1 SKRIPSI
PENGARUH BMT PRADESA MITRA MANDIRI TERHADAP PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT
KOTA BINJAI
OLEH
RIDHA WAHYUNI 110501033
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN PENCETAKAN
Nama : Ridha Wahyuni
NIM : 110501033
Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan Syariah
Judul : Pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri
Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Kota Binjai
Tanggal: ... Ketua Program Studi
NIP. 19710503 200312 1 003
Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D
Tanggal: ... Ketua Departemen
3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN
Nama : Ridha Wahyuni
NIM : 110501033
Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan Syariah
Judul : Pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri
Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Kota Binjai
Tanggal: ... Pembimbing,
Ilyda Sudardjat, S.Si M Si NIP. 19730325 200801 2 007
Penguji I, Penguji II,
Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D
4 Lembar Pernyataan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang “Pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri Terhadap Peningkatan Ekonomi di Kota Binjai” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Oktober 2015 Penulis,
Ridha Wahyuni
i ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri terhadap peningkatan ekonomi masyarakat Kota Binjai. Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat pendapatan dan bagaimana manfaat pembiayaan yang diperoleh oleh masyarakat setelah menggunakan dana pembiayaan yang diberikan BMT Pradesa.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan jumlah populasi sebanyak 27.960 dan sampel yang diambil sebanyak 100 orang yang menggunakan dana pembiayaan di BMT Pradesa Mitra Mandiri dengan menggunakan rumus Slovin. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan paired sample t test.
Berdasarkan dari hasil analisis data menyatakan bahwa Ho ditolak
sedangkan Ha diterima. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
terdapat perbedaan antara tingkat pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menggunakan pembiayaan BMT di Kota Binjai, artinya hasil penelitian ini signifikan.
ii ABSTRACT
This research head for analyze how the influence of BMT Pradesa Mitra Mandiri towards improving the local economy in Binjai City. This research was done to see the extent to which the level of income and how the benefits derived by the public financing after using the funds financing provided by BMT Pradesa.
Technique which used in this research is simple random sampling with the quantity of populations is 27.960 and taken sampel many as 100 people who use the funds in the financing of BMT Pradesa Mitra Mandiri Slovin formula. The analytical method used in this research is descriptive cuantitative and paired sample t test.
Based to from result analyse data indicate that Ho is reject and Ha received . The conclusion of this research is that there are different between level earnings of society before and after using finance of BMT by Binjai City, meaning that the results of this study significant.
iii KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri
Terhadap Peningkatan Ekonomi Kota Binjai”. Skripsi ini disusun dengan maksud unruk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,
saran, dan dukungan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Rahmat Suheri dan Ibu Lisnawati serta
adik-adik saya Rani Fadhillah, Ramadhan Alfitrah dan Ridwan Al-Afkar yang
telah memberikan banyak do’a dan dukungannya baik secara materi dan
moril kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku
Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi
iv Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
5. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si M Siselaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberi bimbingan dan masukan dari awal pengerjaan
sampai dengan selesai.
6. Bapak Irsyad, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Kasyful Mahali, SE, M
Siselaku Dosen Penguji yang telah banyak memberi koreksi, arahan, dan
masukannya dengan sabar untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis teruntuk
Departemen Ekonomi Pembangunan atas bimbingan, bantuan, dan ilmu yang
bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan.
8. Seluruh karyawan dan staf-staf yang berada di BMT Pradesa Mitra Mandiri
atas bantuan serta kerja sama dalam membantu penulis untuk melengkapi
skripsi ini.
9. Kepadda seluruh keluarga besar penulis atas do’a dan dukungannya, dan
10. Kepada teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta semua pihak
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang terlibat dalam
penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karunia-Nya atas jasa-jasa yang
v Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh
darikesempurnaan.Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pembaca.
Medan, Oktober 2015 Penulis
vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi BMT (Baitul Maal wa Tamwil) ... 5
2.2. Aspek Legalitas ... 6
2.3. Akad dan Produk Dana BMT ... 7
2.3.1. Produk Penghimpun Dana Lembaga Keuangan Islam .... 7
2.3.2. Produk Penyaluran Dana ... 9
2.4. Ruang Gerak dan Model Organisasi BMT ... 10
2.5. Prinsip Operasional BMT ... 10
2.6. Peningkatan Ekonomi Masyarakat ... 12
2.7 Bentuk dan Jenis Usaha Kecil ... 14
2.8. Pendapatan, keuntungan dan Kredit ... 17
2.8.1. Pendapatan ... 17
2.8.2. Keuntungan ... 22
2.8.3. Kredit ... 23
2.9. Penelitian Terdahulu ... 24
2.10. Kerangka Konseptual ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 27
3.2. Tempat dan Lokasi Penelitian ... 27
3.3. Defenisi Operasional ... 27
3.4. Skala Pengukuran ... 28
vii
3.5.1. Populasi ... 28
3.5.2. Sampel ... 29
3.6. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 30
3.6.1. Jenis Data ... 30
3.6.2. Metode Pengumpulan Data ... 30
3.7. Teknis Analisis Data ... 31
3.7.1. Alat Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum BMT di Kota Binjai ... 33
4.2.Gambaran Umum BMT Pradesa Mitra Mandiri ... ... 35
4.3.Karakteristik Responden ... ... 41
4.4.Distribusi Jawaban Responden ... 46
4.4.1. Persepsi Responden Atas Dampak Sebelum Penggunaan Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri ... ... 46
4.4.2. Persepsi Responden Atas Dampak Setelah Penggunaan Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri ... ... 47
4.5.Analisis dan Pembahasan ... 48
4.5.1. Persepsi Masyarakat Terhadap penggunaan Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri dalam Pemodalan Usaha ... 48
4.5.2. Manfaat Bagi Masyarakat terhadap penggunaan dana BMT Pradesa Mitra Mandiri ... 49
4.5.3. Dampak Penggunaan Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri Terhadap Pendapatan Masyarakat ... 50
4.6. Paired Simple t Test ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 53
5.2.Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
viii
ix DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7.
Kerangka Konseptual ... Logo BMT Pradesa Mitra Mandiri ... Struktur Organisasi BMT Pradesa Mirta Mandiri .. Skema Prosedur Pembiayaan ... Karakteristik Berdasarkan Usia ... Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ... Karakteristik Berdasarkan Penggunaan Dana ... Karakteristik Berdasarkan Jumlah Penggunaan Dana ...
26 36 40 41 42 44 45
x DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1. 2. 3.
4. 5.
Kuesioner Penelitian ... Sampel ... Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah Pembiayaan ... Hasil Uji Deskriptif ... Hasil Simple Paired t Test ...
55 58
i ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri terhadap peningkatan ekonomi masyarakat Kota Binjai. Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat pendapatan dan bagaimana manfaat pembiayaan yang diperoleh oleh masyarakat setelah menggunakan dana pembiayaan yang diberikan BMT Pradesa.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan jumlah populasi sebanyak 27.960 dan sampel yang diambil sebanyak 100 orang yang menggunakan dana pembiayaan di BMT Pradesa Mitra Mandiri dengan menggunakan rumus Slovin. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan paired sample t test.
