• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pertumbuhan Tanaman Revegetasi Pasca Tambang Batu Bara di PT Arutmin Indonesia Site Batulicin Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Pertumbuhan Tanaman Revegetasi Pasca Tambang Batu Bara di PT Arutmin Indonesia Site Batulicin Kalimantan Selatan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERTUMBUHAN TANAMAN REVEGETASI

PASCA TAMBANG BATU BARA DI PT ARUTMIN INDONESIA

SITE BATULICIN KALIMANTAN SELATAN

MUHAMMAD ABDUL LATHIF AL-ANSHARY

SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Pertumbuhan Tanaman Revegetasi Pasca Tambang Batu Bara di PT Arutmin Indonesia Site Batulicin Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD ABDUL LATHIF AL-ANSHARY. Studi Pertumbuhan Tanaman Revegetasi Pasca Tambang Batu Bara di PT Arutmin Indonesia Site Batulicin Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh CECEP KUSMANA dan YADI SETIADI.

Karakteristik tanah pada lahan pasca tambang batubara secara umum memiliki kemasaman, kepadatan, dan kandungan senyawa-senyawa fitotoksik yang tinggi sehingga menyebabkan kekerdilan tanaman. Penelitian ini mengkaji karakteristik tanah dan keragaan tanaman pada area revegetasi pasca tambang batubara PT Arutmin Indonesia Site Batulicin Kalimantan Selatan beserta korelasi antara karakter tanah dengan keragaan tanaman revegetasi di lokasi tersebut. Penelitian dilakukan dengan mengukur tinggi dan diameter tanaman akasia dan sengon dari 26 plot, serta analisis terhadap sifat kimia dan fisik tanah dari masing-masing plot. Hasil penelitian ini menemukan adanya kekerdilan pada sebagian tanaman revegetasi di lokasi penelitian, kepadatan tanah merupakan faktor yang paling sering muncul dengan kategori bermasalah di lokasi penelitian ini, dan merupakan faktor yang memiliki korelasi yang nyata dengan keragaan tanaman. Kata kunci: Acacia mangium, Falcataria moluccana, reklamasi tambang, revegetasi, stres tanaman

ABSTRACT

MUHAMMAD ABDUL LATHIF AL-ANSHARY. Plant Stress on Post Coal Mining Revegetation at PT Arutmin Indonesia Site Batulicin South Borneo. Supervised by CECEP KUSMANA and YADI SETIADI.

Soil characteristics on post coal mining land is generaly have a high acidity, density, and content of phytotoxic compounds wich potentially causing stunt plants. This study examines the characteristics of the soil and crop growth performance at post coal mining land revegetation of PT Arutmin Indonesia Site Batulicin South Borneo and the correlation between its soil character with plant growth performance at this site. The study was conducted by measuring the height and diameter of acacia and sengon from 26 plots, and conducting soil analysis of chemical and physical soil properties from each plot. This study found some stunt plant, soil density is a factor that most often appears in problem level at this site, and is a factor that has a significant correlation with plant growth performance.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

STUDI PERTUMBUHAN TANAMAN REVEGETASI PASCA

TAMBANG BATU BARA DI PT ARUTMIN INDONESIA SITE

BATULICIN KALIMANTAN SELATAN

MUHAMMAD ABDUL LATHIF AL-ANSHARY

SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Studi Pertumbuhan Tanaman Revegetasi Pasca Tambang Batu Bara di PT Arutmin Indonesia Site Batulicin Kalimantan Selatan

Nama : Muhammad Abdul Lathif Al-Anshary NIM : E44080073

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M. S Pembimbing I

Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2012 ini adalah reklamasi lahan bekas tambang, dengan judul Studi Pertumbuhan Tanaman Revegetasi Pasca Tambang Batu Bara di PT Arutmin Indonesia Site Batulicin Kalimantan Selatan. Penelitian ini difasilitasi dan dibiayai oleh PT Arutmin Indonesia.

Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M. S dan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc selaku dosen pembimbing atas arahan dan dorongannya. Selain itu, terimakasih juga penulis sampaikan kepada staf dan pegawai Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan (PPSHB IPB), jajaran manajemen dan staf PT Arutmin Indonesia atas dukungan teknis, finansial dan moral selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta dan kawan-kawan seperjuangan atas doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan dan Alat 3

Parameter yang diamati 3

Desain Sampling 3

Prosedur Penelitian 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Karakteristik Tanah pada Area Revegetasi Lahan Pasca Tambang Batubara 6 Keragaan Tanaman Hasil Revegetasi pada Lahan Pasca Tambang Batubara 8 Faktor Karakter Tanah pada Lahan Pasca Tambang Batubara yang

Mempengaruhi Stres Tanaman 10

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keragaan tanaman revegetasi pada lokasi penelitian 9 Tabel 2 Peninggi pohon dan bonita tempat tumbuh di lokasi penelitian 10 Tabel 3 Uji keberartian koefisien regresi. 11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pengukuran dengan galah berskala 4

