• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) dalam Pengembangan Industri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) dalam Pengembangan Industri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KOPERASI SEPATU SANDAL BOGOR (KOSSEBO)

DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL

ALAS KAKI DI KECAMATAN CIOMAS

KABUPATEN BOGOR

MAMAN SULAIMAN DABIGI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Peran Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) dalam Pengembangan Industri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Maman Sulaiman Dabigi

(4)

ABSTRAK

MAMAN SULAIMAN DABIGI. Peran Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) dalam Pengembangan Industri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M BAGA.

Industri alas kaki di Kabupaten Bogor merupakan industri yang memiliki kontribusi terbesar pada sektor manufaktur dan didominasi oleh industri-industri kecil alas kaki yang tumbuh pesat di Kabupaten tersebut. Namun masalah utama yang dihadapi industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas adalah modal. Melakukan kerjasama dengan toko sepatu sandal menjadi solusi yang realistis untuk industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas. Tetapi hal tersebut membuat daya tawar industri kecil alas kaki sangat lemah. Oleh karena itu, peran Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) diharapkan dapat menyelesaikan masalah ini. Tapi, seberapa besar peran KOSSEBO dalam menyelesaikan masalah industri kecil alas kaki, perlu penelitian untuk mengukur kinerja KOSSEBO. Pada Penelitian ini digunakan metode deskriptif untuk mempelajari keragaan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas, analisis pendapatan dan R/C rasio untuk menganalisis perbandingan tingkat pendapatan industri kecil alas kaki anggota KOSSEBO dan non-anggota dan Importance and Performance Analysis (IPA) untuk mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kinerja KOSSEBO sebagai tolak ukur peran KOSSEBO.

Kata kunci: Industri kecil alas kaki, kinerja, peran koperasi

ABSTRACT

MAMAN SULAIMAN DABIGI. Role of Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) in Small Shoes Industries Development in Ciomas Bogor. Supervised by LUKMAN M BAGA.

Shoes industry at Bogor is an industry who has the largest contribution in manufacturing sectorand it is dominated by small shoes industries are growing very fast. But the problem small shoes industries in Ciomas is capital. Cooperation with shoe stores to be a realistic solution for small shoes industries in Ciomas. But it makes small shoes industries’s bargaining power is so weak. Because of that, role of Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) is expected to resolve the problems. But, how big the role of KOSSEBO to resolve small shoes

industries’s problem, need a study to measure the performance of KOSSEBO. This study are used a descriptive method to determine the variability of small shoes industries in Ciomas, revenue analysis and R/C ratio to analyze comparison

of small shoes industries’s revenue KOSSEBO’s members and non-members and the Importance and Performance Analysis (IPA) to measure the level of

KOSSEBO’s importance and the level of KOSSEBO’s performance as a

measurement role of KOSSEBO.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitiann, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)
(7)

PERAN KOPERASI SEPATU SANDAL BOGOR (KOSSEBO)

DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL

ALAS KAKI DI KECAMATAN CIOMAS

KABUPATEN BOGOR

MAMAN SULAIMAN DABIGI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Peran Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) dalam Pengembangan Industri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

Nama : Maman Sulaiman Dabigi NIM : H3410403

Disetujui oleh

Ir Lukman M Baga. MA Ec Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi. MS Ketua Departemen Agribisnis

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Maret 2013 ini ialah koperasi, dengan judul Peran Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) dalam Pengembangan Industri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir Lukman M Baga. MA Ec, Bapak Amzul Rifin. Ph D dan Bapak Rahmat Yanuar. SP. M Si selaku dosen pembimbing, penguji utama dan penguji komite akademik yang telah banyak memberi saran. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Ir Narni Farmayanti. MS selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Moch Yusuf Ali selaku ketua Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) yang telah membantu penulis selama penelitian dan seluruh Pengrajin industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas anggota KOSSEBO maupun non anggota yang telah meluangkan waktu menjadi responden penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampakan kepada Orangtua dan seluruh keluarga atas doa, kasih sayang dan

support yang telah diberikan selama ini, Teman-teman Agribisnis program Alih Jenis angkatan 1 atas kebersamaan selama kuliah dan seluruh anggota Forum Wacana Lembah Intelek (FWLI).

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.

Bogor, Mei 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan 5

Manfaat 6

Ruang Lingkup 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Tinjauan Studi Terdahulu 6

Studi Empiris Mengenai Industri Alas Kaki 6

Studi Empiris Mengenai Peran Koperasi 7

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Industri Kecil Alas Kaki 10

Koperasi 11

Metode Deskriptif 13

Analisis Pendapatan 14

Importance and Performance Analysis (IPA) 14

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 19

Lokasi dan Waktu 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Pengambilan Sampel 19

Atribut Pertimbangan Industri Kecil Alas Kaki 19

Analisis Data 20

Metode Deskriptif 20

Analisis Pendapatan 20

Importance and Performance Analysis (IPA) 21

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 23

Profil Indusri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas 23 Sejarah Indusri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas 23

Profil Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) 24

Sejarah KOSSEBO 24

Struktur Organisasi KOSSEBO 25

Asset dan Sumberdaya KOSSEBO 26

Lingkup Kegiatan KOSSEBO 26

Program Kerja KOSSEBO 27

HASIL DAN PEMBAHASAN 28

Keragaan Industri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas 28

Karakteristik Industri Kecil Alas Kaki 28

Sistem Permodalan dan Sistem Kerjasama 30

Tenaga Kerja dan Sistem Pengupahan 32

Pemasaran Produk dan Sistem Pembayaran 33

(12)

Perbandingan Pendapatan Pengrajin Modal Sendiri, Pinjaman KOSSEBO

dan Kerjasama dengan Toko 37

Analisis Kinerja Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) 38

Kuadran I (Prioritas Utama) 40

Kuadran II (Pertahankan Prestasi) 41

Kuadran III (Prioritas Rendah) 42

Kuadran IV (Berlebihan) 43

Rekomendasi Tindakan untuk Meningkatkan Kinerja KOSSEBO 44

KESIMPULAN DAN SARAN 44

DAFTAR PUSTAKA 46

(13)

DAFTAR TABEL

1 Data industri pengolahan di Kabupaten Bogor 2007-2011 1 2 Jumlah koperasi di Kabupaten Bogor tahun 2008-2012 4 3 Jenis kelamin industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas 28 4 Usia industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas 29 5 Tingkat pendidikan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas 29 6 Tanggungan keluarga industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas 30 7 Pengalaman usaha industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas 30 8 Sumber modal industri kecil alas kaki anggota KOSSEBO 31 9 Sumber modal industri kecil alas kaki non-anggota 31 10 Jenis kelamin tenaga kerja yang bekerja pada industri kecil alas kaki

di Kecamatan Ciomas 32

11 Jumlah dan upah tenaga kerja pada industri kecil alas kaki anggota

KOSSEBO dalam 1 minggu 32

12 Jumlah dan upah tenaga kerja pada industri kecil alas kaki

non-anggota dalam 1 minggu 33

13 Analisis tingkat pendapatan industri kecil alas kaki anggota

KOSSEBO dalam 1 minggu 35

14 Analisis tingkat pendapatan industri kecil alas kaki non-anggota

dalam 1 minggu 35

15 Perbandingan tingkat pendapatan pengrajin industri kecil alas kaki

berdasarkan sumber modal dalam 1 minggu 37

16 Penilaian rata-rata IPA untuk kinerja KOSSEBO 39

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram Importance dan Performance untuk harga 15

2 Diagram Importance and Performance Matrix 15

3 Kerangka pemikiran operasional 18

4 Diagram Importance and Performance Analysis (IPA) 22

5 Struktur organisasi KOSSEBO 25

6 Diagram IPA untuk kinerja KOSSEBO 40

DAFTAR LAMPIRAN

1 Foto-foto kegiatan di lapangan 48

2 Analisis tingkat pendapatan industri kecil alas kaki di Kecamatan

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengolahan kulit asli dan imitasi menjadi alas kaki merupakan salah satu bentuk pengolahan yang biasa dilakukan di Indonesia baik dalam skala industri kecil/rumah tangga maupun industri dalam skala besar. Kabupaten Bogor termasuk Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki industri pengolahan alas kaki paling menonjol dibandingkan dengan industri-industri pengolahan bidang lain. Tekstil, barang kulit dan alas kaki menduduki peringkat pertama kontribusinya terhadap industri pengolahan di Kabupaten Bogor, data lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data industri pengolahan di Kabupaten Bogor 2007-2011 Industri pengolahan Kontribusi terhadap industri pengolahan (Rp juta)