Berdasarkan dari hasil analisis data menyatakan bahwa Ho ditolak
sedangkan Ha diterima. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
terdapat perbedaan antara tingkat pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menggunakan pembiayaan BMT di Kota Binjai, artinya hasil penelitian ini signifikan.
ii ABSTRACT
This research head for analyze how the influence of BMT Pradesa Mitra Mandiri towards improving the local economy in Binjai City. This research was done to see the extent to which the level of income and how the benefits derived by the public financing after using the funds financing provided by BMT Pradesa.
Technique which used in this research is simple random sampling with the quantity of populations is 27.960 and taken sampel many as 100 people who use the funds in the financing of BMT Pradesa Mitra Mandiri Slovin formula. The analytical method used in this research is descriptive cuantitative and paired sample t test.
Based to from result analyse data indicate that Ho is reject and Ha received . The conclusion of this research is that there are different between level earnings of society before and after using finance of BMT by Binjai City, meaning that the results of this study significant.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keinginan manusia dalam hal kesejahteraan ekonomi adalah sebagaimana
diakui dalam islam yaitu memberikan hak-hak yang pasti kepada manusia dan
menyediakannya sebagai tata-tertib sosial yang menjamin kesejahteraan sosial
bersama dan menghapus kemiskinan. Kondisi perekonomian yang terpuruk
akhir-akhir ini sudah mengarah pada kondisi yang semakin tidak menentu. Pertumbuhan
ekonomi yang digunakan pada masa lalu justru menciptakan kesenjangan sosial
yang cukup mencolok antara golongan kaya dan miskin, menurut M. Nejatullah
(dalam eka :2010).
Pengembangan usaha kecil dan menengah merupakan bagian dari upaya
memperkokoh struktur penggerak perekonomian nasional yang selama ini lebih
menekankan pertumbuhan daripada pemerataan telah melahirkan struktur
masyarakat minoritas kelas atas yang menguasai sebagian besar aset negara,
sementara masyarakat mayoritas kelas menengah kebawah hanya mendapat
sebagian kecil (Eka 2010:8).
Baitul Maal Wa Tamwil hadir memberikan solusi bagi kesenjangan diatas,
yaitu dengan memberi bantuan dalam bentuk permodalan dengan sistem bagi hasil
guna menambah modal dan demi peningkatan usaha yang sekaligus meningkatkan
pendapatan ekonomi masyarakat tersebut.
Pada tahun 1992 lahirlah sebuah lembaga keuangan kecil yang beroperasi
2 bergerak pada sektor usaha mikro. Lembaga tersebut “memberanikan diri” dengan
memberi nama Baitul Mal wa Tamwil yang disingkat BMT. Dengan semakin
banyaknya orang-orang yang memiliki perhatian kepada lembaga kecil ini, tetapi
juga dibutuhkan adanya perantara untuk terjalin komunikassi dan jaringan antar
BMT ataupun penghubung BMT kepada lembaga ekonomi milik pemerintah
maupun swasta. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan BMT dimasa depan,
maka berdiri pula lembaga Pembina BMT yang berupa Lembaga Pengembangan
Swadaya Masyarakat (LPSM), ada juga yang bernama Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Usaha kecil (P3UK) atau Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil
(PINBUK) (Jamal 2009:7).
Baitul Mal wa Tamwil merupakan lembaga ekonomi atau lembaga
keuangan syariah nonperbankan yang sifatnya informal. Disebut bersifat informal
karena lembaga keuangan ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) merupakan hasil prakarsa dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil dan
Menengah (PINBUK) yang merupakan badan pekerja yang dibentuk oleh
Yayasan Inkubasi Usaha Kecil dan Menengah (YINBUK), (Andri 2010:451).
BMT pada masa Nabi Muhammad SAW, Khulafa Ar-Rasyidin dan Umar
bin Khattab merupakan khalifah yang mendirikan bayt al-mal dan saat itupernah
berkembang dari mengadopsi dari institusi bayt al-mal. Untuk pertama kalinya di
Ibu Kota negara dan membangun cabang-cabangnya di kota provinsi (Ibid 2010).
Setalah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk
3 menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk
mendirikan Bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT.
BMT Center adalah Perhimpunan BMT di Indonesia yang didirikan tanggal
14 Juni 2005 pada tahun tersebut BMT diperkirakan melayani lebih dari 3 juta
nasabah yang bergerak dibidang usaha mikro dengan jumlah 142 BMT. Pada
tahun 2010 terdapat sekitar 4000 BMT yang beroperasi di indonesia sebanyak 206
bergabung dalam asosiasi BMT center diseluruh indonesia.
Munculnya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang memfokuskan kegiatan
usahanya kepada pengusaha mikro, kecil dan menengah termasuk sektor pertanian
diduga dapat memberikan dampak yang positif bagi para pengusaha, misalnya
dengan peningkatan kesejahteraan keluarga pengusaha tersebut yang diakibatkan
dari terpenuhinya modal usaha, sehingga usaha dapat berjalan dengan lancar
seperti yang diharapkan. Sistem bagi hasil yang ditawarkannya mengakibatkan
para pengusaha kecil menjadi leluasa bergerak karena tidak terbebani akan adanya
bunga yang terus bertambah. BMT dipandang sebagai salah satu alternatif
sehubungan dengan usaha untuk memperjuangkan nasib pengusaha kecil.
Dari uraian diatas yang sudah di jelaskan, maka penulis akan mengkaji
“Pengaruh BMT Pradesa Mitra Mandiri Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Kota Binjai”.
1.2 Perumuan Masalah
Berdasarkan uraian dan paparan dalam latar belakang diatas maka
4 1) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap penggunaan dana BMT Pradesa
Mitra Mandiri.
2) Bagaimana dampak pengoperasian BMT Pradesa Mitra Mandiri terhadap
pendapatan masyarakat
3) Bagaimana manfaat bagi masyarakat terhadap penggunaa dana BMT Pradesa
Mitra Mandiri.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
1) Untuk menganalisis persepsi masyarakat terhadap penggunaan dana
BMT Pradesa Mitra Mandiri.
2) Untuk mengetahui seberapa besar dampak pengoperasian BMT Pradesa
Mitra Mandiri terhadap pendapatan masyarakat.
3) Untuk mengetahui manfaat bagi masyarakat terhadap penggunaa dana
BMT Pradesa Mitra Mandiri.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1) Secara akademis, peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuana yang
diperoleh selama perkulihan dan penelitian ini dapat menjadi bahan
bacaan dan referensi bagi mahasiswa Ekonomi Pembangunan.
2) Dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam
melakukan penelitian khususnya mengenai apakah ada peningkatan
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi BMT (Baitul Mal wa Tamwil)
BMT adalah kependekan dari kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul
Mal wa Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Baitul Mal wa Tamwil memiliki dua kata
yaitu Baitul Mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infaq, sedekah dan
mengoptimalkan distribusuinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
Sedangkan Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan
pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Sebagai lembaga keuangan BMT
bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) yang
mempercayakan dananya disimpan di BMT dan menyalurkan dana kepada
masyarakat (anggota BMT) yang diberikan pinjaman oleh BMT. (Andri
2010:451).
Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat
bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan Bank Islam atau BPR Islam. Prinsip
operasinya didasarkan pada prinsip bagi hasil, jual beli (ijarah), dan titipan
(wadi’ah) (N.Huda dan M.Heykal, 2010:393).