Gambar 2 Sampel tanah terusik 4

Gambar 3 Skala pada bor Belgi 5

Gambar 4 Penggunaan bor Belgi 5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Identitas plot yang digunakan dalam penelitian 14 Lampiran 2 Penilaian status kemasaman sampel tanah dari

kedalaman 0 cm – 30 cm. 15

Lampiran 3 Penilaian status kemasaman sampel tanah dari

kedalaman 30 cm – 60 cm. 16

Lampiran 4 Penilaian status konsentrasi Al pada sampel

tanah dari kedalaman 0 cm – 30 cm. 17 Lampiran 5 Penilaian status konsentrasi Al pada sampel

tanah dari kedalaman 30 cm – 60 cm. 18 Lampiran 6 Penilaian status konsentrasi Fe pada sampel

tanah dari kedalaman 0 cm – 30 cm. 19 Lampiran 7 Penilaian status konsentrasi Fe pada sampel

tanah dari kedalaman 30 cm – 60 cm. 20 Lampiran 8 Penilaian potensi toksik pirit pada sampel tanah. 21 Lampiran 9 Penilaian status kepadatan tanah 22 Lampiran 10 Frekuensi kemunculan masalah kemasaman,

kepadatan, dan kandungan senyawa-senyawa

fitotoksik pada tanah berdasarkan jumlah plot. 23

Lampiran 11 Tabel bonita Acacia mangium 24

Lampiran 12 Tabel bonita Falcataria moluccana 25 Lampiran 13 Teknik Lateral Root Manipulation (Setiadi 2013) 26 Lampiran 14 perbaikan kondisi tanah pH rendah dan potentian

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi batubara Indonesia terus meningkat seiring semakin berkurangnya cadangan BBM sebagai sumber energi utama. Dalam skenario RIKEN (rencana induk konservasi energi nasional penggunaan batubara sebagai sumber energi akan terus didorong dari 210.3 juta SBM (setara barel minyak) pada 2010 atau urutan ketiga setelah minyak bumi dan gas, menjadi 1099.4 juta SBM pada 2025 atau melebihi penggunaan migas, dalam proyeksi tersebut batubara akan menjadi sumber energi utama di Indonesia mulai dari tahun 2020. Produksi batubara yang akan terus ditingkatkan berimplikasi pada kegiatan penambangan batubara yang menjadi semakin intensif.

Kegiatan pertambangan batubara secara terbuka (open pit mining) yang melalui proses pembukaan lahan (land clearing) pada kawasan hutan berimplikasi pada penggundulan vegetasi hutan. Untuk itu, sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi hutan sesuai peruntukannya setelah proses penambangan berakhir, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, setiap perusahaan tambang dibebani kewajiban untuk mereklamasi area tambangnya sesuai dengan prinsip lingkungan hidup. Kewajiban reklamasi tambang dibebankan pada setiap perusahaan pertambangan untuk mengendalikan dampak negatif kegiatan penambangan terhadap lingkungan.

Dalam praktiknya, kegiatan revegetasi yang merupakan bagian dari proses reklamasi seringkali menemui kendala dari karakter lahan pasca tambang yang marjinal. Faktor-faktor karakter lahan yang mempengaruhi keberhasilan revegetasi sangatlah beragam, sehingga perlakuan untuk menyelesaikan faktor-faktor tersebut juga menjadi beragam. Untuk menentukan input teknologi yang tepat guna dalam upaya revegetasi lahan pasca tambang batubara dibutuhkan informasi mengenai faktor-faktor sifat tanah yang secara signifikan dapat menyebabkan stres tanaman dan sering muncul pada lahan pasca tambang batubara. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai stres tanaman yang ditemukan pada lahan revegetasi dalam kaitannya dengan karakter lahan yang ada di lahan pasca tambang batubara PT Arutmin Indonesia.

(12)

2

Perumusan Masalah

Penelitian ini berfokus pada masalah karakter tanah pada lahan pasca tambang batubara, prestasi pertumbuhan atau keragaan (tinggi dan diameter) dari tanaman revegetasi lahan pasca tambang batubara, dan hubungan antara keduanya. Permasalahan-permasalahan tersebut dirumuskan menjadi poin-poin berikut: 1. Bagaimana karakteristik tanah pada area revegetasi lahan pasca tambang

batubara?

2. Bagaimana keragaan (tinggi dan diameter) tanaman hasil revegetasi pada lahan pasca tambang batubara?

3. Apa faktor karakter tanah pada lahan pasca tambang batubara yang mempengaruhi stres tanaman?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini mengkaji faktor karakter tanah pada lahan pasca tambang batubara yang mempengaruhi stres tanaman dalam kegiatan revegetasi lahan pasca tambang batubara.

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji karakteristik tanah pada area revegetasi lahan pasca tambang batubara di lokasi penelitian.

2. Mengetahui keragaan (tinggi dan diameter) tanaman hasil revegetasi pada lahan pasca tambang batubara di lokasi penelitian.

3. Mengkaji faktor karakter tanah pada lahan pasca tambang batubara yang mempengaruhi stres tanaman di lokasi penelitian.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi tentang faktor karakter tanah pada lahan pasca tambang batubara yang secara signifikan menyebabkan stres tanaman dalam kegiatan revegetasi lahan pasca tambang batubara. Bagi perusahaan, informasi ini dapat dijadikan dasar dalam penentuan input teknologi perbaikan kualitas tanah (soil amendment) yang tepat untuk diterapkan. Bagi lingkungan akademik informasi ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan terutama bagi perkembangan penelitian reklamasi hutan pada lahan pasca tambang batubara.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

(13)

3

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: peta, alat tulis, GPS, kompas, meteran panjang, jangka sorong, pita ukur, walking stick, galah berskala, kamera, tali rafia, golok, label, bor Belgi dan plastik.

