• Tidak ada hasil yang ditemukan

The responseof farmers on the mothod of riceintegrated crop managemen in Pancawati village, Caringin Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The responseof farmers on the mothod of riceintegrated crop managemen in Pancawati village, Caringin Bogor"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PETANI TERHADAP METODE PENGELOLAAN

TANAMAN TERPADU (PTT) PADI DI DESA PANCAWATI

CARINGIN BOGOR

HAPPY THREE AGUSTIWI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Respon Petani terhadap Metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi di desa Pancawati Caringin Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftara Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Happy Three Agustiwi

(3)

RINGKASAN

HAPPY THREE AGUSTIWI. Respon Petani terhadap Metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi di desa Pancawati Caringin Bogor. Dibimbing oleh M. SYAMSUL MA’ARIF DAN SUKISWO DIRDJOSUPARTO.

Beras merupakan komoditi yang hingga saat ini masih menjadi makanan pokok bangsa Indonesia. Beras juga merupakan komoditi yang dapat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi, dan politik negara.Namun demikian berkaitan dengan komoditas beras saat ini, diketahui bahwa cadangan beras di Indonesia telah mengalami kekurangan. Petani dituntut untuk berpartisipasi dalam membangun kekuatan pangan nasional melalui peningkatan produktivitas. Tuntutan tersebut seringkali terbentur pada ketidakberdayaan petani dalam kemampuan menerapkan (adopsi) teknologi.

Pengelolaan Tanaman Terpadu dalam tulisan selanjutnya disingkat PTT merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan pencapaian target sukses swasembada berkelanjutan melalui peningkatan produktivitas. PTT merupakansuatupendekatan holistikbersifatpartisipatif yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi sehingga bukan merupakan paket teknologi yang harus diterapkan petani di semua lokasi.Tujuan PTT adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui penerapan teknologi yang cocok untuk kondisi setempat.

Keberhasilan suatu program dipengaruhi pengetahuan, keterampilan, dan sikap aktor/pelaku (petani) di lapangan. Penelitian yang akan dilakukan diharapkan memberikan informasi umpanbalik pemahaman petani terhadap metode PTT Padi sebagai upaya peningkatan produktivitas padi. Penelitian ini bertempat di desa Pancawati Caringin Bogor. Dalam penelitianini subyek penelitian adalah seluruh anggota kelompok tani di desa Pancawati Caringin Bogor.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara sensus, sehingga responden dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 125 orang petani. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan SEM (Structural Equation Model) dengan menggunakan program PLS.

Hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa respon petani terhadap Metode PTT padi untuk meningkatkan produktivitasnya adalah baik, yang diindikasikan persepsi responden terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik. Berdasarkan hasil SEM PLS, pengetahuan dan keterampilan berpengaruh terhadap produktivitas tetapi keterampilan lebih tinggi loading faktornya dibanding pengetahuan sehingga produktivitas lebih dipengaruhi oleh keterampilan petani akan tetapi petani belum mampu melakukan modifikasi karena pengetahuan konseptual atau ilmunya kurang sehingga diperlukan pendampingan karena menyangkut penerapan lapangan dan keterampilan teknis lapangan untuk dapat berhasil menerapkan metode PTT. Dalam jangka panjang pengetahuan diperlukan juga agar petani dapat memberikan masukan inovasi, memodifikasi metode PTT, membantu masalah penerapan metode PTT. Hal berbeda ditunjukkan oleh variabel sikap dimana sikap tidak berpengaruh terhadap produktivitas.

(4)

SUMMARY

HAPPY THREE AGUSTIWI. The responseof farmers on the mothod of riceintegrated crop managemen in Pancawati village, Caringin Bogor. Supervised

by M SYAMSUL MA’ARIF AND SUKISWO DIRDJOSUPARTO.

Riceis a commodity that has been still the staple food of Indonesia so far. Riceis also acommodity that canaffect thesocio-economic conditions, andstate politics. However,related to the currentrice commodities in Indonesia, rice store that has suffered the drawback. Farmer sare required to participatein building the strength of the national food through increased productivity. The claimis often hampered by the powerlessness of farmers in the ability to apply (adoption) the technology.

Integrated Crop Management (ICM) is one of the government's efforts to realize the successful achievement of sustainable self-sufficiency through increased productivity. ICM is a participatory holistic approach tailored to site-specific conditions. Therefore, it is not a technology package that must be applied by farmers in all locations. ICM goal is to improve the livelihoods of farmers through the application of appropriate technology to local conditions.

The success of a program is influenced by knowledge, skills, and attitudes of actors/doers (farmers) in the field. Research to be conducted is expected to provide feedback information to the farmers' understanding towards this methods asthe efforts to increase rice productivity. This study took place in Pancawati village Caringin bogor. Research subjects in this study are all members of farmer groups in the Pancawati village Caringin bogor. The sampling technique used is using census technique, so the respondents in this study are the entire population of the 125 farmers. Data analysis in this study uses descriptive analysis and SEM (Structural Equation Model) by using PLS program.

The analysisconducted inthis study, it can be concluded thatthe responsesof farmers towards this method in improvingrice productivityare good. This can be indicated byrespondents perceptions ofthe knowledge, skillsandgood attitude. Based on the SEM PLS,the knowledge and skills affect productivity but higher skills than the loading factor productivity of knowledge that is more influenced by the skills of farmers but farmers have not been able to make modifications because of conceptual knowledge or lack of knowledge that needed assistance because it involves the application of field and field of technical skills to be successful applying the method of PTT. In the long term knowledge is also needed so that farmers can provide innovation input, modify the method of PTT, PTT method helps application problems. It is shown by the different manner in which the attitude variable does not affect productivity.

(5)

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

RESPON PETANI TERHADAP METODE PENGELOLAAN

TANAMAN TERPADU (PTT) PADI DI DESA PANCAWATI

CARINGIN BOGOR

HAPPY THREE AGUSTIWI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Judul Tesis : Respon Petani terhadap Metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi di Desa Pancawati Caringin Bogor

Nama : Happy Three Agustiwi

NIM : H251110181

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir M SyamsulMa’arif, MEng Dr Drs Sukiswo Dirdjosuparto

Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Manajemen

Dr Ir Abdul KoharIrwanto, MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2012 sampai April 2013 ini adalah Respon Petani, dengan judul Respon Petani terhadap Metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi di Desa Pancawati Caringin Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof Dr Ir M Syamsul Ma’arif, M Eng dan Bapak Dr Drs Sukiswo Dirdjosuparto, selaku pembimbing yang seksama membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini;

2. Ibu Prof DrIr Aida Vitayala S. Hubeis, selaku penguji luar komisi;

3. Para Petani di desa Pancawati Caringin Bogor dan PPL wilayah Caringin, yang telah menjawab kuesioner;

4. Seluruh dosen dan staf sekretariat pada Program Studi Pascasarjana Ilmu Manajemen yang telah membagi ilmu, pengalaman serta kemudahan selama menempuh studi;

5. Kepala Badan Litbang Pertanian dan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang telah memberikan kesempatan dan dukungan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studin Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarajana IPB;

6. Kedua orang tua, suami, anak, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangat;

7. Seluruh karyawan/karyawati Puslitbang Tanaman Pangan yang telah membantu penelitian;

8. Terakhir buat teman-teman Angkatan 5 Ilmu Manajemen terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

1. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup 4

2 METODE 5

Kerangka Pemikiran 5

Perumusan Hipotesis 6

Lokasi dan Waktu Penelitian 6

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 6

Populasi 6

Teknik Pengambilan Sampel 6

Teknik Pengumpulan Data 7

Teknik Pengolahan Data 7

Teknik Analisis Data 7

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Demografi Objek Penelitian 13

