I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tjiptono (2012) mengemukakan bahwa sektor jasa berkontribusi besar dalam
perekonomian global. Sebagai contoh, sektor jasa mendominasi Produk Domestik
Bruto (PDB) Amerika Serikat hingga 80%. Proporsi sektor jasa dalam PDB di
Indonesia pun semakin signifikan, yaitu sekitar 42%. Laporan
World Economic
Forum
(WEF) tahun 2004 menunjukkan, sektor kesehatan dan pendidikan adalah
komponen penting dalam
Growth Competitive Index
(GCI) Indonesia dengan skor
5,8, naik dari skor 5,2 pada 2003. Dalam CGI Indonesia, pendidikan tinggi juga
mendapat penilaian spesifik, dengan skor 3,9 pada 2003 dan meningkat menjadi 4,2
pada 2004 (Alifuddin, 2012). Pendidikan tinggi memang menempati posisi utama
dalam sektor jasa pendidikan karena perannya dalam penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan, dan pemberdayaan masyarakat (Barrs
dalam
Qureshi, 2010).
Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan nilai perguruan tinggi
mengakibatkan peningkatan tuntutan dari masyarakat terhadap kualitas perguruan
tinggi. Menurut Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), tuntutan
yang diberikan masyarakat kepada perguruan tinggi meliputi jaminan kualitas
(quality assurance), pengendalian kualitas (quality control), dan perbaikan kualitas
(quality improvement). Upaya menerapkan tuntutan masyarakat terhadap kualitas
pendidikan perguruan tinggi ini difasilitasi BAN-PT dengan program akreditasi
berkala bagi universitas negeri dan swasta di Indonesia.
2
melaksanakan pendidikan berkualitas tinggi tingkat magister dan melakukan
penelitian-penelitian dalam bidang pengembangan manajemen rumah sakit untuk
kepentingan nasional. Posisi strategis PS KARS FKM UI sebagai program studi di
universitas terkemuka dan menjadi rujukan dalam sektor kesehatan nasional adalah
salah satu kekuatan PS KARS FKM UI untuk mewujudkan pendidikan berkualitas
tinggi.
Akan tetapi, PS KARS FKM UI juga menginsafi ancaman persaingan dengan
perguruan tinggi yang membuka program sejenis baik di dalam dan luar negeri
semakin ketat. Hal ini tercakup dalam analisis SWOT (Strength
(kekuatan),
Weakness
(kelemahan),
Opportunity
(peluang),
Threat
(ancaman)) rencana strategis PS KARS
FKM UI 2011. Karena itulah, saat ini kekuatan posisi strategis PS KARS FKM UI
tidak lagi cukup untuk mewujudkan visi mereka. Untuk dapat memenangkan
persaingan, PS KARS FKM UI perlu mempertimbangkan pula aspek kepuasan
mahasiswa terhadap kualitas pelayanan pendidikan (Gronroos
dalam
Shekarchizadeh,
2011).
Hal tersebut sebagaimana pendapat Low dalam Gold (2001) bahwa karena
mahasiswa adalah pelanggan utama perguruan tinggi, sudah seharusnya pelayanan
pendidikan tinggi harus berorientasi kepada mahasiswa. Aliffudin (2012)
mengingatkan bahwa pelayanan pendidikan memang merupakan hak mahasiswa yang
wajib dipenuhi perguruan tinggi sebagai penyedia jasa. Oleh karena itu, menurut
Aliffudin, kurang tepat apabila memaknai konsep pelayanan pendidikan hanya dalam
spektrum kompetisi antar perguruan tinggi.
3
Tabel 1. Profil Lulusan dan IPK Mahasiswa PS KARS FKM UI
Sumber: PS KARS FKM UI, 2011
Gambar 1. Rata-Rata IPK Mahasiswa PS KARS FKM UI (FKM UI, 2010)
Kepuasan mahasiswa terkait erat dengan kesesuaian antara harapan dan
kenyataan dari kualitas pelayanan pendidikan yang didapat dari PS KARS. Apabila
PS KARS memperlakukan mahasiswa sebagai pelanggan dengan mengevaluasi
kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dirasakan mahasiswa terhadap
kualitas pelayanan pendidikan, maka PS KARS dapat menyiapkan rencana strategis
yang tepat untuk meningkatkan kualitasnya. Evaluasi kepuasan mahasiswa ini dapat
Tahun Akademik
Jumlah Lulusan
Rata-Rata IPK
2003
93
3.41
2004
131
3.32
2005
199
3.24
2006
75
3.22
2007
71
3.19
2008
76
3.29
3,05
3,1
3,15
3,2
3,25
3,3
3,35
3,4
3,45
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Rata-Rata IPK
4
digunakan untuk mengetahui faktor-faktor kualitas pelayanan pendidikan yang perlu
diperbaiki, dipertahankan, bahkan dikurangi akan mengakibatkan kesalahan alokasi
sumber daya seperti dana, tenaga kerja, dan waktu. Kesalahan alokasi sumber daya
menyebabkan upaya peningkatan mutu menjadi tidak efektif dan mengurangi
kepuasan mahasiswa.
Untuk menelaah kepuasan mahasiswa terkait kualitas pelayanan PS KARS,
diperlukan instrumen pengukuran yang tepat. Karena selama beberapa tahun, para
peneliti akademis telah mencoba mengukur kualitas jasa dalam perguruan tinggi
dengan skala satu dimensi. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik multi-dimensi
dari kualitas jasa (Adee
dalam
Legcevic, 2009).
Parasuraman, Zeithmal, dan Berry menciptakan sebuah skala multi-dimensi
yang dinamakan SERVQUAL. Instrumen SERVQUAL ini mengukur kenyataan dan
ekspektasi kualitas jasa dari sudut pandang pelanggan (Parasuraman, 1988). Adee
dalam Legcevic (2009) menyatakan, dalam mengukur kualitas jasa perguruan tinggi,
lima dimensi SERVQUAL yang digunakan adalah
tangibles
(penampilan fisik dari
fasilitas perguruan tinggi, peralatan, penampilan personal, dan materi komunikasi),
reliability
(kesanggupan perguruan tinggi untuk melakukan jasa yang dijanjikan
secara andal dan tepat),
responsiveness
(keinginan perguruan tinggi untuk membantu
mahasiswa dan menyediakan jasa secara cepat),
assurance
(pengetahuan dan
pertimbangan staf perguruan tinggi serta kemampuan staf untuk melahirkan
kepercayaan mahasiswa), dan
empathy
(kemampuan staf perguruan tinggi untuk
memberikan perhatian kepada mahasiswa).
5
Dengan instrumen pengukuran dan alat analisis yang sesuai untuk analisis
kepuasan mahasiswa, yakni dengan SERVQUAL dan
Importance-Performance
Analysis, ditambah analisis tabulasi silang hubungan karakteristik mahasiswa dengan
penilaian kualitas pelayanan, maka PS KARS dapat mengevaluasi kualitas pelayanan
pendidikan yang akan membantu mewujudkan visi PS KARS. Analisis kepuasan
mahasiswa ini juga akan membantu PS KARS dalam memenuhi tuntutan masyarakat
dan memenangkan persaingan dengan program studi sejenis. Inilah latar belakang
penelitian berjudul Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan
Pendidikan (Studi Kasus Program Studi Pascasarjana Kajian Administrasi Rumah
Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia) ini dilaksanakan.
1.2. Perumusan Masalah
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas perguruan tinggi dan persaingan dari
program studi sejenis PS KARS FKM UI dari universitas lain di dalam dan luar
negeri semakin tinggi (PS KARS FKM UI, 2011). Karena itu PS KARS harus terus
meningkatkan kualitas pelayanan pendidikannya. Untuk mengetahui kualitas
pelayanan dapat dilihat dari kepuasan mahasiswa sebagai pelanggan. Oleh karena itu,
pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Belum diketahuinya kepuasan mahasiswa terhadap kualitas pelayanan pendidikan
PS KARS FKM UI dilihat dari lima dimensi SERVQUAL yakni bukti fisik
(tangible), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan
(assurance), dan empati (empathy).
2. Diperlukannya rekomendasi prioritas dalam peningkatan kualitas agar memenuhi
harapan mahasiswa yang perlu diperhatikan PS KARS UI.
6
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengukur kepuasan mahasiswa terhadap kualitas pelayanan PS KARS FKM UI
sesuai lima dimensi SERVQUAL (bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan,
dan empati).
2. Menganalisis prioritas perbaikan kualitas pelayanan pendidikan PS KARS FKM
UI.
3. Mengidentifikasi hubungan karakteristik mahasiswa dengan penilaian kualitas
pelayanan pendidikan PS KARS FKM UI.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil bagi
semua pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi PS KARS FKM UI
Hasil-hasil analisis yang didapatkan dalam penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan atau bahan pertimbangan PS KARS FKM UI dalam mengevaluasi
kualitas pelayanan pendidikan berdasarkan kepuasan mahasiswa.
2. Bagi peneliti
7
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan dibatasi oleh beberapa hal, yaitu:
1. Kepuasan mahasiswa adalah kesesuaian antara harapan dan kenyataan dari lima
dimensi SERVQUAL (bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati)
mengenai kualitas pelayanan pendidikan PS KARS FKM UI dari sudut pandang
mahasiswa. Sudut pandang manajemen PS KARS FKM UI tidak diteliti.
2. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif
cross-sectional
dengan
menggunakan metode kuantitatif.