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah: diameter dan tinggi tanaman, tebal topsoil, tekstur tanah (% liat, % debu, dan % pasir), pH tanah, serta kandungan Pirit (FeS), Al-dd, dan Fe.

Desain Sampling

Inventarisasi data dilakukan dengan membuat plot persegi berukuran 20 m x 20 m sebanyak 28 plot. Penempatan dan penentuan jumlah plot pengukuran dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan umur tegakan yang tidak kurang dari 6 bulan. Lokasi masing-masing plot dapat dilihat pada lampiran 1. Koordinat plot diperoleh dengan melakukan penandaan (marking) menggunakan GPS pada 16 titik yang dipilih menjadi plot pengamatan. Informasi mengenai umur tegakan diperoleh dengan mengacu pada Peta Kemajuan Reklamasi Tahun 2011 dan Rencana Tahun 2012 Pit Sungkai Blok Mereh (AI-ENV-BTL-RKTTL-11-02), Peta Kemajuan Reklamasi Tahun 2011 dan Rencana Tahun 2012 Pit Ata Selatan Blok Ata (AI-ENV-BTL-RKTTL-11-01), dan Peta Kemajuan Reklamasi Tahun 2011 dan Rencana Tahun 2012 Blok Mangkalapi (AI-ENV-BTL-RKTTL-11-04).

Prosedur Penelitian

Status Pertumbuhan Tanaman

(14)

4

Tekstur Tanah

Analisis tekstur tanah dilakukan terhadap sampel tanah terusik sebanyak satu sampel dari setiap plot. Sampel tanah diambil dengan menggunakan bor Belgi dari kedalaman 0 cm - 30 cm dan 30 cm – 60 cm, satu sampel diperoleh dari empat titik pengeboran yang kemudian dikompositkan, sampel tanah diambil sebanyak ± 1 kg, contoh sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 2. Sampel tanah kemudian dianalisis di Laboratorium Kesuburan Tanah Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB.

Sifat-Sifat Kimia Tanah

Analisis sifat kimia tanah juga dilakukan terhadap sampel tanah terusik. Parameter sifat kimia tanah yang diukur adalah kandungan Pirit (FeS), Al-dd, Fe, dan pH tanah. Analisis sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB.

Tebal Topsoil

Pengukuran tebal topsoil dilakukan dengan menggunakan bor Belgi dengan cara mengebor tanah seperti pada Gambar 3 hingga lapisan over burden (OB) kemudian membaca skala yang tertera pada bagian batang bor Belgi yang sejajar dengan permukaan tanah, skala pada bor belgi dapat dilihat pada Gambar 4. Pengukuran dilakukan di empat titik pada setiap plot kemudian diambil nilai rata-ratanya.

Gambar 2 Sampel tanah terusik Gambar 1 Pengukuran dengan

(15)

5

Analisis Data

Status Pertumbuhan

Diameter dan tinggi rata-rata tanaman dalam plot secara berurutan dihitung dengan persamaan :

�̅ = ∑� Din

�=1 dan �̅ = ∑��=1Tin

Keterangan:

�̅ : diameter rata-rata tanaman dalam plot �̅ : tinggi rata-rata tanaman dalam plot n : jumlah tanaman dalam plot

i : nomor pohon Di : diameter pohon ke-i Ti : tinggi pohon ke-i

Analisis Hubungan Faktor Karakter Tanah dengan Stres Tanaman

Stres tanaman (yang teridentifikasi dari ukuran diameter dan tinggi tanaman) pada lahan pasca tambang batubara diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor spesifik, yaitu ketebalan topsoil, tekstur tanah, pH tanah, serta kandungan Al, Fe, dan pirit pada tanah. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor karakter tanah dengan stres tanaman adalah analisis regresi berganda menggunakan software minitab dengan persamaan-persamaan sebagai berikut:

Y1 = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 Y2 = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 Y3 = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 Y4 = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 Keterangan : Y1 = Diameter Sengon; Y2 = Tinggi Sengon; Y3 = Diameter Akasia; Y4 = Tinggi Akasia; b0, b1, ... b8 = koefisien regresi; X1 = Ph; X2 = Al (me/100g); X3 = Fe (ppm); X4 = Pirit (ppm); X5 = % Pasir; X6 = % Debu; X7 = % Liat; X8 = Tebal Topsoil (cm). Sifat tanah yang masuk dalam persamaan ini hanya sifat sampel tanah dari kedalaman 0 cm – 30 cm.

Gambar 3 Penggunaan bor Belgi

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tanah pada Area Revegetasi Lahan Pasca Tambang Batubara

Kendala utama dalam melakukan aktivitas revegetasi pada lahan-lahan terbuka pasca penambangan adalah kondisi lahannya yang tidak mendukung (marginal) bagi pertumbuhan tanaman (Setiadi 2013). Spesifik pada lahan pasca penambangan batubara, parameter sifat tanah yang umumnya secara signifikan berhubungan dengan stres tanaman revegetasi adalah kemasaman, kepadatan (tekstur), dan kandungan senyawa-senyawa beracun.

