• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model pengembangan sistem pemasaran ikan segar di kawasan Maluku Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model pengembangan sistem pemasaran ikan segar di kawasan Maluku Tengah"

Copied!
405
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMASARAN

IKAN SEGAR DI KAWASAN MALUKU TENGAH

YOLANDA MARLA TANIA NANGKAH APITULEY

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Model Pengembangan Sistem Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2013

(4)
(5)

YOLANDA MARLA TANIA NANGKAH APITULEY. Development Model of Fresh Fish Marketing System in the Region of Central Maluku. Supervised by EKO SRI WIYONO, MUSA HUBEIS and VICTOR P.H NIKIJULUW.

Fishery products are perishable and its production centers scattered as well as far from the center of consumption. As seasonal is one of its characteristics while the consumption is relatively stable, it requires special treatment in marketing in order to maintain the quality. The study was carried out in May to October 2011 and located in some selected fresh fish markets in the Region of Central Maluku. The aims of this study were to: (1) analyze the fresh fish marketing, (2) analyze the integration degree of fresh fish markets, (3) develop some strategies and scenarios of fresh fish marketing, and (4) develop a model of fresh fish marketing system in the Region of Central Maluku. Data analysis methods for achieving the aims of this research were: Market Structure-Conduct-Performance analysis, Ravallion model and Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats analysis. The result indicated that market concentration (CR4) was 34.44% and HHI value 556.71,

implying that the fresh fish market structure was loose oligopoly and competitive relatively. Five fresh fish marketing channels in this area were (1) Fishermen – Consumers, (2) Fishermen – Retailers – Consumers, (3) Fishermen – Wholesalers

– Retailers – Consumers, (4) Fishermen – Wholesalers – Cold Storage – Retailers

– Consumers and (5) Fishermen – Wholesalers – Cold Storage – Agents. The all marketing agencies in each channel conducted the functions of selling, risk, costing and market information. The retailers undertook the whole marketing function while others only some. The sellers‟ strategies to attract buyers were reducing the selling price, adding one or two fish to the buyer, disposing the heads and entrails of fish (specifically for Rastrelliger sp), composing the fish on top of the bamboo or pieces of styrofoam (for Selaroides sp and Decapterus sp) and giving cut off services (especially for Katsuwonus pelamis and Thunnus sp and so on). Fishermen received a larger part in a short marketing channel, so the marketing margin was small. Instead, a long marketing channel could lead to the small revenue of the fishermen. The price of fish was fluctuated over time, however the fish price integrated only between markets of Binaya (District of Central Maluku) and Piru (District of Western Seram). Strategies offered to develop fresh fish marketing system are developing a friendly ecosystem of capture fisheries, developing handling and marketing infrastructures, increasing

processors‟ skills of handling and processing, enhancing the cooperation with financial institutions in providing capital and facilitating access of fishermen in order to get credit to expand their business, creating an institution that has mandate to stabilize fisheries products prices, integrating surveillance with local communities and prohibition of fish imports, and tightening the mechanism and function of supervision.

(6)
(7)

YOLANDA MARLA TANIA NANGKAH APITULEY. Model Pengembangan Sistem Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah. Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO, MUSA HUBEIS dan VICTOR P.H NIKIJULUW.

Produk perikanan bersifat mudah busuk dan rusak, serta sentra produksinya tersebar dan jauh dari pusat konsumsi. Sifatnya yang musiman sementara konsumsi yang relatif stabil sepanjang tahun, memerlukan perlakuan khusus dalam pemasaran untuk mempertahankan mutu dan keawetan ikan. Harga produk perikanan tergolong fluktuatif dengan rentang tingkat yang sangat lebar, menyulitkan prediksi usaha, baik dalam perhitungan rugi laba, maupun manajemen risiko. Tidak diaplikasikannya rantai dingin dalam proses penanganan produk pasca panen oleh nelayan juga menyebabkan rendahnya proses tawar menawarnya (bargaining position), sehingga cenderung memperoleh hasil yang tidak sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi, padahal pasar merupakan tujuan akhir dari suatu kegiatan perikanan. Agar kegiatan ini berkembang dengan baik, dibutuhkan berbagai persyaratan di antaranya adalah kegiatan tersebut harus efisien dan produk yang dihasilkan bermutu, serta mampu memanfaatkan peluang pasar yang ada.

Kawasan Maluku Tengah (KMT) memiliki 169 pulau yang terbagi di lima (5) Kabupaten, yaitu Kabupaten Buru (termasuk Kabupaten Buru Selatan) 30 pulau, Maluku Tengah 42 pulau, Seram Bagian Barat 52 pulau dan Seram Bagian Timur 45 pulau. Letak pulau-pulau yang menyebar dengan sarana dan prasarana yang tidak memadai, seringkali mengakibatkan transportasi dari dan ke tempat tersebut rawan bencana. Kondisi seperti ini juga turut memengaruhi proses pemasaran produk perikanan tangkapan nelayan KMT, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya inefisiensi usaha dan berujung pada rendahnya tingkat penerimaan nelayan.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Oktober 2011 dan berlokasi di beberapa pasar ikan di KMT. Tujuan penelitian ini menyusun strategi pengembangan pemasaran produk perikanan di KMT, yang dicapai melalui tahapan tujuan khusus : (1) Menganalisis sistem pemasaran ikan segar di KMT, (2) Menganalisis derajat integrasi pasar ikan segar di KMT, (3) Menyusun strategi pengembangan pemasaran ikan segar yang efisien di KMT.

(8)

bentuk saluran pemasaran ikan segar di Kawasan tersebut adalah (1) Nelayan– Konsumen, (2) Nelayan–Pedagang Pengecer–Konsumen, (3) Nelayan–Pedagang Pengumpul–Pedagang Pengecer–Konsumen, (4) Nelayan–Pedagang Pengumpul– Cold Storage–Pedagang Pengecer–Konsumen dan (5) Nelayan–Pedagang Pengumpul–Cold Storage–Pedagang Besar. Seluruh lembaga pemasaran yang ada pada setiap saluran pemasaran ikan segar melakukan fungsi jual, risiko, biaya dan informasi pasar. Pedagang pengecer melakukan seluruh fungsi pemasaran yang ada, sementara lembaga pemasaran lainnya hanya melakukan sebagian. Strategi pedagang untuk menarik pembeli adalah : menurunkan harga jual, menambah satu, atau dua ekor ikan kepada pembeli, membersihkan ikan dengan cara membuang kepala dan isi perutnya (khusus untuk ikan sardin), menyusun ikan di atas belahan bambu atau potongan styrofoam dan memberikan layanan potong (khusus untuk ikan cakalang, tatihu dan sebagainya). Nelayan menerima bagian yang lebih besar apabila saluran pemasaran pendek, sebaliknya, saluran pemasaran yang panjang dapat mengakibatkan penerimaan nelayan menjadi kecil.

Jenis ikan yang banyak muncul di pasar lokasi penelitian dilangsungkan pada bulan Mei – Oktober 2011 adalah Cakalang, Madidihang, Selar, Layang, dan Tongkol dengan rataan harga per kg berturut-turut Rp18 833, Rp17 109, Rp17 046, Rp16 566 dan Rp16 421. Harga ikan di setiap pasar sangat berfluktuasi. Harga ikan di pasar Leihitu berada di bawah rataan harga ikan di pasar. Pasar-pasar di KMT hampir tidak ada yang terintegrasi, kecuali Pasar Binaya (Maluku Tengah) dengan pasar Piru (SBB). Jauh dekatnya jarak antar pasar tidak mempengaruhi keadaan integrasi pasar.

Strategi yang ditawarkan dalam pengembangan sistem pemasaran ikan segar di KMT adalah : (a) Strategi StrengthsOpportunities (SO) : pengembangan perikanan tangkap berwawasan lingkungan, pengembangan integrasi sarana dan prasarana pemasaran dan pengolahan, serta peningkatan keterampilan penanganan dan pengolahan ikan, (b) Strategi WeaknessesOpportunities (WO) : meningkatkan kerjasama dengan lembaga keuangan dalam menyediakan modal usaha dan memudahkan nelayan mengakses kredit agar dapat memperluas usahanya serta membentuk lembaga yang memiliki mandat untuk melaksanakan stabilisasi harga produk perikanan, (c) Strategi StrengthsThreats (ST) : melakukan pengawasan terpadu dengan melibatkan masyarakat lokal serta pelarangan ikan impor, memperbaiki distribusi bahan baku dengan cara menyediakan sarana prasarana produksi, serta pemasaran produk perikanan, meningkatkan fungsi-fungsi lembaga pemasaran, mengetatkan mekanisme dan fungsi pengawasan, agar kehidupan nelayan tidak akan semakin terpuruk, dan (d) Strategi WeaknessesThreats (WT) : peningkatan kapasitas pengamanan laut, pelarangan penjualan ikan impor yang mengandung bahan-bahan yang dapat mengganggu kesehatan tubuh, peningkatan sarana-prasarana produksi, serta pemasaran produk perikanan, pengetatan mekanisme dan fungsi pengawasan.

