• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Strategi Politik Pencitraan pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Strategi Politik Pencitraan pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN STRATEGI POLITIK PENCITRAAN PADA

PEMILIHAN KEPALA DAERAH

KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

TAUFIK FEBRI WIDIANTO

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Strategi Politik Pencitraan pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

TAUFIK FEBRI WIDIANTO. Kajian Strategi Politik Pencitraan pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara. Dibimbing oleh MUHAMMAD NUR AIDI dan I MADE SUMERTAJAYA.

Terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono pada Pemilihan Presiden 2004 dan Joko Widodo pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta yang didukung oleh partai non-penguasa menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih sosok figur kandidat dibanding partai pendukung kandidat. Kandidat harus mengetahui di segmen mana saja dia mendapat dukungan dan citra kepribadian apa yang melekat pada dirinya. Analisis CHAID menghasilkan 5 segmen dan terbagi atas pekerjaan, suku, dan pendapatan. Kandidat D sebagai petahana juga memiliki dukungan terbesar. Kandidat D dipilih karena dinilai memiliki kepribadian perhatian pada rakyat dan sebagian besar dipilih oleh pemilih yang bekerja sebagai petani dan lainnya. Masing-masing kandidat harus mempertahankan dukungan dari kalangan pendukung utamanya dan merebut dukungan dari kalangan pendukung kandidat lainnya. Kondisi ini adalah modal yang bagus bagi kandidat D dan menjadi kepribadian indikator bagi kandidat lain untuk merebut dukungan pemilih.

Kata kunci: analisis korespondensi, CHAID, pilkada, politik pencitraan ABSTRACT

TAUFIK FEBRI WIDIANTO. Study on Imaging Political Strategy in Southeast Minahasa Elections. Supervised by MUHAMMAD NUR AIDI and I MADE SUMERTAJAYA.

The election of Susilo Bambang Yudhoyono in the 2004 Presidential Election and Joko Widodo in Jakarta Local Election, supported by the non-ruling party, proving that people prefer a figure of candidate than the party supporters. Candidates should know in which segment he had the support and what image of the personality is attached to him. CHAID analysis produces 5 segments and divided by employment, ethnicity, and income variable. Candidate D as the incumbent also has the greatest support. Candidate D is assessed having the personality 'attention to people' and largely elected by voters who worked as a farmer and others. Each candidate have to maintain the support of the main voters and win the support of the other candidates voters. This condition is a great condition for candidate D and be a personality indicator for the other candidates to win electoral support.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika

pada

Departemen Statistika

KAJIAN STRATEGI POLITIK PENCITRAAN PADA

PEMILIHAN KEPALA DAERAH

KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

TAUFIK FEBRI WIDIANTO

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kajian Strategi Politik Pencitraan pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara

Nama : Taufik Febri Widianto NIM : G14090018

Disetujui oleh

Dr Ir Muhammad Nur Aidi, MS Pembimbing I

Dr Ir I Made Sumertajaya, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Hari Wijayanto, MSi Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah statistika dalam politik, dengan judul Kajian Strategi Politik Pencitraan pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Muhammad Nur Aidi, MS dan Bapak Dr Ir I Made Sumertajaya, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Arman Salam dan Bapak Setia Darma dari Lingkaran Survei Indonesia, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengumpulkan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman Statistika 46, Gentra Kaheman, dan Jamparing atas segala dukungannya. Tak lupa, penulis ucapkan terima kasih kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

ABSTRAK ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODOLOGI 2

Data 2

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Karakteristik Demografi Pemilih 7

Kondisi Umum Dukungan Pemilih terhadap Kandidat 10 Segmentasi Kondisi Dukungan Pemilih terhadap Kandidat dengan Analisis

CHAID 10

Citra Kepribadian Kandidat yang Melekat di Pemilih dengan Menggunakan

Analisis Korespondensi 12

Hubungan antara Dukungan kepada Kandidat dan Pekerjaan Pemilih 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 16

(10)

DAFTAR TABEL

1 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Pendapatan Pemilih 14 2 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Pendidikan Pemilih 14 3 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Jenis Kelamin Pemilih 15

DAFTAR GAMBAR

1 Tahapan Multistage Random Sampling 3

2 Tahapan Survei 3

3 Komposisi Pemilih berdasarkan Jenis Kelamin 7

4 Komposisi Pemilih berdasarkan Suku 8

5 Komposisi Pemilih berrdasarkan Kelompok Umur 8

6 Komposisi Pemilih berdasarkan Agama 8

7 Komposisi Pemilih berdasarkan Pendidikan 9

8 Komposisi Pemilih berdasarkan Pekerjaan 9

9 Komposisi Pemilih berdasarkan Tingkat Pendapatan 9

10 Kondisi Umum Dukungan Pemilih 10

11 Plot Hasil Analisis Korespondensi Kandidat dan Citra Kepribadian yang

Melekat pada Kandidat 13

12 Plot Hasil Analisis Korespondensi Kandidat dan Pekerjaan Pemilih 14 13 Komposisi Pemilih berdasarkan Pekerjaan Lainnya 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Distribusi Respon Pemilih Sebelum Dilakukan Penggabungan