Analisis Deskriptif 16

Sebaran petani berdasarkan pendidikan dengan umur 17 Sebaran petani berdasarkan pendidikan dengan lama berusaha tani 17 Sebaran petani berdasarkan pendidikan dengan status pekerjaan 18 Sebaran petani berdasarkan pendidikan dengan pemilik dan penggarap 19 Hasil Analisis Respon Petani terhadap Metode PTT Padi di desa Pancawati

Caringin Bogor

20

Hasil Analisis Partial Least Square (PLS) Pengaruh Pengetahuan, Keterampilan, Sikap terhadap Produktivitas

20

4 SIMPULAN DAN SARAN 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 34

(11)

DAFTAR TABEL

1 Perbedaan covariance basedSEM (LISREL) dengan component based SEM (PLS)

8

2 Variabeldan indikator pengetahuan, keterampilan, sikap dan produktivitas

11

3 Kelompok tani desa Pancawati 14

4 Pendidikan dengan umur 17

5 Pendidikan dengan lama berusahatani 18

6 Pendidikan dengan status pekerjaan 18

7 Pendidikan dengan pemilik dan penggarap 19

8 Peningkatan produktivitas padi di desa Pancawati 20

3 Nilai loading factor pada variabel laten pengetahuan, keterampilan, sikap dan produktivitas

22

4 Cross loading 24

5 Korelasi antar konstruk 25

6 Nilai AVE danakar AVE 26

7 Nilai composite reliability 26

8 Nilai cronbach alpha 26

9 Nilai R square 27

10 Path coeffisien (mean, STDEV, t-value) 27

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 5

2 Kerangka operasional penelitian 6

3 Struktur dugaan model SEM 12

4 Model struktural awal 21

5 Model struktural akhir 24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 35

(12)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan komoditi yang hingga saat ini masih menjadi makanan pokok bangsa Indonesia. Beras juga merupakan komoditi yang dapat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi, dan politik negara. Namun demikian berkaitan dengan komoditas beras saat ini, diketahui bahwa cadangan beras di Indonesia telah mengalami kekurangan. Dibalik nilai strategis tersebut, penguasaan lahan yang berkurang dan ketidakberdayaan dalam menentukan harga menjadi penyebab kemiskinan bagi pelaku usaha (petani). Petani dituntut untuk berpartisipasi dalam membangun kekuatan pangan nasional melalui peningkatan produktivitas. Tuntutan tersebut seringkali terbentur pada ketidakberdayaan petani dalam kemampuan menerapkan (adopsi) teknologi. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), adopsi inovasi adalah suatu proses pengambilan keputusan melalui proses mental sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai dia mengambil keputusan untuk menerima ataupun dan kemudian memberikan pengukuhan atas keputusan itu. Jika ia menerima (mengadopsi) inovasi tersebut maka dia mulai menggunakan ide-ide baru, praktek baru atau barang baru itu dan menghentikan penggunaan ide-ide lama yang digantikan oleh inovasi itu.

Adopsi teknologi dalam proses penyuluhan pertanian, pada hakekatnya diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang

disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekadar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau keterampilannya (Mardikanto 1993). Perubahan tersebut dapat dilakukan melalui intervensi dalam bentuk kegiatan pelatihan. Pelatihan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja. Kegiatan pelatihan sebaiknya disusun berdasarkan kebutuhan petani dengan memperhatikan sumberdaya yang ada di desanya dengan memperhatikan aspek kebutuhan belajar petani dan memperhatikan kesesuai antara kebutuhan keterampilan dengan sumberdaya yang dimiliki (Sudirman 2006).

(13)

mempertinggi kemampuannya untuk mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan petani tinggi dan petani bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas. Menurut Robbins (2000) keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu: 1) Basic literacy skill

(keahlian dasar) yang merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar, 2) Technical skill (keahlian teknik) yang merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan computer, 3) Interpersonal skill (keahlian interpersonal) yang merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim, dan 4) Problem solving (menyelesaikan masalah) adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika, beragumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik. Keterampilan merupakan kecakapan atau kemampuan untuk menerapkan suatu inovasi bagaimana petani dapat mengulang segala sesuatu yang dilihatnya melalui kegiatan belajar dengan meniru gerakan, menggunakan konsep untuk melakukan gerakan dengan benar dan melakukan beberapa gerakan dengan benar dan wajar (Nuryanti 2003). Menurut Azwar (2000) bahwa sikap merupakan potensi pendorong yang ada pada individu untuk bereaksi terhadap lingkungan.Sikap tidak selamanya tetap dalam jangka waktu tertentu tetapi dapat berubah karena pengaruh orang lain melalui interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain. Individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi adalah pendekatan yang ditempuh dalam menerapkan teknologi budidaya padi yang spesifik lokasi (spesifik lokasi ditentukan berdasarkan karakteristik biofisik dan sosial ekonomi) dengan mengintegrasikan berbagai komponen teknologi yang inovatif, dinamis, dan kompatibel untuk dapat memecahkan permasalahan setempat, sehingga timbul efek sinergis. Efek sinergis berarti efek komponen teknologi secara bersama-sama lebih besar dari penjumlahan efek teknologi secara individual. Karena lahan sawah mempunyai tingkat kesesuaian berbeda dan unsur yang menyebabkan perbedaan itu juga tidak sama, maka kombinasi komponen teknologi di satu lokasi dapat berbeda dengan lokasi lainnya (Makarim dan Las 2004).

(14)

mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Dengan kata lain bahwa produktivitas memiliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Dimensi kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) adalah suatu inovasi dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani padi melalui perbaikan sistem dan pendekatan dalam perakitan paket teknologi, dinamisasi komponen teknologi padi yang memiliki efek sinergestik yang dilakukan secara partisipatif, dan bersifat dinamis. Metode PTT bersifat spesifik lokasi, sangat tergantung pada faktor biofisik dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat (Toha 2005). Metode PTT yang dihasilkan oleh lembaga penelitian dan teknologi berdasar kearifan lokal yang sudah terbukti unggul untuk lokasi tertentu, adalah : varietas unggul baru, benih bermutu dan berlabel, pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, penggunaan bibit muda (umur < 21 hari), bibit ditanam 1-3 batang per rumpun, pengaturan populasi atau tanam dengan system jajar legowo, penyiangan dengan landak/gasrok, pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, pemberian bahan organik, pengairan berselang, pengendalian OPT dengan pendekatan PHT, panen tepat waktu dan gabah segera dirontok (Puslitbangtan 2009).

(15)

bidang kegiatan yang menghasilkan kemampuan untuk latihan keterampilan yang tidak dimiliki sebelumnya. Pelatihan ini umumnya melibatkan empat dasar komponen (1) memperoleh pengetahuan tentang keterampilan, (2) mengamati dan menerapkan keterampilan, (3) mencoba keterampilannya (4) mengambil sikap.

Produksi padi Kabupaten Bogor pada tahun 2012 sebesar 594.634 ton GKG meningkat 15,61% dari tahun 2011 sebesar 501.824 ton GKG (Dinas Pertanian Jawa Barat 2012). Keberhasilan pencapaian produksi padi secara tidak langsung merupakan pengaruh nyata dari pelaksanaan kegiatan SL-PTT padi. Kabupaten Bogor mengalokasikan area untuk metode PTT padi seluas 11000 hektar dan sebagai pengembangan produksi padi dan penerapan metode PTT padi salah satunya yaitu di desa Pancawati Caringin Bogor (Dirjentan 2011). Keberhasilan suatu program dipengaruhi pengetahuan, keterampilan, dan sikap aktor/pelaku (petani) di lapangan. Penelitian yang akan dilakukan diharapkan memberikan informasi umpan balik pemahaman petani terhadap metode PTT Padi sebagai upaya peningkatan produktivitas padi.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana respon petani terhadap metode PTT Padi untuk meningkatkan produktivitasnya di desa Pancawati Caringin Bogor?

