• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi Pertumbuhan Ayam Broiler Berdasarkan Variabilitas Iklim Mikro Kandang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Simulasi Pertumbuhan Ayam Broiler Berdasarkan Variabilitas Iklim Mikro Kandang"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

SIMULASI PERTUMBUHAN AYAM BROILER

BERDASARKAN VARIABILITAS IKLIM MIKRO KANDANG

MUHARROM

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

ABSTRAK

MUHARROM. Simulasi Pertumbuhan Ayam Broiler Berdasarkan Variabilitas Iklim Mikro Kandang. Dibimbing oleh BREGAS BUDIANTO.

Pemodelan merupakan teknik yang relevan untuk mengetahui kondisi budidaya ayam broiler secara integral. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun model simulasi pertumbuhan ayam broiler terkait interaksinya terhadap kondisi iklim mikro kandang. Pemodelan ini disusun berdasarkan keseimbangan antara energi masuk dan energi keluar dalam skala ayam broiler. Apabila ayam dipelihara di dalam kandang dengan suhu efektif di luar suhu termonetralnya, maka ayam akan meningkatkan atau menurunkan konsumsi pakan untuk menjaga suhu tubuhnya tetap normal. Pengujian model simulasi dilakukan dengan menggunakan data input iklim mikro pada kondisi yang ideal dan non ideal. Hasil pengujian menunjukkan nilai MRPE < 25% sehingga model simulasi cukup akurat untuk digunakan dalam simulasi yang lainnya. Contoh simulasi dalam penelitian ini yaitu simulasi pengaruh cekaman panas, dan cekaman dingin terhadap performa ayam broiler. Berdasarkan kurva rasio konversi pakan (FCR) hasil simulasi, ayam yang dipelihara pada suhu efektif 34 oC (cekaman panas) dapat mengkonversi pakan lebih efisien daripada ayam yang dipelihara pada suhu efektif 10 oC (cekaman dingin). Contoh simulasi yang lain yaitu simulasi penentuan waktu panen ideal. Waktu panen ideal ditetapkan berdasarkan keuntungan maksimal dan preferensi peternak.

Kata kunci: broiler, iklim mikro, model simulasi, pertumbuhan

ABSTRACT

MUHARROM. The Simulation of Broiler Growth Based On Micro-Climate Variability. Supervised by BREGAS BUDIANTO.

Modelling is a relevant tool to monitor broiler rearing condition in integrated view. The aim of this study is to develop the simulation model of broiler growth realated to its interaction with micro-climate condition. Broiler growth model was simulated in relation with energy balance from feed that was intaked till its excreted. This simulation model can predict broiler live weight and feed intake variables. This model was validated using ideal and non ideal micro-climate condition as model inputs. Validation result show MRPE < 25%, means that this model accurate enough tobe used in another broiler growth simulation. This paper gives two simulation sample, it is simulation to see the effect of heat stress, and cold stress on broiler performance; and simulation to determine the best harvesting time. Based on feed convertion ratio (FCR) curve from first simulation, broiler that kept under effective temperature 34 oC (heat stress) has better feed efficiency than broiler that kept under Tef 10 oC (cold stress).

(4)
(5)

1

SIMULASI PERTUMBUHAN AYAM BROILER

BERDASARKAN VARIABILITAS IKLIM MIKRO KANDANG

MUHARROM

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

2

Judul Skripsi : Simulasi Pertumbuhan Ayam Broiler Berdasarkan Variabilitas Iklim Mikro Kandang

Nama : Muharrom

NRP : G24090001

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Bregas Budianto, Ass. Dipl. NIP. 19640308 199403 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi

Dr. Ir. Rini Hidayati, MS. NIP. 19600305 198703 2 002

(7)

3

©Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)

4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam tulisan karya ilmiah ini adalah “Simulasi Pertumbuhan Ayam Broiler Berdasarkan Variabilitas Iklim Mikro Kandang”. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2012 hingga Maret 2013.

Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini terutama kepada keluarga besar Mujiono, serta kepada:

1. Bapak Ir. Bregas Budianto, Ass. Dipl. selaku pembimbing.

2. Ibu Dr. Ir. Rini Hidayati, MS selaku Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi dan seluruh dosen Geofisika dan Meteorologi yang telah memberi saya banyak ilmu.

3. Bapak Prof. Dr. Ir Ahmad Bey selaku dosen pembimbing akademik saya.

4. BUMN yang telah memberikan beasiswa pendidikan di IPB dari semester 3 hingga semester 8.

5. Teman-teman Jayadewata CIX3 : Mas Puguh, Fahmi, Bambang, dan Dwi.

6. Teman–teman GFM 46, GFM 47, dan GFM 45.

7. Semua pihak yang banyak membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun guna memperbaiki segala kekurangan tersebut. Penulis juga berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Bogor, April 2013

(9)

5

RIWAYAT HIDUP

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 1

II TINJAUAN PUSTAKA 2

2.1 Kebutuhan Iklim Mikro Ayam Broiler 2

2.2 Aliran Energi Skala Ayam Broiler 3

2.3 Kebutuhan Energi Ayam Broiler 4

2.4 Model Pertumbuhan Ayam Broiler 5

III METODE 6

3.1 Mencari Persamaan Suhu Efektif (Tef) 8

3.2 Teknik Pemodelan Pertumbuhan Ayam Broiler 9

3.3 Teknik Pengujian Model Simulasi 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 11

4.1 Persamaan Suhu Efektif (Tef) 11

4.2 Model Simulasi Pertumbuhan Ayam Broiler 13

4.3 Pengujian Model Simulasi 15

4.4 Simulasi 17

4.4.1 Simulasi Pengaruh Cekaman Panas dan Cekaman Dingin Terhadap

Performa Ayam Broiler 17

4.4.2 Simulasi Penentuan Waktu Panen Optimal 20

IV KESIMPULAN 21

5.1 Kesimpulan 21

5.2 Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

(12)

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Beberapa model untuk menduga kebutuhan energi termetabolis

(ME) pada ayam broiler dan broiler breeder 5

Tabel 2 Nilai suhu efektif (Tef) pada berbagai kombinasi T, RH, dan V 8 Tabel 3 Persamaan empiris suhu efektif (RM : regresi multivariat, IT :

indeks terbobot) 12

Tabel 4 Validasi persamaan empiris Tef 12

Tabel 5 Kebutuhan energi termetabolis beberapa strain ayam broiler 14 Tabel 6 Data performa ayam broiler hasil pengamatan Razuki et al. (2011)

dan hasil simulasi model 16

Tabel 7 Berat ayam broiler hasil pengamatan Blahova et al. 2007 dan hasil

simulasi model 17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kebutuhan suhu efektif ideal bagi ayam broiler (Mitchell 2009). 2 Gambar 2 Aliran energi dari pakan yang dimakan oleh ayam broiler

(McKinney 2005). 3

Gambar 3 Diagram alir penelitian. 7

Gambar 4 Diagram forrester pertumbuhan ayam broiler. 9

Gambar 5 Pengaruh suhu efektif terhadap peningkatan dan penurunan feed

intake ( Donald 2010, Daghir 2008). 10

Gambar 6 Kurva pertumbuhan ayam broiler yang dipelihara pada kondisi

iklim mikro ideal dan non-ideal. 13

Gambar 7 Penentuan suhu efektif ideal untuk menghasilkan MEp optimum

pada ayam broiler umur 30 hari. 15

Gambar 8 Data berat hidup rata-rata (LW) ayam broiler hasil panen

University Farm dan hasil simulasi model. 16

Gambar 9 Suhu efektif (Tef) simulasi cekaman dingin dan cekaman panas. 18 Gambar 10 Live weight (LW) ayam hasil simulasi cekaman dingin dan

cekaman panas. 18

Gambar 11 Feed intake (FI) hasil simulasi cekaman dingin dan cekaman

panas. 19

Gambar 12 Feed convertion ratio (FCR) hasil simulasi cekaman dingin dan

cekaman panas. 19

(13)