Dalam segi operasi, BMT tidak lebih dari sebuah koperasi. Karena ia
dimiliki oleh masyarakat yang menjadi anggotanya, menghimpun simpanan
6 pembiayaan/kredit. Oleh karena itu, legalitas BMT pada saat ini yang paling
cocok adalah berbadan hukum koperasi. Baitul Maal-nya sebuah BMT, berupaya
menghimpun dana dari anggota masyarakat yang berupa zakat, infak, dan
shodaqoh dan disalurkan kembali kepada pihak yang berhak menerimanya
ataupun dipinjamkan kepada anggota yang benar-benar membutuhkan melalui
produk pembiayaan qordhul hasan (pinjaman dengan bunga nol persen).
Sementara Baitut Tamwil, berupaya menghimpun dana masyarakat yang berupa
simpanan pokok, simpanan wajib, sukarela dan simpanan berjangka serta
penyertaan pihak lain, yang sifatnya merupakan kewajiban BMT untuk
mengembalikannya. Dana yang terhimpun diputar secara produktif bisnis kepada
para anggotanya dengan pola syariah.(Aulia:2009)
2.2 Aspek Legalitas BMT
Ketentuan pembentukan BMT berbadan hukum koperasi diperkuat oleh PP
No.9/1995, dimana dalam penjelasan pasal 2 ayat 1 membolehkan penerapan
sistem bagi hasil pada koperasi, sebagai berikut:
1) Jumlah pendiri minimal 20 orang
2) Jumlah pengurus minimal 20 orang
3) Jumlah pengelola minimal 3-5 orang, dimana mereka telah mengikuti
pelatihan BMT dan manejer dengan pendidikan formal terakhir
minimal D3.
4) Anggota terdiri dari anggota pendiri dan anggota biasa. Anggota pendiri
7 menyediakan modal awal. Anggota biasa adalah para penyimpan
(penabung) dan debitur.
5) Simpanan-simpanan yang ada meliputi: simpanan pokok, simpanan
wajib, simpanan sukarela dan simpanan pendiri. Simpanan pokok
adalah simpanan tertentu yang harus disimpan oleh anggota pada saat
pendaftaran diri atau saat transaksi untuk pertama kalinya. Simpanan
wajib adalah simpanan dalam jumlah tertentu yang diberikan anggota secara rutin. Simpanan pendiri adalah modal awal yang berasal dari
para pendiri dalam jumlah tertentu berdasarkan hasil kesepakatan
bersama, dimana simpanan ini tidak dapat diambil dan tidak
memperoleh imbalan jasa bagi hasil tabungan.
6) Tumbuh dan berkembang di tempat-tempat yang belum atau tidak
terjangkau oleh lembaga-lembaga keuangan yang ada, dengan bentuk
awal berupa KSM (kelompok swadaya masyarakat).
7) Pengurus BMT sekaligus berfungsi sebagai Badan Pemeriksa dan
mensupervisi manajemen (pelaksanaan) BMT.(Aulia:2009)
2.3 Akad dan Produk Dana BMT
Menurut himpunan Fatwa DSN-MUI (2003) dalam menjalankan usaha,
beberapa akad yang ada pad BMT mirip dengan akad yang ada pada bank
pembiayaan rakyat Islam. Adapun akad-akad tersebut adalah: pada sistem
operasional BMT, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT tidak dengan
motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi
8 2.3.1 Produk penghimpunan dana lembaga keuangan islam
1) Giro Wadiah, adalah produksimpanan yang bisa dittarik kapan saja.
Dana nasabah dititipkan di BMT dan boleh dikelola. Setiap saat
nasabah berhak mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari
keuntungan pemanfaatan giro oleh BMT. Besarnya bonus tidak
ditetapkan dimuka, tetapi benar-benar merupakan kebijaksanaan BMT.
(Fatwa DSN-MUI No. 01/DSN-MUI/IV/2000).
2) Tabungan Mudharabah, dana yang disimpan nasabah akan dikelola
BMT, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan
kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah. Nasabah bertindak
sebagai sahibul mal dan lenbaga keuangan Islam bertindak sebagai
mudharib. (Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000).
3) Deposito Mudharabah, BMT bebas melakukan berbagai usaha yang
tidak bertentangan dengan Islam dan mengembangkannya. BMT bebas
mengelola dana (mudharabah mutaqah). BMT berfungsi sebagai
mudharib sedangkan nasabah sebagai sahibul maal. Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk usaha tertentu. Nasabah memberi batasan
pengguna dana untuk jenis dan tempat tertentu, jenis ini disebut
mudharabah muqayyadah. 2.3.2 Produk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana dalam hal ini merupakan bentuk pola
9 memberikan penghasilan. Pola pembiayaan tersebut menurut (Jamal
2009:37) adalah :
1) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan modal kerja yang diberikan oleh BMT kepada anggota,
dimana pengelolaan usaha sepenuhnya diserahkan kepada anggota
sebagai nasabah debitur. Dalam hal ini anggota (nasabah) menyediakan
usaha dan sistem pengelolaannya (manajemennya).
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan berupa sebagian modal yang diberikan kepada anggota dari
modal keseluruhan. Pihak BMT dapat dilibatkan dalam proses
pengelolaannya. Pembagian keuntungan yang proporsional dilakukan
sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak.
3) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk pembelian
barang-barang yang akan dijadikan modal kerja. Pembiayaan ini diberikan
untuk jangka pendek yaitu tidak lebih dari 6 sampai 9 bulan atau lebih
dari itu. Keuntungan bagi BMT diperoleh dari harga yang dinaikkan.
4) Pembiayaan al-Qardhul Hasan
Merupakan pinjaman lunak yang diberikan kepada anggota yang
benar-benar kekurangan modal/kepada mereka yang membutuhkan untuk
keperluan yang sifatnya darurat. Nasabah (anggota) cukup
mengembalikan pinjamannya sesuai dengan nilai yang diberikan oleh
10 2.4 Ruang Gerak dan Model Organisasi Baitul Maal wa Tamwil
Ruang gerak BMT menyangkut persoalan bida’ah yang digarap oleh BMT
dan juga batasan-batasan beberapa limitasi sebagai irama dan integrasi
operasionalnya (Al-Anshori,1993:73).
Jika dilihat dari substansi institusi BMT, tentunya yang jelas terlihat bahwa
BMT bergerak dalam bidang Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Namun, dalam
perkembangannya dilapangan, BMT juga membutuhkan sektor riil dalam rangka
memback-up dan sebagai buffer bagi biaya operasional BMT secara menyeluruh
dengan pola subsidi silang, mengingat bahwa usaha riil yang berhasil
keuntungannya jauh lebih besar. (Yunus, 2009:112).
Sedangkan yang dimaksud dengan model organisasi BMT ini adalah
meliputi karakteristik dan struktur organisasi yang tidak terlepas dari visi, misi
dan tujuan serta tata nilai yang akan dicapai oleh BMT secara menyeluruh.
(Triyuwono, 1998:19)
2.5 Prinsip Operasional BMT
Menurut Hamidi (dalam Aulia, 2009), prinsip operasional BMT tidak jauh
berbeda dengan prinsip-prinsip yang digunakan oleh bank-bank Islam yaitu
prinsip simpan (tabungan), bagi hasil, jual beli, sewa, jasa. Ada tiga prinsip yang
dilaksanakan oleh BMT, yaitu:
1) Sistem Bagi Hasil, dimana sistem ini meliputi tata cara pembagian hasil
usaha antara pemodal (penyedia dana) dengan pengelola dana.