✁✂
N
✄ ☎✆☎✝P
✆✞ ✂☎✟ ☎✠✁✡✄☛ ☞☛✌Service
)
2.1.1 Definisi Jasa
✍✎✏✑ ✒✓ ✒✔✔ ✕✖✒ ✗ ✒✔ ✒
y
✒✘ ✖✙ ✕✚ ✒✛✎ ✘ ✖✒✜✢ ✓ ✒✑ ✒ ✕✚✔ ✕✣✒✤ ✥s
rv
✦✧ ✥ ★y
✒✗ ✘✕✩ ✒✚ ✒★ ✣✒y
✒✘✒✘★✑✒✘ ✚✎ ✏✪ ✕✚✫ ✬✎ ✙ ✒✖✒✕ ✩ ✒✚ ✒★s
✥✦✧ ✥rv
✢✛✢ ✛ ✘y
✒ ✛✎ ✘ ✜✎ ✏✛✕✘✗ ✒✘ ✓✏✭✑✢✗ ✔ ✕✑✒✗ ✙✎ ✏✮✢✩✢ ✑ ✯ ✕✚ ✕✗ ✰✦✱✲✳ ✱✴✦✵✶✥✷ ✒✔ ✒✢ ✚✎ ✗✔ ✭ ✏ ✕✘✑✢✚✔ ✏✕ ✚ ✓✎ ✚ ✕✯ ✕✗★ ✚✎ ✓✎ ✏✔ ✕ ✓✎ ✘✑✕✑ ✕✗ ✒✘★ ✗✎ ✚✎ ✤✒✔ ✒✘★ ✔✎ ✣✎ ✗ ✭✛ ✢ ✘ ✕✗✒✚ ✕★ ✔ ✏✒✘ ✚ ✓✭ ✏✔ ✒✚ ✕★ ✒✚✢✏✒✘ ✚ ✕★ ✓✎ ✏✙ ✒✘✗ ✒✘★ ✓✎ ✏✤ ✭✔✎ ✣ ✒✘★ ✗ ✭✘✔ ✏✢✗✚ ✕ ✑ ✒✘ ✣✒✕✘✘✒ ✫y
✬✎ ✙✒✖ ✒✕ ✣✒y
✒✘✒✘★ ✕✚✔ ✕✣✒✤ ✥s
✦✧ ✥rv
✛✎ ✘y
✕✏✒✔ ✗ ✒✘✚✎ ✖ ✒✣✒✚✎ ✚✢ ✒✔✢ ✒✘ ✖y
✑ ✕✣✒✗✢ ✗ ✒✘✓✕✤✒✗✔✎ ✏✔✎✘✔✢ ✰✕✘✑ ✕✪✕✑ ✢ ✛ ✒✢✓✢✘ ✗✎ ✣✭✛✓✭ ✗✷ ✗✎ ✓ ✒✑ ✒ ✓✕✤✒✗ ✣✒✕✘ ✰✕✘✑✕✪✕✑ ✢ ✛✒✢ ✓✢ ✘ ✗✎ ✣✭✛ ✓ ✭✗✷✫ ✬✒✣✒✤ ✚✒✔✢ ✜✭ ✘✔ ✭ ✤✘y
✒ ✒✑ ✒✣✒ ✤ ✣✒y
✒✘ ✒✘✓✎ ✣✒✘ ✖ ✖✒✘ ✰ ✧u
st
✸ ✹✥r s
✥✦✧ ✥rv
✷✫ ✬✎✑✒✘✖ ✗✒✘ ✗ ✒✔ ✒✚✎✏✪✕✚ ✣✎ ✙✕✤✛ ✎ ✘✖ ✒✜✢ ✓ ✒✑ ✒ ✗✭ ✘✔✎ ✗ ✚ ✏✎✓ ✒✏✒✚ ✕★✛ ✕✚ ✒✣✘y
✒✚✎ ✏✪ ✕✚✚✎ ✓✎✑✒✛ ✭✔ ✭✏ ✒✔ ✒✢✓✎ ✏✒✣✒✔ ✒✘✎ ✣✎ ✗✔ ✏✭✘ ✕✗✰✺ ✏✕✎✯★ ✻ ✼ ✼✽✷✫✾✎ ✘✢✏✢✔ ✿✭✔ ✣✎ ✏ ✰✻ ✼ ✼✼✷★ ✩ ✒✚✒ ✒✑ ✒✣✒✤ ✚✎✔ ✕✒✓ ✔✕✘✑ ✒✗ ✒✘ ✒✔✒✢ ✗✎ ✖✕ ✒✔✒✘
y
✒✘ ✖ ✑✒✓ ✒✔ ✑✕✔ ✒✮ ✒✏✗✒✘ ✭ ✣✎ ✤ ✚✢✒✔✢ ✓✕✤ ✒✗ ✗✎ ✓✒✑✒ ✓ ✕✤✒✗ ✣✒✕✘★y
✒✘ ✖ ✓ ✒✑ ✒ ✑ ✒✚ ✒✏ ✘y
✒ ✙✎ ✏✚ ✕✯ ✒✔ ✦✱✲✳ ✱✴✦✵✶✥ ✰✔✕✑✒✗ ✙✎ ✏✮✢ ✩✢✑ ✯ ✕✚ ✕✗✷ ✑ ✒✘ ✔ ✕✑ ✒✗ ✛✎ ✘ ✖✒✗ ✕✙✒✔ ✗ ✒✘ ✗✎ ✓✎✛✕✣✕✗✒✘ ✚✎ ✚✢✒✔✢ ✫ ❀✏✭✑ ✢ ✗ ✚ ✕✘y
✒ ✑✒✓✒✔ ✑✕✗✒✕✔ ✗ ✒✘✑✎ ✘ ✖✒✘ ✓ ✏✭✑✢✗✯ ✕✚ ✕✗✛ ✒✢ ✓✢ ✘✔ ✕✑✒✗✫ ✬✎✑ ✒✘ ✖ ✗✒✘ ❁✎ ✕✔ ✤ ✒✛ ✣ ✑ ✒✣✒✛❂✢✓✕✭✒✑ ✕y
✰✻✼✼❃ ✷ ✛ ✎✘✑✎✯ ✕ ✘✕✚ ✕✗✒✘ ✩✒ ✚ ✒ ✚✎ ✙ ✒✖✒✕ ✚✢✒✔✢ ✗✎ ✖✕✒✔ ✒✘ ✎ ✗✭ ✘✭✛ ✕y
✒✘✖ ✭✢ ✔ ✓✢ ✔ ✘y
✒ ✙✢✗ ✒✘ ✓✏✭✑ ✢ ✗★ ✩ ✒✚ ✒ ✑✕✗✭ ✘✚✢ ✛ ✚ ✕ ✙✎ ✏ ✚ ✒✛ ✒✒ ✘ ✑ ✎✘ ✖ ✒✘w
✒ ✗✔✢ ✓✏✭✑✢✗✚ ✕ ✑ ✒✘ ✛✎ ✛ ✙✎ ✏ ✕✗✒✘ ✘ ✕✣✒✕ ✔ ✒✛✙✒✤★ ✚✎ ✏✔✒ ✙✎ ✏✚ ✕✯ ✒✔✔ ✕✑✒✗✙✎ ✏w
✢ ✩✢ ✑ ✫2.1.2 Karakteristik Jasa
❅
Tabel 2. Perbedaan Barang dan Jasa
Barang
Jasa
❆❇❈ ❇❉❊ ❋●❋❍ ❇❉ ■ ❏❑ ▲ ▼ ▲❇❉ ❇◆❇❖ ❉❋P ❋❉❇▲❉❋❊❇❖❊ ❇❈ ❇ ❉❊❋●❋❍❇❉ ◗❑ ❘ ▲◆ ❙ ▼❘ ❉❋❊ ❇❖ ❉▼❏ ●❋❚ ❇❉
❊ ❇●❇❙ ❈ ❏❑ ▲ ▼▲❈ ❏❑❊ ◆ ❖▲ ❋ ◗❑ ❘ ▲◆ ❙ ▼❘ ❉▼❏●❋❚ ❇❉
❊ ❇●❇ ❙
❈ ❏❑ ▲ ▼▲ ❈ ❏❑❊ ◆❖▲ ❋ ■ ❏❑ ❊◆❖▲ ❋❊❇❘❖❑ ❘ ▲◆❙▲ ❋❉▼❏❈ ❋▲ ❇❍ ■ ❏❑❊ ◆❖ ▲❋
❊❇❘
❖❑ ❘ ▲◆ ❙ ▲ ❋
❚▼ ❏▲ ❇❙ ❇❇❘
w
❇❖ ❉◆❊ ❇ ❘❉▼❙❈ ❇ ❉ ■ ❏❑ ❊◆❖❯❈❏❑ ▲ ▼▲❚▼❏ ▲❋❱ ❇❉❍❑❙❑ ❲ ▼❘ ■ ❏❑ ▲ ▼ ▲❊❇❘❍❇▲ ❋●❚▼ ❏❚ ▼❊❇❳ ❚ ▼❊❇ ❆❋❙◆❘❲❖❋❘ ❖❇❘ ❍◆❚◆❘❲ ❇❘y
❇❘❲❉❋❊ ❇❖●❇❘❲▲◆❘❲
❇❘❉❇❏❇
❈❏❑ ❊◆▲ ▼❘❊❇❘ ❖❑❘▲◆❙▼❘
❨◆ ❚◆❘❲❇❘ ● ❇❘❲▲◆❘❲ ❇❊❇●❇❍
❍❇●
y
❇❘❲ ▲ ❇❘❲ ❇❉◆ ❉❇❙ ❇■ ▼❏▲ ▼❊ ❋❇❇❘❊❇❈ ❇❉❊❋❩❋❈ ❉❇❖ ❇❘
■ ▼❘❩❋❈ ❉ ❇❇❘
❈ ▼ ❏▲ ▼❊❋❇❇❘
❉❋❊❇❖ ❙◆ ❘❲❖❋ ❘
/sulit
Dapat dibawa
Tidak dibawa (melekat kepada
penyedia jasa)
Dapat diekspor
Sulit untuk diekspor
Nilai tambah diciptakan di dalam
pabrik
Nilai tambah terjadi pada waktu
interaksi antara produsen dan
konsumen
Konsentrasi pada suatu proses
produksi tertentu dapat dilakukan
Konsentrasi pada suatu proses produksi
tertentu tidak dapat dilakukan karena
tersebarnya daerah produksi
Kepemilikan berpindah pada saat
penjualan
Tidak ada perpindahan kepemilikan
Dapat diujicobakan sebelum dijual
Tidak ada sebelum penjualan dan
sangat sulit untuk diujicobakan
Pengembalian barang dimungkinkan
seperti halnya pemberian garansi
Pengembalian tidak dimungkinkan,
pemberian garansi juga sangat sulit
Penjualan barang bekas dimungkinkan
Penjualan tidak mungkin dilakukan
lebih dari satu kali
Dapat diberi hak paten
Susah untuk diberi hak paten
9
Kotler (2000) menyatakan bahwa jasa memiliki empat karakteristik utama:
1. Tidak berwujud
(
❬❭t
❪ ❭❫ ❴❵❴ ❛❴ty)
Jasa lebih sulit didefinisikan karena jasa tidak dapat dilihat dan diraba.
