ICARAKTERISTXK
SISTEM PRODUKSI DAN PRODUK
SAP1 POTONG DI P E T E R N A M U K Y A T
DESA
KANDANG
MUKTI
KABUPATEN
GARUX
OLEH
:RONNIE PERMANA
PROGRAM PASCASARJAIYA
INSTXTUT PERT'AIVIAN BOGOR
ABSTRAK
Ronnie Permaria. Karabrteristik Sistem Prduksi d m Produk Sapi Potong Di Pekrnabn b k y a t Desa Kandang Mukti Kabupaten Garut. Dibimbing oleh
R.
Eddie Gurnadi d m Asnath M.Fuah,Usaha pekmakan sapi potong di Desa Kandang Mukti menrpakan safafi
satu percontohnn peternakstn rakyat di Jawa Barat. Kelompak ini memnfaatkan
bakalan sapi jantazr untuk tujuan penggemukadpmbesaran y m g dibkukan
secara semi intensif dalam lahan terbatas dtngan jumlah papulasi relatif tinggi
(lebih dari 375 ekor).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk rnengidentifikasi sistern produksi
dan pr&k yang dihasilkan sebagai dasar untuk merencanakan strategi pengembangan usaha sapi potong di Desa Kandang Mukti Kabupaten Gamt.
Penelitian dibagi menjadi dua tahap; &hap pertama pengumpulan data
dilakukan dengan metade survei terhstdap lrarakteristik sistern produksi; pada
tahap kedw Qilakukan uji kualitas daging dengan menggunakan rancangan acak
lengbp (RAL) 3 perlrtkuan dengan 6 ulangm
. Perlaban
yang diberikan adalnhpakan ampas tahu dan jerami padi di Desa Kandang Mukti (RJ), pakan ampas
tabu d m jerarni padi non Desa -clang Mukti
(m),
dan pakan nrrnput dankonsentrat fR1) di Kabupaten Garut..
Hasil pencfitian rnenunjukkan bahwa usaha pkrn&an sapi potang di Desa Kandang Mukti dilakukan secara semi intensit Perkandangan berah pada
t i g zana utama yaitu banyak air (zona l), sedikit air (zana 2) dan hampir tidak
ada air (zona 3). Selain ketiga xonna tersebut, terdapat, satu zona yang merupakan
zona pengembangan yang disiapkan rnenggantikan kctiga zuna tersebut. Sistem budidaya addah usaha pembesaradpnggemukan sapi patong dengan pola
pemeliharaan serentak (budidaya I), poIa perneliharaan tidak serentak fbudidaya 2) dan pola pemeliharaan kerjasama fbudidaya 3). P a h utama yang digunahn
adalah jemmi pad; dan ampas tahu yang mewpakan ptensi loknl. Fetemak
adalsth kepala keluarga dengan kisaran umur 19-60 tahun dengm tingkat
pendidikan pada urnumnya sekolah dasar (79%). Petemak tidak rnemiliki Iahan sendiri dengnn keptmiliksln t e m k G-12 ekor per ktpala keluarga. KendaXa utrtma yang dihadapi adalah pennasalahan limbah dan terbatasnya pakan.
Kualirsts daging (daya ikat air, pH, keempukan,) selunifi prlakuan tidrtk
berbeda nyata. Wama daging sapi yang diberikan pakan ampas tahu dan jerarni
padi di Desa Kandang Mukti berbeda nyata (p<O.OS) dengan ternak yang diberi
konsentrat dan rumput, tetapi tidrtk berbeda nyata dengan tmak yang diberi
ampas tahu dan jerami padi diluar Desa Kandang Muhi. Nilai hemoglobin damh ternak sapi yang diberi ampas tahu dan jerami padi di Desa Kandang Mukti nyata
lebih rendah (pcO.05) dibanding ternak %pi ymg diberi konsentrat dan hijauan,
tetapi tidak berbeda dengan temak yang d i b r i nrnpas tahu dan jerami padi di luar Desa Kandang Mukti., sedangkm ternak yang diberi ampas tabu dan jerami padi di Iuar Desa Knndang Mukti dm ternak yang dikri kansentrat dan rumput tidak berkda nyatrt. Nilai eritrosit darah ternak yang dihri ampas tahu dan jerarni padi di Desa Kandang Mukti b e h d a nyata (pc0.05) dibanding perlakuan ampas tahu
yang ditreri kansentrat drtn nrmput, sedangkan tern& yang diberi ampas tlthu $an
jerami dihar Desa Kandang Mukti tidak berhda dengan ternak yang diberi
Dengan ini Saya rntnyatakan bahwa ksis yang be judul :
KAlWKmlUSTIK SISTEM PRODUKSI DAN PRODUK SAP1 POTONG
DI.
PETERNAKAN U K Y A T DESA KANDANE MilKTE KAf3UPATENGARUT
Adalah benar merupakan hsil karya saya sendiri dan belurn pemah dipublikasi,
KARAKTERISTIIC SISTEM PRQDUKSl
DAN
PROBUK
SAP1
POTONG Dl PETERNAKAN RAKYAT
DESA KAIVDANG
MUKTI
KABUPATEN GARUT
RONNIE
P E M A N A
sebagai safah satu syrtrat untuk memperoleh gelttr
Magister Sahs pada Pragram Studi Ilmu Ternak
PROGRAM
PASCASARJANA
JuduI Tesis : Karakteristik Sistem Produbi dan Praduk Sapi Patong di Petemakan Rakyat Dtsa Karrdang Mukti Kabupwten Ganrt
Nama : Ronnie Pemana
N W : 99104
Program Studi : Ilmu Ternak
Prof. Dr. R. Eddie Gurnadi Keha
Dr. Ir. Asplath
M.
Fuah, Ms AnggohRIWAYAT I3XDVP
PenuIis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Juni 1973, mempakan anak
pemrna darj dun bersaudara dari Bapak Sarbini dan Ibu Chari-iah.
Pendidikan dasar diselesaikan penulis pada tahun 1986 di SDN
Papandayan
XI
Bagor, kemudim rnelanjutkan ke SMPN 3 Bagor dan IuIus pada 1989. Stlanjutnya penulis diterima di SMAN 3 Bagor dan lulus pada tahun1992.
Pada tahun
X
992 penulis diterjma stbagai mahasiswa pad& Program Studi 'I'eknisi Usaha T e d Daging, Fakultas P e t e r n h n Institut Pertrtnian Bogor danlulus pada tahun 1995. Padn tahun 1888 ptnulis berhasil Iulus dengan yudisium
Cum Laude pada Program Ekstensi Fakuitas Petemkan Universitas Padjadjaran
PRAKATA
Alhamdulillah, segala guji dan syukur Pmulis panjatkstn ke hadirat Allah swt., atas segala rahrnat dan kanmia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
tesis ini,
PenuIis rntngucapkan terima krtsih &n rasa harmat kepada Prof. N.R. Eddie Gurn~ldi sebagai ketua Komisi dan Dr. Ir. Asnath M. Fuah, MS sebagai anggota, yang telah mmbimbing Pmulis dengan sqenuh hati dan penuh kesabaran selama penelitian dm pnyusunan tcsis ini.
