• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Lanskap Area Rekreasi Pada Lahan Pasca Tambang Batubara Di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Lanskap Area Rekreasi Pada Lahan Pasca Tambang Batubara Di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

PT ARUTMIN INDONESIA TAMBANG BATULICIN, KALSEL

MAHMUD HARIS

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(2)

MAHMUD HARIS. A44061649. Perencanaan Lanskap Area Rekreasi pada Lahan Pasca Tambang Batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel. Di bawah Bimbingan NIZAR NASRULLAH.

Lahan bekas tambang Pit 1 Mangkalapi merupakan area bekas tambang batubara PT Arutmin Indonesia yang berpotensi untuk dijadikan area rekreasi dengan memanfaatkan pemandangan alam bekas tambang di sekitar tapak seperti danau (void), highwall (lereng curam sisa tambang) dan area tanaman reklamasi sebagai obyek rekreasi. Masyarakat sekitar tapak memerlukan area rekreasi, karena saat ini belum ada lokasi rekreasi yang berdekatan dengan masyarakat sekitar tapak, jarak terdekat dengan area rekreasi mencapai 90 km, sehingga perlu adanya area rekreasi alternatif yang lokasinya lebih dekat.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rencana lanskap area rekreasi yang memanfaatkan danau dan high wall sisa tambang sebagai obyek rekreasi utama dan beberapa obyek rekreasi lainnya dilengkapi fasilitas pelayanan pengunjung dengan suasana lanskap alami yang aman, nyaman dan mendukung keberlanjutan reklamasi.

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survei dengan mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Perencanaan pada penelitian ini menggunakan pendekatan sumberdaya. Tahapan perencanaan meliputi kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanan lanskap. Penelitian ini dibatasi hingga tahap perencanaan tapak dan diwujudkan berupa gambar site plan dan beberapa gambar penunjang lain.

Tambang Mangkalapi terletak di Desa Mangkalapi, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak pada 115°35'28.80" - 116°05'10.00" BT dan 03°10'38.10" - 03°21'21.50" LS. Desa Mangkalapi dan Teluk Kepayang merupakan pemukiman penduduk terdekat dengan lokasi yang berjarak 4 km.

Lahan bekas tambang Pit 1 Mangkalapi saat ini masih berupa area reklamasi. Pemandangan sekitar tapak cukup baik yaitu dengan keberadaan feature di sekitar tapak seperti danau, highwall (lereng curam sisa tambang) dan area tanaman reklamasi yang rimbun, sehingga memberi nilai tambah dalam pengembangan kawasan lebih lanjut. Masyarakat sekitar tapak berharap peruntukkan area bekas tambang ini sebagai area rekreasi. Permasalahan pada tapak antara lain jalan menuju tapak licin jika hujan turun, kualitas tanah yang kurang subur, kualitas air yang belum diteliti secara detail.

(3)

obyek rekreasi utama dan beberapa obyek rekreasi lainnya dilengkapi fasilitas pelayanan pengunjung dengan suasana lanskap alami yang aman, nyaman dan mendukung keberlanjutan reklamasi. Konsep tersebut dikembangkan dalam konsep ruang, rekreasi, sirkulasi, vegetasi dan fasilitas.

Perencanaan lanskap area rekreasi pada lahan pasca tambang batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia ini dibagi dalam tiga zona yaitu zona intensif, semi intensif dan ekstensif. Zona intensif terdiri dari ruang penerimaan seluas 1.552 m2, ruang pelayanan 3.779 m2, ruang rekreasi utama dengan luas 2.824 m2 yang terdiri dari aktivitas berperahu dan berkelotok, menikmati pemandangan (high wall, area reklamasi dan danau), jalan santai dan bermain. Zona semi intensif terdiri dari ruang rekreasi alternatif dengan luas 2,78 Ha yang terdiri dari aktivitas memberi makan ikan, rekreasi minat khusus (rekreasi pendidikan tambang), berkemah dan menikmati pemandangan, serta ruang rekreasi pendukung dengan luas 1.662 m2

Perencanaan lanskap area rekreasi ini juga dilengkapi dengan fasilitas pelayanan pengunjung. Beberapa fasilitas yang dikembangkan di tapak seperti name sign, loket tiket, area parkir, ruang pengelola (merangkap ruang informasi dan rescue), pos jaga, mushola, kantin, kios, toko cindera mata, toilet, gazebo, area piknik, area berkemah, dek utama, terminal perahu, dek singgah (transisi), tempat bermain anak, menara pandang dan shelter.

(4)
(5)

PT ARUTMIN INDONESIA TAMBANG BATULICIN, KALSEL

MAHMUD HARIS A44061649

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

Judul : Perencanaan Lanskap Area Rekreasi pada Lahan Pasca Tambang Batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel

Nama : Mahmud Haris

NRP : A44061649

Departemen : Arsitektur Lanskap

Mengetahui, Dosen Pembimbing

NIP. 19620118 198601 1 001 Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr

Menyetujui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

NIP. 19480912 197412 2 001 Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA

(8)

Mahmud Haris dilahirkan di Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 29 Mei 1989. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dalam keluarga Amir dan Sami, S.Pd.

Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1994 sampai 2000 dengan mengikuti pendidikan di SD Negeri Pamahan, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 9 Bekasi sampai tahun 2003. Pada tahun 2003 sampai dengan 2006 penulis menyelesaikan masa pendidikan di SMA Negeri 113 Jakarta.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI pada tahun 2006. Setelah satu tahun melalui Tahap Persiapan Bersama (TPB-IPB), penulis memilih Departemen Arsitektur Lanskap sebagai program mayor dan program minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi kampus, seperti pengurus BEM TPB IPB (2006-2007) Divisi Infromasi Komunikasi, majalah kampus Gema Almamater (2006-2007) sebagai Layouter, Himaskap (Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap) periode 2008 sebagai pengurus Divisi Infromasi Komunikasi dan pada tahun 2009 menjabat sebagai wakil ketua Himaskap. Penulis juga aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat dan pengabdian lingkungan bersama dosen.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukurillah, La haula wala quwwata illabillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT. Rabb semesta alam. Setiap titik motivasi bagi penulis menjadi nikmat luar biasa. Bahkan nikmat-Nya tak terlampaui jika dicatat dengan lautan tinta sekalipun. Rasulullah SAW sebagai teladan terbaik, semoga shalawat selalu tercurahkan pada baginda rasul, keluarga, sahabat dan pengikutnya yang tiada berpaling. Karya kecil dengan judul “Perencanaan Lanskap Area Rekreasi pada Lahan Pasca Tambang Batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel” dapat diselesaikan penulis atas dukungan berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Orang tua tercinta, Ma’ Baba, atas kasih sayang abadi dan doa terbaik yang tidak pernah bisa terbalas.

Ade” tercinta Siti Novianti, Rizky Hardianti atas doa dan canda. Oyot yang selalu bangga pada cucu pertamanya.

Seluruh keluarga besar di rumah. Keluarga nce’ satih, Bang Daya dan semua sodara di ‘ranah’ betawi.

2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr, sebagai Pembimbing Skripsi atas nasehat dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.

Dr. Ir. Andi Gunawan, M. Agr dan Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen penguji atas saran dan masukan yang membangun.

Dr. Ir. Alinda F.M. Zein, MS selaku dosen pembimbing akademik. 3. Novi Zulfiyanita

4. PT Arutmin Indonesia, special to Batulicin Mine

(10)

5. Sahabat saya Alan, Ado.

Hikari Boy’s, Bang Buluq, Ridho, Ray, Galih, Ma’ul, Wahyu, Faisal, Bayu, Alim, Fatwa, Eja. Penghuni ‘gelap’ Hikari, Bang jabi, Bang Oca.

Pram, Joe, Dwica dan Nining, rekan satu bimbingan, maaf saya sering hilang. Tenktonk Family, atas keceriaan 3 tahun bersama.

Bang Em dan semua 42. Bang Ce’ep, trims atas info magangnya. ARL 41, 40, seluruh abang” & teteh di ARL.

ARL 44, 45, 46, seluruh generasi penerus di ARL.

Seluruh Keluarga Besar Departemen Arsitektur Lanskap IPB, dosen dan staf.

Wongtani Landscape (Pak Hari, Pak Decky) atas pengalaman yang singkat

namun bermakna.

Keluarga Besar Akar (Bg cepi,alan,bayu,danil,warte) itu pelajaran buat kita mari berkarya lagi sesuai mimpi kita, yang penting kesuksesan bersama untuk kita semua.

6. Terima kasih kepada semua teladan dan seluruh mahluk yang punya makna. Mudah-mudahan saya bisa banyak belajar pada kalian..

Hasil studi ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam memperdalam keahlian profesi Arsitektur Lanskap, selain dapat juga menjadi masukan bagi PT Arutmin Indonesia dalam kegiatan pasca tambang khususnya dan semua pihak umumnya.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pihak manapun yang memerlukannya.

Terima kasih.