Jasa merupakan suatu perbuatan kinerja atau usaha. Jasa berbeda dari barang. Jika
barang merupakan suatu benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja, atau
usaha. Jika barang dapat dimiliki, maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak
dapat dimiliki. Kualitas jasa dapat diwujudkan melalui tempat, orang, peralatan,
bahan-bahan komunikasi, simbol, dan harga. Karena itu, penting bagi penyedia jasa
untuk mengelola bukti tersebut dan mewujudkan yang tidak berwujud.
2. Tidak terpisahkan
(
❬ ❭s
❜p
❪r
❪❵ ❴❛❴ty)
Jasa tidak dapat dipisahkan tempat atau waktu dari sarana produksi atau
produsen yang menghasilkannya. Seringkali terjadi waktu dan tempat memproduksi
dan menjual jasa dilakukan bersamaan. Hal ini dikarenakan output jasa dikonsumsi di
tempat jasa tersebut dihasilkan. Dalam hubungan penyedia jasa dan pelanggan,
efektivitas individu yang menyampaikan jasa merupakan unsur penting. Dengan
demikian, kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rekrutmen, kompensasi,
pelatihan, dan pengembangan karyawannya. Selain itu, pemilihan lokasi yang tepat,
dalam artian dekat dan mudah dicapai pelanggan juga perlu dipertimbangkan.
3. Beraneka ragam
(Variability)
10
4. Tidak tahan lama
(Perishability)
Dalam jasa, tidak ada istilah persediaan atau penyimpanan dari produk yang
telah dihasilkan. Dengan kata lain, jasa yang tidak terjual pada saat ini tidak dapat
dijual
kemudian
hari.
Untuk
itu,
setiap
perusahaan
jasa
harus
berusaha
mempergunakan hari kerja karyawan operasional dan sarana produksinya secara
efisien, serta mengevaluasi kapasitasnya guna menyeimbangkan permintaan dan
penawaran.
2.1.3 Klasifikasi Jasa
Lupiyoadi (2008) menjelaskan tentang klasifikasi jasa melalui beberapa cara,
yaitu:
1. Berdasarkan atas tingkat kontak konsumen dengan pemberi jasa, di dalamnya
mencakup:
a. Sistem kontak tinggi (high-contact system), konsumen harus menjadi bagian
dari sistem untuk menerima jasa. Contoh: jasa pendidikan, rumah sakit, dan
transportasi.
b. Sistem kontak rendah (low-contact system), konsumen tidak perlu menjadi
bagian dari sistem untuk menerima jasa. Contoh: jasa reparasi mobil dan jasa
perbankan.
2. Berdasarkan kesamaannya dengan operasi manufaktur, jasa dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok:
a. Jasa murni (pure service), merupakan jasa yang tergolong kontak tinggi, tanpa
persediaan, atau dengan kata lain sangat berbeda dengan manufaktur. Contoh:
jasa tukang cukur atau operasi pembedahan.
11
c. Jasa campuran (moderate-contact), gabungan beberapa sifat jasa murni dan
jasa semimanufaktur. Contoh: jasa bengkel,
dry cleaning, ambulans,
pemadam kebakaran, dan lain-lain.
Klasifikasi bisnis jasa berdasarkan Organisasi Perdagangan Dunia (World
Trade
Organization-WTO),
sesuai
dengan
GATS/WTO-Central
Product
Classification/MTN.GNS/W/120 dalam Lupiyoadi (2008) meliputi:
1. Jasa bisnis
2. Jasa komunikasi
3. Jasa konstruksi dan jasa teknik
4. Jasa distribusi
5. Jasa pendidikan
6. Jasa lingkungan hidup
7. Jasa keuangan
8. Jasa kesehatan dan jasa sosial
9. Jasa kepariwisataan dan jasa perjalanan
10. Jasa rekreasi, budaya, dan olahraga
11. Jasa transportasi
2.1.4
Kualitas Jasa
12
2.1.5 Dimensi Kualitas Jasa
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry
(1988) menyimpulkan dari hasil
penelitiannya yang melibatkan 200 pelanggan (yang terbagi dalam empat perusahaan)
berusia 25 tahun ke atas, bahwa terdapat lima dimensi SERVQUAL (service
quality/kualitas jasa) sebagai berikut:
1. Berwujud (tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan
eksistensinya pada pihak eksternal. Hal ini meliputi fasilitas fisik (gedung,
gudang, dan lain-lain), perlengkapan, dan peralatan yang digunakan (teknologi),
serta penampilan pegawainya.
2. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan
sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai
dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama
untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi
yang tinggi.
3. Ketanggapan (responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan
memberikan layanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan
penyampaian informasi yang jelas.
4. Jaminan dan kepastian (assurance), yaitu pengetahuan, kesopansantunan,
kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para
pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain,
komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security),
kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy).
13
2.2 Pelanggan (
Customer
)
2.2.1 Definisi Pelanggan
Arief (2007) mendefinisikan pelanggan sebagai orang atau unit yang
menerima hasil dari suatu proses dalam suatu sistem. Sementara Maine dalam
Nasution (2001) memberikan beberapa definisi tentang pelanggan, yaitu sebagai
berikut:
1. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita, tetapi kita yang
tergantung padanya.
2. Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada apa keinginannya.
3. Tidak ada seorang pun yang pernah menang beradu argumentasi dengan
pelanggan.
4. Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipuaskan.
2.2.2
Definisi Kepuasan Pelanggan
Fokus dari kualitas suatu pelayanan adalah kepuasan pelanggan, oleh karena
itu perlu dipahami komponen-kompenen yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan.
Pada dasarnya kepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara sederhana, yaitu
sebagai suatu keadaan saat kebutuhan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui
produk atau jasa yang dikonsumsi. Bagi perusahaan yang berfokus pada pelanggan,
kepuasan pelanggan adalah sasaran dan sekaligus alat pemasaran. Saat ini perusahaan
perlu secara khusus memperhatikan tingkat kepuasan pelanggan karena teknologi
informasi seperti Internet menyediakan alat bagi konsumen untuk menyebarkan cerita
buruk dan cerita baik kepada orang lain di dunia (Assauri, 2002).
14
harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika
kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Tjiptono (2012)
menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan bukanlah konsep absolut, melainkan relatif
atau tergantung pada apa yang diharapkan pelanggan. Sementara menurut Hoffman
dan Beteson dalam Arief (2007), kepuasan atau ketidakpuasan adalah perbandingan
dari ekspektasi konsumen kepada kenyataan mengenai interaksi jasa (service
encounter) yang sebenarnya.
2.2.3 Faktor- Faktor Kepuasan Pelanggan
Menurut Irawan (2003) terdapat lima faktor yang menentukan tingkat
kepuasan pelanggan, yaitu:
1. Kualitas produk. Konsumen atau pelanggan akan merasa puas apabila hasil
evaluasi menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
2. Kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan saat ini tidak hanya difokuskan oleh
industri jasa murni, dikarenakan hampir seluruh perusahaan memberikan
pelayanan bagi pelanggan. Pelanggan akan merasa puas apabila mereka
mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapakan.
3. Faktor emosional. Konsumen yang merasa bangga dan mendapatkan keyakinan
bahwa orang lain akan kagum terhadap dirinya bila menggunakan produk dengan
merek tertentu cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Kepuasannya bukan karena kualitas dari produk tersebut tetapi nilai emosional
yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek produk tertentu.
4. Harga. Produk yang mempunyai kualitas sama tetapi menetapkan harga yang
relatif murah akan memberikan nilai lebih tinggi kepada pelanggannya.
15
Kepuasan
Pelanggan
Kualitas
Layanan
Kualitas
Produk
Faktor
Emosional
Harga
Biaya dan
Kemudahan
untuk mendapatkan suatu produk atau jasa akan cenderung merasa puas
terhadap produk atau jasa tersebut.
Skema faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
(Irawan, 2003)
2.2.3
Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Gambar 3. Model Paradigma Diskonfirmasi (Sumarwan, 2011)
Kinerja
Nyata
Harapan
Proses Pembandingan
Diskonfirmasi
Negatif
Konfirmasi
Diskonfirmasi
Positif
Ketidakpuasan
Mere Satisfaction
Delight
16
Kepuasan pelanggan terhadap suatu jasa ditentukan oleh tingkat harapan
pelanggan sebelum menggunakan jasa dibandingkan dengan hasil persepsi pelanggan
terhadap kenyataan kinerja jasa yang dirasakan pelanggan. Sumarwan (2011)
mengatakan bahwa dalam model paradigma diskonfirmasi, kepuasan pelanggan
merupakan dampak dari perbandingan antara harapan dan kenyataan yang diperoleh
pelanggan. Diskonfirmasi positif adalah apabila kinerja produk atau jasa lebih baik
dari yang diharapkan, jika terjadi maka pelanggan akan merasa puas. Apabila
kenyataan sama dengan yang diharapkan, disebut dengan konfirmasi sederhana.