PmuIis juga U C & Q ~ ~ terima kasih kepdda Prof. Dr. Adi Sudono, M.Sc selaku kctua Program Studi llmu Ternak dan Prof. Dr. Ir. Kooswardhono
Mudikdjo, M.Sc yang bersedia menjadi penguji diluar karnisi.
Kasih dan semhah sujud untuk Bapak dan Mama tercinh, Arie
tersayang, Apih dan Mamih, Yeny tersayang serta semua keluarga yang tebh mendoakan dan memberikan semanga: pada Penulis.
Dengan keklusan hati Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : Staf Laboratorium Ternak Ruminmsia Besar, Fapet IPB, Staf Labomtourn
Fisiologi T e d Fapet Unpad, Kepala Subdinas Peternakan dinas Pertaniitn Kabupaten Gamt beserb Staf, Kepala &sa Kandang Mukti beserta staf, Kepala
Cabang Dinas Peternakan Kecamatnn Leles serta anggota Kelompok Peternak
M t k a Mukti di Desa Kandang Mukti Kabupaten Garut.
Penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi usaha ptternakan di Desa
Kandang Mukti serta semua pihak yang memerlukan.
DAFTAR TABEL
...
,,,...
D mAR GkWBAR..
...
DAFTAR LAMPIBAN
...
PENDARULUAXY
...
,,...
...
Latar Belakang
... .
.
Perurnusan Masalah
...
Tujuan Penelitian ...Manfaat
...
,...
Tempat dan W a h Penefitian
...
.
.,
...
TINJAUAW PUSTAKA
...
Strategi Pengembangan Sapi Potong
...
Penggemukan...
Karakteristik Praduk...
Wama Daging
...
,,...
...
...
Daya Menahan Air
.
..
...
pH
Daging ...Keempukan dan Tekstur Daging
...
...
Daging
...
Myaglobin...
Hemoglobin, Eritrosit dan Hematobit:...
Zat Besi
... .
.
Kekurangan dan KeIebihan Zat Resi (Fe)
...
,....
Pencemaran &lam Sistem Prduksi Tmak...
...
MATERI DAN METODE
.
.
...
...
Tempat dm Wakb Penelitian
...
...
Tahap Penelitian
.
.
Tahap Peneliiian Pertama
...
HASIL DAN PEMBAHASAN
...
...,...
Tinjauan Urnurn Desa Kztndang Mukti ...
Kondisi Geografis
...
...
Tata Guna LahanKependuddcan
...
Tingkat Pendidikan
...
...
Prduk Pertmian dan EndustriKarakteristik Produksi
...
.,...
Karaktcristik Feternak
...
KaraIcteristik Temak...
Perkttndangan...
Lokasi Perkandangari
... .
.
...
Sistem Budidclya...
Jenis P a h n...
Pola Pemberian Pakan...
...
Pertstnibahan B o b t Badan
...
Pcmriganan Limbah
...
Kesehatan T e d...
Karakteristik Produk
...
Daya MengiXEat Air Daging
...
pH Daging
...
Kwmpukan Daging
W a m Daging
...
...
HemogloE>in Darah...
Eritrasit Darah...
Rematoknit: D m h...
Tanggapan Masyarakat terhadap Usaha Sapi Potong...
Potmi Pengembangan U s a h Peternakan Sapi FotongKESIMPULAN BAN S A R A N
...
...,.
...
73 Kesimpulan...
73 Saxan...
74 DAFTAR PUSTAKA...
75DAFTAR TAREL
1
. Luas
Areal Desa hndang Mukti Menurut Penggunaarrnya...
2
. JumXah
Pendudulc Menurut Usia dan Jenis Kelamin...
3
.
M a b Pencaharian Penduduk...
4
.
H a i l Pertaninn Desa Kandang Mukti ... 5.
Perkembangan Jurnlah Peternak dan Popubsi Temak...
6. Pembagian
Zana Menurut Lobsi Perkandangan...
7
.
Kandungan Nutrisi Jernmi Padi &n Ampas Tahu...
8.
Kandungan Nutrisi Air Bibit Tahu ... 9.
Pengaru h. Perlakuan terhrtdap Daya Mengibt Air...
10
.
Penpmh Perlakuan terhadap pH Daging...
,....
1 1.
Pengaruh Perlakuan terhadap Keempubn Daging...
1 2.
Perbandingan Warna pa& Daging...
13.
Pengaruh P e r l a h n terhadap Hemaglobin Darah...
...
14.
Fmgaruh Perlakuan terhadap Eritrosit Darah...
.
DAPTAR GAMBAR
No
.
Teks Halaman1
.
Skukhr Kimia Heme KompXek dari Myoglobin...
15...
2
.
Stnrkrur Hemoglobin 17...
3
.
Mebbolisme Zztt Besi 224. Diagram Tata Ruang Uesa Kandang Mukti
...
33 5.
Diagram Jumlah Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kehrnin...
34 6.
Diagram Mata Pencahrtrian Penduduk Kandang Mukti...
3G7
.
Diagram Tingkat Pendidih Penduduk Kandang Mukti...
35...
8
.
Diagram Jumlah Petern& dan Popuiasi Temak 399
.
Diagram Jumlah Petemak Herdasarkan Tingkat Pendiidikan...
40...
.
10 h n a h Lahsi Pcrkandangan 43
...
1 1
.
Diagram Macam Bahan Pakan 4512
.
Diagram Pmgamh PerIakuan terhadap Dayrt Mengikat Air...
5 5...
13 . Diagram Pengaruh PerIahan terhadap pH Daging 57...
14
.
D i a p m Pengaruh Perlakurtn Keempukan Daging 5815
.
D i n p m Pengamh Perlakuan terhadap Nilai...
Hemoglobin Darah 62
...
.
16 Diagram Yengamh Perlakuan krhadap Eritrosit Darnh 63
...
.
1 7 Diagram
I?
tngaruh Perlakuan terhadap I-fematolsrit Darah 64...
1 8. Diagram Tanggapan Non Petemk Sap; 65
...
19
.
Diagram Tanggapan Pengrajin Tahu 66...
DAFTAR LAMPIRAN
No . Teks Halaman
1
.
Amlisa Sidik Ragam Daya Mengikat Air...
802
.
Analisa Sidik Ragam pH Daging ... 82...
3. Analisa Sidik Ragam Reempukan Daging 84
4
.
Analisa Sidik Ragam dan Uji Beda Nyata Jujur Nilai Hemoglobin...
86 5.
Anatisa Sidik Ragam dan Uji Beda Nyata Jujur Nilai Eritrosit...
88...
6 . Analisa Sidik Ragam Hematokrit 90
...
Usaha petemakan rakyat merupakan pnyumbang tcrbesar pemenuhan
kebutuhan hging segar di Indonesia. Usaha ternak difungsikan stbagai tenaga kerja, pnghasil pupuk kandang dm tenrbma sebagsti surnbtr pendapatan. Pads umumnya usah8 ini rnasih merupakan usaha sambilan dengan tingkat pendapatan
kurang dari 30 persen dnri total penclapatan usaha tani (Saedjana et a!,, 1993). Tid& seperti p t m a k a n rakyat ntau usahatani pa& urnumnya,
kclompok p t m a k Mekar Mukti di Desa Kandang Mukti Kecamahn Leles Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat justru mcnjadikan usaha ini sebagai matapencaharian pakok. Pendapatan dari sektor ini mash belurn memahi tctapi pa& umumnya petmak tidak mempunyai sumbtr pendapatm lain selain clari bctemak
.
