KONSERVASI KERAGAMAN HAYATI TANAMAN DALAM MANAJEMEN LANSKAP SENTUL ECO-CITY DI BOGOR
IRFAN MUHAMMAD
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
IRFAN MUHAMMAD. Konservasi Keragaman Hayati Tanaman dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-City di Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.
Sentul City merupakan kota mandiri yang dibangun oleh PT Sentul City, Tbk. Secara geografis, Sentul City memiliki potensi besar untuk mengembangkan inovasi terhadap pembangunan kota. Salah satu konsepnya adalah “City of Inovation”, yaitu merupakan konsep yang memberikan unsur baru dan lebih baik dalam inovasi ke depan. Konsep ini mempunyai empat pilar pembangunan untuk mengarahkan Sentul City lebih komprehensif untuk masa depan. Pilar pertama adalah Eco-City, yaitu konsep tentang harmoni alam sebagai kebutuhan pembangunan suatu kota (Utama, 2009). Namun, Sentul City belum sempurna dalam menerapkan konsep Eco-City. Konsep Keberlanjutan Eco-City
mengandung tiga pernyataan utama, yaitu efisiensi sumber daya lahan, bahan, dan energi sehingga perlu ada program konservasi untuk keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial budaya (Arifin, 2011). Sentul City belum sepenuhnya melakukan konservasi sumber daya alam, khususnya keanekaragaman hayati tanaman.
Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Bogor, dengan luas kurang lebih 3.000 ha. Penelitian ini diawali dengan tahapan pengumpulan data dari bulan Februari 2011 hingga Maret 2011. Metode yang dilakukan adalah mengevaluasi keanekaragaman hayati tanaman, menghitung indeks keragaman dengan metode
Density Board Standard Method yang dilanjutkan dengan analisis keragaman hayati tanaman dengan
metode Shanoon-Wiener, dan menyusun rencana pengelolaan konservasi ex-situ keragaman hayati tanaman dengan menggunakan analisis SWOT. Pada penelitian ini, sebelum masuk dalam perlakuan metode, kegiatan pertama yang dilakukan adalah menentukan titik sampel terlebih dahulu. Zona yang ditentukan merupakan lokasi pengambilan sampel Indeks Keragaman Hayati Tanaman, yaitu; a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin Depan, d) Jalan Moh. Husni Thamrin Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin Belakang, f) RTH Cluster Venesia, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, dan h) RTH Cluster Northridge.
Pada delapan titik lokasi sampel, total vegetasi yang ada berjumlah 5.286 individu dengan 28 spesies berbeda. Hasil evaluasi dari delapan titik sampel terdapat 19 spesies tanaman introduksi dan 9 spesies tanaman asli. Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon akasia (Acacia mangium) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah pohon manggis (Garcinia mangostana). Rasio persentase tanamannya adalah 68% tanaman introduksi dan 32% tanaman asli. Indeks keragaman jenis tanaman yang terbesar, yaitu 1,06 di RTH Cluster Northridge dan terkecil di 0,06 di Jalan Moh. Husni Thamrin segmen tengah. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh skor tertinggi 2,66, yaitu mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas dan terendah 0,79, yaitu meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora.
dengan a) mempertahankan vegetasi lokal yang ada, b) melaksanakan kerja sama dengan lembaga terkait, dan c) meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
“Konservasi Keragaman Hayati Tanaman dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-city di Bogor”
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan penulis
lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini
Bogor, Maret 2012
IRFAN MUHAMMAD
RINGKASAN
IRFAN MUHAMMAD. Konservasi Keragaman Hayati Tanaman dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-City di Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.
Sentul City merupakan kota mandiri yang dibangun oleh PT Sentul City, Tbk. Secara geografis, Sentul City memiliki potensi besar untuk mengembangkan inovasi terhadap
pembangunan kota. Salah satu konsepnya adalah “City of Inovation”, yaitu merupakan konsep yang memberikan unsur baru dan lebih baik dalam inovasi ke depan. Konsep ini mempunyai empat pilar pembangunan untuk mengarahkan Sentul City lebih komprehensif untuk masa depan. Pilar pertama adalah Eco-City, yaitu konsep tentang harmoni alam sebagai kebutuhan pembangunan suatu kota (Utama, 2009). Namun, Sentul City belum sempurna dalam menerapkan konsep Eco-City. Konsep Keberlanjutan Eco-City mengandung tiga pernyataan utama, yaitu efisiensi sumber daya lahan, bahan, dan energi sehingga perlu ada program konservasi untuk keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial budaya (Arifin, 2011). Sentul City belum sepenuhnya melakukan konservasi sumber daya alam, khususnya keanekaragaman hayati tanaman.
Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Bogor, dengan luas kurang lebih 3.000 ha. Penelitian ini diawali dengan tahapan pengumpulan data dari bulan Februari 2011 hingga Maret 2011. Metode yang dilakukan adalah mengevaluasi keanekaragaman hayati tanaman, menghitung indeks keragaman dengan metode Density Board Standard Method yang dilanjutkan dengan analisis keragaman hayati tanaman dengan metode Shanoon-Wiener, dan menyusun rencana pengelolaan konservasi ex-situ keragaman hayati tanaman dengan menggunakan analisis SWOT. Pada penelitian ini, sebelum masuk dalam perlakuan metode, kegiatan pertama yang dilakukan adalah menentukan titik sampel terlebih dahulu. Zona yang ditentukan merupakan lokasi pengambilan sampel Indeks Keragaman Hayati Tanaman, yaitu; a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin Depan, d) Jalan Moh. Husni Thamrin Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin Belakang, f) RTH Cluster Venesia, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, dan h) RTH Cluster Northridge.
Pada delapan titik lokasi sampel, total vegetasi yang ada berjumlah 5.286 individu dengan 28 spesies berbeda. Hasil evaluasi dari delapan titik sampel terdapat 19 spesies tanaman introduksi dan 9 spesies tanaman asli. Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon akasia (Acacia mangium) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah pohon manggis (Garcinia mangostana). Rasio persentase tanamannya adalah 68% tanaman introduksi dan 32% tanaman asli. Indeks keragaman jenis tanaman yang terbesar, yaitu 1,06 di RTH Cluster Northridge dan terkecil di 0,06 di Jalan Moh. Husni Thamrin segmen tengah. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh skor tertinggi 2,66, yaitu mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas dan terendah 0,79, yaitu meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora.
dengan a) mempertahankan vegetasi lokal yang ada, b) melaksanakan kerja sama dengan lembaga terkait, dan c) meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut
sumbernya. Pengutipan diizinkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan
tersebut tidak merugikan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
KONSERVASI KERAGAMAN HAYATI TANAMAN DALAM MANAJEMEN LANSKAP SENTUL ECO-CITY DI BOGOR
IRFAN MUHAMMAD
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul : Konservasi Keragaman Hayati Tanaman dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-City di Bogor.
Nama : Irfan Muhammad
NRP : A44070027
Departemen : Arsitektur Lanskap
Disetujui,
Dosen pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP 19591106 198501 1 001
Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP 19480912 197412 2 001
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha esa, atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Konservasi
Keragaman Hayatidalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-City di Bogor”. Skripsi
ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr.
Ir. H. Hadi Susilo Arifin, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis selama kuliah hingga
penyusunan skripsi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang
telah memberikan motivasi, saran, dan nasehat yang membantu penulis, Dr. Ir.
Siti Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing akademik, pimpinan dan
karyawan Sentul City, teman-teman penelitian di Sentul City, dan teman-teman
ARL 44 atas bantuan dan motivasinya. Terakhir adalah ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Ummi, Buya, Hanan, dan Cherish yang terus memberi
semangat, dukungan, dan doa kepada penulis.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi Sentul City dan pihak
yang memerlukannya. Kritik dan saran yang membangun akan penulis terima
dengan tangan terbuka.
Bogor, Maret 2012
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kairo, Mesir, pada tanggal 2 Juli 1990. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Ayahanda Muhammad Nur
Samad Kamba dan Ibunda Fatin Hamama Rijal Syam.