Bogor, Mei 2011

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan 3

Manfaat 3

TINJAUAN PUSTAKA

Penambangan Batubara 4

Lanskap Pascapenambangan 5

Reklamasi Lahan Pasca Tambang 6

Rekreasi 7

Perencanaan Lanskap 9

Lanskap Area Rekreasi 10

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Batasan Penelitian 13

Metode Penelitian 14

Tahapan Perencanaan Lanskap 14

INVENTARISASI

Lokasi dan Aksesibilitas 17

Tata Guna Lahan 20

Jenis dan Karakteristik Tanah 24

Topografi dan Kemiringan Lahan 25

Hidrologi 29

Iklim 32

Kualitas Visual Lanskap 32

Vegetasi dan Satwa 34

Demografi 35

Perilaku dan Keinginan Penduduk 36

ANALISIS DAN SINTESIS

Lokasi dan Aksesibilitas 39

(12)

Jenis dan Karakteristik Tanah 44

Topografi dan Kemiringan Lahan 45

Hidrologi 48

Iklim 50

Kualitas Visual Lanskap 50

Vegetasi dan Satwa 51

Demografi 52

Perilaku dan Keinginan Penduduk 53

Alternatif Kegiatan Rekreasi 56

Program Ruang 60

Hubungan Antar Ruang 63

KONSEP

Konsep Dasar 64

Konsep Ruang 64

Konsep Rekreasi 65

Konsep Sirkulasi 65

Konsep Vegetasi 66

Konsep Fasilitas 67

PERENCANAAN LANSKAP

Rencana Ruang 72

Rencana Rekreasi 79

Berperahu 79

Rekreasi Pendidikan 79

Sightseeing 80

Taman Bermain Anak 80

Piknik 81

Jogging dan Jalan Santai 81

Rencana Sirkulasi 82

Rencana Vegetasi 83

Rencana Fasilitas 84

Name Sign 85

Loket Tiket 85

Area Parkir 85

Pusat Informasi dan Ruang Pengelola 86

Pos Jaga 86

Mushola 86

Kantin dan Toko Cindera Mata 86

Toilet 86

Gazebo dan Area Piknik 87

Dek dan Terminal Perahu 87

(13)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 89

Saran 90

DAFTAR PUSTAKA 91

(14)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Jenis, sumber dan cara pengambilan data 15

2. Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan 25 3. Hasil pengukuran nilai pH dan turbidity Desember 2010 30 4. Kualitas air void ex. tambang Pit 1 mangkalapi (April 2010) 30 5. Daftar vegetasi kawasan reklamasi Tambang Mangkalapi 34 6. Daftar jumlah penduduk Kabupaten Tanah Bumbu 2010 35 7. Hasil kuisioner masyarakat tentang persepsi terhadap tapak dan

rencana pengembangan aktifitas serta fasilitas 37

8. Hasil analisis dan sintesis pada tapak 56

9. Matriks hubungan sumberdaya dengan aktivitas pada tapak 59 10. Standar kesesuaian ruang (TGL, kemiringan dan hidrologi) 60 11. Program ruang, fungsi, aktivitas dan fasilitas 62 12. Jenis ruang, fungsi, aktivitas, fasilitas dan luas ruang yang

direncanakan 72

13. Alokasi penggunaan ruang dan kapasitas (daya dukung) 74

14. Rencana sirkulasi pada tapak 82

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Peta lokasi penelitian 13

2. Tahapan perencanaan lanskap (Gold, 1980) 14

3. Peta aksesibilitas 4. Peta batas tapak 19

18

5. Kondisi tata guna lahan pada tapak 21

6. Peta tata guna lahan kawasan 22

7. Peta tata guna lahan tapak 23

8. Peta Topografi 26

9. Ilustrasi Perspektif Topografi 27

10. Peta Kemiringan Lahan 28

11. Kondisi hidrologi danau Ex. Tambang Pit 1 Mangkalapi 29

12. Peta Hidrologi 31

13. Grafik curah hujan bulanan Batulicin periode 2010 32

14. Good view pada tapak 33

15. Bad view pada tapak 33

16. Gambar vegetasi di sekitar tapak, akasia dan tali purun 34

17. Peta Analisis Lokasi Penelitian 41

18. Peta Analisis Tata Guna Lahan 43

19. Kondisi tanah pada tapak 45

20. Peta Analisis Kemiringan Lahan 47

21. High wall tampak dari jauh dan dekat 46

22. Peta Analisis Hidrologi 49

23. Peta Komposit 61

24. Matriks hubungan antar ruang dalam tapak 63

25. Konsep Ruang 68

26. Konsep Rekreasi 69

27. Konsep Sirkulasi 70

28. Konsep vegetasi 71

(16)

No. Teks Halaman

30. Site Plan (Blow Up 1) 76

31. Site Plan (Blow Up 2) 77

32. Perspektif Mata Burung 78

33. Ilustrasi ruang rekreasi utama 73

34. Ilustrasi gazebo dan area piknik 87

(17)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kalimantan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang di dalamnya

menyimpan banyak mineral. Selain dikenal dengan julukan ‘Borneo’ karena

merupakan paru-paru dunia, Kalimantan juga terkenal dengan berbagai hasil

tambangnya baik emas, intan, batubara dan lain-lain. Salah satu hasil tambang di

daerah Borneo yang saat ini menjadi primadona adalah batubara.

Pertambangan memiliki manfaat yang sangat besar, salah satunya sebagai

penghasil sumber daya yang menguntungkan secara ekonomis. Selain itu

pertambangan juga memberikan kontribusi terhadap penyediaan sumber energi

dan penyerapan tenaga kerja. Namun dibalik dampak positif selalu terdapat

dampak negatif dari setiap kegiatan pertambangan. Pembukaan lahan

pertambangan telah mengurangi keberadaan area hijau di Kalimantan Selatan.

Tambang Mangkalapi yang memiliki luas 563,65 Ha mampu memproduksi

batubara sebanyak 1.310.951,57 ton pada tahun 2006 dan menurut rencana akan

ditutup pada tahun 2011 akan menimbulkan dampak lingkungan yang negatif jika

tidak ditangani dengan baik (PT Arutmin, 2008).

Pemanfaatan lahan pascapenambangan melalui kegiatan reklamasi ini

mencakup kegiatan perbaikan tingkat kesuburan tanah dan perbaikan kualitas air

pada danau (void) bekas tambang. Selain itu pemanfaatan pemandangan alam bekas tambang dengan pemanfaatan feature di sekitar tapak seperti danau,

highwall (lereng curam sisa tambang) dan area tanaman reklamasi. Sehingga area bekas tambang cukup potensial untuk diperuntukkan sebagai area rekreasi.

Rencana untuk menjadikan Pit 1 Mangkalapi sebagai tempat rekreasi

didukung oleh potensi perairan seluas 8,3 hektar, bentukan lahan pasca tambang

yang mempunyai kualitas estetika yang indah, dikelilingi pepohonan rimbun dari

area reklamasi dan Hutan Produksi PT Inhutani. Selain itu kualitas air di danau

Mangkalapi tersebut sudah cukup baik, yaitu ditunjukkan dengan adanya ikan

sebagai indikator.

Inisiatif pemanfaatan potensi lanskap pada area pascapenambangan

(18)

namun PT Arutmin Indonesia mempunyai rencana untuk memberikan yang lebih

bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Salah satunya adalah

penyediaan area rekreasi pada void pasca tambang. Penyediaan area rekreasi ini juga merupakan usulan dari pemerintah desa setempat, yaitu Desa Mangkalapi

dan Desa Teluk Kepayang serta mendapat respon positif dari masyarakat sekitar.

Penyusunan rencana penutupan tambang (RPT) di Mangkalapi

disempurnakan setiap tahunnya. Termasuk di dalamnya adalah rencana

penyediaan area rekreasi pada danau yang merupakan void pasca tambang yang berlokasi di Pit 1 Mangkalapi. Penyediaan rekreasi ini didukung adanya rencana

pada tahun 2010 hingga tahun 2012 merupakan tahun promosi wisata, sedangkan

tahun 2013 nanti merupakan tahun kunjungan wisata (Kadisbudpar Kab. Tanah

Bumbu, 2010). Kegiatan rekreasi di Kabupaten Tanah Bumbu juga didukung

dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode tahun 2000-2010, yaitu sebesar

3,74 persen. Pertumbuhan penduduk Tanah Bumbu yang tinggi ini diduga terkait

dengan perkembangan perekonomian kabupaten Tanah Bumbu yang semakin

meningkat. Saat ini Tanah Bumbu dikenal sebagai daerah tujuan pekerja migran.

Kebutuhan masyarakat akan hal rekreatif tinggi, terlebih lagi saat ini

belum adanya lokasi rekreasi yang berdekatan dengan masyarakat di Kecamatan

Mentewe dan Kusan Hulu, khususnya masyarakat sekitar tambang yang jarak

terdekat dengan area rekreasi mencapai 90 km. Sehingga perlu adanya area

rekreasi alternatif yang lokasinya lebih dekat. Desa Mangkalapi dan Desa Teluk

Kepayang yang merupakan pemukiman penduduk terdekat dengan lokasi hanya

berjarak sekitar 4-6 km. Saat ini rekreasi alam terbuka menjadi pilihan utama

masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi terbuka menunjukan

peningkatan setiap tahun (Gold, 1980).

Perencanaan lanskap area rekreasi pada lahan bekas tambang ini

diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan menjaga

kelestarian lingkungan. Selain itu, perencanaan ini juga dapat menjadi

(19)

Tujuan

Penelitian dengan tema perencanaan lanskap area rekreasi yang dilakukan

di area pascapenambangan Pit 1 Mangkalapi ini bertujuan untuk menyusun

rencana lanskap area rekreasi yang memanfaatkan danau dan high wall sisa tambang sebagai obyek rekreasi utama dan beberapa obyek rekreasi lainnya

dilengkapi fasilitas pelayanan pengunjung dengan suasana lanskap alami yang

aman, nyaman dan mendukung keberlanjutan reklamasi.