Kategori Respon 17

2 Karakteristik Kandidat 19

3 Pohon Klasifikasi Analisis CHAID 20

4 Karakteristik Segmentasi Hasil Analisis CHAID 21 5 Nilai Inersia Hasil Analisis Korespondensi antara Kandidat dengan

Kepribadian 21

6 Nilai Inersia Hasil Analisis Korespondensi antara Kandidat dengan

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tahun 2004 adalah tahun yang sangat bersejarah karena pada tahun inilah pemilu yang dipilih oleh rakyat Indonesia secara langsung pertama kali diadakan. Seluruh rakyat Indonesia mempunyai hak pilih untuk memilih pemimpin sesuai pilihan mereka. Pemilihan umum langsung menempatkan rakyat sebagai penilai utama bagi setiap kandidat yang akan mencalonkan diri menjadi pemimpin. Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2004 dan 2009 serta Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2012 memperlihatkan melemahnya keterkaitan pemilih dengan partai dan menguatnya personalisasi politik kandidat. Pada Pilpres 2004, pemilih lebih memandang figur Susilo Bambang Yudhoyono dibandingkan partai pengusung (Partai Demokrat) yang pada waktu itu hanya memperoleh 57 kursi dari 550 kursi di DPR (10.36%), sedangkan pada Pilpres 2009 walaupun Partai Demokrat memperoleh kenaikan kursi menjadi 148 kursi dari 560 kursi di DPR (24.43%) dan berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Persatuan Pembangunan tetapi figur Susilo Bambang Yudhoyono sebagai petahana terlalu kuat di mata pemilih, bahkan melebihi kekuatan dari koalisi parpol pengusungnya (Pradhanawati, 2011). Pada Pilgub Jakarta 2012, pasangan Joko Widodo-Basuki Cahaya Purnama yang didukung hanya dua partai politik, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra (20% dari jumlah kursi DPRD DKI Jakarta) ternyata mampu mengungguli pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang memiliki dukungan dari beberapa partai besar pemilik 80% kursi DPRD DKI Jakarta. Fenomena ini lekat hubungannya dengan politik pencitraan. Politik pencitraan fokus kepada upaya sumber pesan (kandidat) menumbuhkan partisipasi politik pemilih untuk memberikan pilihan pada dirinya. Umumnya, kandidat mencitrakan dirinya dengan kepribadian yang mampu menarik hati rakyat. Dukungan partai tidak lagi menjadi jaminan bagi seorang kandidat untuk memenangkan pemilu jika dia kalah dalam pertarungan politik pencitraan. Pemilihan strategi politik pencitraan yang sesuai dengan kondisi masyarakat dapat memperbesar peluang kemenangan kandidat.

Perumusan Masalah

Sistem pemilihan umum langsung menempatkan kepopuleran dan pencitraan kandidat di masyarakat sebagai salah satu syarat utama memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah (pilkada). Kandidat yang populer dan memiliki citra yang baik cenderung memiliki peluang kemenangan lebih besar.

(12)

2

kandidat bisa menyusun strategi yang tepat sasaran serta memperbesar peluang kemenangan di pilkada.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui segmentasi masyarakat terhadap masing-masing kandidat di Kabupaten Minahasa Tenggara.

2. Mengetahui preferensi masyarakat di Kabupaten Minahasa Tenggara terhadap kepribadian kandidat.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran kondisi popularitas dan dukungan pemilih terhadap masing-masing kandidat.

2. Memberikan gambaran kondisi citra kepribadian yang melekat pada kandidat.

METODOLOGI

Data

Kabupaten Minahasa Tenggara ditetapkan sebagai daerah otonomi yang baru berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2007. Kabupaten Minahasa Tenggara terdiri dari 12 kecamatan, 9 kelurahan, 135 desa dan memiliki jumlah penduduk sebanyak 106,315 jiwa (Permendagri Nomor 66 Tahun 2011).

Data yang digunakan merupakan data primer dari hasil Survei Sosial Kemasyarakatan Kabupaten Minahasa Tenggara Provinsi Sulawesi Utara yang dilakukan oleh salah satu konsultan politik pada bulan Februari 2013. Survei ini merupakan survei pendahuluan yang biasanya diikuti lagi oleh beberapa survei mendekati waktu pemilihan. Responden yang diwawancarai adalah pemilih berkewarganegaraan Indonesia yang sudah memiliki hak pilih yaitu memenuhi syarat berusia minimal 17 tahun atau sudah/pernah menikah (Marbun, 2012). Rumus penentuan jumlah sampel seperti tertera di bawah ini (Scheaffer et al., 1990).

� = �

�− �24+ = −

dengan : n : Jumlah sampel responden. N : Jumlah populasi.

p : Peluang pemilih yang memilih. q : Peluang pemilih yang tidak memilih. B : Bound of error.

Pengumpulan data dilakukan di semua kecamatan di Kabupaten Minahasa Tenggara dengan survei tatap muka langsung (wawancara). Sampel yang diambil sebanyak 440 responden dengan bound of error sebesar 4.8%. Asumsinya adalah peluang p sebesar 0.5 dan bound of error 4.8%. Jumlah sampel sebanyak 440 responden ini juga dinilai sudah ideal dari segi biaya survei.

(13)

3 10 orang responden yang diwawancara pada masing-masing desa sehingga total desa yang terpilih adalah sebanyak 44 desa. Jumlah desa yang terpilih pada tiap kecamatan ditentukan berdasarkan proporsi jumlah penduduk di kecamatan tersebut dengan total jumlah penduduk di Kabupaten Minahasa Tenggara. Setelah jumlah desa yang harus disurvei diketahui, penentuan desa mana saja yang terpilih menggunakan teknik systematic random sampling.