Penilaian status kemasaman tanah dari hasil analisis tanah disajikan pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria Amacher et al. (2007), kriteria Setiadi (2013), dan Balai Penelitian Tanah (2005), perbedaan ketiga kriteria dasar penilaian kemasaman tanah tersebut terletak pada tujuan dari penilaian dan perbedaan bidang pengaplikasiannya. Kriteria penilaian Amacher et al. (2007) dibuat untuk penilaian tanah dalam sektor kehutanan dimana tanaman tahunan umumnya lebih toleran terhadap kemasaman tanah dibandingkan tanaman pertanian pada umumnya, kriteria penilaian Balai Penelitian Tanah (2005) mendasarkan penilaiannya untuk aplikasi pertanian secara umum, sedangkan kriteria penilaian Setiadi (2013) secara khusus memfokuskan perhatian pada aplikasi revegetasi lahan pasca tambang dan ditujukan untuk mendeteksi potensi toksik bagi tanaman.

Berdasarkan penilaian status kemasaman tanah diatas, dapat dicermati bahwa kemasaman tanah di lokasi penelitian, baik pada kedalaman 0 cm – 30 cm maupun pada kedalaman 30 cm – 60 cm terkategori agak masam hingga sangat masam. Meskipun demikian, berdasarkan kriteria Setiadi (2013) nilai-nilai pH tersebut masih berada pada level yang belum memunculkan dampak yang menjadi masalah serius karena tidak ada pH tanah yang nilainya lebih kecil dari 2,7.

Fenomena kemasaman tanah yang ekstrim seperti yang banyak terjadi di lahan-lahan bekas tambang pada umumnya tidak muncul di lokasi penelitian ini. Kemasaman tanah berkaitan erat dengan ketersediaan senyawa beracun dalam larutan tanah, jika pH rendah (< 4,5) kelarutan dari Al dan Fe cenderung naik, dengan naiknya kelarutan Al (> 3 me/ 100 g) dan Fe (> 1200 ppm) akan berpotensi toksik bagi tanaman. Selain itu kenaikan larutan Al dan Fe akan menjadi penyebab fixing phospate yang tinggi, sehingga ketersediaan hara potensial P akan defisien dan menjadi masalah (Setiadi 2013).

Faktor penyebab munculnya stres tanaman lain yang penting di lahan pasca tambang batubara adalah kandungan Fe, Al, dan pirit yang berlebih dalam komlpeks jerapan tanah. Penilaian status kemelimpahan unsur-unsur tersebut dalam tanah berdasarkan hasil analisis tanah disajikan pada Lampiran 4 sampai Lampiran 8.

(17)

7 Sedangkan kandungan pirit yang teranalisis, baik dari kedalaman 0 cm – 30 cm maupun 30 cm – 60 cm dari seluruh plot tidak ada yang menyentuh level bermasalah.

Menurut Rout et al. (2000), Alumunium adalah unsur dari golongan logam berat yang secara alami terdapat pada setiap jenis tanah, tetapi keracunan Al hanya terjadi pada tanah dalam kondisi masam dimana Al akan muncul dalam bentuk fitotoksik (Al3+). Al dapat mengganggu pembelahan sel pada ujung akar dan akar lateral, menyebabkan kekakuan dinding sel, kekakuan pada rantai DNA dan menghambat replikasi DNA, mengikat fosfor menjadi bentuk tidak tersedia dalam tanah dan pada permukaan akar, mengganggu respirasi akar, mengganggu aktivitas enzim yang mengatur fosforilasi gula dan pengendapan polisakarida dinding sel, serta mengganggu aktivitas penyerapan, transportasi, dan penggunaan beberapa unsur hara esensial (Ca, Mg, K, P dan Fe). Konsentrasi Al3+ akan meningkat seiring menurunnya pH tanah (Kochian 1995 dalam Kidd dan Proctor 2000). Tanah pada lokasi penelitian ini memiliki nilai pH yang rendah, dan hal tersebut menjelaskan ketersediaan Al yang tinggi.

Besi (Fe) adalah unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, jika ketersediaan Fe pada tanah berlebih justru bersifat fitotoksik. Shabala (2010) menjelaskan mekanisme fitotoksik dari unsur besi adalah karena masuknya Fe2+ ke jaringan tanaman selalu disertai anion lain seperti Cl-, SO42- atau HCO3-. Jika Fe2+ masuk ke akar bersamaan dengan anion nonvolatil, maka oksidasi Fe2+ akan menghasilkan sejumlah ion H+ bebas di jaringan tanaman yang menyebabkan pengasaman sitosol dan mengganggu metabolisme sel. Kelarutan unsur besi pada tanah juga dipengaruhi oleh pH. Kemasaman tanah yang tinggi pada lokasi penelitian ini dapat menjelaskan tingginya kandungan Fe pada tanah tersebut meskipun konsentrasinya belum mencapai level bermasalah.