2. Bagaimana pengaruh pengetahuan, keterampilan, sikap terhadap produktivitas padi di desa Pancawati Caringin Bogor?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis respon petani terhadap metode PTT Padi untuk meningkatkan produktivitasnya di desa Pancawati Caringin Bogor.

2. Menganalisis pengaruh pengetahuan, keterampilan, sikap terhadap produktivitas padi di desa Pancawati Caringin Bogor.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi :

1. Pemerintah selaku pembuat kebijakan bidang pertanian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan sehubungan dengan upaya untuk peningkatan produktivitas padi, dan mendukung suplai beras.

2. Bagi masyarakat (petani) diharapkan dapat digunakan sebagai upaya peningkatan produksi usahatani padinya

3. Bagi mahasiswa dan peneliti diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut.

Ruang Lingkup Penelitian

(16)

2 METODE

Kerangka Pemikiran

PTT padi merupakan suatu metode pendekatan untuk mempertahankan atau meningkatkan produktivitas padi secara berkelanjutan dan efisiensi produksi. PTT menekankan pada prinsip partisipasi yang menempatkan pengalaman, keinginan, dan kemampuan petani pada posisi penting dalam menerapkan suatu teknologi dengan memperhatikan keberagaman lingkungan pertanaman dan kondisi petani (karateristik), sehingga penerapan teknologi di suatu tempat kemungkinan besar berbeda dengan lokasi lainnya. Dalam proses adopsi, petani tidak dapat dengan serta merta mengadopsi suatu inovasi. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, diantaranya adalah : pengetahuan, keterampilan, dan sikap petani. Respon atau tanggapan individu dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain tingkat kemampuan individu di dalam melihat serta mengindera suatu benda, ataupun suatu objek atau peristiwa dari sudut mana ia melihat masalah itu kemudian ia intepretasikan ke dalam reaksi nyata yang berbentuk respon. Menurut Gibson et al. (1988), respon adalah hasil dari perilaku stimulus yaitu aktivitas dari orang yang bersangkutan, tanpa memandang apakah stimulus tersebut dapat diidentifikasikan atau tidak dapat diamati. Respon akan terkait dengan stimulus, sehingga jika stimulus terjadi maka suatu respon akan mengikuti.

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis structural equation model (SEM). Analisis SEM digunakan untuk menganalisis pengaruh antara variabel eksogen terhadap variabel endogen. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah seperti yang tersaji pada Gambar 1. Selanjutnya kerangka operasional penelitian seperti tersaji pada Gambar 2.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Produktivitas Pengetahuan

Keterampilan

Sikap





(17)

Gambar 2 Kerangka operasional penelitian

Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat terdapat 3 hipotesis dalam penelitian ini, yaitu :

H1 : Pengetahuan berpengaruh terhadap produktivitas H2 : Keterampilan berpengaruh terhadap produktivitas H3 : Sikap berpengaruh terhadap produktivitas

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di desa Pancawati Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2012 – April 2013.

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani di desa Pancawati Caringin Bogor, yang merupakan salah satu desa yang diarahkan menggunakan Metode PTT dan merupakan salah satu desa yang dijadikan sentra produksi padi dengan jumlah sebanyak 125 orang petani.

2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara sampling jenuh (sensus), dimana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Teknik

Pemenuhan Kebutuhan

PERMINTAAN BERAS

PTT Padi

Respon Petani

TERHADAP PTT PADI

1. Pengetahuan 2. Keterampilan 2. Sikap

(18)

ini sesuai yang dikemukakan oleh Sugiyono (2007) bahwa sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 125 orang petani. Teknik pengambilan sampel ini dipakai dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang kondisi sebenarnya.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner yaitu seperangkat pertanyaan yang disusun untuk diajukan kepada responden. Kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara tertulis dari responden berkaitan dengan tujuan penelitian.

Teknik Pengolahan Data

Untuk memudahkan proses pengolahan data, maka pendapat responden tersebut diberi skala. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah mempergunakan skala Likert, yaitu:

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Tidak Setuju (TS) = 2

Netral (N) = 3

Setuju (S) = 4

Sangat Setuju (SS) = 5

Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis SEM (Structural Equation Model) dengan menggunakan program PLS untuk penolakan atau penerimaan hipotesis, digunakan taraf signifikan 5 persen.

1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan dengan menabulasi hasil kuesioner secara manual dengan program excel dan SPSS (Statistical Program for Social Science)versi 21.0, yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden. Analisis deskriptif juga dilakukan untuk mengetahui respon petani terhadap metode pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi untuk meningkatkan produktivitasnya di Desa Pancawati Caringin Bogor.

2 Analisis SEM PLS

Analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan pendekatan part least square (PLS) digunakan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap produktivitas padi di desa Pancawati Caringin Bogor. Hasil analisis ini akan menunjukkan pengaruh variabel eksogen terhadap endogen berikut dengan besaran koefisien pengaruh.

(19)

kategori, ordinal, interval dan rasio. Disamping itu, pendekatan SEM dengan PLS juga tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel yang dibutuhkan juga tidak harus besar. Selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya (Ghozali, 2008).

PLS adalah model persamaan Structural Equation Model (SEM) yaitu suatu teknik modeling statistika yang merupakan kombinasi dari analisis principal component, analisis regresi dan analisis path (Yamin 2011).

Ferdinand (2006) menyatakan beberapa alasan penggunaan program SEM sebagai alat analisis adalah bahwa SEM sesuai digunakan untuk :

a. Mengkonfirmasi undimensionalisasi dari berbagai indikator untuk sebuah konstruk/konsep/faktor.

b. Menguji kesesuaian atau ketepatan sebuah model berdasarkan data empiris yang diteliti.

c. Menguji kesesuaian model sekaligus hubungan kausalitas antar faktor yang dibangun atau diamati dalam model penelitian.

Model SEM, Konstruk laten berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua, yaitu: variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen adalah suatu variabel yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel lain (atau disebut variabel independen didalam model regresi). Sedangkan variabel endogen adalah variabel yang dapat dipengaruhi variabel lain. Dalam model SEM, variabel endogen dapat berperan menjadi variabel independen apabila variabel tersebut dapat mempengaruhi variabel lain (Ghozali dan Fuad 2005).

Secara teknis SEM dibagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu SEM berbasis kovarian yang diwakili oleh LISREL dan SEM variance atau sering disebut

Component Based SEM yang mempergunakan software SmartPLS dan PLS Graph. Covariance Based SEM lebih bertujuan memberikan pernyataan tentang hubungan kausalitas atau memberikan deskripsi mekanisme hubungan kausalitas (sebab – akibat). Sedangkan Component Based SEM dengan PLS bertujuan mencari hubungan linear prediktif antar variabel (Ghozali 2008). Pada Tabel 1, menunjukkan perbedaan Covariance Based SEM (LISREL) dengan Component Based SEM PLS.