2007 2008 2009 2010 2011 Makanan, minuman

dan tembakau 3484822 3971169 4641681 6188908 7736135 Tekstil, barang kulit

dan alas kaki 10174562 11301348 12878048 17170731 21463413 Barang kayu dan hasil

hutan lainnya 354340 405501 429767 573023 716278 Kertas dan barang

cetakan 2185698 2506608 2763591 3684788 4605985 Pupuk, kimia dan

barang dari karet 2287822 2550189 2746192 3661589 4576987 Semen dan barang

galian nonlogam 1472871 1635361 1768975 2358633 2948292 Logam dasar besi dan

baja 3652802 4053612 4326402 5768536 7210670 Alat angkutan mesin

dan peralatannya 8549571 9481910 10694995 14259993 17824992 Barang lainnya 141768 157400 178607 238143 297678 Total 32304256 36063098 40428258 53904344 67380430

Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Bogor dalam Hermawan (2011)

Tabel 1 menunjukkan industri alas kaki menduduki peringkat pertama dan angka tersebut juga didominasi oleh industri-industri kecil yang tumbuh pesat di Kabupaten ini, sebagian besar industri kecil tersebut terkonsentrasi di 3 Kecamatan, yaitu Tamansari, Ciomas dan Dramaga. Dengan keadaan banyak industri kecil yang tumbuh pesat, maka industri kecil ini menghadapi ketatnya persaingan antar sesama pengrajin industri kecil alas kaki. Selain itu mereka juga harus menghadapi pengrajin dari daerah lain seperti industri alas kaki di Bandung dan bahkan produk alas kaki impor buatan Cina.

(16)

kaki di Indonesia dan khususnya di Kecamatan Ciomas. Walau sebenarnya kerjasama ini dapat membuka potensi persaingan yang akan memudahkan masuknya produk alas kaki buatan Cina, sehingga akan mengancam industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas sebagai sentra produksi alas kaki di wilayah Kabupaten Bogor.

Masuknya produk-produk alas kaki dari Cina dapat membahayakan industri kecil alas kaki lokal karena memiliki kelebihan dari segi harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan harga alas kaki hasil produksi lokal. Membanjirnya produk alas kaki buatan Cina ini dikhawatirkan akan mengancam pengrajin-pengrajin industri kecil alas kaki lokal. Padahal menjadi pengrajin alas kaki merupakan mata pencaharian andalan masyarakat Kecamatan Ciomas. Menurut Hermawan (2011) dengan adanya penerapan ACFTA khususnya antara Indonesia dan Cina telah memberikan keuntungan yang sangat besar kepada Cina dan kerugian bagi negara Indonesia. Hal tersebut menyebabkan produk industri lokal akan sulit bersaing terutama dari segi harga.

Selain kenyataan persaingan dengan produk impor dari Cina yang harus dihadapi industri kecil alas kaki Kecamatan Ciomas, industri-indutri kecil tersebut juga menghadapi masalah dalam bidang produksi. Mereka hanya memproduksi berdasarkan pesanan dari toko sepatu sandal (Ermayani 2009), adapun hal tersebut disebabkan mempertimbangkan besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan, jika memproduksi tanpa tergantung pesanan. Ditambah lagi produk yang dihasilkan ternyata belum bisa memasok ke industri besar dan juga perusahaan merk ternama.

Menurut Hermawan (2011) industri alas kaki di Kabupaten Bogor masih didominasi oleh industri kecil yang sebagian kegiatan produksinya dilakukan di rumah tangga. Industri alas kaki yang tercatat di Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor adalah sebanyak 103 usaha. Kondisi pada industri tersebut banyak menghadapi tantangan diantaranya, yaitu ketergantungan dan keterikatan terhadap toko sepatu sandal sebagai penyedia modal, bahan baku dan juga pengumpul dalam pemasaran produk.

Ketergantungan dan keterikatan kepada toko sepatu sandal sebagai pihak penyedia modal disebabkan industri alas kaki ini masih dalam skala kecil dan belum memiliki modal yang cukup. Selain itu, meminjam kepada pihak bank juga memiliki beberapa hambatan. Adapun hambatan-hambatan industri jika ingin meminjam modal kepada pihak bank (Barus 2002), yaitu sebagai berikut:

1 Hambatan-hambatan pada pengusaha sebagian besar adalah legalitas usaha tidak lengkap (akta pendirian, ijin-ijin usaha, NPWP dll), administrasi keuangan perusahaan tidak tertib bahkan belum ada, jaminan kredit yang tidak memadai, kurang mampu menjelaskan gagasan karena kurangnya informasi, kurang pemahaman tentang cara kerja bank, kurang teguh dalam memegang kepercayaan yang diberikan oleh bank;

(17)

seluk beluk usaha nasabah, penyelesaian kredit macet hanya melalui penjualan barang jaminan, adanya rasa keenganan untuk terus menerus melakukan bimbingan dan pengawasan karena instrumen pengawasan tidak berjalan (tidak ada laporan kegiatan usaha).

Ermayani (2009) juga menyatakan faktor utama yang menghambat industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas meminjam kredit kepada bank, dikarenakan tidak adanya laporan keuangan dari pihak industri kecil, sehingga pihak bank sulit menganalisis usaha mereka untuk mencairkan dana.

Penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa peminjaman kredit kepada pihak bank memiliki syarat-syarat yang cukup banyak dan prosedur yang rumit. Padahal, modal merupakan elemen yang sangat penting untuk keberlangsungan industri ini. Jika tidak dilakukan suatu upaya maka keberlangsungan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas akan terancam. Pada kondisi seperti ini, kerjasama dengan toko sepatu sandal sebagai pihak pemodal menjadi solusi yang saat ini dapat dilakukan oleh pengrajin industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas.

Akibat dari ketergantungan modal dari toko sepatu sandal menjadikan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas sangat terikat dan menjadikan industri kecil memiliki kekuatan tawar menawar yang lemah karena hanya berperan sebagai price taker. Walaupun kerjasama dengan toko sepatu sandal memang memberikan jaminan pemasaran, tetapi pengrajin harus menunggu 1 sampai 3 bulan untuk pembayaran produk yang telah mereka setorkan ke toko sepatu sandal. Oleh karena itu penting untuk mencari upaya jalan keluar dari keadaan tersebut.

Hal ini dianggap penting karena jumlah industri kecil ini berpotensi untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Masing-masing industri kecil memiliki jumlah tenaga kerja 3 sampai 5 orang, jika permintaan pasar meningkat kebutuhan akan tenaga kerja juga bertambah. Hal tersebut memperlihatkan bahwa industri kecil tersebut mampu menciptakan prospek penyerapan tenaga kerja, baik dari industri kecil yang sudah terdaftar dan juga unit industri alas kaki yang belum terdaftar. Pamungkas (2011) juga menambahkan sektor industri memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Selain dapat meningkatkan perekonomian, sektor industri juga dapat menjadi sumber devisa negara, dapat memperluas kesempatan usaha dan memberikan lapangan pekerjaan.

Melihat keadaan yang memiliki potensi untuk dikembangkan tersebut, Pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Bogor diharapkan dapat mendukung sektor industri ini. Selain itu keberadaan suatu lembaga seperti koperasi diharapkan bisa menaungi industri kecil tersebut, agar dapat menyaingi dominasi dari produk alas kaki impor buatan Cina dan ketergantungan dengan toko sepatu sandal sebagai pihak pemodal.

(18)

Koperasi dapat menjadi solusi menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi Rakyat Indonesia, sehingga wajar jika keberadaan koperasi di Indonesia sebagai lembaga ekonomi rakyat mengalami peningkatan dari segi jumlah unit koperasi dan jumlah anggota. Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (DISKOPERINDAG) mencatat jumlah koperasi di Kabupaten Bogor juga mengalami peningkatan, jika dibandingkan dengan data tahun-tahun sebelumnya. Data peningkatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah koperasi di Kabupaten Bogor tahun 2008-2012

Tahun Jumlah

koperasi (unit)

Status (unit) Anggota (orang) Aktif Tidak aktif

2008 1489 1188 301 209951

2009 1536 889 647 210311

2010 1588 943 645 215071

2011 1588 1026 562 217271

2012 1663 1103 560 223318

Sumber: DISKOPERINDAG (2013)

Data Tabel 2 menunjukkan Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) merupakan salah 1 koperasi dari 1663 koperasi yang berada di Kabupaten Bogor dan berperan sebagai lembaga ekonomi dalam membantu menyelesaikan persoalan ekonomi khususnya pengrajin industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas.