Manfaat

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan ilmu dan pengalaman

yang bermanfaat bagi penulis dan sebagai pedoman bagi PT Arutmin Indonesia

dalam rangka pengembangan potensi lanskap sebagai area rekreasi di area

pascapenambangan Pit 1 Mangkalapi yang diharapkan dapat memberikan manfaat

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Penambangan Batubara

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009,

pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi

penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,

pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca

tambang. Proses penambangan merupakan salah satu mata rantai dari kegiatan

penambangan yang berfungsi untuk menyediakan bahan baku. Agar penyediaan

bahan baku tersebut dapat terjamin maka kegiatan penambangan harus ditangani

secara baik dan sistematik.

Lebih lanjut Bapedal (2001) mengemukakan bahwa kegiatan

pertambangan pada umumnya memiliki tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:

1. Eksplorasi

2. Pembangunan infrastruktur, jalan akses dan sumber energi

3. Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman

4. Ekstraksi dan pembuangan limbah batuan

5. Pengolahan bijih dan operasional

6. Penampungan tailing, pengolahan dan pembuangannya

Sistem penambangan batubara di Indonesia pada umumnya adalah sistem

tambang terbuka dengan metode konvensional yang merupakan kombinasi

penggunaan excavator/shovel dan truk. Urutan kegiatan penambangan batubara dengan metode ini meliputi:

1. Pembukaan lahan

2. Pengupasan dan penimbunan tanah tertutup

3. Pengambilan dan pengangkatan batubara serta pengecilan ukuran tanpa proses

pencucian batubara (Setyawan, 2004).

Setyawan (2004) juga mengemukakan bahwa sistem penambangan ini

(21)

tanah pucuk tersebut harus dikumpulkan keluar batas daerah penimbunan atau

diamankan ke tempat kumpulan tanah pucuk. Kemudian lapisan tanah penutup

ditimbun di luar areal tambang dengan sistem terasiring dan recountoring. Pada kaki daerah penimbunan (waste dump) dibuat kolam pengendapan (settling pond) untuk menangkap air permukaan dan mengendapkan lumpur yang terangkut.

Lanskap Pascapenambangan

Kegiatan pasca tambang merupakan kegiatan terencana, sistematis dan

berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha penambangan untuk

memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di

seluruh wilayah penambangan (UU RI No.4 Tahun 2009).

Kegiatan penambangan batubara akan menimbulkan dampak penting

terhadap lingkungan, terutama terhadap komponen lingkungan :

1. Penurunan kualitas air, bersumber dari adanya erosi tanah

2. Penurunan muka air tanah dangkal, karena dalamnya penggalian lubang

tambang

3. Peningkatan pencemaran debu dan kebisingan, karena pengangkutan batubara;

4. Peningkatan erosi tanah, karena hilangnya vegetasi penutup

5. Kehilangan potensi dan struktur vegetasi; karena aktiivitas pembersihan lahan

(land clearing) sebelum pertambangan dimulai 6. Kehilangan satwa liar, karena hilangnya habitat

7. Perubahan penggunaan lahan, karena adanya penempatan proyek

8. Peningkatan kesempatan berusaha, karena berkembangnya perekonomian lokal

9. Peningkatan potensi konflik sosial, karena adanya pertentangan kepentingan

dan kecemburuan sosial

Dampak terhadap komponen lingkungan fisik-kimia dan biologi tersebut

tidak dapat dihindarkan namun dapat ditekan seminimal mungkin. Selain dampak

negatif, proyek pertambangan batubara di wilayah Batulicin akan menimbulkan

dampak positif terhadap lingkungan sosial dan ekonomi dalam bentuk terbukanya

peluang kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat setempat, serta

(22)

Reklamasi Lahan Pasca Penambangan

Menurut KEPMEN Pertambangan dan Energi No. 1211.K/008/M.PE/1995

yang dimaksud reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau

menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha

pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdayaguna sesuai dengan

peruntukkannya. Selanjutnya Feriansyah 2009 menyebutkan bahwa kegiatan

reklamasi meliputi dua tahapan, yaitu :

1. Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu

ekologinya.

2. Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk

pemanfaatan selanjutnya.

Tujuan akhir reklamasi lahan pasca penambangan adalah pilihan optimal

dari berbagai keadaan dan kepentingan. Selain itu perlu diingat bahwa reklamasi

merupakan kepentingan masyarakat banyak, sehingga tujuan reklamasi tidak

boleh hanya ditentukan sendiri oleh perusahaan pertambangan yang bersangkutan.

Penetapan tujuan reklamasi dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut :

1. Jenis mineral yang ditambang.

2. Sistem penambangan yang digunakan.

3. Keadaan lingkungan setempat.

4. Keadaan dan kebutuhan sosial-ekonomis masyarakat setempat.

5. Keekonomian investasi mineral.

6. Perencanaan tata ruang yang telah ada.

Tahapan kegiatan reklamasi berdasarkan RPT Arutmin 2008 diawali

dengan proses pemindahan dan penimbunan tanah penutup (overburden) lalu diikuti dengan perataan atau regrading. Setelah perataan dilakukan sesuai dengan rencana, tanah pucuk kemudian ditaburkan pada permukaan yang telah diregrade

dengan ketebalan minimal 0,5 meter. Penyebaran tanah pucuk kemudian diikuti

dengan pengemburan sepanjang kontur atau kontur ripping, check dam bila diperlukan. Peletakan kontur ripping sepanjang kontur dimaksudkan agar air yang mengalir dapat terperangkap dan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan

(23)

Menurut Suprapto (2008), secara umum yang harus diperhatikan dan

dilakukan dalam merehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang adalah :

1. Dampak perubahan dari kegiatan pertambangan.

Kegiatan pertambangan dapat mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan.

Hal ini dapat dilihat dengan hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah, yang

juga berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya.

2. Rekonstruksi tanah.

Untuk mencapai tujuan restorasi perlu dilakukan upaya seperti rekonstruksi

lahan dan pengelolaan tanah pucuk.

3. Revegetasi.

Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim

setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan

spesies yang cocok dengan kondisi setempat, terutama untuk jenis-jenis yang

cepat tumbuh.

4. Pencegahan air asam tambang.

Pembentukan air asam cenderung intensif terjadi pada daerah penambangan,

hal ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan yang

mengandung sulfida pada udara bebas.

5. Pengaturan drainase.

Drainase pada lingkungan pasca tambang dikelola secara seksama untuk

menghindari efek pelarutan sulfida logam dan bencana banjir.

6. Tata guna lahan pasca tambang

Lahan bekas tambang tidak selalu dekembalikan ke peruntukan semula. Hal

ini tertgantung pada penetapan tata guna lahan wilayah tersebut.

Rekreasi

Gold (1980) mendefinisikan bahwa rekreasi adalah melakukan berbagai

aktivitas pada waktu luang yang bertujuan untuk mencapai kepuasan pribadi dan

untuk mendapatkan pengalaman pribadi. Sumber daya untuk rekreasi adalah

tempat tujuan bagi orang untuk melakukan aktivitas rekreasi. Ketersediaan

sumber daya untuk rekreasi merupakan jumlah dan kualitas dari sumber daya

(24)

Permintaan rekreasi dapat dijadikan sebagai suatu ukuran dalam menentukan

tapak yang terbaik dan tipe yang paling cocok dengan sumber daya, fasilitas, dan

program rencana.

Gold (1980) juga menekankan bahwa sangat mendasar untuk memahami

berbagai teknik pendekatan dalam merencanakan rekreasi. Hal ini menghindari

konflik yang muncul akibat perbedaan dalam teknik pendekatan. Beberapa

pendekatan yang dipakai adalah :

1. Pendekatan sumberdaya, penentuan tipe-tipe serta kemungkinan-kemungkinan

rekreasi dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sumber

dayanya.

2. Pendekatan aktivitas, dilakukan dengan menyeleksi aktivitas pada masa lalu

untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan apa saja yang dapat disediakan

pada masa yang akan datang.

3. Pendekatan ekonomi, dasar ekonomi atau sumber fiskal dari masyarakat

digunakan untuk menetukan jumlah, tipe dan kemungkinan-kemungkinan

rekreasi

4. Pendekatan perilaku, perilaku manusia dan kejadian-kejadian di waktu luang

mempengaruhi pemilihan tentang bagaimana, dimana dan kapan orang-orang

menggunakan waktu luangnya.

Selanjutnya menurut Gold (1980), jenis-jenis rekreasi luar lapangan adalah

sebagai berikut :

1. Mengendarai mobil untuk bersenang-senang

2. Berenang

3. Berjalan untuk bersenang-senang

4. Bermain (olahraga)

5. Melihat pemandangan

6. Piknik

7. Memancing

8. Bersepeda

9. Menonton pertandingan olahraga

10.Berperahu

(25)

12.Berburu

13.Berkemah

14.Berkuda

15.Bermain ski air

16.Gerak jalan

17.Menonton konser atau drama

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi adalah distribusi

musiman, periode waktu luang atau jumlah waktu yang dimiliki seseorang,

distribusi penggunaan sumber daya, dan partisipasi masyarakat terhadap aktivitas

tertentu. Selain faktor yang berkaitan dengan pengguna, faktor yang berhubungan

dengan tempat rekreasi juga mempengaruhi permintaan terhadap rekreasi.