Penentuan Rukun Tetangga dan penentuan Keluarga di desa terpilih menggunakan metode Simple Random Sampling. Sampling frame Rukun Tetangga (RT) terdapat di kantor Kepala Desa dan Sampling frame Keluarga terdapat di ketua RT. Penentuan responden di dalam Keluarga terpilih juga menggunakan metode Simple Random Sampling yang dipadukan dengan metode Kishgrid dalam pengacakan. Pada dasarnya, keseluruhan metode ini bisa disebut dengan Multi Stage Random Sampling.

Peneliti terlibat langsung dalam proses pengumpulan data di kabupaten Minahasa Tenggara sebagai Supervisor Survei. Tugas utama supervisor adalah mengawasi dan memastikan survei berjalan sesuai dengan prosedur. Supervisor juga bertanggung jawab terhadap data yang dikumpulkan. Tugas-tugas utama supervisor terbagi kembali menjadi 4 kegiatan.

Workshop adalah kegiatan perekrutan dan pembekalan materi kepada surveyor. Supervisor memberikan materi teknis survei, memberikan solusi apabila terjadi masalah di lapangan, dan menjelaskan berbagai aspek legal dari survei.

Witness dilakukan saat surveyor mengumpulkan data di lapangan. Supervisor membuat daftar beberapa surveyor yang dipilih secara acak. Surveyor ini akan

(14)

4

dicek langsung keberadaan dia di lapangan dan kebenaran dia melakukan pengumpulan data. Surveyor akan dilihat teknik dia mewawancarai, cara dia mengacak responden terpilih, dan pengecekan kuesioner hasil wawancara. Apabila terdapat kejanggalan, surveyor akan langsung ditindak sesuai prosedur.

Verifikasi data dilakukan setelah data masuk ke tim daerah. Semua kuesioner dicek satu persatu untuk memastikan tidak ada pertanyaan yang terlewat dan tidak ada kejanggalan. Surveyor yang tidak masuk dalam daftar witness juga akan ditanyakan mengenai teknik pengacakan. Apabila terdapat kekeliruan, surveyor harus kembali ke lapangan untuk kembali melakukan pengumpulan data.

Spotcheck adalah kegiatan pengecekan langsung hasil wawancara di lapangan. Spotcheck dilakukan ketika verifikasi data berlangsung. Tim membawa beberapa kuesioner dan mendatangi kembali responden untuk menanyakan beberapa pertanyaan dan mengecek jawaban dari responden. Spotcheck bertujuan mengecek keabsahan surveyor melakukan pengumpulan data.

Analisis Data

Analisis data dilakukan pada peubah demografi, kepribadian kandidat yang dijadikan pertimbangan pemilih dalam memilih, dan kandidat. Peubah demografi terbagi kembali menjadi peubah jenis kelamin, kelompok umur, suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Kepribadian kandidat terdiri dari kategori pintar, berwibawa, jujur, perhatian pada rakyat, taat beragama, dan lainnya. Kandidat yang diprediksi akan maju dalam Pilkada terdiri dari 6 kandidat.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, CHAID dan analisis korespondensi. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik demografi responden. Analisis CHAID digunakan untuk melakukan segmentasi. Sementara analisis korespondensi digunakan untuk melihat citra yang melekat pada kandidat dan untuk melihat kandidat cenderung dipilih oleh kalangan pekerjaan mana saja. Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Melakukan eksplorasi data dan melakukan penggabungan kategori respon pada beberapa peubah apabila persentase respon kurang dari 5% dan atau ada kemiripan karakteristik respon tersebut dengan respon lain. Distribusi respon pemilih yang belum dilakukan penggabungan kategori respon dapat dilihat pada lampiran 1.

2. Melakukan analisis deskriptif untuk melihat profil demografi responden. 3. Melakukan pengklasifikasian dengan analisis CHAID antara peubah-peubah

demografi dengan kandidat. Salah satu kegunaan dari metode klasifikasi berstruktur pohon seperti CHAID adalah untuk segmentasi. Di antara kelebihan dari metode berstruktur pohon adalah dapat menghasilkan grafik pohon yang mudah diinterpretasikan, sifatnya yang fleksibel, non-parametrik dan nonlinear. Tahapan analisis CHAID adalah (Faridhan et al. 2006) :

a. Penggabungan (merging).

(15)

5 2) Membandingkan �2 dengan ��2 yang telah ditentukan sebelumnya untuk setiap penduga X. Jika �2 < ��2, maka pasangan ini akan digabung ke dalam satu kategori baru. Jika �2≥ ��2, maka diteruskan ke langkah 3. 3) Jika kategori gabungan terdiri dari tiga atau lebih kategori asal, maka dicari pemisah biner yang paling signifikan. Lalu nilai �2 terbesar akan dibandingkan dengan ��2, apabila �2 > ��2 maka kembali ke tahap 1. 4) Menghitung �2* untuk gugus kategori X dan kategori Y dengan

menggunakan koreksi Bonferroni apabila ada peubah yang tereduksi. Pengali untuk masing-masing tipe peubah adalah berbeda. Pengali untuk masing-masing peubah adalah sebagai berikut (Kass, 1979) : a) Peubah Monotonik

Peubah monotonik adalah peubah yang kategorinya berskala ordinal. Pengali Bonferroni-nya adalah :

= −

b) Peubah Bebas

Peubah bebas adalah peubah yang kategorinya berskala nominal. Pengali Bonferroni-nya adalah:

Peubah mengambang adalah peubah yang salah satu kategorinya belum bisa dipastikan termasuk ke dalam skala apa. Pengali

�2, simpul dipisah berdasarkan gugus kategori X.

2) Jika �2* < ��2, simpul tidak dipisah dan simpul tersebut merupakan simpul akhir.

c. Penghentian (stopping).