Mencari keuntungan bukanlah tujuan utama KOSSEBO, tetapi membantu meningkatkan kesejahteraan para pengrajin-pengrajin industri kecil alas kaki yang menjadi anggotanya. Pada penerapan kerjanya, KOSSEBO memberikan kekuatan kepada pengrajin industri kecil alas kaki di Kabupaten bogor untuk meningkatkan kekuatan tawar (bargaining power) terhadap toko sepatu sandal.

KOSSEBO juga berperan sebagai badan penyalur dana kredit dalam rangka membantu permodalan industri kecil tersebut. Melalui kegiatan-kegiatan ini, KOSSEBO dapat menjamin kelancaran proses usaha industri kecil alas kaki, sehingga industri tersebut dapat menjalankan usahanya secara berkesinambungan dan meningkatkan pendapatan usaha pengrajin serta upah tenaga kerjanya. Dan kedepannya diharapkan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas dapat lebih mengembangkan usahanya.

Perumusan Masalah

(19)

memang memberikan jaminan pemasaran, tetapi pengrajin harus menunggu 1 hingga 3 bulan untuk pembayaran produk yang telah disetorkan. Sehingga perputaran modal untuk kelancaran usaha mereka menjadi terganggu dan karena lemah dalam bargaining power industri kecil alas kaki hanya bisa pasrah.

Akibat perputaran modal yang terganggu, tenaga kerja industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas, hanya mendapatkan upah minimum dengan nilai hampir sama dengan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bogor yang berkisar sebesar Rp800 000 perbulannya. Dengan besar pendapatan seperti itu para tenaga kerja industri tersebut harus menafkahi keluarganya yang berjumlah minimal 4 orang bahkan ada yang lebih. Oleh karena itu diperlukan kajian untuk mempelajari keragaan dari industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas, agar dapat diketahui gambaran keadaan dan hal-hal yang dihadapi industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas. Dan dapat dicari jalan keluar yang bisa dijadikan solusi dalan menyelesaikan hal-hal tersebut.

Kenyataan bahwa industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas sangat tergantung kepada toko sepatu sandal sebagai pihak penyedia modal memang tidak dapat dipungkiri. Hal ini disebabkan industri kecil tersebut kesulitan dalam hal pemasaran dan membutuhkan modal, sedangkan untuk meminjam kepada bank, para pengrajin industri kecil alas kaki belum mampu.

Oleh sebab itu, KOSSEBO dengan unit usaha-usahanya sangat dibutuhkan oleh industri-industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas. KOSSEBO dapat membantu dalam penyediaan bahan baku untuk pengrajin, serta permodalan dengan sistem yang lebih mudah. KOSSEBO juga dapat membantu mencarikan pesanan alas kaki, sehingga menjadi solusi kesulitan pemasaran yang dihadapi industri kecil alas kaki Kecamatan Ciomas.

Tetapi, sejauh mana peran dan kiprah KOSSEBO di lapangan sebagai organisasi yang menaungi industri kecil alas kaki di Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Ciomas belum bisa dilihat secara jelas dengan kasat mata. Hal tersebut disebabkan sampai saat ini masih ada beberapa pengrajin industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas yang belum menjadi anggota KOSSEBO. Oleh karena itu diperlukan kajian tentang mengukur kinerja KOSSEBO. Dari hasil uraian diatas, adapun masalah yang akan dibahas dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1 Bagaimana keragaan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas? 2 Bagaimana perbandingan tingkat pendapatan industri kecil alas kaki

anggota KOSSEBO dan non anggota?

3 Bagaimana tingkat kepentingan dan kinerja KOSSEBO menurut anggota koperasi?

Tujuan

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan perumusan masalah diatas, tujuan dari dilakukannya penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1 Mempelajari keragaan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas. 2 Menganalisis perbandingan tingkat pendapatan indsutri kecil alas kaki

(20)

3 Menganalisis tingkat kepentingan dan kinerja KOSSEBO menurut anggota koperasi.

Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian tesebut adalah sebagai berikut:

1 Bagi Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO), diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam mengembangkan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas.

2 Bagi para pengrajin industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas, diharapkan semoga kedepannya dapat lebih mengembangkan usahanya dengan adanya penelitian ini.

3 Bagi Mahasiswa/i dimasa yang akan datang dapat dijadikan bahan referensi serta tambahan ilmu pengetahuan mengenai topik industri kecil alas kaki.

4 Bagi penulis sebagai proses belajar dan menambah wawasan sehingga dapat memperkaya ilmu pengetahuan penulis sebagai bekal di dunia kerja.

Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan di KOSSEBO dan beberapa industri kecil alas kaki anggota KOSSEBO maupun non-anggota di Kecamatan Ciomas. Alasan pemilihan Kecamatan Ciomas sebagai tempat penelitian, karena sentra industri kecil alas kaki Kabupaten Bogor berada di Kecamatan Ciomas.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Studi Terdahulu

Studi Empiris Mengenai Industri Alas Kaki

(21)

dengan alasan perusahaan merupakan perusahaan terbesar di Kecamatan Ciomas. Penentuan responden menggunakan metode purposive sampling.

Penelitian Ermayani (2009) yang berjudul Analisis pengembangan kluster bisnis sepatu (studi kasus industri sepatu di Kecamatan Ciomas). Mengkaji tentang kondisi industri sepatu di Kecamatan Ciomas, faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi industri sepatu dan strategi pengembangan industri sepatu di Kecamatan Ciomas. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif untuk memperoleh gambaran perbandingan industri kecil mandiri dengan pengrajin di Kecamatan Ciomas dan metode perumusan strategi menggunakan 3 tahapan analisis, yaitu Internal Factor Evaluation (IFE),

External Factor Evaluation (EFE), matriks I-E, analisis SWOT dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Penentuan responden menggunakan metode

cluster sampling dengan jumlah responden ditentukan dengan persamaan slovin. Penelitian Wibowo (2009) yang berjudul Analisis kinerja dan strategi pengembangan usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor (studi kasus pada CV. Anugerah Jaya, Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas). Mengkaji tentang karakteristik usaha kerajinan sepatu, analisis kinerja usaha kerajinan sepatu dan analisis strategi pengembangan usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif untuk menggambarkan karakteristik usaha kerajinan sepatu di Kabupaten tersebut, analisis pendapatan usaha, analisis Return on Investment (ROI) dan rasio R/C untuk menganalisis kinerja usaha kerajinan sepatu di kabupaten Bogor serta analisis SWOT untuk menjelaskan faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan usaha kerajinan sepatu. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa CV. Anugerah Jaya memiliki usaha representatif sehingga dapat mewakili usaha alas kaki di Kabupaten tersebut. Adapun responden dalam penelitian ini adalah pemiliki CV. Anugerah Jaya untuk mengetahui kinerja usaha dari sisi pendapatan usaha, ROI dan Rasio R/C serta strategi pengembangan yang dilakukannya.

Penelitian Hermawan (2011) yang berjudul Strategi pengembangan industri kecil alas kaki di Kabupaten Bogor. Mengkaji tentang keragaan industri kecil alas kaki, tingkat pendapatan usaha pelaku industri alas kaki berskala kecil dan rumusan strategi pengembangan industri kecil alas kaki di Kabupaten Bogor. Metode analisis yang digunakan pada kajian ini adalah metode deskriptif untuk memaparkan keragaan industri kecil alas kaki di Kabupaten Bogor, analisis pendapatan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan industri kecil tersebut dan metode perumusan strategi menggunakan 3 tahapan analisis, yaitu

Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), analisis SWOT dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan Kabupaten Bogor memiliki letak geografis yang strategis dan potensi ekonominya besar. Penentuan responden peneliti juga menggunakan metode purposive sampling.