Pendidikan penulis diawali pada tahun 1995 dan pada tahun 2001 penulis
lulus dari SD Kampung Utan I, Ciputat. Kemudian pada tahun 2004 penulis
menyelesaikan studi di SMP Sekolah Indonesia Cairo, Mesir, dan pada tahun
2007 penulis lulus SMA Sekolah Indonesia Cairo, Mesir. Penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian.
Selama menjalankan studi di IPB, penulis juga mengikuti kegiatan di luar
akademik, seperti menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap
(Himaskap) Divisi Informasi dan Kesekretariatan periode 2009/2010 dan
2010/2011. Penulis juga aktif mengikuti beberapa lomba dan kompetisi baik di
bidang akademik maupun di luar akademik seperti Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) pada tahun 2010 di bidang Penelitian, Sayembara Desain
Babakan Siliwangi, Bandung 2011 (peserta), Sayembara Perancangan Taman
Urban Eco Park Komunitas Hijau Pondok Indah 2011 (peserta), Kompetisi Cerita
Pendek Be a Good Journalistic BONJOUR 2008 (Juara I), Kompetisi Lomba
Baca Puisi Lets Fight Against Drugs 2008 (Juara II), Kompetisi Cipta Lagu
Ekologi Indonesian Ecology Expo 2010 (Juara III), Kompetisi Basket Sport and
Entertainment Event Region in Faperta 2008, 2009, dan 2010 (Juara I). Selain itu,
penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan seminar yang mendukung
x
2.3. Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan ... 8
BAB III. METODOLOGI ... 10
4.1. Analisis SituasionalDeskripsi Umum Kawasan ... 18
4.1.1. Aspek Ekologi ... 18
4.2. Evaluasi Keanekaragaman Hayati Tanaman ... 30
4.3. Indeks Keragaman Hayati Tanaman ... 32
4.4. Analisis SWOT ... 33
4.4.1. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman ... 34
xi
4.4.3. Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks
External Factor Evaluation (EFE) ... 38
4.4.4. Matriks SWOT ... 40
4.4.5. Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi ... 42
4.5. Rencana Manajemen Lanskap dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati ... 43
4.5.1. Mempertahankan Vegetasi Lokal yang Ada ... 44
4.5.2. Kerja Sama dengan Lembaga Terkait ... 44
4.5.3. Konservasi Keanekaragaman Hayati dari Jenis Lokal ... 45
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 47
5.1. Simpulan ... 47
5.2. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49
xii
DAFTAR TABEL
1. Formulir tingkat kepentingan faktor internal ... 13
2. Formulir tingkat kepentingan faktor eksternal ... 13
3. Formulir pembobotan faktor internal dan eksternal ... 14
4. Formulir matriks Internal Factor Evaluation ... 15
5. Formulir matriks External Factor Evaluation ... 15
6. Formulir Matriks SWOT ... 15
7. Formulir rangking alternatif strategi dari matriks SWOT ... 17
8. Klasifikasi topografi wilayah Sentul City ... 19
9. Kelembaban udara Sentul City ... 20
10. Suhu udara Sentul City ... 20
11. Luas area perawatan lanskap... 29
12. Indeks keragaman jenis tanaman pada lokasi sampel Sentul City ... 32
13. Tingkat kepentingan faktor internal Sentul City ... 37
14. Tingkat kepentingan faktor eksternal Sentul City... 37
15. Penilaian bobot faktor strategis internal Sentul City ... 38
16. Penilaian bobot faktor strategis eksternal Sentul City ... 38
17. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Sentul City ... 38
18. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Sentul City ... 39
19. Matriks SWOT ... 41
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pikir penelitian ... 2
2. Peta lokasi Sentul City (tanpa skala) ... 10
3. Plot yang dibuat pada ruang terbuka hijau ... 12
4. Instalasi pengolahan air dan limbah ... 22
5. Jalan arteri, kolektor, dan subkolektor ... 24
6. Kombinasi pohon, semak, dan rumput dengan perawatan tinggi ... 24
7. Contoh Welcome Area pada permukiman/Cluster ... 25
8. Danau Graha Utama dan Danau Parahyangan ... 26
9. Kantor pengelola Sentul City dan Bellanova ... 26
10. Area golf di Sentul City ... 27
11. Area pembibitan dan area perkebunan warga ... 28
12. Struktur organisasi departemen pengelola Sentul City ... 29
13. Lokasi pengambilan sampel indeks keragaman hayati tanaman... 31
14. Matrik Internal-Eksternal (IE) Sentul City ... 39
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sentul Cityadalah kota yang berlokasi 35 km di sebelah selatan kota
Jakarta dan memiliki luas kurang lebih 3.000 ha dengan tinggi elevasi 300 - 600
m dpl. Kota ini merupakan bukit yang dikelilingi pegunungan, hutan, dan air
terjun. Kota ini dibangun pada tahun 1994 dan hingga saat ini telah menunjukkan
pengembangan kota yang signifikan dengan dibangunnya fasilitas dan bangunan
penunjang lainnya. Secara geografis, Sentul Citymemiliki potensi besar untuk
berkembang sebagai kota mandiri. Salah satu konsepnya adalah “City of
Inovation”, yaitu merupakan konsep yang memberikan unsur baru dan lebih baik
dalam inovasi ke depan (Utama, 2009).
SentulCitybelum sempurna dalam menerapkan konsep Eco-City.Konsep
Keberlanjutan Eco-City mengandung tigapernyataan utama yaitu, efisiensi sumber
daya lahan, bahan, dan energi sehingga perlu program konservasi untuk
keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial budaya (Arifin, 2011).Sentul City
belum sepenuhnya melakukan konservasi sumber daya alam, khususnya
keragaman hayati tanaman.
Ruang terbuka hijau (RTH) di dalam suatu kota mulai terasa tertekan
keberadaannya akibat pembangunan perkotaan. Penggunaan lahan untuk
bangunan/perumahan semakin tinggi dan masyarakat mulai bergerak ke
daerah-daerah pedesaan/luar kota yang daerahnya masih “hijau” (Arifin, 2009). Oleh
karena itu, keberadaan RTH dalam melakukan konservasi sumber daya alam
menjadi penting karena perannya sebagai penyeimbang iklim mikro dan sebagai
tempat habitat spesies flora dan fauna lokal.Suatu lanskap dengan RTH di
dalamnya memberikan nilai positif terhadap aspek ekologi, visual, ekonomi, dan
sosial. Penerapan, pengendalian, dan pemeliharaan RTH di Sentul City
1.2Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah menyusun strategi manajemen lanskap untuk
konservasi keragaman hayati tanaman secara ex-situ.
1.3Kerangka Pikir
Sentul City dalam implementasi Eco-City memerlukan aspek ekologi
sebagai pertimbangan.Aspek ekologi yang menjadi pertimbangan adalah vegetasi
(Jenis tanaman lokal, jenis tanaman introduksi, dan keragaman jenis tanaman),
kawasan dilindungi, dan kawasan yang dikembangkan.Evaluasi keragaman zonasi
lanskap, indeks keragaman, dan analisis SWOT dijadikan sebagai pertimbangan
dalam menuju pelestarian keragaman hayati tanaman secara ex-situ dan strategi
manajemen lanskap bagi konservasi keragaman hayati tanaman (Gambar 1).
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Sentul City Menuju Implemenatasi Eco-City
Strategi Manajemen Lanskap bagi Konservasi Keanekaragaman Hayati Tanaman Aspek Ekologi:
1. Vegetasi
2, Kawasan dilindungi &kawasan dikembangkan
Pelestarian Keanekaragaman Hayati Tanaman Secara Ex-situ
Evaluasi Keragaman Zonasi Lanskap danIndeks Keragaman Jenis Tanaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menyusun sebuah strategimanajemen yang berkelanjutan di wilayah
perkotaan mandiri harus mengerti unsur-unsur yang ikut berperan di dalamnya.
Untuk lebih memahaminya, unsur-unsur tersebut akan dijabarkan di dalam
beberapa sub-bab Deskripsi Eco-City, Keanekaragaman Hayati,dan Pengelolaan
Lanskap Berkelanjutan.