Penghentian dilakukan apabila memenuhi kriteria-kriteria berikut :

1) Jika pohon yang terbentuk telah mencapai batas nilai maksimum dari spesifikasi, maka proses pertumbuhan akan berhenti.

2) Jika ukuran dari anak simpul kurang dari nilai ukuran anak simpul minimum spesifikasi, atau berisi pengamatan-pengamatan dengan banyak yang terlalu sedikit maka simpul tidak akan dipisah.

(16)

6

(Darmawan, 2009). Selain itu, menurut Mattjik dan Sumertajaya (2011) analisis korespondensi juga bisa digunakan untuk menentukan kemungkinan hubungan antara dua gugus peubah. Prosedur pengolahan data dengan analisis korespondensi adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya, 2011) :

a. Menentukan tabel kontingensi dua arah dengan tabulasi silang baik kategori baris maupun kategori kolom. Berdasarkan tabulasi silang ini, bisa diperoleh informasi :

n = jumlah data atau total jumlah frekuensi matriks data 3) Vektor baris:

b. Menentukan profil baris dan profil kolom. Matriks profil baris :

Untuk menampilkan profil baris dan profil kolom ke dalam ruang dimensi Euclid yang berdimensi dua digunakan pendekatan jarak Chi-Square, yaitu :

� = � ∑ .

=

dengan

= − � −

c. Menguraikan nilai singular.

Penguraian nilai singular diperlukan untuk mereduksi dimensi data berdasarkan keragaman data terbesar dengan mempertahankan informasi optimum. Matriks yang akan diuraikan nilai singularnya adalah :

� = ⁄ � − � ⁄

Penguraian nilai singular ini akan menghasilkan matriks aAm , matriks bBm ,

(17)

7 d. Menentukan GSVD (Generalized Singular Value Decomposition).

GSVD diperlukan untuk menentukan anak ruang Euclid dan memproyeksikan semua profil baris ke dalam anak ruang Euclid.

� − � = Λ

dengan :

� − = � dan � − = �

e. Menentukan koordinat baris dan kolom.

Koordinat matriks baris adalah k kolom pertama dari matriks :

= − Λ

Koordinat matriks baris adalah k kolom pertama dari matriks :

= − Λ

Plot antara dua kolom pertama matriks d dengan dua kolom pertama matriks G adalah plot simetrik.

f. Menentukan nilai inersia.

Inersia mempresentasikan semua informasi dalam seluruh ruang. Inersia total baris :

�� = ∑ . .− � − .−

Inersia total kolom :

�� = ∑ . ( . − )� − ( . − )

g. Membentuk plot dua dimensi berdasarkan matriks koordinat profil baris dan koordinat profil kolom.

5. Penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Demografi Pemilih

Pilkada yang diselenggarakan secara langsung menuntut para calon kandidat mengetahui profil pemilih di daerah pemilihan. Kandidat yang mengenal profil pemilih akan diuntungkan terutama dalam proses kampanye dan pemetaan dukungan. Deskripsi demografi dapat menggambarkan garis besar profil pemilih di Kabupaten Minahasa Tenggara. Karakteristik demografi yang dilihat adalah jenis kelamin, suku, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Jumlah pemilih yang terdaftar sebagai responden sebanyak 440 orang.

Gambar 3 Komposisi Pemilih berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki 50%

(18)

8

Berdasarkan Gambar 3, pemilih pada umumnya terdiri dari 50% laki-laki dan 50% perempuan. Kondisi ini menggambarkan jumlah pemilih laki-laki dan perempuan seimbang.

Pemilih pada umumnya berasal dari suku Minahasa dengan persentase sebesar 87.5% karena merupakan suku pribumi di Kabupaten Minahasa Tenggara. Kemudian diikuti oleh pemilih yang berasal dari suku lainnya dengan persentase sebesar 12.5%. Suku lainnya terdiri dari Jawa, Melayu, Sanger, Gorontalo, Bugis, Mongondow, Bolaang, dan lainnya.

Berdasarkan Gambar 5, usia pemilih pada umumnya sudah berusia tua (lebih dari 50 tahun) dengan persentase sebesar 37.7%. Kemudian diikuti oleh kelompok umur 17-29 tahun sebesar 20.9%. Pemilih dengan kelompok umur 30-39 tahun serta kelompok umur 40-49 tahun sama-sama memiliki persentase sebesar 20.7%.

Mayoritas pemilih memeluk agama Kristen Protestan dengan persentase sebesar 83%. Penduduk provinsi Sulawesi Utara memang mayoritas memeluk agama Kristen Protestan.

Gambar 6 Komposisi Pemilih berdasarkan Agama Kristen Protestan 83.0%

Islam 13.6% Lainnya 3.4%

Gambar 5 Komposisi Pemilih berdasarkan Kelompok Umur 17-29 tahun

20.9%

30-39 tahun 20.7%

40-49 tahun 20.7% >50 tahun 37.7%

Gambar 4 Komposisi Pemilih berdasarkan Suku Minahasa

(19)

9

Pemilih umumnya masih berpendidikan rendah (tidak sekolah, tidak menyelesaikan pendidikan SD, atau lulus pendidikan SD) dengan persentase sebesar 39.3%. Sementara pemilih yang mampu mencapai jenjang perguruan tinggi masih sangat sedikit (8%).

Sebagian besar pemilih bekerja sebagai petani (39.8%). Sedangkan pemilih yang bekerja di bidang lainnya (pelajar, belum bekerja, dan ibu rumah tangga) sebesar 37%. Pemilih yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS, guru, dan pensiunan PNS) memiliki persentase paling kecil sebesar 7%.

