berat (buldozer). Selain itu tanah yang disebar baru berumur tiga minggu.
Karakter fisik tanah pada lahan reklamasi bekas tambang batubara sangat
berbeda jika dibandingkan dengan karakteristik fisik tanah pada umumnya. Tanah
pada lahan reklamasi ini merupakan tanah yang sudah rusak dan terganggu akibat
dari kegiatan penambangan. Kerusakan tanah secara fisik dapat dilihat dari bobot
isi yang sangat tinggi. Bobot isi ini berkaitan dengan pori-pori dalam tanah yang
Topografi dan Kemiringan Lahan
Topografi wilayah Tambang Batulicin pada umumnya berombak hingga
bergelombang dengan ketinggian maksimum mencapai 500 meter di atas
permukaan laut (dpl). Ketinggian terus menurun hingga mencapai ketinggian 10
meter dpl pada daerah yang semakin dekat dengan jalan propinsi atau yang mengarah
ke Selat Laut.
Di sekitar wilayah tambang terdapat beberapa sungai kecil yang pada
umumnya merupakan anak cabang dari sungai Ata, Sela, Batulicin, Sarongga dan Sungai
Dua. Arah aliran sungai-sungai tersebut semuanya bermuara di Selat Laut. Geomorfologi
wilayah studi secara umum dibagi dalam tiga satuan geomorfologi yaitu : satuan
geomorfologi perbukitan terjal, satuan geomorfologi bergelombang dan satuan
geomorfologi pedataran.
Untuk wilayah Saring dan Mangkalapi, geomorfologi umumnya
bergelombang dan relatif datar dengan ketinggian maksimum 95 meter dpl.
Sedangkan wilayah Sarongga memiliki geomorfologi dataran rendah dengan
ketinggian maksimum 50 meter dpl. Geomorfologi bergelombang dan relatif datar
di atas didasari oleh batuan-batuan sedimen yang berumur Tersier, yaitu
formasi-formasi Tanjung, Berai, Pamaluan, Warukin dan Dahor (Arutmin, 2003).
Di wilayah Mangkalapi, cadangan batubara terletak di sebelah Timur dari
Pegunungan Meratus. Cadangan ini memanjang dari Barat ke Timur dengan
geomorfologi daerah yang relatif bergelombang dan datar. Ketinggian yang ada
berkisar 35 - 70 meter dpl dengan persen kemiringan 10 - 20%. Peta Topografi dan
Ilustrasi Perspektif Topografi dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9, sedangkan Peta
Kemiringan Lahan pada Gambar 10.
Tabel 2. Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan
No Tingkat Kemiringan Persentase (%) Luas Area (Ha)
1 Datar 0 - 8 2.15
2 Landai 8 - 15 1.93
3 Agak curam 15 - 30 2.05
4 Curam 30 - 45 1.37
Hidrologi
Sistem hidrologi dalam tambang menggunakan sistem settling dan
[image:45.595.97.511.210.568.2]sediment pond untuk menangkap aliran air yang jatuh dalam area tambang sebelum dialirkan menuju outlet ke luar area tambang dan badan air lain, seperti kali yang lewat area rekreasi site Mangkalapi tambang Batulicin (Gambar 11). Peta Hidrologi dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 11. Kondisi hidrologi danau Ex. Tambang Pit 1 Mangkalapi
Pengelolaan terhadap biologi akuatik dan juga teresterial telah dilakukan
sejak masih operasional juga pasca penambangan. Selama operasional dan juga
pasca penambangan tanda larangan merusak pohon/areal revegetasi masih
terpajang dilokasi bekas Tambang Mangkalapi. Biologi akuatik merupakan
dampak turunan/sekunder sehingga pengelolaan air yang benar juga berarti
lingkungan/habitat biologi akuatik terjaga. Demikian juga sebaliknya bila kualitas
air mengalami penurunan maka kehidupan biologi akuatikpun terganggu.