Faktor-faktor tersebut adalah daya tarik yang diinginkan pengunjung, tingkat pengelolaan

tempat rekreasi tersebut, keberadaan tempat rekreasi lain di sekitarnya, daya

dukung dan iklim mikro daerah rekreasi, serta karakteristik fisik dan karakter

alami tempat rekreasi tersebut.

Perencanaan Lanskap

Perencanaan adalah suatu alat yang sistematis dan dapat digunakan untuk

menentukan awal suatu keadaan, dan merupakan cara terbaik untuk mencapai

keadaan tersebut (Gold, 1980) sedangkan Chiara dan Koppelman (1989)

mengemukakan bahwa proses perancangan tapak dimulai dengan pengumpulan

data dasar yang berkaitan secara khusus dengan tapak tersebut dan daerah

sekitarnya. Data ini harus meliputi hal-hal seperti rencana induk dan

penelaahannya, peraturan penzonaan, peta dasar dan udara, survey, data topografi,

informasi geologi, hidrologi dari daerah tersebut, tipe tanah, vegetasi dan ruang

terbuka yang ada.

Menurut Laurie (1986), perencanaan tapak dapat dipikirkan sebagai

suatu kompromi antara penyesuaian pada tapak untuk mencocokkan dengan

program dan adaptasi pada program dikarenakan tapaknya. Program dengan tapak

dipikirkan sebagai dua kumpulan pengaruh: satu, yaitu tapaknya, yang berusaha

(26)

terkandung dalam program, yang juga mempunyai suatu proses pemberian bentuk

umumnya sendiri.

Proses perencanaan lanskap kawasan rekreasi menurut Gold (1980) terdiri

dari persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan.

Persiapan merupakan tahap perumusan tujuan dan program serta informasi lain

tentang berbagai keinginan yang dilanjutkan dengan membuat persetujuan kerja

sama antara perencana dan pemberi tugas. Inventarisasi merupakan tahap

pengumpulan data keadaan awal tapak yang diperoleh dari survei lapang,

wawancara, pengamatan, dan sebagainya. Analisis merupakan tahap untuk

mengetahui masalah, kendala, potensi dan kemungkinan pengembangan lain dari

tapak. Pada tahap ini dibuat program pengembangan yang menyeluruh dengan

menyusun tujuan, metode, daftar kebutuhan, deskripsi proyek, dan hubungan

antar komponen tersebut. Sintesis merupakan tahap pemecahan masalah dan

pemanfaatan potensi dari suatu tapak yang disesuaikan dengan tujuan

perencanaan. Setelah dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi

akan diperoleh alternatif-alternatif perencanaan (Gold, 1980).

Lanskap Area Rekreasi

Menurut Simonds (1983), bentukan-bentukan penampakan dan kekuatan

lanskap alam yang dominan, sangat sedikit yang dapat diubah. Beberapa elemen

lanskap alami yang tidak dapat diubah adalah bentukan topografi seperti

pegunungan, lembah, danau, sungai, pantai, penampakan presipitasi, embun, dan

kabut. Selanjutnya Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap alami memiliki

hubungan dengan bentukan-bentukan lain secara tersendiri, karena lanskap alami

mempunyai sesuatu yang harmonis, dengan setiap bentuk merupakan pernyataan

dari topografi, iklim, pertumbuhan, dan energi alami.

Kawasan area rekreasi merupakan ruang terbuka yang menyediakan sarana

wisata atau rekreasi yang sangat penting bagi kesenangan, kesehatan, dan

kebahagiaan manusia. Suatu area rekreasi harus mempunyai ciri khas keunikan

tertentu, yakni mempunyai karakteristik yang khusus sesuai keinginan masyarakat

(27)

Salah satu yang perlu dipertimbangkan dalam lanskap area rekreasi adalah

fasilitas rekreasi, yaitu segala sesuatu yang sengaja dibuat atau disediakan pada

suatu kawasan rekreasi untuk menjalankan fungsi kawasan sebagai kawasan

rekreasi, dimana setiap orang harus memiliki akses untuk memiliki akses untuk

menikmati fasilitas tersebut (Gold, 1980). Fasilitas ini dapat digunakan sebagai

salah satu standar dalam proses perencanaan yang berbeda antara satu tempat

dengan tempat lainnya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh :

1. Orientasi manusia, terutama pengguna

2. Dapat diterapkan di masyarakat dan sesuai dengan waktu dan biaya

perencanaan yang ada

3. Kemudahan pengaplikasian

4. Relevansi

Beberapa sumberdaya alam menjadi unsur penting bagi lanskap area

rekreasi. Chiara dan Koppelman (1989) mengemukakan bahwa jenis dan pola

vegetasi merupakan sumberdaya rekreasi, visual dan ekologi yang penting. Pada

unsur hidrologi dikemukakan bahwa jenis dan kualitas air pada suatu tapak

merupakan sumberdaya visual dan rekreasi yang penting. Selanjutnya Chiara dan

Koppelman (1989) juga mengemukakan bahwa bentuk dasar permukaan tanah

atau struktur topografi suatu tapak merupakan sumberdaya visual dan estetika

yang sangat mempengaruhi lokasi dari berbagai tataguna tanah serta fungsi

rekreasi. Hal ini sangat penting apabila segi visual dari tapak akan

dipertimbangkan.

Teori rekreasi berkaitan erat dengan destinasi. Menurut Lewwis dan

Chambers 1990, destinasi terdiri dari berbagai elemen. Dalam membuat strategi

terhadap sebuah destinasi terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis terlebih

dahulu di dalam pasar. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Sumber daya alam di suatu destinasi antara lain adalah iklim, tanah, vegetasi,

kehidupan binatang, air, pantai, ketersediaan air minum, sumber daya energi

dan keindahan alam sekitar destinasi.

2. Infrastruktur yang masuk ke dalamnya antara lain water supply, sistem pembuangan, listrik dan gas, sistem komunikasi, jalan, bandar udara, terminal,

(28)

3. Sarana suprastruktur terdiri dari fasilitas-fasilitas seperti hotel/motel,

restoran/rumah makan, toko-toko, tempat-tempat hiburan, dan sektor bisnis

lainnya yang menyediakan barang dan jasa kepada konsumen.

4. Sarana transportasi yang tersedia bagi pengunjung ketika berkunjung ke tapak

seperti mobil, pesawat udara, kereta api, bus dan kapal laut.

5. Masyarakat lokal mempunyai keinginan dalam memberikan jasanya kepada

pengunjung yang datang ke daerah mereka. Keinginan tersebut tidak hanya

meliputi keinginan di dalam pelayanan namun masyarakat lokal juga harus

dapat menerima budaya dan motivasi yang dibawa oleh pengunjung ke daerah

mereka. Intinya adalah penyesuaian antara budaya masyarakat lokal dengan

budaya pendatang yang berasal dari pengunjung.

6. Memperhatikan apakah destinasi yang akan dipasarkan tersebut mempunyai

pesaing lain yang potensi produk sejarah dan budayanya sama dengan yang

dipasarkan destinasi tersebut kepada konsumen.

7. Menentukan jenis pengunjung yang datang ke suatu destinasi yang dapat

memberikan nilai wawasan yang nantinya akan masuk ke dalam daur hidup

produk. Apakah pengunjung yang datang menyukai jenis rekreasi petualangan

atau jenis lainnya.

8. Keterlibatan pemerintah terhadap rekreasi yang berkembang pada suatu

destinasi. Keterlibatan tersebut bisa dalam bentuk tindakan langsung dari

pemerintah pada perkembangan rekreasi atau pemerintah yang ada di destinasi

tersebut hanya sebagai fasilitator dan pemberi kebijakan saja. Keterlibatan lain

yang dapat dilakukan pemerintah di dalam pengembangan rekreasi di suatu

destinasi dapat dilakukan dengan melakukan promosi yang akan

(29)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, tepatnya

di Desa Mangkalapi, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi

Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan selama empat bulan, dimulai pada Mei

sampai dengan Agustus 2010 dan penyusunan skripsi hingga Maret 2011.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi hingga tahap perencanaan tapak dan diwujudkan

(30)

Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survei dengan

mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Perencanaan

pada penelitian ini menggunakan pendekatan kekhasan tambang. Tahapan

perencanaan meliputi kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis dan sintesis,

[image:30.595.91.523.207.451.2]

konsep dan perencanan lanskap.

Gambar 2. Tahapan perencanaan lanskap (Gold, 1980)

Tahapan Perencanaan Lanskap

Proses perencanaan lanskap area rekreasi pada lahan pasca tambang

batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin,

Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah dan tujuan penelitian

sebagai tahap awal untuk melakukan perencanaan lanskap pasca tambang Pit 1

Mangkalapi sebagai kawasan rekreasi. Kemudian dilakukan pengumpulan

informasi awal mengenai lokasi dan topik penelitian. Pada tahap ini dihasilkan

proposal penelitian.

2. Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data keadaan awal dan

(31)

dengan pengamatan langsung di lapang, baik berupa survei maupun

wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka. Data yang

digunakan terdiri dari data fisik (lokasi dan aksesibilitas tapak, tata guna

lahan, topografi, iklim, kualitas visual lanskap) dan biofisik (tanah, hidrologi,

vegetasi) serta data sosial (demografi dan perilaku serta keinginan penduduk).