Pemilih umumnya berpendapatan rendah (kurang dari Rp 1.000.000) dengan persentase sebesar 48.6%. Lalu diikuti pemilih berpendapatan di antara Rp 1.000.000 sampai Rp 2.000.000 dengan persentase sebanyak 35.2%. Pemilih yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 2.000.000 memiliki persentase terkecil yaitu sebesar 16.1%.

Gambar 8 Komposisi Pemilih berdasarkan Pekerjaan Petani

Gambar 7 Komposisi Pemilih berdasarkan Pendidikan SD

Gambar 9 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan < Rp 1 juta

48.6%

Rp 1 juta - Rp 1,99 juta 35.2% >= Rp 2 juta

(20)

10

Kondisi Umum Dukungan Pemilih terhadap Kandidat

Berdasarkan Gambar 10, kandidat D memiliki dukungan paling besar (46.4%). Kandidat D memiliki latar belakang sebagai petahana (incumbent) yang sudah memiliki basis pendukung cukup kuat. Kandidat D juga dikenal memiliki kebijakan-kebijakan yang mendukung kalangan petani dan nelayan selama menjabat sebagai bupati. Kebijakan itu di antaranya pemberian beasiswa, pembagian benih, dan hibah perahu gratis.

Kandidat A memiliki dukungan terbanyak kedua (19.1%). Kandidat A dikenal sebagai pesaing terkuat bagi kandidat D dan merupakan Ketua Dewan Perwakilan Cabang salah satu partai oposisi yang berpengaruh kepada masyarakat di kabupaten Minahasa Tenggara. Dukungan yang mengalir ke kandidat A diperkirakan berasal dari loyalis partai tersebut.

Kandidat C memiliki dukungan terbanyak ketiga (11.1%). Kandidat C adalah salah satu tokoh masyarakat di Minahasa Tenggara dan merupakan figur sukses putra daerah yang berkiprah di pemerintahan tingkat provinsi. Kesuksesan kandidat C menjadi teladan bagi masyarakat dan diharapkan mampu membawa kesuksesannya ke daerah.

Dukungan terkecil diperoleh oleh kandidat B padahal dia merupakan wakil bupati petahana. Popularitas kandidat B sepertinya terkalahkan oleh kandidat D sebagai bupati petahana selama menjabat.

Kandidat lainnya adalah gabungan kandidat yang dipilih oleh pemilih namun jumlahnya kurang dari 5%. Kandidat Lainnya bisa dianggap sebagai calon suara yang hilang (golput) atau swing voters. Kandidat Lainnya memiliki persentase 8.9%. Jumlah ini cukup besar jika dibiarkan tidak memilih akibat calon yang mereka dukung tidak berhasil lolos. Kandidat yang cerdik akan memanfaatkan ini dengan mendekati pemilih agar suara berpindah ke kandidat tersebut.

Swing voters adalah pemilih yang belum menentukan pilihan. Kandidat yang bisa meraih dukungan pada swing voters memiliki peluang yang baik untuk menambah suara. Swing voters memiliki persentase sebesar 7.5%. Jumlah ini akan sangat membantu terutama apabila hasil perhitungan suara antar kandidat memiliki perbedaan yang sangat tipis.

Segmentasi Kondisi Dukungan Pemilih terhadap Kandidat dengan Analisis CHAID

Melihat kondisi dukungan masyarakat dan popularitas dapat dilakukan melalui segmentasi menggunakan analisis CHAID. Segmentasi biasanya dilakukan

(21)

11 pada bidang pemasaran untuk melihat peta pasar produk di mata konsumen. Produsen bisa menentukan strategi pemasaran yang tepat agar produk diterima dan terjual dengan sukses.

Prinsip yang sama digunakan pada penelitian ini. Produk bisa dianalogikan dengan kandidat yang akan maju pada Pilkada. Kandidat perlu mengetahui di segmen apa saja dia unggul dan di segmen mana dia kalah sehingga kandidat bisa membuat strategi yang tepat sasaran.

Terdapat 6 orang yang diprediksi kuat akan maju sebagai kandidat calon bupati Kabupaten Minahasa Tenggara dengan karakteristik dapat dilihat pada lampiran 2. Analisis CHAID menghasilkan pohon klasifikasi pada taraf nyata 10% yang dapat dilihat pada lampiran 3 dan karakteristik masing-masing segmen pada lampiran 4. Analisis CHAID menghasilkan 5 jenis segmen. Peubah penjelas yang berpengaruh terhadap peubah respon adalah pekerjaan, suku, dan pendapatan.

Peubah utama yang menjadi penentu pilihan kandidat adalah peubah pekerjaan. Pemilih dengan pekerjaan sebagai petani, lainnya (76.8%) memilih kandidat D (50.3%), kandidat A (18.9%), kandidat C (10.1%), kandidat lainnya (7.4%), kandidat B (7.1%), dan swing voters (6.2%). Kandidat D cukup populer dan banyak dipilih oleh kalangan petani dan lainnya. Sementara pemilih dengan pekerjaan sebagai wiraswasta (16.1%) memilih kandidat D (33.8%), kandidat A (23.9%), kandidat lainnya (16.9%), kandidat C (14.1%), swing voters (8,5%), dan kandidat B (2.8%). Kemudian pemilih yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil (7%) memilih kandidat D (32.3%), swing voters (19.4%), kandidat B (16.1%), kandidat C (16.1%), kandidat A (9.7%), dan kandidat lainnya (6.5%). Posisi peringkat dukungan kandidat pada segmen ini berbeda dibanding 2 segmen sebelumnya. Jika sebelumnya peringkat kedua selalu ditempati kandidat A, pada segmen ini kandidat A berada pada peringkat ketiga (lainnya dan swing voters tidak dilibatkan) di bawah kandidat B dan C. Masing-masing kandidat masih memiliki peluang yang cukup besar untuk menguasai dukungan dari pemilih yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil karena pemilih dengan kategori swing voters pada segmen ini sangat besar (19.4%).