Studi Empiris Mengenai Peran Koperasi

(22)

kajian ini peneliti mengkaji tentang keragaan KUD, menganalisis peran KUD dalam usaha peningkatan pendapatan anggota serta menganalisis kinerja keuangan KUD Mojosongo sebagai indikator keberhasilan manajemen KUD. Dalam mengkaji tentang keragaan KUD peneliti menggunakan analisis deskriptif, untuk menghitung tingkat pendapatan peternak peneliti menggunakan analisis pendapatan dan analisis R/C sedangkan analisis rasio, analisis trend serta analisis persentase perkomponen digunakan untuk mengukur kinerja keuangan KUD. Penentuan respondennya menggunakan stratifikasi terhadap peternak berdasarkan keanggotaan KUD, anggota dan non anggotoa. Jumlah responden ditentukan dari hasil perhitungan dengan metode alokasi sebanding. Adapun lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive).

Penelitian Harahap (2008) yang berjudul Analisis peranan koperasi simpan pinjam terhadap pengembangan usaha mikro kecil menegah di Kota Padangsidimpuan (studi kasus: Koperasi Bersatu Kota Padangsidimpuan). Pada kajian ini peneliti menganalisis perkembangan KSP Bersatu di Kota Padangsidimpuan, latar belakang anggota meminjam dana di koperasi dibandingkan di perbankan dan peranan pinjaman yang disalurkan koperasi terhadap pendapatan anggota. Peneliti menggunakan metode deskriptif dan deduktif dengan menghitung seberapa pengaruh positif koperasi terhadap UMK dilihat dari perkembangan usaha anggota koperasi setelah mendapatkan pinjaman dari koperasi, perkembangan rumah tangga anggota koperasi setelah mendapatkan pinjaman dari koperasi dan Peningkatan omset anggota setelah melakukan pinjaman.

Penelitian Situmorang (2008) yang berjudul Kinerja koperasi unit desa (KUD) dan dampaknya terhadap kesejahteraan anggota (studi kasus: KUD SAROHA Aek Natolu, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir). Metode yang digunakan untuk pemilihan sampel adalah dengan menggunakan Metode Simple Random Sampling (secara acak sederhana), dimana terdapat 1 koperasi yang diteliti dengan 30 orang yang menjadi responden. Pada kajian ini peneliti mengkaji tentang struktur dan pelaksanaan fungsi pengurus KUD, kinerja KUD, dampak kinerja KUD terhadap kesejahteraan anggota dari sudut ekonomi dan sosial, perkembangan KUD selama 3 tahun terakhir, masalah-masalah yang dihadapi dalam pengembangan KUD dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah KUD. Adapaun Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.

Penelitian Munigar (2009) yang berjudul Peran koperasi dalam pengembangan sistem agribisnis Belimbing Dewa (studi kasus pusat koperasi pemasaran belimbing dewa Depok, Jawa Barat). Mengkaji tentang kinerja PKPBDD dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan pada sistem agribisnis belimbing dewa yang dihadapi oleh petani-petani belimbing dewa khususnya petani belimbing yang menjadi anggota PKPBDD. Pada kajian ini peneliti mengkaji 2 aspek, yaitu menganalisis sistem agribisnis belimbing dewa dan menganalisis kinerja PKPBDD. Dalam menganalisis sistem agribisnis belimbing dewa, peneliti menggunakan analisis kualitatif, penentuan responden menggunakan judgement sampling. Sedangkan untuk menganalisis kinerja PKPBDD, peneliti menggunakan impotance and Performance analysis (IPA) terhadap kualitas jasa reliability (keandalan), responsiveness (cepat tanggap),

(23)

dilaksanakan PKPBDD selama ini, penentuan responden menggunakan purposive sampling, jumlah responden dihitung dengan menggunakan rumus Slovin. Adapun Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive).

Penelitian Rizky (2011) yang berjudul Peranan koperasi unit desa (KUD) terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah (studi kasus peternakan sapi perah KUD Mandiri Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut). Mengkaji tentang Peran KUD Mandiri sebagai salah satu pengembang sistem ekonomi kerakyatan berbasis peternakan khusunya sapi perah. Pada kajian ini peneliti mengkaji 2 aspek, yaitu menganalisis peranan KUD Mandiri terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah dan menganalisis sistem pengelolaan usaha ternak sapi perah yang dilakukan KUD selama ini dengan menggunakan analisis deskriptif. Pengambilan sampel sebagai responden menggunakan metode purposive sampling, lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive).

Penelitian Sari (2011) yang berjudul Peran koperasi simpan pinjam dalam perkembangan UMKM agribisnis di Bogor (studi kasus KOSPIN Jasa Bogor). Pada kajian ini peneliti mengkaji tentang sistem penyaluran kredit yang diterapkan KOSPIN Jasa kepada UMKM agribisnis dan menganalisis pendapatan UMKM agribisnis sebelum dan setelah mendapatakan penyaluran kredit dari KOSPIN Jasa. Dalam menganalisis sistem penyaluran kredit kepada UMKM agribisnis, peneliti menggunakan analisis kualitatif, sedangkan untuk menganalisis pendapatan UMKM agribisnis sebelum dan setelah mendapatkan kredit peneliti menggunakan analisis kuantitatif dengan menghitung pendapatan bersih atau laba dari selisih penerimaan total dengan biaya total, serta menghitung nilai R/C Ratio sebelum dan sesudah menerima kredit untuk mengetahui besar pengaruh kredit tersebut. Penentuan respondennya menggunakan purposive sampling, lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive).

Penelitian Siagian (2012) yang berjudul Peranan koperasi serba usaha (KSU) Mangarahon Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir dalam pengembangan usaha kecil menegah (UKM). Pada kajian ini peneliti menganalisis bagaimana perkembangan KSU Mangarahon, menganalisis latar belakang nasabah meminjam dana di KSU serta menganalisis peranan pinjaman yang disalurkan KSU. Cara pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan kuisioner. Dalam penelitian ini penelti menggunakan metode deskriptif dan deduktif. Untuk mengetahui pengaruh positif koperasi terhadap UMK peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan beberapa indikator seperti peningkatan omset produksi UMKM dan peningkatan pendapatan rumah tangga pengusaha kecil dan menengah.

(24)

digunakan untuk metode deskriptif dan analisis pendapatan pada penelitian ini sebanyak 20 orang dan perbedaan lainnya adalah atribut yang digunakan dalam

impotance and Performance analysis pada penelitian ini diperoleh berdasarkan 7 prinsip koperasi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Industri Kecil Alas Kaki

Hermawan (2011) memaparkan ada 3 subsektor dalam struktur perindustrian yaitu industri kecil, sedang dan besar. Perbedaan antara ke-3 subsektor industri tersebut dapat dibedakan berdasarkan modal, jumlah tenaga kerja, pengelolaan perusahaan, teknologi dan jenis produk yang dihasilkan. Jika dilihat dari jumlah tenaga kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan dalam Hermawan (2011) mengklasifikasikan industri sebagai berikut:

1 Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah antara 1 sampai 3 orang,

2 Industri kecil adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah antara 4 sampai 19 orang,

3 Industri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah tenaga kerja berjumlah antara 20 sampai 99 orang,

4 Industri besar adalah industri yang jumlah tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan dalam Hermawan (2011) menggolongkan industri kecil adalah sebagai berikut:

1 Industri kecil pangan, yang meliputi makanan ringan,

2 Industri kecil kimia, agro non-pangan dan hasil hutan yang meliputi industri minyak atsiri, industri vulkansir ban, industri kayu, industri komponen karet dan lain-lain,

3 Industri kecil logam, mesin dan elektronik, meliputi industri pengolahan logam, industri komponen dan suku cadang,

4 Industri kecil sandang, kulit dan aneka meliputi konveksi/pakaian jadi, tenun adat, tenun ikat, border, industri alas kaki serta industri barang dan kulit,

5 Industri kerajinan dan umum, meliputi anyaman, industri kerajinan ukiran dan lain-lain.

(25)

Kedua, industri alas kaki menegah dan kecil, pada umumnya industri ini menerapkan teknologi yang sedang hingga sederhana dan kurang didukung dengan penelitian dan pengembangan yang memadai, sehingga sering mengalami kendala dalam hal desain. Desain yang digunakan cenderung meniru yang sedang ramai. Produk industri alas kaki menengah dan kecil dipasarkan dengan orientasi produk pada segmen pasar domestik dan sebagian besar industri ini merupakan industri rumah tangga (home industry) karena merk alas kaki industri ini dimiliki sendiri atau dengan kata lain merk tidak terkenal.