Pengumpulan data ini dilakukan untuk menentukan potensi dan kendala pada

tapak lokasi penelitian.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara survei lapang dan

studi pustaka (Tabel 1). Survei lapang dilakukan untuk dapat lebih memahami

kondisi tapak yang sebenarnya dilakukan dengan cara observasi langsung ke

tapak dengan mengambil data-data yang diperlukan dalam penelitian.

Peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data seperti alat tulis, GPS,

meteran, papan jalan, Horiba (alat untuk mengukur pH dan tingkat

kekeruhan). Studi pustaka diperlukan untuk mendapatkan data standar

perencanaan lanskap yang diperlukan, seperti fasilitas yang direncanakan.

Studi pustaka ini diperoleh dari buku acuan, laporan-laporan pendahuluan, dan

bacaan lain yang berhubungan dan mendukung pelaksanaan studi. Hasil dari

[image:31.595.106.511.486.757.2]

tahap ini berupa peta eksisting.

Tabel 1. Jenis, sumber dan cara pengambilan data

No. Jenis Data Sumber Data Cara Pengambilan Data

1. Aspek Fisik dan Biofisik

a. Lokasi dan Aksesibilitas Tapak

PT Arutmin dan Survei Lapang

Studi Pustaka dan Survei

b. Tata Guna Lahan PT Arutmin dan Survei

Lapang

Studi Pustaka dan Survei

c. Tanah PT Arutmin dan Survei

Lapang

Studi Pustaka dan Survei

d. Topografi PT Arutmin dan Survei

Lapang

Studi Pustaka dan Survei

e. Hidrologi PT Arutmin dan Survei

Lapang

Studi Pustaka dan Survei

f. Iklim BMKG, PT Arutmin Studi Pustaka dan Survei

g. Kualitas Visual Lanskap Seurvei Lapang Survei

h. Vegetasi & Satwa PT Arutmin dan Survei

Lapang

Studi Pustaka dan Survei

2. Aspek Sosial

a. Demografi

(32)

3. Analisis

Tahap analisis dilakukan setelah data dan informasi yang dibutuhkan

terkumpul. Kegiatan analisis dilakukan untuk menentukan potensi dan kendala

serta pemecahan masalah pada tapak. Kegiatan analisis juga dikaitkan dengan

mempelajari berbagai kebijakan dan peraturan pemerintah yang berhubungan

dengan sumber daya dan penggunaannya yang dapat dijadikan pertimbangan

dalam perencanaan lanskap.

Data dan informasi yang diperoleh dianalisis baik secara kualitatif

maupun kuantitatif untuk menentukan pengembangan program yang akan

digunakan sebagai acuan dalam konsep pengembangan tapak. Hasil dari tahap

analisis data ini berupa peta tematik, peta analisis tata guna lahan, peta analisis

topografi dan kemiringan lahan dan peta analisis hidrologi.

4. Sintesis

Tahap sintesis merupakan tahap pemecahan masalah dan pengembangan

potensi dari suatu tapak yang akan dikembangkan sesuai dengan tujuan

perencanaan. Pada tahap ini peta tematik dioverlay untuk mendapatkan program ruang yang sesuai dengan tapak.

Pada tahap sintesis ditetapkan konsep perencanaan tapak yang

merupakan kebijakan yang akan dihadirkan pada tapak. Konsep dituangkan

dalam konsep dasar, dilanjutkan dengan konsep ruang, sirkulasi, vegetasi,

aktivitas dan fasilitas. Hasil dari tahap ini berupa peta-peta konsep.

5. Perencanaan Lanskap

Pada tahap ini, konsep yang telah ditetapkan dikembangkan dalam

bentuk perencanaan lanskap yang menggambarkan fasilitas yang dapat

dikembangkan untuk mendukung aktivitas, tata letaknya dan elemen lanskap

yang mendukung keberadaan obyek (danau, high wall dan area tanaman reklamasi) sesuai dengan tujuan yang diinginkan, yaitu mewujudkan kawasan

(33)

INVENTARISASI

Lokasi dan Aksesibilitas

Tambang Mangkalapi terletak di Desa Mangkalapi, Kecamatan Kusan

Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan yang terletak pada

115°35'28.80" - 116°05'10.00" Bujur Timur dan 03°10'38.10" - 03°21'21.50"

Lintang Selatan, dengan luas keseluruhan Tambang Mangkalapi 563,649 Ha.

Lokasi dapat dicapai melalui jalur darat yaitu jalan propinsi Banjarmasin -

Batulicin - Mangkalapi.

Sarana transportasi yang digunakan masyarakat umum dari dan ke lokasi

adalah dengan menggunakan angkutan umum, kendaraan pribadi dan menumpang

dengan angkutan perusahaan. Sedangkan yang digunakan oleh karyawan

persahaan untuk menuju ke lokasi adalah dengan menggunakan mobil

perusahaan. Desa Mangkalapi dan Desa Teluk Kepayang yang merupakan

pemukiman penduduk terdekat dengan lokasi hanya berjarak 4-6 km. Peta

aksesibilitas menuju tapak terdapat pada Gambar 3.

Area bekas tambang pada pit 1 Mangkalapi yang dimanfaatkan sebagai

area penelitian adalah 17,78 Ha dengan luas perairan (danau) 8,37 Ha. Gambar

(34)
(35)
(36)

Tata Guna Lahan

Berdasarkan peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Provinsi

Kalimantan Selatan (Perda Provinsi Nomor 9 Tahun 2000). Sebagian besar

wilayah tambang PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara) PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin berada dalam Kawasan

Hutan Produksi. Selebihnya juga ada yang termasuk dalam Kawasan Hutan

Produksi Konversi, Kawasan Budidaya Tanaman Perkebunan, serta Kawasan

Budidaya Tanaman Perkebunan Lahan Kering. Sedangkan berdasarkan peta

RTRW Kabupaten Tanah Bumbu (Perda Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 29

Tahun 2005), areal tambang tersebut sebagian besar dalam Kawasan Budidaya

Tanaman Tahunan dan sebagian lagi dalam luasan yang lebih kecil berada dalam

Kawasan Budidaya Lahan Kering, Kawasan Hutan Produksi Tetap dan Sedikit

masuk ke dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas.

Tambang Batulicin berdasarkan Peta Kawasan Hutan Produksi

Kalimantan Selatan (SK Menhutbun Nomor 453/Kpts/-II/1999) terdiri dari hutan

produksi tetap (HP), hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi yang dapat

dikonversi (HPK) dan sisanya merupakan areal penggunaan lain (APL).

Berdasarkan Kepmenhut No : SK.469/Menhut-II/2008 tanggal 23 Desember

2008, PT Arutmin Indonesia diberikan izin pinjam pakai kawasan penunjangnya

seluas 3.291,30 ha dan jalan angkutan batubara seluas 41,16 ha. Hak yang

diberikan dalam izin ini adalah berada, menempati dan mengelola serta

melakukan kegiatan yang meliputi kegiatan penambangan batubara dan kegiatan

lainnya serta memmanfaatkan hasil kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan

penambangan pada kawasan hutan yang dipinjam pakai.

Keadaan lahan dalam kawasan tersebut sebelum dilakukan proses

penambangan telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam padi,

berkebun dan lainnya. Sehingga dalam proses pembukaan tambang terlebih

dahulu harus melakukan pembebasan lahan tersebut dari masyarakat terkait

berdasarkan peraturan pemerintah Indonesia. Selain itu, juga dijumpai pengguna

lain seperti kegiatan pertambangan batubara (oleh perusahaan lain), pertambangan

(37)

Tata guna lahan pasca penambangan meliputi hutan sekunder serta

pengembangannya berupa akses penghubung antara Desa Mangkalapi dan Teluk

Kepayang, embung sebagai titik pemantauan kualitas air serta penampungan air

guna pemenuhan bagi satwa dan kebutuhan air bagi kegiatan pemadaman

kebakaran hutan serta lokasi pembibitan karet serta jalan pemantauan.

Tata guna lahan pada tapak sendiri meliputi jalan masyarakat yang pada

awalnya merupakan jalan kedaraan tambang, bekas kolam pengendapan, area

[image:37.595.85.510.299.673.2]

reklamasi PT Arutmin Indonesia, danau dan hutan produksi milik PT Inhutani

(Gambar 5). Peta tata guna lahan kawasan dapat dilihat pada Gambar 6,

sedangkan peta tata guna lahan tapak dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 5. Kondisi tata guna lahan pada tapak (1) Jalan masyarakat (2) Bekas kolam pengendapan

(38)
(39)
(40)

Jenis dan Karakteristik Tanah

Tekstur suatu tanah dipengaruhi oleh bahan induk tanah. Bahan induk

bertekstur kasar cenderung menghasilkan tanah bertekstur kasar dan sebaliknya.

Ardianto (2008) menunjukkan melalui perbandingan persen pasir, debu dan liat

dapat disimpulkan bahwa kelas tekstur tanah pada lahan reklamasi tersebut adalah

berliat.