2.1Deskripsi Eco-City
Indonesia dewasa ini sedang dihadapkan pada banyaknya masalah
kemiskinan, bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, banjir, erupsi vulkanik,
kehilangan keanekaragaman hayati, menurunnya kualitas dan kuantitas air,
tingginya polusi, dan degradasi keindahan lanskap. Gangguan ini diakibatkan oleh
perubahan pemakaian dan penutupan lahan yang sangat cepat seperti penebangan
liar, aplikasi pertanian monokultur, urbanisasi, industrialisasi, dan berbagai
pembangunan infrastruktur. Pemerintah, komunitas-komunitas pecinta
lingkungan, serta perusahaan-perusahaan telah mempromosikan beberapa
program untuk ikut membantu menyelamatkan lingkungan, salah satunya konsep
Eco-City (Arifin dan Nakagoshi, 2011)
Eco-City adalah kota yang memiliki konsep kota yang berkelanjutan yang
melibatkan aspek ekologi, ekonomi, social, dan budaya dari suatu kota. Kota
berkelanjutan yang dimaksud adalah kota mandiri yang mampu menopang
kebutuhan masyarakat di dalamnya dengan memaksimalkan sumber daya lokal
yang dimiliki. Pemanfaatan kekayaan sumber daya lokal dapat meminimkan
bantuan kebutuhan hidup dari kota sekitarnya sehingga suatu kota menjadi dapat
bertahan hidup. Selain itu, kota mandiri yang berkelanjutan juga
mempertimbangkan dampak-dampak lingkungan dengan melakukan penghematan
energi, pemakaian air, dan polusi. Oleh karena itu aspek ekologi, ekonomi, sosial,
dan budaya harus terlibat dalam pelaksanaannya (Arifin dan Nakagoshi, 2011).
Konsep keberlanjutan mengandung beberapa bahasan yaitu jaringan hijau,
hayati, dan keindahan lanskap. Jaringan hijau (green network) merupakan
hubungan ekologis antara ruang terbuka hijau yang menjadi pusat dengan ruang
terbuka hijau yang lainnya seperti hutan kota, taman, kebun, dan pekarangan.
Habitat-habitat pada ruang terbuka hijau seperti tepi sungai, danau, semak-semak,
dan pepohonan tinggi merupakan aset keanekaragaman hayati.Oleh karena itu,
jaringan hijau sangat penting untuk keberlanjutan satwa burung dan makhluk
hidup lainnya. Jasa lingkungan merupakan jasa yang diberikan oleh fungsi
ekosistem untuk dapat dirasakan stakeholders dalam rangka memelihara kualitas
lingkungan dan kehidupan masyarakat. Kualitas lingkungan yang sehat pada
Eco-City dapat meningkatkan produktivitas masyarakat di dalamnya. Pemanfaatan jasa
lingkungan seperti rekreasi alam, perlindungan sistem hidrologi, pengendalian
erosi dan banjir secara optimal akanberpengaruh pada faktor keindahan, keunikan,
dan kenyamanan yang tinggi. Eco-City harus peduli terhadap konservasi
keanekaragaman hayati karena kegiatan konservasi membantu dalam melestarikan
sumber daya flora dan fauna lokal.Sumber daya lokal perlu dilestarikan agar
kualitas lingkungan pada wilayah tersebut tidak rusak. Selain itu, sumber daya
lokal juga dapat menjadi identitas kota dan kebanggaan masyarakat (Arifin dan
Nakagoshi, 2011).
Green city merupakan strategi radikal dan komprehensif untuk
penghijauan kota. Strategi ini dirancang untuk menciptakan lanskap baru dengan
pemanfaatan lahan dari bukit, hutan, dan lahan basah untuk pertanian dan
pariwisata. Strategi ini merupakan tolak ukur/indikator berhasilnya konsep
keberlanjutan suatu kota. Green city berhubungan dengan pengelolaan lingkungan
perkotaan dan ISO 14001 di tingkat kota. ISO 14001 adalah standar internasional
untuk Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang pada saat ini lebih dari 6.000
sertifikasi di Inggris dan 111.000 sertifikasi di 138 negara seluruh dunia. ISO
14001 adalah standar sistem manajemen utama yang mengkhususkan pada
persyaratan bagi formulasi dan pemeliharaan dari SML. Tiga komitmen
fundamental mendukung kebijakan lingkungan untuk pemenuhan persyaratan ISO
14001, termasuk :
a. pencegahan polusi
c. perbaikan berkesinambungan Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
Komitmen-komitmen tersebut memberikan panduan perbaikan kinerja
lingkungan secara keseluruhan (http://www.nqa.com/in/atozservices/article, 2011)
Pengembangan dan penerapan sistem manajemen lingkungan (SML) pada
tingkat kota adalah tugas kompleks yang melibatkan banyak aktor. Pusat
Teknologi Lingkungan Hidup UNEP (United Nation Envorinment Programme)
merekomendasikan tiga langkah berikut dalam mengekspolarisasikan ISO 14001
dengan tingkat kota (Srinivas, 2006 disitasi oleh Arifin, 2009)
a. Promotion of eco-offices.
Yaitu kegiatan mereduksi pemakaian energy, menggunakan material yang
bersahabat dengan lingkungan, mereduksi sampah-sampah berat,
mereduksi pemakaian air, mempromosikan kegiatan daur ulang, dan
penghijauan kota.
b. Promotion of eco-project.
Penggunaan alat and bahan material yang bersahabat dengan lingkungan,
percepatan penggunaan bahan daur ulang, rekayasa penghijauan,
pembangunan teknologi penghijauan, dan mempromosikan penghijauan.
c. Green city planning.
Sebagai pengatur pedoman penghijauan kepada pekerja umum, industri
dan rumah. Selain itu juga kegiatan peningkatan transportasi publik,
peningkatan kapasitas bangunan, dan meningkatkan aplikasi pengelolaan
lingkungan pada kota.
Eco-City dan keberlanjutan kota harus didukung tujuan-tujuan yang telah
terintergrasi oleh modernisasi ekologi, inovasi ekologi dalam penyimpanan
sumber daya alam, dan efisiensi ekologi berdasarkan keberlanjutan lanskap alami
manajemen keberlanjutan lanskap. Mekanisme pembangunan harus berada dalam
kontrol komunitas kota dan dilakukan secara vertikal dan horizontal sehingga
menciptakan kesatuan manajemen kota yang berkelanjutan. Manajemen kota yang
berkelanjutan akan memberikan kepercayaan masyarakat efektivitas dan efisiensi
hasil pembangunan. Saat ini,kota baru di Indonesia, Sentul City di Bogor, Jawa
membentuk Eco-City. Kebijakan ini masih satu garis dengan ISO 14001 (Arifin,
2009).
2.2Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman alami, keanekaragaman hayati, atau biodiversitas, adalah
semua kehidupan diatas bumi ini (tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme)
serta berbagai materi genetik yangdikandungnya dan keanekaragaman sistem
ekologi di mana mereka hidup.Termasuk didalamnyakelimpahan dan
keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari
semuahabitat yang ada di darat, laut, dan sistem-sistem perairan lainnya. Oleh
karena itu, keanekaragaman hayati lazimnya dianggap memiliki tiga tingkatan
yang berbeda (Nichols, 2007)
a. Keanekaragaman genetik merujuk kepada berbagai macam informasi
genetik yang terkandung di dalam setiap makhluk hidup. Keanekaragaman
genetik terjadi di dalam dan di antara populasi-populasi spesies serta di
antara spesies-spesies.
b. Keanekaragaman spesies merujuk kepada keragaman spesies-spesies yang
hidup. Keanekaragaman ekosistem berkaitan dengan keragaman habitat,
komunitas biotik, dan proses-proses ekologis, serta keanekaragaman yang
ada di dalam ekosistem-ekosistem dalam bentuk perbedaan-perbedaan
habitat dan keragaman proses-proses ekologis. Perubahan secara evolusi
menghasilkan proses diversifikasi terus-menerus di dalam makhluk hidup.
c. Keanekaragaman hayati meningkat ketika variasi genetik baru dihasilkan,
spesies baru berevolusi, atau ketika satu ekosistem baru terbentuk.