Tabel 1 Perbedaan Covariance Based SEM (LISREL) dengan Component Based SEM (PLS)

No Kriteria PLS LISREL

1 Tujuan Berorientasi prediksi Berorientasi pendugaan parameter

2 Pendekatan Berbasis varian (Ragam) Berbasis Covarian (peragam)

3 Hubungan antara peubah laten dan manifest/Indikator

Formatif atau reflektif Reflektif

4 Peubah Laten Setiap peubah laten merupakan

kombinasi linear dari peubah 100 laten atau 1000 manifest

Sampai kompleksitas sedang (kurang dari 100 laten)

(20)

Lanjutan Tabel 1

No Kriteria PLS LISREL

6 Ukuran contoh Rekomendasi sekitar 30 - 100 Rekomendasi sekitar 300 – 800

7 Persyaratan teori Fleksibel, bebas sebaran Asumsi kuat, sebaran normal

8 Perlakuan missing data

Algoritma NIPALS Model kemungkinan maksimum

9 Identifikasi Dalam model rekursif selalu teridentifikasi

Bergantung kepada model idealnya, lebih dari 4 manifest per laten untuk over determinasi, 3 untuk identifikasi yang sesuai Sumber : Ghozali (2008)

Model Spesifik dengan PLS

Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan : (1) inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), (2) Outer Model yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikator atau variabel manifestnya (measurement model), dan (3) Weight realtion dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. Tanpa kehilangan generalisasi, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau manifest variabel diskala zero means dan unit variance(nilai standardized) Sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dalam model (Ghozali 2008).

1 Inner Model

Inner Model yang kadang disebut juga dengan (inner relation, structural model dan substantive theory) menggambarkan hubungan antar variabel laten ini :

1 dimana :

vektor variabel laten endogenous vektor variabel laten eksogenous

vektor variabel residual (unexpalined variance)

Oleh karena PLS didesain untuk model recursive, maka hubungan antar variabel laten, setiap variabel laten dependen , atau sering disebut causal chain system dari variabel laten dapat dispeksifikasikan sebagai berikut :

j∑i jii∑i jb b j ……… (2)

Dimana :

ji dan jb adalah koefisien jalur yang menghubungkan predictor endogenous dan variabel laten eksogenous  dan sepanjang range indeks i dan b, dan j adalah inner residual variable.

2 Outer Model

(21)

latennya. Blok dengan indikator reflektif dapat ditulis persamaannnya sebagai berikut:

x = x +x

y = y +y ……… (3)

Dimana :

x dan y adalah indikator atau manifest variabel untuk variabel laten eksogenous

dan endogenous  dan sedangkan x dan y merupakan matrik loading yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan x dan y dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise.

3 Weight Relation

Inner dan Outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi algoritma PLS, memerlukan definisi weight relation. Nilai kasus untuk setiap variabel laten diestimasi dalam PLS sebagai berikut :

b = ∑kb Wkb Xkb

i= ∑ki Wki Yki………... (4) Dimana wkb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk estimasi variabel laten b dan i. Estimasi variabel laten adalah linier agregat dari indikator yang nilai weightnya didapat dengan prosedur estimasi PLS seperti dispesifikasi oleh inner dan outer model dimana  adalah vector variabel laten endogen (dependen) dan  adalah vector variabel laten eksogen (independen),  merupakan vector residual dan  serta  adalah matrik koefisien jalur (path coefficient).

4 Model Pengukuran atau Outer Model

Covergent validity dari model pengukuran dengan model reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item skor/komponen skor dengan konstruk skor yang dihitung dengan PLS. Ukuran reflektif dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0.7 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup Chin, 1998 (dalam Ghozali, 2008). Discriminant validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan

(22)

5 Model Struktural atau Inner Model

Inner Model (inner relation, structural model, dan substantive theory)

menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada teori substantif. Model struktural di evaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen, StoneGeisser-Q-square test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji t-statistik yang didapat lewat prosedur

boostraping. Dalam menilai modal dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantive (Ghozali 2008).

Pada penelitian ini variabel dan indikator pengetahuan, keterampilan dan sikap adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Variabel dan indikator pengetahuan, keterampilan, sikap dan produktivitas

No Variabel

Laten Indikator

I Variabel eksogen () Reflektif

Pengetahuan

X1.1 Pengetahuan baru bagi petani

X1.2 Penyesuaian dengan kondisi fisik dan sosial X1.3 Lebih efektif dibanding metode tanam padi lama X1.4 Metode PTT sudah diterapkan para petani X1.5 Metode PTT dapat meningkatkan hasil panen X1.6 Pengetahuan seluk beluk metode PTT

X1.7 Kondisi yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas

X1.8 Mengetahui keunggulan dan kelemahan metode PTT

X1.9 Mengenal berbagai metode tanam padi selain PTT padi

X1.10 Mengetahui hasil penerapan PTT di daerah lain II Variabel eksogen

() Reflektif

Keterampilan

X2.1. Mampu menerapan metode PTT X2.2 Memerlukan pelatihan

X2.3 Penyesuaian metode PTT dengan kondisi fisik dan sosial

X2.4 Asistensi/memerlukan pendampingan penyuluh X2.5 Kemampuan modifikasi

X2.6 Memperhitungkan resiko menerapkan metode PTT X.2.7 Mampu memanfaatkan metode PTT untuk

peningkatan hasil panen

X2.8 Kemampuan meningkatkan produksi dengan metode lama

X2.9 Mampu menghasilkan produktivitas sama meski dengan metode lama

X2.10 Kemampuan meningkatkan hasil panen dengan metode PTT

X2.11 Kemampuan teknis penerapan metode PTT X2.12 Kemampuan memecahkan masalah metode PTT X2.13 Kemampuan melakukan modifikasi metode PTT X2.14 Kemampuan antisipasi masalah penerapan

(23)

Lanjutan Tabel 2

No Variabel

Laten Indikator

X2.15 Pendampingan dalam memecahkan masalah penerapan

III Variabel eksogen ()

Reflektif

Sikap

X3.1 Memberikan masukan terhadap metode PTT X3.2 Menerima karena anjuran pemerintah

X3.3 Dapat membandingkan metode lama dan metode PTT

X3.4 Menerapkan metode mengikuti tetangga desanya

X3.5 Percaya dan menerima metode PTT dapat meningkatkan hasil panen

X3.6 Dapat menilai untung rugi menerapkan metode PTT

X3.7 Menerima konsekuensi masalah penerapan X3.8 Memberikan saran untuk perbaikan Metode

PTT

X3.9 Memberikan pengalaman kepada penyuluh dan petani lain

X3.10 Bersedia dikoordinasikan dengan kelompoknya

IV Variabel endogen () Reflektif Produktivitas

Y.1 Peningkatan Produksi Y.2 Peningkatan produktivitas

Model SEM yang digunakan dalam penelitian ini tersaji pada Gambar 3.

(24)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Demografi Objek Penelitian

Lokasi desa Pancawati terletak di Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Jarak dari Kantor Kecamatan sekitar 4 Km dan dari Ibu Kota Kabupaten sekitar 32 Km. Batas wilayah desa Pancawati adalah

a. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Ciderum,

b. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Taman Nasional Gede Pangrango, c. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Cimande,

d. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Cilengsi Kecamatan Ciawi.

Keadaan topografi desa Pancawati berkisar 60% landai/datar dan 40% bergelombang atau berbukit. Ketinggian tempat berkisar antara 250-500 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu udara antara 25oC – 32oC. Jenis tanah latosol dengan Ph tanah antara 4,5 – 6,5. Desa Pancawati termasuk kedalam Zona B type Bulan Basah (01 deman), dimana rata-rata curah hujan perbulan lebih dari 200 mm atau sedang.