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram alir mencari persamaan suhu efektif ayam broiler 25 Lampiran 2 Diagram alir mencari persamaan koefisien efisiensi (C) 26 Lampiran 3 Diagram alir pemodelan pertumbuhan ayam broiler 27 Lampiran 4 Diagram alir pemodelan performa budidaya ayam broiler 28

Lampiran 5 Screen shot tampilan model simulasi 28

Lampiran 6 Suhu efektif pemeliharaan ayam broiler di kandang University

Farm IPB periode ke-33 29

Lampiran 7 Data suhu efektif percobaan Razuki et al. (2011) yang

digunakan sebagai input model simulasi 29

Lampiran 8 Data suhu efektif percobaan Blahova et al. 2007 yang digunakan

(14)
(15)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ayam broiler merupakan hewan homeotermal sehingga harus mempertahankan suhu tubuhnya secara konstan agar fungsi dalam tubuhnya berlangsung secara optimal. Suhu tubuh ayam broiler pada saat baru menetas adalah 39,7 oC dan hanya dalam waktu tiga minggu, suhu tubuhnya meningkat menjadi 40,6 – 41,7 oC (Weaver 2001). Apabila suhu lingkungan efektif (Tef) berada di dalam zona termonetral, maka ayam broiler dewasa akan mempertahankan suhu tubuhnya antara 41,2 – 42,2 oC melalui mekanisme termoregulasi dengan usaha yang minimal (Tao dan Xin 2003).

Agar ayam broiler tumbuh secara optimal, ayam harus dipelihara di dalam kandang dengan suhu efektif yang ideal. Apabila ayam broiler dipelihara dalam lingkungan termal diluar batas termonetralnya, maka ayam broiler akan mengalami cekaman dingin (cold stress) atau cekaman panas (heat stress). Dampak yang umum terjadi akibat cekaman tersebut adalah berkurangnya efisiensi pertumbuhan, litter semakin basah, daya tahan terhadap penyakit berkurang, hingga kematian ayam broiler (Czarick dan Fairchild 2008). Oleh karena pentingnya suhu efektif dalam budidaya ayam broiler, maka manajemen iklim mikro kandang yang tepat sangat diperlukan. Praktik di lapangan menunjukkan banyak peternak yang masih kurang baik dalam manajemen iklim mikro kandang dan hanya melihat suhu efektif secara parsial sehingga menyianyiakan potensi genetis ayam.

Pemodelan merupakan alat yang cukup relevan untuk memfasilitasi peternak dalam melihat kondisi kandang secara integral. Saat ini telah banyak model yang dikembangkan oleh peneliti terkait budidaya ayam broiler. Setiap model memiliki fokus utama tertentu, seperti fokus pada nutrisi pakan (McKenney 2005; Aert et al 2003), perkandangan (Alimuddin 2012; Pedersen et

al. 1998), Emisi (Meda et al. 2011; IPCC 2006), dan lain-lain. Diantara

model-model tersebut, belum ada model-model yang fokus pada pengaruh iklim mikro terhadap performa ayam broiler. Selain itu, sebagian model tersebut terlalu umum dan tidak up to date terhadap perubahan genetis ayam sehingga sulit diterapkan pada skala komersial.

Model simulasi pertumbuhan ayam broiler pada penelitian ini disusun berdasarkan hubungan antara iklim mikro dan pertumbuhan. Penyusunan model simulasi mengacu pada standar performa terbaru di masing-masing strain sehingga hasil simulasi diharapkan lebih akurat.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Melakukan pemodelan pertumbuhan ayam broiler berdasarkan variabilitas iklim mikro kandang.

(16)

2

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Iklim Mikro Ayam Broiler

Ayam broiler (Gallus domesticus) membutuhkan kondisi iklim mikro yang ideal agar pertumbuhannya dapat optimal. Pada saat budidaya, peternak moderen mengekspresikan kebutuhan iklim mikro dalam bentuk suhu lingkungan efektif (Tef) yaitu suhu yang dirasakan oleh ayam broiler, akibat integrasi beberapa faktor lingkungan seperti suhu udara ambien (Ta), kelembaban (RH), kecepatan angin (V), radiasi surya, dan presipitasi (Hassan & Reddy 2012; Yahav et al 2004; Turnpenny et al. 2000; Winn & Godfrey 1967). Namun karena ayam broiler dibudidayakan di dalam kandang, maka faktor radiasi surya dan presipitasi diabaikan. Dimana semakin besar suhu dan kelembaban lingkungan maka suhu efektif akan semakin besar. Semakin besar kecepatan angin, maka heat exchange rate semakin besar sehingga suhu efektif akan menurun.

Suhu efektif dapat diduga dengan cara memperhatikan respon fisiologis (laju pernafasan, detak jantung, suhu tubuh, dan lain-lain) dan respon biofisik ayam (produksi telur, ekskresi, dan lain-lain) setelah diberi perlakuan beberapa faktor lingkungan utama (Naas dan Moura 2006). Setelah suhu efektif diketahui, maka nilai tersebut dapat digunakan sebagai panduan untuk menentukan apakah ayam dalam keadaan termonetral atau tidak. Oleh karena efektifitas fungsi termoregulasi ayam berbeda disetiap umurnya, maka kebutuhan suhu efektif juga akan berbeda. Pada saat ayam broiler baru menetas, ayam belum dapat mempertahankan suhu tubuhnya dengan baik sehingga butuh suhu efektif yang tinggi. Setelah fungsi termoregulasi ayam bekerja dengan baik (umur >21), maka ayam membutuhkan suhu efektif yang lebih rendah agar keseimbangan panas tubuh dapat terjaga. Kebutuhan suhu efektif yang ideal untuk budidaya ayam broiler ditampikan dalam Gambar 1.

(17)

3

2.2 Aliran Energi Skala Ayam Broiler

Pakan merupakan sumber energi utama bagi ayam broiler yang dipelihara secara intensif di kandang. Sumber energi lain seperti radiasi matahari dan radiasi inframerah dari komponen kandang dapat diabaikan karena nilainya yang kecil. Berikut adalah skema aliran energi dari pakan yang dimakan oleh broiler:

Gambar 2 Aliran energi dari pakan yang dimakan oleh ayam broiler (McKinney 2005).

Energi kotor (gross energy) adalah sejumlah panas yang dilepaskan oleh satu unit bobot bahan kering pakan bila dioksidasi sempurna (McKinney 2005). Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa tidak semua energi kotor (gross energy) dalam pakan dapat dicerna oleh ayam broiler. Energi kotor yang tidak tercerna disebut sebagai fecal energy. Energi feses ini selain berasal dari pakan yang tidak dicerna juga berasal dari saluran pencernaan yang berupa mukosa, enzim dan bakteri.

Energi tercerna (digestible energy) merupakan sejumlah energi kotor yang dapat dicerna oleh ayam broiler. Energi tercerna dapat dihitung dengan cara mengurangi energi kotor dalam pakan dengan energi feses ayam broiler. Oleh karena jalur pengeluaran feses dan urin bersatu, maka penentuan energi tercerna sulit dilakukan.