Keanekaragaman hayati akan berkurang dengan berkurangnya spesies,
satu spesies punah, atau satu ekosistem hilang maupun rusak. Konsep ini
menekankan sifat keterkaitan dunia kehidupan dan proses-prosesnya.
Indonesia memiliki 187,9 juta ha area terrestrial dan 137,09 juta ha (70%
dari total area Indonesia) yang merupakan lahan hutan.Kegiatan konservasi
hutan-hutan seperti hutan-hutan hijau tropis dataran tinggi dan dataran rendah, hutan-hutan
mangrove, dan hutan rawa menjadi sangat penting.Karena semua kegiatan ini
hutan di Indonesia mencakup hutan konservasi seluas 23,54 juta ha, hutan lindung
seluas 31,6 juta ha, dan hutan produksi seluas 81,95 juta ha. Walaupun hanya
1,3% dari area terestrial dunia, Indonesia memiliki 17% keragaman spesies dunia
(Departemen Kehutanan, 2008 disitasi oleh Arifin, 2011).
Indonesia adalah salah satu titik ekologis yang menjadi daya tarik
dunia.Berdasarkan data jumlah sumber daya hayati flora dan fauna, UNEP
memposisikan Indonesia di urutan ketiga setelah Brazil dan Kongo, di antara
sepuluh negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Selain itu, Indonesia
termasuk dalam lima negara yang memiliki keragaman tanaman paling beragam
dengan lebih dari 38.000 spesies tanaman dan 55% merupakan spesies lokal
(LIPI, 2010 disitasi olehArifin, 2011).
Karakter keanekaragaman hayati Indonesia yang kuat di mata dunia
berbanding terbalik dengan tingkat deforestasi yang terjadi belakangan
ini.Indonesia memiliki tingkat deforestasi yang tinggi di dunia, yaitu 3,8 juta ha
hutan hilang per tahun atau 7,2 ha per menit. WRI (World Resource Institute)
melaporkan bahwa hanya tinggal 20% dari hutan asli Indonesia dari 130 juta ha
yang masih tersisa.Sekitar 72% hutan alami Indonesia dialihkan menjadi area
industri, pemukiman, area pertanian, area perkebunan, area rumput, dan lainnya
(Arifin, 2011).
Populasi yang berkembang pesat membuat adanya tekanan yang tinggi
terhadap pemakaian lahan, air, sumber daya energi, dan sumber daya hayati
lainnya.Pada tahu 2030 mendatang, diperkirakan lebih dari 60% populasi dunia
tinggal di lingkungan perkotaan. Peningkatan populasi urban ini
akanmengakibatkan masalah terhadap pasokan air bersih hingga masalah sampah.
Menghadapi kemungkinan-kemungkinan besar seperti ini, sangat penting untuk
mendalami konsep green-city,yangsalah satunya adalah tumbuhnya sikap saling
bergantung dan menjaga antara manusia dengan lingkungan yang dalam hal ini
adalah keanekaragaman hayati (Arifin, 2011).
Saling bergantung antara manusia dan keanekaragaman hayati sangat
penting karena pada akhirnya seluruh masyarakat akanbergantung kepada layanan
dan sumberdaya keanekaragaman hayati. Saat ini hanya sebagian orang yang
sejarah, dan identitas berkaitan erat dengan lingkungan alam dan
sistem-sistemnya.Tiap budaya dan bangsa memiliki perbedaan dalam memandang dan
menilai keanekaragaman hayati sebagai akibat dari perbedaan warisan dan
pengalaman mereka.Meskipun ketergantungan banyak orang pada
keanekaragaman hayati menjadi semakin kurang jelas, keanekaragaman hayati
tetap sangat penting bagi semua kelompok masyarakat.
2.3Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan
Pengelolaan lanskap merupakan upaya dalam penataan, pemanfaatan,
pemeliharaan, dan pengawasan suatu kawasan.Mengelola lanskap harus
memperhatikan ruang sesuai dengan fungsi, sirkulasi, aksesibilitas, serta fungsi
ekologisnya.Pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan dan perbaikan iklim
mikro, pertimbangan estetika dan pemeliharaan juga harus
diperhatikan.Keamanan, kebersihan, dan estetika juga menjadi aspek penting yang
harus diperhatikan, karena baik atau buruknya pelaksanaan pengelolaan akan
menentukan keberhasilan suatu keberlanjutan karya lanskap. Oleh karena itu,
rencana pengelolaan lanskap harus ada dan menjadi pertimbangan dalam
penyusunan master plan suatu proyek.
Pentingnya pengelolaan lanskap adalah untuk menjaga areal lanskap
dengan segala fasilitasnya agar tetap berfungsi sesuai dengan yang
direncanakan.Pengelolaan berlangsung dengan membuat program pengelolaan
yang terstruktur dan terorganisasi.Program yang terstruktur dan terorganisasi
bertujuan agar lanskap tersusun secara sistematis dan mudah dikelola.Program
perencanaan perlu mempertimbangkan aspek fisik, sosial, budaya, ekologi, dan
ekonomi.Program pengelolaan biasa disebut dengan rencana pengelolaan
(management plan).
Manajemen suatu tapak mempunyai beberapa prinsip yang harus dimiliki
pengelola.Terdapat dua belas prinsip yang dapat dijadikan petunjuk dasar untuk
mewujudkan program pengelolaan,yaitu (Sternloff and Warren, 1984):
a. Memiliki tujuan dan standar pemeliharaan
b. Pemeliharaan harus berdasarkan penggunaan waktu, tenaga, alat, dan
c. Pelaksanaan pemeliharaan berdasarkan perencanaan pemeliharaan tertulis.
d. Jadwal pekerja pemeliharaan harus berdasarkan pada pertimbangan
prioritas dan kebijakan.
e. Seluruh bagian pemeliharaan hendaknya menekankan pada pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance).
f. Divisi pemeliharaan harus dikelola dengan baik.
g. Sumberdaya dana yang cukup untuk mendukung program pemeliharaan
h. Sumberdaya tenaga kerja yang cukup untuk melaksanakan fungsi
pemeliharaan.
i. Memiliki tanggung jawab terhadap keamanan pegawai serta masyarakat.
j. Program pengelolaan harus dirancang untuk memelihara lingkungan
alami.
k. Pemeliharaan harus menjadi pertimbangan utama dalam perancangan dan
pembangunan taman dan fasilitasnya.
l. Pegawai bagian pemeliharaan bertanggung jawab bagi pencitraan
masyarakat terhadap dinas pertamanan.
Setiap arsitek dalam membuat satu karya harus bertangggung jawab
terhadap lingkungan alami. Beberapa cara spesifik untuk melindungi lingkungan
alami adalah sebagai berikut (Simonds and Starke, 2006)
a. Setiap pengguna memiliki sikap untuk memelihara lingkungan.
b. Setiap pengelola melindungi setiap sumber daya alam yang berada di
tapak dan memikirkan masa depan.
c. Fasilitas yang didirikan perancang dan perencana terkombinasi dengan
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak
pada 06°33’55” - 06° 37’45” LS dan 106° 50’20” - 106° 57’10” BT di wilayah administrasi Kabupaten Bogor, dengan luas kurang lebih 3.000 ha (Gambar
2).Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian adalah 3 bulan, dari akhir bulan
Februari hingga Mei 2011.
3.2Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan pada kegiatan inventarisasi dan pengolahan data
adalah kamera digital, tali-temali untuk membuat petak, dan program komputer
seperti,Autocad, dan Adobe Photoshop CS3. Bahan yang dibutuhkan adalah
master plan Sentul City serta buku literatur tentang tanaman, yaitu “Plants
Resources of South-East Asia(PROSEA) No.5(1)Timber Trees: Major
3.3Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan menyusun rencana pengelolaan lanskap melalui
konservasi keragaman hayati tanaman secara ex-situ, metode yang digunakan
sebagai berikut
3.3.1 Menginventarisasi vegetasi berdasarkan jenis dan asalnya.
Metode ini dilakukan dengan survei lapang, mencatat jenis tanaman yang
ditemukan di setiap zona yang ditentukan, dan mencari asalnya di
literature “Plants Resources of South-East Asia(PROSEA) No.5(1). Timber Trees: Major Commercial Timbers” dan buku “Galeri Tanaman Lanskap”.