Kualitas air keluaran bekas void (danau) semenjak tambang ditutup menunjukkan nilai yang baik (Tabel 3). Pengukuran terakhir pada bulan
(1) Menghitung pH dan tingkat kekeruhan (2) Outlet utama danau
(3) Settling pond pit 1 Mangkalapi sebelum
ditutup tanah
Desember 2010 menunjukkan nilai pH keluaran (outlet) berkisar antara 6,0 – 7,0 dengan nilai rata-rata 6,5 dan tingkat kekeruhan 18,7 - 78,8 dengan nilai rata-rata
41,1. Kualitas air di void ex. tambang Pit 1 Mangkalapi pada bulan April 2010
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Hasil pengukuran nilai pH dan turbidity Bulan Desember 2010
Tanggal pH keluar Turbidity keluar
1 6,5 43,9
2 6,5 41,7
3 6,5 48,2
4 7,0 57,2
5 6,5 57,6
6 7,0 39,6
7 7,0 32,8
8 6,5 24,4
9 6,5 78,8
10 6,5 70,5
11 6,5 70,3
12 6,5 71,0
13 7,0 66,6
14 7,0 65,2
15 7,0 65,7
16 7,0 40,7
17 6,5 44,3
18 6,5 44,0
19 6,0 51,2
20 6,0 50,8
21 6,5 39,6
22 6,0 32,7
23 6,0 28,6
24 6,5 20,0
25 6,5 28,3
26 6,5 22,9
27 6,5 37,6
28 6,5 29,9
29 6,5 24,8
30 6,5 19,6
31 6,5 18,7
Rata-rata 6.55 44.1
[image:46.595.108.508.185.575.2](Sumber: PT Arutmin Indonesia)
Tabel 4. Kualitas air di void ex. tambang Pit 1 Mangkalapi (April 2010)
No Parameter Satuan Hasil Analisis
1 TSS mg/L 21
2 BOD mg/L 1.48
3 COD mg/L 13.1
4 DO mg/L 6.96
5 Amoniak, NH3 mg/L 0.017
6 Tembaga, Cu mg/L 0.034
7 Seng, Zn mg/L 0.212
8 Timbal, Pb mg/L 0.004
9 Fluorida, F mg/L 0.144
10 Kadmium, Cd mg/L 0.002
11 Khromium, Cr6+ mg/L 0.007
Iklim
Berdasarkan ANDAL Tambang Batulicin, wilayah Batulicin dan
sekitarnya beriklim tropika basah dengan tipe iklim Af/Am menurut Koppen yaitu
hujan tropik dan beriklim B menurut Schmidt dan Ferguson yaitu daerah dengan
vegetasi masih hujan tropik. Suhu udara berkisar antara 23-34o
Grafik di bawah menunjukkan nilai rata-rata hujan bulanan adalah 370
mm/bulan dengan curah hujan tertinggi pada bulan Mei sebesar 554 mm/bulan
sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September 218 mm/bulan.
Curah hujan untuk periode 2010 adalah 4.445 mm/tahun.
C.
Berdasarkan data curah hujan bulanan dalam laporan pemantauan
lingkungan bulanan, setiap bulan dalam peroide 2010 memiliki rata-rata curah
hujan >200mm, apabila dilihat berdasarkan system klasifikasi Oldeman yang
menyebutkan bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan >200mm dan
bulan kering memiliki curah hujan <100mm. Pada tahun 2010 ini curah hujan
tidak menentu, dapat dilihat pada grafik di bawah, bulan Juli yang biasanya masuk
ke dalam kategori bulan kering, pada tahun ini berada pada kategori bulan basah.
Gambar 13. Grafik curah hujan bulanan Batulicin periode 2010 (Sumber: PT Arutmin Indonesia)
Kualitas Visual Lanskap
Area danau bekas tambang Pit 1 Mangkalapi merupakan suatu area yang
didominasi oleh struktur vegetasi, baik area reklamasi ataupun hutan industri.
Dominasi vegetasi menyebabkan kualitas visual pada area sekitar danau bekas
tambang cukup mendukung kegiatan rekreasi. Adanya pemandangan area 0 100 200 300 400 500 600 Jan uar i Febr uari Mar et Apr il
reklamasi dan high wall bekas tambang dengan kekhasannya menjadi nilai tambah tapak. Pemandangan yang mendukung keindahan tapak dikelompokkan dalam
good view tapak (Gambar 14).