Apabila kenyataan lebih buruk dari harapan, maka pelanggan akan merasa kecewa
dan tidak puas, hal ini disebut diskonfirmasi negatif.
Perbandingan antara kenyataan dan harapan untuk mengukur kepuasan
pelanggan salah satunya terdapat dalam SERVQUAL rumusan Parasuraman (1988).
SERVQUAL digunakan dalam banyak penelitian karena dapat mengukur kepuasan
dari sudut pandang pelanggan saja atau menghubungkan dua dimensi sekaligus, yaitu
pihak pelanggan dan pihak penilai yang dilakukan oleh penyedia jasa yang
melibatkan orang-orang dari tingkat manajerial sampai ke tingkat
front line service
(tingkat bawah yang berhubungan langsung dengan pelanggan). Pada kedua pihak
tersebut dapat saja terjadi kesenjangan atau gap antara harapan dengan kenyataan
yang dirasakan oleh pelanggan, dengan persepsi manajemen (hingga
front line)
terhadap harapan-harapan tersebut.
Parasuraman (1985) menjelaskan terdapat lima kesenjangan yang dapat
mengakibatkan kegagalan jasa, yaitu sebagai berikut:
1. Kesenjangan harapan konsumen dan persepsi manajemen
2. Kesenjangan persepsi manajemen dengan kualitas jasa
3. Kesenjangan kualitas jasa dengan penyampaian jasa
17
Gambar 4. Model Kualitas Jasa (Gap Model) (Parasuraman, 1985)
Berbagai kesenjangan tersebut dalam Parasuraman (1985) dapat terjadi oleh
hal-hal berikut:
1. Kesenjangan antara harapan pelanggan dengan persepsi manajemen timbul karena
manajemen tidak selalu awas, tidak mengetahui sepenuhnya apa keinginan
pelanggan. Inti masalahnya adalah manajemen tidak mengetahui apa yang
diharapkan pelanggan.
2. Kesenjangan persepsi manajemen dengan kualitas jasa. Mungkin manajemen
sudah mengetahui keinginan konsumen, tetapi manajemen tidak sanggup dan
tidak sepenuhnya melayani keinginan pelanggan tersebut. Spesifikasi jasa yang
ditawarkan oleh manajemen masih ada kekurangan yang dirasakan oleh
pelanggan. Inti masalahnya ialah pihak manajemen kurang teliti terhadap detail
jasa yang ditawarkan.
18
4. Kesenjangan penyampaian jasa dengan komunikasi eksternal dapat terjadi akibat
perbedaan antara jasa yang diberikan dan janji-janji yang disampaikan dalam
iklan, brosur, dan lainnya.
5. Kesenjangan jasa yang dialami dengan jasa yang diharapkan. Ini gap yang paling
banyak terjadi, yaitu jasa yang diterima oleh pelanggan tidak sesuai dengan yang
ia bayangkan. Dalam hal ini yang penting diciptakan oleh manajemen adalah
promosi dari mulut ke mulut yang menginformasikan keistimewaan pelayanan
yang ditawarkan.
2.2.5
Harapan dan Kenyataan Mengenai Pelayanan
Konseptualisasi dan operasionalisasi ekspektasi pelanggan masih ramai
diperdebatkan, terutama menyangkut karakteristik standar ekspektasi spesifik, jumlah
standar yang digunakan, dan sumber ekspektasi (Tjiptono, 2012). Setiap konsumen
dapat memiliki ekspektasi yang berbeda-beda dalam situasi berlainan. Beberapa
definisi mengenai ekspektasi menurut Boote dalam Tjiptono (2012) adalah:
1.
Ideal expectation, yaitu tingkat kerja optimum atau terbaik yang diharapkan dapat
diterima konsumen. Standar ideal identik dengan kesempurnaan, yaitu standar
sempurna yang membentuk terbesar konsumen. Tipe ini merupakan standar
ekspektasi yang paling sulit dipenuhi.
2.
Normative expectation,
yaitu tingkat kinerja yang dianggap konsumen seharusnya
mereka dapatkan dari suatu produk atau layanan.
3.
Adequate expectation,
yakni tingkat kinerja terendah yang dapat diterima atau
ditolerir pelanggan.
4.
Worst imaginable expectation,
yakni skenario terburuk mengenai kinerja produk
atau jasa yang diketahui atau terbentuk melalui kontak dengan media.
19
proses penyampaian jasa juga ikut menentukan kompleksitas evaluasi kualitas jasa.
Sehingga konsekuensinya jasa yang sama dapat dinilai berlainan oleh konsumen yang
berbeda (Tjiptono, 2012).
2.3 Pelayanan Perguruan Tinggi
2.3.1 Definisi Perguruan Tinggi
Pendidikan tinggi menurut Wijatno (2009) merupakan jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yang mencakup program Diploma, Sarjana, Magister,
Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi serta diatur dalam
pasal 19 dan 20 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Istilah
pendidikan tinggi dan perguruan tinggi (PT) sering saling dipertukarkan dengan
anggapan mempunyai arti yang sama. Namun, dua istilah itu sebenarnya mempunyai
arti berbeda. Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur pendidikan sekolah pada
jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah. Sementara PT adalah
satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Pengertian PT sesuai
dengan PP (Peraturan Pemerintah) nomor 60 tahun 1999 adalah wilayah otonom dan
mandiri yang berhak mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan
pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
Indrajit dan Djakopranoto dalam Wijatno (2009) menjelaskan terdapat lima
dimensi makna yang melekat pada PT, yaitu:
1. Dimensi etis
Dalam dimensi etis, PT disebut sebagai pusat kreativitas dan pusat
penyebaran ilmu pengetahuan, bukan demi kreativitas sendiri, tetapi demi
kesejahteraan umat manusia.
2. Dimensi keilmuan
20
mengembangkan serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
serta
kebudayaan melalui proses belajar mengajar dan pengabdian masyarakat.
3. Dimensi pendidikan
Dalam dimensi ini sering terjadi polemik, apakah proses yang terjadi di PT
merupakan suatu pendidikan atau suatu pembelajaran, karena arti pendidikan
berbeda dengan
pembelajaran . Dalam pembelajaran, mahasiswa diusahakan
menjadi orang yang mau terus belajar dari waktu ke waktu. Dalam pendidikan tinggi,
mahasiswa dipersiapkan sejak dini agar menjadi manusia terdidik yang bukan saja
terbatas pada lingkup pendidikan formal, tetapi juga pada lingkup pendidikan
nonformal, seperti memperoleh pengetahuan tambahan dari lingkungan masyarakat
sekitar dengan melayani sesama.
4. Dimensi sosial
Berbagai penemuan ilmiah dan penemuan teknologi telah menciptakan
pertumbuhan ekonomi dan industri yang sangat besar. Melalui pertumbuhan ekonomi
dan industri, kesejahteraan manusia meningkat. Melalui kegiatan dan perjuangan para
ahli dan mahasiswa, kehidupan demokrasi ditingkatkan dan martabat manusia lebih
dihargai. Perguruan tinggi mempersiapkan para mahasiswa untuk mengambil
tanggung jawab di dalam masyarakat. Dari para lulusannya, masyarakat
mengharapkan pembaruan dan perbaikan terus menerus dalam tata kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
5. Dimensi korporasi
21
sumber dana utama sesuai dengan status badan hukumnya. Jadi, jumlah mahasiswa
yang sedikit (tidak memenuhi target produk kuantitatif) akan mengakibatkan
perguruan tinggi tidak dapat membiayai dirinya sendiri sehingga mengalami defisit.
Hal ini menunjukkan kesamaan dengan korporasi. Adapun perbedaannya terletak
pada sifat lembaga dan pelayanannya (jasa yang ditawarkan).
Bila tujuan utama dari korporasi dalam arti konvensional adalah mencari laba,
maka sebaliknya, tujuan PT sebagai korporasi adalah memajukan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan pengabdian kepada masyarakat. Korporasi dalam arti konvensional
tidak bertanggung jawab langsung kepada masyarakat. Sementara korporasi dalam
arti PT, meskipun secara eksplisit tidak bertanggung jawab secara langsung kepada
masyarakat, tetapi secara moril tetap harus bertanggung jawab sesuai dengan bentuk
kelembagaannya yang disebut lembaga sosial yang mengabdi kepada masyarakat.
2.3.2 Definisi Mahasiswa
Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah peserta
didik yang terdaftar dan belajar di PT tertentu. Chaerul dan Kartono (Rahmawati,
2006) menyebutkan bahwa mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang
mempunyai ciri-ciri tertentu antara lain:
1. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi
sehingga dapat digolongkan sebagai kaum inteligensia.
2. Mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin masyarakat
atau pun dalam dunia kerja.
3. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses
modernisasi.
22
2.3.3 Kualitas Pelayanan Pendidikan
Sallis dalam Alifuddin (2012) mengemukakan bahwa pendidikan adalah jasa
yang berupa proses pembudayaan. Produk yang diberikan lembaga pendidikan adalah
jasa pelayanan. Kualitas jasa pelayanan pendidikan sangat bergantung pada sikap
pemberi pelayanan di lapangan dan sikap serta harapan pemakai jasa pendidikan.