Kelompok ini rnengusabakan bakalan, tenxhma FH jantan unmk
dibesarkanldigemukkan sebagai tern& potong. Dalam sejarahnya usaha tersebut rntnrpalcan salah satu cam ppemanfaatan limbah ampas taku yang banyak terdapat.
di Desa bndang Mukti. Ampas bhu yang mencemri lingkungan akibat bau
yang ditimbulhn dimanfaatkan sebagai pakan sumber protein. jerami padi yang juga sangat, berfimpah dirnanfaatkan sebagai sumber hijatan.
Satuan Ternak. Meskipun populasi sekarang ini rnasih relatif sedikit tmpi karma terkonsentrasi pada sattr lokasi, menyebabkan kelarnpak usahaternak ini
rnemerfufran perhatian. Pertama, karma usaha dilakuktn pada Iahan dan sumhr pakan yang terbatas sekali, t m p i tetap berkembang. Kedua, dengan fahan arbatas menyebabkan usaha dilakukan dengm sistem intensif &pat dipastihrr menyebabbn peninghtan angka pencemaran lingkungan. Hal tersehut mcnyebabkan keberrtdaan usaha sapi potong di Desn Undang Mukti bmyak dikeluhkan oleh rnasyamkat sckitar terutarna masyarakat non peternak. Ketiga,
harga jual ternak pada tingkat bandar sedikit lebih rendah dibanding ternak dari d a e d lain. Ini disebabkan karena adanya angapan para bandar bahwa ttrnak
yang diberi ampas t&u rnenyebabkan dagingnya lebih pucat dan susutnya lebih
tinggi.
Dalam rangka peningkatan kesejrthteraan peternak dan kelangsungan
usaha, pengembangan Iebih lanjut: hams memperhatikan tiga faktor uhma , yairu pertirnbangan teknis, sosial dan ekonomis. Pertinzbangan tehis mengarah pada kesesuaian pada sistem produksi yang berkesinambungan, ditunjang oleh
kemampuan manusia, dan groduksi yang berkesinambungan, dan kondisi agroekologis. Pertimbangara sosial mempunyai arti bahwa eksisknsi temak di
suatu daerah &pat diterima aleh sistem sosial rnasyarakat &lam arti tidnk menimbulkan konflik sosial. Sedangkan pertim bnngan ekonomis mcngandung arti bahwn t e m k yang dipelihara hams rncnghasilkan nil~ti tambah bag;
perekonamian daerah serta h g i perneliharanya sendid (Dinas Pekmakan, 1997). Selain ketiga faktor diatas juga hams memperhatikan faktor ekternral
perkembangan penduduk serh kebijakan pengembangan wilayah ahu kebijakan
pusat dan daerah.
Bertolak pada kondisi kclompok petcmk di Desa Kartdang Mukti, rnaka penelitian ini dirmcang untuk rnengkaji dm menganalisa fakbr-faktor yang rnempt~gitnrhi usaha temak sapi patong di Desa Kandang Mukxi Kabupaten Gamt sehingga usaha dapat berjalm berkelmjutan dan ramah fingkungn.
Perurnusan Masalrmh
Beberapa pernasalahan utarna yang dapat ddikemubkan adalah sebagai berikut :
1. Keberadaan usaha peternah di Desa Kanxdang Mukti Kabupaten Garut
rnengakibahn pencemaran terhadap lingkungan rnasyarakat sekitar
.
2. Kunlitas praduk sapi potong yang dihasilkan disinyalir be turn memenuhi skndar pasar.
3. Terbatasnya informasi yang mendukung pengembangan usaha ternak sapi potong di Xksa Knndang Mukti Kabupaten Garut sehingga perlu dicari potensi alternatif.
Tujunn yang ingin diungkapkan dalam pe~elitian ini adalah :
1. Mengidentifik~si karakteristik sistem produksi sapi potong di Desa Kandang
Mukei Ibbupaten Garut.
3. Mcmberikan suatu saran pengembangan dan altematif diversifikasi usaha peternakan sapi potong yang brkelanjuhn dm ramah lingkungan di Dtsa
Kandrtng Mukti Kabupaten Earut.
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi
pcmerinbh daerah rnelalui Dinas Petemakan seternpat sebagai disar
pengembangan usaha pcternabn rakyat terutama sapi potong di Desa Kandang Mukti Kabupaten Gnnrt.
Tempat dnrn Wrtktu Penditian
Penelitian akan dilakukan di kelompok petem. Mekar
Mukti
di DesaKmdang Mukti Kecamatan Leles Kabupaten Daerah Tingkat I1 Ganrt
. DiIakubn
Strate@ Pengembaugan. Sapi Potong
Studi tentang pngetahuan yang dimiliki petani/petemak dan praktek- praktek manajemen yang seringdilakukan daIam usaha tani t m a k sangat berguna
untuk pagembangan peternakan ke arah yang lebih optimal (Rangnekar, 1992). Pet;ini dalam sistem pemberian pakan pada temak memiliki preferensi untuk
mengidentifikasi bahan pakan yang diperkirakan &pat menguntungkan untuk memphaiki produkifrtas ternak. Menurut Rangnekar (19921, beberapa aspek
yang perlu diperhatikan dalam usaha peningkatan groduksi tern& adalab :
1 + Melakukm studi pada sistem yang dijalnnkan secara detail.
2. Identifikasi bahan-bahan pakan yang menguntungkan selragai pakan
temak.
3. Menelusuri informmi tentang ketersediaan bahan-bahan pakan tersebu t dan melakukan studi tentang faktor-faktor keunggulan dan pembatas yang terdapat pa& masingmasing bahan prtbn.
4. Studi tentang sumber-sumber pakan dan produktifitas ternak.
5. Mengetahui status nubrisi dari temak yang dipelihara sehgai infomasi
dmar untuk pengembangan Xebih lanjnjut.
6 , Menyamnkan penibahan sistern pmberian pakan dengan berdasarkan pada hasiI yang diperoleh tmtang potensi bahan p a h n lokal.
berkesimrnbungan, ditunjang aleh kernampuan mmusia, dan kondisi agroekologis. Pertimhangufe svsial rnempunyai arti bahwa eksisttnsi ternak di suah daerah &pat diterima oleh sistem sosial rnasyarakat dalam arti tidak
menimbulkan konflik sosial. Sedan* pertimbangan e b ~ o m i s rnengandung
arfii bahwa ternak yang diplifiara hams rnenghasilb nilai tambah bagi pemkonomian daerah scm bagi pernefiharmya sendiri. Di samping ketiga faktor tersebut terdapat, faktor lain yang mempengaruhi perkembangan peternakan secara ebternal diantaranya infrastnxktur, keterpaduan dan kordinasi lintas sektoral,
perkembangan pnduduk serh kebijakan pengembangan wilayah atau kebijaka~
pusat dari daerah (Dinas Peternakan, 1997)).