Koperasi

Pengertian koperasi menurut International Co-operative Alliance (ICA) pada buku Jati Diri terjemahan dari Soedjono (2001), koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis. Menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2012 tentang koperasi, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.

Pada buku Koperasi Asas-Asas, Teori dan Praktik, Hendrojogi (2007) pengertian koperasi menurut Dr. Fay, koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajiban sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.

Menurut Margono Djojohadikoesoemo seorang guru besar dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) dalam Hendrojogi (2007) menyatakan, koperasi ialah perkumpulan manusia seorang-seorang dengan sukanya sendiri hendak bekerjasama untuk memajukan ekonominya. Lain hal lagi menurut Prof. Marvin, A. Schaars, seorang guru besar dari University of Wisconsin, Madison USA, menyatakan koperasi adalah suatu badan usaha yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang adalah juga pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nirlaba atau atas dasar biaya.

Menurut ICA di dalam buku terjemahan Soedjono (2001) prinsip-prinsip koperasi adalah garis-garis penuntun yang digunakan oleh koperasi untuk melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktek. Ada 7 prinsip koperasi yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1 Keanggotaan sukarela dan terbuka

Koperasi adalah perkumpulan sukarela, terbuka bagi semua orang yang mampu menggunakan jasa-jasa perkumpulan dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa diskriminasi jender, sosial, politik

dan agama. Kalimat “koperasi adalah organisasi sukarela.” Ini

menegaskan arti penting yang mendasar dari orang-orang yang secara sukarela memilih untuk membuat komitmen terhadap koperasi mereka,

selanjutnya kalimat “terbuka bagi semua orang yang mampu

(26)

diorganisir untuk tujuan-tujuan spesifik. Pada banyak keadaan, koperasi hanya dapat memberikan jasa secara efektif kepada jenis anggota-anggota tertentu atau jumlah terbatas anggota-anggota.

2 Pengendalian oleh anggota-anggota secara demokratis

Koperasi adalah perkumpulan demokratis yang dikendalikan oleh para anggota yang secara aktif berpatisipasi dalam penetapan kebijakan-kebijakan perkumpulan dan pengambilan keputusan-keputusan. Laki-laki dan perempuan mengabdi sebagai wakil-wakil yang dipilih dan bertanggungjawab kepada para anggota. Pada koperasi primer anggota-anggota mempunyai hak suara yang sama (1 anggota-anggota 1 suara) dan koperasi-koperasi pada tingkat lain juga diatur secara demokratis. 3 Partisipasi ekonomi anggota

Anggota-anggota menyumbang secara adil bagi dan mengendalikan secara demokratis, modal dari koperasi mereka. Sekurang-kurangnya sebagian dari modal tersebut biasanya merupakan milik bersama dari koperasi.

4 Otonom dan kebebasan

Koperasi bersifat otonom, merupakan perkumpulan yang menolong diri sendiri dan dikendalikan oleh anggota-anggota. Jika melakukan kesepakatan dengan perkumpulan lain, harus memperhatikan persyaratan yang menjamin adanya pengendalian oleh anggota-anggota serta dipertahankannya otonomi koperasi.

5 Pendidikan, pelatihan dan informasi

Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota-anggotanya, para wakil yang dipilih, manajer dan karyawan, sehingga dengan adanya pendidikan dan pelatihan mereka dapat memberikan sumbangan yang efektif bagi perkembangan koperasi.

6 Kerjasama diantara koperasi-koperasi

Koperasi akan dapat memberikan pelayanan yang paling efektif kepada para anggota dan memperkuat gerakan koperasi dengan cara bekerjasama melalui struktur-struktur lokal, nasional, regional dan internasional.

7 Kepedulian terhadap komunitas

Koperasi memiliki tanggung jawab khusus untuk menjamin bahwa pembangunan dari komunitasnya dalam arti ekonomi, sosial dan budaya dilakukan secara berkesinambungan. Koperasi mempunyai tanggung jawab untuk bekerja secara meyakinkan bagi perlindungan lingkungan dari komunitas yang bersangkutan.

Menurut Hendrojogi (2007) pengkriteriaan yang digunakan untuk pengelompokkan koperasi dari suatu negara ke negara lain berbeda-beda, hal tersebut diperlukan mengingat karena terdapat banyak perbedaan-perbedaan yang ditemukan diantara sesama koperasi, baik menyangkut ciri, sifat, fungsi ekonomi, lapangan usaha, ataupun keanggotaannya. Berdasarkan ketentuan seperti dalam Peraturan Pemerintah 60/1959 dalam Hendrojogi (2007) terdapat 7 jenis koperasi (pasal 3) yaitu:

(27)

4 Koperasi Perikanan

5 Koperasi Kerajinan/Industri 6 Koperasi Simpan pinjam 7 Koperasi Konsumsi

Menurut Ir Kaslan A Tohir dalam buku Hendrojogi (2007) menyebutkan adanya pengelompokan dari bermacam-macam koperasi menurut klasik hanya mengenal adanya 3 jenis koperasi, yaitu:

1 Koperasi konsumen/pemakaian (koperasi warung, koperasi sehari-hari, koperasi distribusi), tujuan dari koperasi ini ialah membeli barang yang dibutuhkan anggota-anggotanya dan membagi barang-barang itu kepada mereka

2 Koperasi produsen/penghasil atau koperasi produksi, tujuan dari koperasi jenis ini ialah mengerjakan sesuatu pekerjaan bersama-sama. 3 Koperasi simpan pinjam, tujuan dari perkumpulan ini adalah memberi

kesempatan kepada anggota-anggotanya untuk menyimpan dan meminjam uang.

Undang-Undang No. 12 tahun 1967 tentang koperasi dalam Hendrojogi (2007) menjelaskan, sumber-sumber modal yang termasuk modal koperasi adalah sebagai berikut:

1 Simpanan pokok ialah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada saat seseorang masuk menjadi anggota koperasi tersebut dan besarnya sama untuk semua anggota. Simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

2 Simpanan wajib ialah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada angggota untuk dibayarkan kepada koperasi pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat penjualan barang-barang atau pada saat anggota menerima kredit dari koperasi dan sebagainya.

3 Simpanan sukarela ialah simpanan yang diadakan oleh anggota atas dasar sukarela atau berdasarkan perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan khusus.

Metode Deskriptif

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 1983).

(28)

konteks yang lebih luas penelitian deskriptif mencakup metode penelitian yang lebih luas dari metode-metode yang lain. Metode ini mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara, kuisioner dan interview (Nazir 1983).

Analisis Pendapatan

Menurut Laswati dalam Hermawan (2011), total penerimaan atau total revenue (TR) didapat dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga output. Sedangkan total biaya atau total cost (TC) merupakan penjumlahan dari seluruh hasil kali input dengan jumlah input, apabila TR bernilai lebih besar dari TC berarti usaha yang dijalankan menguntungkan.

Keuntungan merupakan tolak ukur keberhasilan dari suatu usaha yang dijalankan. Keuntungan merupakan selisih dari penerimaan usaha dengan biaya yang dikeluarkan (π = TR-TC). Manfaat keuntungan menurut Lipsey et al. dalam Hermawan (2011) merupakan dasar yang dibutuhkan untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan sumber dayanya secara optimal. Tingkat keuntungan yang diperoleh merupakan parameter tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan sumber dayanya. Menurut Mulyadi dalam Hermawan (2011) besar keuntungan yang diperoleh perusahaan akan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu volume produk yang dijual, harga jual produk dan biaya produk.

Pengukuran R/C rasio dihitung dengan cara TR dibagi dengan TC. Jika R/C rasio bernilai <1 berarti usaha yang dilakukan mengalami kerugian, jika R/C rasio bernilai 1 berarti usaha yang dilakukan tidak mendapat keuntungan maupun kerugian (impas/Break Event Point). Tetapi jika R/C rasio bernilai >1 berarti usaha yang dilakukan mendapatkan keuntungan.

Importance and Performance Analysis (IPA)

Importance and Performance Analysis (IPA) merupakan dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Analisis ini akan menghasilkan suatu matriks kartesius yang terdiri dari 4 kuadran (Munigar 2009).