Berdasarkan dokumen AMDAL PT Arutmin Indonesia tahun 2003, di

lokasi penelitian terdapat 2 order tanah, yaitu tanah Ultisol dan Inceptisol (Soil Taxonomy) yang mendominasi lokasi penelitian ini dan penyebarannya dapat dijumpai pada landform teras sungai, dataran lipatan, angkatan sampai ke

pegunungan intrusi dengan proporsi minor sampai dominan. Berdasarkan analisis

didapat bahwa pada lokasi penelitian tanahnya bertekstur liat dengan tingkat

kesuburan rendah.

Ardianto (2008) juga menunjukkan, dari hasil analisis diketahui bobot isi

sekitar 1,46 g/cm3 namun bobot isi tersebut masih tergolong tinggi karena bobot

isi tanah pada umumnya hanya berkisar 0,9 g/cm3 sampai 1 g/cm3. Menurut

Feriansyah (2009) bobot isi tinggi berpengaruh pada kemapuan penetrasi akar

tanaman, semakin tinggi bobot isi penetrasi akar ke dalam tanah akan menjadi

semakin terganggu. Hal ini disebabkan karena pada saat penyebaran tanah pucuk

untuk reklamasi terjadi pemadatan karena penyebaran tanah dilakukan dengan

menggunakan alat berat (buldozer). Selain itu tanah yang disebar baru berumur tiga minggu.

Karakter fisik tanah pada lahan reklamasi bekas tambang batubara sangat

berbeda jika dibandingkan dengan karakteristik fisik tanah pada umumnya. Tanah

pada lahan reklamasi ini merupakan tanah yang sudah rusak dan terganggu akibat

dari kegiatan penambangan. Kerusakan tanah secara fisik dapat dilihat dari bobot

isi yang sangat tinggi. Bobot isi ini berkaitan dengan pori-pori dalam tanah yang

(41)

Topografi dan Kemiringan Lahan

Topografi wilayah Tambang Batulicin pada umumnya berombak hingga

bergelombang dengan ketinggian maksimum mencapai 500 meter di atas

permukaan laut (dpl). Ketinggian terus menurun hingga mencapai ketinggian 10

meter dpl pada daerah yang semakin dekat dengan jalan propinsi atau yang mengarah

ke Selat Laut.

Di sekitar wilayah tambang terdapat beberapa sungai kecil yang pada

umumnya merupakan anak cabang dari sungai Ata, Sela, Batulicin, Sarongga dan Sungai

Dua. Arah aliran sungai-sungai tersebut semuanya bermuara di Selat Laut. Geomorfologi

wilayah studi secara umum dibagi dalam tiga satuan geomorfologi yaitu : satuan

geomorfologi perbukitan terjal, satuan geomorfologi bergelombang dan satuan

geomorfologi pedataran.

Untuk wilayah Saring dan Mangkalapi, geomorfologi umumnya

bergelombang dan relatif datar dengan ketinggian maksimum 95 meter dpl.

Sedangkan wilayah Sarongga memiliki geomorfologi dataran rendah dengan

ketinggian maksimum 50 meter dpl. Geomorfologi bergelombang dan relatif datar

di atas didasari oleh batuan-batuan sedimen yang berumur Tersier, yaitu

formasi-formasi Tanjung, Berai, Pamaluan, Warukin dan Dahor (Arutmin, 2003).

Di wilayah Mangkalapi, cadangan batubara terletak di sebelah Timur dari

Pegunungan Meratus. Cadangan ini memanjang dari Barat ke Timur dengan

geomorfologi daerah yang relatif bergelombang dan datar. Ketinggian yang ada

berkisar 35 - 70 meter dpl dengan persen kemiringan 10 - 20%. Peta Topografi dan

Ilustrasi Perspektif Topografi dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9, sedangkan Peta

Kemiringan Lahan pada Gambar 10.

Tabel 2. Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan

No Tingkat Kemiringan Persentase (%) Luas Area (Ha)

1 Datar 0 - 8 2.15

2 Landai 8 - 15 1.93

3 Agak curam 15 - 30 2.05

4 Curam 30 - 45 1.37

(42)
(43)
(44)
(45)

Hidrologi

Sistem hidrologi dalam tambang menggunakan sistem settling dan

[image:45.595.97.511.210.568.2]

sediment pond untuk menangkap aliran air yang jatuh dalam area tambang sebelum dialirkan menuju outlet ke luar area tambang dan badan air lain, seperti kali yang lewat area rekreasi site Mangkalapi tambang Batulicin (Gambar 11). Peta Hidrologi dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 11. Kondisi hidrologi danau Ex. Tambang Pit 1 Mangkalapi

Pengelolaan terhadap biologi akuatik dan juga teresterial telah dilakukan

sejak masih operasional juga pasca penambangan. Selama operasional dan juga

pasca penambangan tanda larangan merusak pohon/areal revegetasi masih

terpajang dilokasi bekas Tambang Mangkalapi. Biologi akuatik merupakan

dampak turunan/sekunder sehingga pengelolaan air yang benar juga berarti

lingkungan/habitat biologi akuatik terjaga. Demikian juga sebaliknya bila kualitas

air mengalami penurunan maka kehidupan biologi akuatikpun terganggu.

Kualitas air keluaran bekas void (danau) semenjak tambang ditutup menunjukkan nilai yang baik (Tabel 3). Pengukuran terakhir pada bulan

(1) Menghitung pH dan tingkat kekeruhan (2) Outlet utama danau

(3) Settling pond pit 1 Mangkalapi sebelum

ditutup tanah

(46)

Desember 2010 menunjukkan nilai pH keluaran (outlet) berkisar antara 6,0 – 7,0 dengan nilai rata-rata 6,5 dan tingkat kekeruhan 18,7 - 78,8 dengan nilai rata-rata

41,1. Kualitas air di void ex. tambang Pit 1 Mangkalapi pada bulan April 2010

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Hasil pengukuran nilai pH dan turbidity Bulan Desember 2010

Tanggal pH keluar Turbidity keluar

1 6,5 43,9

2 6,5 41,7

3 6,5 48,2

4 7,0 57,2

5 6,5 57,6

6 7,0 39,6

7 7,0 32,8

8 6,5 24,4

9 6,5 78,8

10 6,5 70,5

11 6,5 70,3

12 6,5 71,0

13 7,0 66,6

14 7,0 65,2

15 7,0 65,7

16 7,0 40,7

17 6,5 44,3

18 6,5 44,0

19 6,0 51,2

20 6,0 50,8

21 6,5 39,6

22 6,0 32,7

23 6,0 28,6

24 6,5 20,0

25 6,5 28,3

26 6,5 22,9

27 6,5 37,6

28 6,5 29,9

29 6,5 24,8

30 6,5 19,6

31 6,5 18,7

Rata-rata 6.55 44.1

[image:46.595.108.508.185.575.2]

(Sumber: PT Arutmin Indonesia)

Tabel 4. Kualitas air di void ex. tambang Pit 1 Mangkalapi (April 2010)

No Parameter Satuan Hasil Analisis

1 TSS mg/L 21

2 BOD mg/L 1.48

3 COD mg/L 13.1

4 DO mg/L 6.96

5 Amoniak, NH3 mg/L 0.017

6 Tembaga, Cu mg/L 0.034

7 Seng, Zn mg/L 0.212

8 Timbal, Pb mg/L 0.004

9 Fluorida, F mg/L 0.144

10 Kadmium, Cd mg/L 0.002

11 Khromium, Cr6+ mg/L 0.007

(47)
(48)

Iklim

Berdasarkan ANDAL Tambang Batulicin, wilayah Batulicin dan

sekitarnya beriklim tropika basah dengan tipe iklim Af/Am menurut Koppen yaitu

hujan tropik dan beriklim B menurut Schmidt dan Ferguson yaitu daerah dengan

vegetasi masih hujan tropik. Suhu udara berkisar antara 23-34o

Grafik di bawah menunjukkan nilai rata-rata hujan bulanan adalah 370

mm/bulan dengan curah hujan tertinggi pada bulan Mei sebesar 554 mm/bulan

sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September 218 mm/bulan.

Curah hujan untuk periode 2010 adalah 4.445 mm/tahun.

C.

Berdasarkan data curah hujan bulanan dalam laporan pemantauan

lingkungan bulanan, setiap bulan dalam peroide 2010 memiliki rata-rata curah

hujan >200mm, apabila dilihat berdasarkan system klasifikasi Oldeman yang

menyebutkan bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan >200mm dan

bulan kering memiliki curah hujan <100mm. Pada tahun 2010 ini curah hujan

tidak menentu, dapat dilihat pada grafik di bawah, bulan Juli yang biasanya masuk

ke dalam kategori bulan kering, pada tahun ini berada pada kategori bulan basah.

Gambar 13. Grafik curah hujan bulanan Batulicin periode 2010 (Sumber: PT Arutmin Indonesia)

Kualitas Visual Lanskap

Area danau bekas tambang Pit 1 Mangkalapi merupakan suatu area yang

didominasi oleh struktur vegetasi, baik area reklamasi ataupun hutan industri.

Dominasi vegetasi menyebabkan kualitas visual pada area sekitar danau bekas

tambang cukup mendukung kegiatan rekreasi. Adanya pemandangan area 0 100 200 300 400 500 600 Jan uar i Febr uari Mar et Apr il

(49)

reklamasi dan high wall bekas tambang dengan kekhasannya menjadi nilai tambah tapak. Pemandangan yang mendukung keindahan tapak dikelompokkan dalam

good view tapak (Gambar 14).