Kondisi lahan sawah di desa Pancawati sudah banyak beralih fungsi ke non sawah, namun secara administrasi masih tetap tercatat sebagai lahan sawah. Luas keseluruhan wilayah desa Pancawati seluas 663 Ha yang penggunaan lahannya sebagai berikut : pertanian 285 ha, peternakan 5 ha, perikanan 3 ha, kehutanan 370 ha Jumlah penggunaaan lahan 663 ha.

Potensi sumber daya manusia pertanian yang ada sudah cukup baik, tetapi apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan jumlahnya lebih kecil, terutama di kalangan muda.. Keadaan jumlah kepala keluarga tani di desa Pancawati lebih banyak dibandingkan jumlah kepala keluarga non tani. Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin dan status kepala keluarga Laki-laki 7329, perempuan 6882, jumlah 14211, KK Tani 1941, KK non Tani 12731. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur 0-15 : 2732, 16-30: 2907, 31-45: 2822, 46-60:2067, > 60 : 6. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan , belum sekolah -, SD 2117, SLTP 1817, SLTA 1255, tamat D1-D3 15,S1-S2 10. Jumlah penduduk berdasarkan mata Pencaharian, pertanian 1230, perikanan 68, perdagangan 213, jasa 112, swasta 131, pengawai negeri 8, buruh 525. Jumlah Penduduk Tani Menurut Status Petani pemilik 966, pemilik penggarap 450, buruh tani 525.

(25)

Tabel 3 Kelompok tani desa Pancawati

No Nama Kelompok Jumlah anggota Tahun berdiri Kelas kelompok

1 Sugih Mukti 1 30 1998 Lanjut

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi desa atau yang berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier (Deptan 2008). Menurut Syahyuti (2005) Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian. Tujuan dibentuknya gapoktan untuk memberikan pelayanan dan manfaat ekonomi dan sosial secara berkelanjutan bagi anggotanya, seperti peningkatan skala usaha, produktivitas, daya saing dan kemandirian. Keberadaannya tidak hanya dianggap untuk mempermudah pembinaan, tetapi harus benar-benar terasa manfaatnya oleh seluruh anggota. Di desa Pancawati terdiri dari 1 gapoktan.

Kabupaten Bogor dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, telah melakukan langkah atau terobosan, seperti pemenuhan kebutuhan pangan ditempuh melalui peningkatan produksi dan produktivitas bahan pangan. Karena peningkatan produksi dan produktivitas bahan pangan di kabupaten Bogor merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi, mengingat adanya berbagai faktor pembatas produksi, terutama faktor lahan pertanian yang semakin sempit di samping kebutuhan pangan penduduk yang terus meningkat. Sehingga upaya intensifikasi menjadi pilihan utama untuk usaha peningkatan produksi dan produktivitas. Peningkatan produksi dan produktivitas ditempuh melalui kegiatan pengembangan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). desa Pancawati merupakan salah satu desa yang dijadikan sentra produksi padi yang dilakukan melalui pendekatan dengan metode pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Metode PTT yang diterapkan di desa Pancawati adalah :

1. Varietas unggul baru yang berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit. 2. Benih bermutu dan berlabel/bersertifikat sehingga menghasilkan bibit yang

sehat.

3. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, dilakukan dengan traktor/ternak akan mengendalikan gulma dan berdaya hasil tinggi.

(26)

5. Bibit ditanam 1-3 batang per rumpun,lebih dari itu akan meningkatkan persaingan.

6. Pengaturan populasi atau tanam dengan sistem jajar legowo, maksudnya 2 baris ditanami 1 baris kosong hal ini agar meningkatkan populasi tanaman dan mengurangi serangan hama.

7. Penyiangan dengan landak/gasrok, bermanfaat agar ramah lingkungan, hemat tenaga kerja.

8. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, bermanfaat meningkatkan hasil dan menghemat pupuk.

9. Pemberian bahan organik, bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah.

10. Pengairan secara efektif dan efisien, pengairan dengan teknik berselang atau pertanaman diatur pada kondisi tergenang dan kering secara bergantian pada periode tertentu akan menghemat pemakaian air dan mencegah timbulnya keracunan.

11. Pengendalian organism pengganggu tanaman (OPT) dengan pendekatan pengendalian hama terpadu (PHT), jika tidak dikendalikan akan menurunkan produksi padi bahkan gagal panen.

12. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok, tanaman di panen jika sebagian besar gabah telah bernas dan berwarna kuning, panen terlalu awal banyak gabah hampa, terlambat panen terjadi kehilangan hasil karena gabah rontok di lapang (Puslitbangtan 2009).

Metode PTT bukanlah paket teknologi, tetapi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam usaha meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani padi melalui perbaikan sistem. Komponen teknologi dalam pendekatan metode PTT memiliki efek sinergistik antar komponen dan bersifat spesifik lokasi, sehingga metode PTT harus disesuaikan dengan dinamika kondisi lingkungan. Perbaikan metode PTT perlu terus dilakukan secara terus menerus sesuai dengan tantangan yang dihadapi dalam menerapkan metode PTT dan selaras dengan dinamika lingkungan.

Sifat yang spesifik lokasi dan partisipatif sangat berbeda dengan pendekatan yang digunakan dalam sistem intensifikasi sebelumnya seperti BIMAS, INMAS, INSUS sampai SUPRA-INSUS dimana teknologi yang dianjurkan bersifat paket dan berlaku umum di mana saja serta dilaksanakan sepenuhnya dengan inisiasi petugas. Sedangkan dalam penerapan metode PTT yang akan diterapkan sesuai dengan keinginan petani dan sesuai dengan kondisi lingkungan. Sehingga bimbingan, penyuluhan dan pendampingan yang intensif diperlukan agar petani dapat menerapkan metode PTT dengan benar (Balitbangtan 2007).

(27)

melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut. Areal yang digunakan sebagai unit SL-PTT dan LL mendapat benih, pupuk, dan sarana prasarana. Peserta SL-PTT wajib mengikuti setiap tahapan pertanaman dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai spesifik lokasi mulai dari pengolahan lahan, budidaya, penanganan panen dan pasca panen. Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelas SL-PTT, perlu diusahakan paling tidak satu orang dari kelompok tani sebagai motivator yang mampu memberikan respon yang cepat terhadap inovasi dan mampu mendorong anggota kelompok tani lainnya dapat memberikan respon yang sama. Sehingga petani dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan metode PTT (Dirjentan 2011).

Data penerapan metode PTT di desa Pancawati diperoleh semua anjuran tentang metode PTT sudah dilakukan. Pengetahuan petani bertambah setelah memahami dan menerapkan metode PTT dalam pelaksanaan pengembangan usaha taninya sehingga produktivitas padi meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat (Maintang 2012) bahwa pengetahuan tentang adanya suatu teknologi sangat penting, karena dengan petani mengetahuinya akan timbul kemauan untuk menerapkannya. Hal ini terkait erat dengan peranan peneliti, penyuluh, dan dinas terkait mulai dari sosialisasi teknologi dan diseminasi hingga pendampingan teknologi di lapangan. Keterampilan petani setelah penyuluhan/pendampingan dalam penerapan metode PTT telah terampil merencanakan mulai pengolahan lahan sampai pasca panen, pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan penyuluhan sehingga produktivitas padi meningkat. Sikap petani setelah menerima penyuluhan tentang metode PTT, petani menerima metode PTT dapat meningkatkan hasil dan mampu menilai untung rugi dalam penerapan metode PTT.