Menurut Rangkuti (2006) pengukuran tingkat kepentingan pelanggan (customer expection) merupakan hal yang harus dilakukan oleh perusahaan agar menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi. Tetapi untuk menghindari kesalahan persepsi antara hal yang harus dilakukan perusahaan dengan tindakan yang diharapkan pelanggan. Maka, istilah expectation diganti dengan importance

(29)

Gambar 1 Diagram Importance dan Performance untuk harga Sumber: Rangkuti (2006)

Diagram pada Gambar 1 dapat direkomendasikan kepada perusahaan agar harga diturunkan untuk meningkatkan performance-nya atau perusahaan melakukan strategi lain yang berkaitan dengan variabel harapan, seperti meningkatkan superior customer value. Adapun diagram lengkap importance and performance matrix dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Diagram Importance and Performance Matrix Sumber: Rangkuti (2006)

Variabel harga High

High Importance

Performance Low

High

High Importance

Performance Low

Prioritas Utama (I)

Prioritas Rendah (III)

Pertahankan Prerstasi (II)

(30)

Strategi yang dapat dilakukan berdasarkan posisi masing-masing variabel pada ke-4 kuadran di Gambar 2 adalah sebagai berikut:

1 Kuadran I (Prioritas Utama) adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan tetapi pada kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai seperti yang diharapkan (tingkat kepuasan yang diperoleh masih sangat rendah). Variabel-variabel yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan, dengan cara perusahaan melakukan perbaikan secara terus-menerus sehingga performance variable yang ada dalam kuadran ini akan meningkat.

2 Kuadran II (Pertahankan Prestasi) adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan dan faktor-faktor-faktor-faktor yang dianggap oleh pelanggan sudah sesuai dengan yang dirasakannya sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih tinggi. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena semua variabel ini menjadikan produk/jasa tersebut unggul di mata pelanggan.

3 Kuadran III (Prioritas Rendah) adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan sangat kecil.

4 Kuadran IV (Berlebihan) adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.

Dari hasil penjabaran ke-4 kuadran, pada intinya Importance and Performance Analysis (IPA) merupakan dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan demi meningkatkan kepuasan pelanggan (Rangkuti 2006).

Kerangka Pemikiran Operasional

Industri alas kaki termasuk dalam klaster industri unggulan di Kabupaten Bogor, dari seluruh kecamatan-kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Ciomas merupakan sentra industri alas kaki. Industri alas kaki tersebut didominasi oleh industri kecil dan berpotensi untuk dikembangkan agar lebih banyak menyerap tenaga kerja. Namun keterbatasan modal dan faktor pemasaran menjadi kendala indutri kecil alas kaki tidak bisa mengembangkan usahanya.

(31)

dengan toko sepatu sandal sebagai pihak pemodal. Tetapi dengan bekerjasama dengan toko sepatu sandal ternyata menyebabkan bargaining power industri kecil alas kaki menjadi lemah, karena indsutri kecil alas kaki hanya sebagai pihak penerima harga (price taker), dampaknya industri kecil alas kaki mendapatkan tingkat pendapatan yang kecil.

Maka diperlukan suatu lembaga ekonomi kerakyatan yang dapat menyelesaikan masalah-masalah seperti ini. Disinilah peran KOSSEBO untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas, KOSSEBO juga sekaligus sebagai fasilitator agar industri kecil alas kaki dapat mengembangkan usahanya.

Meskipun begitu, ternyata belum semua industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas bergabung menjadi anggota KOSSEBO, oleh karena itu diperlukannya kajian untuk melihat seberapa besar peran KOSSEBO dalam mengembangkan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas.

Langkah-langkah penelitian ini adalah mengkaji bagaimana keragaan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas, selanjutnya membandingkan tingkat pendapatan dan rasio penerimaan industri kecil alas kaki yang menjadi anggota KOSSEBO dengan non-anggota dan terakhir menganalisis kinerja KOSSEBO menurut anggota menggunakan Importance and Performance Analysis (IPA) yang dapat memberikan informasi tentang tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja KOSSEBO. Atribut yang digunakan dalam IPA pada penelitian ini diperoleh berdasarkan 7 prinsip koperasi.

(32)
[image:32.595.87.514.52.775.2]

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional

Kurangnya modal menjadikan industri kecil alas kaki terikat dan ketergantungan kepada toko sepatu sandal. Mengakibatkan lemahnya

bargaining power, rendahnya tingkat pendapatan dan industri tersebut sulit mengembangkan usahanya.

Tolak ukur peran KOSSEBO dalam mengembangkan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas

Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) dalam pengembangan industri kecil alas kaki di

Kecamatan Ciomas

Importance and performance

Analysis (IPA)

Perbandingan analisis pendapatan (π = TR – TC) dan

analisis R/C rasio

Analisa Kinerja Koperasi Sepatu Sandal Bogor Tingkat pendapatan

Industri kecil alas kaki anggota KOSSEBO Tingkat pendapatan

Industri kecil alas kaki non-anggota

Bahan rujukan untuk Koperasi Sepatu

Sandal Bogor

(33)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di KOSSEBO dan industri-industri kecil alas kaki yang berdomisili di Kecamatan Ciomas. Pemilihan lokasi di Kecamatan Ciomas dipilih secara sengaja (purposive) dengan alasan karena Kecamatan Ciomas merupakan sentral industri alas kaki dan industri alas kaki di Kecamatan Ciomas merupakan klaster industri unggulan di Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2013 sampai Maret 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu data primer dan sekunder baik yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer merupakan referensi utama bagi penulis yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dengan para pengrajin industri kecil sebagai responden dalam penelitian ini, dengan cara wawancara langsung dan juga menggunakan alat bantu kuesioner. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur baik buku-buku, makalah, jurnal, koran, skripsi atau sumber lainnya yang sesuai dengan kajian penelitian ini. Berfungsi sebagai referensi yang akan menunjang, menguatkan dan mendukung isi dari penelitian ini.

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling)

karena responden terkait langsung dengan penelitian dan dianggap mewakili kelompoknya. Pada kajian ini responden dibagi menjadi 2, yaitu responden industri kecil alas kaki anggota KOSSEBO dan non-anggota.

Responden yang digunakan untuk memperoleh data tentang keragaan industri kecil alas kaki dan tingkat pendapatan, sebanyak 20 orang yang terdiri dari 10 responden industri kecil alas kaki anggota KOSSEBO dan 10 responden non-anggota. Sedangkan responden yang digunakan untuk memperoleh data tentang kinerja KOSSEBO sebanyak 30 orang industri kecil alas kaki anggota KOSSEBO.

Atribut Pertimbangan Industri Kecil Alas Kaki

Atribut yang digunakan dalam Importance and Performance Analysis

(34)

nilai-nilai koperasi dalam praktek (Baga et al. 2009). Adapun ke-7 prinsip koperasi tersebut adalah sebagai beriku:

1 Keanggotaan yang sukarela dan terbuka, 2 Pengawasan demokrasi oleh anggota,

3 Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi, 4 Otonomi dan kemandirian (Independen), 5 Pendidikan, pelatihan dan penerangan, 6 Kerjasama antar koperasi,

7 Kepedulian terhadap masyarakat.

Kemudian atribut-atribut dari 7 prinsip tersebut dijabarkan dan disesuaikan dengan program-program kerja yang telah dilaksanakan KOSSEBO selama ini.

Analisis Data

Metode Deskriptif

Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan data keragaan industri kecil alas kaki yang berhasil didapat di lapangan untuk kemudian dipersentasikan. Sehingga dapat dideskripsikan fakta-fakta tentang gambaran mengenai industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas, sebagai sentra industri kecil alas kaki di Kabupaten Bogor secara sistematis, faktual dan aktual.

Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan dan keuntungan yang diperoleh industri kecil alas kaki dalam menjalankan usahanya. Pengukuran dilakukan dengan menganalisis nilai

keuntungan (π) dan rasio penerimana atas biaya (R/C rasio). Nilai keuntungan

diperoleh dengan menyelisihkan total penerimaan dengan total biaya, sedangkan rasio penerimaan atas biaya diperoleh dengan membagi total penerimaan dengan total biaya. Total revenue (TR) diperoleh dari jumlah kodi produksi alas kaki perminggu (1 kodi = 20 pasang) dikalikan dengan harga jual alas kaki perkodi.