(9)

tetap terjamin dan menyediakan cold storage di daerah pemasaran untuk mempermudah nelayan menjual produknya, serta pedagang dapat membeli ikan ketika musim susah ikan.

(10)
(11)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(12)
(13)

IKAN SEGAR DI KAWASAN MALUKU TENGAH

YOLANDA MARLA TANIA NANGKAH APITULEY

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Penguji pada Ujian Tertutup : 1. Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc. 2. Dr. Nimmi Zulbainarni, SPi, MSi.

(15)
(16)

Judul Disertasi : Model Pengembangan Sistem Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah

Nama : Yolanda Marla Tania Nangkah Apituley

NIM : C462090011

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si Ketua

Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Anggota

Dr. Ir. Victor P.H. Nikijuluw, M.Sc Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi

Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(17)
(18)

Disertasi ini dapat terselesaikan dengan bantuan banyak pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Komisi Pembimbing yaitu Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si (Ketua), Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA (Anggota), Dr. Ir. Victor P.H Nikijuluw, M.Sc (Anggota) atas segala bimbingan dan arahan;

2. Pengelola Mayor Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap (SPT) IPB Bogor dan staf administrasinya;

3. Pimpinan Universitas Pattimura beserta jajarannya (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Program Studi Agribisnis Perikanan) yang telah memberi ijin dan rekomendasi tugas belajar;

4. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas beasiswa BPPS, Sandwich-like 2012 dan Bantuan Penyelesaian Studi;

5. Pemerintah Provinsi Maluku, Proyek COREMAP II, Yayasan Dana Beasiswa Maluku (YDBM) dan Support for Economic Analysis Development in Indonesia (SEADI) atas dana bantuan penelitian;

6. Staf dosen dan teman-teman mahasiswa Pascasarjana Mayor SPT IPB Bogor angkatan 2009;

7. Jovita Anaktototy, Ricardo Putileihalat, Feggy Binnendyk, Saadiah Siun, Rosi Harsono, Juleha dan Junet Reawaruw yang telah membantu dalam pengumpulan data di lapangan;

8. Pengelola Pasar di setiap lokasi penelitian di Kawasan Maluku Tengah yang telah membantu seluruh kebutuhan penelitian;

9. Dionisius Bawole, Claudia Bernadette Bawole dan Arthur Julio Bawole atas segala doa, motivasi dan kasih sayangnya.

Semoga Disertasi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam upaya pengembangan pemasaran ikan segar di Indonesia.

Bogor, Agustus 2013

(19)
(20)

Penulis dilahirkan di Pangkadjene pada tanggal 17 Agustus 1967 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan W.A Nangkah (Almarhum) dan C.J Apituley (Almarhumah). Pendidikan Sarjana ditempuh di Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi Manado dan lulus pada tahun 1991. Pada tahun 1998, penulis diterima di Department of Agriculture and Rural Development, The University of Western Sydney-Hawkesbury, Australia dan menamatkannya pada tahun 2000. Kesempatan untuk melanjutkan ke program Doktor di Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2009 dengan beasiswa yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Penulis bekerja di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura, Ambon sejak tahun 1992 dengan bidang penelitian sosial ekonomi perikanan.

(21)
(22)

DAFTAR TABEL…...………...

1.5 Manfaat Penelitian ……….

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ………..

1.7 Ruang Lingkup Kebaruan ………...………...

2 TINJAUAN PUSTAKA………

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Pemasaran ……….…………..

2.1.1 Bentuk-Bentuk Pasar ……….………..

2.1.2Tingkatan Pasar……….

2.1.3Fungsi-Fungsi Pemasaran ……….……….….……….. 2.2 Permintaan dan Penawaran Pasar Serta Faktor-Faktor Berpengaruh ……

2.2.1 Permintaan Pasar dan Faktor-Faktor Berpengaruh ……….. 2.2.2 Penawaran Pasar dan Faktor-Faktor Berpengaruh ………... 2.2.3 Hukum Harga dan Keseimbangan Pasar ………..

β.γ Paradigma Sistem ………..

2.4 Sistem Perikanan ………...

2.5 Sumber daya Ikan dan Karakteristiknya ………

β.5.1 Usaha Perikanan Tangkap ………

2.5.2 Sifat dan Karakteristik Ikan Segar, serta Implikasinya dalam

Pemasaran ………..………...

2.6 Analisis Market Structure-Conduct-Performance ……….………

2.6.1 Market Structure ………...

2.6.2 Market Conduct ………

2.6.3 Market Performance……….

β.7 Konsep Integrasi Pasar ………... β.7.1 Integrasi Pasar Spasial dan Faktor Penyebabnya .………..….. β.7.β Analisis Integrasi Pasar ………

2.8 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats ………

2.9 Pengertian dan Jenis Model………

3 METODOLOGI PENELITIAN……….…….

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ……….……….……..

3.2 Pengumpulan Data ……….………

3.3 Pengolahan dan Analisis Data……….………

(23)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ……….. 4.1 Kondisi Geografis ………..……….………...

4.1.1 Kota Ambon ……….

4.1.β Kawasan Maluku Tengah ……….

4.2 Kondisi Perikanan Tangkap ………... 4.3 Jumlah Nelayan dan Rumah Tangga Nelayan .……….………….… 4.4 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Ikan .……….…….……….. 4.5 Jenis, Volume dan Nilai Produksi Ikan Yang Sering Tertangkap di

Perairan Kawasan Maluku Tengah ………

5 HASIL DAN PEMBAHASAN …….……….………..

5.1 Analisis Sistem Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah ….. 5.1.1 Gambaran Umum Pasar di Kawasan Maluku Tengah ….…………

5.1.β Analisis Struktur Pasar Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah ….

5.1.3 Derajat Konsentrasi Pedagang Pengumpul Ikan Segar

di Kawasan Maluku Tengah ……….………...

5.1.4 Analisis Perilaku Pasar Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah… 5.1.5 Analisis Keragaan Pasar Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah…

5.2 Analisis Fisherman’s Share……….…..

5.3 Integrasi Pasar Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah ……….. 5.3.1 Jenis Ikan yang Dominan Dijual di Pasar di

Kawasan Maluku Tengah ……….………

5.γ.β Dinamika Harga Ikan Segar ……….………

5.γ.γ Tingkat Integrasi Pasar Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah…. 5.4 Analisis Faktor Pembentukkan Harga Ikan Segar………. 5.5 Strategi Pengembangan Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku

(24)

1 Produksi perikanan dan kelautan di Kabupaten/Kota di Provinsi

Maluku………....

2 Penduduk Provinsi Maluku dirinci menurut Kabupaten/Kota..……. 3 Studi terdahulu tentang sistem pemasaran produk pertanian/

perikanan……….

4 Studi terdahulu tentang integrasi pasar produk pertanian.…………. 5 Interaksi pemasaran perikanan dengan pengembangan ekonomi….. 6 Tipe Pasar, kondisi utama dan pengertiannya………..…….. 7 Kriteria CR4yang digunakan dalam penelitian ………..……

8 Modifikasi kriteria dan pengertian Ravallion test………... 9 Ringkasan tujuan yang ingin dicapai, alat analisis yang dipakai dan

outputyang diharapkan dalam penelitian ………..

10 Keadaan wilayah administrasi Kota Ambon per kecamatan ..……… 11 Letak geografis dan batas wilayah Kota Ambon dan Kawasan

Maluku Tengah ……….….

12 Potensi dan produksi perikanan tangkap Kota Ambon dan Kawasan

Maluku Tengah Tahun 2006-β010……….……….

13 Jumlah nelayan dan rumah tangga perikanan di Kota Ambon dan

Kawasan Maluku Tengah Tahun 2006-β010………..

14 Jenis dan jumlah alat tangkap yang umum digunakan di Kawasan

Maluku Tengah ………...

15 Jenis, Volume dan Nilai Produksi Ikan Segar yang Banyak

Tertangkap di Perairan Kawasan Maluku Tengah………..

16 Kelompok umur pedagang pengumpul dan pedagang pengecer

ikan segar di Kawasan Maluku Tengah ………...