Pelayanan pendidikan yang berkualitas menurut Alifuddin (2012) adalah suatu proses
yang berpusat pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan
terus menerus, pembagian tanggung jawab dengan para pegawai, dan pengurangan
pekerjaan tersisa serta pengerjaan kembali. Sementara Alma (2009) menyatakan
bahwa secara konseptual, mutu akademik adalah muara dari mutu proses pendidikan
manusia, alat, kurikulum, dan fasilitas yang tercermin pada mutu mengajar dosen,
mutu bahan pelajaran, dan mutu hasil belajar, sehingga akhirnya membentuk
seperangkat kemampuan.
Hayati (2007) menyatakan bahwa kualitas pelayanan perguruan tinggi (PT)
dinyatakan baik apabila PT mempunyai kemampuan untuk menetapkan dan
mewujudkan visi melalui misi yang diemban. Juga apabila PT mampu untuk
memenuhi kebutuhan
stakeholders
yang meliputi kebutuhan masyarakat, dunia kerja,
dan profesi. Kualitas pelayanan berperan besar dalam pendidikan. Kualitas tinggi
bukan merupakan pembeda antara universitas yang efisien dan yang tidak efisien
(Javadi, 2011).
23
2.3.4 Mahasiswa Sebagai Pelanggan
Proses penyampaian jasa yang terjadi dalam lembaga perguruan tinggi (PT)
tidak dapat dipisahkan dari keberadaan mahasiswa sebagai pelanggan jasa pendidikan
yang ditawarkan. PT sebagai penyedia jasa harus mampu memenuhi harapan
mahasiswanya dan meminimalisir adanya kesenjangan (gap) sesuai dengan
kemampuannya. Mahasiswa sebagai pelanggan lembaga perguruan tinggi juga
memiliki perilaku yang sama pada saat mereka melakukan pembelian sebuah barang
dengan saat melakukan pembelian berupa jasa. Perilaku pembelian barang dan jasa
keduanya terlihat dalam proses perolehan, konsumsi, pengalaman, serta ide-ide
(Minor, 2002).
Dari penjelasan tersebut maka PT sebagai organisasi atau institusi penyedia
jasa pendidikan hendaknya memperhatikan kepuasan dari mahasiswanya dengan
menyediakan jasa yang dilaksanakan semaksimal mungkin, agar mahasiswa menjadi
pelanggan pendidikan yang terpuaskan. Sementara rendahnya kualitas
PT
menyebabkan ketidakpuasan mahasiswa sebagai pelanggan. Mahasiswa yang tidak
puas, cenderung memilih mundur atau transfer ke perguruan tinggi lain. Sementara
yang tetap bertahan di perguruan tinggi tersebut, tidak akan memberikan pernyataan
dukungan kepada calon pelanggan lain setelah lulus (Borden dalam Shekarchizadeh,
2011)
2.4 Penelitian Terdahulu
24
meliputi: profesionalisme
pegawai, keramahan pegawai, kenyamanan dalam
pelayanan, kesopanan pegawai, kejelasan pemberian informasi oleh pegawai, dan
akurasi perhitungan nilai. Dari 24 kategori pelayanan FMIPA Unud, tidak ada satu
pun yang termasuk kategori sangat baik. Oleh karena itu, perbaikan yang perlu
dilakukan fakultas membutuhkan tahapan prioritas, dari lima faktor pelayanan yang
diteliti, keandalan menjadi prioritas utama.
Penelitian berjudul Survey Kepuasan Pelanggan Program Studi Magister
Manajemen Universitas Sriwijaya tahun 2007 (Jurnal Manajemen & Bisnis
Sriwijaya) yang dilakukan Diah Natalisa menggunakan Analisis
Frequency
dan
Descriptive
untuk menggambarkan gap (kesenjangan) antara ekspektasi mahasiswa
dan kenyataan terhadap kepuasan pelayanan Program Studi Magister Manajemen
Universitas Sriwijaya. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui tingkat kepuasan
pelayanan pelanggan, digunakan Analisis Gap dan Diagram Kartesius. Implikasi dari
hasil Diagram Kartesius ini adalah Program Studi Magister Manajemen perlu
meningkatkan kinerja dan pelayanan pada dimensi yang masih berada di bawah
ekspektasi dan harapan mahasiswa, yaitu atribut penyediaan dan kelengkapan fasilitas
ruang baca, penyediaan dan kelengkapan fasilitas komputer, kelengkapan isi buku
panduan, kelengkapan isi buku pedoman karya akhir, penawaran mata kuliah yang
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, ketepatan jadwal kuliah, ketepatan waktu
pembagian kartu hasil studi, dan kemampuan
dosen
pembimbing
memahami
kebutuhan mahasiswa.
25
empati berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan mahasiswa Program Strata 1
(satu) jurusan Pemasaran atas pelayanan yang diberikan oleh STIE IBBI. Variabel
empati yang paling dominan, ini berarti pelayanan yang diberikan oleh STIE IBBI
dari segi empati lebih memuaskan mahasiswa S1 Pemasaran. Dari segi daya tanggap
menunjukkan nilai yang terendah, ini berarti bahwa STIE IBBI kurang menanggapi
atas keluh kesah dari mahasiswa.
Jelena Legcevic dalam Jurnal
Ekonomska i Misao Praksa
menuliskan hasil
penelitiannya yang berjudul Gap Kualitas Pelayanan Pendidikan Dari Sudut Pandang
Mahasiswa. Menurut Legcevic (2009), pendidikan tinggi meningkat dengan cepat dan
setiap hari menjadi lebih dan lebih terbuka untuk proses globalisasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan kesenjangan kualitas pelayanan pendidikan
dengan menggunakan instrumen SERVQUAL awalnya kalangan mahasiswa di
Fakultas Hukum Osijek. Dalam studi ini, total 479 siswa dipilih secara acak dan
diminta untuk mengisi kuesioner yang dirancang sesuai dengan metode SERVQUAL.
Kuesioner ini mengukur kenyataan siswa dan harapan dalam lima dimensi pelayanan
yang terdiri dari jaminan, daya tanggap, keandalan, empati, dan bukti fisik.
Kesenjangan kualitas pelayanan pendidikan ditentukan berdasarkan perbedaan antara
kenyataan siswa dan harapan. Hasil penelitian Legcevic menunjukkan bahwa pada
masing-masing dari lima dimensi SERVQUAL, ada kesenjangan kualitas negatif.
Kesenjangan kualitas yang paling negatif berarti berada di dimensi keandalan (-3,45)
dan dimensi empati (-7,86). Terdapat pula perbedaan yang signifikan antara
kenyataan dan harapan mahasiswa di semua lima dimensi SERVQUAL (p <0,001).
Kesenjangan kualitas negatif berarti harapan siswa melebihi kenyataan mereka.
Dengan demikian, perbaikan diperlukan di semua lima dimensi pelayanan pendidikan
Fakultas Hukum Osijek.
26
Faktor-Faktor Apa yang Harus Dipertimbangkan? Qureshi mengungkapkan bahwa
salah satu sektor jasa yang paling banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan
ekonomi adalah sektor pendidikan. Dari sektor pendidikan tersebut, lembaga
pendidikan tinggi menempati posisi paling penting karena mereka juga memberikan
kontribusi dalam bentuk penelitian dan pengembangan masyarakat. Pada perubahan
tren, dosen dianggap memainkan peran penting sebagai penyedia layanan, sedangkan
mahasiswa dianggap sebagai penerima layanan atau pelanggan. Jadi, dosen harus
dievaluasi secara berkala oleh pelanggan (mahasiswa). Penelitian ini bertujuan untuk
memeriksa kualitas pengajaran di lembaga pendidikan tinggi menggunakan model
SERVQUAL oleh Parasuraman (1988). Sebanyak 600 kuesioner dibagikan kepada
mahasiswa dari lima universitas negeri dan tiga universitas swasta, 495 diterima
kembali dan dianalisis. Temuan penelitian membuktikan hubungan yang signifikan
dari dimensi ketanggapan dan keandalan dengan kepuasan dan motivasi mahasiswa.
Studi ini membantu para pendidik untuk mengeksplorasi kekurangan dan mengambil
tindakan perbaikan untuk memberantas kekurangan yang diidentifikasi dalam praktik
mengajar.
27
❝ ❝❝❞❡❢❣ ❤ ✐❢❥ ❢ ❦❢ ❧ ❝❣ ❝♠❦
♥♦♣♦ qrs t✉✈s
r
✇r tr①②②stt
③④
rangka penelitian disusun untuk menggambarkan konsep analisis kepuasan
pelanggan melalui penilaian harapan dan ken
⑤ataan kualitas pela
⑤anan pendidikan
⑥⑦ ③⑧⑨⑦ ⑩ ③❶ ❷ ❸dari sisi mahasiswa sebagai pengguna jasa.
⑧❹ ❺lisis kepuasan
mahasiswa terhadap pela
⑤anan pendidikan
⑥⑦ ③ ⑧⑨⑦⑩ ③❶❷ ❸ini diperlukan karena
semakin ketatn
⑤a persaingan antara program studi sejenis.
❷❹❻uk dapat
memenangkan kompetisi,
⑥⑦ ③⑧⑨⑦ ⑩ ③❶ ❷ ❸harus melakukan perbaikan kualitas
berkesinambungan.
⑥erbaikan kualitas ini dapat dimulai dengan menganalisis
kepuasan mahasiswa sebagai pelanggan utama
⑤ang merasakan pela
⑤anan pendidikan
⑥⑦③⑧⑨⑦⑩ ③❶❷ ❸.
29
➠➡➢➤ ➡➥➦
.