Keberhasilan metode SL-PTT akan sulit berkembang dengan sendirinya tanpa dipicu, dibantu atau dikawal. Untuk mempercepat dan mempertajam keberhasilan SL-PTT diperlukan bantuan pendampingan. Pendampingan kegiatan SL-PTT oleh pemandu lapangan. Pemandu lapangan berperan sebagai 1) pemandu yang paham terhadap permasalahan, kebutuhan dan kekuatan yang ada di desa, 2) Dinamisator proses latihan SL-PTT sehingga menimbulkan ketertarikan dan lebih menghidupkan latihan, 3) motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah tanam dan dapat membantu membangkitkan kepercayaan diri para peserta SL-PTT, 4) konsultasi bagi petani peserta SL-PTT untuk mempermudah menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam berusahatani (Kementan 2011).

Oleh sebab itu untuk menjembatani antara program-program yang dihasilkan Badan Litbang dengan petani serta untuk mengubah pola pikir petani dari petani yang tradisional menjadi petani yang modern dilakukan suatu penyuluhan/pendampingan. Dengan adanya penyuluhan/pendampingan pertanian maka informasi-informasi yang ada atau dihasilkan oleh lembaga penelitian dapat disampaikan kepada para petani dan demikian pula sebaliknya permasalahan yang ada ditingkat petani dapat disampaikan ke lembaga-lembaga penelitian.

Analisis Deskriptif

(28)

atau sebanyak 60% hal ini sudah memenuhi syarat SEM karena syarat minimal SEM 30-100 sampel. Informasi dari 77 kuesioner tersebut, memberikan gambaran mengenai deskriptif tentang petani yang terlibat dalam penelitian ini. Dengan analisis deskriptif tentang karakteristik petani dapat diuraikan seperti di bawah ini.

1 Sebaran petani berdasarkan pendidikan dengan umur

Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa petani yang tidak lulus SD atau sederajat adalah sebanyak 2 orang atau 100% dengan kisaran usia lebih dari 50 tahun. Pendidikan SD atau sederajat paling besar berada pada kisaran usia lebih dari 50 tahun sebesar 37%, kemudian usia 17-35 sebesar 35% dan usia 36-50 tahun sebesar 29%. Pendidikan SMP atau sederajat paling besar berada pada kisaran usia 36-50 tahun yaitu sebesar 53%, kemudian usia 17-35 tahun sebesar 47%. Pendidikan SMA atau sederajat paling besar berada pada kisaran usia 17-35 tahun yaitu sebesar 86%. Untuk pendidikan S1 terdapat 1 orang petani dengan kisaran usia 17-35 tahun. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar petani berada pada kisaran umur produktif yaitu 17-35 tahun, walaupun memiliki tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi.

Tabel 4 Pendidikan dengan umur

Umur

Total 17-35 tahun 36-50 tahun > 50 tahun

Pendidikan tidak tamat SD/tidak sekolah

0 0 2 2

.0% .0% 100.0% 100.0%

SD/sederajat 18 15 19 52

34.6% 28.8% 36.5% 100.0%

SMP/sederajat 7 8 0 15

46.7% 53.3% .0% 100.0%

SMA/sederajat 6 1 0 7

85.7% 14.3% .0% 100.0%

S1 1 0 0 1

100.0% .0% .0% 100.0%

Total 32 24 21 77

41.6% 31.2% 27.3% 100.0% Sumber : Hasil data primer diolah dengan SPSS, 2013

2 Sebaran petani berdasarkan pendidikan dengan lama berusaha tani

(29)

berbagai kondisi yang dihadapi petani di lapangan, yang kemudian akan menciptakan keterampilan pada petani untuk mengatasi masalah yang dihadapi di lapangan. Kemampuan petani inilah yang tidak diperoleh dibangku pendidikan. Petani mengatasi masalah yang mereka hadapi dilapangan berdasarkan pengalaman, sehingga mereka mengetahui cara yang paling tepat untuk mengatasi setiap kondisi yang dihadapi dengan berdasarkan pengalaman dan keterampilan yang dimiliki.

Tabel 5 Pendidikan dengan lama berusaha tani

Lama berusaha tani

Total < 5 tahun 5-10 tahun > 10 tahun

Pendidikan tidak tamat SD/tidak sekolah

1 0 1 2

50.0% .0% 50.0% 100.0%

SD/sederajat 12 14 26 52

23.1% 26.9% 50.0% 100.0%

SMP/sederajat 4 7 4 15

26.7% 46.7% 26.7% 100.0%

SMA/sederajat 2 4 1 7

28.6% 57.1% 14.3% 100.0%

S1 1 0 0 1

100.0% .0% .0% 100.0%

Total 20 25 32 77

26.0% 32.5% 41.6% 100.0% Sumber : Hasil data primer diolah dengan SPSS, 2013

3 Sebaran petani berdasarkan pendidikan dengan status pekerjaan

Dari hasil crosstab berdasarkan pendidikan dengan status pekerjaan yang tersaji pada tabel 6, dapat diketahui bahwa petani dengan pendidikan SD/ sederajat menjadikan usaha tani sebagai pekerjaan utama dengan jumlah petani sebanyak 50 orang. Petani dengan tingkat pendidikan SMA atau sederajat memiliki jumlah yang paling tinggi untuk menjadikan bertani sebagai usaha sampingan yaitu sebanyak 4 orang. Dari hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa sebagian besar responden memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga menjadikan bertani sebagai sumber mata pencaharian mereka.

Tabel 6 Pendidikan dengan status pekerjaan

Pekerjaan

Total Utama Sampingan

Pendidikan tidak tamat SD/tidak sekolah

2 0 2

100.0% .0% 100.0%

SD/sederajat 50 2 52

96.2% 3.8% 100.0%

(30)

Lanjutan Tabel 6

Pekerjaan

Total utama sampingan

SMP/sederajat 15 0 15

100.0% .0% 100.0%

SMA/sederajat 3 4 7

42.9% 57.1% 100.0%

S1 0 1 1

.0% 100.0% 100.0%

Total 70 7 77

90.9% 9.1% 100.0% Sumber : Hasil data primer diolah dengan SPSS, 2013

4 Sebaran petani berdasarkan pendidikan dengan pemilik dan penggarap

Tabel 7 menunjukkan tingkat pendidikan dengan lahan penggarap dan milik. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa petani dengan tingkat pendidikan SD atau sederajat memiliki lahan milik sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa petani desa Pancawati melakukan usaha tani di lahan milik mereka sendiri. Pendidikan yang rendah yang dimiliki oleh petani menjadikan bertani sebagai sumber mata pencaharian utama responden. Hal ini dikarenakan responden tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mencari pekerjaan lain sebagai sumber mata pencaharian karena pendidikan mereka yang rendah. Meskipun begitu petani mampu memiliki lahan sendiri tanpa harus menjadi penggarap di lahan orang lain. Sehingga responden memiliki hasil panen sendiri yang berasal dari lahan milik sendiri.

Tabel 7 Pendidikan dengan pemilik dan penggarap

Lahan

Total Milik penggarap

Pendidikan tidak tamat SD/tidak sekolah

1 1 2

50.0% 50.0% 100.0%

SD/sederajat 42 10 52

80.8% 19.2% 100.0%

SMP/sederajat 12 3 15

80.0% 20.0% 100.0%

SMA/sederajat 5 2 7

71.4% 28.6% 100.0%

S1 0 1 1

.0% 100.0% 100.0%

Total 60 17 77

(31)

Hasil Analisis Respon Petani terhadap Metode PTT Padi untuk meningkatkan produktivitasnya di Desa Pancawati Caringin Bogor

Setiap jawaban responden ditabulasikan dan dibuat distribusi frekuensinya (Lampiran 2). Dari distribusi frekuensi tersebut terlihat bahwa responden memiliki respon terhadap metode PTT padi untuk meningkatkan produktivitas dinilai baik dan setuju, yang diindikasi persepsi responden terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik, dimana responden menjawab diantara nilai 4 – 5. Untuk meningkatkan produktivitas digunakan hasil yang dicapai sebelum dan sesudah memakai metode PTT. Hasil yang dicapai mengalami peningkatan yaitu sesudah menerapkan metode PTT terjadi kenaikan rata-rata sebesar 0.814 kw/ha/tanam (Tabel 14). Hal ini sesuai dengan penelitian Muliatin (2011) bahwa respon petani terhadap metode PTT dan dampaknya terhadap produksi mengalami kenaikan dilihat dari sebelum dan sesudah penerapan.