17 Tingkat pendidikan pedagang pengumpul dan pedagang pengecer Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah ……….... 18 Pengalaman usaha pedagang pengumpul dan pedagang pengecer

ikan segar di Kawasan Maluku Tengah ………... 19 Cumulative Ratio volume penjualan ikan oleh pedagang pengumpul

di Pasar Kawasan Maluku Tengah ………...

20 Indeks Hirchman-Herfindahl selama periode penelitian…….…... 21 Karakteristik, Kelebihan dan Kekurangan Setiap Jenis Saluran

Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah………...

(25)

Tengah ………... 24 Fisherman’s sharepemasaran ikan segar ……….. 25 Hasil analisis pengujian integrasi pasar dengan Pasar Mardika

sebagai acuan ………..………..

26 Hasil analisis pengujian integrasi pasar dengan Pasar Binaya

sebagai acuan ………..………..

27 Rangkuman hasil pengujian integrasi pasar ikan segar di Kawasan

Maluku Tengah………...

28 Analisis Faktor Internal dan Eksternal ………... 29 Analisis SWOT kualitatif pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku

Tengah………...

30 Pengembangan Sistem Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku

Tengah………...

96 97

103

106

108 114

116

(26)

1 Kerangka pikir penelitian ...………..

2 Kurva permintaan ……….

3 Kurva penawaran ………..

4 Keseimbangan pasar ……….

5 Komponen utama sistem perikanan ….……….

6 Diagram analisis SWOT ………... 7 Diagram alir penyelesaian masalah .………. 8 Rekapitulasi volume penjualan pedagang pengumpul ikan segar di

pasar Kawasan Maluku Tengah selama periode pengamatan ..…… 9 Cumulative Ratio volume penjualan ikan dari empat pedagang

pengumpul pertama di pasar Kawasan Maluku Tengah ………….. 10 Saluran pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah ……... 11 Tumpukkan ikan yang masih utuh, maupun yang telah dikeluarkan

kepala dan isi perutnya ……….

12 Tumpukkan ikan yang disusun dengan menggunakan potongan

bambu ………...

13 Tiga jenis ikan dominan yang dijual di beberapa pasar di beberapa pasar di Kawasan Maluku Tengah pada bulan Mei hingga

September β011 ………

14 Fluktuasi harga ikan di beberapa pasar di Kawasan Maluku

Tengah pada bulan Mei hingga September β011 ……….

15 Diagram Grand Strategy Berdasarkan Kondisi Pemasaran Ikan

Segar di Maluku Tengah………

16 Model konseptual pengembangan sistem pemasaran ikan segar di

Kawasan Maluku Tengah………..

13 29 31 32 34 46 60

76

79 83

94

94

99

101

115

(27)
(28)

1 Peta Provinsi Maluku ………

βa Lokasi Penelitian di Pulau Ambon ………... βb Lokasi Penelitian di Pulau Seram ……….

3 Jenis ikan yang paling banyak muncul dan rataan harganya di pasar ikan segar di Kawasan Maluku Tengah………... 4 Rataan harga ikan segar di pasar Kawasan Maluku Tengah……… 5 Analisis Regresi Linier Pasar Passo-Mardika………... 6 Analisis Regresi Linier Pasar Salahutu-Mardika……….. 7 Analisis Regresi Linier Pasar Leihitu-Mardika………. 8 Analisis Regresi Linier Pasar Leihitu –Mardika……….. 9 Analisis Regresi Linier Pasar Binaya –Mardika……….. 10 Analisis Regresi Linier Pasar Bula –Mardika……….. 11 Analisis Regresi Linier Pasar Salahutu –Binaya……….. 12 Analisis Regresi Linier Pasar Leihitu – Binaya………. 13 Analisis Regresi Linier Pasar Piru –Binaya………. 14 Analisis Regresi Linier Pasar Bula –Binaya……… 15 Data volume penjualan (kg/hari) pedagang pengumpul selama

periode penelitian ……….

16 Biaya pemasaran dan keuntungan pedagang pengumpul …………. 17 Data umum pedagang pengumpul ikan segar di Kawasan Maluku

Tengah ………..

18 Data umum pedagang pengecer ikan segar di Kawasan Maluku

Tengah ………..

19 Rataan volume penjualan ikan oleh pedagang pengumpul ……..… 20 Volume penjualan pedagang pengumpul disusun dari yang terbesar

ke terkecil ……….

21 Perhitungan Cumulative Ratio………..

(29)
(30)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai salah satu provinsi kepulauan di Indonesia, Maluku memiliki 1 340 pulau dengan luas wilayah 712 479.65 km2 yang terdiri dari 666 139.85 km2 (93.5%) wilayah perairan dan 54 185 km2 (6.5%) wilayah daratan. Luas perairan Maluku yang 12.3 kali daratannya memiliki potensi sumber daya perikanan 1 640 160 ton/tahun sesuai dengan hasil kajian Badan Riset Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2001. Potensi yang terdiri dari pelagis, demersal dan biota laut lainnya ini, sudah seharusnya dieksploitasi secara optimal bagi kesejahteraan rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Maluku. Dilihat dari besarnya potensi yang tersedia, maka untuk tahun 2008 telah dimanfaatkan 315 405.1 ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku 2009).

Eksistensi perairan laut di Maluku memposisikan sektor perikanan dan kelautan sejak dahulu sebagai leading sector dalam pembangunan daerah ini. Dengan demikian, sumber-sumber ekonomi baru di bidang perikanan dan kelautan dengan nilai tambah dan daya saing yang tinggi harus selalu dikembangkan, agar mampu bersaing di pasar domestik dan global. Sebagai salah satu aset daerah, sumber daya perikanan harus dimanfaatkan secara bijaksana bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan dan sekaligus menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya sesuai amanat Undang Undang No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan. Barani (2003) menyatakan bahwa amanat pemanfaatan tersebut telah diperluas dalam tujuan pengelolaan perikanan untuk meningkatkan kontribusi sub-sektor perikanan tangkap terhadap pembangunan perekonomian nasional, terutama untuk membantu mengatasi krisis ekonomi bangsa dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, penerimaan devisa dan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

(31)

tahun ke tahun. Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan usaha perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki perairan yang cukup luas, sehingga berpotensi baik untuk pengembangan perikanan tangkap maupun budidaya. Provinsi-provinsi kepulauan yang ada di Indonesiapun semakin berlomba untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi perikanan yang dimilikinya. Hal ini seiring dengan kebijakan Pemerintah di sektor kelautan dan perikanan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan Pembangunan Nasional yang dipopulerkan melalui terminologi Pro Job, Pro Poor, Pro Growth dan Pro Environment.

Kawasan Maluku Tengah merupakan bagian dari Provinsi Maluku, yang meliputi lima kabupaten, Kabupaten Maluku Tengah dengan ibukota Masohi, Kabupaten Seram Bagian Barat dengan ibukota Piru, Kabupaten Seram Bagian Timur dengan ibukota Bula, Kabupaten Buru dengan ibukota Namlea dan Kabupaten Buru Selatan dengan ibukota Namrole. Pada awalnya empat kabupaten terakhir berada pada Kabupaten Maluku Tengah, yang kemudian dimekarkan secara berturut-turut sebagai berikut, Kabupaten Buru berdasarkan Undang-Undang No. 46 tahun 1999 yang kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang-Undang-Undang No. 6 tahun 2000, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur berdasarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003 dan Kabupaten Buru Selatan berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2008 tanggal 21 Juli 2008. Dimekarkannya daerah-daerah ini, berdampak pada kebutuhan informasi tentang daerah-daerah tersebut yang harus dianalisis secara mendalam dan terintegrasi agar dihasilkan suatu kajian yang validitas dan reliabilitasnya tertanggungjawab, sehingga pemanfaatan sumber daya dapat dilakukan secara bijaksana bagi generasi sekarang dan mendatang.

(32)

Produksi perikanan dan kelautan di Kawasan Maluku Tengah yang merupakan agregat dari kelima kabupaten di atas pada tahun 2009 adalah 123 610.8 ton atau 31.10 % dari total produksi perikanan di Provinsi Maluku dan meningkat menjadi 153 061.8 ton atau 20.38 % pada tahun 2010 (Tabel 1). Produksi perikanan pada tahun 2010 di Provinsi Maluku meningkat hampir dua kali dibandingkan tahun 2009, sementara peningkatan produksi perikanan di masing-masing Kabupaten yang ada di Kawasan Maluku Tengah beragam.