Zona yang ditentukan merupakan lokasi pengambilan sampel indeks
keragaman jenis tanaman, yaitu a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha
Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin Depan, d) Jalan Moh. Husni
Thamrin Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin Belakang, f) RTH Cluster
Northridge, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, dan h) RTH Cluster
Venesia. Lokasi sampel ditentukan dengan cara purposive, yaitu dengan
pertimbangan bahwa suatu lokasi memiliki formasi kombinasi tanaman
yang rimbun, lokasi sebagai ruang publik di bawah naungan pengelolaan
lanskap Sentul City, lokasi mewakili jenis lanskap yang ada, dan lokasi
dizinkan pengelola kawasan Sentul City.
3.3.2 Menghitung index keragaman dengan metode Density Board Standard
Methodyang dilanjutkan dengan analisis keragaman hayati tanaman
dengan metode Shanon-Wienner
Density Board Standard Methodmerupakan pengumpulan data jumlah dan
jenis vegetasi pada lokasi pengamatan yang dilakukan dengan melakukan
inventarisasi tanaman dengan menerapkan metode kombinasi antara
metode jalur dan metode garis berpetak. Plot contoh berukuran 10 m x 10
m dapat mencakup segala jenis tanaman mulai dari herba, semak, perdu,
sampai pohon. Untuk mengidentifikasi keragaman jenis tumbuhan bawah
(semak dan herba), dilakukan dengan membuat petak 5 m x 5 m di dalam
petak berukuran 10 m x 10 m sejauh jalur pengamatan (Gambar 3).
cluster,dan2 plot ulangan pada lokasi pengamatan danau. Plot dibuat pada
ruang terbuka hijau yang di dalamnya terdapat keragaman tanaman selain
itu juga, plot dibuat di tepi jalan dan danau (Indriyanto, 2006).
Metode Shanon-Wiener (Odum, 1971) merupakan penghitung indeks
keragaman jenis tanaman pada lanskap RTH Sentul City. Metode ini
dilakukan untuk mengetahui kompleksitas keragaman jenis.
Keterangan:
H : Indeks Keragaman Shanon-Wienner
Pi : Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies
Ni : Jumlah individu spesies ke-i
N total : Jumlah total individu
Nilai perhitungan indeks keragam (H) tersebut menunjukkan bahwa
Jika H ≥ 3, keragaman spesies tinggi;
Jika 1 < H < 3, keragaman spesies sedang;
Jika H≤ 1, keragaman spesies rendah.
3.3.3 Menyusun rencana pengelolaan konservasi ex-situkeragaman hayati
tanaman dengan menggunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah analisis yang didasarkan pada logika dengan
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), tetapi
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats).Analisis SWOT menganalisis kekuatan dan kelemahan H = - ∑ Pi ln Pi dengan Pi = ∑ Ni / N Total
50 m
10 m
5 m 5 m
Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5
dari faktor internal dan menganalisis peluang dan ancaman dari faktor
eksternal (Rangkuti, 2009).Kerangka kerja dengan menggunakan
pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut,
a. Penentuan bobot setiap variabel
Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal,
terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya.Setiap faktor internal dan
eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 1 dan 2).
Tabel 1. Formulir tingkat kepentingan faktor internal
Simbol Faktor Kekuatan (Strength) Tingkat Kepentingan
S1 Kekuatan yang sangat besar
S2 Kekuatan yang besar
S3 Kekuatan yang sedang
Sn
Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) Tingkat Kepentingan
W1 Kelemahan yang tidak berarti
W2 Kelemahan kurang berarti
W3 kelemahan yang cukup berarti
Wn
Tabel 2. Formulir tingkat kepentingan faktor eksternal
Simbol Faktor Peluang (Opportunity) Tingkat Kepentingan
O1 Peluang yang sangat tinggi
O2 Peluang tinggi
O3 Peluang rendah
On
Simbol Faktor Ancaman (Threat) Tingkat Kepentingan
T1 Ancaman yang besar
T2 Ancaman yang sedang
T3 Ancaman yang kecil
Tn
Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor
digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu
internal dan eksternal (Tabel 3).
Tabel 3. Formulir pembobotan faktor internal dan eksternal
Simbol A B C D E Total Bobot
A
B
C
D
E
Total
Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4, yaitu
(David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009)
1, jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor
vertikal
2, jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor
vertikal
3, jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor
vertikal
4, jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor
vertical
b. Penentuan peringkat (Rating)
Penentuan tiap variabel terhadap kondisi objek diukur dengan
menggunakan nilai peringkat berskala 1-4 terhadap masing-masing faktor
strategis yang dimiliki Sentul City. Nilai dari pembobotan dikalikan dengan
peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara
vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan(David, 2008 yang disitasi
Tabel 4. Formulir matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
Kelemahan
Total
Tabel 5. Formulir matriks External Factor Evaluation (EFE)
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang
Ancaman
Total
c. Penyusunan alternatif strategi
Hubungan antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman
digambarkan dalam matriks SWOT.Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif
strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan
ancaman dapat diatasi (Tabel 6).
Berdasarkan Matriks SWOT (Tabel 6) didapatkan 4 langkah strategi berikut
Strategi SO (Strenghts-Opportunities)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran pengelola, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internaluntuk
memanfaatkan peluang eksternal.
Strategi ST (Strenghts-Threats)
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki pengelola untuk
mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal untuk
menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan memperbaiki
kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
Strategi WT (Weaknesses-Threats)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan
mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
d. Pembuatan tabel Ranking alternatif strategi
Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan
memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan
akan menetukan rangking prioritas strategi (Tabel 7). Jumlah skor ini diperoleh
dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait.
Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai
terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif
dengan strategi usaha memaksimumkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities) serta meminimumkan ancaman (threats) dan kelemahan
Tabel 7. Formulir rangking alternatif strategi dari Matriks SWOT
Alternatif
Strategi Keterkaitan dengan Unsur SWOT Skor Rank
SO1
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada
SO2 SO3 ... SOn WO1
Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
WO2 WO3 ... WOn
ST1
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
ST2 ST3 ... STn WT1
Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada
WT2 WT3 ...
1 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Analisis Situasional
Sentul City merupakan kota mandiri yang dibangun oleh PT Sentul City,
Tbk. Kota ini terdiri dari kawasan perumahan, perdagangan, perkantoran, fasilitas
komersial, industri ringan, ruang terbuka hijau, fasilitas sosial, dan fasilitas umum.
Secara geografis, kota mandiri ini terletak pada 06°33’55” - 06° 37’45” LS dan
106° 50’20” - 106° 57’10” BT. Sebelah utara berbatasan dengan ibu kota Jakarta, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Ciawi. Sentul City diapit
oleh kota Bogor di sebelah barat dan kota Jonggol di sebelah timur. Akses dari
Jakarta menuju Sentul City dapat melalui
jalan
Tol Jagorawi lalu keluar di PintuTol Sentul Selatan. Akses dari kota Bogor menuju Sentul City dapat melalui Tol
Bogor Ring Road, sedangkan akses dari kota Jonggol melalui Karang Tengah
.
Sentul City memiliki luas 3.000 ha sesuai dengan master plan
pembangunan kawasan. Lokasi kegiatan pembangunan Sentul City berada pada 8
wilayah desa dan 2 Kecamatan, yaitu Desa Cipambuan, Desa Babakan Madang,
Desa Citaringgul, Desa Bojong Koneng, Desa Sumur Batu, Desa Cijayanti, Desa
Kadumanggu, dan Desa Cadas Ngampar, Kecamatan Babakan Magang dan
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.