Peubah yang menjadi penentu pilihan kandidat selanjutnya adalah peubah suku tapi hanya untuk kategori pekerjaan sebagai petani, lainnya. Posisi kandidat pada segmen pemilih yang berasal dari suku Minahasa dan bekerja sebagai petani, lainnya (67.3%) adalah kandidat D (51.4%), kandidat A (16.9%), kandidat C (10.8%), kandidat B (7.8%), swing voters (6.8%), dan kandidat lainnya (6.4%). Sementara posisi kandidat pada segmen pemilih yang berasal dari suku lainnya dan bekerja sebagai petani, lainnya (9.5%) adalah kandidat D (42.9%), kandidat A (33.3%), kandidat lainnya (14.3%), kandidat C (4.8%), kandidat B (2.4%), dan swing voters (2.4%).

Pada kelompok pemilih yang berasal dari suku lainnya dan bekerja sebagai petani, lainnya terjadi pemisahan pemilih menjadi 2 segmen berdasarkan peubah pendapatan. Segmen pertama adalah pendapatan antara 1 juta-1.99 juta, lebih dari 2 juta dan segmen kedua adalah pendapatan kurang dari 1 juta.

(22)

12

bekerja sebagai petani, lainnya, dan pendapatan kurang dari Rp 1 juta (4.1%) adalah kandidat D (72.2%), kandidat A (16.7%), kandidat C (5.6%), kandidat lainnya (5.6%), kandidat B (0%), dan swing voters (0%). Kandidat A unggul di segmen pemilih berpendapatan menengah ke atas sementara kandidat D unggul di segmen pemilih berpendapatan rendah.

Kandidat D sudah memiliki basis dukungan dan kepopuleran yang cukup kuat karena unggul di semua segmen kecuali di segmen 2 yang dikuasai kandidat A. Kandidat D unggul di masyarakat kecil sementara kandidat A cukup unggul di segmen pemilih berpenghasilan menengah ke atas. Kandidat selain A dan D akan cukup kesulitan untuk meraih dukungan dari pemilih. Tapi kondisi ini belum menjadi jaminan kemenangan bagi kandidat manapun karena perubahan kondisi sosial politik pemilih sangat mungkin terjadi.

Citra Kepribadian Kandidat yang Melekat di Pemilih dengan Menggunakan Analisis Korespondensi

Politik pencitraan fokus kepada upaya sumber pesan (kandidat) menumbuhkan partisipasi politik pemilih untuk memberikan pilihan pada dirinya. Menurut Anwar Arifin (2003), strategi pencitraan adalah keputusan keseluruhan keputusan kondisional pada saat ini tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan pada masa depan. Merawat ketokohan dan memantapkan kelembagaan dalam melakukan komunikasi politik merupakan keputusan yang tepat bagi sumber pesan untuk mencapai tujuan ke depan, yaitu citra yang baik,opini publik yang positif, dan memenangkan pemilihan umum. Para politikus harus berusaha menciptakan dan mempertahankan tindakan politik yang membangkitkan citra yang memuaskan, supaya dukungan opini publik dapat diperoleh dari rakyat sebagai khalayak komunikasi politik. Salah satu cara menumbuhkan citra yang tepat adalah dengan menampilkan kepribadian yang diinginkan masyarakat.

Analisis korespondensi dapat digunakan untuk melihat citra kepribadian kandidat di mata pemilih. Dengan melihat kepribadiannya di mata pemilih, kandidat dapat mengetahui posisi dan langkah apa yang bisa dilakukan untuk memperbesar peluang kemenangan.

Nilai inersia pada komponen 1 sebesar 0.054 dan pada komponen 2 sebesar 0.020. Komponen 1 dapat menjelaskan 57.2% keragaman data sedangkan komponen 2 dapat menjelaskan keragaman data sebesar 21.2%. Sehingga secara total kedua komponen dapat menjelaskan 78.5% keragaman data.

(23)

13

Kandidat D adalah kandidat yang menurut pemilih memiliki citra kepribadian perhatian pada masyarakat yang sangat kuat. Berdasarkan Gambar 10, kandidat D juga memiliki dukungan paling besar dari pemilih. Kondisi ini menjadi indikator bagi kandidat selain kandidat D untuk meniru pencitraan yang sama sebagai kandidat yang perhatian pada rakyat sehingga bisa memberikan perlawanan pada kandidat D dan merebut dukungan dari pemilih.

Hubungan antara Dukungan kepada Kandidat dan Pekerjaan Pemilih

Peubah pekerjaan merupakan salah satu peubah yang berpengaruh terhadap skor keterpilihan kandidat. Pekerjaan juga merupakan salah satu peubah yang paling mudah terlihat dibandingkan peubah-peubah lain. Analisis korespondensi hanya dilakukan pada peubah pekerjaan karena terjadi penggabungan respon menjadi 2 kategori pekerjaan. Kandidat harus mengetahui secara spesifik di bidang pekerjaan mana yang memiliki dukungan kuat dan pekerjaan mana yang penetrasi kampanyenya harus diperkuat.