Nilai produksi perikanan dan kelautanpun meningkat dari Rp348 210 787 pada tahun 2009 menjadi Rp428 442 770 di tahun 2010 (Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku, 2010). Produk perikanan tersebut biasanya dijual selain dalam bentuk segar dan beku, juga dalam bentuk olahan seperti ikan asap, abon, ikan asin, bakasang dan lainnya, serta dipasarkan ke pasar lokal, pasar sentral di kota Ambon dan antar pulau (Papua dan Surabaya).

Tabel 1 Produksi perikanan dan kelautan di Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku No Kabupaten/

Kota

Produksi Perikanan (Ton)

2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 2010 (%)

1 Ambon 77 397.2 11.81 38 304.0 10.85 70 021.2 17.62 100 942.0 13.44

2 Maluku

Tengah 91 551.9 13.97 100 746.1 28.55 73 521.5 18.50 84 566.5 11.26

3 Seram Bagian

Barat 164 712.0 25.13 20 658.3 5.85 20 906.0 5.26 37 181.6 4.95

4 Seram Bagian

Timur 7 842.7 1.20 9 159.3 2.60 9 739.4 2.45 10 829.7 1.44

5 Maluku

Tenggara 253 939.2 38.74 89 489.8 25.36 92 781.8 23.34 101 624.8 13.53

6 Maluku

Tenggara Barat 15 282.3 2.33 49 025.8 13.89 27 459.9 6.91 185 101.8 24.65

7 Buru 33 765.1 5.15 34 020.2 9.64 19 345.0 4.87 20 484.0 2.73

8 Kepulauan Aru 10 962.9 1.67 11 485.0 3.25 76 886.2 19.34 142 439.5 18.97

9 Maluku Barat

Daya * * * * 6 550.0 1.65 52 661.0 7.01

10 Tual ** ** ** ** 154.1 0.04 15 103.1 2.01

11 Buru Selatan *** *** *** *** 98.9 0.02 *** ***

Total 655 453.3 100 352 888.5 100 397 464.0 100 750 934.0 100

Sumber : BPS Maluku (2008); Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku (2008, 2009, 2010).

(33)

Jumlah penduduk di Kawasan Maluku Tengah pada tahun 2009 adalah 766 282 jiwa dan mengalami peningkatan menjadi 787 535 jiwa pada tahun 2010 (BPS 2010). Walau jumlah penduduk di Kabupaten Maluku Tengah merupakan yang tertinggi di antara seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Maluku (Tabel 2), namun kapasitas pasar lokal di Kawasan Maluku Tengah yang merupakan agregat dari kelima kabupaten, sangatlah kecil bila dibandingkan dengan data produksi yang tersedia.

Tabel 2 Penduduk Provinsi Maluku dirinci menurut Kabupaten/Kota

No Kabupaten/

Sumber : BPS Maluku (2009, 2010, 2011). *) Tergabung dengan Kab. Maluku Tenggara Barat **) Tergabung dengan Kab. Buru

***) Tergabung dengan Kab. Maluku Tenggara

(34)

Kabupaten Seram Bagian Barat 8 464.96 ton, Kabupaten Seram Bagian Timur 5 092.93 ton dan Kabupaten Buru 5 575.16 ton dan Buru Selatan 2 759.23 ton. Total konsumsi ikan pada masyarakat di Kawasan Maluku Tengah pada tahun 2010 sebanyak 40 487.17 ton, sementara total produksi perikanan di kawasan ini pada tahun yang sama adalah 153 061.8 ton. Tidak sebandingnya produksi dengan konsumsi ikan oleh masyarakat di Kawasan Maluku Tengah mengakibatkan perlu dipikirkan suatu sistem pemasaran produk perikanan yang lebih baik dan adil, di dalam, ataupun keluar Kawasan tersebut.

Dalam konsep pemasaran dewasa ini, pasar tidak lagi ditempatkan pada urutan akhir melainkan terdepan, berarti tujuan akhir dari suatu kegiatan perikanan adalah pasar, atau konsumen. Agar kegiatan ini berkembang dengan baik, dibutuhkan berbagai persyaratan yang di antaranya adalah kegiatan tersebut harus efisien dan produk yang dihasilkan bermutu, serta mampu memanfaatkan peluang pasar yang ada.

Sifat dan ciri khas produk perikanan yang musiman, mengakibatkan harga ikan jatuh ketika pada musim ikan dan sebaliknya. Kondisi ini diperparah dengan sifatnya yang juga cepat, atau mudah rusak, sehingga membutuhkan usaha, atau perawatan khusus guna mempertahankan mutu selama proses pemasaran, yang sudah pasti memerlukan biaya tambahan dan pada akhirnya meninggikan biaya pemasaran. Dalam operasi penangkapan ikan, banyak nelayan di Kawasan Maluku Tengah tidak mengaplikasikan rantai dingin, karena tidak tersedianya pabrik es di Kawasan tersebut dan andaikan tersedia es, harganya pasti mahal. Padahal, agar memperoleh harga yang sepadan dengan risiko yang dihadapi dalam pekerjaannya, nelayan harus menerapkan rantai dingin dalam melakukan operasi penangkapan di laut.

(35)

Kawasan Maluku Tengah, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya inefisiensi usaha dan berujung pada rendahnya tingkat penerimaan nelayan.

Sebagai ibukota Provinsi Maluku, kota Ambon selain merupakan pusat administrasi Pemerintahan Daerah, juga adalah pusat perekonomian Provinsi. Letaknya di Pulau Ambon dan dengan adanya pelabuhan laut, maupun udara mengakibatkan kota Ambon dianggap strategik menghubungkan Kabupaten-Kabupaten lain di Provinsi Maluku maupun Provinsi Maluku dengan Provinsi-Provinsi lainnya di Indonesia. Jumlah penduduk yang banyak dengan daya beli yang tinggi menyebabkan Ambon merupakan pasar potensial di Provinsi Maluku. Harga-harga produk di pasar Mardika yang adalah pasar sentral di Kota Ambonpun sering digunakan sebagai acuan dalam penetapan harga produk yang sama di Kota dan Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Maluku. Oleh sebab itu, selain dilakukan di Kawasan Maluku Tengah, penelitian ini juga dilakukan di Kota Ambon untuk melihat seberapa besar derajat integrasi antara pasar ikan di Kota Ambon dengan pasar-pasar lainnya di Kawasan Maluku Tengah.

1.2 Perumusan Masalah

Produk perikanan yang dihasilkan nelayan umumnya bersifat mudah busuk dan rusak, sementara pada sisi lain, sentra produksinya tersebar dan jauh dari pusat konsumsi. Sifatnya yang musiman dan bulky (memakan banyak tempat dan berat) serta mudah rusak, sementara konsumsi relatif stabil sepanjang tahun, memerlukan perlakuan khusus dalam pemasaran untuk mempertahankan mutu dan keawetan ikan. Perlakuan khusus ini merupakan salah satu fungsi pemasaran yang ditujukan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari produk perikanan. Peningkatan nilai ekonomi dari produk perikanan dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi dalam sistem pemasarannya. Sementara inefisiensi dalam pemasaran mengakibatkan rendahnya harga yang diterima nelayan, serta tingginya margin pemasaran.

(36)

sangat tinggi.Tidak diaplikasikannya rantai dingin dalam proses penanganan produk pasca panen oleh nelayan juga menyebabkan rendahnya proses tawar menawarnya (bargaining position), sehingga cenderung memperoleh hasil yang tidak sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi. Harga yang demikian seringkali hanya menguntungkan para pedagang tertentu yang bersifat sebagai perantara para nelayan, yang juga sebagai produsen dengan konsumen, karena mampu mengelola stock secara baik dan cermat.

Aksesibilitas nelayan pada teknologi, informasi dan pasar yang sangat lemah, mengakibatkan nelayan tidak memperoleh informasi pasar secara luas dari beragam sumber. Apalagi jika pusat-pusat produksi berada di pulau-pulau kecil yang memiliki keterbatasan sarana transportasi, seperti di Kawasan Maluku Tengah. Biaya transaksi produk menjadi tinggi, sehingga nelayan cenderung memasarkan hasil tangkapannya di pasar yang dapat dijangkau dengan biaya yang rendah. Sulitnya akses untuk memperoleh uang guna memperluas usaha, atau kebutuhan sehari-hari di musim paceklik mengakibatkan nelayan terjerat hutang pada rentenir yang juga adalah pedagang perantara dan hal ini turut menunjang nelayan untuk terperangkap dalam kondisi penerimaan hasil yang rendah.