Gumadi (1 998) mcngatakan bahwa usaha mtuk rnencapai tujuan
pengembangan k m k tersebut &pat dilakubn dengan tiga pendekatan, yaitu (1 )
pendebtan teknk dengan meningbtkan kelahirm, menurunbn kernatian, rnengank.at pernotangan temak, dan perbaikan genetik temak, (2) pmdekutan terpadu yang rnenerapkan tehologi produksi, martajcmen ekanomi,
pertimbangan sasial budaya yang tercakup dalam "sap& usaha pttemakan", serta
pembntubn Xcelornpok petem& yang bekerja sama dengan instmsi-instansi
terkait, (3) pendekatun agribisnis dengan hljuan mernpercepat p e ~ l g m I b a ~ g a ~ peternakan metalui integrasi dari keempat aspek ynitu Iahan, pakan, plasma nutfah, (3an sumberdaya manusia.
Pengembangan sistern usaha hni terpadu rnempakan salah satu
pendekatan dalnm memanfaadan keragaman sumberdaya abm. Bila
dikembangkan dengan tepat maka sistern usaha tani terpadu &pat rnenjadi pilar
terpadu dapat berkembang, maka aspek-aspek yang perIu diperfiatikan adalah ( t ) sifat usaha tani, (2) sumberdaya rnanusia, (3) skala usaha, (4) sarana dan
prasarana, ( 5 ) kernifman dan hubungan sntar subsistem agi-ibisnis, (6) orientasi
usaha, dan (7) keleshrian sumberdaya dan lingkungan (Rusono, 1999).
Metode Pemetaan Potensi Wilayah (Dirjen Petemkan, 1985) &pat
digunakan untuk menghitung bsarnya potensi pengembangan ternak sapi k d a s a r b n lwhan sumber hijauan. Bentuk persamaan yang digunabn adalah:
Pst = a LG
+ b PR
+
c R dimana PSI+ -- Pobnsi maksimurn wiiayah unmk temak m i n m s i a (ST) berdasarkan sumberdaya Iahn garapan (LG), padangrumput (PR) dan rawa (R ). a
-
daya tampung lahan gampan, b = dayamnpung padang nrmput, c
-
daya tampung rawa.Kapasitas peningbtan popuhsi ternak dihimng brdasarbn selisih
p t e n s i mahimum dengan populasi temk mminansia waktu itu, dengm nrrnus : KPFsL = f SL
-
Pt, dimana KPPsr, = fCapasitas pningkahn populasi kmak (ST) s u m wiIayah berdasarkan sumbrdaya lahan, Pst = Potensi rnaksimumwilayah badasarkan surnberdaya Iahan dan P, = Populasi hmak pada saat ikr.
Lebih Imjut disebutkan bahwa potensi pengembangan juga dapat dihitung
brdasarbn sumberdaya keluarga (petemk) dengan persmaan :
PSK = d KK, dimana PSK = Potnsi maksimum (ST) brdasarbn sumbrdaya keluarg, d = Jumlah satuan temak yang dapat d i p f ham oleh satu keluarga petani
peternak dan KK
-
Banyaknya kepaIa keluarga pehni petcrnak,Kapasitas peningkatan popuIasi ternak berhsarkan sumbrc3rtya
Warna Daging
Faktor penting yang mempengaruhi seseorang dalam rnembeli daging adalah warna, sementara warna daging besar pengamhnya terhadap penampiIan daging tersebut. Sering perubahan wama dihubungkan dengan kesegamn daging (Waiters, 1 975).
Banyak f&tor yang rnernpengamhi wama daging krmasuk p a h ,
spcsies, bangsa, umur, jenis kelamin,
pH,
oksigen, dan stress (setingkat aktivihsdan t i p otot). Faktor-faIctor tersebut dapat mcmpengaruhi wama daging yaitu konsenbasi pigmen daging (myogIobi~t), Tipe rnolekul myoglobin, status Ernia vppyogIabin, clan kondisi fisik sem kimia komponen lain dalam daging mmpuny ai
peranan besar drtlam menentukan wama daging (Lawrie, 1979).
Pigmen yang mempengaruhi daging terdiri atas bagian utama yaitu
hemoglobin dan myoglabin, Scperti halnya hemoglobin, myoglabin terdiri atas protein globin dan zat besi dengan hndungan sekitar 3-5 % dari total zat besi dari tub& (Underwood, 1 97 1).
Pada sapi, bertambahnya umur, w m a daging akan berubah dari rnerah
mud& rnenjadi rnerah gelap (Price dm Schweigert, 1971 dan Kemp, 1980). Mmingkatnya umur hunologis dari hewan, intensitas warn dari otot juga mcningkat. Efal ini disebabbn brena peningkatan konsentxasi myoglotrin. Perbedam spesies, tedihat anhra daging sapi, domba dan babi. Daging sapi
benrrarna lebih merah, domba btfwarna m m h dm babi Irewarn rnerah pucat (Waiters, 1 975). Sapi jantan mengandung myoglobirl lebih tinggi dari sapi betina, sehingga warnanya lebih gelap (~emp,' 1980). Daging sapi muda berwama merah
muda, menandakm bahwa kanduxlgan nayoglobinnya lebih rendah dibandingkan
sapi yang tebih tua (Forrest et.al., 1975). Menurut Lawrie (1979) otot yang mempunyai aktifitas fisik yang banyak biasanya diikuti oleh Icandungan nqyoglobin yang tinggi, sehingga daging pada bagian tmebut bemama lebih geIap, jika dibandjngkan dengan daging atau otot yang kurang akti fitasnya.
Menurut Admn ( 1 9771, p r b d a a n warna &@ng hbih disebabkan oleb Irandungan myoglobin, sebat, waktu hewm disembelih terjadi pndarahan
sehingga sebagian besar p i p e n hemoglobin keluar bersama darah. Lebih spesifik
dijelaskan oleh Watt er al. (1963) bahwn perbedann warna daging temtama disebabkan oleh status kimia molekul myoglobin. Bentuk kimia wama daging
segar yang diingintran oleh kebanyakan konsumen adalah rnerah terang o.rymyoglobin, Proparsi relatif dan distribusi ketiga p i p e n daging yaitu myuglohi~ reduksi ungu, oxymyoglubin rnerah terang dm rnet~nyoglobilt coklat
akan menentukan intensitas warna daging.
dapat mencegah wamn daging menjadi gelap. Faktor utama untuk memdihara wama daging adalah suhu, dengan naiknya suhu akan mempercepat oksidasi
pigmen daging yaitu oxymyoglobin menjadi metntyogfobin (Lawrie, 1979). Ditegaskan bahwa daging segar akan segera mengalami pembahan wama menjadi gelap pada cuaca panas sehingga daging hams d i m a s u b n ke dalarn alat
pendingin (Lawrie, 1379).
Hemoglobin dan protein komoprotein mempunyai pmgaruh yang relati f kecil terhaclap wama daging. Pigmen sitohom, fEcavin dan vitamin BIZ yang
terdapat dalam otot dalam jumfah sangat sedikit, hampir tidak mempunyai andif
pada warm daging (Romans eb al., 1965). Meskipun begitu, s i t a b r n tetap mempunyai pengaw'tr tidak langsung terhadap wama daging yaitu Iaju sitokrom menggmakan oksigm a h n mereduksi medmyogIobin menjadi myoglobin (S watland, 1984).
Pigmen-pigmen heme mudah leroksidasi dm berubah wama dengin
cepat. Hal ini disebabkan sifatnya yang dapat mengkatalis r e h i oksidasi sendiri (otokatalis). Myoglobbi dapat membentuk suatu senyawa yang &pat bereaksi
dengan oksigen dan mengakibathn perubahan wama. Oxyhemoglobr'n yang bemama rnerah cerah tcrjadi hanya pada pemukaan daginf; yang terkena udara.