Menurut Sukandarrumidi (2006), pirit merupakan salah satu senyawa penyusun mineral batubara, kecenderungan tanah-tanah pada lahan pasca tambang batubara menjadi masam dijelaskan oleh keberadaan senyawa ini. Mineral pirit dapat bereaksi dengan oksigen dari atmosfir bebas dan air hujan dan membentuk larutan asam sulfat yang bersifat asam pekat. Pada lokasi penelitian ini kemunculan pirit di seluruh plot tidak ada yang menyentuh level bermasalah menurut kriteria Setiadi (2013), dan itu menjelaskan tingkat kemasaman tanah di lokasi ini yang juga tidak mencapai level bermasalah.

Faktor penyebab munculnya stres tanaman berikutnya yang penting di lahan pasca tambang batubara adalah kepadatan tanah. Kepadatan tanah secara langsung tercermin dari tekstur tanah tersebut. Penilaian status kepadatan tanah dari hasil analisis tanah disajikan pada Lampiran 9.

(18)

8

mempertahankan horizon tanah dalam proses ini, tanah tersebut kemudian disimpan dalam waktu tertentu hingga kegiatan pengerukan batubara (coal mining) selesai, setelah itu tanah penutup kembali ditimbun tanpa mempertimbangkan lapisan horizonnya. Akibat proses tersebut, horizon B yang merupakan lapisan akumulasi liat tercampur dengan lapisan atasnya dan menjadi media tumbuh bagi tanaman reklamasi, pencampuran horizon tersebut merupakan penjelasan mengapa tanah-tanah tersebut bertekstur padat.

Berdasarkan kriteria Setiadi (2013), jika tekstur tanah didominasi debu dan liat hingga lebih dari 70%, maka tanah tersebut bermasalah karena terlalu padat, dari hasil analisis tanah sampel diketahui bahwa kepadatan tanah yang terkategori bermasalah lebih banyak muncul dibandingkan dengan permasalahan lainnya, yaitu 22 plot yang kepadatan tanahnya terkategori bermasalah pada kedalaman 0 cm – 30 cm dan 24 plot yang terkategori bermasalah pada kedalaman 30 cm – 60 cm. Frekuensi kemunculan masalah kepadatan, kemasaman, dan kandungan senyawa fitotoksik berdasarkan jumlah plot disajikan pada Lampiran 10. Menurut Setiadi (2011), kondisi tanah yang kompak dapat menyebabkan adanya genangan air sebagai tanda buruknya lalu lintas air (water infiltration and percolation), mengganggu aerasi (peredaran udara), menghambat perkembangan akar sehingga mengurangi kemampuan tanaman dalam menyerap hara dan menyebabkan kekerdilan tanaman.

Keragaan Tanaman Hasil Revegetasi pada Lahan Pasca Tambang Batubara

(19)

9

Tabel 1 Keragaan tanaman revegetasi pada lokasi penelitian

(20)

10

Tabel 2 Peninggi pohon dan bonita tempat tumbuh di lokasi penelitian

Nomor memiliki peninggi yang terpaut cukup jauh dari nilai peninggi tanaman sengon pada bonita I, dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanaman pada plot-plot tersebut tersebut mengalami kekerdilan, sedangkan tanaman sengon pada plot-plot lainnya tumbuh dengan normal. Tanaman akasia juga ditemukan mengalami kekerdilan pada plot 18 dan plot 24. Kekerdilan tidak terjadi pada seluruh plot karena kualitas tapak (site quality) pada masing-masing plot memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga tekanan bagi tanaman menjadi berbeda juga.

Faktor Karakter Tanah pada Lahan Pasca Tambang Batubara yang Mempengaruhi Stres Tanaman

(21)

11 Pyrit (X4), % Pasir (X5), % Debu (X6), % Liat (X7), dan Tebal Topsoil (X8). Persamaan-persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Persamaan 1: Y1 = - 6.32 + 0.183 X2 + 0.00058 X3 + 1.24 X4 + 0.218 X5 + 0.0566

Tabel 3 Uji keberartian koefisien regresi.

Prediktor P-value

Persamaan 1 Persamaan 2 Persamaan 3 Persamaan 4

X1 - 0.284 0.574 - dari seluruh variabel pada masing-masing persamaan memiliki nilai lebih tinggi dari derajat α = 0,1 kecuali pada variabel X5 di persamaan kesatu, kedua, dan keempat. Dapat diartikan bahwa pada taraf nyata α = 10%, faktor karakter tanah yang secara nyata memiliki korelasi dengan diameter sengon, tinggi sengon, dan tinggi akasia adalah % pasir yang merupakan parameter dari kepadatan tanah, semakin kecil nilai dari % pasir maka tanah tersebut bersifat semakin padat.

Dalam lingkup penelitian ini, parameter-parameter selain % pasir yang memiliki nilai P yang lebih besar dari 0,1 dinilai tidak memiliki korelasi yang erat dengan kekerdilan tanaman, artinya pertumbuhan akasia dan sengon tidak telalu sensitif terhadap faktor pH, Al, Fe, pirit dan ketebalan topsoil.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(22)

12

terkategori bermasalah. Berbeda dengan kandungan Fe, konsentrasi Al dalam tanah pada sebagian besar plot justru berstatus bermasalah, sedangkan kandungan pirit pada seluruh plot tidak ada yang menyentuh level bermasalah. Kepadatan tanah adalah faktor yang paling banyak muncul dengan status bermasalah pada lokasi penelitian ini.