11 antara BMT dengan penyedia dana (penabung). Bentuk yang
berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah.
2) Sistem jual beli dengan Mark Up (keuntungan), dimana sistem ini
merupakan tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT
mengangkat nasabah sebagai agen yang diberikan kuasa untuk
melakukan pembelian barang atas nama BMT, kemudian BMT
bertindak sebagai penjual yang menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan sejumlah harga beli ditambah keuntungan bagi BMT (mark
up/margin). Keuntungan yang diperoleh BMT akan dibagikan juga kepada penyedia/penyimpan dana. Bentuk produk ini yaitu murabahah
dan Ba’i Bit’tsaman Ajil.
3) Sistem Non Profit, atau disebut juga dengan pembiayaan kebajikan atau
lebih bersifat sosial. Sumber dana untuk pembiayaan ini tidak
memerlukan biaya, tidak seperti bentuk-bentuk pembiayaan tersebut
12 Tabel 2.1
Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
SISTEM BUNGA SISTEM BAGI HASIL
Penentuan besarnya hasil (bunga) dibuat sebelumnya (pada waktu aqad) tanpa pedoman untung rugi.
Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu aqad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi (besarnya jumlah diketahui sesudah berusaha, sudah ada untungnya).
Besarnya persentase (bunga/nilai rupiah) ditentukan sebelumnya, berdasarkan jumlah uang yang dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan keuntungan yang paralel dengan menyepakati proporsi pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak dan belum ditentukan besarnya. Jika terjadi kerugian ditanggung si
peminjam saja berdasarkan pembayaran bunga tetap seperti yang telah dijanjikan.
Jika terjadi kerugian ditanggung kedua telah belah pihak yaitu si pemilik modal dan si peminjam. Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun keuntungan meningkat.
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan. Besarnya bunga yang harus
dibayar si peminjam pasti diterima bank.
Keberhasilan usaha menjadi perhatian bersama yaitu si pemilik modal dengan si peminjam. Umumnya agama mengancamnya
(terutama Islam).
Tidak ada yang meragukan sistem bagi hasil.
Berlawanan dengan Al-qur’an surah Luqman ayat 34.
Melaksanakan Al-Qur’an surah Luqman ayat 34.
2.6 Peningkatan Ekonomi Masyarakat
Sebelum membahas mengenai peningkatan ekonomi masyarakat secara
luas, Terlebih dahulu penulis akan membahas pengertian pengembangan ekonomi
masyarakat baik dari etimologi maupun dari segi terminologinya. Peningkatan
ekonomi masyarakat sebuah istilah yang mengandung tiga suku kata yang
13 Kamus Besar Bahasa Indonesia proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha,
kegiatan).
Kedua, ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yakni Oikonomia. Oikonomia sendiri berasal dari dua suku kata yakni oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti aturan. Dengan demikian secara sederhana, ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan yang mengurus rumah
tangga yang dalam bahasa inggris disebut dengan istilah economics (Alvi:2008).
Sedangkan secara terminologi/istilah, ekonomi adalah pengetahuan tentang
peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia baik individual
atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan
pada sumber-sumber terbatas. Sedangkan menurut para ahli ekonomi seperti
Marshall sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Karim dalam bukunya,
berpendapat bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha-usaha individu
maupun kelompok dalam ikatan pekerjaan sehari-hari yang berhubungan dengan
bagaimana pula mempergunakan pendapatan tersebut (Alvin:2008).
Ketiga, masyarakat secara etimologi diartikan sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terkait oleh sesuatu kebutuhan yang mereka anggap
sama. Sedangkan secara teminologi/istilah masyarakat diartikan sebagai berikut:
1) R. Lipton; Setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya,
berfikir tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dalam batas-batas
14 2) Selo Soemarjan; orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan
budaya.
3) Parsuli Suparlan; Suatu kehidupan sosial manusia yang menepati suatu
wilayah tertentu.
Jika dilihat dari beberapa definisi tersebut maka, sukar untuk memberikan
batasan tentang masyarakat. Sukarnya batasan masyarakat itu dikarenakan konsep
masyarakat meliputi berbagai faktor. Tetapi secara garis besar masyarakat dapat
dibagi kepada dua pengertian, yakni pengertian masyarakat secara luas dan
pengertian masyarakat secara sempit (Alvin:2008).
Menurut Elly Iriawan (dalam Alvin, 2008), istilah masyarakat dalam
konteks pengembangan masyarakat adalah sekelompok orang-orang yang
bertempat tinggal di suatu wilayah geografis tertentu dimana satu sama lainnya
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya.
Pembahasan mengenai usaha kecil tidak lepas dari pemahaman tentang
lingkungan dan sistem perusahaan berskala kecil serta pengusahannya yang
termasuk kedalam kelola BMT. Berbagai kegiatan dilakukan usaha kecil dan
hambatan-hambatan yang dijumpai dalam dunia usaha tercakup dalam suatu
istilah yang disebut kewirausahaan. Peran seorang wirausahawan sangat
mendominasi perilaku bisnis dan sangat menentukan arah masa depan bagi suatu
usaha kecil.
2.7 Bentuk dan Jenis Usaha Kecil.
Berbagai bentuk usaha kecil yang terdapat di Indonesia dapat digolongkan
15 menurut jenis berdasarkan pada pola kepemimpinan dan pertanggungjawabannya.
Penggolongan menurut jenis berdasarkan pada jenis produk atau jasa yang
dihasilkan serta aktifitas yang dilakukan. Disamping penggolongan berdasarkan
kategori diatas pada hakikatnya usaha kecil yang ada secara umum
dikelompokkan kedalam tiga golongan khusus yang meliputi :
1) Industri Kecil
Misalnya : Industri kerajinan rakyat, industri pembuatan batu bata,
konveksi, salon dan rias pengantindan berbagai indutri lainnya.
2) Perusahaan Berskala kecil
Misalnya : Restoran, toko kerajinan, koperasidan lainnuya.
3) Sektor informal
Misalnya : Agen barang bekas,kios kaki lima dan lainnya. Berdasarkan
bentuk usahannya, maka perusahaan dapat digolongkan dalam dua
bentuk :
a) Usaha Perseorangan
Usaha perseorangan bertanggung jawab kepada pihak ketiga atau
pihak lain (dalam hal ini konsumen) dengan dukungan harta
kekayaan perusahaan yang merupakan milik pribadi dari pengusaha
yang merupakan milik pribadi dari pengusaha yang bersangkutan.
Jumlahnya di Indonesia cukup besar dan skala usahanya relatif kecil.
Padaumumnya lebih mudah untuk didirikan, karena tidak
memerlukan persyaratan yang rumit dan bertahap serta
16 b) Usaha Persekutuan
Usaha persekutuan berusaha mencapai tujuan-tujuan perusahaan
dalam memperoleh laba. Merupakan bentuk kerjasama dari beberapa
orangf yang bertanggung jawab secara pribadi terhadap
kewajiban-kewajiban usaha persekutuannya. Bentuk pertanggung jawaban dan
pola kepemimpinannya berbeda-beda menurut bentuk persekutuan
yang dibentuk. Jenis usaha kecil dikategorikan berdasarkan jenis
produk atau jasa yang dihasilkan atau aktifitas yang dilakukan suatu
usaha kecil, serta mengacu pada kriteria usaha kecil.