W a r n daging &pat diukur dcngan notasi atau dimensi wama tristimulus yaitu hue, nilai &n kroma (Suepama, 1998)
Daya mena ah an Air
Daya ikat: air adalab kernampun daging untuk mengilrat airnya atau air
yang ditambahkan selama ada penganrb kekuatan dari luar rnisalnyrt pernotongan,
terhadap jus daging. Daya ikat air dipengawfii oleh pH, proses pelayuan dan
pmasaknn atau pemanasan. Faktor lainnya adalah spesies, umur, dan fungsi atot
(Soqarno, 1998). Transfortasi, tempratur, kelembaban, penyimpanan dan presmasi, jenis kelmin, kesehatan, perlakuan sebelum pernotongan dan temak
intramuskular serta p&an (Hamm, 1972).
Daya mengikat air dapat ditentukan anbra lain dengan metode Hamm (1972) yaitu dengan rnembebani a t w mengepress 0.3 gram sampel daging b g a n beban 35 kg pa& suatu kerEas saring diantara durt pelat &a selama 5
menit. Kandungan air daging dapat: dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
mg Hz0 -: area basah (cm2) - 8,O
0,0948
pH
DrtgingpH daging ti&k &pat diukur segera setelah pernotangan (biasanya
dalam walctu 45 menit) untuk mengetahui pH awal Pengukuran selanjutnya
dilakukan setelah 24 jam unnik mengetahui pH akhir dari daging atau karkas
(Soepamo, 1998).
Di lahratorium,
pH
&pat ftuklrr dengan cara melumatkan $agingrnenjadi daging mztserasi dengan penadahan 5 m M sodium iodoasetat utltuk menghentikan glikolisis dan 150
m M
potasiurn klorida untuic rnencegahpslmortem dapat: dibagi menjadi dua kefompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstxinsik. Faktor intrinsik antara lain spsies, t i p otot, glikogcn otot dan
variabilihs diantara ternak, sedangkan faktor ekscstrinsik anbra lain temperatur
lingkungan, pmlakuan b&an aditif sebelum pernotongan dm stress sehlurn pernotongan (Lawrie, 19791,
Keempukan dan Tebtur Daging
Keempukrtn &in tekstur clagiging rnempakan penentu yang paling penting pada kualihs daging. F&or yang rnempngaruhi digoIangbn menjadi : 1) faktar antemodem stperti genetik temasuk bangsa, spesies clan fisiolagi; 2) fakror umur, manajemm, jtnis kelamin dan stress; 3) fatEtor pastmartem yang diantaranya meliputi metode chilling, rehgerasi, playuan dan pembckuan termasuk fakeor lama d m tmperatur peny impanan, dan metode pengolahan, tennasuk metode pemasakan dan pmmbahan bahan pengempuk (Soepamo,
1998), Kcempukan dipengamhi aleh smktur myafibrilar dm status kontraksinya), bdungan jaringan ikat dan tingkat ikatan silmgnya dan daya i b t air oleh
protein daging sem jus daging (Hamm, 1972)
Keempuknn daging &pat diukur dcngan menggunakan cam mekanis, kimiawi, argaoleptik dan histologi (BratzIer, 1958), sensory test dan shear test (Forrest ef al., 1975)
,
shear test menggunakan a b t pernotong Warner-Bratzler.Ada beberapa pendapat mengenai apa yang disebut daghg. Menurut
aku pantas digunakan untuk bahn m&anan temasuk semua hsil proses pngadaan pabrik berasal dari jaringan hewan. Definisi daging menurut Lawrie (1978) a&lah yang berasal &ri hewan termasuk lirnpa, ginjal, otak, serta jaringan-jaringan lain yang &pat dimahn. Menurut Food and Drug Administrotion, daging adalah bagian dari tubuh yang berasal dari temak seperti sapi, babi, domba yang dalam keadaan sehat dan cukup umur untuk diptong,
Tetapi hanya terbatas pada bagian muskulus yang bemerat yaitu yang berasal dari
muskulus skeletal atau lidah, diafragma, janrung dan oesophagus, tidak termasuk
bibir, moncong, klinga dengan atau tanpa hmak yang menyertainya sertn bagian- bagian dari tulang, urat, urat,syaraf, dan pembuluh darclh (Meyer, 19731, Ressang (1 961) rnenyatakan bahwa daging adalah yang berasal dari hewan (hewan yang berkuku satu, sapi, domba, karnbing, dan babi) yang disembelih kecuali tanduk, kuku dan kulit, asal tidak mengalami pengawetan atau dipersiapkan untuk dirnakan. Dalm ha1 ini otak dan organ t u b h temasuk daging. Daging dalam pengertjan sehari-hari, adalah otot-otot kerangka bewan patang, hewan buruan, ikan dm binatang brkulit kapur, rnisalxnya kepiting.
Stnrktw daging terdiri atas serat-serat daging, lemak &in tenunan
pngikat. Setiap serat daging tersusun dari unsur yang lebih kecil yang disebut pplyofibril dan setiap myo$hril twsusm dari myo$/a'ament, ini merupakan unsur
terkecil yang rnembentuk daging. Serat-serat daging ini dipersatukm oleh sarcolemrnu yang menrpakan suatu lapisan yang sangat tipis. Selanjutnya
di~erangkan bahwa gabungan beberapa serat daging dislaputi oleh tapisan yang
disebut endumy,~iurn dan kumpulan ini bergabung rnenjadi saw tenunan s e r b
seccara umum &pat dibagi menjdi 4 golongan yaitu : Jaringan kulit, jaringan pengikat, jaringan syara f, dan jaringin otot. Jaringan otot paling ban yak
diperhatikan sebagai makanan (Forrest et ab, 1975).
Daging merupakan bahan makanan yang sangat dibutuhkan oleh rnanusia. Secam sedethana orang rnakan daging karma menyukainya tapi tidak
b l a h pntingnya yaitu nilai mt rnakman yang terkandung di dalamnya sangat dibutuhkan untuk hidup, anbra lain asam-asam amino essensial (Ensrninger,
1990). Menurut Price &n Schweigert: ( I 9711, Qaging menxpakan sum& protein, vitamin l3 &n mineral trhususnya mt besi. Daging yang berkualitas baik
mengandung zat besi sekitar 2,5 - 2,8 mg/lOQ)gr (Anggaradi, 1984; dan Lawrie,
198 I).
Komposisi daging menurut Price dan Schewcigert (1971) tergantung
dari spesies, kondisi hewan, jenis-jenis daging, pengawetan, penyimpanstn, dnn metode pengepahn. Ziegler (1958) drtn Jacabs (1962) mengemukakan bahwa daging terdiri dari bahan-bahan ynng mengandung nitrogen, senyawa-stnyawa
nitrogen, mineral, garam-garam dan a h , dan 20% dari seluruh bahan padat daXam
daging adalah protein.