(18)

4

endogenous. Dalam penggunaan sehari-hari, praktisi nutrisi menyebut TME

sebagai ME agar tidak membingungkan peternak.

Energi termetabolis bersih (net metabolizable energy, NME) adalah sejumlah energi yang dapat digunakan hanya untuk untuk pemeliharaan/maintenance dan produksi. Energi ini berasal dari energi termetabolis (ME) yang telah dikurangi dengan panas yang diproduksi oleh ayam broiler (heat production, HP). Adapun heat production adalah energi yang keluar akibat proses metabolisme dan fermentasi dari zat-zat makanan.

2.3 Kebutuhan Energi Ayam Broiler

Besarnya asupan energi yang dibutuhkan ayam broiler dinyatakan dalam metabolizable energy intake (MEI). Energi ini berasal dari sejumlah energi termetabolis yang masuk ke tubuh ayam broiler melalui pakan. MEI ditentukan dengan menggunakan metode faktorial, yaitu membagi kebutuhan energi untuk maintenance dan pertumbuhan. Berikut adalah persamaan untuk menghitung MEI (Latshaw dan Moritz 2009):

MEI (Kcal) = Feed intake (Kg) x ME (Kcal/Kg)

MEI = Net Maintenance Energy (NMEm) + Net Production Energy (NMEp) + Heat Production (HP)

MEI = 1/km x NMEm + 1/kp x NMEp MEI = MEm + MEp

dimana km dan kp masing masing adalah koefisien efisiensi energi maintenance dan produksi.

Kebutuhan energi untuk hidup pokok (MEm) meliputi kebutuhan untuk metabolisme basal dan aktivitas normal. Kebutuhan MEm harus terpenuhi dahulu sebelum ayam menggunakan energi untuk pertumbuhan. Kebutuhan energi untuk hidup pokok dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu berat tubuh (live weight, LW), lingkungan iklim mikro, dan aktivitas ayam.

Pendugaan kebutuhan energi untuk hidup pokok telah dilakukan oleh Chwalibog (1991) pada ayam broiler jantan strain Ross. Berikut adalah model yang dihasilkan Chwalibog (1991):

MEm = 1.111 LW0.75.

Model ini menduga kebutuhan energi untuk hidup pokok ayam broiler pada berat metabolis (LW0.75) tertentu.

Menurut Sakomura et al. (2003), model untuk menduga kebutuhan energi maintenance ayam broiler harus mempertimbangkan kondisi iklim mikro pemeliharaan. Oleh karena itu, Sakomura et al.(2003) melakukan riset terkait pengaruh suhu T (oC) dan berat ayam LW (kg) terhadap kebutuhan MEm pada ayam broiler breeder jantan, dan mengekspresikan hubungan variabel tersebut dalam persamaan matematis sebagai berikut:

(19)

5

Persamaan yang diajukan oleh Sakomura et al. (2003) adalah persamaan yang dapat digunakan pada ayam broiler breeder. Pada ayam broiler pedaging, persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Sakomura et al. 2005):

MEm = LW0.75 (307.87 – 15.63T + 0.31T2).

Kebutuhan energi termetabolis untuk produksi (MEp) merupakan energi yang digunakan oleh ayam broiler setelah kebutuhan MEm terpenuhi. MEp oleh ayam broiler digunakan untuk meningkatkan berat badan (weight gain, WG). Adanya variasi komposisi tubuh pada berbagai umur pemeliharaan menyebabkan kebutuhan energi untuk meningkatkan berat badan juga bervariasi. Berdasarkan metode allometrik, peneliti membagi komposisi tubuh ayam menjadi empat komponen utama, yaitu air, protein, lemak, dan abu (bahan kering).

Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi ayam broiler, maka pendugaan total kebutuhan energi penting dilakukan. Total kebutuhan energi merupakan penjumlahan dari MEm dan MEp. Berikut adalah beberapa model yang dapat digunakan untuk menduga kebutuhan energi. Model berikut tidak menggunakan MEp karena MEp langsung diubah menjadi WG (g) dengan faktor konversi C (kcal/g).

Tabel 1 Beberapa model untuk menduga kebutuhan energi termetabolis (ME) pada ayam broiler dan broiler breeder

Umur

(minggu) Model*

Broiler breeder pullet (Sakomura et al. 2003) 3 to 8 ME = W0.75 (174 – 1.88T) + 2.83WG 9 to14 ME = W0.75 (174 – 1.88 T) + 2.50WG 15 to 20 ME = W0.75 (174 – 1.8 T) + 3.24 WG

Female broiler (Longo et al. 2006)

1 to 3 ME = W0.75 (307.87 – 15.63 T + 0.31T2) + 3.98 WG 4 to 6 ME = W0.75 (307.87 – 15.63 T + 0.31 T2) + 3.93 WG 7 to 8 ME = W0.75 (307.87 – 15.63 T + 0.31 T2) + 7.04 WG

Male broiler (Longo et al. 2006)

1 to 3 ME = W0.75 (307.87 – 15.63 T + 0.31 T2) + 3.72 WG 4 to 6 ME = W0.75 (307.87 – 15.63 T + 0.31 T2) + 4.21 WG 7 to 8 ME = W0.75 (307.87 – 15.63 T + 0.31 T2) + 4.51 WG

Broiler (Sakomura et al. 2005)

1 to 8 ME = W0.75 (307.87 – 15.63T + 0.3105T2) + 13.52 FG + 12.59PG Keterangan: *ME = MEm + C WG; ME = Metabolizable energy (Kcal), W = live weight (kg),

T = Suhu (oC), WG = weight gain (g), FG = fat gain (g), PG = protein gain (g).

2.4 Model PertumbuhanAyam Broiler

(20)

6

2003). Model ini umumnya dibangun untuk mendeskripsikan potensi genetis ayam broiler karena dapat menjelaskan proses pertumbuhan. Salah satu model mekanistik yang umum digunakan oleh peneliti adalah fungsi Gomperz (Sakomura et al. 2005). Peneliti yang menggunakan fungsi ini untuk diterapkan di model terkait budidaya ayam broiler yaitu Meda et al. (2011), Pedersen et al. (1998). Fungsi ini sangat akurat untuk menduga berat badan ayam potensial pada berbagai variasi waktu. Kelemahan fungsi ini yaitu kurang baik apabila digunakan untuk kegiatan kontrol dalam budidaya karena terlalu kompleks dan kurang akuratapabila ayam broiler dipelihara dalam lingkungan diluar ideal. Berikut adalah fungsi Gomperz untuk ayam broiler jantan strain Ross 308 hasil modifikasi Sakomura et al. (2005):

Wt = Wm.exp[− exp{− B( t − t* )}],

dimana Wt = weight saat t (g), Wm = weight saat mature (6.050 g), B = rate to maturity (0,0389/d), dan t* = waktu saat B maksimum (39 hari).

Model empirik dibangun dengan menggunakan data eksperimen secara langsung. Misal mencari persamaan matematis liveweight dengan cara melakukan regresi linier antara live weight terhadap waktu.Model ini cukup akurat karena menggunakan data historis untuk menduga berat ayam beberapa hari ke depan. Kelemahan model ini yaitu kurang baik dalam menjelaskan proses, kurang mempertimbangkan faktor lingkungan dan pakan. Beberapa peneliti yang menggunakan model ini yaitu : Aerts et al. (2003), dan Orheruata et al. (2006). Berikut adalah contoh persamaan empiris untuk menduga berat ayam broiler:

Wk = θ1k + θ2k . CFk

dimana Wk = weight (kg) saat k; CFk = Cumulative feed intake (kg) saat k; θ1k (kg) dan θ2k (kg/kg) adalah time variant model parameter saat waktu k (hari).

III METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 hingga Maret 2013. Penelitian diawali dengan mengumpulkan data, mencari fungsi yang mewakili sebaran data suhu efektif (Tef), mencari persamaan faktor konversi (C), melakukan pemodelan, validasi, hingga simulasi. Gambar 3 berikut adalah diagram alir penelitian.

(21)

7

recording ayam broiler di kandang closed house university farm IPB, dan data

penelitian Razuki et al. (2011) dan Blahova et al.(2007).

Gambar 3 Diagram alir penelitian.

Mulai

Mencari Persamaan C

Persamaan C

Penyusunan Model

Model

Selesai Pengumpulan Data

Spread sheet Tef Standar Performa

Mencari Fungsi Tef

Fungsi Tef

Validasi

Valid?

Simulasi

N

(22)

8

3.1 Mencari Persamaan Suhu Efektif (Tef)

Variabel suhu efektif yang tersedia di setiap buku panduan budidaya ayam broiler masih berupa sebaran data suhu efektif. Dilain pihak, sebaran data (tabel 2) tersebut sulit untuk diterapkan secara langsung dalam pemodelan pertumbuhan ayam broiler karena merepotkan dan tidak efektif. Oleh karena itu dibutuhkan persamaan empiris untuk mewakili sebaran data tersebut.

Tabel 2 Nilai suhu efektif (Tef) pada berbagai kombinasi T, RH, dan V

T (oC) RH

Persamaan empiris dicari dengan cara melakukan iterasi variabel (a, b, c, dan e) untuk menduga suhu efektif dengan menggunakan persamaan regresi multivariat (RM) dan persamaan indeks terbobot (IT) Tao dan Xin (2003). Dalam prosesnya, iterasi variabel dibantu oleh add-ins solver pada Ms. excell. Berikut adalah persamaan penduga Tef.

Persamaan regresi multivariat (RM): Tef = aT + bRH + cV + e

(23)

9

Setelah persamaan empiris Tef didapat, persamaan tersebut selanjutnya divalidasi dengan menggunakan data suhu efektif Mitchell (2009). Teknik validasi yang diterapkan yaitu teknik validasi silang, dimana persamaan menduga suhu efektif dari berbagai kombinasi iklim mikro target budidaya. Apabila hasil semua Tef duga bernilai sama, maka persamaan yang dihasilkan valid. Diagram alir pembuatan persamaan suhu efektif disajikan pada lampiran 1.

3.2 Teknik Pemodelan Pertumbuhan Ayam Broiler

Pertumbuhan ayam broiler yang disimulasikan pada penelitian ini adalah pertumbuhan pada tahap starter (0-11 hari), grower (12-24 hari), finisher I (25-42 hari) dan finisher II (> 43 hari) (Ross 2007a). Metode yang digunakan yaitu metode keseimbangan energi pada skala ayam broiler. Asumsi yang digunakan yaitu ayam broiler hanya mendapat input energi dari pakan. Asumsi ini akan tepat terpenuhi jika pemanas brooder ayam broiler tidak menggunakan pemanas inframerah dan ayam broiler tidak mendapat radiasi matahari yang tinggi.

Gambar 4 Diagram forrester pertumbuhan ayam broiler.

Diagam forrester (Gambar 4) menjelaskan proses akumulasi berat ayam (LW) berdasarkan aliran energi masuk (pakan) dan energi keluar (ekskresi). Akumulasi ini dipengaruhi oleh besar kecilnya peningkatan berat ayam (WG). Laju peningkatan berat ayam tergantung pada banyaknya energi termetabolis

P

MEI : Metabolizable energy intake (Kcal) TME : True metabolizable energy (Kcal)

MEm : Metabolizable energy for maintenance (Kcal) Mep : Metabolizable energy for production (Kcal) C : Faktor konversi (Kcal/g)

(24)

10

untuk produksi (MEp), dimana MEp = MEI – MEm. Semakin besar MEp, maka semakin besar pula peningkatan berat badan ayam.

Kebutuhan energi untuk maintenance dapat dihitung dengan menggunakan persamaan MEm yang dibuat oleh Sakomura et al. (2005). Oleh karena Sakomura et al. (2005) melakukan pengamatan pada kondisi standar, yaitu kelembaban relatif (RH) dan kecepatan angin (V) masing-masing sekitar 50 % dan 0 m/s, maka variabel suhu (T) dapat diganti menjadi variabel suhu efektif (Tef). Asumsi ini dapat dilakukan karena pada kondisi RH 50 % dan V 0 m/s, nilai suhu T akan sama dengan nilai suhu efektif Tef. Dengan demikian persamaan MEm Sakomura et al. (2005) berubah menjadi:

MEm = LW0.75 (307.87 – 15.63Tef + 0.31Tef2) ... (1) Jumlah metabolizable energy intake (MEI) dapat dengan mudah dihitung dengan cara mengalikan asupan pakan (FI) dengan kandungan energi pakan (TME) berdasarkan data dari buku panduan budidaya. Apabila kondisi iklim mikro tidak ideal, maka ayam broiler akan meresponnya dengan meningkatkan atau menurunkan konsumsi pakan dengan laju seperti pada Gambar 5 berikut.

Gambar 5 Pengaruh suhu efektif terhadap peningkatan dan penurunan feed intake (Donald 2010, Daghir 2008).

(25)

11

Performa Ayam Broiler

Data pertumbuhan ayam broiler hasil dugaan model simulasi pertumbuhan dapat digunakan untuk menduga performa ayam dalam skala harian. Informasi yang dihasilkan ini sangat dibutuhkan dalam manajemen ayam broiler yang presisi. Beberapa performa tersebut yaitu berat hidup, berat pakan, Feed

Convertion Ratio (FCR), Production Efficiency Factor (PEF) (Ross 2009), dan

Profit.

.

dimana R merupakan penerimaan, dan FC, pDOC, OC masing-masing merupakan biaya pakan, biaya DOC dan biaya operasional (asumsi Rp 1200/ekor ).

3.3 Teknik Pengujian Model Simulasi

Validasi merupakan salah satu tahap yang penting dalam penyusunan model simulasi pertumbuhan ayam broiler. Pengujian dilakukan untuk menentukan apakah pemodelan cukup akurat untuk mewakili kondisi lapang.