Hal di atas merupakan kenyataan yang biasa dijumpai dalam pemasaran produk perikanan. Hambatan-hambatan tersebut dapat menyebabkan inefisiensi usaha, yang pada akhirnya bermuara pada rendahnya tingkat pendapatan nelayan. Padahal interaksi kegiatan perekonomian dunia sudah semakin terbuka lebar dalam bersaing merebut pangsa-pangsa pasar baru. Globalisasi perdagangan telah menjadikan pasar domestik menjadi bagian dari pasar dunia, yang jika tidak disikapi dengan sigap akan mengakibatkan kebutuhan pangsa pasar domestik diisi oleh produk-produk impor yang lebih kompetitif.

(37)

Pasar yang berfungsi baik, biasanya merupakan mekanisme yang efisien untuk mengalokasikan sumber daya antara penggunaan dan jangka waktu. Sebaliknya, banyak penggunaan tidak efisien terhadap sumber daya alam (SDA) dan lingkungan bisa dilacak dari pasar yang terdistorsi, malfungsi atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan oleh harga-harga pada pasar tersebut tidak mencerminkan harga dan biaya sosial yang sebenarnya dari penggunaan sebuah sumber daya (Muhammad, 2011). Selanjutnya dikatakan bahwa, beberapa penyebab kegagalan pasar yang bukan hanya akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan pelaku-pelaku pasar namun juga penggunaan dan manajemen sumber daya adalah : (1) sumberdaya tidak diberi harga, pasar yang tipis atau bahkan tidak ada, (2) tingginya biaya transaksi yang mencakup biaya negosiasi informasi, monitoring dan penyelenggaraan sehingga menghalangi pertukaran, (3) ketidaksempurnaan pasar, khususnya kurangnya kompetisi dalam bentuk monopoli lokal, oligopoli dan pasar yang tersegmentasi.

Kunci utama dalam pendekatan sistem, semua komponen adalah sama penting atau sama diperlukan. Karenanya, fungsi utama sistem pemasaran produk perikanan yang baik antara lain adalah untuk memberikan nelayan sebagai subyek, atau pelaku ekonomi suatu tingkat harga yang sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi, baik karena risiko teknis seperti faktor alam maupun risiko pasar, juga untuk memberikan tingkat harga yang sepadan bagi konsumen sesuai mutu produk yang diterimanya tanpa melupakan arti dan peran penting lembaga yang terkait dalam proses pemasaran produk perikanan tersebut.

Dengan melihat kenyataan di atas, maka beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah sistem pemasaran ikan segar yang berlaku di Kabupaten-kabupaten yang berada di Kawasan Maluku Tengah ?

2. Adakah keterkaitan harga ikan segar antar pasar di tingkat Kabupaten yang terdapat di Kawasan tersebut serta pasar-pasar tersebut dengan pasar di kota Ambon ?

(38)

4. Bagaimanakah model pengembangan sistem pemasaran ikan segar yang efisien di Kawasan Maluku Tengah ?

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap konsep-konsep yang terdapat dalam penelitian ini, maka dilakukan pembatasan masalah berikut:

1. Ikan segar adalah hasil tangkapan nelayan yang masih segar dan/atau belum mengalami perubahan bentuk. Dalam penelitian ini, ikan segar hanya dinilai berdasarkan sensori (warna kulit terang dan cerah, mata jernih dan cembung, daging bila ditekan kembali ke posisi semula, sisik melekat kuat dan mengkilat, insang berwarna merah dan tidak berbau busuk).

2. Pemasaran ikan segar adalah saluran distribusi ikan segar yang dimulai dari nelayan hingga ke konsumen akhir. Kesegaran ikan hanya dipertahankan dengan cara memberi es selama proses distribusi maupun pemasaran.

3 Pedagang pengumpul adalah pedagang yang mengumpulkan suatu produk (hingga kuota tertentu) dari beberapa produsen dan menjual produk tersebut kepada pedagang pengecer atau ke Cold Storage.

3. Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual barang langsung ke tangan pemakai akhir, atau konsumen dengan jumlah satuan atau eceran. 4. Lembaga pemasaran adalah setiap komponen yang terlibat dalam saluran

pemasaran suatu produk dan berfungsi memudahkan konsumen menerima produk tersebut dari produsen.

5. Kawasan Maluku Tengah adalah suatu Kawasan di Provinsi Maluku, terdiri atas Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Timur. Pasar Mardika dan Passo yang ada di Kota Ambon diikutsertakan dalam penelitian ini, selain karena dianggap sebagai suatu pasar potensial, ikan segar dari Kawasan ini banyak didistribusikan ke kedua pasar tersebut.

(39)

barang yang diperdagangkan, apabila dibandingkan dengan pasar-pasar di sekitarnya. Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai pasar acuan adalah pasar Mardika di Kota Ambon dan pasar Binaya di Kabupaten Maluku Tengah.

7. Pasar pengikut adalah pasar yang berada di bawah pasar acuan dan cenderung mengikuti harga yang ditetapkan di pasar acuan. Dalam penelitian ini, ketika pasar Mardika dijadikan pasar acuan, maka pasar Passo, Salahutu, Leihitu, Piru, Binaya dan Bula adalah pasar pengikut. Ketika pasar Binaya ditetapkan sebagai pasar acuan, maka pasar Salahutu, Leihitu, Piru dan Binaya merupakan pasar pengikut.

8. Harga adalah nilai dari produk yang dijual produsen (nelayan dan pedagang) dan yang bersedia dibayar oleh konsumen.

9. Harga ikan yang digunakan adalah harga rata-rata tiga (3) jenis ikan yang dominan dijual di pasar tempat penelitian dilakukan pada setiap hari.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini menyusun model pengembangan sistem pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah. Tujuan tersebut dicapai melalui tahapan tujuan khusus berikut :

1. Menganalisis sistem pemasaran ikan segardi Kawasan Maluku Tengah 2. Menganalisis derajat integrasi pasar ikan segar di Kawasan Maluku

Tengah berbasis efisiensi spasial dan temporal.

3. Menyusun strategi pengembangan pemasaran ikan segar yang efisien di Kawasan Maluku Tengah.

4. Menyusun model pengembangan sistem pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi kepada :

(40)

dan Kelautan Tingkat Kabupaten yang ada di Kawasan Maluku Tengah (Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur) serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ambon sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pengembangan pemasaran sektor perikanan di masa mendatang.

2. Pelaku usaha perikanan tangkap mulai dari produsen hingga konsumen dalam upaya peningkatan kinerja usaha perikanan.

3. Peneliti dan akademisi, sebagai bahan referensi bagi kajian lanjutan tentang pemasaran produk perikanan di Kawasan Maluku Tengah.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Dengan sejumlah karakteristik yang melekat dan mutlak dipertimbangkan, maka pemasaran produk perikanan haruslah ditangani dengan sebaik mungkin. Itu berarti bahwa pengembangan pemasaran perikanan harus diarahkan untuk menciptakan suatu sistem yang serasi dan terpadu dengan keterkaitan yang erat antara berbagai subsistemnya, agar arah atau sasaran dan upaya peningkatan efisiensi pemasaran dapat dilakukan.

Lemahnya posisi tawar nelayan mengakibatkan para pedagang sering mempunyai akses keuntungan yang lebih dari keuntungan normal (normal profit). Padahal kondisi seperti ini tidaklah dibenarkan dalam dunia pemasaran, karena pembagian keuntungan dari harga produk yang dibayarkan konsumen tidaklah terdistribusi dengan adil. Oleh karena itu, menciptakan sistem pemasaran produk perikanan yang efisien dari sudut ketepatan waktu (utility of time), ketepatan lokasi (utility of place), ketepatan jenis dan mutu produk yang dibutuhkan oleh konsumen (utility of form) adalah penting.

(41)

pasar yang ada. Hasil dari perbandingan tersebut dijabarkan dalam analisis StrengthsWeaknessesOpportunitiesThreats (SWOT) untuk selanjutnya dihasilkan konsep strategi pengembangan sistem pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah. Secara skematis kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

1.7 Ruang Lingkup Kebaruan

Kondisi geografis, sifat dan karakteristik produk perikanan serta keterbatasan sarana dan prasarana pemasaran produk perikanan di Provinsi Maluku mengakibatkan sistem pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah lebih ditekankan pada kebutuhan pasar lokal di Kabupaten-Kabupaten di Kawasan tersebut. Padahal ketidakseimbangan jumlah produksi dan konsumsi perikanan di tiap Kabupaten di Kawasan Maluku Tengah, menuntut adanya suatu sistem pemasaran terintegrasi, agar ketersediaan produk secara kuantitas terjaga dengan mutu lebih baik, yang nantinya bermuara pada terciptanya keadilan dalam sistem pemasaran. Untuk menelaah kondisi tersebut, maka digunakan pendekatan Structure (S)–Conduct (C)–Performance (P) sebagai kerangka penguji faktor daya kompetitif dari pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah baik secara struktur tradisional maupun efisiensi.