Kandungan lemak dalarn daging &rut menentukan kualitas daging,
karena hal ini menmtukan amma dan flavor daging tersebut. Disamping itu daging juga sumber vitamin, dirnana banyak mengandung viteunin I3 kompleks dan yang terbanyak addah vitamin Bl (Thiamin), vitamin B12 (Cyanacobalamin), asam foleat. Tetapi vitamin-vitamin ini bervariasi jumlahya
dari alat-alat tubuh yang berbeda pada hewan yang sama, namun perbedaannya
(Freeman, 1960). Menurut Ressang (1951) vitamin A banyak terdapat dalam hati
dan ginjal.
Myogfabin
Pigmen yang mernpengaruhi wama daging atau otot terdiri atas bagian, utama yaitu myog3obin. Myoglobin sebagai saIah s;ntu protein sarkoplasmik
terbentuk dari suatu ranhi polipeptida tunggal terikat diseketiling suatu grup heme ymg rnembawa aksigen. Menurut Soepamo (1 9981, gnrp heme tersusun dari suatu atom Fe atau suatu cincin por-rin. Dalam otot atau daging yang normal kandungan myogIobin adalah berfrisar 80 - 90% &ri total pigmen
d m
lebih sangat berpengaruh dibandingkan dengan hemoglobin (Forrest et aL, 1 975).Seperti halnya hemoglobin, myoglobin terdiri atas protein globin d m zat besi
dengan kandungan sekitar 3 -- 5% dari total mt besi &lam tubuh (Urtdtnvood,
[image:148.618.224.421.391.540.2]197 1).
Gambar I. Struktur Kimia Heme Kompleks dari Mygbbin (Price
Konsentrasi myaglobin berbeds anhra umur, spesies, bangsa, tingkat hubungan dengan atmosfir, lobsi otot menunjuhn adanya variasi konsentrasi myoglobin diantara s p i e s , umur d m otot (Soeparno, 1998).
Hemoglobin, Eritrosit dan Hematakrit
Hemoglobin rnmpnbn p i p e n eritrosit yang terdiri a8s protein
kornpleks terkonjugasi yang mengindung zat besi, atau didefinisikm sebagai
protein tetramer (ernpat satuan protein) yang tersusun dari dua gugus yang
masing-masing dibentuk ohh dua unit polipeptida atau monomer yang bcrbcda. Warm rnerah hemoglobin discbabh oleh heme yaitu senyawa metalik yang mengandung satu atom h i . Unkrk iebih jelasnya bentuk kimia dari hemoglobin
dapat dilihat pa& Gamba~ 2.
Biosintesis hemoglobin dimutai &lam eritrosit dan berlangsung terns dalam perkembangan sel darah merah. Selma nukleus masih ada di dalam sel, pmbentukan hemoglobin masih berlangsung (Reviany d m 51artini 1886).
Menurut Underwood (1 97 1 ) M a r hemoglobin dalarn darah bervariasi
dipengaruhi aleh umur, jenis keiamin, zat- mt nutrisi makanan, lrondisi kesebatan,
Icebuntingan, hktasi dan lingkungan (iklim dan kelernbabiban).
Hemoglobin pada eritrasit vcrkbratil melakuhn dua fungsi biologik
yang penting : (1) pngangkutan U2 daxi organ respirasi ke jaringm perifer, dan
(2) penganglruhn CQ2 daxi hrbagai proton dari jaringan perifer ke organ resgirasi untuk selanjutnya diekskresihn ke luar (Murray et al., 1 979).
eritrosit menurun (di bawah normal) kmasuk ke dalarn jenis anemia rnikrositik hypokmmik (Church dm Fond, 1 988).
Menurut Rcviany dan H~tartini (1 986) hemcltoXrrit atau packed cell volume (PCV) adalah perscntase sel-sel damh rnerah di dalam 100 rnl darai.1, Pada hewan,
hematokt sebanding dengm erikosit dan kadar hemoglobin.
[image:150.612.232.465.319.542.2]Wilson (1 9799) rnenyabkan bahwa nilai hematokrit sangat, berhubungan dengan viskositas (kekentalan) darah dimma peningkatan nilai hematokit akan rnerringkatkan viskositas darah. Besamya nilai hematokrit dipengaruhi oleh (1) bangsa dan jenis ternak, (2) umur dan fase procluksi, (3) jenis kelamin, (4) iklim setempat, ( 5 ) penyakit dan (6) dehidrasi.
Z a t Besi
Zat: besi memegang perman rnenentukan dalam proses kehidupan, rnempengmhi fungsi energi organ dan jaringan tub&. Zat besi rnempakan
komponen dari setiap aganisme hidup, kandungan zat. besi pada hewan benariasi dari rnulai lahir sampai dcwasa, Zat: besi juga rnerupakan unsur yang pentirrg ddam metabolisme tubuh tern&, berguna untuk respirasi sel, scbagai kompontn hemoglobin, myogIobin, dan dal am sistem ewim tertentu (McDowell, 1992).
Kandungan zat besi total yang ada dalam tubuh t m a k bervariasi bedasarkan
spesies, umur, jenis kdarnin, nilai zat-mt maknnan dan kondisi kesehatan (Undmood, 1 97 11). a t b s i dibutuhkan sekitar 50
-
1 00 ppm bahan kmkg pakan untuk ternak nrminansia dewasa (NRC, 1 988).Ada dua bentuk prsenyawaan kimia dari zat besi daXam campuran
makarian dm masing-masing diserap datarn mekcinisme yang berbeda yaitu, pcrtama adalah Fe yang terdapat dalam heme daXam suatu cincin porfrin &lam hemoglobifi dan myoglobin yang jumlahnya hampir 40% dari zat besi yang ada ddam jaringan. Karena porjrin mempalclln hasil ikatan kompleks dengan protein maka heme lebifi hmt pa& pH netral d a l m usus halus dari pada pH asam daIam lambung. Kedua ahlah Fe non-heme d a l m makannn asal tanaman dan jumlahya sekitar 60% dan diserap di dalam mukosa usus halus bagian atas.
Sumber Fe nun-heme Iainnya adalah senyawa-senyawa yang dihmbabkan dahm
makamn berupa garam-garam yang mudah Iarut atau elemen zat h s i yang
tidak larut pada pH diatas 3,O sedangkan ion ferro tetap Iarut pada pH 8,O (Murray et al., 19791,
Zat besi dalam tubuh ternak terdapat &hm bentuk kompleks berikatan
dengan protein (hemoprotein), sebagai komponen uhma heme (hemoglobin h myogIobin), sebagai emim heme (mitokondrial dan miIcrosomnl sitokrom,
katalase dan peoksidase) abu sebagai kamponen heme (FEuvin Fe-emim,
transferrip1 dan fewitin) (Murray et a/,, 1979). Furoqori dan Kowabata (1979)
menambahn bahwa lrnsur zat besi ditemubn daXarn atot sebagai myoglobin dan
&lam hati sebagai ferritin dan hernosidwin.
Adapun fungsi mineral zat besi &lam tubuh adalah sebagai pembawa 02 &in CQZ, b e w a n daIam pembntukan sel darah merah, rnenglmblis konversi
P
karobn menjadi vitamin A, sintesis purin yang rnerupakan bagian integral dari aasm nukleat (RNA dan DNA), penghilangan lipid dari darah, sintesis kolagen, produhi anti badi, dan detoksifrkasi racun di dalam hati (Tillman et a!., 1991).Zat besi bersama protein Cglobuti~) mernbentuk hemoglobin yang berperan sebagai pmbawa oksigen. Bentuk persenyawaan h m e juga terdapat dalam myogi'obin yaitu zat warna yang serupa dengan hemoglobin yang terdapat
pada otot. Myoglobin rnempunyrti kernampuan untuk rnenangkap oksigen sebagaimnna halnya hemoglobin (Ensrninger, 1 990).