4.1.1 Aspek Ekologi
Sentul City sering disebut kota pegunungan karena tapaknya yang menuju
Gunung Pancar. Kontur serta kemiringan lahan tapak ini sudah banyak diberi
perlakuan cut and fill untuk kepentingan perumahan dan fasilitas komersial
lainnya. Iklim tropis menjadikan Sentul City berpotensi untuk berkembang
biaknya vegetasi-vegetasi dengan mudah sehingga pihak Sentul City banyak
memakai tanaman-tanaman introduksi ke dalam perencanaannya.Sentul City
dengan konsep vegetasinya mendapatkan penghargaan Rekor Muri sebagai
Taman Terluas di Jalan Utama Kota Mandiri, yaitu 27 Ha pada tahun 2009. Selain
itu, di kota mandiri ini juga banyak ditemukan satwa burung yang sering terlihat
2
Sentul City dilintasi oleh dua sungai, yaitu sungai Cikeas dan sungai
Citeureup.Sungai Cikeas mengalir dari area Bogor dan bermuara di laut utara
Bekasi.Sungai yang melintasi kawasan perumahan Sentul City ini juga menjadi
sarana para pengelola untuk dijadikan kawasan rafting. Sungai Citeurup melewati
kawasan Sentul City hingga Subang.
4.1.1.1Topografi
Topografi Sentul City merupakan kawasan yang bergelombang, berbukit
dan bergunung-gunung dengan ketinggian antara 200 m – 750 m di atas
permukaan laut.Kawasan ini mempunyai kemiringan lereng yang berkisar antara
0% sampai lebih besar dari 25% (Tabel 8).
Tabel 1. Klasifikasi topografi wilayah Sentul City
Bentuk Wilayah Lereng (%) Perbedaan Tinggi (m) Luas (Ha) Proporsi (%)
Datar - berombak 0 - 8 0 - 15 1109,3 36,98
Bergelombang 8 - 15 15 - 50 706,3 23,54
Berbukit 15 - 25 50 - 200 695 23,17
Bergunung-gunung >25 >200 489,4 16,31
Sumber : Bukit Sentul Tbk. 2009
Berdasarkan data tersebut, terdapat daerah yang dapat dibangun dan tidak
dapat dibangun. Daerah yang boleh dibangun adalah daerah yang memiliki
kemiringan lereng <15% (datar-bergelombang), yaitu seluas 1.815,6 ha (60,25%
dari luas total area) dan daerah yang tidak dapat dibangun adalah daerah yang
memiliki kemiringan lebih dari 15% (berbukit dan bergunung-gunung) atau seluas
1.184,4 ha (39,48% dari luas total area).
4.1.1.2Iklim
Berdasarkan data dari stasiun pengukur iklim Badan Meteorologi dan
Geofisika Dramaga (BMG) Dramaga, Bogor, kelembaban udara kawasan Sentul
City rata-rata tercatat 76,69% - 86,35%. Kelembaban minimum terjadi pada bulan
Agustus dan kelembaban maksimum terjadi pada bulan Februari (Tabel 9). Data
3
minimum terjadi pada bulan Januari dan suhu maksimum terjadi pada bulan
Oktober (Tabel 10).
Bulan Tahun Rata-rata
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Curah hujan rata-rata kawasan Sentul City lebih dari 4.000 mm. Rata-rata
curah hujan bulanannya berkisar antara 175,4 mm/bulan sampai dengan 474.5
mm/bulan. Bulan paling basah berkisar antara bulan Oktober sampai dengan bulan
Mei.Selain itu, jumlah hari hujan rata-rata 150 hari/tahun.
Bulan Tahun Rata-rata
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tabel 2. Kelembaban Udara Sentul City
4
4.1.1.3Hidrologi
Berdasarkan jenisnya, kawasan Sentul City memiliki air sungai, air tanah,
dan mata air.Kawasan Sentul City dilewati sungai Cikeas, Sungai Citeureup, dan
beberapa anak sungainya.Sungai Cikeas dan sungai Citeureup merupakan sungai
permanen yang berair sepanjang tahun, sedangkan anak-anak sungainya
merupakan sunga intermiten yang hanya berair pada musim hujan dan kering pada
musim kemarau.Air tanah yang terdapat di kawasan Sentul City merupakan air
tanah dangkal yang tidak bertekanan dengan kedudukan muka tanah air bebas
berkisar antara 4 hingga 12 meter.Potensi air tanah di kawasan Sentul City sangat
terbatas dan sangat dipengaruhi oleh musim. Sumber air dari mata air mengalir
langsung menjadi aliran permukaan pada sungai-sungai yang ada di kawasan
tersebut dengan debit air yang umumnya kecil, yaitu kurang lebih sebesar 0,5
liter/detik.
Selain sungai Cikeas dan sungai Citeureup, sumber air lain yang cukup
potensial adalah sungai Ciliwung meskipun lokasi sungai cukup jauh dari lokasi
kawasan. Pihak Sentul City telah mendapatkan SIPA (Surat Izin Pengambilan Air)
dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat untuk memanfaatkan air dari
sungai tersebut.Sungai Cikeas dan Sungai Citeureup berfungsi untuk mengairi dua
danau buatan yang terdapat di kawasan Sentul City, selain juga berfungsi sebagai
cadangan (make up water) dan sebagai pemasok kebutuhan air di kawasan Sentul
City terutama saat musim kemarau.
Kawasan Sentul City dibangun pada daerah minim air, baik permukaan
maupun air tanah. Pada awal pembangunan, pengelola Sentul City menggunakan
air sungai Citeureup dan air hujan yang ditampung dalam waduk dan kolam untuk
dijadikan sumber air baku. Namun, setelah Sentul City bekerja sama dengan
sehingga untuk pemanfaatannya sebagai air minum perlu dilakukan penyaringan
5
oleh Departemen Instalasi Pengolahan Air dan Limbah atau Water Treatment
Plant Departement (WTP)(Gambar 4). Sumber air yang digunakan WTP berasal
dari sungai Cibarengkok yang dijernihkan dengan proses kimia dan fisika.
Penggunaan sistem WTP dapat mengurangi kebergantungan pada sumber daya
dari tempat lain, serta dalam skala lebih besar jika dipadukan dengan pengelolaan
limbah cair dapat membentuk suatu sistem recycle dalam pengelolaan sumber
daya air.
4.1.1.4Vegetasi
Vegetasi yang tumbuh di kawasan Sentul City dipengaruhi oleh topografi
yang dibedakan menjadi dua bentang alam, bentang alam basah dan bentang alam
kering.Daerah bentang alam basah sebagian besar merupakan tanaman budidaya
seperti pisang, talas, ketela pohon, dan kacang tanah.Tanaman tersebut merupakan
jenis tanaman yang banyak membutuhkan air.Pada daerah bentang alam kering,
jenis vegetasi yang berada di bagian puncak bukit, umumnya berupa hutan alami
dan hutan binaan.Hutan-hutan alami di Sentul City didominasi oleh pohon Karet
(Hevea brasillensis Willd.Ex. Juss M.A) yang merupakan jenis tanaman
asli.Sedangkan hutan binaan di kawasan Sentul City didominasi oleh pohon Pinus
(Pinus merkusii Jungh.) yang merupakan jenis tanaman asal Sumatera.
Konsep Eco-City tentang pengayaan keragaman hayati tanaman pada
Sentul City direfleksikan pada perencanaan vegetasinya.Sentul City mendapatkan
penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI), yaitu Taman Jalan Terbesar
untuk Pengembangan Kota dengan luas area 27 ha, 6518 pohon dengan 49 spesies
6
Pengembangan Taman Jalan ini berada di jalan utama Sentul City dengan panjang
jalan 6,2 Km. Selain itu, pada peruntukan lahan lain seperti Central Bussiness
District (BCD), pemukiman, Cluster, penginapan, area rekreasi, lapangan golf,
hutan alami maupun buatan dan area penangkapan juga memiliki pengayaan
keanekaragaman hayati yang tinggi. Sebanyak 76 spesies pohon dengan total
32.876 pohon pada area terbuka hijau (30 ha). Namun hanya 68 spesies yang
teridentifikasi dan spesies-spesies itu lebih banyak ditemukan spesies tanaman
introduksi dan hanya 27 spesies tanaman asli (Arifin dan Nakagoshi, 2011).