Tingkat akurasi model simulasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan beberapa metode, yaitu metode grafik,dan metode mean relative predictive error (MRPE) seperti yang digunakan oleh Orheruata et al. (2006), dan Aerts et al. (2003a). Berikut adalah formula untuk menghitung MRPE :

√( )

dimana N merupakan jumlah sampel dan wk serta wk^ masing-masing adalah data aktual dan data prediksi. Model simulasi pertumbuhan ayam broiler dapat dikatakan cukup akurat apabila MRPE < 25%.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persamaan Suhu Efektif (Tef)

(26)

12

Tabel 3 Persamaan empiris suhu efektif (RM : regresi multivariat, IT : indeks terbobot)

Metode Persamaan Tef (oC) Max MRPE (%)

Saat V < 0.3 m/s

RM 1 0.95T + 0.16 RH - 7.4 3.54 IT 1 0.95((0.86T+0.14RH)) + 0.18((0.86T+0.14RH)) - 7.96 3.17

Saat V > 0.3 m/s

RM 2 0.633T + 0.09RH - 2.514V + 5 14.4 IT 2 (0.6217T + 0.107RH) x V-0.13 9.9 IT 3 (0.632T + 0.102 RH) x V-0.131 + 5 9.66 IT 4 0.811 x ((0.86T + 0.14RH) V-0.132) - 2.74 7.8

Berdasarkan tabel 3 di atas, persamaan yang memiliki Max MRPE (mean relative prediction error) terkecil adalah persamaan regresi multivariat1 (RM1) saat kecepatan angin V ≤ 0,3 m/s dan persamaan indeks terbobot 4 (IT 4) saat kecepatan angin> 0,3 m/s. Persamaan tersebut dapat mewakili sebaran data suhu efektif dibanding persamaan lain karena sifatnya yang mirip dengan sifat sebaran data. Misal pengaruh kecepatan angin yang nonlinier terhadap Tef tidak dapat diwakili oleh fungsi linier (Tao dan Xin 2003).

Persamaan yang menghasilkan error terkecil selanjutnya diuji secara silang untuk memastikan keakuratan persamaan tersebut. Data yang digunakan adalah data suhu target yang terdapat dalam buku panduan budidaya ayam broiler (Mitchell 2009). Dalam buku tersebut, suhu pemeliharaan yang dijadikan acuan ditentukan berdasarkan keadaan RH. Apabila RH rendah, maka suhu pemeliharaan harus ditingkatkan dan sebaliknya. Kombinasi antara suhu dan kelembaban relatif dalam panduan tersebut disusun berdasarkan suhu efektif yang dirasakan oleh ayam broiler. Dengan demikian, pada hari yang sama, berbagai kombinasi T dan RH akan memiliki besaran suhu efektif yang sama.

Tabel 4 validasi persamaan empiris Tef

Umur T saat RH* Tef saat RH** Tef

(27)

13

Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa setiap kombinasi T dan RH memiliki nilai Tef duga yang hampir sama. Standar deviasi Tef hasil dugaan persamaan RM1 sebesar < 0.5 oC. Dengan demikian, persamaan tersebut dapat digunakan untuk mewakili sebaran suhu efektif Barnwell (2004).

4.2 Model Simulasi Pertumbuhan Ayam Broiler

Variabel yang dibutuhkan untuk input pemodelan terdiri dari strain, presentase ayam jantan, variabel berat awal DOC, variabel pakan, variabel iklim mikro pemeliharaan, variabel harga, dan variabel data recording. Semua variabel selain variabel awal DOC dimasukkan secara harian karena resolusi model simulasi adalah harian.

(28)

14

diproduksi oleh tubuh tergantung pada berat badan dan asupan pakan, sedangkan laju kehilangan panas tergantung pada kondisi lingkungan khususnya suhu efektif.

Pada saat suhu efektif budidaya lebih tinggi daripada suhu efektif ideal, ayam akan menurunkan konsumsi pakannya. Penurunan ini terjadi akibat berkurangnya kebutuhan energi termetabolis untuk memproduksi panas. Kebutuhan energi termetabolis justru meningkat seiring dengan peningkatan suhu karena ayam harus melepaskan panas (lihat Gambar 7). Dengan menurunnya asupan pakan dan meningkatnya kebutuhan energi untuk melepas panas, maka energi yang tersisa untuk produksi semakin kecil. Akibatnya, peningkatan berat badan ayam berkurang. Mekanisme yang sama juga dilakukan oleh ayam broiler ketika suhu efektif lingkungan lebih rendah daripada suhu ideal ayam broiler. Perbedaannya yaitu ayam akan meningkatkan konsumsi pakannya karena kebutuhan energi termetabolis untuk memproduksi panas tubuh meningkat.

Kebutuhan ME (MEm +MEp) ayam broiler bervariasi terhadap waktu. Perbedaan kebutuhan ME tersebut disebabkan oleh variabilitas MEm dan MEp. Energi termetabolis untuk hidup pokok (MEm) dipengaruhi oleh berat ayam (LW), suhu efektif pemeliharaan (Tef), dan aktivitas ayam. Menurut Daghir (2008), kebutuhan MEp tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Perbedaan MEp dari hari ke hari terjadi karena adanya perbedaan massa dan komposisi tubuh ayam. Jika setiap gram peningkatan berat badan (WG) pada komposisi tertentu membutuhkan energi sebanyak C kkal, maka kebutuhan MEp dapat dihitung dengan mengalikan total WG dengan C energi. Oleh karena MEp tidak dipengaruhi oleh suhu, maka nilai C juga diasumsikan tidak dipengaruhi oleh suhu. Pengaruh suhu terhadap nilai C akan terasa apabila ayam dipelihara dalam kondisi non-ideal dalam jangka waktu yang lama karena komposisi tubuh ayam akan berubah. Misal ayam yang konsisten terkena cekaman panas dalam waktu yang lama akan memproduksi lemak tubuh yang lebih sedikit daripada kondisi ideal. Dengan demikian, total kebutuhan ME ayam dapat dihitung dengan persamaan ME = MEm + C.WG. Berikut adalah persamaan kebutuhan ME untuk beberapa strain ayam broiler. Berbeda dengan persamaan ME pada tabel 1 (resolusi mingguan), persamaan kebutuhan ME pada tabel 5 berikut memiliki resolusi harian dan disusun dengan menggunakan data standar performa ayam broiler.

Tabel 5 Kebutuhan energi termetabolis beberapa strain ayam broiler

Strain Persamaan Kebutuhan ME

Ross 308 LW0.75 (307.87 – 15.63Tef + 0.31Tef2) + (0.059 x umur + 2.263) WG

(29)

15

MEm budidaya dihitung dengan menggunakan persamaan 1 (halaman 10). Nilai C didapat dengan cara membagi MEp ideal dengan WG ideal.

Kebutuhan iklim mikro ideal

Menurut Daghir (2008) kebutuhan energi untuk maintenance (MEm) terendah pada ayam broiler terjadi pada suhu efektif 27 oC. Berdasarkan model MEm Sakomura et al. (2005), MEm terendah terjadi pada suhu efektif sekitar 25oC. Dalam prakteknya, suhu efektif yang ideal untuk budidaya ayam broiler dewasa (> 4 minggu) adalah sebesar 21oC. Suhu efektif 21oC dipilih karena pada suhu ini, ayam mengkonsumsi pakan lebih banyak tanpa mengubah kebutuhan MEm secara signifikan. Akibatnya, selisih antara energi masuk (MEI) dan energi untuk hidup pokok (MEm) berada dalam besaran yang maksimal. Dengan demikian, jelas bahwa kondisi iklim mikro yang ideal untuk budidaya ayam broiler adalah kondisi yang menyaratkan pertumbuhan optimal, bukan kondisi dimana kebutuhan MEm terkecil terjadi. Gambar 7 berikut mengilustrasikan penentuan kondisi iklim mikro yang ideal untuk budidaya ayam broiler umur 30 hari.

Gambar 7 Penentuan suhu efektif ideal untuk menghasilkan MEp optimum pada ayam broiler umur 30 hari.