➧ ➨➥➡➩ ➫➭ ➡➯➨➢➲➭➲➥ ➡➩➳
emakin ketatn
➵a persaingan antara program studi
sejenis
➵aitu
➸ajian
➺➻➼inistrasi
➽umah
➳akit
mengharuskan
➾➳➸ ➺➽➳ ➚➪melakukan perbaikan
kualitas berkesinambungan
➸➶
puasan mahasiswa berkaitan erat dengan mutu
pela
➵anan pendidikan
➾➳➸ ➺➽➳➚➪➾
engukuran
➸➶n
➵ataan
➹➘➴riabel X) yang dirasakan
mahasiswa PS KARS UI dari
lima faktor SERVQUAL:
1.
➷➡➩➫➲➤➬➨➮2.
➱➨➬➲ ➡➤➲➬➲✃y
3.
➱➨➮ ❐ ❒➩➮➲❮➨➩ ➨➮ ➮4.
❰➮ ➮Ï➥➡➩ Ð ➨5.
Ñ➢❐➡✃ ÒÓPengukuran Harapan
(Variabel Y) yang dirasakan
mahasiswa PS KARS UI dari
lima faktor SERVQUAL:
1.
➷➡➩ ➫➲➤➬➨➮2.
➱➨➬➲ ➡➤ ➲➬➲✃y
3.
➱➨➮❐❒➩➮➲❮➨➩➨➮ ➮4.
❰➮➮Ï ➥ ➡➩Ð ➨5.
Ñ➢❐➡✃ ÒÓAnalisis Tingkat Kesesuaian Kepuasan Mahasiswa
Analisis Prioritas Perbaikan Kualitas Pelayanan Dengan
Ô➢❐ ❒➥✃➡➩Ð ➨-➯➨➥Õ❒➥ ➢ ➡➩ Ð ➨❰➩ ➡➬➮➲➮
y
Analisis Kesenjangan Kenyataan (Variabel X) dan Harapan (Variabel Y)
Analisis Bivariat: Hubungan Karakteristik Mahasiswa dengan Kepuasan
Pelayanan Pendidikan
30
Ö×Ø
L
ÙÚÛ Ü ÝÞÛ ßàÛÚtu
áâß âãÝt
ÝÛßä
enelitian dilakukan terhadap
ärogram
åtudi
äascasarjana
æçjian
èéêinistrasi
ëumah
åakit,
ìakultas
æ ísehatan
îas
ïarakat,
ðñ òversitas
óndonesia.
ärogram studi ini berlokasi di kampus
ðñ òversitas
óndonesia,
ôípok,
õawa
öarat.
åekretariat program studi dan kegiatan akademik dilaksanakan di kompleks
ìakultas
æ ísehatan
îas
ïarakat,
֒dung
ì,
æampus
ðó,
ôípok, 16424,
õawa
öarat.
äenelitian
dilakukan pada bulan
õanuari 2012 sampai awal bulan
îaret 2012.
Ö× Öø
u
ù úâr
ûÛüÛ ÞÛßý ât
Ù Þâáâß þÿùãÛ ßp
u
ûÛ üÛôç
lam mengumpulkan data, penulis menggunakan data primer dan data
sekunder.
Ö× Ö× ûÛ üÛ á
r
Ýù âr
ôç
ta primer
ïang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
æ ✁ísioner
merupakan metode pengumpulan data secara langsung
ïang dilakukan dengan
mengajukan daftar pertan
ïaan kepada responden.
æ ✁ísioner
ïang telah disusun berisi
pertan
ïaan untuk mengukur semua variabel
ïang diteliti mengacu dari lima dimensi
å✂ë✄☎ð è✆,
ïaitu
✝✞✟ ✠✡☛ ☞✌,
✍ ✌☞✡ ✞☛ ✡ ☞✡✎y,
✍ ✌✏ ✑✒✟ ✏ ✡✓ ✌✟✌✏ ✏,
✔✏ ✏ ✕ ✖ ✞✟ ✗✌, dan
✘✙ ✑✞✎✚ ✛.
î
enurut
ðêar
✜2005
✢, jumlah responden dapat ditentukan berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan rumus
ålovin:
n =
æ í
terangan:
n
✣ukuran contoh
✤ ✣ukuran populasi
31
✥
opulasi
✦ang digunakan ialah mahasiswa aktif periode 2010/2011, periode
2011/2012, dan alumni 2011 sesuai data mahasiswa
✥✧ ★✩✪ ✧ ✫★ ✬ ✭ ✮dalam
lampiran 4.
✯✰ ✱al populasi adalah 237 orang
✦ang terbagi dalam kategori sebagai
berikut:
✲ ✳ ✴✵✶✷✸✹✺✻
u
✶✳ ✼ ✽ ✾✳ ✿✳s
✽✳sw
❀❁❂❃❄❀ ✾❅❆✩❇❈
katan
✩❉ ✱if
❊ulus
❋✰ ❇●ktif
✯✰ ✱al
✬
ahasiswa
✩❇gkatan 2010/2011
78
31
17
126
✬
ahasiswa
✩❇gkatan 2011/2012
128
0
6
134
✯✰✱
al
✬ahasiswa
206
31
23
260
✯✰✱
al
✥opulasi
237
✥
erhitungan menggunakan rumus
✧lovin adalah sebagai berikut:
n =
237
1 + 237( 0,1)
= 70,32 ≈ 71 responden
❍
adi, jumlah responden
✦ang diambil minimal 71 responden.
✩❉●n tetapi,
dalam penelitian ini, responden
✦ang digunakan seban
✦ak 80 responden.
■●l ini
dilakukan untuk menghindari terjadin
✦a ketidaklengkapan pengisian kuesioner
sehingga tidak dapat dimasukkan sebagai data penelitian.
✯eknik pengambilan
sampel adalah dengan
❏❑❑ ▲▼◆❖ P❏ ◗❘❏ ❙❚ ◗▲❖ ❯atau
❑ ❱❖ ❲◆❖▲◆❖❑◆ ❘❏ ❙❚ ◗▲❖ ❯✦ang termasuk
teknik
❖ ❱❖-
❚❳❱❨❏❨▲◗▲P❩ ❘❏❙❚◗▲❖ ❯.
✥emilihan teknik
❘❏❙❚◗▲❖❯ini dikarenakan
keterbatasan waktu dan dana penelitian.
✥engambilan data melalui kuesioner
dilakukan pada saat menemui mahasiswa angkatan 2011/2012
✦ang sedang
menunggu perkuliahan
✥✧ ★✩✪ ✧ ✫★✬ ✭ ✮dimulai.
✧ementara untuk mahasiswa
2010/2011
✦ang sedang men
✦usun tesis dan alumni 2011
✦ang sudah sulit ditemui di
kampus
✭ ✮❬❭pok, pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner
❱❖◗▲❖◆.
32
1.
❪ ❫❴❵❴❛ ❜, merupakan upa
❝a untuk melakukan pengecekan terhadap semua data
❝ang terkumpul, melakukan pemeriksaan kelengkapan data.
❞engecekan
dilakukan juga pada isian kuesioner, apakah jawaban
❝ang ada dalam kuesioner
telah lengkap dan jelas.
2.
❡❢ ❣ ❤✐❥ ❥❴❛ ❜❦merupakan kegiatan memasukkan semua isian kuesioner ke dalam
program komputer,
❝aitu
❧❴❤❢ ❣ ❥❣ ♠❵ ❪♥ ❤✐♦dan
♣❡ ♣♣untuk diproses sehingga
dapat dilakukan analisis.
3.
q♦ ✐r❛❴❛❜❦merupakan kegiatan pengecekan kembali data
❝ang telah dimasukkan
dengan maksud memeriksa kesalahan
❝ang mungkin terjadi.
❞roses
❤♦ ✐r❛❴ ❛ ❜juga
dilakukan untuk mengecek konsistensi jawaban pengisian kuesioner pada
pertan
❝aan
❝ang negatif dan positif.
st st ✉ ✈✇① ✇② ③④
u
⑤⑥③r
⑦⑧
ta sekunder
❝ang digunakan adalah data
❝ang diperoleh melalui laporan
tahunan
❞ ⑨ ⑩❶ ❷ ⑨ ❸⑩ ❹ ❺❻tahun 2011 dan 2012, serta studi kepustakaan.
⑨tudi
kepustakaan merupakan metode pengumpulan data dengan cara mempelajari
literatur-literatur
❝ang relevan dengan penelitian guna memperoleh gambaran teoritis
mengenai konsep kepuasan mahasiswa dan kualitas pela
❝anan pendidikan.
st❼ ❽③⑤❾ ❿➀✇➁✇⑤⑥✇⑤➂ ⑤✇➀ ➃
s
➃s
✈✇① ✇❺➄➅
uk mencapai tujuan
❝ang ditetapkan, maka penelitian ini dilakukan dengan
teknik analisis uji instrumen penelitian, uji normalitas, analisis univariat, dan analisis
bivariat
❝ang dibantu dengan software pengolah data
❧❴❤❢ ❣❥❣ ♠❵ ❪♥ ❤ ✐♦dan
⑨❞ ⑨⑨ ➆♣❵ r❵❴❥❵❴❤r♦❡❢ ❣❫➇❤❵r❛ ❫♣✐❢➈❴❤✐♣❣ ♦➇❵❴❣❛❥➉♠❣❢➊❴❛❫❣➋❥➈✐❢13.
st❼t ➌ ➍➎➃➏✇➀ ➃⑥➃
t
✇②33
diperoleh data
➐ang representatif dalam penelitian.
➑uatu instrumen pengukur
dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur sesuai dengan
➐ang
diharapkan oleh peneliti
➒➓ndriantoro dan
➑upomo, 2002
➔.
→➣ ↔uk menguji validitas
alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur
secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor
total
➐ang merupakan jumlah setiap skor butir, dengan rumus
↕➙➛ ➜➝ ➞ ➟ ↕➜➞ ➠ ➡➢➤ ➥➞➦➙➟➤ ➒➧erbin, 2005
➔.