Gambaran sistematik dari rnetahIisme zat besi clapat dilihat pa&
terdapat &lam btntuk ferrz' (Fe3') maka agar bisa diserap of eh duodenum, besi
tersebut rnemerlukan mduksi dari EPentukferri (Fe 3t) rncnjadifirm (Fe 2').
at besi diserap ke d a l m sel mukosa dan diubah menjadi fewitin. Pada
saat sel tersebut secara fisiolagis jenuh dengan fkrritin, m k a penyerapan besi
dihambat smpai zat bbesi dilepaskan &ri f m i f i n dan ditransfer ke dalam plasma.
Fe-fewo yang rnasuk ke dalam plasma darah dengan cepat dioksidasi
menjadi bentuk fen+. Bentuk Fe fewi iin iumumnya membenruk kompleks dengan globulin f &ansferrin) dan dihwfer ke datam tubub. Tramferrin menerima zat b s i yang diserap dariusus halus, yang dilcpaskan dari simpanan mt besi tubuh dm dari pemecahan hemaghbin. Kernudian transferfin mengantarkan zat besi ke sumsum tubng untuk pembntukan hemoglobin, ke dalam plasenta untuk kebutukan fetus, dan ke dalam sel untuk pembentulran enzirn yang mengandung
zat btsi.
Penyirnpanan zat k s i dalam hemoglobin ditakukan dengan sistern retilculoenduthe~iul di dalam hati, ginjal dan sumsum tulmg, yang mendapahn Fe dari set darah m m h yang mati. Zat besi dilepaskan dari hemoglobin selama pemecahan st1 Qarah rnerah, kemudian dibbawn ke hati dm disehesihn ke dalam
empedu. Sebrtgirtn btsar zat besi y m g ada &lam tmpedu diserap dan digunstkan kembali untuk membentuk hemoglobin. Zat besi disehesikan di dalam feses dan
urine, dapat rnelalui kuIit, rambut dan kuku jika krdapat ehresi besi yang
berlebihan. Sebagian besar zat besi yang terdapat dalam feses merupakan zat besi yang berasat dari, rnahnan yang tidak dapat diserap (McDoweIl, 1992),
Penyerapan zat k s i itu sendhi dipenganrhi oieh :1) urnur, status zat besi dan kondisi kesehatan ternak atau individu; 2) kondisi saIuran pencemaan; 3) jumlah
dan bent& kimia dari b s i mabmn; 4) jurnlah dan komposisi mineral fain yang brinteraksi dengan zat besi. Menurut Furoqori dan Kowabata ( 1 979) penyerapan zat besi dikontrul aleh rnukosa usus halus yang mampu menerima zat besi pa&
waktu dibutuhkan dan akan rnenobknya saat: kebutuhan sudah terpenuhi.
Penyerapan mt k s i dalam bentuk non-heme sebagian btsar
dipengaruhi oleh hberapa kilasl, yang dikandung daIam makanan. Asam askarbat menunjang absorbs; mt besi dan ethylene-dicnminetetraacetic acid (EDTA)
merighambat: ahsahsinya. Histidin, Iisine, dan sisteine meningkatkan penyerapan zat besi fm (FCZ'). Mahnan dengan tin&$ fosfor (P) tinggi akan menurunkan absorbsi mt besi, brena adanyaferri-fosfat &n pitat yang tidak larut. Makanan dengan kadar smbaga (Cu), mangan
(Mn),
timah (Pb) dm cadmium (Cd) tinggiakan rneningkatkan kebutuhan zat besi (McDowell, 19921, dan disemkan pula
unsur smg (Zn) (Underwood, I 97 1 )
.
Zat besi makanan Xebih banyak yang diserap dalam keadaan kehrangan
dm penyerapannya ke daiam hbub sangat menurun kalau banyak simpanan znt
b s i . Pitat, oksalat, tanin dan fosfat yang ada &lam pakan cenderung rnembenhlk endapan zat besi yang tidak larut sehingga mmenyebabkan zat: besi tersebut tidak ditpat diserap. Untuk merncegahnya digunakan p g k i l a s i (iron chelaling agents), seprti vitamin C , fruktosa, fumarat, dan beberapa asam amino yang
menyebabkan a t b s i dnlam keadaan larut sehingga dapat diserap (Parakhsi,
BLOOD
0
m h % - f " - . ~ , J . . .)
I . . .,,..< , o; *
,.
.. .i'..-,:" x * >;, . ., ,.,.:*.: . :-;.:,?.::., < ,.. , . .,,.+. :.:,
f
t
t
t
"Gwmbar 3. MetstboXIsme Zat Besi (McDowelX, 1992)
Kekurangan dan Kelebihao Zstt Besi (Fe)
Anemia terjadi jika suplai mt besi yang ada tidak cukup, sehingga
terjadi defisiensi untuk pemkntukan hemoglobin. Defisiensi zat besi ditandai
dengan pertrrrnbahan bobot badan rendah, lesu, darah tidak bersirkuhsi, kesulitan h a p a s setelah exercise, nafsu makm menurun, penurunan daya tcthan tcrhadap
kematian kernatian yang tinggi (Ensminger, 1890). Deteminasi defisiensi dapat
dildcukan dengan pendataan berdasarkan konsentrasi mineral dalarn jaringan
bmak (Mchwetl et a/., 198 I), Gejala keracunan zat b s i kruriis &pat dilihae
dengan adanya penumnan konsumsi makanan, laju pertumbuhan dan konversi makamn yang rendah. Temak yang ktracunan mernpelrlihatkan gejala anorexia,
aliguria, diarrhea, hypothemia, shock dan kemrttian. ToIeransi maksimum kadar
zat besi sekitar 1OOO ppm (Mchwell d al,, 1992).
Pencemaran dalam Sbtem Produbi Ternak
Penccman finghngan yang sering dijumpai akibat usaha petemakan adalah pencemaran air, debu dan bau. Pencemaran air banyak disebabkan aleh
lirnbahkotom ternrtk yang terbawa air, beberapa disebabkan oleh penggunaan
pupuk dan peptisida sehubungan dengan produksi hijauan (Meer, 1986).
Limbah padat: yang dihasilkan mempunyai niXai BUD sekitar 10.000 ,,,,,, 20.000
mg/l (LPC, 19921,
Pencemaran amoniak dari sistern peternakan intensif juga dapat
mernperbesar pencemaran pasokan air dengan nitrat dan dapat menimbulkan
hujan asam (Oasthoek, 1988). Selain itu debu yang dihsilkan drtpat menimbulkan rnasalah gangguan pernapasan pada temak maupun manusia.
Melalui sifat fisihya debu juga @at bertindak sebagai pembawa organisme
penyakit dm bahan beracun f Hellicksan et ul., l 989).
Cutynebacterium, Sfreptamyces, Pseerdomonas SP dan Kapang f Hartmann, 1980). Pen yebaran debu hpatt dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban udam, pergerahn uhra, intensitas ventilasi
,
kerapatan ternak dan tidak memadainyap m h s i h a n kandang dari kototsln (Perkins dan Morrison, 1 99 1).