Efisiensi adalah kunci utama suksesnya kegiatan pemasaran. Efisiensi tercapai, apabila masing-masing pihak yang terlibat dalam pemasaran setuju dan responsif terhadap harga yang berlaku. Integrasi, atau keterpaduan pasar merupakan indikator efisiensi pemasaran, khususnya efisiensi harga adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi di pasar acuan akan menyebabkan terjadi perubahan pada pasar pengikutnya. Semakin terintegrasi suatu pasar, maka semakin efisien sistem pemasaran tersebut.

(42)

Keterangan : ada/tidaknya intervensi lembaga pemasaran dalam proses pendistribusian

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian.

di Kawasan Maluku Tengah

Produsen Konsumen

Karakteristik ProdukPerikanan

Wilayah Luas/ Transportasi terbatas

Letaknya menyebar

Musiman Mudah

busuk

Analisis Kebutuhan Berdasarkan Teori Pasar Analisis Kondisi Pemasaran Ikan Segar

di Kawasan Maluku Tengah

Formulasi masalah

Analisis SWOT pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah

Strategi Pengembangan Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah

Produksi terpencar

Karakteristik Daerah Kepulauan

Rentan terhadap bencana Kebijakan

Pemerintah

1.Analisis karakteristik nelayan dan keragaan usaha tangkap

2. Analisis sistem pemasaran ikan segar

I N E F I S I E N S I

3. Analisis integrasi pasar ikan segar

(43)
(44)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini diawali dengan sejumlah penelitian tentang studi pemasaran, khususnya pemasaran produk pertanian/perikanan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, dalam rangka menunjukkan kebaharuan dari penelitian yang dilakukan.

Penelitian tentang sistem pemasaran produk pertanian telah banyak dilakukan dan Tabel 3 maupun 4 menunjukkan sebagian kecil yang ada. Pada hakekatnya, esensi tujuan penelitian pemasaran mengkaji bagaimana efisiensi sistem pemasaran dapat tercapai melalui analisis berbagai komponen yang biasanya terlibat dalam sistem tersebut, yaitu Marketing mix, Segmenting, Targetting, Positioning (STP) dan Five Diamond Porter.

Marketing mix (bauran pemasaran) yang terdiri dari Product, Price, Place, Promotion (4P‟s) merupakan suatu konsep untuk menerjemahkan perencanaan pemasaran ke dalam pelaksanaan. Bauran pemasaran bukanlah suatu teori ilmiah, melainkan kerangka konseptual yang membantu manajer membentuk penawaran yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Konsep ini dapat digunakan untuk membangun strategi jangka panjang maupun program taktis jangka pendek (Palmer 2004). Dua manfaat penting dari konsep bauran pemasaran adalah memungkinkan seseorang melihat pekerjaan manajer pemasaran dan mengungkapkan dimensi lain pekerjaan manajer pemasaran. Setiap manajer harus mengalokasikan sumber daya yang tersedia di antara berbagai permintaan yang ada dan pada akhirnya mengalokasikan sumber daya tersebut di antara elemen kompetitif dari bauran pemasaran (Chai 2009). Lebih lanjut dikatakan bahwa bauran pemasaran yang digunakan oleh suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lainnya, tergantung dari sumber daya yang dimiliki, kondisi pasar dan perubahan kebutuhan dari konsumen. Keputusan tidak dapat diambil hanya berdasarkan satu unsur dalam bauran pemasaran, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap unsur lainnya.

(45)

segmentasi pasar, penetapan pasar sasaran dan penetapan posisi produk. Proses STP menunjukkan hubungan antara keseluruhan pasar dan bagaimana perusahaan memilih untuk bersaing di pasar, yang didahului dengan pelaksanaan segmentasi sedang, diikuti oleh pemilihan satu atau lebih target pasar dan akhirnya pelaksanaan posisi. STP berfungsi sebagai panduan perusahaan untuk mengembangkan dan melaksanakan bauran pemasaran (Market Segmentation Study Guide 2012).

Five Diamond Porter merupakan suatu model yang menunjukkan lima kekuatan yang memengaruhi lingkungan kompetitif suatu usaha. Kekuatan tersebut adalah kekuatan tawar-menawar produsen dan konsumen, ancaman dari pesaing baru, ancaman produk substitusi dan industri pesaing. Five Diamond Porter menentukan lingkungan kompetitif perusahaan yang memengaruhi profitabilitas. Kekuatan tawar menawar penjual dan pembeli memengaruhi perusahaan untuk meningkatkan harga dan mengelola biaya masing-masing. Apabila produk yang sama tersedia dari beberapa penjual, maka pembeli memiliki daya tawar yang tinggi atas penjual. Namun jika hanya tersedia satu penjual untuk produk tertentu, maka penjual tersebut lebih memiliki daya tawar dibandingkan pembeli. Rendahnya hambatan untuk berkompetisi dalam suatu usaha menarik lebih banyak penjual untuk ikut dalam kompetisi tersebut (Basu 2013).

Walau penelitian tentang pemasaran di bidang pertanian telah banyak dilakukan, namun penelitian tentang pemasaran produk perikanan khususnya di Maluku masih sangat terbatas.

Tabel 3 Studi terdahulu tentang sistem pemasaran produk pertanian/perikanan

PENELITI TAHUN METODE HASIL

Abdallah

Omezzine 1998 Descriptive

Peningkatan efisiensi dapat dila-kukan melalui perbaikan fasilitas, penguatan quality control (QC), penegakan hukum dan pengem-bangan pemusatan pasar ikan.

Jasa lembaga pemasaran sangat diperlukan dalam proses pema-saran, karena jauhnya jarak tempat produksi dengan konsumsi.

Eleni Z. Gabre -

Mahdin 2001 Bilateral Optimal Model

Pedagang perantara berpengaruh

positif dalam meningkatkan

(46)

Lanjutan Tabel 3 dap keamanan pangan. Konsumsi produk musiman turut menyeim-bangkan program diet pada masya-rakat Uni Eropa.

Adam Lindgreen and

Michael Beverland 2004

Matriks Situasi Perubahan Penjual dan Pembeli.

Perubahan keinginan konsumen, tingkah laku pedagang dan kebijak-an Pemerintah mengakibatkkebijak-an

orien-Tingginya modal, teknologi dan SDM, mengakibatkan perusahaan multinasional cenderung oligopo-listik.

Godfred Yeboah 2005 The Farmapine Model Koperasi sangat berfungsi dalam

produksi dan pemasaran produk. Marcel Fafchamps,

Eleni Gabre-Madhin, Bart Minten

2005 Statistic Pemerintah harus menemukan

tek-nologi dan institusi baru dalam rang-ka meningrang-katrang-kan efisiensi pasar per-tanian.

Lokman Zaibet, Houcine

Boughanmi and Qaseem

Habib

2005 Statistic : “Delphi Method”

Tingginya biaya transaksi merupa-kan faktor utama inefisiensi pema-saran.

William G.Tomek and

Hikaru Hanawa Peterson 2005

Ordinary Stochastic Dominance

Efisiensi suatu komoditas mendo-rong beragamnya tingkah laku harga dan alternatif strategi pemasaran.

Ron Wilson 2006 Descriptive

Kesuksesan dan/atau kegagalan ke-putusan yang diambil tergantung da tingkah laku jangka panjang pa-sar yang dimasuki.

M.H.A. Binnekamp and

P.T.M. Ingenbleek 2006 Descriptive

Sejumlah kunci dalam mengantisi-pasi tantangan pemasaran produk baru.

Bambang Sayaka 2006 Market Structure

Struktur pasar industri benih jagung di tingkat produsen Jawa Timur sa-ngat oligopoli, perusahaan multina-sional mendominasi pasar.

A. Wagenaar and M.

2012 Analisis Regresi Linear

Sederhana

Loyalitas berdampak terhadap

penentuan harga.

(47)

ditingkatkan melalui perbaikan fisik fasilitas, penguatan QC, penegakan hukum dan pengembangan pemusatan pasar ikan. Lindgreen and Beverland (2004) mengemukakan bahwa berubahnya keinginan konsumen, tingkah laku pedagang dan kebijakan pemerintah mengakibatkan orientasi suatu usaha berubah. Akibat perubahan tersebut pemasar terdorong untuk lebih mengindahkan proses pemasaran, termasuk di dalamnya bentuk hubungan dalam pasar.