Gambar 14. Good view pada tapak (Sumber: Lapang oleh penulis, 2010)

Pada tapak juga terdapat pemandangan yang kurang mendukung

keindahan tapak (bad view). Bad view pada tapak terdapat melalui saluran air yang terbentuk pada area reklamasi, sehingga terbentuk lubang-lubang dan

timbulnya erosi ringan di area hutan industri (Gambar 15). (1) Area reklamasi, bagian utara tapak

(3) Area hutan industri yang mengelilingi di bagian timur dan selatan tapak

(2) Tampak High wall dari sisi timur tapak

[image:49.595.83.511.129.778.2]

(1) Saluran air di area reklamasi (2) Erosi ringan di area hutan industri

(50)

Vegetasi dan Satwa

Ragam vegetasi yang terdapat pada hutan sekunder lahan bekas Tambang

Mangkalapi terdiri dari vegetasi pioneer exotic seperti Sengon, Akasia dan

pioneer lokal seperti Sungkai, Kedawung, Ketapi dan Meranti. Sebanyak 19.435 pohon telah ditanam di lokasi bekas tambang Mangkalapi sampai dengan Agustus

2008 sebagaimana terlihat pada Tabel 5 dibawah ini. Sedangkan pada tapak

sendiri per Agustus 2010 jumlah vegetasi sebanyak 8.640 pohon berjenis akasia.

Tabel 5. Daftar vegetasi kawasan reklamasi keseluruhan Tambang Mangkalapi

No. Nama Latin Nama Umum Jumlah (Pohon)

1 Acacia mangium Akasia 3.100

2 Paraserianthes falcataria Sengon 14.242

3 Peronema canescens Sungkai 950

4 Glericidia maculata Gamal 100

5 Eusideroxylon zwageri Ulin 5

6 Samanea saman Trembesi 850

7 Ceiba petandra Kapuk 108

8 Buah-buahan 80

(Sumber: PT Arutmin Indonesia)

(1) Suasana vegetasi di sekitar tapak

[image:50.595.77.509.252.747.2]

(2) Tanaman Akasia pada tapak (3) Tanaman Tali purun pada tapak

(51)

Jenis vegetasi lain yang ada di tapak berdasarkan hasil survey adalah jenis

tanaman tali purun (Elocharis durcis) yang banyak terdapat di tepian danau. Pada tapak sendiri vegetasi yang mendominasi adalah Akasia (Acacia mangium). Beberapa jenis satwa yang terdapat di tapak diantaranya kijang, monyet, ular,

kadal, kodok, tupai, burung-burungan, kucing hutan, bunglon dan babi.

Demografi

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk

Kabupaten Tanah Bumbu adalah 267.913 orang, yang terdiri atas 139.498

laki-laki dan 128.415 perempuan. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah

Bumbu pada periode tahun 2000-2010, laju pertumbuhan penduduk Tanah

Bumbu mencapai 3,74 persen. Pertumbuhan penduduk Tanah Bumbu

yang tinggi ini diduga terkait dengan perkembangan perekonomian kabupaten

Tanah Bumbu yang semakin meningkat. Saat ini tanah bumbu dikenal sebagai

[image:51.595.109.511.428.646.2]

daerah tujuan pekerja migran.

Tabel 6. Daftar jumlah penduduk Kabupaten Tanah Bumbu 2010

Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan

Rasio Jenis Kelamin

Kepadatan Penduduk

Kusan Hilir 21.584 21.245 42.829 102 107

Sungai Loban 9.744 9.087 18.831 107 53

Satui 25.882 23.219 49.101 111 56

Angsana 8.579 7.783 16.362 110 108

Kusan Hulu 9.874 9.053 18.927 109 12

Kuranji 3.930 3.603 7.533 109 68

Batulicin 6.904 6.555 13.459 105 105

Karang Bintang 8.356 7.680 16.036 109 136

Simpang Empat 35.723 32.203 67.926 111 225

Mantewe 8.922 7.987 16.909 112 17

TANAH BUMBU 139.498 128.415 267.913 109 53

(Sumber: Data Sensus 2010, Kab. Tanah Bumbu)

Desa Teluk Kepayang dan Mangkalapi yang berada dalam lingkup

Kecamatan Kusan Hulu merupakan lokasi tapak penelitian, jumlah penduduk

kedua desa tersebut 2.286 jiwa (635 kk). Berdekatan dengan lokasi tapak terdapat

(52)

8.356 jiwa. Lokasi yang berdekatan dengan sumber tambang dimanfaatkan

beberapa masyarakat sekitar untuk mengais rezeki di sektor tersebut. Sektor lain

yang digeluti masyarakat sekitar tapak seperti berdagang, bertani, ada juga yang

menjadi nelayan dan karyawan di luar kecamatan tersebut.

Perilaku dan Keinginan Penduduk

Tambang Mangkalapi yang memiliki wilayah di dua desa yaitu Desa

Mangkalapi dan Desa Teluk Kepayang yang merupakan pemukiman penduduk

terdekat dengan danau yang berjarak sekitar 4-6 km. Jarak yang berdekatan

membuat masyarakat kedua desa tersebut dapat meluangkan waktunya untuk

menikmati keindahan danau Ex. Tambang Pit 1 Mangkalapi ini. Kebiasaan

masyarakat kalimantan pada umumnya adalah memancing, atau hal yang

berkaitan dengan suasana air seperti bersampan ataupun hanya sekedar menikmati

keindahan alam, masyarakat sekitar tapak juga memiliki kebiasaan yang sama.

Hal ini disebabkan dahulu kalimantan dikelilingi banyak sungai. Namun saat ini

sungai-sungai sudah mulai berkurang akibat aktivitas manusia.

Masyarakat sekitar merasa perlu ada sebuah inovasi baru dengan adanya

sarana hiburan (rekreasi) bagi mereka, baik direncanakan oleh pemerintah

ataupun perusahaan yang akan melakukan penutupan tambang. Karena hingga

saat ini belum ada area rekreasi yang berdekatan dengan Kecamatan Kusan Hulu

dan Mentewe. Hal ini menjadi dasar kuat untuk melakukan Perencanaan lanskap

rekreasi pada lahan pasca tambang batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin

Indonesia Tambang Batulicin.

Hasil survey lapang dengan metode menyebar kuisioner dan diskusi

dengan masyarakat sekitar tapak mendapat hasil yang sejalan dengan penelitian

ini. Pembagian kuisioner dengan cara acak, sebagian besar adalah berkelompok

(3-5 orang) mengisi satu kuisioner. Sebanyak 17 kusioner yang disebarkan secara

acak kepada masyarakat sekitar tapak. Mendapatkan hasil 100 % responden

menyatakan bahwa ex. Tambang Pit 1 Mangkalapi perlu dikembangkan menjadi

(53)
[image:53.595.74.510.108.768.2]

Tabel 7. Hasil kuisioner masyarakat tentang persepsi terhadap tapak dan rencana pengembangan aktifitas serta fasilitas

No Variabel Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

Karakteristik Responden 1 Jenis Kelamin :

a. Laki-laki b. Perempuan 10 7 58.8 41.2 2 Umur :

a. 12-17 tahun b. 18-25 tahun c. 25-40 tahun d. > 40 tahun

1 5 10 1 5.8 29.6 58.8 5.8 3 Tingkat Pendidikan :

a. SD b. SLTP c. SLTA

d. Perguruan Tinggi

2 1 6 8 11.7 5.8 35.3 47.2 4 Pekerjaan :

a. pelajar/mahasiswa b. ibu rumah tangga c. guru d. karyawan e. PNS f. petani/nelayan/pedagang 1 3 3 7 1 2 5.8 17.6 17.6 41.5 5.8 11.7 Persepsi Terhadap Tapak

5 Keadaan cuaca di Ex. Pit 1 Mangkalapi: a. panas b. lembab c. sejuk 12 3 2 70.7 17.6 11.7 6 Suasana pemandangan di sekitar tapak:

a. kurang indah b. indah c. sangat indah

6 10 1 35.3 58.9 5.8 7 Perlukah kawasan Ex Tambang Pit 1

Mangkalapi dikembangkan menjadi kawasan rekreasi?

a. perlu b. tidak perlu c. tidak tahu

17 - -

100

8 Alasan jika menjawab perlu:

a. Akan mendatangkan pengunjung atau wisatawan yang banyak sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar

b. Belum optimalnya usaha pengembangan kawasan selama ini

c. pengembangan kawasan dengan

pengelolaan yang baik akan melestarikan kawasan

(54)

Tabel 7. Lanjutan

No Variabel Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

Rencana Pengembangan Aktifitas dan Fasilitas 9 Aktivitas yang diharapkan (jawaban>1) :

a. memancing

b. menikmati pemandangan c. diskusi

d. berjalan-jalan dipinggir danau e. duduk dan makan

f. berenang

g. berperahu (kelotok)

h. lainnya (rekreasi pendidikan)