Tabel 8 Peningkatan produktivitas padi di desa Pancawati

No

Kelompok

Tani Produktivitas ku/ha Beda PTT terhadap

PTT Non PTT Non PTT (%)

1 Sugih Mukti 1 94 61 33 35.11

2 Sugih Mukti 2 63.7 51 12.7 19.94

3 Sugih Mukti 3 96 65 31 32.29

4 Sinapel 78 70.6 7.4 9.49

5 Padi Jaya 66 52.4 13.6 20.61

Jumlah 397.7 300 97.7 24.57

rata-rata

19.54 ku/ 24 ha/musim

19.54 : 24

0.814 ku/ha/musim

0.814 x 3

2.442 ku/ha/tahun Sumber : BP3K 2012

Hasil Analisis Partial Least Square (PLS) : Pengaruh Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap terhadap Produktivitas

(32)

Gambar 4 Model pengaruh pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap produktivitas

Pada Gambar 4, terdapat satu jenis bentuk hubungan variabel laten dengan indikator, yaitu reflektif. Variabel laten eksogen pengetahuan , keterampilan dan sikap berbentuk reflektif. Variabel laten pengetahuan direfleksikan dengan 10 indikator, keterampilan direfleksikan dengan 15 indikator, sikap direfleksikan dengan 10 indikator. Variabel laten endogen yaitu produktivitas direfleksi dengan 2 (dua) bentuk yaitu produksi per tahun dan peningkatan produktivitas luas areal tanam, setelah model dibentuk dengan menggunakan SmartPLS, dilakukan pengujian kelayakan model.

1 Evaluasi Measurement (Outer) Model

Suatu indikator apakah merupakan pembentuk konstruk (variabel laten) dilakukan pengujian validitas konvergen dari model pengukuran dengan indikator reflektif yang dinilai berdasarkan korelasi antar item score dengan construct score

yang dihitung dengan bantuan software SmartPLS (Ghozali, 2008).

Convergent Validity (Reliabilitas Indikator)

(33)

loading < 0.5 maka indikator tersebut harus dikeluarkan dari model karena mengindikasikan bahwa indikator tidak cukup baik untuk mengukur konstruk secara tepat (Tabel 9). I Pengetahuan Pengetahuan baru bagi petani 0,545 Memenuhi

convergent validity

tanam padi selain PTT padi

0,477 Tidak memenuhi II Keterampilan Mampu menerapan metode PTT 0,816 Memenuhi

convergent validity Memerlukan pelatihan 0,289 Tidak memenuhi

convergent validity Kemampuan modifikasi 0,187 Tidak memenuhi

(34)

Lanjutan Tabel 9

III Sikap Memberikan masukan terhadap metode PTT IV Produktivtas Peningkatan Produksi 0,875 Memenuhi

convergent validity Peningkatan produktivitas 0,918 Memenuhi

convergent validity Sumber : Hasil data primer yang dioleh smart PLS, 2013

Indikator yang memiliki nilai loading factor di bawah 0.5, menunjukkan kekuatan merefleksikan ke laten sangat rendah. Indikator yang memiliki nilai

loading yang rendah harus didrop, sehingga model perlu dieksekusi dengan

(35)

Gambar 5 Model pengaruh pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap produktivitas setelah indikator didrop

Discriminat validity

Tabel 10 menunjukkan, nilai korelasi variabel pengetahuan, keterampilan sikap dan produktivitas dengan masing-masing indikatornya. Diharapkan setiap blok indikator memiliki loading lebih tinggi untuk setiap variabel laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk laten variabel lainnya. Pada Tabel 10 terlihat bahwa nilai korelasi indikator setiap blok lebih besar jika dibandingkan dengan korelasi indikator yang sama terhadap variabel laten lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa model reflektif pada penelitian ini valid.

Tabel 10 Cross Loading

Indikator Keterampilan Pengetahuan Produktivitas Sikap

Pengetahuan baru 0.3641 0.5953 0.4169 0.3488

Metode PTT sudah diterapkan 0.7212 0.7482 0.4818 0.7318 Mampu meningkatkan hasil panen 0.3888 0.5578 0.4389 0.2493 Mengetahui hasil didaerah lain 0.5843 0.7831 0.5125 0.5628 Mampu menerapkan metode PTT 0.8139 0.5945 0.5815 0.6276 Penyesuaian dengan kondisi fisik 0.8081 0.7134 0.6517 0.6344 Memerlukan Pendampingan dalam

penerapan 0.8126 0.7004 0.6387 0.6740

Resiko menerapkan metode PTT 0.6235 0.5214 0.4037 0.5175 Mampu memanfaatkan metode PTT 0.7803 0.5494 0.5934 0.6341 Mampu meningkatkan hasil panen 0.6221 0.4213 0.4445 0.5234 Menguasai penerapan Metode PTT 0.8419 0.7478 0.7451 0.7837 Mampu cepat belajar memecahkan

masalah penerapan metode PTT 0.5047 0.2457 0.4217 0.3443 Mampu mengantisipasi penerapan

metode PTT 0.6583 0.4035 0.5880 0.6317

Memerlukan pendamping dlm

(36)

Lanjutan Tabel 10

Indikator Keterampilan Pengetahuan Produktivitas Sikap Mampu memberi masukan 0.6790 0.5580 0.5633 0.8057 Menerima metode PPT dapat

meningkatkan hasil 0.6056 0.4501 0.4886 0.6936 Mampu menilai untung rugi 0.6448 0.5733 0.5765 0.8267 Bersedia dikoordinasikan dengan

petani lain 0.6216 0.5906 0.4841 0.6720

Meningkatkan produksi 0.6190 0.5797 0.8730 0.5236 Meningkatkan Produktivitas 0.7770 0.6465 0.9191 0.7207 Sumber : Hasil data primer yang dioleh smart PLS, 2013

Hasil cross loading (Tabel 10) didapat bahwa pengetahuan tentang metode PTT untuk meningkatkan produktivitasnya memiliki loading faktor terbesar pada mengetahui hasil didaerah lain sebesar 0.7831, diikuti dengan metode PTT sudah diterapkan oleh petani sebesar 0.7482, metode PTT merupakan pengetahuan baru sebesar 0.5953, mampu meningkatkan hasil panen sebesar 0.5578.

Keterampilan lebih tinggi loading faktornya dibanding pengetahuan sehingga produktivitas lebih dipengaruhi oleh keterampilan petani hal ini dapat dilihat cross loading terbesar pada keterampilan adalah menguasai penerapan metode PTT sebesar 0.8419, diikuti dengan mampu menerapkan metode PTT sebesar 0.8139, memerlukan pendampingan dalam penerapan metode PTT sebesar 0.126, metode PTT sudah disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial sebesar 0.8081, mampu memanfaatkan metode PTT sebesar 0.7803, memerlukan pendampingan dalam memecahkan masalah sebesar 0.6929, mampu mengantisipasi penerapan metode PTT sebesar 0.6583, resiko menerapkan metode PTT sebesar 0.6235, mampu meningkatkan hasil panen sebesar 0.6221, dan yang loading terendah mampu cepat belajar memecahkan masalah penerapan metode PTT.