Tanaman sengon ditemukan mengalami kekerdilan pada sebagian besar plot, sedangkan tanaman akasia yang mengalami kekerdilan hanya ditemukan pada beberapa plot saja. Berdasarkan analisis regresi, kepadatan tanah yang diwakili oleh parameter % pasir menjadi satu-satunya faktor yang memiliki korelasi yang nyata pada taraf α = 10% dengan keragaan tanaman akasia dan sengon di lokasi penelitian ini. Tanaman pada plot dengan % pasir lebih besar memiliki keragaan yang lebih baik daripada tanaman pada plot dengan % pasir lebih kecil.

Saran

Rekomendasi yang dapat diberikan untuk meningkatkan prestasi keberhasilan revegetasi di lokasi ini diantaranya adalah perlunya dilakukan lateral root manipulation (LRM) pada tanaman-tanaman yang teridentifikasi mengalami kekerdilan jika masih berumur dibawah 2 tahun, SOP (standard operational procedure) dari teknik LRM disajikan pada lampiran 13. Pada tanah dengan kepadatan yang tinggi di lokasi ini dapat dilakukan penanaman jenis-jenis pohon yang toleran terhadap kepadatan tanah, seperti Ficus spp, Nauclea sp., dan Syzigium sp. Untuk mengurangi potensi keracunan Al dan Fe, perlu dilakukan perbaikan pH tanah dan chelation Al dan Fe dengan prosedur yang disajikan pada lampiran 14.

DAFTAR PUSTAKA

Amacher MC, et all. 2007. Soil Vital Signs: a New Soil Quality Index (SQI) for Assessing Forest Soil Health [internet]. [diunduh 2012 Jun 20]. Tersedia pada: http://www.fs.fed.us/rm/pubs/rmrs_rp065.pdf.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah Tanaman Air dan Pupuk [internet]. [diunduh 2012 Apr 27]. Tersedia pada: http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/juknis/juknis_kimia.pdf. [KemenESDM] Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2008. Peraturan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi Dan Penutupan Tambang [internet]. [diunduh 2012 Feb 09]. Tersedia pada: http://prokum.esdm.go.id/permen/2008/Permen-esdm-18-2008.pdf. Kidd S, Proctor J. 2000. Why plants grow poorly on very acid soil: are ecologist

missing the obvious?. J Exp Bot. 52:791-799

Kusdiana D. 2008. Kondisi Riil Kebutuhan Energi Di Indonesia Dan Sumber-Sumber Energi Alternatif Terbarukan [internet]. [diunduh 2012 Feb 09]. Tersedia pada: rks.ipb.ac.id/file_pdf/EBT-IPB_oke.pdf.

(23)

13 Maemunah S. 2006. Pertambangan Versus Lingkungan. Di dalam: Muhammad C, Maimunah S, editor. Tambang dan Penghancuran Lingkungan. Jakarta: JATAM. hlm v-ix.

[PT AI] PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin. 2011a. Peta Kemajuan Reklamasi Tahun 2011 dan Rencana Tahun 2012 Blok Mangkalapi, Nomor dokumen : AI-ENV-BTL-RKTTL-11-04. Tanggal terbit November 2011. Batulicin: PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin.

[PT AI] PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin. 2011b. Peta Kemajuan Reklamasi Tahun 2011 dan Rencana Tahun 2012 Pit Sungkai Blok Mereh, Nomor dokumen : AI-ENV-BTL-RKTTL-11-02. Tanggal terbit November 2011. Batulicin: PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin.

[PT AI] PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin. 2011c. Peta Kemajuan Reklamasi Tahun 2011 dan Rencana Tahun 2012 Pit Ata Selatan Blok Ata, Nomor dokumen : AI-ENV-BTL-RKTTL-11-01. Tanggal terbit November 2011. Batulicin: PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin.

Rout GR, et all. 2000. Alumunium Toxicity in Plants: a Review [internet]. [diunduh

2013 Feb 09]. Tersedia pada:

http://www.plantstress.com/articles/toxicity_i/Al%20toxicity.pdf

Setiadi Y. 2011. Post Mining Restoration Notes: Revegetasi Lahan Pasca Tambang. (tidak dipublikasikan).

Setiadi Y. 2013. Post Mining Restoration Notes: Pembenahan Lahan Pasca Tambang. (tidak dipublikasikan).