Gambar 14. Good view pada tapak (Sumber: Lapang oleh penulis, 2010)
Pada tapak juga terdapat pemandangan yang kurang mendukung
keindahan tapak (bad view). Bad view pada tapak terdapat melalui saluran air yang terbentuk pada area reklamasi, sehingga terbentuk lubang-lubang dan
timbulnya erosi ringan di area hutan industri (Gambar 15). (1) Area reklamasi, bagian utara tapak
(3) Area hutan industri yang mengelilingi di bagian timur dan selatan tapak
(2) Tampak High wall dari sisi timur tapak
[image:49.595.83.511.129.778.2](1) Saluran air di area reklamasi (2) Erosi ringan di area hutan industri
Vegetasi dan Satwa
Ragam vegetasi yang terdapat pada hutan sekunder lahan bekas Tambang
Mangkalapi terdiri dari vegetasi pioneer exotic seperti Sengon, Akasia dan
pioneer lokal seperti Sungkai, Kedawung, Ketapi dan Meranti. Sebanyak 19.435 pohon telah ditanam di lokasi bekas tambang Mangkalapi sampai dengan Agustus
2008 sebagaimana terlihat pada Tabel 5 dibawah ini. Sedangkan pada tapak
sendiri per Agustus 2010 jumlah vegetasi sebanyak 8.640 pohon berjenis akasia.
Tabel 5. Daftar vegetasi kawasan reklamasi keseluruhan Tambang Mangkalapi
No. Nama Latin Nama Umum Jumlah (Pohon)
1 Acacia mangium Akasia 3.100
2 Paraserianthes falcataria Sengon 14.242
3 Peronema canescens Sungkai 950
4 Glericidia maculata Gamal 100
5 Eusideroxylon zwageri Ulin 5
6 Samanea saman Trembesi 850
7 Ceiba petandra Kapuk 108
8 Buah-buahan 80
(Sumber: PT Arutmin Indonesia)
(1) Suasana vegetasi di sekitar tapak
[image:50.595.77.509.252.747.2](2) Tanaman Akasia pada tapak (3) Tanaman Tali purun pada tapak
Jenis vegetasi lain yang ada di tapak berdasarkan hasil survey adalah jenis
tanaman tali purun (Elocharis durcis) yang banyak terdapat di tepian danau. Pada tapak sendiri vegetasi yang mendominasi adalah Akasia (Acacia mangium). Beberapa jenis satwa yang terdapat di tapak diantaranya kijang, monyet, ular,
kadal, kodok, tupai, burung-burungan, kucing hutan, bunglon dan babi.
Demografi
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk
Kabupaten Tanah Bumbu adalah 267.913 orang, yang terdiri atas 139.498
laki-laki dan 128.415 perempuan. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah
Bumbu pada periode tahun 2000-2010, laju pertumbuhan penduduk Tanah
Bumbu mencapai 3,74 persen. Pertumbuhan penduduk Tanah Bumbu
yang tinggi ini diduga terkait dengan perkembangan perekonomian kabupaten
Tanah Bumbu yang semakin meningkat. Saat ini tanah bumbu dikenal sebagai
[image:51.595.109.511.428.646.2]daerah tujuan pekerja migran.
Tabel 6. Daftar jumlah penduduk Kabupaten Tanah Bumbu 2010
Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan
Rasio Jenis Kelamin
Kepadatan Penduduk
Kusan Hilir 21.584 21.245 42.829 102 107
Sungai Loban 9.744 9.087 18.831 107 53
Satui 25.882 23.219 49.101 111 56
Angsana 8.579 7.783 16.362 110 108
Kusan Hulu 9.874 9.053 18.927 109 12
Kuranji 3.930 3.603 7.533 109 68
Batulicin 6.904 6.555 13.459 105 105
Karang Bintang 8.356 7.680 16.036 109 136
Simpang Empat 35.723 32.203 67.926 111 225
Mantewe 8.922 7.987 16.909 112 17
TANAH BUMBU 139.498 128.415 267.913 109 53
(Sumber: Data Sensus 2010, Kab. Tanah Bumbu)
Desa Teluk Kepayang dan Mangkalapi yang berada dalam lingkup
Kecamatan Kusan Hulu merupakan lokasi tapak penelitian, jumlah penduduk
kedua desa tersebut 2.286 jiwa (635 kk). Berdekatan dengan lokasi tapak terdapat
8.356 jiwa. Lokasi yang berdekatan dengan sumber tambang dimanfaatkan
beberapa masyarakat sekitar untuk mengais rezeki di sektor tersebut. Sektor lain
yang digeluti masyarakat sekitar tapak seperti berdagang, bertani, ada juga yang
menjadi nelayan dan karyawan di luar kecamatan tersebut.