4.3 Pengujian Model Simulasi

Pengujian model simulasi secara keseluruhan sulit dilakukan karena data input yang dibutuhkan terlalu banyak. Oleh karena itu, hanya bagian utama model simulasi saja yang diuji. Bagian utama tersebut yaitu berat badan ayam (LW) dan feed intake (FI). Bagian model simulasi yang lain cukup dihitung dengan teliti dan dilihat koherensinya terhadap keadaan normal di lapangan.

Pengujian pertama dilakukan dengan menggunakan data recording mingguan dan data hasil panen ayam broiler di kandang tertutup milik University Farm IPB periode ke-33. Input iklim mikro yang digunakan sesuai dengan target suhu efektif yang diterapkan oleh University Farm IPB (lampiran 6).

(30)

16

Gambar 8 Data berat hidup rata-rata (LW) ayam broiler hasil panen University Farm dan hasil simulasi model.

Gambar 8 menunjukkan bahwa hasil prediksi model simulasi cukup baik. Hal ini terlihat dari masuknya data hasil prediksi model simulasi ke dalam standar deviasi data hasil pengukuran University Farm. Pada umur empat minggu awal, hasil prediksi model terlihat lebih kecil daripada data recording university farm. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena proses pengambilan sampel kurang baik. Pada hari ke-30 hingga 34, nilai rata-rata berat badan ayam di kandang tersebut lebih rendah daripada nilai rata-rata LW hari sebelumnya karena pada empat tersebut dilakukan pemanenan ayam. Pada saat panen, semua ayam ditimbang sehingga data yang dihasilkan lebih merepresentasikan populasi ayam broiler.

Pengujian kedua dan ketiga masing-masing dilakukan pada data hasil percobaan Razuki et al. (2011) dan Blahova et al. 2007. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat akurasi pemodelan apabila iklim mikro yang digunakan sebagai input dalam besaran yang tidak ideal bagi ayam broiler.

Razuki et al. (2011) melakukan riset mengenai pengaruh suhu ambien tinggi (29 oC – 36 oC) terhadap performa ayam broiler pada berbagai strain. Berikut adalah data hasil simulasi dan data hasil percobaan tersebut:

Tabel 6 Data performa ayam broiler hasil pengamatan Razuki et al. (2011) dan hasil simulasi model

Strain Umur Body Weight (g) Feed Intake (g)

Aktual Simulasi MRPE Aktual Simulasi MRPE

(31)

17

Berdasarkan tabel 6, terlihat bahwa mean relative predictive error (MRPE) hasil simulasi berkisarantara 0.35 – 16.36 % dengan rata-rata 4.33 %. Hasil simulasi model tersebut cukup baik karena nilai MRPE < 25%. Adanya variasi MRPE yang tinggi terjadi karena data iklim mikro hanya diukur sekali seminggu oleh Razuki et al. (2011). Oleh karena itu validasi ketiga dilakukan dengan menggunakan data input iklim mikro yang lengkap.

Tabel 7 Berat ayam broiler hasil pengamatan Blahova et al.2007 dan hasil simulasi model

Perlakuan Weight Female (42 hari) Weight Male (42 hari) Aktual Simulasi MRPE Aktual Simulasi MRPE Kontrol 2330 ± 260 2338 0.3 2700 ± 340 2750 1.8

Cold Stress 2270 ± 280 2210 2.7 2600 ± 370 2623 0.9

Pada validasi yang ketiga, data yang digunakan adalah data hasil percobaan yang dilakukan oleh Blahova et al. 2007 tentang pengaruh suhu ambien rendah (4oC - 13oC ) terhadap performa ayam broiler (lampiran 8). Data performa ayam hasil percobaan dan hasil simulasi ditampilkan dalam tabel 7. Dari tabel tersebut, terlihat bahwa hasil pendugaan performa ayam menggunakan model simulasi ini mendekati nilai sebenarnya. Oleh karena data menunjukkan bahwa hasil dugaan model simulasi cukup akurat, maka model ini dapat digunakan untuk simulasi dan alat bantu keputusan dalam manajemen ayam broiler.

4.4 Simulasi

4.4.1 Simulasi Pengaruh Cekaman Panas dan Cekaman Dingin Terhadap Performa Ayam Broiler

Ayam menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara mengatur keseimbangan antara panas yang masuk dan keluar. Panas pada ayam keluar melalui dua mekanisme, yaitu Mekanisme pelepasan panas terasa (sensible heat loss) ke lingkungan dengan cara radiasi, konduksi, dan konveksi; dan Mekanisme pelepasan panas laten (latent heat loss) dengan cara menguapkan air melalui permukaan paru-paru dan permukaan tubuh. Ketika suhu lingkungan dibawah ideal, ayam meningkatkan panas masuk dengan cara meningkatkan asupan pakan, meningkatkan aktivitas dan mengurangi panas keluar dengan cara berkerumun, menegakkan bulu dan lain-lain. Apabila suhu lingkungan di atas ideal, ayam akan mengurangi energi masuk dengan cara mengurangi asupan pakan, mengurangi aktivvitas, dan meningkatkan pelepasan panas dengan cara evaporasi dan mekanisme vasodilatasi.

(32)

18

pada suhu efektif 10 oC untuk merasakan cekaman dingin dan suhu efektif 34 oC untuk merasakan cekaman panas.

Gambar 9 Suhu efektif (Tef) simulasi cekaman dingin dan cekaman panas.

Gambar 10 Live weight (LW) ayam hasil simulasi cekaman dingin dan cekaman panas.

Berdasarkan Gambar 10, terlihat bahwa dampak cekaman panas terhadap pengurangan berat ayam (LW) lebih besar daripada dampak cekaman dingin. Ayam yang dipelihara pada suhu efektif 34 oC memiliki energi tersimpan lebih sedikit dibandingkan dengan ayam yang dipelihara pada suhu efektif 10 oC. Akibatnya, energi yang dapat dikonversi untuk menjadi berat badan semakin sedikit pada ayam yang terkena cekaman panas (lihat Gambar 7). Jika hanya dilihat dari kurva berat badan ayam (Gambar 10), maka ayam yang dipelihara pada suhu efektif 10 oC memiliki performa yang lebih baik daripada ayam yang dipelihara pada suhu efektif 34 oC. Namun apabila mempertimbangkan banyaknya pakan yang dikonsumsi (Gambar 11), ayam yang dipelihara pada suhu efektif 10 o

C belum tentu lebih baik daripada ayam yang dipelihara pada suhu efektif 34 oC, karena ayam yang dipelihara pada suhu efektif 10 oC mengkonsumsi pakan jauh lebih banyak daripada ayam yang dipelihara pada Tef 34 oC (Gambar 11).

(33)

19

Gambar 11 Feed intake (FI) hasil simulasi cekaman dingin dan cekaman panas.

Kurva yang dapat digunakan untuk melihat mana diantara kedua perlakuan cekaman tersebut yang menghasilkan performa yang lebih baik adalah kurva feed convertion ratio (FCR) (Gambar 12). FCR menyatakan seberapa besar pakan (g) yang dikonsumsi ayam dapat diubah menjadi berat badan (g). Misal FCR 2 berarti dibutuhkan 2 gram pakan untuk meningkatkan 1 gram berat ayam. Semakin kecil FCR, maka semakin baik performa ayam tersebut. Berdasarkan Gambar 12, ayam yang memiliki FCR terendah adalah ayam yang dipelihara pada kondisi ideal, disusul oleh ayam yang dipelihara pada Tef 34 oC.

Gambar 12 Feed convertion ratio (FCR) hasil simulasi cekaman dingin dan cekaman panas.