4) Keunggulan Usaha Kecil
Pada kenyataannya usaha kecil mampu tetap bertahan dan
mengantisipasi kelesuan perekonomian yang diakibatkan inflasi
maupun sektor berbagai faktor penyebab lainnya. Tanpa subsidi dan
proteksi, industri kecil di Indonesia mampu menambah nilai devisa bagi
negara. Sedangkan sektor informal mampu berperan sebagai penyangga
dalam perekonomian masyarakat bawah.
5) Tujuan Pengembangan Usaha Kecil
Usaha kecil merupakan salah satu bentuk kewirausahaan yang perlu
dikembangkan. Adapun tujuan pengembangan usaha kecil adalah :
a) Pertumbuhan dan peningkatan kemampuan usaha kecil agar menjadi
usaha yang tangguh, yang sukar dikalahkan, kuat, teguh pendirian,
17 b) Pertumbuhan dan peningkatan kemampuan usaha kecil agar menjadi
usaha yangmandiri. Kemandirian dalam menjalankan usahanya dapat
dicapai apabila pengusaha tersebut mampu menentukan tiap jalan
usahanyasecara berkesinambungan.
2.8 Pendapatan, Keuntungan dan Kredit 2.8.1 Pendapatan
Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi
perekonomian suatu negara adalah pendapatan nasional. Tujuan dari
perhitungan pendapatan nasional ini adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang tingkat ekonomi yang telah dicapai dan nilai output yang
diproduksi, komposisi pembelanjaan agregat, sumbangan dari berbagai
sektor perekonomian, serta tingkat kemakmuran yang dicapai (Sukirno,
2008).
Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan,
semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan oleh perusahaan.
Pendapatan disposabel (Yd) adalah pendapatan nasional yang secara
nyata dapat dibelanjakan oleh masyarakat, tidak termasuk didalamnya
pendapatan pemerintah seperti pajak, cukai dan sektor pemerintah.Variabel
yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan disposabel:
1) Pajak (T) merupakan variabel yang memperkecil pendapatan
18 2) Pembayaran Alihan/Transfer Payment (R) Pembayaran alihan
merupakan pembayaran-pembayaran khusus pemerintah kepada
masyarakat yang sifatnya merupakan pembayaran ekstra atau
tunjangan, misalnya tunjangan pensiun, tunjangan hari raya, gaji ke-13,
dll.
Berdasarkan ada tidaknya pajak (T) dan pembayaran alihan (R) di
dalam perekonomian suatu negara, besarnya pendapatan disposabel agregat
dapat ditulis dalam kalimat matematis sebagai berikut: • Kondisi tidak terdapat pajak dan pembayaran alihan
Yd = Y
• Kondisi terdapat Pajak (T)
Yd = Y – T
• Kondisi hanya ada pembayaran alihan (Transfer)
Yd = Y + R
• Kondisi terdapat pajak dan pembayaran alihan (Transfer)
Yd = Y – T + R
Pendapatan disposabel merupakan variabel bebas dalam persamaan
fungsi konsumsi dan tabungan bukanlah pendapatan nasional. Persamaan
Fungsi Pendapatan adalah:
Yd = C + S Dimana :
19 Berdasarkan keterangan diatas, maka komposisi Produk Domestik
Bruto suatu negara terdiri dari Konsumsi, Investasi, Pengeluaran
Pemerintah,
a. Fungsi Konsumsi
Teori Konsumsi Keynes baru muncul pada saat masa Great
Depression tahun 1929-1930. Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori ini
menentang teori lama, yaitu teori ekonomi klasik. Teori ekonomi klasik
menganut paham yang dicetuskan oleh J.B. Say, “Supply creates its own
demand”, Penawaran menciptakan permintaannya sendiri. Keynes menolak
pendapat yang membuat pemerintah yang sebenarnya bisa membenahi dan
menghentikan depresi, tidak berbuat apa-apa karena teori ini.
Teori Konsumsi Keynes menyatakan bahwa “Pengeluaran seseorang
untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah. dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat tabungannya nol”.
Teori Konsumsi Keynes terkenal dengan teori konsumsi dengan
Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis) yang pada
intinya menjelaskan bahwa konsumsi seseorang dan atau masyarakat secara
absolut ditentukan oleh tingkat pendapatan, kalau ada faktor lain yang juga
20 Teori Konsumsi Keynes didasarkan pada 3 pendapat, yaitu:
1) Konsumsi meningkat apabila pendapatan meningkat, akan tetapi
besarnya peningkatan konsumsi tidak akan sebesar peningkatan
pendapatan, oleh karenanya adanya batasan dari Keynes sendiri yaitu
bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal = MPC (Marginal
Propensity to Consume) adalah antara nol dan satu, dan pula besarnya
perubahan konsumsi selalu diatas 50% dari besarnya perubahan
pendapatan (0,5<MPC<1).
2) Rata-rata kecenderungan mengkonsumsi = APC (Avarage Propensity
to Consume). akan turun apabila pendapatan naik, karena peningkatan
pendapatan selalu lebih besar daripada peningkatan konsumsi, sehingga
sehingga pada setiap naiknya pendapatan pastilah akan memperbesar
tabungan. Dengan demikian dapat dibuatkan satu pernyataan lagi
bahwa setiap terjadi peningkatan pendapatan maka pastilah rata-rata
kecenderungan menabung akan semakin tinggi.
3) Bahwa pendapatan adalah merupakan determinan (faktor penentu
utama) dari konsumsi. Faktor lain dianggap tidak berarti.
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi agregat sangat dipengaruhi oleh
pendapatan disposabel. Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang
tidak tergantung dari tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut
harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang
21 maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja tidak sebesar peningkatan
pendapatan disposabel.
Fungsi konsumsi Keynes dapat dijabarkan dengan rumus :
C = a + MPC (Yd)
Dimana:
C = Konsumsiagregat
a = Autonomous consumption (tingkat konsumsi minimal untuk bertahan hidupwalaupun pendapatan=0)
Yd = Disposable Income; atau pendapatan yang siap dibelanjakan Pendapatan disposable menyesuaikan dengan keadaan perekonomian yang dianalisa. Apabila kondisi perekonomian tidak terdapat pajak dan transfer pemerintah maka Yd = Y. Namun Yd menjadi Y – T ketika dalam perekonomian terdapat pajak, dan menjadi Y – T + R ketika terdapat pajak dan transfer pemerintah.
MPC = Marginal Prospensity to Consume yaitu angka yang menunjukkan besaran perubahan konsumsi sebagai respon terhadapkenaikan disposableincome. Angka yang dihasilkan dari perubahan konsumsi dibagi perubahan disposable income karena perubahan konsumsi.
���= ∆�
∆�
Tingkat konsumsi masyarakat dalam suatu perekonomian
berbeda-beda padatingkat pendapatan nasional yang berberbeda-beda. Misalnya, suatu negara
pada suatuwaktu memiliki tingkat pendapatan nasional sebesar 200, dengan
tingkat konsumsi sebesar 150. Ketika perekonomian negara tersebut tumbuh
dan pendapatan nasionalnya menjadi 250, tingkat konsumsi menjadi 230.