Selain pencemaran air dan debu, masalah yang paling banyak dikeluhkan
adalah adanya gangguan bau dan gas yang dapat mengganggu rnasyarakrtt: sekitar
petemkan (Carney dan Dodd, 1986). Menurut Collernan et a t , (1 991) bau busuk yang dikeluarkan oleh kotoran temak dapat digu~ongkan sebagai asam brboksilat, senyawa fenolat, senyawa alifatik dan seyawa mengandung nitrogen
MAIXRI DAN METODE
Tempat dan Wwktu Penelitian
Penelitian dilahkan secara brtahap di Desa Kandctng Mukti Kecamatan
Leles Kabupaten Gamt Propinsi Jstwa Barat. Tahap pertama, dilakukan selamrt tiga bulan yaihl pada bubn Oktubcr 2001. Tahap ini ditujukan untuk.
mengidentifhsi hrakteristik produksi melipuh pola-pola perneliharaan ttmasuk pmbrian pakan,ketersediaan pakan, kualitas pakan, perkandangan dan pengolahan Iimbah. Tahap kedua dilahkan pa& bulan berikutnya yaitu pada bulan Januari 2002, ditujukan untulc mengidentifibsi karakteristik produk unhk
dibandingkan dengan produk dari ternpat Iain.
Twftap Penelitian Pertama
Penenturn Desa Kandang Muktj dilakukan secara purpossive kamna
desa ini menxpakan desa untuk proyek percantohan petemakan sapi patong, Dari desa tersebut dipilih tiga keIompok yang terdiri drtri : 1) Peternak sapi (35 orang);
2) pengajirx tahu (20 orang), dari 3) non ptm& (20 orang) sap;. Pada hhap
pertam&, pengurnpuhn data primer diperoleh dani wawarrcara langsung terhadap
responden yang bmpedornan pada daftrtr pertanyaan (kuisianer) yang telah
disiapkan. Kuisioner dibagi rnenjadi 3 kelompok yaitu kuisioner untuk 1)
kelompok. Selain itu data primer juga diperolch melalui pengamatitn dan
pngukuran langsung di lapangan. Data sekunder diproleh dari berbagai instmsi
terkait seperti Dinas Peternakan, managmfi Irecamatan, hntor statistik kabupaten,
Bapeda dan dinas-dinas terbit.
Perxbah yang diukur pada tahap ini meliputi sistem produksi yaitu :
1, Sistem budidaya meliputi pola pernberian palan, sistern perka~da~gam, sistern perneliharaan dan pengontralan terhadap penyakit yakni suatu bentuk campur h n g a ~ peternak yang blah diaplikasi selama proses praduksi.
2. Ketersediaan serta kompsisi nukitif g d a n lakal yang telah digunakan s e a
pakan alternatif yang mungkin dipnakan.
3. Menghimng patensi pengembangan kmak sapi berdasarkan ketersdiaan
pakrtn, lahan, tenaga kerjn. Penghitungan mengguaakan bebrapa peridekatan
yaitu :
1, Metode Pemctaan Potensi Wilayah (Dirjen Petemabn, 1985) digunahn unmk menghikmg bsarnya potensi pengembangan ternak sapi badasarkan X&an sumber hijauan.
Bentuk persarnam yang digunakan adalah :
Keterangari :
Pst = Potensi mahimum wilayab untuk temak ruminansia (ST) berdasarkan sumbexdaya lahan garapan (LG), padang nrmgut fPR) dm rawa.
LG
= Luas garapan tanaman pangan (ha).PR
-
Luas padrtng m p u t alam (ha), b = Daya tampung padang mmput.PR
-
Luas rawa air (ha).c
-
Daya tampung rawa.Upasitas peninghan populasi ternak dihitung berdasarkan seiisih poknsi maksimum dengan populasi temak ruminctnsia waktu itu,
K P P s ~
-
&pasitas peningkatstn populasi k k(ST)
str;ntu wilayahberhsarkan sumberdaya labn.
PSI., = Poknsi mahimum wilayah herdasarkan sumberdaya
lahan.
pt = PopuIasi tern& p d a saat itu.
2. Menghitung pabnsi maksimal wilayah hrdasarkan sumkrdaya keXuarga (petemak) dengan persamaan :
PSK = Potensi rnaksimum f ST) berdasarkan sumberdaya keluarga. d = Jumlah satuan temrik yang dapat diplihara aleh satu keluarga
petani peternak.
KK = Banyaknya keprt h keceiuarga pebni petern*.
Kagasitas peningkrttan populasi ternak herdasarkan sumbexdaya kcluarga
sumhrdaya keluarga.
3. Menghikrng potensi pengembangan berdasarlcan ketersediaan pakan
sumbr protein yaitu ampas tahu dm altematif pengganti ampas tahu yaitu
Y
1 YzPPsp =
+
R1 R;t
PPsp = P o h s i pengembangan trerdrtsarhn sumber protein
Y
-
Jumlah total prduksi stmpas tahu stgar (per hari)Ya "; Jurntah total p r h k s i pngganti ampas tahu f per hari)
Ri -- Jumlah pernberian ampas hhu minimi per hari yang dapat
rnemberikan pertambahan bobot badan.
Rz
= Jumlah pemberian pengganti ampas trthu minimal per hari yangprotein :
KPPsp = PPsp
-
R
5 , Menghitung praduksi limbah temak per ekor per hari pada sistem
pmeliharaarJperkandangan y ang a& di lokasi, temnasuk penanganan dan
Tahap PenelitPan Kedusr
Pa& taplap kedua, penelitian ditujukan unbk rnengidentifikasi kuatitas daging Axirkas yang dihrtsilkan. Pembandingan akan dilahkan anhra pala perlakuan pakan yang ada di kelornpok peternak Mekar Mukti, juga dengagan perlakuan pakan yang sama atau berbedrt dengan kelompok usaha ternak di
tempat lain.
Peubah y m g diukur pada pemlitian tahap kedua meliputi :
I. Sifat fisik daging segar meliputi : wama &ging, pH daging
,
daya i h t air,kempukan dm konsistensi daging. Wama daging dinilai bedasarkan
Australia Meat Stan&r. PH &ging diukur dengan
pH
meter. Daya ikat airdihitung dengan menggunaknn metode EIamm, s e d a n g h keempukan
menggunakan shear tesr mengpnakan alat pernotong W arner-Bratzler
.
2. Pelngukuran status hernatolagik darah pad8 saat tern& hidup. Pengukurandilakuhn h g a n rnengambil sampel darah pada bagian pmbuluh darah di telinga kmudian dihitung nilai kadar hemoglobinnya herdasarkan metode
Sahli.
Materi
Materi yang digumhn dalam penelhian tahap kedua ini adalah sampeX daging pada bstgian knjung (rump) dari sapi
FH
jantan dengan umur dm babotatau Iingkar dada yrtng sama pada saat diptong.
yang d i w k a n adalah analisrt sidik ragam dsngan uji lanjut menggunakan uji
beda nyata jujur (Tukey) (Steel dan Torrie, 1 997).
Perfakuan dirnaksud adalah :
R1
-
Rumput dengan konsentratR2 = Jerami padi dmgan am