Sikap terhadap metode PTT hasil cross loading terbesar mampu menilai untung rugi sebesar 0.8267, diikuti dengan mampu memberikan masukan sebesar 0.8057, menerima bahwa metode PTT dapat meningkatkan hasil sebesar 0.6936, dan cross loading terendah bersedia dikoordinasikan dengan petani lain sebesar 0.6720.

Variance Extracted (AVE)

Metode lain untuk menilai discriminat validity adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari Average Variance Extracted (AVE) untuk setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model yang dapat dilihat pada Tabel 11. Model mempunyai discriminat validity

yang cukup jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih besar daripada korelasi antara konstruk dan konstruk yang lain.

Tabel 11 Korelasi antar konstruk

Variabel Keterampilan Pengetahuan Produktivitas Sikap

Keterampilan 1 0 0 0

Pengetahuan 0.7525 1 0 0

Produktivitas 0.7862 0.6863 1 0

Sikap 0.8273 0.7216 0.7041 1

(37)

Nilai akar AVE masing-masing variabel (Tabel 12) menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dan hal ini mengandung makna bahwa konstruk memiliki

discrimant validity yang tinggi. Nilai AVE konstruk produktivitas pada tabel adalah 0.8034 sehingga nilai akarnya adalah sebesar 0.8909. Nilai tersebut lebih tinggi daripada nilai korelasi antar konstruk produktivitas dengan konstruk yang lainnya yaitu sebesar 0.7862 (produktivitas dengan keterampilan), 0.6863 (produktivitas dengan pengetahuan), 0.7041 (produktivitas dengan sikap). Demikian seterusnya pada nilai akar AVE konstruk yang lainnya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model adalah baik.

Tabel 12 Nilai AVE dan Akar AVE

Variabel AVE Akar AVE Keterampilan 0.5237 0.9150 Pengetahuan 0.4597 0.7693 Produktivitas 0.8034 0.8909

Sikap 0.5663 0.8382

Sumber : Hasil data primer yang dioleh smart PLS, 2013 Composite Reliability

Disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan dua kriteria yaitu composite reliability dan Cronbachs Alpha

dari blok indikator yang mengukur konstruk. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai composite reliability di atas 0.6 dan Cronbachs Alpha di atas 0.5. Hal ini dapat dilihat pada nilai outer model loading masing-masing variabel laten. Reliabilitas komposit, baik variabel keterampilan, pengetahuan, produktivitas dan sikap memiliki nilai yaitu sebesar 0.9150, 0.7693, 0.8909, 0.8382 (Tabel 13), dimana nilai tersebut melebihi standar yang disyaratkan yaitu sebesar 0,7 yang menunjukkan kestabilan dan konsistensi internal indikator yang baik.

Tabel 13 Nilai Composite Reability

Variabel Nilai Composite Reliability

Keterampilan 0.9150

Pengetahuan 0.7693

Produktivitas 0.8909

Sikap 0.8382

Sumber : Hasil data primer yang dioleh smart PLS, 2013 Cronbachs Alpha

Hasil dari cronbanchs alpha seperti pada Tabel 14 semua nilai

cronbanchs alpha untuk masing-masing konstruk di atas 0.5, sehingga konstruk memiliki reliabilitas yang baik.

Tabel 14 Nilai Cronbachs Alpha

Variabel Nilai Cronbachs Alpha

Keterampilan 0.8949

Pengetahuan 0.5952

Produktivitas 0.7579

Sikap 0.7408

(38)

2 Evaluasi Model struktural atau Inner Model

Menilai inner model adalah mengevaluasi pengaruh antar variabel laten dan pengujian hipotesis. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk variabel endogen dan membandingkan dengan ttabel 1.96.

Penelitian ini memiliki 1 (satu) variabel endogen yaitu variabel produktivitas. Variable endogen produktivitas dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap (Tabel 15). Tabel 15 menunjukkan bahwa R-Square

pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap produktivitas sebesar 0.6358 yang dapat diinterpretasikan bahwa pengetahuan, keterampilan, sikap memiliki kontribusi positif terhadap produktivitas sebesar 63.58% sedangkan 36.42% dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti.

Menurut Chin dalam Ghozali (2008) bahwa Hasil R-Square sebesar 0.67, 0.33 dan 0.19 untuk variabel laten endogen dalam model struktural, masing-masing mengindikasikan bahwa model “baik”, ”moderat”, dan “lemah”. Berdasarkan teori tersebut dan nilai R-Square pada variabel laten menunjukkan bahwa kategori model yang diterangkan termasuk ke dalam model yang baik.

Tabel 15 Nilai R. Square

Sumber : Hasil data primer yang dioleh smart PLS, 2013

Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat analisis bootstraping pada

path coefficients, yaitu dengan membandingkan nilai dengan ttabel. Hasil analisis path coefficients dapat dilihat pada Tabel 16. Pada Tabel 16 menunjukkan nilai ttabel lebih besar dari 1.96 dari 3 variabel laten yang diteliti ternyata 2 variabel pengetahuan dan keterampilan hipotesis yang dipaparkan sebelumnya diterima tetapi variabel sikap tidak diterima.

Tabel 16 Path Coefficiens (Mean, STDEV,T-Value)

Produktivitas 0.5689 0.5727 0.1381 0.1381 4.1204 Pengetahuan ->

Produktivitas 0.1806 0.1927 0.0882 0.0882 2.0486 Sikap ->

Produktivitas 0.0917 0.0862 0.1323 0.1323 0.6936 Sumber : Hasil data primer yang dioleh smart PLS, 2013

Hipotesis 1 : Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap Produktivitas

Gambar

Gambar 2 Kerangka operasional penelitian
Tabel 2 Variabel dan indikator pengetahuan, keterampilan, sikap dan produktivitas
Gambar 3 Struktur dugaan model SEM
Tabel 5 Pendidikan dengan lama berusaha tani
+7

Referensi

Dokumen terkait

menghimpun data tentang karakteristik petani, kelayakan usahatani padi dan kesediaan membayar (Willingness to Pay, WTP). Data dan informasi usahatani padi

Hal bagus tentang alat-alat di atas adalah bahwa perusahaan dapat memetakan tempat pengunjung pergi dan alur yang diambil oleh calon konsumen atau pelanggan di situs atau blog

cr.WindowShowExportBtn = True cr.WindowShowPrintBtn = True cr.WindowShowPrintSetupBtn = True cr.WindowShowRefreshBtn = True cr.WindowState = crptMaximized

KULIAH KERJA NYATA (KKN) merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa UIN Alauddin Makassar sebelum memperoleh gelar sarjana dalam bidang disiplin ilmu

Tujuan penelitian adalah untuk menguji Bagaimana pengaruh karakteristik sistem pajak yaitu kesesuaian antara laba akuntansi dengan laba fiskal ( book tax conformity - BTC)

Seperti yang telah kita ketahui bahwa nilai dan manfaat dari tradisi Rarangkẻn sebagai “modal sosial” bagi masyarakat Kampung Cikantrieun Desa Wangunjaya. Solidaritas dan

Sejak pengangkut menerima respon nomor dan tanggal pendaftaran inward manifest (BC 1.1) sampai dengan bukti pembayaran PNBP ditatausahakan tidak dapat ditentukan norma

Penelitian ini mengarah kepada keterampilan belajar untuk memperoleh, mempertahankan, dan mengungkapkan pengetahuan dalam menciptakan belajar yang efektif, mencakup