Bagi peternak, khususnya peternak yang memiliki kandang terbuka (open house), kriteria yang digunakan untuk pemilihan tempat budidaya adalah kriteria ekonomi budidaya. Peternak cenderung memlihara ayam pada lingkungan yang memiliki suhu efektif mendekati suhu efektif ideal (21oC) agar keuntungan yang dihasilkan semakin besar. Di Indonesia, tempat yang memiliki suhu rata-rata

(34)

20

harian mendekati suhu ideal adalah daerah pegunungan. Dengan demikian wajar apabila sentra peternakan terletak pada daerah yang memiliki banyak gunung seperti kabupaten Bogor.

4.4. 2 Simulasi Penentuan Waktu Panen Optimal

Pada umumnya, peternak menentukan kapan ayam dapat dipanen adalah dengan melihat umur ayam atau berat ayam. Peternak tidak berani berlama-lama menahan jadwal pemanenan karena takut rugi akibat pembengkakan biaya pakan. Hal ini wajar karena pada periode finisher (umur > 24 hari), konsumsi pakan ayam sangat tinggi namun peningkatan berat ayam tidak berbeda jauh dengan berat hari sebelumnya.

Gambar 13 kurva peningkatan berat badan (WG) dan feed intake (FI).

Berdasarkan Gambar 13, terlihat bahwa laju peningkatan konsumsi pakan (daily feed intake) dari hari ke hari semakin besar dan akan asimtot pada hari ke-60. Berbeda dengan laju asupan pakan harian, laju peningkatan berat badan mulai melambat pada awal periode finisher I (umur 24 – 42 hari), dan mencapai puncaknya pada hari ke-35. Setelah mencapai puncaknya, laju peningkatan berat badan akan terus menurun hingga bernilai mendekati 0 saat ayam mencapai ukuran maksimalnya (± 6000 g). Berdasarkan kurva tersebut, peternak akan mendapatkan penerimaan optimal tepat saat kurva peningkatan berat badan mencapai puncaknya. Apabila kedua kurva tersebut digabung dengan keragaan harga (lampiran 5), maka akan didapat kurva keuntungan (pendapatan – biaya pakan – biaya DOC – biaya operasional) seperti pada Gambar 14.

Gambar 14 menunjukkan bahwa usaha budidaya ayam broiler pada tingkat harga input dan output seperti pada lampiran 5 akan mulai mengalami keuntungan pada hari ke-22. Keuntungan akan mencapai puncaknya pada hari ke 40 dan turun hingga merugi pada hari ke 58. Gambar tersebut dapat dijadikan sebagai alat bantu keputusan terkait kapan pemanenan dapat dilakukan. Jika umumnya peternak melakukan pemanenan ketika ayam berumur 30 hari, maka dengan memanfaatkan hasil prediksi model simulasi, peternak berani menunda pemanenan hingga hari ke 34 untuk mendapat keuntungan yang lebih besar. Adapun keuntungan maksimal yang jatuh pada hari ke 42 tidak dapat dinikmati karena peternak cenderung enggan mengundur waktu panen terlalu lama.

(35)

21

Gambar 14 Profit disetiap umur pada tingkat harga tertentu.

IV KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Pemodelan pertumbuhan ayam broiler dapat dilakukan berdasarkan keseimbangan energi ayam broiler akibat variabilitas iklim mikro. Suhu efektif yang ideal untuk budidaya ayam broiler adalah suhu efektif yang menyaratkan pertumbuhan optimal, bukan suhu efektif ketika kebutuhan energi maintenance terkecil terjadi. Hasil validasi menunjukkan bahwa model simulasi memiliki MRPE < 25% sehingga model dapat digunakan untuk simulasi lainnya. Berdasarkan kurva feed conversion ratio (FCR) hasil simulasi, ayam broiler yang dipelihara pada Tef 34 oC lebih efisien dalam mengkonversi pakan daripada ayam broiler yang dipelihara pada Tef 10 oC. Pemodelan ini juga dapat digunakan untuk penentuan waktu panen ideal. Waktu panen ideal dapat ditetapkan dengan cara melihat profit maksimal dan preferensi peternak.

5.2 Saran

Pemodelan ini perlu disempurnakan dan diuji secara berkelanjutan untuk memastikan keakuratannya. Salah satu hal yang penting untuk menyempurnakan model simulasi ini adalah dengan meneliti pengaruh suhu terhadap faktor konversi C. Selain itu, pemodelan perlu dikombinasikan dengan model ayam broiler lain seperti model perkandangan, emisi, nutrisi dan lain-lain agar lebih berguna untuk manajemen ayam broiler. Selanjutnya pemodelan perlu diterjemahkan ke dalam bahasa pemrogaman dan dikemas dalam sebuah software yang user friendly sehingga dapat digunakan oleh banyak peternak.

(36)

22

DAFTAR PUSTAKA

Aerts JM, Lippens M, Groote GD, Buyse J, Decuypere E, Vranken E, Berckmans D. 2003a. Recursive prediction of broiler growth response to feed intake by using a time-variant parameter estimation method. Poultry Science 82:40–49.

Aerts JM, Wathes CM, Berckmans D. 2003. Dynamic data-based modelling of heat production and growth of broiler chickens: development of an integrated management system.Biosystems Engineering 84 (3):257–266. Alimuddin. 2012. Sistem supervisori kendali lingkungan pada model broiler

closed house [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Barnwell R. 2004. Effective Temperature for Chicks and Broilers. Bakker. Technical Report.

Blahova J, Dobsikova R, Stakova E, Suchy P. 2007. Effect of low environmental temperature on performance and blood system in broiler chickens (Gallus domesticus).Acta vet. 76: S17-S23.

Chwalibog A. 1991. Energetics of animal production. Acta Agricultural Scandinavica 41:147-160.

[CIGR] Commission Internationale du Génie Rural. 2002. 4th Report of Working Group on Climatization of Animal Houses - Heat and moisture production at animal and house levels. Horsens, Denmark : CIGR.

[Cobb]. 2012. COBB 500 Broiler Performance. Arkansas: Cobb.

Czarick M, Fairchild BD. 2008. Poultry housing for hot climates.Di dalam: Daghir NJ, editor. Poultry Production In Hot Climates-Second Edition. Trowbridge, UK: Cromwell press.

Daghir NJ. 2008. Nutrient requirement of poultry at high temperature. Di dalam: Daghir NJ, editor. Poultry Production In Hot Climates-Second Edition.Trowbridge, UK: Cromwell press.

Donald JO. 2010. Ross Environmental Management in the Broiler House. Alabama: Ross.

Hassan AM, Reddy PG. 2012. Early age thermal conditioning improves broiler chick's response to acute heat stress at marketing age. American J. Animal & Vet. Sci. 7 (1): 1-6.

[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. Chapter 10: emissions from livestock and manure management. Di dalam: IPCC. Guidelines for national greenhouse gas inventories. Hayama, Jepang, IGES: 1-87.

Latshaw JD, Moritz JS. 2009. The partitioning of metabolizable energy by broiler chickens. Poultry Science 88:98–105.

Longo FA, Sakomura NK, Rabello CB, Figueiredo AN, Fernandes JBK. 2006. Metabolizable energy requirements for maintenance and growth of broilers. R Bras Zootec. 35 (1): 119 – 125.

McKinney LJ. 2005. Broiler growth models dynamically interfacing metabolic efficiency with the production environment [Dissertation]. Oklahoma: Oklahoma State University.