Perilaku dan Keinginan Penduduk
Tambang Mangkalapi yang memiliki wilayah di dua desa yaitu Desa
Mangkalapi dan Desa Teluk Kepayang yang merupakan pemukiman penduduk
terdekat dengan danau yang berjarak sekitar 4-6 km. Jarak yang berdekatan
membuat masyarakat kedua desa tersebut dapat meluangkan waktunya untuk
menikmati keindahan danau Ex. Tambang Pit 1 Mangkalapi ini. Kebiasaan
masyarakat kalimantan pada umumnya adalah memancing, atau hal yang
berkaitan dengan suasana air seperti bersampan ataupun hanya sekedar menikmati
keindahan alam, masyarakat sekitar tapak juga memiliki kebiasaan yang sama.
Hal ini disebabkan dahulu kalimantan dikelilingi banyak sungai. Namun saat ini
sungai-sungai sudah mulai berkurang akibat aktivitas manusia.
Masyarakat sekitar merasa perlu ada sebuah inovasi baru dengan adanya
sarana hiburan (rekreasi) bagi mereka, baik direncanakan oleh pemerintah
ataupun perusahaan yang akan melakukan penutupan tambang. Karena hingga
saat ini belum ada area rekreasi yang berdekatan dengan Kecamatan Kusan Hulu
dan Mentewe. Hal ini menjadi dasar kuat untuk melakukan Perencanaan lanskap
rekreasi pada lahan pasca tambang batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin
Indonesia Tambang Batulicin.
Hasil survey lapang dengan metode menyebar kuisioner dan diskusi
dengan masyarakat sekitar tapak mendapat hasil yang sejalan dengan penelitian
ini. Pembagian kuisioner dengan cara acak, sebagian besar adalah berkelompok
(3-5 orang) mengisi satu kuisioner. Sebanyak 17 kusioner yang disebarkan secara
acak kepada masyarakat sekitar tapak. Mendapatkan hasil 100 % responden
menyatakan bahwa ex. Tambang Pit 1 Mangkalapi perlu dikembangkan menjadi
Tabel 7. Hasil kuisioner masyarakat tentang persepsi terhadap tapak dan rencana pengembangan aktifitas serta fasilitas
No Variabel Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
Karakteristik Responden 1 Jenis Kelamin :
a. Laki-laki b. Perempuan 10 7 58.8 41.2 2 Umur :
a. 12-17 tahun b. 18-25 tahun c. 25-40 tahun d. > 40 tahun
1 5 10 1 5.8 29.6 58.8 5.8 3 Tingkat Pendidikan :
a. SD b. SLTP c. SLTA
d. Perguruan Tinggi
2 1 6 8 11.7 5.8 35.3 47.2 4 Pekerjaan :
a. pelajar/mahasiswa b. ibu rumah tangga c. guru d. karyawan e. PNS f. petani/nelayan/pedagang 1 3 3 7 1 2 5.8 17.6 17.6 41.5 5.8 11.7 Persepsi Terhadap Tapak
5 Keadaan cuaca di Ex. Pit 1 Mangkalapi: a. panas b. lembab c. sejuk 12 3 2 70.7 17.6 11.7 6 Suasana pemandangan di sekitar tapak:
a. kurang indah b. indah c. sangat indah
6 10 1 35.3 58.9 5.8 7 Perlukah kawasan Ex Tambang Pit 1
Mangkalapi dikembangkan menjadi kawasan rekreasi?