Dalam penelitiannya tentang Analisis Kinerja Sistem Pemasaran Rumput Laut di Lombok Timur, Hidayati (2000) mengemukakan bahwa jasa lembaga pemasaran sangat diperlukan dalam proses pemasaran, karena jauhnya jarak tempat produksi dengan konsumsi. Dengan menjual hasil ke pedagang pengumpul desa, harga yang diperoleh petani akan lebih tinggi dibandingkan dengan jika menjual hasil ke pedagang pengumpul dusun, namun sedikitnya jumlah produk yang dipasarkan membuat petani merasa lebih efisien apabila menjual produknya ke pedagang pengumpul dusun. Tidak adanya alternatif tempat meminjam uang, mengakibatkan petani meminjam uang untuk keperluan modal dan kebutuhan lainnya kepada pedagang pengumpul, sehingga terjadi kesepakatan yang bersifat mengikat walaupun tidak tertulis bahwa petani harus menjual produksi rumput lautnya ke pedagang pengumpul tersebut. Hal serupa dikemukakan oleh Madhin (2001) dalam penelitiannya tentang peran pedagang perantara dalam memperluas efisiensi pasar padi dan biji-bijian, menemukan bahwa kehadiran pedagang perantara memberikan dampak positif terhadap surplus total dengan cara memungkinkan alokasi pasar yang lebih efisien.

Sementara Yeboah (2005) menerapkan The Farmapine Model sebagai suatu strategi pemasaran yang kooperatif dan pendekatan pengembangan berbasis pasar. Model ini menunjukkan fungsi koperasi sebagai penolong petani untuk memproduksi dan memasarkan produksinya dengan baik. Sejalan dengan hal

(48)

membangun suatu koperasi yang baik, harus ada saling percaya dan tindakan bersama, sehingga pengembangan kapasitas koperasi meningkat.

Dalam penelitian tentang hubungan margin dan biaya pemasaran, Fafchamps et al., (2005) menemukan bahwa apabila penerimaan meningkat tetap, maka kehadiran pedagang kecil dalam jumlah banyak tidak akan efisien. Dengan peningkatan penerimaan, diharapkan sejumlah pedagang berkembang dan secara bertahap mengeliminasi operator kecil yang tidak efisien. Akan tetapi dengan adanya keterbatasan seperti rendahnya akses modal dan kegagalan koordinasi dalam transport mungkin dapat menunda proses tersebut, sehingga intervensi

kebijakan dituntut untuk mempercepat proses „kematangan‟ dari pasar pertanian

liberal. Margin yang ditemukan menunjukkan kecilnya hubungan dengan ukuran transaksi. Sehubungan dengan hal tersebut, Zaibet et al., (2005) menemukan bahwa para importir yang beroperasi di Pasar Al-Mawaleh Oman, menghadapi tingginya biaya transaksi yang terdiri atas tiga (3) komponen : biaya meneliti, monitor dan pelaksanaan. Hal ini dapat dipahami sebagai ijin impor dan jadwal impor yang membentuk aturan kebijakan yang sangat mempengaruhi para importir. Perubahan jadwal impor dan ketidakjelasan prosedur ijin impor meningkatkan biaya pencarian dan monitor para importir.

(49)

mengantisipasi tantangan pemasaran produk baru, yaitu (1) produk yang dijual harus benar-benar memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, (2) perbandingan harga dan mutu produk membuat konsumen bernilai dalam

mencoba produk tersebut, (γ) „pesan‟ dari produk tersebut harus tersampaikan

dengan baik, melalui nama, kemasan dan promosinya, (4) ketepatan segmen konsumen sebagai sasaran produk, dan (5) produk diterima oleh segmen ini.

Tabel 4 Studi terdahulu tentang integrasi pasar produk pertanian

PENELITI TAHUN METODE HASIL

Barry K. Goodwin and Nicholas E. Piggott

2001 Treshold Autoregression dan

Cointegration Model

Harga gandum dan soybean di sejumlah

pasar di North Carolina terintegrasi,

adanya treshold memengaruhi hubungan

harga spasial.

Thomas L. Cox and

Jean-Paul Chavas 2001

Interregional Spatial Market Equilibrium Model

Dibandingkan dengan kebijakan yang ti-dak ditetapkan sebagai peraturan, kebijak-an umum lebih memengaruhi perbedakebijak-an daerah dan agregat substantif.

Thomas Vollrath and

Charles Hallahan 2006

Law-of- one price (LOP) and Vector Autoregressive (VAR)

Pertukaran nilai uang menghambat integ-rasi pasar sejumlah komoditi di Amerika

Proses penyesuaian dan reformasi pasar gandum yang dinamis meningkatkan efi-siensi spasial pada beberapa pasar.

Andi Irawan dan terintegrasi spasial secara tidak sempurna.

Muhammad Firdaus dan Irwanto

Gunawan 2010

Pendekatan Kointegrasi dan Model Ravallion

Tidak adanya perilaku integrasi pasar sa-yur di tingkat produsen dengan pasar acu-an untuk daerah sentra produksi tertinggi, maupun terendah.

Nikolaos Papavassiliou

2012 Linear Multiple Regression

Analysis

Karakteristik produk, kondisi geografis dengan keterbatasan sistem transportasi dan informasi merupakan faktor utama pe-nentu ketidakefisienan pemasaran produk perikanan di Yunani.

(50)

melakukan penelitian untuk menguji integrasi pasar daging dan ternak antara Amerika Serikat dan Kanada, menemukan pasar produk daging babi Amerika-Kanada lebih terintegrasi dibandingkan pasar produk daging sapi dan lembu. Pertukaran nilai uang juga turut menghambat integrasi pasar komoditi tersebut di Amerika dan Kanada. Ditemukan pula bahwa faktor berpengaruh terhadap harga spasial adalah biaya transaksi, siklus musiman, kebijakan Pemerintah dan keterlambatan penyerahan. Sementara Hennesy and Roosen (2003) membangun model berdasarkan biaya yang dikeluarkan. Penelitian dilakukan terhadap produk musiman seperti susu. Aplikasi model menunjukkan bahwa tidak adanya pembatasan kuota telah mengakibatkan meningkatnya, atau menurunnya produksi seiring dengan subsidi penyimpanan. Produk musiman dapat berimplikasi terhadap keamanan pangan. Penyimpanan rahasia, maupun intervensi pasar produk hanya akan memperburuk masalah. Pada tahun 2000 ditemukan bahwa produksi susu bulanan di Belanda lebih rendah dari Irlandia, namun lebih tinggi dari produksi Perancis dan Inggris.

Cox and Chavas (2001) menganalisis hubungan antara diskriminasi harga dan reformasi kebijakan domestik pada usaha pemerahan susu. Kehadiran banyak pasar untuk produk susu membuat banyak pilihan untuk diskriminasi harga. Disimpulkan juga bahwa diskriminasi harga pada pasar produk berupa cairan lebih efektif dan mempengaruhi alokasi pasar dan harga dibandingkan pada pasar produk non-cairan seperti keju dan mentega. Walau begitu kemungkinan untuk diskriminasi harga pada pasar produk non-cairan juga turut meningkatkan tambahan penerimaan.

Negassa and Myers (2007) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Kebijakan Terhadap Efisiensi Pasar Spasial dengan menggunakan Treshold Autoregression dan Parity Bounds Model, menyimpulkan bahwa proses penyesuaian dan reformasi pasar gandum yang dinamis meningkatkan efisiensi spasial pada beberapa pasar.

(51)

sistem pemasaran tersebut, menganalisis derajat efisiensi spasial, maupun temporal antar pasar di Pulau Ambon dan Pulau Seram. Berdasarkan hasil tersebut, kemudian dirumuskan strategi dalam rangka peningkatan efisiensi pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah.

Dari sejumlah penelitian pemasaran yang telah dilakukan para ahli dengan berbagai pendekatan untuk menghasilkan pemasaran yang efisien seperti yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini akan mengacu pada pendekatan-pendekatan yang digunakan Sayaka (2005;2006), Vollarth and Hallahan (2006), Firdaus dan Gunawan (2010) serta Papavassiliou (2012).