Shabala S. 2010. Physiological and cellular aspect of phytotoxicity tolerance in plants: the role of membrane transporters and implications for crop breeding for waterlogging tolerance [internet]. [diunduh 2013 Feb 11]. Tersdia pada:

http://www.plantstress.com/articles/up_waterlogging_files/waterloging-toxicity.pdf

(24)

14

Lampiran 1 Identitas plot yang digunakan dalam penelitian Nomor

plot

Lokasi (Blok)

(25)

15 Lampiran 2 Penilaian status kemasaman sampel tanah dari kedalaman 0 cm –

30 cm. Nomor

plot pH

kriteria

Amacher et al kriteria Setiadi

kriteria Balittanah 1 4,5 moderately acid belum berdampak masam 2 4,7 moderately acid belum berdampak masam 3 4,8 moderately acid belum berdampak masam 4 4,9 moderately acid belum berdampak masam 5 4,8 moderately acid belum berdampak masam 6 4,8 moderately acid belum berdampak masam 7 5,1 moderately acid belum berdampak masam 8 4,7 moderately acid belum berdampak masam 9 5,1 moderately acid belum berdampak masam 10 5,2 moderately acid belum berdampak masam 11 4,8 moderately acid belum berdampak masam 12 4,9 moderately acid belum berdampak masam 13 5,3 moderately acid belum berdampak masam 14 5,5 moderately acid belum berdampak agak masam 15 5,8 slightly acid belum berdampak agak masam 16 5,4 moderately acid belum berdampak masam

17 4,4 moderately acid belum berdampak sangat masam 18 4 strongly acid belum berdampak sangat masam 19 4,7 moderately acid belum berdampak masam

20 4,7 moderately acid belum berdampak masam 21 5,2 moderately acid belum berdampak masam

22 4,1 moderately acid belum berdampak sangat masam 23 4,8 moderately acid belum berdampak masam

(26)

16

Lampiran 3 Penilaian status kemasaman sampel tanah dari kedalaman 30 cm – 60 cm.

Nomor plot pH

kriteria

Amacher et al kriteria Setiadi

kriteria Balittanah 1 4,7 moderately acid belum berdampak masam 2 4,6 moderately acid belum berdampak masam 3 5 moderately acid belum berdampak masam 4 5 moderately acid belum berdampak masam 5 4,7 moderately acid belum berdampak masam 6 4,6 moderately acid belum berdampak masam

7 4,2 moderately acid belum berdampak sangat masam 8 4,9 moderately acid belum berdampak masam

9 4,8 moderately acid belum berdampak masam 10 6 slightly acid belum berdampak agak masam 11 5 moderately acid belum berdampak masam 12 5,2 moderately acid belum berdampak masam 13 5,9 slightly acid belum berdampak agak masam 14 5,5 moderately acid belum berdampak agak masam 15 5,5 moderately acid belum berdampak agak masam 16 5,7 slightly acid belum berdampak agak masam 17 4,1 moderately acid belum berdampak sangat masam 18 5,5 moderately acid belum berdampak agak masam 19 4,9 moderately acid belum berdampak masam 20 4,9 moderately acid belum berdampak masam 21 5 moderately acid belum berdampak masam 22 3,7 strongly acid belum berdampak masam 23 4,9 moderately acid belum berdampak masam

24 4,2 moderately acid belum berdampak sangat masam 25 3,3 strongly acid belum berdampak masam 26 4,6 moderately acid belum berdampak masam

(27)

17 Lampiran 4 Penilaian status konsentrasi Al pada sampel tanah dari kedalaman

(28)

18

(29)

19 Lampiran 6 Penilaian status konsentrasi Fe pada sampel tanah dari kedalaman

0 cm – 30 cm. 1 100,96 high belum berdampak sangat tinggi 2 118,33 high belum berdampak sangat tinggi 3 266,36 high belum berdampak sangat tinggi 4 254,25 high belum berdampak sangat tinggi 5 27,79 high belum berdampak tinggi 6 23,84 high belum berdampak tinggi 7 139,27 high belum berdampak sangat tinggi 8 1300,88 high bermasalah sangat tinggi 9 183,57 high belum berdampak sangat tinggi 10 485,44 high belum berdampak sangat tinggi 11 31,89 high belum berdampak tinggi 12 62,12 high belum berdampak sangat tinggi 13 185,1 high belum berdampak sangat tinggi 14 238,12 high belum berdampak sangat tinggi 15 165,3 high belum berdampak sangat tinggi 16 175,82 high belum berdampak sangat tinggi 17 22,74 high belum berdampak tinggi

18 1383,24 high bermasalah sangat tinggi 19 21,98 high belum berdampak tinggi

(30)

20

(31)

21 Lampiran 8 Penilaian potensi toksik pirit pada sampel tanah.

No plot

0 - 30 cm 30 - 60 cm

Pyrit

(ppm) Pyrit (%) kriteria Setiadi

Pyrit

(32)

22

Lampiran 9 Penilaian status kepadatan tanah Nomor

liat (%) kriteria Setiadi

pasir (%)

debu +

(33)

23 Lampiran 10 Frekuensi kemunculan masalah kemasaman, kepadatan, dan kandungan senyawa-senyawa fitotoksik pada tanah berdasarkan jumlah plot.

Status Kedalaman Total

0 cm – 30 cm 30 cm – 60 cm

Kemasaman Bermasalah 0 0 0

Belum berdampak 28 28 56

Kandungan Al

Bermasalah 22 15 37

Belum berdampak 6 13 19

Kandungan Fe

Bermasalah 2 9 11

Belum berdampak 26 19 45

Kandungan pirit

Bermasalah 0 0 0

Belum berdampak 28 28 56

Kepadatan Bermasalah 22 24 46

(34)

24

Lampiran 11 Tabel bonita Acacia mangium

Umur (tahun)

Peninggi Bonita

(35)

25 Lampiran 12 Tabel bonita Falcataria moluccana

(36)

26

Lampiran 13 Teknik Lateral Root Manipulation (Setiadi 2013)

 Lakukan penandaan (labeling) pada tanaman yang berstatus stagnan.  Tergantung pada umur pohon, lakukan pemotongan akar dengan jarak

20-80 cm dari batang pohon.