Total cost (TC) diperoleh dari penjumlahan biaya sewa alat, biaya bahan baku, upah tenaga kerja, biaya listrik, biaya bongkar muat dan biaya lain-lain dalam satuan minggu juga. Model pengukurannya dapat dilihat sebagai berikut:

Keterangan:

π : Nilai keuntungan

R/C rasio : rasio penerimaan atas biaya TR : Total Revenue (total penerimaan) TC : Total Cost (total biaya)

Apabila nilai keuntungan (π) bernilai positif (+) berarti usaha yang dijalankan industri kecil alas kaki mendapatkan keuntungan, jika nilai keuntungan

(π) bernilai nol (0) berarti usaha yang dijalankan tidak mendapatkan keuntungan

π

= TR - TC

(35)

maupun kerugian (impas). Tetapi jika nilai yang dihasilkan negatif (-) berarti usaha yang dijalankan industri kecil alas kaki tersebut mendapatkan kerugian.

Apabila nilai rasio penerimaan atas biaya (R/C rasio) bernilai >1 berarti usaha yang dijalankan industri kecil alas kaki mendapatkan keuntungan, jika nilai rasio penerimaan atas biaya (R/C rasio) bernilai 1 berarti usaha yang dijalankan tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian (impas). Tetapi jika nilai yang dihasilkan <1 berarti usaha yang dijalankan industri kecil alas kaki mendapatkan kerugian.

Importance and Performance Analysis (IPA)

Importance and Performance Analysis (IPA) digunakan untuk menganalisis tingkat kepentingan dan kinerja KOSSEBO menurut anggota koperasi. Penentuan tingkat kepentingan menggunakan 5 tingkatan untuk memudahkan responden memberikan penilaian pada setiap atribut, adapun ke-5 tingkatan penilaian tersebut beserta bobotnya adalah sebagai berikut:

1 Jawaban sangat penting diberi bobot 5 2 Jawaban penting diberi bobot 4 3 Jawaban cukup penting diberi bobot 3 4 Jawaban tidak penting diberi bobot 2 dan 5 Jawaban sangat tidak penting diberi bobot 1

Sedangkan penentuan tingkat kinerja menggunakan 5 tingkatan juga, untuk memudahkan responden memberikan penilaian pada setiap atribut, adapun ke-5 tingkatan penilaian tersebut beserta bobotnya adalah sebagai berikut:

1 Jawaban sangat baik diberi bobot 5 2 Jawaban baik diberi bobot 4

3 Jawaban cukup baik diberi bobot 3 4 Jawaban tidak baik diberi bobot 2 dan 5 Jawaban sangat tidak baik diberi bobot 1

Pada Munigar (2009) sumbu Y menyatakan tingkat kepentingan dan sumbu X menyatakan tingkat kinerja, selanjutnya sumbu mendatar (̅) diisi oleh skor rata-rata tingkat kinerja dan sumbu tegak (̅) akan diisi oleh skor rata-rata tingkat kepentingan. Skor-skor dari tiap-tiap atribut diletakkan di sebuah bangun yang dibagi 4 bagian yang dibatasi oleh 2 buah garis yang berpotongan tegak lurus (̿ dan ̿) dan merupakan rata-rata dari total rataan bobot tingkat kinerja dan tingkat kepentingan. Adapun model rumus dari skor rata-rata dan rata-rata dari total rataan bobot adalah sebagai berikut:

̅̅̅

=

;

̅̅̅

=

̿̿̿

=

∑ ̅̅̅

;

̿

=

∑ ̅̅̅

Keterangan:

n : Jumlah responden k : Jumlah atribut

(36)

̿ : Rata-rata dari total rataan bobot tingkat kinerja ̿ : Rata-rata dari total rataan bobot tingkat kepentingan

[image:36.595.77.504.24.549.2]

Selanjutnya skor rata-rata baik tingkat kinerja dan tingkat kepentingan, serta rata-rata dari rataan bobot tingkat kinerja dan kepentingan dimasukkan dalam diagram Importance and Performance Analysis (IPA) yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Diagram Importance and Performance Analysis (IPA)

Adapun upaya yang dapat dilakukan berdasarkan posisi masing-masing atribut dari skor antara tingkat kinerja dan tingkat kepentingan pada ke-4 kuadran tersebut adalah sebagi berikut:

1 Kuadran I (Prioritas Utama) menyatakan bahwa atribut-atribut yang berada di kuadran ini memiliki tingkat kinerja yang rendah, tetapi memiiki tingkat kepentingan yang tinggi. Atribut-atribut pada kuadran ini dianggap penting oleh anggota KOSSEBO, tetapi pada kenyataannya atribut-atribut tersebut memiliki kinerja yang rendah. Sehingga anggota KOSSEBO cenderung belum mendapatkan kepuasan seperti yang diharapkan. Upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki dan meningkatkan kinerja terhadap atribut-atribut pada kuadran ini, agar kepuasaan yang diperoleh anggota KOSSEBO terhadap atribut-atributnya sesuai dengan harapan dari tingkat kepentingannya.

2 Kuadran II (Pertahankan Prestasi) menyatakan bahwa atribut-atribut yang berada di kuadran ini memiliki tingkat kinerja yang tinggi dan memiliki tingkat kepentingan yang tinggi pula. Dengan kata lain

Prioritas Utama (I) Pertahankan Prestasi (II)

Prioritas Rendah (III) Berlebihan (IV)

̅̅̅

̅̅̅

̿

̿̿̿

Tingkat kepentingan
(37)

atribut-atribut pada kuadran ini memiliki kinerja yang dianggap oleh anggota KOSSEBO sudah sesuai dengan tingkat kepuasaan yang diperoleh anggota KOSSEBO. Upaya yang dilakukan adalah tetap mempertahankan kinerja yang telah dilakukan pada atribut tersebut, agar kepuasan yang diterima anggota KOSSEBO selalu sesuai yang diharapkannya.

3 Kuadran III (Prioritas Rendah) menyatakan bahwa atribut-atribut yang berada di kuadran ini memiliki tingkat kinerja yang rendah dan memiliki tingkat kepentingan yang rendah pula. Atribut-atribut yang berada di kuadran ini memiliki kinerja yang tidak terlalu baik dan juga anggota KOSSEBO tidak terlalu mengharapkan kepuasaan dari atribut tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah mempertimbangkan kembali atribut-atribut yang berada di kuadran ini karena manfaat yang dirasakan anggota KOSSEBO sangat kecil.

4 Kuadran IV (Berlebihan) menyatakan bahwa atribut-atribut yang berada di kuadran ini memiliki tingkat kinerja yang tinggi tetapi memiliki tingkat kepentingan yang rendah. Kinerja atribut-atribut yang berada di kuadran ini dianggap terlalu berlebihan dibandingkan harapan anggota KOSSEBO terhadap atribut-atribut tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah mengurangi atribut-atribut ini.

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

Profil Indusri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas

Sejarah Indusri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas

Keberadaan industri alas kaki di wilayah Bogor khususnya Kecamatan Ciomas sudah dikenal sejak zaman Belanda, saat itu industri tersebut masih merupakan pekerjaan yang dilakukan secara individu dan masih berjumlah sedikit. Para tukang alas kaki tersebut awalnya mempelajari keahlian ini dari buruh di bengkel-bengkel sepatu di Jakarta, setelah mempunyai keahlian mereka mencoba membuka usaha sendiri. Keadaan seperti ini mendorong sejumlah masyarakat lain ikut berbondong-bondong menjadi pengrajin alas kaki.

(38)

Profil Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO)

Sejarah KOSSEBO

Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) resmi didirikan pada tanggal 1 Februari 2010 berdasarkan akta pendirian No. 1 tanggal 1 Februari 2012 sebagai notaris Indria Shinta Maharani, SH. KOSSEBO merupakan Koperasi yang bergerak dalam bidang usaha sepatu dan sandal yang meliputi penyediaan bahan baku dan bahan pembantu pembuatan/produksi sepatu sandal termasuk pemasaran produk. Kantor KOSSEBO bertempat di Jl. Cibalagung No. 136 Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat.

Pembentukan KOSSEBO dilatarbelakangi karena semakin tinggi kesadaran pengrajin bergabung ke dalam Kelompok Usaha Bersama Persatuan Sepatu Sandal Bogor (KUB-PPSB), agar mereka memiliki suatu badan usaha yang dapat menaungi usaha mereka secara bersama-sama, selain itu diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar mereka yang lemah dimata para pengumpul. Selain itu, pendirian KOSSEBO juga didasari adanya kenyataan bahwa Kecamatan Ciomas adalah sentra industri alas kaki di Kabupaten Bogor dengan pengrajin yang tidak perlu diragukan lagi kemampuannya dalam memproduksi sepatu maupun sandal. Bahkan bagi sebagian masyarakat di Kecamatan Ciomas menjadi pengrajin sudah menjadi mata pencaharian utama mereka. Melihat sumberdaya manusia yang tersedia dan didukung iklim usaha yang memiliki potensi untuk dikembangkan maka 2 hal tersebut menjadi faktor penting berdirinya KOSSEBO.