(37)

23

Mitchell M. 2009. Broiler Management Manual. Newbridge: Aviagen.

Naas IA, Moura DJ. 2006. Thermal comfort indexes. Di dalam: Naas IA, editor. Animal Housing in Hot Climates : A Multidiciplinary View. Denmark: Research Centre Bigholm.

Orheruata AM, Vaikosen SE, Alufohia G, Okagbare GO. 2006. Modeling growth response of broiler chicken to feed consumption using linear data based model structure. International Journal of Poultry Science 5 (5): 453-456. Pedersen S, Takai H, Johnsen JO, Metz JHM, Koerkamp PWG, Uenk GH,

Phillips VR, Holden MR, Sneath RW, Short JL, et al. 1998. A comparison of three balance methods for calculating ventilation rates in livestock buildings. J agric Engng Res. 70:25-37.

Razuki WM, Mukhlis SA, Jasim FH, Hamad RF. 2011. Productive performance of four commercial broiler genotypes reared under high ambient temperatures. International Journal of Poultry Science 10 (2): 87-92. [Ross]. 2007. Ross 308: Broiler Performance Objectives. Alabama: Ross. [Ross]. 2007a. Ross 308: Nutrition Specification. Alabama: Ross.

[Ross]. 2009. Broiler Management Manual. Alabama: Ross.

[Ross]. 2012. Ross308: Broiler Performance Objectives. Alabama: Ross.

Sakomura NK, Longo FA, Oviedo-Rondon EO, Boa-Viagem C, Ferraudo A. 2005. Modeling energi utilization and growth parameter description for broiler chickens.Poultry Science 84:1363–1369.

Sakomura NK, Silva R, Couto HP, Coon C, Pacheco CR. 2003. Modeling metabolizable energy utilization in broiler breeder pullets. Poultry Science 82: 419-427.

Tao X, Xin H. 2003. Temperature-Humidity-Velocity Index for Market-size Broilers. ASAE Meeting Paper No 034037. St Joseph, Mich: ASAE. Turnpenny JR, McArthur AJ, Clark JA, Wathes CM. 1999. Thermal balance of

livestock 1. a parsimonious model. Agric Forest Meteor. 101: 15-27. Winn PN, Godfrey EF. 1967. The effect of humidity on growth and feed

convertion of broiler chickens. Int. J Biometeor. 11 (1): 39-50.

(38)

24

(39)

25

Lampiran 1 Diagram alir mencari persamaan suhu efektif ayam broiler

Mulai

Cari persamaan dengan bantuan Solver:

Rumus: regresi multivariat, index terbobot (Tao dan Xin 2003).

Pilih Max MRPE terkecil

Max MRPE tiap metode

Persamaan Tef

Persamaan akhir T

Selesai Spread sheet Tef

(Barnwell 2004)

Tef Target (Mitchell 2009)

Pengujian Silang

Akurat? R2, MRPE

Pilih metode lain

N

(40)

26

Lampiran 2 Diagram alir mencari persamaan faktor konversi (C)

Data Standar performa, Tef ideal,

Mulai

For i = 1 to 70

MEIi = MEmi + MEpi MEIi = MEmi + CiWGi

Ci = (MEIi – MEm )/WG

Simpan Ci

Next i

Mencari persamaan C

Persamaan C

(41)

27

Lampiran 3 Diagram alir pemodelan pertumbuhan ayam broiler

Data Standar performa, Tef

ideal, berat DOC awal, C, TME

Mulai

Ti, RHi, Vi

 Hitung Tef

 Hitung Metabolizable energy intake (MEI) standar MEIs = Feed intake (FI) x metabolizable energy (AME)  Hitung kebutuhan energi maintenance (MEm)

MEm = LW0,75 x (307,87 – 15,63Tef + 0,31 Tef2)

Hitung dTef

dTef = Tef - Tef standar

Selesai For i = 1 to 70

dTef < 0 MEI = MEIs (1-0,005 dTef)

Tef < 25

MEI = MEIs (1-0,015 dTef)

MEI = MEIs (1+((-0,024Tef

2

+ 1,36Tef 20,7)/100) dTef)

 FI = MEI / AME

 FI kumulatif = FI(i-1) + FI(i)

 Wight gain (WG) = (MEI – MEm) / C

 Live Weight (LW) = WG(i-1) +WGi

Next i

Data iklim mikro pemeliharaan

Y

N N

(42)

28

Lampiran 4 Diagram alir pendugaan performa budidaya ayam broiler

Lampiran 5 Screen shot tampilan model simulasi Mulai

For i = 1 to 70

 Hitung jumlah ayam saat i (Si) Si = S(i-1)– mortalitas(i)

 Berat total ayam (TLWi)

TLWi = Lwi jantan x (presentase jantan x Si/100) + Lwi betina x (1-presentase jantan/100) x Si

 Berat pakan total (TFIi)

TFIi = FIi jantan x (presentase jantan x Si/100) + FIi betina x (1-presentase jantan/100) x Si+ TFI(i-1)

 Feed convertion ration (FCR) = TFIi / TLWi

 Production efficientcy factor (PEFi)

PEFi = (Liveability (%) x LWi) / (age x FCR)

 Profit = (TLWi x harga jual ayam) – (TFIi x harga pakan) – (S0 x harga DOC) – biaya operasional

Next i

Selesai

LW, FI, FI kumulatif,

(43)

29

Lampiran 6 Suhu efektif pemeliharaan ayam broiler di kandang University Farm IPB periode ke-33

Gambar

Gambar 1  Kebutuhan suhu efektif ideal bagi ayam broiler (Mitchell 2009).
Gambar 2 Aliran energi dari pakan yang dimakan oleh ayam broiler (McKinney 2005).
Tabel 1  Beberapa model untuk menduga kebutuhan energi termetabolis (ME) pada ayam broiler dan broiler breeder
Gambar 3 Diagram alir penelitian.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada umur 33 hari, ayam broiler yang dipelihara pada suhu tinggi cenderung telah dapat beradaptasi dengan tingkat cekaman panas sehingga suhu tidak berpengaruh nyata (P&gt;0,05)

Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa aktivitas minum tertinggi adalah pada ayam broiler yang diberi perlakuan cekaman panas dengan

Pembuktian hipotesis bahwa secara aspek keuangan investasi kandang tertutup pada peternak ayam broiler plasma PT GUT adalah layak diusahakan dapat dilihat pada Tabel

Pada tahun 2020 dilakukan penelitian oleh (Saputra &amp; Siswanto, 2020) mengenai “Prototype Sistem Monitoring Suhu Dan Kelembaban Pada Kandang Ayam Broiler Berbasis Internet

Syukur Alhamdulillah, akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berberjudul “Perancangan Sistem Pendeteksi Suhu Pada Kandang Ayam Broiler Berbasis

Pengendali suhu pemanas kandang anak ayam broiler dengan menggunakan Arduino mega 2560 yang dikendalikan secara otomatis dari sensor LM35 yang mengirim nilai suhu

Pada umur 33 hari, ayam broiler yang dipelihara pada suhu tinggi cenderung telah dapat beradaptasi dengan tingkat cekaman panas sehingga suhu tidak berpengaruh nyata (P&gt;0,05)

Alat ini terdiri dari beberapa perangkat keras dan lunak, diantaranya : Sensor Suhu DS18B20 sebagai pendeteksi suhu pada kandang ayam broiler, sensor kelembaban DHT11 sebagai pendeteksi