a. perlu b. tidak perlu c. tidak tahu
17 - -
100
8 Alasan jika menjawab perlu:
a. Akan mendatangkan pengunjung atau wisatawan yang banyak sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar
b. Belum optimalnya usaha pengembangan kawasan selama ini
c. pengembangan kawasan dengan
pengelolaan yang baik akan melestarikan kawasan
Tabel 7. Lanjutan
No Variabel Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
Rencana Pengembangan Aktifitas dan Fasilitas 9 Aktivitas yang diharapkan (jawaban>1) :
a. memancing
b. menikmati pemandangan c. diskusi
d. berjalan-jalan dipinggir danau e. duduk dan makan
f. berenang
g. berperahu (kelotok)
h. lainnya (rekreasi pendidikan)
9 6 5 7 6 4 6 3 19.5 13.0 10.9 15.2 13.0 8.7 13.0 6.7 10 Fasilitas yang diharapkan (jawaban>1):
a. pos keamanan
b. jalan setapak mengelilingi danau c. kios-kios
d. wc umum e. musholla f. saung
g. dek pemancingan h. lampu penerangan i. gazebo
j. bangku taman k. pusat pengunjung l. penyewaan perahu
m.Tempat diskusi/berkumpul
8 10 3 7 7 3 7 4 4 7 1 6 5 11.1 13.8 4.2 9.7 9.7 4.2 9.7 5.5 5.5 9.7 1.4 8.6 6.9 11 Untuk mengelilingi kawasan ini, jenis
transportasi yang anda sukai: a. berjalan kaki
b. perahu (kelotok) c. lainnya… 10 6 1 58.9 % 35.3 % 5.8 % 12 Bagaimana cara anda menuju Danau
Mangkalapi ini: a. berjalan kaki b. naik sepeda c. naik sepeda motor d. naik mobil pribadi e. lainnya… 1 10 3 3 5.8 59.0 17.6 17.6 13 Kesediaan membayar biaya masuk:
a. ya b. tidak c. tidak tahu
15 1 1 88.4 5.8 5.8
ANALISIS DAN SINTESIS
Aspek Fisik dan Biofisik Lokasi dan Aksesibilitas
Kegiatan penambangan di Tambang Mangkalapi mulai berlangsung sejak
dikeluarkan izin melaksanakan proyek tambang dari Bapedalda Kota Baru (lokasi
Kabupaten sebelum dimekarkan menjadi Kabupaten Tanah Bumbu) pada 10
April 2003. Pit 1 Mangkalapi yang paling awal ditambang saat ini sudah menjadi
area rimbun yang telah direklamasi, serta kualitas air danau (ex. void) sudah cukup baik.
Lokasi awal penelitian di Pit 1 Mangkalapi adalah 17,78 Ha dengan luas
danau (ex. void) 8,37 Ha. Pemilihan lokasi ini dilatarbelakangi oleh potensi perairan luas yang merupakan area bekas tambang dan telah direklamasi PT
Arutmin Indonesia. Potensi perairan memiliki luas 8,37 Ha, area ini memerlukan
area daratan yang difungsikan sebagai area aktivitas dan fasilitas, serta dapat
menjadi area penyangga perairan tersebut. Potensi daratan yang dimanfaatkan
seluas 9,41 Ha. Namun setelah dilakukan analisis, untuk menambahkan area
rekreasi darat dan pelayanan di dalam perencanaan, batas tapak diperluas menjadi
18,43 Ha dengan luas area perairan 8,45 Ha dan area daratan 9,98 Ha.
Hingga saat ini Pit 1 Mangkalapi yang telah ditutup tambang belum
termanfaatkan optimal, khususnya bagi masyarakat setempat yang telah terkena
dampak dari kegiatan penambangan. Kebutuhan masyarakat akan hiburan
(rekreasi) dapat tertanggulangi dengan dibukanya Pit 1 Mangkalapi ini sebagai
area rekreasi. Melihat belum adanya sarana rekreasi yang berdekatan dengan
pemukiman di Kecamatan Kusan Hulu, khususnya Desa Mangkalapi dan Teluk
Kepayang yang jarak terdekat dengan area rekreasi mencapai 90 km. Saat ini
rekreasi alam terbuka menjadi pilihan utama masyarakat. Partisipasi masyarakat
dalam kegiatan rekreasi terbuka menunjukan peningkatan setiap tahunnya (Gold,
1980).