Nilai inersia pada komponen 1 sebesar 0.033 dan pada komponen 2 sebesar 0.030. Komponen 1 dapat menjelaskan 49.9% keragaman data sedangkan komponen 2 dapat menjelaskan keragaman data sebesar 45.1%. Sehingga secara total kedua komponen dapat menjelaskan 95% keragaman data.

Berdasarkan Gambar 12, Kandidat A dipilih oleh kalangan wiraswasta. Kandidat B dipilih oleh Petani dan kandidat C dipilih oleh PNS. Sementara kandidat D dipilih oleh petani dan lainnya. Berdasarkan Gambar 8, mayoritas pemilih di Kabupaten Minahasa Tenggara memiliki pekerjaan sebagai petani. Kandidat D yang dipilih oleh petani sudah diuntungkan oleh kuantitas yang besar. Namun

(24)

14

petani juga rentan oleh perubahan dukungan karena sebagian besar dari mereka rendah secara ekonomi dan pendidikan (Tabel 2 dan Tabel 3).

Tabel 2 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Pendapatan Pemilih

Pekerjaan Pendapatan

Di bawah 1 juta 1 juta-1.99 juta Lebih dari 2 juta

Petani 107 57 11

PNS 0 9 22

Wiraswasta 25 28 18

Lainnya 82 61 20

Pekerjaan lainnya cenderung mendukung kandidat yang sama dengan pekerjaan petani (Gambar 12). Pekerjaan lainnya didominasi oleh ibu rumah tangga (Gambar 13). Wanita biasanya lebih tunduk kepada laki-laki di daerah pedesaan. Sehingga ada kecenderungan apabila ingin meraup dukungan dari pekerjaan petani dan lainnya, kandidat cukup memaksimalkan pendekatan kepada petani sebagai kepala keluarga.

Tabel 3 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Pendidikan Pemilih

Pekerjaan Pendidikan

SD SMP SMA Pendidikan Tinggi

Petani 111 43 17 4

PNS 1 0 9 21

Wiraswasta 9 21 35 6

Lainnya 52 45 62 4

(25)

15 Tabel 4 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Jenis Kelamin Pemilih

Pekerjaan Jenis Kelamin

Kandidat B dan D cenderung tidak dipilih oleh pemilih PNS padahal mereka adalah bupati-wakil bupati petahana. Kalangan PNS biasanya dekat dengan pemimpin mereka di institusi.

Pemilih dengan pekerjaan lainnya yang didominasi perempuan (Tabel 4 dan Gambar 13) cenderung memilih kandidat D. Kandidat D juga adalah perempuan. Pemilih wanita merasa adanya kesamaan sehingga mereka memilih kandidat D.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Analisis CHAID menghasilkan 5 segmen berdasarkan pekerjaan, suku, dan pendapatan. Kandidat D unggul di 4 segmen pemilih, yaitu segmen pemilih yang bekerja sebagai Petani, Lainnya, dan berasal dari suku Minahasa. Kemudian segmen pemilih yang bekerja sebagai Petani, Lainnya, berasal dari suku Lainnya, dan memiliki penghasilan kurang dari Rp 1,000,000. Dua segmen selanjutnya adalah segmen pemilih yang bekerja sebagai Wiraswasta dan segmen pemilih yang bekerja sebagai Pegawai negeri Sipil. Satu segmen yang tidak berhasil dikuasai oleh kandidat D tapi dikuasai oleh kandidat A adalah segmen pemilih yang bekerja sebagai Petani, Lainnya, berasal dari suku Lainnya dan berpenghasilan antara Rp 1,000,000-Rp1,999,999 dan di atas Rp 2,000,000.

Kandidat D secara umum mengungguli semua kandidat dengan persentase dukungan sebesar 46.4%. Analisis korespondensi memperlihatkan kandidat A didukung oleh Wiraswasta, kandidat B dipilih oleh kalangan Petani, kandidat C dipilih oleh Pegawai Negeri Sipil, dan Kandidat D dipilih oleh kalangan Petani dan Lainnya. Hasil analisis korespondensi juga menempatkan kandidat D sebagai kandidat yang dipilih karena kepribadian Perhatian pada Rakyat.

Strategi yang tepat bagi kandidat lain untuk merebut dukungan pemilih terhadap kandidat D adalah mendekati kalangan Petani dan mencitrakan sebagai

Gambar 13 Komposisi Pemilih berdasarkan Pekerjaan Lainnya Ibu Rumah

Tangga 72.4% Pelajar

4.3%

(26)

16

pribadi yang Perhatian pada Rakyat. Kandidat juga bisa merebut dukungan dari kandidat Lainnya dan swing voters untuk memperbesar peluang kemenangan.

Saran

Keadaan calon pemilih tidak selalu sama setiap waktu. Kandidat yang unggul sekarang belum tentu akan memenangkan pilkada. Kondisi sosial politik akan semakin dinamis mendekati waktu pilkada. Survei diharapkan dilaksanakan kembali secara periodik menjelang pilkada untuk menangkap perubahan kondisi pemilih.

DAFTAR PUSTAKA

[Kemendagri] Kementerian Dalam Negeri. 2011. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2011 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. Jakarta (ID): Kemendagri.

Arifin A. 2011. Komunikasi Politik. Filsafat, Paradigma, Teori, Tujuan, Strategi, dan Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Darmawan G. 2009. Aplikasi Analisis Korespondensi untuk Melihat Perkembangan Pembangunan di Wilayah Sumedang. Seminar Nasional Matematika; 2009 Apr 04; Yogyakarta (ID), Indonesia.