 Pemotongan / pemutusan akar dilakukan dengan cara menggali tanah secara melingkar (lebar 10-15 cm dan dalam 5-10 cm) mengelilingi batang sampai terlihat akar-akar terputus.

 Sebarkan Rock Phophate dan kompos matang pada galian tanah kemudian siram dengan organo-stimulant (1 liter dilarutkan dalam 100 liter air) dan disiramkan 1-2 liter/tanaman (untuk perangsangan akar baru).

 3-4 minggu kemudian lakukan pemupukan. Direkomendasikan menggunakan pupuk polymer Polyfert 0,5% (1 liter dalam 200 liter air) dan disiramkan 1 liter/tanaman.

(37)

27 Lampiran 14 perbaikan kondisi tanah pH rendah dan potentian toxic Al dan Fe

(Setiadi 2013)

1. Tanaman jenis LCC dan rumput (Pra Hydroseeding)

 Pada lahan yang akan ditanam LCC maupun rumput, lakukan ripping dengan kedalaman 10-15 cm.

 Setelah ripping, lakukan perbaikan pH tanah dengan pemberian kapur, atau jika tersedia bisa digantikan dengan abu janjang kelapa sawit sekitar (40-100 gram/m2). Abu disebar maerata dalam kondisi lahan lembab (tidak becek).

 Bersamaan dengan kenaikan pH tanah, berikan rock phosphate 25 gr/m2, kemudian dilakukan penyiraman dengan Forlima AC-32 konsentrasi 2% (1 liter dilarutkan dalam 50 liter air).

 Lahan dibiarkan selama 1-2 minggu sebelum dilakukan penanaman.  Lakukan penanaman dengan campuran PJ, CP, CM, atau Paspalum sp. 2. Tanaman jenis pohon

 Lakukan pembuatan lubang tanam, sesuai dengan ukuran yang disarankan.  Campurkan kapur (200-400 gram) atau 100-150 gram abu janjang kelapa sawit pada tanah galian lubang tanam dan permukaan lubang tanam, biarkan kurang lebih 1 minggu.

(38)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tasikmalaya pada tanggal 12 Januari 1991 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara. Menamatkan jenjang pendidikan di Madrasah Aliyah Swasta Persis 67 Benda pada tahun 2008 dan melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada mayor Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan. Selama masa perkulihan penulis aktif pada beberapa organisasi, yaitu sebagai staf aksi dan propaganda Kementrian Kebijakan Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa IPB (2009), kepala Divisi Kajian Strategis dan Advokasi Pengurus Cabang Sylva Indonesia IPB (2010-2011), dan Ketua Pelaksana Semiloka Nasional Sylva Indonesia (2011).

Dalam ranah akademis, penulis mengikuti program magang di Karawang International Industrial City (2009) dan menjadi asisten praktikum mata kuliah Silvikultur (2011). Penulis juga mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di KPH Perhutani Banyumas Barat - Baturraden dan KPH Perhutani Banyumas Timur - Cilacap (2010), Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan KPH Perhutani Cianjur (2011), dan Praktik Kerja Profesi di PT Arutmin Indonesia Site Batulicin, Kalimantan Selatan (2012).

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul “Studi Pertumbuhan Tanaman Revegetasi Pasca Tambang

Gambar

Tabel 1  Keragaan tanaman revegetasi pada lokasi penelitian
Gambar 1 Pengukuran dengan
Gambar 3 Penggunaan bor Belgi
Tabel 1  Keragaan tanaman revegetasi pada lokasi penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, saya bersyukur kepada Allah dari Berkat, Rahmat dan Hidayah Allah SWT, telah dapat diselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Model

Perhitungan nilai performansi KPI untuk indikator deliver responsivenees adalah i KPI = Wi * Ni untuk bobot di dapat dari tabel 4.25 yang berasal dari output AHP Expert Choice

Sebuah diagram Voronoi adalah metode dekomposisi suatu daerah. Asumsikan ada satu set node N dikerahkan di suatu daerah tanpa hambatan, diagram Voronoi akan

Karakteristik lain dari mata pelajaran tersebut dalam proses pembelajaran menuntut siswa dapat melakukan pekerjaan langkah demi langkah sehingga terwujud tujuan

Artinya variabel bebas dalam model regresi mampu menjelaskan variabel terikat sebesar 94%, sedangkan sisanya (6%) dipengaruhi oleh variabel lain di luar

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pemaknaan simbol budaya dalam perayaan kemerdekaan Indonesia di Desa Candirejo, Tonggalan, Klaten, dengan

Alhamdulillah, syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kesehatan, serta kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Apabila ekonomi di Indonesia telah didasari oleh norma-norma hukum Islam, tentu tidak ditemukan orang miskin atau paling tidak orang miskin dapat diperdayakan