Sarana transportasi yang digunakan dari dan ke lokasi tambang
Mangkalapi oleh masyarakat umum adalah dengan menggunakan angkutan
Sedangkan sarana transportasi yang digunakan oleh karyawan persahaan untuk
menuju ke lokasi tambang adalah dengan menggunakan mobil perusahaan. Tapak
diapit oleh dua desa yaitu Desa Mangkalapi dan Desa Teluk Kepayang yang
berjarak sekitar 4-6 km.
Aksesibilitas menuju area tidak didukung kondisi jalan yang baik, jalan
bekas tambang ini masih berupa tanah dan kombinasi batuan yang sangat licin
jika hujan turun. Kondisi jalan seperti ini perlu menjadi perhatian dalam
merencanakan suatu area rekreasi, karena akses menjadi faktor penting untuk
mendatangkan pengunjung. Perlu adanya perbaikan kondisi jalan, terutama untuk
perusahaan yang memanfaatkan jalan sebagai jalur transoprtasi utama, karena ada
beberapa perusahaan tambang dan sawit yang sering melintasi jalan. Pemerintah
setempat sudah pernah memiliki rencana untuk memperbaiki jalan namun hingga
saat ini belum ada realisasi. Peta Analisis Lokasi Penelitian dapat dilihat pada
Tata Guna Lahan
Berdasarkan peta RTRW Kabupaten Tanah Bumbu (Perda Kabupaten
Nomor 29 Tahun 2005), areal tambang tersebut sebagian besar dalam Kawasan
Budidaya Tanaman Tahunan dan sebagian lagi dalam luasan yang lebih kecil
berada dalam Kawasan Budidaya Lahan Kering, Kawasan Hutan Produksi Tetap
dan Sedikit masuk ke dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas.
Tata guna lahan pasca penambangan meliputi hutan sekunder serta
pengembangannya berupa akses penghubung antara Desa Mangkalapi dan Teluk
Kepayang, embung (danau) sebagai titik pemantauan kualitas air serta
penampungan air guna pemenuhan bagi satwa dan kebutuhan air bagi kegiatan
pemadaman kebakaran hutan serta lokasi pembibitan karet serta jalan
pemantauan.
Kondisi tata guna lahan pada tapak meliputi jalan masyarakat, bekas
kolam pengendapan, area reklamasi dan danau serta hutan produksi. Jalan
masyarakat menjadi penghubung antara Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan
Mentewe, sebelum penambangan ditutup jalan ini berfungsi sebagai penghubung
utama Pit 1 Mangkalapi. Kondisi jalan ini sudah cukup baik, namun ketika hujan
jalan menjadi licin. Sehingga perlu adanya perbaikan jalan menjadi jalan hotmik
atau pelur dengan semen.
Kolam pengendapan saat ini sudah ditutup dan diratakan dengan tanah.
Kondisi tanah saat ini sudah cukup padat karena proses perataan yang
menggunakan alat berat. Sedangkan area reklamasi menjadi area yang
mendominasi di bagian utara tapak. Tanaman yang direklamasi sudah tumbuh
dengan baik, sehingga nuansa hijau sudah mendominasi area ini. Peta Analisis
Tata Guna Lahan dapat dilihat pada Gambar 18.
Terdapat danau yang merupakan bekas lubang besar dalam proses
penambangan batubara. Luas danau mencapai 8,37 Ha. Danau juga menjadi daya
tarik keindahan pada tapak. Potensi perairan ini memiliki air yang tenang dengan
kualitas yang cukup baik. Namun belum memungkinkan untuk dijadikan kolam
pemancingan karena pH air (rata-rata bulan Desember 2010 sebesar 6,5) belum
Jenis dan Karakteristik Tanah
Jenis tanah yang terdapat di lokasi penelitian terdapat 2 order tanah, yaitu
tanah Ultisol dan Inceptisol (Soil Taxonomy) dan penyebarannya dapat dijumpai pada landform teras sungai, dataran lipatan, angkatan sampai ke pegunungan intrusi dengan proporsi minor sampai dominan. Tanah jenis ini bertekstur liat
dengan tingkat kesuburan rendah. Sehingga perlu penambahan tanah pucuk (tanah
subur) untuk area yang direncanakan sebagai tempat tumbuh tanaman.
Tanah Ultisol umumnya berke