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Pemasaran

Tiga (3) aspek pokok kegiatan ekonomi yang menyangkut cara manusia berpencaharian dan hidup, yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Produksi dan distribusi merupakan kegiatan penciptaan dan penambahan fungsi dari barang dan jasa, sementara konsumsi berhubungan dengan penurunan kegunaan barang dan jasa. Dalam dunia usaha, perkataan produksi dipakai sebagai tindakan pembuatan barang dan jasa, sedangkan distribusi atau yang sering diartikan pemasaran dipakai sebagai tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Uraian tersebut mendefinisikan pemasaran sebagai keseluruhan tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen (Hanafiah dan Saefuddin 2006). Menurut Kotler dan Amstrong (2004), pemasaran dapat didefinisikan sebagai proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang diinginkan dan dibutuhkan melalui penciptaan dan pertukaran barang dan nilai dengan pihak lain. Pemasaran juga berarti proses pemberian kepuasan kepada konsumen untuk mendapatkan laba.

(52)

dalam jumlah besar, agar dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran lebih efisien. Ekualisasi merupakan tahap kedua yang bertujuan untuk menyesuaikan permintaan dan penawaran, berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan mutu. Dispersi merupakan tahap terakhir, dimana barang dan jasa yang telah terkumpul disebarkan ke arah konsumen atau pihak yang membutuhkannya (Hanafiah dan Saefuddin 2006).

Purcell (1979) menekankan pengertian pemasaran kepada adanya koordinasi atas suatu proses/sistem yang menjembatani, atau menghubungkan gap antara apa yang diproduksi produsen (what is produced) dan apa yang diinginkan konsumen (what is demanded). Kohls and Uhls (2002) mendefinisikan pemasaran sebagai keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran dari produk-produk dan jasa-jasa yang dimulai dari tingkat produk-produksi hingga ke tingkat konsumen akhir. Dahl and Hammond (1977) menekankan definisi pemasaran kepada serangkaian fungsi yang diperlukan dalam pergerakan produk dan jasa yang dimulai dari titik produksi primer sampai ke konsumen akhir. Selanjutnya Kotler (2005) menyatakan bahwa aktivitas pemasaran terdiri dari sejumlah keputusan dengan strategi bauran pemasaran 4P‟s.

(53)

2.1.1 Bentuk-Bentuk Pasar

Pasar sering diartikan sebagai tempat atau lokasi terjadi transaksi antara penjual yang melakukan fungsi penawaran dan pembeli yang melakukan fungsi permintaan, sehingga membentuk harga tertentu. Dahl and Hammond (1977) mengartikan pasar sebagai ruang, atau dimensi dimana kekuatan penawaran dan permintaan bekerja untuk menentukan, atau mengubah harga. Pasar merupakan himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai keinginan dan kebutuhan untuk terlibat dalam pertukaran untuk memutuskan keinginan dan kebutuhan tersebut (Kotler 1993). Pasar adalah arena pengorganisasian beserta fasilitas dari aktifitas bisnis untuk menjawab pertanyaan ekonomi pasar: apa yang diproduksi, bagaimana memproduksi, berapa banyak diproduksi dan bagaimana mendistribusikan hasil produksi (Kohls and Uhls 2002).

Bentuk pasar adalah bentuk yang menunjukkan keadaan-keadaan obyektif, dimana terjadi pertukaran. Dalam membedakan pasar berdasarkan bentuk biasanya dipakai kriteria jumlah penjual dan pembeli. Hanafiah dan Saefuddin (2006), membedakan bentuk pasar atas :

1. Pasar persaingan murni

Suatu pasar dikatakan pasar persaingan murni, apabila mempunyai tiga (3) macam sifat, atau syarat berikut :

a. Pada pasar tersebut berbagai perusahaan menjual produk tunggal yang identik.

b. Jumlah penjual dan pembeli demikian banyaknya, sehingga tidak seorangpun di antaranya dapat mempengaruhi harga produk secara berarti. c. Penjual dan pembeli leluasa dalam mengambil keputusan, tidak ada

perjanjian antara satu dengan yang lainnya.

2. Pasar monopoli dan monopsoni

(54)

perusahaan bersangkutan tidak mempunyai saingan langsung dan juga tidak berhadapan dengan produk, atau sekelompok produk yang bersaing dengan produknya.

Bentuk pasar yang dekat keadaannya dengan monopoli adalah duopoli dan oligopoli. Pasar duopoli adalah bentuk pasar dimana hanya terdapat dua (2) penjual produk tertentu, sementara pasar oligopoli (monopoli parsial) adalah bentuk pasar dimana terdapat lebih dari dua (2) penjual (tetapi sedikit jumlahnya, misalnya tiga (3) atau empat (4) penjual) produk tertentu dan karenanya setiap perusahaan dapat memengaruhi penjualan pihak saingannya dengan jumlah yang berarti.

Pasar monopsoni akan dijumpai apabila terdapat seorang atau sebuah badan pembeli untuk benda tertentu, sehingga dapat memengaruhi permintaan dan harga barang tersebut. Bentuk pasar yang dekat keadaannya dengan pasar monopsoni adalah pasar duopsoni dan pasar oligopsoni. Pasar duopsoni adalah kebalikan dari pada pasar duopoli, dimana hanya terdapat dua (2) pembeli komoditi tertentu. Pasar oligopsoni kebalikan dari pasar oligopoli, dimana terdapat tiga (3), atau empat (4) orang pembeli komoditi tertentu.

3. Pasar persaingan monopolistik

Pasar persaingan monopolistik disebut juga sebagai pasar monopoli tidak sempurna, atau pasar persaingan tidak sempurna. Pasar ini merupakan bentuk antara dari pasar persaingan murni dan pasar monopoli murni, karena dijumpai unsur-unsur tertentu dari persaingan murni dan kondisi-kondisi yang berkaitan dengan monopoli murni. Salah satu kondisi dari persaingan murni yang terdapat dalam pasar persaingan monopolistik adalah bahwa terdapat sejumlah besar penjual barang tertentu, tetapi di antaranya ada penjual yang dapat memengaruhi penjualan dari setiap penjual lainnya hingga timbul suatu reaksi.

2.1.2 Tingkatan Pasar

(55)

1. Pasar Lokal

Pasar lokal ini sering disebut pasar pengumpul lokal (local assembling market) dan sering dijumpai di daerah atau di sekitar daerah produksi, di luar kota besar. Dalam pemasaran hasil perikanan, pasar ini sering pula disebut pasar petani (grower market) dan biasanya satu kompleks dengan tempat pendaratan ikan (TPI). Kegiatan yang banyak dijumpai di pasar ini adalah pembelian hasil perikanan dalam jumlah-jumlah kecil dari nelayan atau petani ikan untuk kemudian dikirim dalam jumlah yang lebih besar ke pasar-pasar sentral, usaha-usaha pengolahan maupun pembeli lainnya. Kegiatan lain yang menonjol di pasar ini adalah sortir, grading dan packing.

Di pasar lokal ini banyak dijumpai pedagang yang mengumpulkan hasil produksi seperti tengkulak, pedagang besar, pedagang besar perantara dan kadang-kadang perkumpulan koperasi, yang membeli hasil perikanan dari nelayan, atau petani ikan untuk dikirim ke pasar sentral, atau pembeli lainnya. Di pasar lokal daerah perikanan laut di Indonesia banyak pula dijumpai usaha pengolahan seperti usaha pengasinan, pemindangan, pengasapan, pengalengan dan lainnya yang membeli hasil produksi nelayan untuk diolah menjadi ikan asin, ikan pindang, ikan asap, ikan kaleng dan sebagainya.

Gambar

Tabel 1  Produksi perikanan dan kelautan di Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Tabel 2  Penduduk Provinsi Maluku dirinci menurut Kabupaten/Kota
Gambar 1  Kerangka pikir penelitian.
Tabel 4 Studi terdahulu tentang integrasi pasar produk pertanian
+7

Referensi

Dokumen terkait

kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah untuk masa kini dan yang akan

Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi jika, dan hanya jika, terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai

Dalam hal instrumen ekuitas dalam kelompok tersedia untuk dijual, penelaahan penurunan nilai ditandai dengan penurunan nilai wajar dibawah biaya perolehannya yang

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis dengan cara observasi selama beberapa hari pada bulan Juni 2011 di RSKA Empat Lima didapatkan

[r]

Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray pada Mata Pelajaran IPS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV A SDN Simomulyo 8 Surabaya.Jurnal Penelitian Pendidikan

23 Pada beberapa kajian disebutkan beberapa dampak negatif dari adanya kelapa sawit menurut Marti (2008, dalam Surambo, dkk., 2010) yakni: a) banyak masyarakat

PENERAPAN METODE BELAJAR MIND MAP PADA MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN (KB) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 1 SUMEDANG.. Universitas Pendidikan Indonesia |