Faridhan YE, Susetyo B, Alamudi A. 2006. Metode Klasifikasi Berstruktur Pohon dengan Algoritma CRUISE, QUEST, dan CHAID. Forum Statistika dan Komputasi [Internet]. [diunduh 2013 Juni 2]; 11(1) : 20-28. Tersedia pada : http://repository.ipb.ac.id

Greenacre M. 1984. Theory and Applications of Correspondence Analysis. London (GB):Academic Pr.

Kass GV. 1980. An Exploratory Technique for Investigating Large Quantities of Categorical Data. Applied Statistics [Internet]. [diunduh 2013 September 19]; 29(2) : 119-127. Tersedia pada : http://links.jstor.org/sici?sici=0035-9254%281980%2929%3A2%3C119%3AAETFIL%3E2.0.CO%3B2-N

Marbun BN. 2012. Bagaimana Memenangkan Pemilu. Jakarta (ID): PT Pustapa Sinar Harapan.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2011. Sidik Peubah Ganda dengan Menggunakan SAS. Bogor (ID): Departemen Statistika FMIPA IPB.

Pradhanawati A. Februari 2011. Perilaku Pemilih di Era Politik Pencitraan dan Pemasaran Politik. Forum. Topik Utama:8.

(27)

17 Lampiran 1 Distribusi Respon Pemilih Sebelum Dilakukan Penggabungan

Kategori Respon.

Peubah Respon Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 220 50

Pegawai Negeri Sipil(PNS) 12 2.7

(28)

18

Peubah Respon Frekuensi Persentase (%)

Pendapatan 2 juta atau lebih 71 16.1

Kepribadian Menyenangkan 9 2.0

Jujur 139 31.6

Perhatian pada rakyat 122 27.7

(29)

19 Lampiran 2. Karakteristik Kandidat.

Kandidat Karakteristik

A Laki-laki.

Anggota DPRD provinsi Sulawesi Utara.

Ketua Dewan Perwakilan Cabang kabupaten Minahasa Tenggara salah satu partai oposisi.

B Laki-laki.

Wakil Bupati petahana.

C Laki-laki.

Kepala Dinas Kesehatan provinsi Sulawesi Utara. Figur sukses putra daerah.

D Perempuan.

Bupati petahana.

Lainnya Kandidat di luar kandidat A, B, C, D tetapi responden yang memilih sangat sedikit (<5%), sehingga digabungkan menjadi satu kategori.

(30)

20

(31)

21

Lampiran 4 Karakteristik Segmentasi Hasil Analisis CHAID.

Lampiran 5 Nilai Inersia Hasil Analisis Korespondensi antara Kandidat dengan Kepribadian.

Lampiran 6 Nilai Inersia Hasil Analisis Korespondensi antara Kandidat dengan Pekerjaan Pemilih.

Segmen Karakteristik Pemilih

1 Pekerjaan sebagai Wiraswasta.

2 Pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3 Pekerjaan sebagai Petani dan Lainnya

Suku Minahasa

4 Pekerjaan sebagai Petani dan Lainnya Suku Lainnya

Penghasilan Rp 1,000,000-Rp 2,000,000 dan lebih dari Rp 2,000,0000

5 Pekerjaan sebagai Petani dan Lainnya Suku Lainnya

Penghasilan kurang dari Rp 1,000,000

Dimensi Inersia Proporsi Inersia

1 0.054 0.572

2 0.020 0.212

3 0.014 0.144

4 0.007 0.071

5 0.000 0.000

Dimensi Inersia Proporsi Inersia

1 0.033 0.499

2 0.030 0.451

(32)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 7 Februari 1991 dari ayah Ato Suharto dan ibu Irma Irmawati. Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri Tanjungsari dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Selekesi Masuk IPB dan diterima di Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Gambar

Gambar 4  Komposisi Pemilih berdasarkan Suku
Gambar 7  Komposisi Pemilih berdasarkan Pendidikan
Gambar 11  Plot Hasil Analisis Korespondensi Kandidat dan Citra Kepribadian
Gambar 12  Plot Hasil Analisis Korespondensi Kandidat dan Pekerjaan Pemilih
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan kuantitatif dipergunakan untuk mengungkap efektivitas penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) di SMP Saraswati 1 Tabanan. Sedangkan pendekatan kualitatif

pengaruh keterampilan proses sains siswa kelas VII 1 yang belajar menggunakan model kooperatif tipe student facilitator and explaining dengan siswa kelas VII 2

Penguasaan Kompetensi Profesional Konselor terbentuk melalui latihan dalam menerapkan Kompetensi Akademik dalam bidang bimbingan dan konseling yang telah dikuasai itu dalam

Sebagaimana ungkapan dalam mukadimah kitab tafsirnya Ahkam al-Qur’an, bahwa dalam penyusunan kitabnya ia memulai dengan menyodorkan corak keilmuan tentang usul

• Akomodatif adalah sikap untuk menerima per bedaan pandangan dan kepentingan. • Diskriminasi adalah suatu sikap dan tindakan untuk membeda-bedakan orang berdasarkan

Berbeda dengan penelitian ini akan dilakukan pada kelas IV SD Negeri 2 Gelang dengan mata pelajaran PKn materi pengaruh globalisasi di lingkunganya melalui pembelajaran

[r]

Lepas dari kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan Account Representative (AR), Sesuai dengan Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor : PER-01/PJ.07/2007 Bab 1 Pasal 1 ayat (1)