Pada awal pembentukan, KOSSEBO hanya beranggotakan sebanyak 25 orang pengrajin dan terus mengalami peningkatan hingga sekarang, tercatat anggota KOSSEBO sekarang berjumlah 117 orang pengrajin. Adapun KOSSEBO memiliki Visi dan Misi sebagai berikut:

Visi KOSSEBO:

“Menjadi Koperasi Sepatu dan Sandal terkemuka di Indonesia yang mampu

meningkatkan kesejahteraan angggota dan masyarakat sekitarnya melalui usaha yang berakar kuat, tangguh, profesional dan mandiri.”

Misi KOSSEBO:

1 Memproduksi sepatu dan sandal dengan kualitas yang terjamin;

2 Menciptakan produk yang sesuai dengan perkembangan mode dan selera konsumen dengan melakukan inovasi dan diversifikasi serta tepat waktu;

3 Berupaya mendidik dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan sumberdaya manusia dibidang sandal dan sepatu;

4 Membangun dan memperluas jaringan pemasaran produk sepatu dan sandal produksi Kabupaten Bogor;

5 Mengembangkan kemitraan dengan lembaga/institusi pendukung persepatuan, baik dengan pemerintah, lembaga perbankan, perusahaan swasta, LSM dan lain-lainnya;

(39)

Struktur Organisasi KOSSEBO

Pelaksanaan tugas harian KOSSEBO dipimpin oleh ketua koperasi dan dibantu oleh wakil ketua, sekretaris dan bendahara dan diawasi oleh badan pengawas. Pengurus KOSSEBO maupun badan pengawas dipilih berdasarkan banyak pengalaman di bidang perkoperasian, dilihat dari pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti atau orang-orang yang berpendidikan serta dipercaya dan disetujui oleh anggota untuk mengelola KOSSEBO, selama masa bakti 5 tahun. Adapun struktur organisasi KOSSEBO dapat dilihat pada Gambar 5.

Ket:

: Garis komando

[image:39.595.113.495.225.489.2]

: Garis koordinasi

Gambar 5 Struktur organisasi KOSSEBO Sumber: KOSSEBO (2013)

Berdasarkan Gambar 5 dapat dirinci mengenai tugas dari masing-masing jabatan tersebut sebagai berikut:

1 Rapat Anggota Tahunan merupakan kekuasaan tertinggi dalam KOSSEBO, Rapat Anggota Tahunan (RAT) ini dilakukan setahun sekali dan paling lambat 3 bulan setelah tutup buku tahunan. RAT merupakan bentuk pertanggung jawaban pengurus KOSSEBO terhadap semua anggota.

2 Ketua koperasi bertanggung jawab terhadap seluruh aktifitas dan kegiatan operasional KOSSEBO.

3 Wakil ketua merupakan pengganti apabila ketua tidak berada ditempat atau berhalangan karena ada sesuatu hal. Adapun tugasnya sama seperti ketua koperasi, yaitu bertanggung jawab terhadap seluruh aktifitas dan kegiatan operasional KOSSEBO.

4 Sekretaris bertugas mencatat seluruh aktifitas yang dilakukan KOSSEBO dan juga mencatat pembukuan (arsip) serta sebagai media informasi.

5 Bendahara bertugas mencatat laporan keuangan secara teratur sehingga posisi keuangan KOSSEBO dapat dipertanggungjawabkan pada Rapat

Rapat Anggota Tahunan

Ketua Koperasi

Wakil Ketua

Sekretaris Bendahara

(40)

Anggota Tahunan (RAT), bendahara juga bertugas menyimpan uang KOSSEBO.

6 Pengawas adalah orang yang ditunjuk oleh anggota untuk melakukan pengawasan terhadap pengelolaan KOSSEBO, pemilihan pengawas dilakukan pada saat Rapat Anggota Tahunan (RAT). Badan pengawas terdiri dari 3 orang, yaitu ketua dan anggota sebanyak 2 orang.

Adapun susunan pengurus dan pengawas KOSSEBO periode 2011 sampai 2015 adalah sebagai berikut:

Pengurus:

Ketua : Moch. Yusuf Ali Wakil ketua : H. Achmad Subandi Sekretaris : Ir. Adam Purnomo Bendahara : Abdul Rahman Pengawas:

Ketua : Syafrudin

Anggota : Moh. Ilyas Amran dan Asep Abdullah Asset dan Sumberdaya KOSSEBO

KOSSEBO memiliki bangunan yang dijadikan sebagai kantor pusat yang beralamat di Jl. Cibalagung No. 136 Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor dimana letak kantor tersebut bersebelahan dengan Kantor Unit Pelayanan Teknik (UPT) Pengembangan Kulit, sehingga letak kantor tersebut sangat menguntungkan bagi anggota KOSSEBO. KOSSEBO juga memiliki anggota sebanyak 117 orang yang masing-masing memiliki keterampilan membuat sepatu ataupun sandal. Modal utama KOSSEBO hanya berasal dari anggota, yaitu simpanan pokok, wajib dan sukarela, tercatat saat ini KOSSEBO memiliki simpanan pokok sebesar Rp11 600 000 dan Rp69 000 000 untuk simpanan wajib. Selain itu KOSSEBO juga memiliki piutang barang baik sandal maupun sepatu yang bernilai Rp116 000 000 dari anggota yang melakukan pinjaman tapi membayar kewajibannya dengan produk mereka.

Lingkup Kegiatan KOSSEBO 1 Perdagangan Bahan Baku

a. Melakukan kemitraan dengan perusahaan produsen bahan baku alas kaki, seperti perusahaan kulit, bahan imitasi, sol, lem dll. Sehingga dapat memperoleh harga beli yang lebih rendah dan kualitas dari bahan baku tersebut dapat dijamin karena membeli secara langsung.

b. Membeli bahan baku dalam jumlah yang besar agar dapat menekan biaya sehingga profit yang diterima bisa lebih besar.

c. Menjual bahan baku dengan sistem yang tidak memberatkan anggota KOSSEBO

2 Produksi Sepatu dan Sandal

a. Memproduksi sepatu dan sandal baik kulit maupun imitasi

b. Membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan pengrajin anggota KOSSEBO

(41)

d. Mengembangkan sistem produksi sepatu dan sandal dengan prinsip-prinsip manajemen produksi yang efisien.

3 Pemasaran Produk Sepatu dan Sandal

a. Melakukan kajian perilaku pasar dan memetakan target market

sesuai dengan spesifikasi produk sepatu dan sandal hasil produksi KOSSEBO baik untuk pa

Gambar

Tabel 1  Data industri pengolahan di Kabupaten Bogor 2007-2011
Tabel 2  Jumlah koperasi di Kabupaten Bogor tahun 2008-2012
Gambar 1  Diagram Importance dan Performance untuk harga
Gambar 3  Kerangka pemikiran operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

 Pembaca dapat mengetahui perbedaan performa mesin, meliputi daya, torsi, konsumsi bahan bakar, dan konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) pada sepeda motor 4 langkah bertransmisi

- Materialitas : informasi dalam sebuah laporan harus mencakup topik dan indikator yang menggambarkan dampak signifikan dari ekonomi, lingkungan, dan sosial terhadap

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis membatasi pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan rasio ROA, menurut pengungkapan Widayanto (1993) “Ukuran yang dipakai

Sementara itu pada suhu yang sama, semakin kecil ukuran partikel maka nilai kalor yang diperoleh akan semakin meningkat juga.. Semakin kecil ukuran bahan baku,

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung daging bekicot kedalam ransum sampai dengan taraf 3 % tidak berpengaruh nyata terhadap performans produksi

Jl. Prof Soedarto, SH., Tembalang, Semarang. Skema pendanaan proyek tersebut menggunakan sistem business to business yang menghabiskan dana mencapai Rp306 triliun. Penelitian ini

Tetapi katalis alkali ini mempunyai beberapa kelemahan, seperti terjadinya reaksi pembentukan sabun akibat bereaksinya katalis (logam alkali) dengan asam lemak bebas. Selain