Untuk dapat menentukan fungsi konsumsi pada dua tingkat pendapatan
nasional yang berbeda dibutuhkan variabel APC (Average Prospensity to
Consume). Dimaksud dengan average propensity to consume ialah perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat pendapatan
nasional dengan besarnya tingkat pendapatan nasional dalam perekonomian
22
���= ��
��
Dimana :
Cn = Tingkat konsumsi pada tingkat pendapatan nasional sebesarn
Yn = Tingkat disposable income pada tingkat pendapatan nasional sebesar n
2.8.2 Keuntungan
Keuntungan/laba merupakan tujuan utama suatu perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Proses produksi dilaksanakan seefisien mungkin
dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Menurut Sunaryo (dalam
Sukirno, 2002) keuntungan / laba adalah selisih antara total pendapatan
dengan total biaya yang merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan
produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk
mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu.
Perhitungan laba dilakukan dengan membandingkan biaya marginal
(MC) dan pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada
saatMR=MC. π = TR –TC
Dimana : π : Keuntungan
TR : Penerimaan Total (Total Revenue) TC : Biaya Total (Total Cost)
Dalam menganalisa biaya umumnya tidak terlepas dari analisa
penerimaan atau revenue atau total revenue. Pengertian revenue atau
penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima dari hasil penjualan
barang pada tingkat harga tertentu. Secara matematik total revenue
23
•TR = PQ.
Dimana ; TR = Penerimaan Total P = Harga Barang
Q = Jumlah barang yang dijual.
Keuntungan total merupakan penerimaan total (TR) dikurangi biaya
total (TC). Keuntungan total akan mencapai maksimum apabila selisih
positif antara TR dengan TC mencapai angka terbesar (Sukirno, 2002).
Total Cost (ongkos total ) adalah penjumblahan antara ongkos total tetap dengan ongkos total variabel. TC = TFC + TVC. Sedangkan, Total
Revenue (TR) adalah penerimaan total dari hasil penjualan output.Berdasarkan konsep penerimaan dan biaya (TR dan TC) dapat
diketahui beberapa kemungkinan diantaranya :
TR < TC = Keadaan untung / laba
TR= TC = Keadaan Break Even Point
TR > TC = Keadaan rugi.
2.8.3 Kredit
Kredit adalah penyediaan sumber daya oleh salah satu pihak lain
dimana pihak kedua tidak mengembalikan ke pihak pertama dengan segera
(sehingga menghasilkan debt). Kredit dalam konteks BMT (Baitul Maal
Wat Tamwil) yang biasa disebut pembiayaan adalah aktifitas menyalurkan dana yang terkumpul dalam nasabah pengguna dana, memilih jenis usaha
yang akan dibiayai dan menetukan nasabah mana yang akan dibiayai agar
diperoleh jenis usaha yang produktif/menguntungkan dan dikelola oleh
24 Koperasi syariah (BMT) dan koperasi konvensional tetap memiliki
kekhasasan dalam operasionalnya yang berbeda satu sama lain. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Perbedaan Operasional antara BMT dan Koperasi Konvensional Keterangan Koperasi Syariah
(BMT)
Koperasi Konvensional
Orientasi Laba dan sosial Laba
Bentuk Usaha Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) Koperasi Landasan
Operasional
Syariah Islam dan perundang-undangan
(Profit and loss sharing)
Menetapkan jasa pinjaman pada anggota dengan sistem bunga
Sumber Laba
Laba dari pengelolaan dana anggota
dengan sistem bagi hasil/mark up/sewa
Sisa Hasil Usaha (SHU)
Pelayanan
Proaktif ke lapang dengan sistem “jemput bola”
Pasif, sebatas di kantor
Permodalan Tabungan dan dana ZIS
Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Simpanan Sukarela
Anggota
Dibedakan atas anggota pendiri dan anggota biasa
Tidak membedakan status keanggotaan
2.9 Penelitian Terdahulu
1) Jaya (2013) Pengaruh Pembiayaan Murabahah Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS) BMT Taliberdaya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Mikro Kecil di Makassar. Dengan hasil penelitian: Dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan korelasi
25 (X2) yang diterima mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah
pendapatan nasabah BMT Taliberdaya dengan koefisiennya
menunjukkan sebesar 2, 437 (X1) dan 1,349 (X2), artinya apabila modal
kerja bertambah 1% dengan menganggap faktor lain tetap (ceteris
paribus) maka akan meningkatkan jumlah pendapatan sebesar 2,437 % (X1) dan 1,349 (X2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa BMT
Taliberdaya dinilai dapat memberikan pengaruh positif terhadap
perkembangan usaha mikro kecil yang berdampak langsung terhadap
peningakatan pendapatan para pelaku usaha kecil di Makassar yang telah
memperoleh dana murabahah.
2) Hana Erlinda N.M (2014) Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Usaha
Rakyat ( KUR ) Terhadap Kinerja Usaha Kecil di Kota Makassar. Dengan hasil penelitian: menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif, Kredit Usaha Rakyat (KUR) berpengaruh nyata
(signifikan) terhadap pengusaha usaha mikro dan kecil (UMK) di kota
Makassar. Dengan adanya program bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
bagi pengusaha usaha mikro dan kecil (UMK) maka terjadi peningkatan
pendapatan serta kesempatan kerja bagi pengusaha usaha mikro dan kecil
(UMK) di kota Makassar.
3) Andi Abdullah Sa’ad (2010) Pengaruh Peembiayaan Murabahah
Terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah BMT Berkah Madani. Dengan hasil penelitian: menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan
26 di daerah Ho ditolak. Maka keputusan menolak Ho mengandung arti
bahwa ada hubungan atau pengaruh positif yang signifikan antara
pendapatan sebelum pembiayaan murabahah terhadap pendapatan
sesudah pembiayaan murabahah. Tak jauh berbeda dengan hasil uji dua
sampel berpasangan spearman, dari hasil uji tersebut didapat z sebesar
-3,335 dengan tariff nyata 5%, maka nilai z tersebut terletak didaerah Ho
ditolak berarti pendapatan sesudah pembiayaan murabahah ≠ pendapatan
sebelum pembiayaan murabahah. Dengan demikian, karena ada
perubahan yang signifikan dalam pendapatan sesudah pembiayaan
murabahah, berarti pembiayaan murabahah yang diberikan BMT Berkah
Mandiri berpengaruh positif terhadap perubahan pendapatan nasabah.
2.10 Kerangka Konseptual
BMT pradesa adalah sebuah lembaga keuangan mikro syariah yang
memberikan akses lebih mudah kepada pelaku usaha mikro kecil untuk membantu
pelaku usaha mikro kecildi Binjai. Adapun yang menjadi kerangka pemikiran
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sebelum
Pembiayaan (X1)
BMT Pradesa Mitra Mandiri
Pendapatan (Y)
Sesudah Pembiyaan
27 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.
Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data yang nantinya untuk menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Data tersebut akan
dianalisis sehingga mengasilkan gambaran mengenai bagaimana pengaruh BMT
terhadap peningkatan ekonmi masyarakat suatu daerah.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BMT Pradesa Kota Binjai. Waktu penelitian
dilakukan pada juni 2015 sampai dengan selesai.