➨➩liditas
➐ang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas empiris.
➫enurut
➭➯➲gi
➐antoro
➒2009
➔bahwa
➨aliditas empiris biasan
➐a
menggunakan teknis statistik,
➐aitu analisis korelasi
. Untuk menguji validitas
empiris menggunakan teknik korelasi
➳➜➞ ➠ ➡➢➤ ➦➞➦➙ ➟➤adapun perumusannya sebagai
berikut:
r
=
( ∑
) − ( ∑ ∑ )
( ∑
− ( ∑ ) ) − ( ∑
− ( ∑ ) )
Keterangan:
rxy
= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel yang dikorelasikan
n
= Jumlah responden
x
= Skor item tes
34
➵➸➺
uk menginterprestasikan koefisien korelasi
➻ang telah diperoleh adalah
dengan melihat tabel nilai
➼ ➽➼➾ ➚➪ ➶➹ ➘➾ ➘➴➷ ➹.
➵➸➺uk menginterprestasikan tingkat
validitasn
➻a, maka koefisien korelasin
➻a dikategorikan pada kriteria nilai berikut:
➬ ➮➱✃❐❒❮❰
r
Ï✃t
r
Ï➮ÐÏ❐ ➮ Ï❰Ñ✃ Ò Ïs
Ï✃Ó❰Ñ Ô✃❐ ➮Õ Ï ❰Ñ✃ Ò Ïs
Ï✃Ó❰Ñ Ô✃❐ ➮Õ Ï ❰Ïr
✃t
Ï➮r
ÐÏ❐ ➮ Ï0,8
1
Sangat Tinggi
0,6
0,8
Tinggi
0,4
0,6
Sedang
0,2
0,4
Rendah
0
0,1
Sangat Rendah
Setelah diperoleh hasil validitas tersebut kemudian diuji juga tingkat
signifikansinya dengan menggunakan rumus:
t
=
( − 2)
( 1 −
)
Nilai t hitung kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel dengan taraf
signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n-2. Apabila t hitung > t tabel,
berarti korelasi tersebut signifikan atau berarti.
Ö❮ ❒❮× ØÙÏÚ✃❐ Ï➮➱ Ï❐ Ï
t
➮ÕReliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Kuncoro (2009) menyatakan
reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala pengukuran).
Kuesioner yang
➼➴ÛÜÝ ÞÛ➴adalah kuesioner yang jika dicoba ulang pada kelompok
yang sama akan menghasilkan data yang sama. Untuk mengukur reliabilitas alat ukur
35
=
1 −
∑
äå
terangan:
r
11
æreliabilitas instrumen
k
æban
çak butir pertan
çaan
æ
varians total
σ
æjumlah varians butir
èé
lai ragam dapat dicari dengan rumus:
σ2 =
∑
(∑
)
äå
terangan:
2
æ
ragam
n
æêumlah contoh
ëresponden
ìX
= Nilai skor yang dipilih
Reliabilitas variabel dikatakan baik apabila memiliki nilai
í î ïð ñò óôõö ÷øùôòlebih dari 0,60 (Jogiyanto, 2008).
úû üû úýþÿ ✁ ✂✄ ☎✆ÿ
t
☎✝Menurut Priyatno (2010), tujuan uji normalitas untuk mengetahui distribusi
data normal atau tidak normal. Metode yang digunakan adalah metode
Kolmogrof-Smirnov yaitu dengan persyaratan jika nilai signifikan lebih besar dari = 0.05 maka
data tersebut normal. Uji normalitas adalah suatu pengujian yang digunakan untuk
menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Jika signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi datanya adalah tidak
36
b.
✞ika signifikansi atau nilai probabilitas
✟0,05 maka distribusi datan
✠a adalah
normal.
✡☛ ☞☛ ☞✌✍✎✏✑✑
s
s
✒✍✑ ✓ ✎✔✑ ✎✕✖
enelitian analisis univariat dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dari
hasil penelitian.
✗✘✙lisis univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil
pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi
informasi
✠ang berguna.
✖eringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel,
atau grafik.
✚alam penelitian ini digunakan ukuran statistik untuk menjelaskan
distribusi frekuensi data
✠ang didapatkan.
✚✙lam penelitian ini, dilakukan analisis
univariat uji beda, tingkat kesesuaian kepuasan mahasiswa, kesenjangan ken
✠ataan
dan harapan, dan pemetaan prioritas dengan
✛✜✢ ✣✤ ✥✦ ✧★✩-
✪✩✤ ✫ ✣✤ ✜✦✧★✩✬ ✧✦ ✭✮✯ ✰✯.
✡☛ ☞☛✱✌✍✎✏✑✑
s
s
✲✑ ✓✎ ✔✑ ✎✕✗
nalisis bivariat menggunakan tabel silang untuk men
✠oroti dan menganalisis
hubungan antara dua variabel.
✳enguji ada tidakn
✠a hubungan antara variabel
karakteristik responden
✴jenis kelamin, pekerjaan, sumber dana
✵✖✖, dan
✯✣★✰ ✣-✩★ ✣ ✧✣✜✰★ ✯ ✥✦✥ ✶✯ ✴ ✵✷ ✵✸✸
dengan penilaian kualitas pela
✠anan pendidikan
✖✵ ✹✗✺ ✵ ✻✹ ✳ ✼✽.
✚✙lam analisis bivariat ini digunakan analisis
✾ ✿✰ ❀ ❁ ✶✦✤ ✩ ✴✹ai
✹uadrat
✸dengan
✾ ✣ ✧✫✰❂✩ ✧★✩✛✧✥✩✤❃✦ ✭✴❄✽✸95%.
✖
roses pengujian
✾ ✿✰ ❀ ❁ ✶✦✤ ✩adalah membandingkan frekuensi
✠ang terjadi
✴observasi
✸dengan frekuensi harapan
✴ekspektasi
✸.
❅ila nilai frekuensi observasi
dengan nilai frekuensi harapan sama, maka tidak ada perbedaan
✠ang bermakna
✴signifikan
✸.
✵ebalikn
✠a bila nilai frekuensi observasi dan nilai frekuensi harapan
berbeda, maka dikatakan ada perbedaan
✠ang bermakna.
37
❇
ilai
❈ ❉❊ ❋ ●❍ ■❏❑jika dihitung dengan manual atau kalkulator, maka digunakan
rumus
❈ ❉❊ ❋●❍ ■ ❏❑seperti
▲ang ditampilkan di bawah ini:
=
( O − E )
E
▼
eterangan:
◆ ❖ ❇P
lai observasi
k
❖◗umlah kolom
❘ ❖❇P
lai ekspektasi
❙harapan
❚b
❖◗umlah baris
❯umber:
❯udjana
❙1996
❚❱
asil uji
❈ ❉❊❋●❍ ■ ❏❑han
▲a dapat men
▲impulkan ada atau tidakn
▲a perbedaan
proporsi antar kelompok atau dengan kata lain kita han
▲a dapat men
▲impulkan ada
atau tidakn
▲a hubungan dua variabel kategorik.
❲ntuk mengetahui derajat hubungan
antara dua variabel kategorik, dikenal ukuran
❳❨❨ ❩Ratio
❙◆❬❚.
❭❪❫❪ ❴❵❛❜❝❞❞
s
s
❡❢s
❢❛ ❣ ❜❛ ❤❜❛❡❢❛ ✐ ❜❥ ❜❜❛❦ ❜❛❧ ❜r
❜♠❜❛38
✉
enurut
✈arasuraman
✇1991
①, kesenjangan atau gap
②③④ ⑤⑥⑦⑧⑨dapat
ditentukan berdasarkan tiga metode:
1.
⑧⑩❶lisis gap per item
✇misaln
❷a atribut
❸❹n
❷ataan
✇❸①1 -
❺❶rapan
✇❺①1,
❸2-
❺2
...
❸35
H 35)
2. Analisis gap per dimensi (misalnya (K 1 + K 2 + K 3 + K 4) / 4 - (H 1 + H 2 + H 3
+ H 4) / 4)
3. Perhitungan ukuran tunggal keseluruhan kualitas layanan (misalnya (K 1 + K 2 +
K 3 · · · + K 35) / 35] - [(H 1 + H 2 + H 3 · · · + H 35) / 35).
Untuk tujuan studi ini, ketiga metode untuk menentukan kesenjangan tersebut
digunakan.
❻❼❽❼ ❾ ❿➀➁ ➂➃
s
➃s
➄➅s
➅su
➁ ➃➁ ➀➄➅➁ ➆➁ ➀p
u
➇➁ ➈➁ ➆ ➃➉➁s
Dalam penentuan kualitas pelayanan PS KARS FKM UI dari sisi mahasiswa
dilakukan dengan menghitung tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kualitas
pelayanan pendidikan. Pengukuran tingkat kepuasan terhadap kualitas pelayanan
pendidikan PS KARS FKM UI dilakukan dengan melakukan perbandingan antara
kenyataan atas layanan yang diterima dengan harapannya. Hal ini dinilai
mencerminkan kualitas pelayanan PS KARS FKM UI dalam bentuk persen
kesesuaian.
Untuk mendapatkan skor kenyataan pelayanan yang diterima dan harapan
terhadap pelayanan yang diinginkan dilakukan dengan menggunakan rumusan
sebagai berikut:
39
➊➋
terangan:
➌ ➍➎
ngkat kesesuaian kepuasan mahasiswa terhadap pela
➏anan pendidikan
➐➑➊➒➓ ➑➔➊→➣↔➌ ➑
kor ken
➏ataan la
➏anan
➌ ➑kor harapan
➣↕➙
uk menghitung skor rata-rata mutu pela
➏anan
➐➑ ➊➒➓ ➑ ➔➊→ ➣ ↔digunakan rumus sebagai berikut:
=
∑
dan
=
∑
➊➋
terangan:
➌ ➑
kor rata-rata harapan
➌ ➑
kor rata-rata ken
➏ataan la
➏anan
➌ ➛umlah responden
➜➝➞➝ ➟ ➠➡ ➢➤➥➦➧➨➥➩➫➧ ➭➧ ➧➩➦➧ ➩ ➯➧➲➧ ➳➧ ➩
40
❮❰
lam penelitian ini digunakan
ÏÐi
Ñeda
Ò-
ÓÔ ÕÖ ×Øuntuk menentukan ada atau
tidakn
Ùa perbedaan rata-rata dua sampel bebas.