Sentul City dalam membangun Ruang Terbuka Hijau turut mengacu pada
undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), yaitu
mewajibkan setiap kota menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) minimal 30
persen dari luas wilayah kota. Ruang terbuka hijau Sentul City tersebar ke seluruh
area yang terbagi dalam 6 model lanskap yaitu, Area Jalan Utama, Area Rekreasi,
Area Pemukiman, Area Komersil dan Fasilitas Umum, Area Golf, dan terakhir
Area Budidaya.
a. Area Jalan Utama
Secara umum Sentul City memiliki 3 jenis jalan, yaitu jalan arteri dua
jalur, jalan kolektor dan sub kolektor. Jalan utama Sentul City memiliki panjang
6,2 Km dengan badan jalan antara 6-10 m dilapisi hotmix. Jalan arteri Sentul City
dibagi menjadi dua, yaitu jalan Thamrin dan Jalan Siliwangi.Sepanjang jalan
arteri terdapat komplek-komplek pemukiman yang biasa disebut dengan Cluster
dan jalan arteri dan tiap Cluster dihubungkan dengan jalan kolektor. Jalan sub
kolektor adalah jalan yang terdapat di lingkungan Cluster yang menghubungkan
antar rumah ke rumah (Gambar 5).
Vegetasi yang dapat ditemukan sepanjang Area Jalan Utama antara lain
didominasi oleh pohon akasia (Acacia mangium) dan pohon pinus (Pinus
merkusii). Seluruh jenis pohon yang tersebar di Jalan Utama berjumlah sekitar 49
spesies dengan jumlah pohon kurang lebihnya 6.500 buah (Bukit Sentul Tbk.
2009).Selain itu di area Jalan Utama juga dapat dijumpai semak dan rumput yang
7
b. Area Pemukiman (Cluster Area)
Sentul City saat ini memiliki 17 Cluster besar dan 10 Cluster kecil dengan
luas seluruh lahan 1.109,25 ha. Area pemukiman Sentul City juga menyediakan
lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 230 ha yang di dalamnya terdapat
Buffer, taman ketetanggaan, dan pekarangan. Buffer tiap cluster didominasi oleh
pohon pinus (Pinus merkusii), pohon akasia (Acacia mangium), pohon mahoni, Gambar 2. Jalan Arteri (atas), Kolektor (bawah kiri), dan Sub Kolektor (bawah
kanan) Sentul City
8
dan pohon tanjung.Taman ketetanggan dan pekarangan didominasi
tanaman-tanaman hias dan tanaman-tanaman buah (Gambar 7).
c. Area Rekreasi (Danau, Taman Budaya, dan fasilitas rekreasi lainnya)
Area Rekreasi adalah area atau wilayah yang berfungsi untuk digunakan
manusia sebagai tempat beristirahat, bersenang-senang, dan melakukan kegiatan
yang menyenangkan.Kegiatan rekreasi berguna untuk menyegarkan kembali
tubuh agar siap untuk kerja. Sentul City memiliki area rekreasi terdiri dari danau,
taman budaya dan theme park Alam Fantasia.
Sentul City memiliki delapan danau atau waduk buatan yang saat ini dapat
diharapkan menjadi cadangan air tanah dan membantu peresapan air.Namun
danau yang cocok untuk kegiatan rekreasi ada tiga danau yaitu danau
Parahyangan, danau Northridge dan danau gerbang Graha Utama (Gambar
8).Danau Parahyangan terletak di tengah perumahan Cluster
Parahyangan.Kegiatan rekreasi masyarakat di danau ini antara lain bersantai,
duduk-duduk, memancing, dan piknik.Vegetasi pada area danau Parahyangan
didominasi oleh pohon mahoni (Swietenia mahagoni) dan pohon matoa (Pometia
pinnata).Danau Northridge terletak di tengah perumahan Cluster
Northridge.Kegiatan rekreasi yang dilakukan berupa piknik, bersantai, dan
memancing. Danau Northridge adalah danau terbesar antara danau Parahyangan
dan danau Graha Utama.Vegetasi pada danau Northridge masih berupa hutan
alami yang didominasi pohon jati (Tectona grandis) dan pohon pinus (Pinus
9
yang dikombinasikan dengan palem bismarkia (Bismarckia sp.) dan palem pinang
(Areca catechu) karena difungsikan sebagai area rekreasi. Danau Graha Utama
teletak di sebelah Gerbang Graha Utama.Danau Graha Utama digunakan untuk
bersantai, duduk-duduk, dan sesekali menjadi tempat shooting film.Danau Graha
Utama didominasi oleh semak berbunga dan tanaman air.
Vegetasi di dalam Taman Budaya didominasi pohon pinus (Pinus
merkusii), pohon akasia (Acacia auriculiformis) dan pohon bintaro (Cerbera
manghas).Vegetasi di dalam kawasan rekreasi Alam Fantasia didominasi oleh
pohon akasia (Acacia auriculiformis).Vegetasi pohon tersebut juga dapat
ditemukan hampir di seluruh area Sentul City (Saraswati, 2010).
d. Area Komersial dan Fasilitas Umum
Area Komersial dan Fasilitas Umum pada kawasan Sentul City meliputi
sekolah, universitas, tempat ibadah, pertokoan, pasar, dan kantor pengelola Sentul
City (Gambar 9). Vegetasi pada area ini hanya berfungsi sebagai vegetasi hias Gambar 5. Danau Graha Utama (kiri) dan Danau cluster Parahyangan (kanan)
10
yang mendukung area terbangun.Vegetasi semak lebih mendominasi dari pada
vegetasi pohon sehingga area terasa lebih panas karena kurang naungan.
Keragaman vegetasi pun lebih kecil dibandingkan area yang lain karena hanya ada
sekitar 42 jenis pohon.
e. Area Golf
Area Golf pada Sentul City terdapat pada Cluster Bukit Golf Hijau, Sentul
Golf Highland, dan Mediterania Golf Hill. Vegetasi area golf pada Sentul City
dibagi menjadi tiga bagian menurut fungsinya, yaitu vegetasi Buffer lapangan
golf, rumput golf, dan vegetasi jalan. Vegetasi Buffer didominasi pohon pinus
(Pinus merkusii) dan akasia (Acacia auriculiformis), rumput golf memakai jenis
rumput bermuda (Cynodon dactylon L.), dan untuk vegetasi jalan lebih sering
menggunakan jenis-jenis palem. Jenis-jenispalem itu seperti pinang (Areca
catechu L), bismarkia (Bismarikia nobilis), kelapa gading (Cocu mucifera L.),
palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens) dan palem merah (Crytostachys lakka
Becc.). Vegetasi pada area golf 49 jenis pohon.
Aa Budidaya
f. Area Budi Daya
Area budidaya pada Sentul City meliputi kawasan Nursery/tempat
pembibitan dan area perkebunan warga (Gambar 11).Nursery mengembangkan
tanaman penutup tanah dan beberapa semak seperti bunga soka (Ixora sp.), taiwan
beauty (Chupea sp.) dan iris (Neomarica longifolia). Area perkebunan warga
11
pula area pelatihan pertanian sebagai kawasan Edutourism sebagai program wisata
Taman Budaya.
4.1.2 Aspek Pengelolaan
PT Sentul City .Tbk mempercayai PT Sukaputra Graha Cemerlang sebagai
pengelola.PT. Sukaputra Graha Cemerlang memiliki Departemen Pengelolaan
yang mengelola bagian infrastruktur, kompos, kebersihan, utilitas dan
lanskap.Kepala Departemen Pengelolaan membawahi tiga bagian yaitu bagian
infrastruktur, bagian lanskap dan kebersihan, dan bagian kompos. Bagian lanskap
dan kebersihan membawahi dua supervisor yang mengelola 296,59 ha lanskap
zona hijau Sentul City secara keseluruhan, serta membawahi bagian pengelola
sampah rumah tangga dan sampah hijau. Setiap supervisor membawahi pengawas
yang bertugas untuk mengontrol aktivitas kontraktor perihal jadwal kerja, teknis
lapang, dan absensi tenaga kerja.Selain itu supervisor juga ikut andil dalam
pelaksanaan pembibitan vegetasi tanaman hias sebagai cadangan apabila vegetasi
di lapangan terjadi kerusakan (Gambar 12).