9 6 5 7 6 4 6 3 19.5 13.0 10.9 15.2 13.0 8.7 13.0 6.7 10 Fasilitas yang diharapkan (jawaban>1):

a. pos keamanan

b. jalan setapak mengelilingi danau c. kios-kios

d. wc umum e. musholla f. saung

g. dek pemancingan h. lampu penerangan i. gazebo

j. bangku taman k. pusat pengunjung l. penyewaan perahu

m.Tempat diskusi/berkumpul

8 10 3 7 7 3 7 4 4 7 1 6 5 11.1 13.8 4.2 9.7 9.7 4.2 9.7 5.5 5.5 9.7 1.4 8.6 6.9 11 Untuk mengelilingi kawasan ini, jenis

transportasi yang anda sukai: a. berjalan kaki

b. perahu (kelotok) c. lainnya… 10 6 1 58.9 % 35.3 % 5.8 % 12 Bagaimana cara anda menuju Danau

Mangkalapi ini: a. berjalan kaki b. naik sepeda c. naik sepeda motor d. naik mobil pribadi e. lainnya… 1 10 3 3 5.8 59.0 17.6 17.6 13 Kesediaan membayar biaya masuk:

a. ya b. tidak c. tidak tahu

15 1 1 88.4 5.8 5.8

(55)

ANALISIS DAN SINTESIS

Aspek Fisik dan Biofisik Lokasi dan Aksesibilitas

Kegiatan penambangan di Tambang Mangkalapi mulai berlangsung sejak

dikeluarkan izin melaksanakan proyek tambang dari Bapedalda Kota Baru (lokasi

Kabupaten sebelum dimekarkan menjadi Kabupaten Tanah Bumbu) pada 10

April 2003. Pit 1 Mangkalapi yang paling awal ditambang saat ini sudah menjadi

area rimbun yang telah direklamasi, serta kualitas air danau (ex. void) sudah cukup baik.

Lokasi awal penelitian di Pit 1 Mangkalapi adalah 17,78 Ha dengan luas

danau (ex. void) 8,37 Ha. Pemilihan lokasi ini dilatarbelakangi oleh potensi perairan luas yang merupakan area bekas tambang dan telah direklamasi PT

Arutmin Indonesia. Potensi perairan memiliki luas 8,37 Ha, area ini memerlukan

area daratan yang difungsikan sebagai area aktivitas dan fasilitas, serta dapat

menjadi area penyangga perairan tersebut. Potensi daratan yang dimanfaatkan

seluas 9,41 Ha. Namun setelah dilakukan analisis, untuk menambahkan area

rekreasi darat dan pelayanan di dalam perencanaan, batas tapak diperluas menjadi

18,43 Ha dengan luas area perairan 8,45 Ha dan area daratan 9,98 Ha.

Hingga saat ini Pit 1 Mangkalapi yang telah ditutup tambang belum

termanfaatkan optimal, khususnya bagi masyarakat setempat yang telah terkena

dampak dari kegiatan penambangan. Kebutuhan masyarakat akan hiburan

(rekreasi) dapat tertanggulangi dengan dibukanya Pit 1 Mangkalapi ini sebagai

area rekreasi. Melihat belum adanya sarana rekreasi yang berdekatan dengan

pemukiman di Kecamatan Kusan Hulu, khususnya Desa Mangkalapi dan Teluk

Kepayang yang jarak terdekat dengan area rekreasi mencapai 90 km. Saat ini

rekreasi alam terbuka menjadi pilihan utama masyarakat. Partisipasi masyarakat

dalam kegiatan rekreasi terbuka menunjukan peningkatan setiap tahunnya (Gold,

1980).

Sarana transportasi yang digunakan dari dan ke lokasi tambang

Mangkalapi oleh masyarakat umum adalah dengan menggunakan angkutan

(56)

Sedangkan sarana transportasi yang digunakan oleh karyawan persahaan untuk

menuju ke lokasi tambang adalah dengan menggunakan mobil perusahaan. Tapak

diapit oleh dua desa yaitu Desa Mangkalapi dan Desa Teluk Kepayang yang

berjarak sekitar 4-6 km.

Aksesibilitas menuju area tidak didukung kondisi jalan yang baik, jalan

bekas tambang ini masih berupa tanah dan kombinasi batuan yang sangat licin

jika hujan turun. Kondisi jalan seperti ini perlu menjadi perhatian dalam

merencanakan suatu area rekreasi, karena akses menjadi faktor penting untuk

mendatangkan pengunjung. Perlu adanya perbaikan kondisi jalan, terutama untuk

perusahaan yang memanfaatkan jalan sebagai jalur transoprtasi utama, karena ada

beberapa perusahaan tambang dan sawit yang sering melintasi jalan. Pemerintah

setempat sudah pernah memiliki rencana untuk memperbaiki jalan namun hingga

saat ini belum ada realisasi. Peta Analisis Lokasi Penelitian dapat dilihat pada

(57)
(58)

Tata Guna Lahan

Berdasarkan peta RTRW Kabupaten Tanah Bumbu (Perda Kabupaten

Nomor 29 Tahun 2005), areal tambang tersebut sebagian besar dalam Kawasan

Budidaya Tanaman Tahunan dan sebagian lagi dalam luasan yang lebih kecil

berada dalam Kawasan Budidaya Lahan Kering, Kawasan Hutan Produksi Tetap

dan Sedikit masuk ke dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas.

Tata guna lahan pasca penambangan meliputi hutan sekunder serta

pengembangannya berupa akses penghubung antara Desa Mangkalapi dan Teluk

Kepayang, embung (danau) sebagai titik pemantauan kualitas air serta

penampungan air guna pemenuhan bagi satwa dan kebutuhan air bagi kegiatan

pemadaman kebakaran hutan serta lokasi pembibitan karet serta jalan

pemantauan.

Kondisi tata guna lahan pada tapak meliputi jalan masyarakat, bekas

kolam pengendapan, area reklamasi dan danau serta hutan produksi. Jalan

masyarakat menjadi penghubung antara Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan

Mentewe, sebelum penambangan ditutup jalan ini berfungsi sebagai penghubung

utama Pit 1 Mangkalapi. Kondisi jalan ini sudah cukup baik, namun ketika hujan

jalan menjadi licin. Sehingga perlu adanya perbaikan jalan menjadi jalan hotmik

atau pelur dengan semen.

Kolam pengendapan saat ini sudah ditutup dan diratakan dengan tanah.

Kondisi tanah saat ini sudah cukup padat karena proses perataan yang

menggunakan alat berat. Sedangkan area reklamasi menjadi area yang

mendominasi di bagian utara tapak. Tanaman yang direklamasi sudah tumbuh

dengan baik, sehingga nuansa hijau sudah mendominasi area ini. Peta Analisis

Tata Guna Lahan dapat dilihat pada Gambar 18.

Terdapat danau yang merupakan bekas lubang besar dalam proses

penambangan batubara. Luas danau mencapai 8,37 Ha. Danau juga menjadi daya

tarik keindahan pada tapak. Potensi perairan ini memiliki air yang tenang dengan

kualitas yang cukup baik. Namun belum memungkinkan untuk dijadikan kolam

pemancingan karena pH air (rata-rata bulan Desember 2010 sebesar 6,5) belum

(59)
(60)

Jenis dan Karakteristik Tanah

Jenis tanah yang terdapat di lokasi penelitian terdapat 2 order tanah, yaitu

tanah Ultisol dan Inceptisol (Soil Taxonomy) dan penyebarannya dapat dijumpai pada landform teras sungai, dataran lipatan, angkatan sampai ke pegunungan intrusi dengan proporsi minor sampai dominan. Tanah jenis ini bertekstur liat

dengan tingkat kesuburan rendah. Sehingga perlu penambahan tanah pucuk (tanah

subur) untuk area yang direncanakan sebagai tempat tumbuh tanaman.

Tanah Ultisol umumnya berke

Gambar

Gambar 2. Tahapan perencanaan lanskap (Gold, 1980)
Tabel 1. Jenis, sumber dan cara pengambilan data
Gambar 5. Kondisi tata guna lahan pada tapak
Gambar 11. Kondisi hidrologi danau Ex. Tambang Pit 1 Mangkalapi
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERTUMBUHAN TANAMAN SENGON (Paraserienthes falcataria) DAN SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH DI LAHAN. BEKAS

Hasil penelitian memperlihatkan cekaman aluminium di lahan reklamasi bekas tambang batubara bervegetasi sengon berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kopi Robusta,

Kehadiran herpetofauna di areal reklamasi tambang batubara PT Singlurus Pratama paling banyak ditemukan di daerah yang memiliki spot air secara permenan, sedangkan pada

Jurnal BIOLOGIKA 49 Menurut Widyati (2007) pemberian mikoriza pada bibit Acasia crassicarpa pada lahan bekas tambang batubara mampu meningkatkan pertambahan tinggi,

14% SIMILARITY INDEX 10% INTERNET SOURCES 10% PUBLICATIONS 4% STUDENT PAPERS 1 2% 2 1% 3 1% 4 1% 5 1% 6 1% Keragaman Mikroalga di Lahan Bekas Tambang Batubara, Cempaka

Adapun terkait Startegi pengembangan peternakan sapi di lahan bekas tambang khususnya Pit S12 GS yang dilakukan oleh PT Kitadin apabila dilihat dari aspek pemilihan lokasi, topografi,

Karet memiliki potensi untuk revegetasi lahan bekas tambang batubara, melalui proses perbaikan ekosistem tanah untuk membentuk lingkungan tumbuh yang mendukung pertumbuhan tanaman

Hasil penelitian menunjukkan responden mendukung dan menyetujui pembangunan demplot revegetasi lahan bekas tambang batubara 72,73% dengan catatan lahan tetap menjadi hak milik mereka,