❮Ú ❰sampel
Ùang dimaksud adalah
sampel
Ùang sama namun mengalami proses pengukuran atau perlakuan
Ùang
berbeda.
ÏÐi ini dirumuskan sebagai berikut:
t
=
d
S / √ n
ÛÜÝÜ Þ
Importance-Performance Analysis
Ïßà
uk dapat melakukan usaha peningkatan/perbaikan kualitas pela
Ùanan
pendidikan program studi
Ùang berkelanjutan dibutuhkan data akan pengukuran
efektivitas strategi pela
Ùanan
Ùang memuaskan dan bagaimana kegiatan pela
Ùanan
tersebut berjalan.
❮ángan pengukuran ini akan membuat visi menjadi lebih spesifik,
konkret, dan lebih dapat dicapai.
❮ángan adan
Ùa data, peningkatan kualitas dapat
dibuat dengan melakukan perubahan dan kegiatan baru dengan tujuan
Ùang jelas.
Ïßàuk dapat menilai dan memperbaiki strategi
Ùang mendorong ke arah perbaikan
kualitas pela
Ùanan pendidikan harus mempun
Ùai akses
Ùang sistematis dari berbagai
sumber
Ùang dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif.
Yang penting di sini
adalah bahwa pengukuran aktivitas harus berfokus pada penilaian pelanggan
ÜDalam
penilaian kepuasan akan memberikan kesempatan berbagai pihak untuk menentukan
41
âã
mbar 6.
äåæ çè éêë ìíPerformance (Satisfaction) Matrix of Service Factors
î ïeebov, 2003
ðñã
lam pembuatan
Importance Performance Matrix, pertama kita harus
menentukan terlebih dahulu, atribut pela
òanan apa
òang dinilai penting bagi
mahasiswa sebagai
customer, kemudian mengukur atribut tersebut dalam pelaksanaan
pela
òanan pendidikan
òang diberikan.
óadi di sini persepsi pelanggan akan kualitas
pela
òanan menjadi hal sangat penting
î ïeebov, 1991
ð.
ôõ ö÷
ep
Importance-Performance Matrix
sebenarn
òa berasal dari konsep
øùú ûüýþ ï.
ÿntin
òa, tingkat kepentingan pelanggan
îcustomer expectation
ðdiukur
dalam kaitann
òa dengan apa
òang seharusn
òa dikerjakan oleh perusahaan agar
menghasilkan produk jasa
òang berkualitas tinggi.
âã
mbar 6 menunjukkan tingkatan hubungan antara
ôpentingan
îImportance
ðatribut
òang dinilai dengan
✁erforma
îPerformance
ðatau
ôepuasan
îSatisfaction
ðdari
atribut
òang dinilai pelanggan tersebut.
ø
umbu X adalah untuk memplot tingkatan dari persepsi terhadap
Performance or
Satisfaction
sedangkan sumbu Y adalah untuk memplot tingkatan harapan dari
42
✂✄
ri berbagai persepsi tingkat kepentingan pelanggan, kita dapat merumuskan
tingkat kepentingan
☎ang paling dominan.
✂ ✆harapkan dengan memakai konsep
tingkat kepentingan ini kita dapat menangkap persepsi
☎ang lebih jelas mengenai
pentingn
☎a variabel tersebut dimata pelanggan.
✝elanjutn
☎a kita dapat mengkaitkan
pentingn
☎a variabel ini dengan ken
☎ataan
☎ang dirasakan pelanggan.
✂✄
ri beberapa plot
☎ang didapatkan akan menggiring kita untuk identifikasi
prioritas
☎ang akan membantu dalam proses peningkatan mutu pela
☎anan.
✞akna dari
kuadran-kuadran tersebut adalah
✟✠eebov, 1993
✡:
1.
☛☞✄dran
✌✌
ni adalah wila
☎ah
☎ang memuat faktor-faktor
☎ang memiliki nilai harapan
tinggi dari sudut pandang pelanggan tetapi pada ken
☎ataann
☎a ken
☎ataan
☎ang
diperoleh masih sangat rendah.
✍ariabel-variabel masuk dalam kuadran ini harus
ditingkatkan dengan cara perusahaan tetap berkonsentrasi pada kuadran ini.
2.
☛☞✄dran
✌✌✌
ni adalah wila
☎ah
☎ang memuat faktor-faktor
☎ang memiliki nilai harapan
tinggi dari sudut pandang pelanggan dan dalam ken
☎ataan pelanggan, pela
☎anan
☎ang didapat sudah sesuai dengan
☎ang diharapkan.
✍✄riabel-variabel
☎ang termasuk
dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan, karena variabel ini
☎ang menjadikan
produk tersebut memiliki keunggulan di mata pelanggan.
3.
☛☞✄dran
✌✌✌43
4.
✎✏✑dran
✒✓IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum PS KARS FKM UI
4.1.1
Profil PS KARS FKM UI
✘✙ ✚✛✜ ✢ ✛✣✤✥ ✦ ✘✧★ ✛✩✛ ✪✛✜ ✢ ✙✛✥✙ ✫✬ ✭✛ ✮✤✢ ✛✢✤ ✯✛ ✮ ✭ ✚✰ ✚✱✙ ✮✯✛✤ ✣ ✛✬✛✣ ✥✰✬✤✢ ✥✤✣ ✢ ✱✰✢ ✤ ✲✤✣✯✛✤✥✙✢ ✙ ✛✥✙✫✬ ✭✛ ✮✤✢ ✛✢ ✤✱✛✩✛✥✣ ✛✬ ✯✛✩ ✛ ✮✱✛✩ ✛✥✚ ✫✩ ✛ ✪✯✛✮✭✚✰ ✚✳✰✬✤✣ ✛ ✮✴✛✢ ✛ ✚✰✩✤✢ ✢ ✰✬✥✛ ✮ ✫✮✵✚✰✩✤✢ ✶ ✷ ✴✛ ✚ ✢ ✰✜ ✛✬✤✸ ✹✰ ✮✤✢ ✱✰ ✪✛ ✯✛ ✮✛ ✮ ✯✛ ✮✭ ✩✤ ✳✰✬✤✣ ✛ ✮ ✚✰ ✮✙✮✴✙ ✣✣ ✛ ✮✣ ✰ ✳✙ ✥✙✜ ✛ ✮✢ ✰ ✚✙ ✛ ✫✬ ✛ ✮✭✯✛ ✮ ✭✥✤✩✛✣ ✳✤✢ ✛ ✩ ✤✥✰ ✥✛ ✱✣✛ ✮✦✺✻ ✼✽✾ ✿❀❁✻★✩✛ ✮ ✢ ✰✬✤ ✮ ✭✣ ✛ ✪✤ ✚✰ ✮✯✛ ✮ ✭✣ ✙✥ ✜✤✩ ✙ ✱✵✚✛✥✤ ✢ ✰✢✰ ✫✬✛ ✮ ✭✸ ❂✰ ✪✤✜ ✛✥ ✣ ✛✬✛✣✥ ✰✬✤✢ ✥✤✣ ✫✬ ✭✛ ✮✤✢ ✛✢✤ ✬ ✙ ✚✛✜ ✢ ✛✣✤✥ ✥✰✬✢ ✰ ✳✙ ✥❃ ✚✛✣✛ ✣ ✙✛ ✪✤✥✛✢ ✚✛ ✮✛✴✰ ✚✰ ✮ ✬✙ ✚✛✜ ✢✛✣ ✤✥ ✯✛ ✮✭ ✚✙ ✚ ✱✙✮✤ ✚✰ ✮✴✛✩ ✤✢ ✛ ✪✛✜✢ ✛✥✙✢ ✯✛✬✛✥ ✙ ✥✛ ✚✛✸ ❄✰ ✮✤ ✮✭✣✛✥✛ ✮✰ ✲✤✢ ✤✰ ✮✢✤✩ ✛ ✮✰ ✲✰✣ ✥✤ ❅✤✥✛✢ ✱✰ ✮✭✰ ✪✫✪✛✛ ✮ ✢ ✙✚✳✰✬ ✩✛ ✯✛ ✦ ✲✤ ✮✛ ✮✢ ✤✛ ✪❃ ✥✰✣✮✫ ✪✫✭✤❃ ✩✛ ✮ ✥✰ ✮✛✭✛ ★ ✱✰✬✪✙ ✚✰ ✮✩ ✛ ✱✛✥ ✱✰✬ ✜✛✥✤✛ ✮ ✣ ✜✙ ✢✙ ✢ ✩ ✛ ✪✛ ✚✚✰ ✮ ✭✰ ✪✫✪✛✬✙ ✚✛✜✢✛✣ ✤✥✸
❂✰ ✚ ✱✰✬ ✥✤ ✚✳✛ ✮✭✣✛ ✮✣✰ ✳✙✥✙ ✜✛ ✮ ✱✰ ✮✤ ✮✭✣✛✥✛ ✮✣ ✙ ✛ ✪✤✥✛✢ ✢ ✙ ✚ ✳✰✬✩ ✛✯✛ ✚✛ ✮✙✢ ✤✛ ✩ ✛ ✪✛ ✚✱✰ ✮