Perawatan RTH Sentul City dikelola oleh CV Gelar Jaya dan CV Cipta
Anugrah Maulita dibawah supervisor pengelola Sentul City dengan luas wilayah
kelola 296,59 ha (Tabel 11). Wilayah yang dikelola terdiri dari taman gerbang,
taman lingkungan, spine road, berm, halaman depan/pekarangan, kavling, RTH,
pohon jalan, pohon penghijauan, sempadan jalan, jogging track, dan
saluran/drainase. Pengelolaan yang dilakukan terhadap area perawatan lanskap
12
pengumpulan sampah daun, penggantian tanaman secara berkala, dan
pengawasan.
Tabel 4. Luas area perawatan lanskap
No. Area Perawatan Lanskap Luas (ha) Proporsi (%)
1 Taman
Taman Gerbang 4,43 1,50
Taman Lingkungan 10,72 3,60
Spine Road 11,94 4,03
2 Rumput
Berm 58,02 19,46
Halaman depan 11,37 3,84
Kavling 108,76 36,60
RTH 60,56 20,32
3 Pohon
Pohon Jalan 1,42 0,48
Pohon Penghijauan 6,69 2,25
Sempadan Jalan 25,87 8,72
Jogging Track 0,38 0,13
Drainase 4,49 1,50
Total 296,59 100
Sumber : Bukit Sentul Tbk, 2009
13
Menyusun strategi manajemen lanskap untuk konservasi keragaman hayati
tanaman secara ex-situ perlu dilakukan dengan evaluasi keragaman hayati
tanaman, evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi, dan analisis SWOT.Evaluasi
keragaman hayati tanaman berfungsi untuk mengetahui jumlah, spesies, dan asal
tanaman.Evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi berfungsi untuk mengetahui
tingkat keragaman jenis tanaman pada Sentul City.Analisis SWOT berfungsi
untuk menyusun strategi-strategi dalam memaksimalkan konsep Eco-City pada
Sentul City.
4.2Evaluasi Keanekagaraman Hayati Tanaman
Pada penelitian ini, terdapat beberapa titik lokasi sebagai random sampel
yang mewakili bentuk ruang terbuka hijau di Sentul City.Hasil identifikasi tiap
titik lokasi merupakan bentuk evaluasi keragamanjenis tanaman Sentul City. Titik
lokasi pengambilan sampel tersebar di delapan titik lokasi sampel yang mewakili
lanskap danau, lanskap jalur hijau/greenway, dan lanskap ruang terbuka hijau
cluster (Gambar 13).
Pada delapan titik lokasi sampel evaluasi keragaman hayati tanaman, total
vegetasi yang ada berjumlah 5.286 individu dengan 28 spesies berbeda. Hasil dari
jenis vegetasi delapan titik lokasi sampel terdapat 19 spesies tanaman introduksi
dan 9 spesies tanaman asli dengan kata lain persentase tanaman introduksi sebesar
68% dan tanaman asli 32%. Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon
Akasia (Acacia mangium) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah
pohon Manggis (Garcinia mangostana) (Lampiran 1).
Vegetasi yang tumbuh di kawasan Sentul City berjumlah 32.876 pohon
dengan 68 spesies tanaman introduksi dan 27 spesies tanaman asli (Arifin dan
Nakagoshi, 2011). Jenis vegetasi yang berada di bagian puncak bukit umumnya
berupa hutan alami dan hutan binaan.Hutan-hutan alami di Sentul City didominasi
oleh pohon Karet (Hevea brasillensis Wild.Ex.Juss M.A) yang merupakan jenis
14 Gambar 10. Lokasi pengambilan sampel Indeks Keragaman Hayati Tanaman; a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh.
15 kawasan Sentul City didominasi oleh pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh.) yang
merupakan jenis tanaman asal Sumatera (Bukit Sentul Tbk. 2009).
Hasil penelitian di delapan titik lokasi dan beberapa pernyataan dari
literatur menunjukkan bahwa tanaman introduksi mendominasi di kawasan Sentul
City dengan persentase 68%. Hal ini berbeda dengan dengan konsep Eco-City,
karena apabila Sentul City menggunakan konsep Eco-City sebagai bagian dari
strategi pemasarannya, maka Sentul City harus mengedepankan indigenous
spesies atau tanaman asli sebagai indentitas suatu kawasan. Merujuk pada konsep
Eco Cityyang mengandung tigapernyataan utama yaitu efisiensi sumber daya
lahan, bahan dan energi, tanaman asli dinilai lebih adaptif, low maintenance,
mendukung kelestarian sosial budaya dan masyarakat daripada tanaman
introduksi (Arifin, 2011).Dominasi tanaman introduksi dinilai tidak efisien
sumber daya lahan dan energi karena adaptasi dan perakarannya kuat dalam
penyerapan air sehinggadapat menjadi tidak baik bagi tanaman asli jika
populasinya tidak dikontrol (van Reine dan Trono. 2002). Selain itu, dalam
konteks sosial-budaya, dominasi tanaman introduksi terhadap tanaman asli akan
mengakibatkan identitas kawasan menjadi pudar (Arifin, 2009).
4.3Indeks Keragaman Hayati Tanaman
Indeks keragaman jenis tanaman berdasarkan pengamatan pada delapan
titik lokasi sampel di kawasan Sentul City termasuk dalam kategori keragaman
jenis rendah. Indeks keragaman tertinggi terdapat pada lokasi RTH Cluster
Northridge dengan indeks 1,06, yang memiliki 6 spesies vegetasi serta 31 individu
di dalamnya. Indeks keragaman terendah terdapat pada lokasi Jalan Moh. Husni
Thamrin bagian tengah dengan indeks 0,06, yang memiliki 5 spesies vegetasi serta
1.428 individu di dalamnya (Tabel 12).Tinggi atau rendahnya indeks keragaman
jenis tanaman pada setiap jenis lanskap yang berbeda-beda di Sentul City
dipengaruhi oleh pola kombinasi tanaman antara pohon, perdu, semak, dan
herba.Tanaman pohon memiliki nilai keragaman yang lebih tinggi daripada
16 Tabel 5. Indeks keragaman jenis tanaman pada lokasi sampel di Sentul City
Lokasi
a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin segmen Depan, d) Jalan
Moh.Husni Thamrin segmen Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin segmen Belakang, f) RTH Cluster
Venesia, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, h) RTH Cluster Northridge.
R : Keragaman Rendah, S : Keragaman Sedang, T : Keragaman Tinggi
Lokasi RTH Cluster Northridge memiliki nilai indeks keragaman paling
tinggi dengan dominasi spesies pohon jika dibandingkan dengan perdu, semak,
dan herba.Sebaliknya, lokasi yang memiliki dominasi tanaman herba yang lebih
tinggi daripada tanaman pohon adalah lokasi Jalan Moh.Husni Thamrin segmen
tengah.Walaupun jumlah individu lebih tinggi jumlahnya dibandingkan dengan
lokasi RTH Cluster Northridge, nilai indeks keragamannya sangat rendah.Selain
itu, lokasi yang memiliki indeks rendah disebabkan karena keragaman vegetasi
yang timpang akibat tanaman introduksi yang mendominasi, seperti Acacia
auriculiformis.Tanaman ini ada di setiap tipe lanskap pada Sentul City dan kurang
baik karena sifatnya yang invasif, akar yang kuat untuk mengambil air di dalam
tanah dan penyebaran yang sangat cepat (van Reine dan Trono, 2002).
4.4Analisis SWOT
Penentuan strategi manajemen lanskap bagi konservasi keragaman hayati
tanaman dalam menuju Eco-City di Sentul City dilakukan dengan menggunakan
analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan cara dalam menentukan strategi
dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang dimiliki
berdasarkan pihak pengelola lanskapdi Sentul City. Faktor internal terdiri dari
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal