DI TINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM
ADMINISTRASI NEGARA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
AFNITA SULVIA LUBIS
NIM : 120200411
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DI TINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM
ADMINISTRASI NEGARA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
AFNITA SULVIA LUBIS
NIM : 120200411
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Disetujui Oleh:
Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara
Suria Ningsih, SH., M.Hum
NIP. 19600214198703002
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Jusmadi Sikumbang, SH., MS Suria Ningsih, SH., M.Hum
NIP. 195204111980031002 NIP. 19600214198703002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : AFNITA SULVIA LUBIS
NIM : 120200411
DEPARTEMEN : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Dengan Judul Skripsi : Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan
Jasa Pemerintah Berdasarkan Perpres No. 70
Tahun 2012 Di Tinjau Dari Perspektif Hukum
Administrasi Negara.
Dengan ini menyatakan :
1.
Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut diatas adalah benar tidak
merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.
2.
Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan maka
segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.
Medan, 20 Juni 2015
Yang membuat pernyataan
i
*) Afnita Sulvia Lubis.
**) Dr. Jusmadi Sikumbang, SH., MS.
***) Suria Ningsih, SH., M.Hum.
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 menyebutkan bahwa
pengadaan barang/jasa pemerintah yang selanjutnya pengadaan barang dan jasa
adalah kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian, Lembaga,
Daerah atau Instansi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif bersifat
deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka (data sekunder) atau pelitian hukum pustaka.
Prosedur pengadaan barang dan jasa pemerintah, yang ternyata dari
awal sampai akhir merupakan proses administrasi dimulai dari perencanaan
pengadaan, pembentukan panitia, penetapan metode atau sistem pengadaan,
penyusunan dokumen pengadaan, pengumuman, pendaftaran dan pengambilan
hukuman penawaran, rapat penjelasan (aanwijzing), pemasukan penawaran,
pembukaan dokumen penawaran, evaluasi dokumen penawaran, klarifikasi dan
pembuktian kualifikasi, usulan/penetapan dan penetapan calon pemenang,
sanggahan, penunjukan pemenang, penandatanganan kontrak, penyerahan barang
dan jasa.
ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian
tingkat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul
“Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah
Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 Ditinjau Dari Perspektif Hukum
Administrasi Negara”.
Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima-kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin, SH., MH., DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. OK Sahidin, SH., M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Jusmadi Sikumbang, SH., MS selaku Ddosen Pembimbing I
iii
7. Bapak Ibu Dosen serta semua unsur staf administrasi di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
8. Kepada Abangda Basopi Akbar Lubis yang telah memberikan saran dan
motivasi bagi penulis.
9. Rekan-rekan seperjuangan Departemnen Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Sumatera Utara.
10. Rekan-rekan satu stambuk 2012 Fakultas Hukum Sumatera Utara.
11. Rekan-rekan se-almamater 2012 Fakultas Hukum Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan rasa terima-kasih
yang tiada terhingga kepada Ayahanda Syafrizal Lubis dan Ibunda Kamsidar
beserta adik tersayang Rizal Akbar Lubis dan Aisyah Ramadhani dan juga yang
tercinta Ridho Azhari Siregar atas segala dukungan yang telah diberikan yang
begitu maksimal, semoga kebersamaan yang kita jalani ini tetap menyertai kita
semua.
Demikian penulis niatkan, semoga tulisan ilmiah penulis ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 20 Juni 2015
Penulis
AFNITA SULVIA LUBIS
iv
BAB II. PROSEDUR PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH MENURUT PERPRES NO. 70 TAHUN 2012 ... 16
A. Perubahan Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah ... 16
B. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Dan Hal Yang Terkait Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Perpres Nomor 70 Tahun 2012 ... 20
C. Pelaksanakan Pengadaan Barang Dan Jasa Dengan Cara Penunjukan Langsung, Pemilihan Langsung, Dan Swakelola ... 27
v
3. . Pengadaan Barang Dan Jasa Melalui Swakelola ... 38
D. Pengertian Pengadaan langsung ... 43
1. Tahapan Pengadaan Langsung ... 46
2. Pengadaan Langsung Dengan Nilai Sampai Dengan
Rp. 10.000.000,00 ... 47
3. Pengadaan Langsung Dengan Nilai Sampai Dengan
Rp. 50.000.000,00 ... 48
4. Pengadaan Langsung Dengan Nilai Sampai Dengan
Rp. 200.000.000,00 ... 50
BAB III. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA
PEMERINTAH MENURUT PERPRES NO.70 TAHUN 2012 .. 52
A. Pengertian Barang, Jasa, Dan Pelaksanaan Pengadaan Barang
Dan Jasa Pemerintah ... 52
B. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Pelaksanaan Pengadaan Barang
Dan Jasa Pemerintah ... 54
C. Aspek Wilayah Hukum Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan
Jasa Pemerintah ... 57
D. Kontrak Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
vi
3. Tahap Pasca Kontrak ... 73
BAB IV. PROSEDUR PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DI TINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ... 84
A. Latar Belakang Pengadan Barang Dan Jasa Pemeritah Dalam Hukum Administari Negara ... 84
B. Prosedur Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara ... 88
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 100
A. Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 103
i
*) Afnita Sulvia Lubis.
**) Dr. Jusmadi Sikumbang, SH., MS.
***) Suria Ningsih, SH., M.Hum.
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 menyebutkan bahwa
pengadaan barang/jasa pemerintah yang selanjutnya pengadaan barang dan jasa
adalah kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian, Lembaga,
Daerah atau Instansi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif bersifat
deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka (data sekunder) atau pelitian hukum pustaka.
Prosedur pengadaan barang dan jasa pemerintah, yang ternyata dari
awal sampai akhir merupakan proses administrasi dimulai dari perencanaan
pengadaan, pembentukan panitia, penetapan metode atau sistem pengadaan,
penyusunan dokumen pengadaan, pengumuman, pendaftaran dan pengambilan
hukuman penawaran, rapat penjelasan (aanwijzing), pemasukan penawaran,
pembukaan dokumen penawaran, evaluasi dokumen penawaran, klarifikasi dan
pembuktian kualifikasi, usulan/penetapan dan penetapan calon pemenang,
sanggahan, penunjukan pemenang, penandatanganan kontrak, penyerahan barang
dan jasa.
1
A. Latar Belakang
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk
memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja
Perangkat Daerah, Institusi lainnya yang prosesnya dimula dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang
dan Jasa. Pengadaan Barang dan Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat
berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. Sehubungan dengan hal
tersebut, Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah ini
dimaksudkan untuk memberikan pedoman prosedur mengenai tata cara
Pengadaan Barang dan Jasa yang sederhana, jelas dan konprehensif, sesuai
dengan tata kelola yang baik. Prosedur mengenai tata cara pengadaan barang dan
jasa dalam peraturan presiden ini diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi
yang kondusif, efisiensi belanja negara, dan percepatan pelaksanaan
APBN/APBD. Selain itu Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang
berpedoman pada Peraturan Presiden ini ditujukan untuk meningkatkan
keberpihakan terhadap industri nasional dan usaha. Mengenai pelaksanaan
pengadaan Barang dan Jasa yang dilakukan pemerintah ternyata sering dilakukan
tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku karena tidak adanya undang-undang
yang memberikan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh aparatur
negara.
Dalam prosedur pelaksanaan pengadaan barang dan jasa jika
hukum administrasi negara nenurut Prajudi Atmosudirjo adalah hukum yang
mengatur dan diciptakan oleh Administrasi Negara atau hukum yang mengatur
mengenai penggunaan wewenang pejabat administrasi negara.1
Permasalahan dalam pengadaan Barang dan Jasa pemerintah tidak
akan terjadi apabila para pelaksana memahami dan melaksanakan sepenuhnya
prinsip dasar pengadaan Barang dan Jasa yang ditetapkan dalam perpres.
Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
berbantuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan
daerah yang berlaku.
Pelaksanaan otonomi daerah, salah satunya adalah pemerintah daerah
berkewajiban menyediakan kebutuhan rakyat dalam berbagai bentuk berupa
barang, jasa maupun pembangunan infrastruktur.2
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah yang telah diubah Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011
dan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 menjadi dasar pelaksanakan
pengadaan barang dan jasa pemerintah. Pengadaan barang dan jasa pemerintah Di samping itu, pemerintah,
dalam penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan juga barang dan jasa, untuk
itu perlunya diadakan pengadaan barang dan jasa. Pengadaan barang dan jasa di
pemerintah daerah meliputi seluruh kontrak pengadaan antara pemerintah daerah
(instansi daerah, badan usaha milik daerah) dan perusahaan bahkan perorangan.
1
Atmosudirjo, Prajudi. (1981). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia, Indonesia, hal.13-14.
2
daerah dapat dilakukan dengan efektif dan efesien dengan prinsip persaingan
sehat, transparansi, keterbukaan, dan perlakuan yang adil bagi semua pihak,
sehingga hasilnya dapat dipertangugungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan
maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan
masyarakat.3
Pada pengadaan barang dan jasa di pemerintahan daerah, kepala
daerah berperan sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan atau
anggaran di daerah. Kewanangan kepala daerah sebagai Pengguna Anggaran (PA)
telah dilegasikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Namun, pada prakteknya kepala daerah selaku pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah melakukan tindakan yang melebihi wewenangnya
bahkan melakukan penyalahgunaan wewenang. Kepala daerah ikut campur
langsung dalam proses pengadaan barang dan jasa yang seharusnya merupakan
kewenangan pejabat lain dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa. Hal
mempengaruhi proses dan hasil pengadaan barang dan jasa sehingga tak sesuai
dan melanggar dengan peraturan perundang-undangan.
Kerugian keuangan negara yang ditimbulkan oleh tindak pidana
korupsi di bidang pengadaan barang dan jasa sangat besar. Berdasarkan data Bank
Dunia (World Bank) bahwa setiap tahunnya lebih dari 10 miliar Dollar Amerika
atau sekitar 85 Triliun Rupiah anggaran Pemerintah Pusat. Baik untuk belanja
rutin maupun proyek-proyek pembangunan, dibelanjakan melalui proses
pengadaan barang dan jasa pemeritah. Berkenaan dengan hal ini, BPKP
3
menyatakan bahwa4 dari belanja barang/jasa terjadi kebocoran rata-rata 30%,
maka dari keuangan pemerintah pusat saja potensi kebocoran bisa mencapai
minimal 25 triliun rupiah.5
Mencermati berbagai pengkajian dan fakta diatas, masalah
penyimpangan dalam pengadaan baranng dan jasa memiliki hubungan yang erat
dengan penyalahgunaan kewenangan pejabat terutama kepala daerah. Kepala
daerah melakukan suatu wewenang yang melebihi wewenangnya yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan. Selain itu para pejabat yang didelegasi atau
diberi mandat oleh kepala daerah melakukan kesalahan dalam kegiatan
pengadaan barang dan jasa apakah menjadi tanggung jawab kepala daerah atau
ditanggung sendiri oleh pejabat itu sendiri.
Oleh karena itu perlu dikaji bentuk pertanggungjawaban kepala daerah
sebagai pemegang kekuasaan pengelola keuangan daerah terhadap tindakan
hukum yang dilakukan kepala daerah dengan menyalahgunakan wewenang
maupun pejabat yang dilegasikan atau diberi mandat melaksanakan barang dan
jasa tersebut jika terjadi kesalahan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.
Selain itu, perlu adanya upaya atau solusi untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya penyalahgunaan wewnang dalam pengadaan dan jasa dalam ranah
hukum administrasi.
Belum cukup 1 (satu) tahun sejak dikeluarkannya Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,
4
Kebocoran dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dalam http://iprocwatch.org /diakses tanggal 20 Agustus 2015.
5
pada tanggal 30 Juni 2011 Pemerintah telah mengeluarkan Perubahan Perpres 54
Tahun 2010 dalam bentuk Perpres 35 Tahun 2011 dan kini telah dikeluarkan
perpres 70 Tahun 2012. Dalam perubahan Perpres ini ada salah satu alasan yang
mendasari perubahan perpres tersebut.6
Menurut Iman Suharto, dilaksanakannya pengadaan barang dan jasa di
lingkungan Departemen/Lembaga merupakan kebutuhan yang sangat penting
sebagai sarana yang dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pemerintah dalam pelayanan kepada masyarakat secara umum.7
Dalam hal pengadaan barang dan jasa pemerintah, pelaksanaan
perjanjian antara para pihak disamping berpedoman pada kontrak yang ada, juga
berpedoman kepada Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang dan Jasa, yang telah disempurnakan dengan keluarnya Peraturan Presiden
No. 70 Tahun 2012. Dalam perjanjian pengadaan barang dan jasa tersebut,
ditentukan bahwa salah satu pihak berhak atas prestasi dari pihak lainnya,
selanjutnya pihak lain berkewajiban untuk memenuhi prestasi tersebut.
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan cara Pengadaan Langsung
dilakukan oleh Pejabat Pengadaan dengan cara membeli barang atau membayar
jasa secara langsung kepada penyedia barang/jasa, tanpa melalui proses lelang
atau seleksi. Pengadaan langsung pada hakikatnya merupakan jual beli biasa
dimana antara penyedia yang memiliki barang/jasa untuk dijual dan Pejabat
6
Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Perpres No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah
7
Pengadaan yang membutuhkan barang dan jasa terdapat kesepakatan untuk
melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa dengan harga yang tertentu.
Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 dan Peraturan Presiden
nomor 70 tahun 2012 telah menetapkan beberapa persyaratan penyedia
barang/jasa pemerintah. Namun dalam hal pengadaan barang dan jasa pemerintah
lainnya dilaksanakan dengan cara pengadaan langsung Pejabat Pengadaan
diperkenankan untuk membeli barang/jasa kepada penyedia yang tidak memenuhi
syarat sebagai penyedia barang dan jasa.8
Tanggal 31 Juli 2012 Pemerintah menerbitkan Praturan Presiden
nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Perubahan atas
Peraturan Presiden nomor 54 tahun 20102 tersebut ditujukan sebagai upaya
pemerintah untuk mempercepat jalannya pelaksanaan pembangunan melalui
percepatan pencairan anggaran belanja negara. Peraturan Presiden nomor 70 tahun
2012 merupakan perubahan kedua atas Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010,
perubahan kesatu telah dilakukan dengan Peraturan Presiden nomor 35 tahun
2011.
Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 bukan merupakan pengganti
Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 melainkan hanya merubah
bagian-bagian tertentu dari Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010. Dengan demikian
seluruh ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010
8
yang tidak termasuk dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 masih tetap
berlaku.
Dilihat dari sistematika peraturan, perubahan yang terdapat dalam
Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 meliputi tiga hal yaitu:
1. Perubahan rumusan pasal, sebanyak 67 pasal.
2. Perubahan penjelasan pasal, sebanyak 3 pasal (pasal 4, pasal 6, pasal 31).
Dilihat dari materi yang diatur, perubahan Perpres tersebut seluruhnya
mengandung kemudahan pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sejalan
dengan keinginan pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan belanja negara
dengan cara memperlancar pencairan anggaran belanja negara.9
a. Dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan perlu percepatan
pelaksanaan belanja negara.
Dalam konsideran
Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tersebut, pada bagian menimbang
disebutkan bahwa:
b. Dalam rangka percepatan pelaksanaan belanja negara perlu percepatan
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
c. Dalam rangka percepatan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah
perlu penyempurnaan pengaturan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Pertimbangan tersebut menunjukkan bahwa adanya keinginan
pemerintah agar pelaksanaan proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan
pemerintah berjalan dengan lancar sehingga tidak menghambat pencairan
anggaran belanja negara dengan tetap mengedepankan prinsip pengadaan
9
barang/jasa yaitu efisien, efektif, terbuka, bersaing, transparan, adil/tidak
diskriminatif, dan akuntabel.
Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk melihat
bagaimana “Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah
Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 Di Tinjau Dari Perspektif Hukum
Administrasi Negara”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka skripsi yang
berjudul “Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah
Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 Di Tinjau Dari Perspektif Hukum
Administrasi Negara” akan dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengadaan barang dan jasa pemerintah menurut Perpres No. 70
tahun 2012?
2. Bagaimana pelaksanaan barang dan jasa pemerintah berdasarkan Perpres No.
70 Tahun 2012?
3. Bagaimana prosedur pengadaan barang dan jasa pemerintah di tinjau dari
perspektif Hukum Administrasi Negara?
C.Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
berdasarkan Perpres NO. 70 Tahun 2012.
3. Untuk mengetahui prosedur pelaksaan pengadaan barang dan jasa pemerintah
di tinjau dari perspektif hukum Administrasi Negara.
Sedangkan yang menjadi manfaat penulisan dalam hal ini adalah:
a. Secara teoritis kajian ini diharapkan memberikan kontribusi perihal prosedur
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
b. Secara praktis sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak terkait baik itu
pihak yang terkait langsung khususnya masyarakat dalam memandang
prosedur pelaksaan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
D.Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini didasarkan ide atau gagasan penulis dan telah
dilakukan penelurusan di Perpustakaan Fakultas Hukum USU oleh Petugas
Pustaka bahwa judul skripsi “Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa
Pemerintah Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 Di Tinjau Dari Perspektif
Hukum Administrasi Negara” ini tidak ditemukan dan tidak ada yang mirip. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa tulisan ini adalah asli.
Skripsi ini asli ditulis dan diproses melalui pemikiran penulis,
referensi dari peraturan-peraturan, buku-buku, kamus hukum, internet, bantuan
dari pihak-pihak yang berkompeten dalam bidangnya yang berkaitan dengan
skripsi ini. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan
E.Tinjauan Kepustakaan
1. Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah
Pengadaan barang dan jasa memiliki kontribusi yang besar bagi
perekonomian negara. Dalam rangka kebijakan fiskal, pengadaan barang dan jasa
bertujuan untuk menggerakkan perekonomian dengan menumbuhkan lapangan
kerja, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pengadaan barang dan jasa yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBN/APBD) merupakan pengadaan barang jasa di
lingkungan pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan barang jasa publik.
Penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa yang tidak sehat berdampak pada
kerugian yang akan ditanggung masyarakat, termasuk rendahnya kualitas
pelayanan yang diterima dari pemerintah.
Pengertian barang dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah
adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian yang meliputi bahan baku, bahan
setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna
barang. Sedangkan jasa adalah layanan pekerjaan pelaksanaan kegiatan sesuai
keahlian profesional dalam berbagai bidang untuk mencapai sasaran tertentu yang
keluarannya telah disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja
yang telah ditetapkan, misalnya konstruksi, konsultasi, pengawasan dan lain-lain.
Untuk dapat memahami lebih lanjut mengenai pengadaan barang dan
jasa ini penulis penulis akan mengemukakan pendapat para sarjana. Menrut Prajudi
Atmosudirjo: “Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk
Perangkat Daerah, Institusi lainnya yang prosesnya dimula dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang
dan Jasa”.10
Menurut Denny Sanjaya: “Pengadaan barang/jasa atau procurement dapat
diartikan sebagai penjelasan dari tahap persiapan, penentuan dan pelaksanaan atau
administrasi tender untuk pengadaan barang, lingkup pekerjaan atau jasa lainnya”.11
Menurut Muji Santoso: “Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dengan dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja negara (APBN) dan atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik yang dilaksanakan
secara swakelola maupun oleh penyedia barang dan jasa”.12
Dari defenisi tersebut diatas penulis dapat menarik suatu kesimpulan
bahwa pengadaan barang dan jasa merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh
Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah,
Institusi lainnya yang prosesnya dimula dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa.
Menurut pengertian
tersebut ada 2 (dua) unsur penting yang terlibat dalam kegiatan pengadaan barang
dan jasa pemerintah, baik perorangan maupun lembaga, yaitu: pengguna anggaran
dan penyedia barang/jasa.
10
Atmosudirjo, Prajudi. (1981). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia, Indonesia, hal.13-14.
11
Sanjaya, Denny. (2013). Analisis Yuridis Pengadaan Barang/Jasa Yang Dilakukan Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai Ditinjau Dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jurnal Hukum Ekonomi. Jakarta: Vol. I Nomor 2, hal.6.
12
2. Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam prosedur pelaksanaan pengadaan barang dan jasa jika ditinjau
dari perspektif hukum administrasi negara maka dapat diartikan bahwa hukum
administrasi negara nenurut Prajudi Atmosudirjo adalah hukum yang mengatur
dan diciptakan oleh Administrasi Negara atau hukum yang mengatur mengenai
penggunaan wewenang pejabat administrasi negara.13
Prosedur dalam pengadaan barang dan jasa merupakan
tahapan-tahapan atau disebut juga sebagai tata cara dalam pengadaan barang dan jasa yaitu
mulai dari “Perencanaan Pengadaan, Pembentukan Panitia, Prakualifikasi
Perusahaan, Penyusunan Dokumen Pemilihan, Pengumuman Lelang,
Pengambilan Dokumen Pemilihan, Penyusunan HPS, Rapat Penjelasan,
Penyerahan dan Pembukaan Penawaran, Evaluasi Penawaran, Pengumuman
Calon Pemenang, Sanggahan Peserta Lelang, Penunjukan Pemenang Lelang,
Penandatangan Kontrak ,Penyerahan Barang.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah
metode penelitian yuridis normatif bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka (data sekunder) atau
pelitian hukum pustaka.14
13
Atmosudirjo, Prajudi. (1981). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia, Indonesia, hal.13-14.
14
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini didapatkan melalui data sekunder. Data sekunder
terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini dipakai adalah PP NO. 70 Tahun
2012 tentang prosedur pengadaan pelaksaan barang dan jasa.
b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang
diteliti.
c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum maupun
kamus umum dan Wibsite internet baik itu melalui Goole maupun Yahoo.
3. Alat pengumpulan data
Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
melalui studio dokumen dengan yuridis normatif.
4. Analisis data
Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan, maka
hasil penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini pada
dasarnya merupakan pemaparan dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menarik kesimpulan.
G.Sistematika Penulisan
Penilisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, dimana bab-bab tersebut
disesuaikan dengan isi dan maksud dari tulisan skripsi ini, secara garis besar
pembahasannya dibagi lagi dalam sub-sub sesuai dengan penulisan skripsi.
Adapun kelima bab tersebut dapat dilihat dari gambaran sebagai
Bab I : Pendahuluan.
Pada bab ini penilis mengemukakan mengenai latar
belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Prosedur Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Menurut
Perpres No. 70 Tahun 2012.
Pada bab ini penulis mencoba menguraikan tentang
perubahan peraturan Presiden tentang pengadaan barang
dan jasa pemerintah, pengertian pengadaan barang/jasa dan
hal yang terkait dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah Perpres No.70 tahun 2012, dan melaksanakan
pengadaan barang dan jasa dengan cara penunjukan
langsung, pemilihan langsung, dan swakelola.
Bab III : Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah
Menurut Perpres No. 70 Tahun.
Disini penulis menjelaskan tentang pengertian barang, jasa,
dan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah,
prinsip-prinsip dasar dalam pelaksanaan pengadaan barang
dan jasa pemerintah, peraturan perundang-undangan tentang
pengadaan barang dan jasa pemerintah, aspek wilayah
hukum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah,
Bab IV : Prosedur Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Di Tinjau
Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara.
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang
pengadadaan barang dan jasa pemerintah dalam hukum
administrasi negara, dan prosedur pelaksanaan barang dan
jasa di tinjau dari hukum administrasi negara.
Bab V : Kesimpulan Dan Saran.
Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan-kesimpulan
atas pembahasan tulisan ini, yang merupakan jawaban dari
permasalahan-permasalahan yang ada, selanjutnya penulis
akan memberikan saran-saran sebagai sumbangan penulisan
16
MENURUT PERPRES NO. 70 TAHUN 2012
A. Perubahan Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang Dan Jasa
Pemerintah
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan cara Pengadaan Langsung
dilakukan oleh Pejabat Pengadaan dengan cara membeli barang atau membayar
jasa secara langsung kepada penyedia barang/jasa, tanpa melalui proses lelang
atau seleksi. Pengadaan langsung pada hakikatnya merupakan jual beli biasa
dimana antara penyedia yang memiliki barang/jasa untuk dijual dan Pejabat
Pengadaan yang membutuhkan barang/jasa terdapat kesepakatan untuk melakukan
transaksi jual-beli barang/jasa dengan harga yang tertentu. Dalam transaksi jual
beli tersebut ada tiga macam bukti transaksi dalam pengadaan langsung yakni
bukti/nota pembelian, kwitansi pembelian dan SPK. Pejabat Pembuat Komitmen
bertanggung Jawab dari segi administrasi, fisik, keuangan, dan fungsional atas
pengadaan barang/jasa yang dilaksanakannya.15
Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 telah menetapkan beberapa
persyaratan penyedia barang/jasa pemerintah. Namun dalam hal pengadaan
barang dan jasa lainnya dilaksanakan dengan cara pengadaan langsung Pejabat
Pengadaan diperkenankan untuk membeli barang/jasa kepada penyedia yang tidak
memenuhi syarat sebagai penyedia barang/jasa.
15
Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 merupakan perubahan kedua
atas Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010, perubahan kesatu telah dilakukan
dengan Peraturan Presiden nomor 35 tahun 2011. Peraturan Presiden nomor 70
tahun 2012 bukan merupakan pengganti Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010
melainkan hanya merubah bagian–bagian tertentu dari Peraturan Presiden nomor
54 tahun 2010. Dengan demikian seluruh ketentuan yang terdapat dalam Peraturan
Presiden nomor 54 tahun 2010 yang tidak termasuk dalam Peraturan Presiden
nomor 70 tahun 2012 masih tetap berlaku. Dilihat dari sistematika peraturan,
perubahan yang terdapat dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 meliputi
tiga hal yaitu :
1. Perubahan rumusan pasal, sebanyak 67 pasal.
2. Perubahan penjelasan pasal, sebanyak 3 pasal (pasal 4, pasal 6, pasal 31).
3. Pernyataan bahwa Lampiran Peraturan Presiden nomor 54/2010 tidak berlaku.
Dilihat dari materi yang diatur, perubahan Perpres tersebut seluruhnya
mengandung kemudahan pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sejalan dengan
keinginan pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan belanja negara dengan
cara memperlancar pencairan anggaran belanja Negara.
Dalam konsideran Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tersebut,
pada bagian menimbang disebutkan bahwa:
a) Dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan perlu percepatan
pelaksanaan belanja Negara.
b) Dalam rangka percepatan pelaksanaan belanja negara perlu percepatan
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.
penyempurnaan pengaturan pengadaan barang/jasa pemerintah. Pertimbangan
tersebut menunjukkan bahwa adanya keinginan pemerintah agar pelaksanaan
proses pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah berjalan dengan lancar
sehingga tidak menghambat pencairan anggaran belanja negara dengan tetap
mengedepankan prinsip pengadaan barang/jasa yaitu efisien, efektif, terbuka,
bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.
Salah satu percepatan penyerapan anggaran dalam pengadaan barang
dan jasa ini dengan terbitnya Perpres 70 tahun 2012 yang antara lain point
pentingnya adalah peningkatan batas nilai pengadaan langsung non konsultansi
dari sampai dengan Rp. 100 juta menjadi Rp. 200 juta.
Peranan Pengadaan barang dan jasa pemerintah sangat strategis.
Namun dalam kenyataannya, kerap didekati hanya dengan pendekatan taktis
situasional. Pengadaan barang/jasa cenderung terjebak dalam penjara “harga”
bahkan mungkin pembangunan kitapun begitu.
Harga cenderung materialistis penghamba keinginan, bukan
kebutuhan, menghabiskan sebanyak-banyaknya sumber daya yang ada untuk
kepentingan sesaat dan menjadi lambing nafsu yang tak terkendali. Pengadaan
barang dan jasa mestinya berorientasi pada biaya, sementara itu, biaya berotientasi
pada kinerja dengan mengelola sumber daya yang ada dan dana untuk
kepentingan yang lebih luas sebagai lambing upaya pengendalian dalam
memenuhi kebutuhan.
Percepatan pelaksanaan pembangunan yang menjadi tanggung jawab
dilaksanakan melalui Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Namun, evaluasi yang
dilaksanakan terhadap Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 35 Tahun 2011 menunjukkan bahwa implementasi Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah masih menemui kendala yang disebabkan oleh
keterlambatan dan rendahnya penyerapan belanja modal.
Pasal 1 ayat (1) Perpres 54 Tahun 2010 sebagaimana diubah terakhir
dengan Perpres 70 Tahun 2012 menyebutkan bahwa pengadaan barang/jasa
pemerintah yang selanjutnya pengadaan barang dan jasa adalah kegiatan untuk
memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Daerah/Instansi yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh
kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Dari definisinya, jelas bahwa yang disebut dengan pengadaan barang
dan jasa bukan hanya soal bagaimana memilih penyedia saja. Namun lebih luas
dari itu, pengadaan barang/jasa dimulai sejak perencanaan kebutuhan penyusunan
rencana pelaksanaan pengadaan, pemilihan penyedia, penandatanganan kontrak,
pelaksanaan dan pengendalian kontrak, sehingga diterimanya barang/jasa.
Namun seringkali, kebutuhan berbeda dengan keinginan. Keinginan
sangat luas dan tidak mempunyai batas. Sementara itu, kebutuhan adalah pilihan
yang diukur berdasarkan ketersediaan sumber daya dan dana yang dimiliki untuk
mencapai nilai manfaat sesuai yang direncanakan secara efisien dan efektif.
Pengadaan barang dan jasa tidak boleh dilandasi oleh keinginan, tetapi wajib
B.Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dan Hal Yang Terkait
Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah PP Nomor 70 Tahun
2012
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut
dengan Pengadaan Barang dan Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang
dan Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi
yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa.
1. Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi, yang
selanjutnya disebut K/L/D/I adalah instansi/institusi yang menggunakan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2. Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan
Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di masing-masing K/L/D/I.
3. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya
disebut LKPP madalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan
dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
4. Di bawah ini beberapa hal yang terkait dalam prosedur pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi Pengguna
APBN/APBD.
6. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat
yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh
Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.
7. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
8. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi
9. Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi
melaksanakan PengadaanBarang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri
sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.
10. Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan
Pengadaan Langsung.
11. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang
ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan.
12. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi lain
yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan
melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
13. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang
menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya.
tidak melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam Pengadaan
Barang/Jasa.
15. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan
atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
16. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
17. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian
tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir
(brainware).
18. Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang
telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau
segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultansi,
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang.
19. Industri Kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas,
gagasan orisinal, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan
daya kreasi dan daya cipta.
20. Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa adalah tanda bukti pengakuan dari
pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi dibidang Pengadaan
Barang/Jasa.
21. Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan,
anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.
22. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus
ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.
23. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah
perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana
Swakelola.
24. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh
semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya myang
memenuhi syarat.
25. Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini
terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
26. Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
27. Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi
untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
28. Seleksi Umum adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk
pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa Konsultansi yang
memenuhi syarat.
Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
30. Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang memperlombakan
gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak
dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
31. Kontes adalah metode pemilihan Penyedia Barang yang memperlombakan
barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang
harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
32. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
33. Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada
Penyedia Barang dan Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan
Langsung.
34. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan/atau
badan usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang yang mengatur mengenai Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
35. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dadilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar, yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Usaha Mikro,
36. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan, adalah jaminan tertulis yang
bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang
dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi
yang diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/Kelompok Kerja
ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia Barang/Jasa.
37. Pekerjaan Kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi,
mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus
dan/atau pekerjaan yang bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah).
38. Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement adalah Pengadaan
Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan
transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
39. Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut LPSE adalah
unit kerja K/L/D/I yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan
Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
40. E-Tendering adalah tata cara pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang
terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara
menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan.
41. Katalog elektronik atau E-Catalogue adalah sistem informasi melektronik
yang memuat mdaftar, mjenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu
dari berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah.
43. Portal Pengadaan Nasional adalah pintu gerbang sistem informasi elektronik
yang terkait dengan informasi Pengadaan Barang/Jasa secara nasional yang
dikelola oleh LKPP.
Pengadaan barang dan jasa identik dengan adanya berbagai fasilitas
baru, berbagai bangunan, jalan, rumah sakit, gedung perkantoran, alat tulis,
sampai dengan kursus bahasa inggris yang dilaksanakan di sebuah instansi
pemerintah.16
Pengadaan barang dan jasa yang biasa disebut tender ini sebenarnya
bukan hanya terjadi di instansi pemerintah. Pengadaan barang dan jasa bisa
terjadi di BUMN dan perusahaan swasta nasional maupun internasional. Intinya,
pengadaan barang dan jasa dibuat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan atau
instansi pemerintah akan barang dan/atau jasa yang dapat menunjang kinerja dan
performance mereka.17
Pengadaan barang dan jasa pada hakekatnya adalah upaya pihak
pengguna untuk mendapat atau mewujudkan barang dan jasa yang diinginkan
dengan menggunakan metoda dan proses tertentu untuk dicapai kesepakatan
harga, waktu, dan kesepakatan lainnya. Agar hakekat atau esensi pengadaan
barang dan jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua belah
pihak yaitu pihak pengguna dan penyedia haruslah selalu berpatokan kepada
filosofi pengadaan barang dan jasa, tunduk kepada etika dan norma pengadaan
barang dan jasa yang berlaku, mengikuti prinsip-prinsip, metoda dan proses
pengadaan barang dan jasa yang baku.
16
Pengadaan barang dan Jasa Pemerintah, http://www.mudjisantosa.net/. Diunduh tanggal 20 Agustus 2015.
17
C.Pelaksanakan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Dengan Cara
Penunjukan Langsung, Pemilihan Langsung, Dan Swakelola
1. Pengadaan Barang Dan Jasa Melalui Penunjukan Langsung
Di bawah ini beberapa tata cara pengadaan barang dan jasa melalui
penunjukan langsung adalah:
1. Ketentuan Umum:
a. Penunjukan langsung dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai
dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) menunjuk 1 orang Pejabat pengadaan.
b. Kriteria pejabat pengadaan.
c. Menguasai tata cara pengadaan barang/jasa (sertifikat keahlian).
d. Menguasai substansi pekerjaan/kegiatan.
e. Menguasai aspek teknis yang diperlukan.
f. Diikuti oleh 1 (satu) penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi.
g. Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam hal memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1) Keadaan tertentu, yaitu:
a) penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan keselamatan
masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda, atau harus
dilakukan segera, termasuk penanganan darurat akibat bencana alam,
dan/atau
b) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan
c) pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan:
(1) untuk keperluan sendiri, dan/atau
(2) teknologi sederhana, dan/atau
(3) kecil, dan/atau
(4) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang perseorangan
dan/atau badan usaha kecil termasuk koperasi kecil.
2) Pengadaan barang/jasa khusus, yaitu:
a. pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah, atau
b. pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapat dilaksanakan oleh satu penyedia
barang/jasa, pabrikan, pemegang hak paten, atau
c. merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasi kecil atau pengrajin
industry kecil yang telah mempunyai pasar dan harga yang relatif stabil,
atau
d. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan
penggunaan teknologi khusus dan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasa
yang mampu mengaplikasikannya.
2. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Pejabat Pengadaan adalah sebagai
berikut:
a. Menyusun jadual dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan.
b. Menyusun harga perkiraan sendiri (HPS).
c. Menyiapkan dokumen penunjukan langsung.
d. Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan
e. Mengumumkan pengadaan barang/jasa melalui papan pengumuman resmi
untuk penerangan umum sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari kerja dan bila
memungkinkan melalui internet (www.dkp.go.id);
f. Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi.
g. Membuat berita acara prakualifikasi.
h. Mengusulkan 1 (satu) peserta yang lulus prakualifikasi.
i. Mengumumkan peserta lulus prakualifikasi.
j. Masa sanggah.
k. Jawaban sanggahan.
l. Mengundang peserta penujukan langsung untuk mengambil dokumen
penunjukan langsung.
m.Memberikan penjelasan pekerjaan/aanwijzing.
n. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk.
o. Melakukan pembuktian kualifikasi/klarifikasi dan negosiasi.
p. Mengusulkan calon pemenang.
q. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pejabat
pembuat komitmen.
3. Metode Evaluasi Penunjukan Langsung
a. Metode evaluasi penunjukan langsung digunakan untuk evaluasi yang hanya
terdiri dari satu penawaran jasa konsultansi berdasarkan kualitas teknis yang
dapat dipertanggungjawabkan dan biaya yang wajar. Evaluasi dilakukan
terhadap 1 (satu) penawaran penyedia barang/jasa yang telah lulus
prakualifikasi dan dilakukan pembuktian kualifikasi/klarifikasi dan
b. Urutan proses adalah sebagai berikut:
1) Pembukaan penawaran teknis dan penawaran harga dibuka sekaligus.
2) Dilakukan penilaian kualitas penawaran teknis.
3) Dilakukan klarifikasi dan negosiasi penawaran teknis.
4) Dilakukan kesesuaian penawaran teknis dan penawaran harga.
5) Dilakukan klarifikasi dan negosiasi penawaran harga meliputi biaya
langsung personil, biaya langsung non-personil dan komposisi biaya
langsung personil dan/atau biaya langsung non-personil.
4. Prosedur Penunjukan langsung meliputi:
a. Penilaian kualifikasi:
Panitia/pejabat pengadaan melakukan prakualifikasi terhadap penyedia
barang/jasa yang akan ditunjuk untuk pekerjaan kompleks.
b. Permintaan penawaran dan negosiasi harga dilakukan sebagai berikut:
1) Panitia/pejabat pengadaan mengundang penyedia barang/jasa untuk
mengajukan penawaran secara tertulis.
2) Panitia/pejabat pengadaan melakukan evaluasi, klarifikasi, dan negosiasi
teknis dan harga terhadap penawaran yang diajukan penyedia barang/jasa
berdasarkan dokumen pengadaan.
3) Panitia/pejabat pengadaan membuat berita acara hasil evaluasi,
klarifikasi, dan negosiasi.
c. Penetapan penunjukan langsung.
Panitia/pejabat pengadaan mengusulkan hasil evaluasi, klarifikasi, dan
d. Penunjukan penyedia barang/jasa.
Berdasarkan surat penetapan dari pejabat yang berwenang, panitia/pejabat
pengadaan mengumumkan di papan pengumuman resmi untuk penerangan
umum atas penetapan penyedia barang/jasa yang ditunjuk untuk pekerjaan
dimaksud dan kemudian pejabat pembuat komitmen menerbitkan surat
penunjukan penyedia barang/jasa (SPPBJ) kepada penyedia barang/jasa
yang ditunjuk.
e. Pengaduan.
Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan apabila dalam proses
penunjukan langsung dipandang tidak transparan, tidak adil, dan terdapat
indikasi KKN.
f. Penandatanganan kontrak.
Penandatanganan kontrak mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam
proses pelelangan.
5. Jadual Pelaksanaan.
a. Dalam penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan, harus mengalokasikan
waktu untuk proses pengumuman penunjukan langsung di papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan
melalui internet
kerja, pengambilan dokumen prakualifikasi, pemasukan dokumen
prakualifikasi dan pengambilan dokumen pengadaan, penetapan hasil
prakualifikasi, pemberitahuan hasil prakualifikasi dan penjelasan
pemasukan penawaran, pembukaan penawaran, evaluasi penawaran,
pemenang, masa sanggah, penunjukan pemenang, penandatanganan kontrak.
b. Pengalokasian waktu dalam proses penunjukan langsung diserahkan
sepenuhnya kepada pejabat pembuat komitmen.
2. Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Melaui Pemilihan Langsung
Di bawah ini beberapa tata cara pengadaan barang dan jasa
pemerintah melalui pemilihan langsung adalah:
1. Ketentuan Umum:
a. Pemilihan langsung dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai lebih dari
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) membentuk panitia pengadaan berjumlah
gasal sekurang kurangnya 3 (tiga ) orang.
c. Kriteria panitia pemilihan langsung:
i. Menguasai tata cara pengadaan barang/jasa (sertifikat keahlian).
ii. Menguasai substansi pekerjaan/kegiatan.
iii. Menguasai aspek teknis yang diperlukan baik dari unsur-unsur di dalam
maupun di luar DKP.
d. Diikuti oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) penyedia barang/jasa.
e. Penetapan Calon Peserta:
1) Panitia/pejabat pengadaan wajib melakukan prakualifikasi.
2) Prakualifikasi harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet
a) Nama dan alamat pejabat pembuat komitmen yang akan mengadakan
pemilihan langsung.
b) Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan atau
barang yang akan dibeli.
c) Perkiraan nilai pekerjaan.
d) Syarat-syarat peserta pemilihan langsung.
e) Tempat, tanggal, hari dan waktu pengambilan dokumen pengadaan.18
2. Tugas, Wewenang, Dan Tanggung Jawab Panitia Pemilihan Langsung adalah
sebagai berikut:
a. Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi
pengadaan.
b. Menyusun harga perkiraan sendiri (HPS).
c. Menyiapkan dokumen pemilihan langsung.
d. Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan
barang/jasa dimulai. Mengumumkan pengadaan barang/jasa melalui papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum sekurang-kurangnya 3 (tiga)
hari kerja dan bila memunginkan melalui internet.
e. Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi.
f. Membuat berita acara prakualifikasi.
g. Mengusulkan daftar peserta pemilihan langsung yang lulus prakualifikasi.
h. Mengumumkan peserta lulus prakualifikasi.
i. Masa sanggah.
18
j. Jawaban sanggahan.
k. Mengundang peserta pemilihan langsung untuk mengambil dokumen
pemilihan langsung.
l. Memberikan penjelasan pekerjaan/aanwijzing.
m.Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk.
n. Melakukan pembuktian kualifikasi/klarifikasi dan negosiasi.
o. Mengusulkan calon pemenang.
p. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pejabat
pembuat komitmen.
3.Metode Evaluasi Pemilihan Langsung Evaluasi dilakukan dengan
membandingkan sekurang kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia
barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis
maupun biaya.
4. Prosedur pemilihan penyedia barang/ jasa dengan metoda pemilihan langsung
meliputi:
a. Pengumuman pemilihan langsung:
i. Panitia/pejabat pengadaan mengundang sebanyak-banyaknya calon
peserta yang lulus prakualifikasi.
ii. Apabila penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi kurang dari 3
(tiga), maka dilakukan pengumuman ulang.
iii. Apabila setelah pengumuman ulang, yang lulus prakualifikasi hanya 2
(dua), maka proses pemilihan langsung dilanjutkan.
iv. Apabila setelah pengumuman ulang, yang lulus prakualifikasi hanya 1
b. Pengambilan dokumen prakualifikasi.
c. Pemasukan dokumen prakualifikasi.
d. Evaluasi dokumen prakualifikasi.
Atas dasar pengajuan penawaran yang dilakukan secara terpisah dari
masing-masing peserta pemilihan langsung, panitia/pejabat pengadaan
melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan harga terhadap semua
penawaran yang masuk serta menyusun urutan penawaran sebagai dasar
untuk melakukan klarifikasi dan negosiasi selanjutnya.
e. Penetapan hasil prakualifikasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Klarifikasi
dan negosiasi dilaksanakan sebagai berikut:
1) Sebelum klarifikasi dan negosiasi dilakukan, panitia/pejabat pengadaan
membuat pedoman klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga. Dalam
pedoman klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga dicantumkan hal-hal
teknis dan item pekerjaan yang akan diklarifikasi dan dinegosiasi, tetapi
tidak boleh mencantumkan rincian HPS.
2) Klarifikasi dan negosiasi dilakukan kepada peserta pemilihan langsung
yang menawarkan harga terendah sampai terjadi kesepakatan. Klarifikasi
dan negosiasi tidak boleh dihadiri oleh peserta pemilihan langsung
lainnya.
3) Klarifikasi dan negosiasi teknis dilakukan untuk mendapatkan
barang/jasa yang sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam
dokumen pemilihan penyedia barang/jasa atau spesifikasi yang lebih
tinggi.
satuan, panitia/pejabat pengadaan melakukan klarifikasi dan negosiasi
terutama terhadap harga satuan item-item pekerjaan yang harga satuan
penawarannya lebih tinggi dari harga satuan yang tercantum dalam HPS.
5) Bagi pengadaan barang dan jasa pemerintah berdasarkan kontrak
lumpsum, panitia/pejabat pengadaan melakukan negosiasi hanya pada
harga total saja.
6) Setelah klarifikasi dan negosiasi, panitia/pejabat pengadaan meminta
kepada peserta pemilihan langsung yang akan diusulkan untuk
menandatangani berita acara hasil klarifikasi dan negosiasi. Apabila
tidak terjadi kesepakatan dengan urutan pertama, maka klarifikasi dan
negosiasi dilakukan kepada urutan penawar terendah berikutnya.
7) Berdasarkan berita acara tersebut, panitia/pejabat pengadaan membuat
surat usulan penetapan penyedia barang/jasa kepada pejabat yang
berwenang menetapkan.
f. Pemberitahuan hasil prakualifikas.
g. Masa sanggah prakualifikasi.
Mekanisme dan prosedur sanggahan dan pengaduan mengikuti ketentuan
seperti yang ditetapkan pada proses pelelangan. Jawaban masa sanggah
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya sanggahan.
h. Undangan pengambilan dokumen pemilihan langsung.
i. Penjelasan pekerjaan/aanwijzing.
j. Penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang dan perubahannya.
k. Pemasukan penawaran.
m.Evaluasi penawaran
n. Klarifikasi dan negosiasi.
o. Usulan Penetapan pemenang.
p. Penetapan pemenang:
1) Berdasarkan usulan dari panitia/pejabat pengadaan, pejabat yang
berwenang menetapkan pemenang pemilihan langsung.
2) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara panitia/pejabat pengadaan
dengan pejabat pembuat komitmen maka pejabat pembuat komitmen
membahas hal tersebut dengan panitia/pejabat pengadaan untuk
mengambil keputusan sebagai berikut:
i. menyetujui usulan panitia/pejabat pengadaan, atau
ii. menetapkan keputusan yang disepakati bersama untuk melakukan
evaluasi ulang atau lelang ulang atau menetapkan pemenang lelang,
dan dituangkan dalam berita acara yang memuat keberatan dan
kesepakatan masing-masing pihak, atau
iii. bila akhirnya tidak tercapai kesepakatan, maka akan diputuskan oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan dan bersifat final.
3) Hasil penetapan pemenang pemilihan langsung diumumkan/disampaikan
kepada seluruh peserta pemilihan langsung.
q. Penunjukan pemenang.
Pejabat pembuat komitmen menerbitkan surat penunjukan penyedia
barang/jasa untuk melaksanakan pekerjaan.
r. Masa sanggah.
diterimanya sanggahan.
s. Penunjukan pemenang (SPPBJ).
t. Penandatanganan kontrak.
Pejabat pembuat komitmen menyiapkan dan menandatangani kontrak
pelaksanaan pekerjaan mengikuti ketentuan seperti yang ditentukan dalam proses
pelelangan.Jadual Pelaksanaan Dalam penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan,
harus mengalokasikan waktu untuk proses: pengumuman pemilihan langsung di
papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan
melalui internet sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) hari kerja; pengambilan
dokumen prakualifikasi, pemasukan dokumen prakualifikasi dan pengambilan
dokumen pengadaan, penetapan hasil prakualifikasi, pemberitahuan hasil
prakualifikasi dan penjelasan, pemasukan penawaran, pembukaan penawaran,
evaluasi penawaran, klarifikasi dan negosiasi, penetapan pemenang,
pemberitahuan penetapan pemenang, masa sanggah, penunjukan pemenang,
penandatanganan kontrak.Pengalokasian waktu dalam proses pemilihan langsung
diserahkan sepenuhnya kepada pejabat pembuat komitmen.19
3. Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Melalui Swakelola
Di bawah ini beberapa tata cara pengadaan barang dan jasa
pemerintah melalui swkelola adalah:
1. Ketentuan Umum
a. Swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi
sendiri oleh pelaksana swakelola dengan menggunakan tenaga sendiri
19
dan/atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan.
Tenaga ahli dari luar tidak boleh melebihi 50% (lima puluh persen) dari
tenaga sendiri.
b. Swakelola dapat dilaksanakan oleh:
1) Pejabat pembuat komitmen.
2) Instansi pemerintah lain.
3) Kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah.
c. Swakelola dilihat dari pelaksana pekerjaan dibedakan menjadi:
1) Swakelola oleh pejabat pembuat komitmen adalah pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh pejabat pembuat
komitmen dengan menggunakan tenaga sendiri, dan/atau tenaga dari luar
baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan.
2) Swakelola oleh instansi pemerintah lain non swadana (universitas negeri,
lembaga penelitian/ilmiah pemerintah, lembaga pelatihan) adalah
pekerjaan yang perencanaan dan pengawasannya dilakukan oleh pejabat
pembuat komitmen, sedangkan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh
instansi pemerintah yang bukan penanggung jawab anggaran.
3) Swakelola oleh penerima hibah adalah pekerjaan yang perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasannya dilakukan oleh penerima hibah
(kelompok masyarakat, LSM, komite sekolah/pendidikan, lembaga
pendidikan swasta/lembaga penelitian/ilmiah non badan usaha dan
lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah) dengan sasaran
d. Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan Swakelola:
1) pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber
daya manusia instansi pemerintah yang bersangkutan dan sesuai dengan
fungsi dan tugas pokok pejabat pembuat komitmen, dan/atau
2) pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
masyarakat setempat, dan/atau
3) pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau
pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa, dan/atau
4) pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ ditentukan
terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa
akan menanggung resiko yang besar, dan/atau
5) penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya, atau
penyuluhan, dan/atau
6) pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus
untuk pengembangan teknologi/metoda kerja yang belum dapat
dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa, dan/atau
7) pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan
pemerintah, pengujian di laboratorium, pengembangan sistem tertentu
dan penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah pemerintah.
8) pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pejabat pembuat komitmen
yang bersangkutan.
2. Prosedur swakelola meliputi beberapa kegiatan yaitu:
a. Perencanaan kegiatan terdiri dari:
2) Melakukan perencanaan teknis dan menyiapkan metode pelaksanaan
yang tepat agar diperoleh rencana keperluan tenaga, bahan, dan peralatan
yang sesuai.
3) Menyusun rencana keperluan tenaga, bahan dan peralatan secara rinci
serta dijabarkan ke dalam rencana kerja bulanan, rencana kerja mingguan
dan rencana kerja harian.
4) Menyusun rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya bulanan
dan biaya mingguan.
5) Angka 1) sampai dengan butir 4) dituangkan dalam bentuk kerangka
acuan kerja.
b. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja Swakelola yang terdiri dari:
1) Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar belakang, maksud
dan tujuan, sumber pendanaan, serta jumlah tenaga yang diperlukan.
2) Waktu pelaksanaan yang diperlukan.
3) Produk yang dihasilkan.
4) Besarnya pembiayaan.
c. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan/Kegiatan yang terdiri dari:
1) Pejabat pembuat komitmen untuk membantu pelaksanaan kegiatan
membuat jadual pelaksanaan pekerjaan/kegiatan.
2) Jadual pelaksanaan kegiatan adalah waktu pelaksanaan
pekerjaan/kegiatan yang meliputi waktu mulai hingga berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan/ kegiatan.
3) Pembuatan jadual pelaksanaan pekerjaaan/kegiatan disusun dengan
kegiatan.
d. Penyusunan Rencana Biaya Pekerjaan/Kegiatan yang terdiri dari:
1) Pejabat pembuat komitmen membuat rincian biaya pekerjaan/kegiatan
dengan tidak melampaui pagu anggaran yang telah ditetapkan dalam
dokumen anggaran.
2) Rincian biaya pekerjaan/kegiatan tersebut mengikuti ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
3) Dalam hal diperlukan tenaga ahli/peralatan/bahan tertentu maka dapat
dilakukan kontrak/sewa tersendiri.
e. Pelaksanaan Swakelola Oleh Pejabat pembuat komitmen.
Dalam pelaksanaan swakelola perlu mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1) Pengadaan bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang, dan tenaga ahli
yang diperlukan dilakukan oleh panitia yang ditetapkan oleh pejabat
pembuat komitmen dan menggunakan metode pengadaan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan di dalam Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan, yaitu lelang/seleksi umum, lelang atau seleksi terbatas,
pemilihan atau seleksi langsung atau penunjukan langsung.
2) Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara harian
berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borong.
3) Pembayaran gaji tenaga ahli tertentu yang diperlukan dilakukan
berdasarkan kontrak konsultan perorangan.
4) Penggunaan tenaga kerja, bahan, dan peralatan dicatat setiap hari dalam
laporan harian.