3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional variable yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini
adalah :
1) BMT Pradesa Mitra Mandiri merupakan lembaga keuangan yang
bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan
mempercayakan dananya disimpan di BMT serta menyalurkan dana
kepada masyarakat (anggota BMT) yang diberikan pinjaman oleh BMT
2) Pendapatan adalah pendapatan rata-rata nasabah sebelum dan sesudah
menggunakan dana BMT.
28 produktif/menguntungkan dan dikelola oleh nasabah yang jujur dan bertanggung jawab.
3.4 Skala Pengukuran Variabel
Suatu skala pengukuran disebut valid bila melakukan apa yang seharusnya
dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran
tidak valid maka tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau
melakukan apa yang seharusnya dilakukan (Kuncoro, 2009: 172). Adapun tipe
skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala data
ordinal. Skala ini digunakan untuk mengidentifikasi angka dan memberikan
informasi tentang jumlah karakteristik yang terjadi pada suatu kejadian atau objek
secara relatif.
Kuisioner dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert yang dibagi
dalam 5 kategori jawaban dengan pemberian skor sebagai berikut :
Tabel 3.1
Instrumen Skala Likert
No Pertanyaan Skor
1 Sangat Buruk 1
2 Buruk 2
3 Cukup Buruk 3
4 Baik 4
5 Sangat Baik 5
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi
Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki
kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok
29 adalah nasabah pengguna BMT Pradesa Mitra Mandiri di Kota Binjai yang
berjumlah 27.960 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang
diambil dari populasi dan diteliti secara rinci (Muhammad, 2008:162).
Teknik sampling yang tepat dalam penelitian ini dengan menggunakan
teknik sampel sederhana (simple random sampling) yaitu pengambilan
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memeperhatikan strata
yang ada dalam populasi tersebut (Sugiono, 2009 : 82). Besarnya sampel
yang diambil oleh penulis sebanyak 100 orang yang menjadi nasabah di
BMT tersebut. Ukuran sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin
yaitu:
n = �
(1 +��2) Dimana:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidakadilan karena kesalahan pengambilan sampel
yang dapat ditolerir
Jika penelitian pada penulisan skripsi ini diharapkan memberikan hasil yang
berada pada tingkat kepercayaan 10% (e=0,1) dan jumlah populasinya adalah
27.960 maka jumlah sampel yang dapat diambil adalah:
n = �
1 +�(�)2 =
27960
1 + 27960(0,1)2 = 99,644 » ���������
30 3.6 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
1) Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah langsung
sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya
(Muhammad, 2008: 101). Yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner
langsung dengan nasabah BMT Pradesa Mitra Mandiri
2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang
terkait dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan
publikasi secara resmi, buku-buku serta laporan lain yang berhubungan
dengan penelitian. Data sekunder ini saya peroleh dari kantor BMT
Pradesa Mitra Mandiri di Kota Binjai.
3.6.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1) Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui
berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan
yang ada di dalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari
buku-buku, internet dan lain-lain.
2) Kuisioner ini merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam
bentuk daftar pertanyaan terstruktur agar responden dapat memberikan
jawaban lebih bebas dengan menggunakan istilah mereka sendiri dan
menulis ulasan-ulasan yang dianggap penting pada ruang yang telah
disediakan.
31 3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Alat Analisis Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode analisis statistik
deskriptif dan uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired sample t
test). Menurut Sugiyono (2012: 148) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dan teknik analisis data yang
digunakan adalah melakukan uji paired sample t test pada software SPSS.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
�= �1,�− �2,�
��2 � �1 �1+
1 �2�
Dimana :
t = Uji beda
X1,i = Rata-rata pendapatan sebelum menggunakan pembiayaan BMT X2,i = Rata-rata pendapatan sesudah menggunakan pembiayaan BMT n1 = Jumlah responden sebelum pembiayaan
n2 = Jumlah responden sesudah pembiayaan S2P = Simpangan baku berpasangan
Kriteria pengambilan keputusan dalam uji beda rata-rata untuk sampel
berpasangan (paired sample t test), yaitu membandingkan nilai thitung dengan
nilai ttabel.
• Jika thitung ˂ ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak pada α = 5%,
dengan tingkat kepercayaan 95%. Artinya tidak ada perbedaan
32
• Jika thitung ˃ ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak pada α = 5%,
dengan tingkat kepercayaan 95%. Artinya terdapat perbedaan yang
33 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum BMT di Kota Binjai
Kota Binjai merupakan salah satu kota yang terletak di Sumatera Utara.
Pada tahun 2013 jumlah penduduk kota Binjai sekitar 252.263 jiwa, yang tersebar
di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Selatan,
Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binja Timur.
Sedangkan BMT yang ada di Kota Binjai sendiri muncul pada tahun 2013
yang berlokasi di Tandem dan memiliki kantor pusat di Stabat yang jumlah
Nasabah nya mencapai 388 Orang, kemudian pada Tahun 2014 Jumlah Nasabah
meningkat menjadi 642 Orang.
Tabel 4.1
Jumlah Nasabah Pembiayaan
NO BMT
CABANG
JUMLAH NASABAH PEMBIAYAAN
2011 2012 2013 2014
1 Stabat 235 871 1.548 2.364
2 Tj. Beringin 183 372 892
3 Tandem 388 642
4 Kota Datar 156
TOTAL 235 1.054 2.308 4.054
Sumber: BMT Pradesa Mitra Mandiri
Jumlah Realisasi Pembiayaan Nasabah pada Tahun 2014 sebesar
Rp.7.493.165.500 yang terbagi dari beberapa kantor cabang seperti BMT Stabat
yang memiliki Jumlah Realisasi sebesar Rp.4.325.800.500 yang merupakan
peringkat tertinggi dari dari beberapa cabang dan diikuti dengan Kantor Cabang
34 Tabel 4.2
Jumlah Realisasi Pembiayaan
NO BMT
CABANG
JUMLAH REALISASI PEMBIAYAAN
2011 2012 2013 2014
1 Stabat 729.500.000 1.282.000.000 1.997.318.707 4.325.800.500
2 Tj. Beringin 125.000.000 725.600.000 1.876.200.000
3 Tandem 693.000.000 925.465.000
4 Kota Datar 365.700.000
TOTAL 729.500.000 1.407.000.000 3.415.918.707 7.493.165.500
Sumber: BMT Pradesa Mitra Mandiri
Jika dilihat dari dari jumlah keseluruhan Nasabah Simpanan pada BMT
Pradesa Mitra Mandiri pada tahun 2014 terdapat 27.960 Orang yang berpartisifasi
dalam menggunakan dana tersebut, yang diantara nya seperti di kantor cabang
Stabat terdapat 16.842 Orang yang menggunakan dana tersebut. Kemudian
Cabang Tj. Beringin pada tahun 2014 memiliki kepesertaan Nasabah sebanyak
6.812 Orang. Lalu cabang Tandem terdapat 3.581 Orang yang terdaftar di kantor
Cabang Tandem, yang peningkatan kepesertaan Naik dari Tahun Ketahun dengan
Nilai peningkatan yang cukup drastis.
Tabel 4.3
Jumlah Keseluruhan Nasabah Simpanan
NO BMT
CABANG
JUMLAH KESELURUHAN NASABAH SIMPANAN
35 4.2 Gambaran Umum BMT Pradesa Mitra Mandiri
Dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membele kepentingan
masyarakat luas. BMT melakukan pembinaan ekonomi ummat sebagai langkah
menjauhkan ummat dari lingkaran panjang rentenir.
Diawali dengan niat serta keinginan terlahirlah sebuah Lembaga Keuangan
Mikro Syariah yaitu BMT Pradesa Mitra Mandiri. Dengan ketegaran yang
dibarengi ilmu, para tenaga profesional ini berhasil mendirikan BMT yang saat itu
nama BMTyang berkantor psat di Stabat sangatlah buruk citranya. Berkat usaha
kerja keras dan dukungan berbagai pihak, maka BMT Pradesa Mitra Mandiri
memiliki program dan rencana kerja untuk membenani dan meningkatkan kinerja
BMT terus dilakukan termasuk perubahan terhadap pandangan masyarakat ke
BMT-BMT.
Alhamdulillah, hanya dalam tempo 5 bulan, masyarakat mulai melirik BMT
sebagai alternatif simpanan dan pembiayaan serta pada fase ini BMT mulai
mengajak agar masyarakat mau menyimpan uangnya di BMT.
Adapun sifat, peran, logo, visi, misi dan tujuan serta ruang lingkup bidang
usaha yang ditawarkan oleh BMT Pradesa Mitra Mandiri.
a. Sifat
BMT Pradesa Mitra Mandiri bersifat terbuka, independen, berorientasi pada
pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung ekonomi
produktif anggota dan kesejahteraan ssial masyarakat sekitar, terutama
36 b. Logo
Gambar 4.1
Logo BMT Pradesa Mitra Mandiri Makna yang terkandung dalam logo tersebut diatas adalah:
- Warna Kuning melambangkan sikap optimisme yang memiliki BMT
dalam meningkatkan kepercayaan nasabahnya
- Belah Ketupat berlapis tiga melambangkan : • Lapis pertam menunjukkan : Kepercayaan
• Lapis kedua menunjukkan : Pelayanan • Lapis ketiga menunjukkan : Kekeluargaan
- Tulisan BMT berada ditengah-tengah melambangkan bahwa BMT
Pradesa Mitra Mandiri berad ditengah-tengah masyarakat sebagai
lambang keuangan mikro syari’ah yang lebih adil dan menguntungkan.
c. Visi
Menjadi LKSM terpercaya pilihan Mitra Usaha Kecil
d. Misi
• Mewujudkan pertumbuhan taraf hidup masyarakat kecil dari kemiskinan • Menghimpun potensi ekonomi ummat dan menyalurkan pembiayaan
37
• Memberdayakan dan mengembangkan sumber daya manusia dalam
lingkungan kerja yang sehat.
e. Tujuan
Sejalan dengan visi dan misi perusahaan membina ummat membangun
bangsa berdirinya BMT Pradesa Mitra Mandiri bertujuan :
• Untuk membantu pemerintah menungkatkan perekonomian masyarakat
kecil, khususnya program pengentasan kemiskinan. • Untuk menghindarkan masyarakat dari perbuatan ribawi
f. Peran
Dalam rangka pencapaian tujuan BMT Pradesa Mitra Mandiri berperan: • Sebagai motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat banyak • Ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi syari’ah
• Penghubung antara kaum berada(aghnia) dan kaum yang lemah(dhu’afa)
g. Ruang Lingkup Bidang Usaha
BMT Pradesa Mitra Mandiri merupakan lembaga keuanagan mikro syari’ah
yang bergerak dibidang jasa dengan memiliki jasa dengan memiliki
beberapa produk simpanan maupun produk pembiayaan.
Ada beberapa produk BMT Pradesa Mitra Mandiri yang menunjang
perkembangan usahanya, yaitu : • Produk simpanan
- Simpana Mandiri ; adalah simpana yang dapat dilakukan penarikan
38 - Simpanan Si Buah Hati ; adalah simpanan yang dikhususkan untuk
masa depan putra dan putri anda. Simpanan ini adalah simpanan
yang berjangka 1 sampai dengan 6 tahun.
- Simpanan Aqiqah dan Qurban ; adalah simpanan yang diniatkan
untuk Aqiqah dan Qurban
- Simpanan Pendidikan ; adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan persemester (6 bulan sekali)
- Simpanan Idul Fitri ; adlah simpanan yang penarikannya menjelang
Idul Firti
- Simpanan umroh ; adalah simpanan yang setoran
awalnyaRp.1.000.000
- Simpanan berjangka ; adalah simpanan yang mana memiliki jangka
antara 3 sampai dengan 12 bulan. • Produk Pembiayaan
- Pembiayaan murabahah (MBH) adalah barang-barang kebutuhan,
seperti; televisi, kulkas, mesin cuci dan lain sebagainya.
- Pembiayaan musyarakah (MSA) adalah fasilitas untk menambah
modal usaha dengan cara angsuran.
- Ijarah jasa adalah fasilitas pembiayaan berbentuk jasa, seperti;
pendidikan dan kesehatan.
- Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang pinjaman
modalnya disesuaikan dengan permintaan bagi hasil yang diberikan
39 - Pembiayaan qardhul hasan adalah pembiayaan yang dilakukan
kepada masyarakat yang tidak mampu, untuk membuka usaha
dengan tidak adanya perhitungan bagi hasil atau pembayaran pokok
saja.
- Gadai syari’ah adalah pengambilan barang pada waktu tempo yang
telah disepakati bersama dengan cara sistem bagi hasil yang
terjangkau.
Adapun struktur organisasi dalam BMT Pradesa Mita Mandiri yaitu
40 Gambar 4.2
Sturtur Organisasi BMT Pradesa Mitra Mandiri
Dari gambaran diatas adapun prosedur pembiayaan yang dapat di lihat dari
bagan sebagai berikut :
RAP
Penasehat Pengurus
Ketua Sekretaris Bendahara
Direktur
Pengawas
Manajer
Kepala Cabang
Kepala Cabang Kepala Cabang
Manajer Operasinal Manajer Marketing
CS Teller
Accounting Ass. Marketing
Kabag Kolektor
Kolektor Kolektor Kolektor
41 Gambar 4.3
Skema Prosedur Pembiayaan 4.3 Karakteristik Responden
Berikut ini uraian beberapa karakteristik responden Berdasarkan Umur,
Pendidikan terakhir, Penggunaan dana BMT, Jumlah Menggunakan Dana BMT,
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
1. Berdasarkan Kategori Usia, jumlah responden pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut (Tabel 4.4). Permhonan
Pembiayaan dari Nasabah
Permohonan Pembiayaan diterima
oleh CS dari seluruh karyawan dan nasabah
untuk di catat dibuku besar
Permhonan Pembiayaan diserahkan ke Marketing
Tindak lanjut (Survey Dokumen dan Lapangan)
Legal oleh Interval Control 1. KTP
2. KK
3. FC. B. Tabungan 4. Jaminan
5. Photo Usaha dan Jaminan 6. Berkas yang dibutuhkan Komite Pembiayaan
dengan Manajer
42 Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Umur Jumlah %
Sumber: Data Primer (diolah)
Maka karakteristik Responden berdasarkan umur diketahui bahwa
sebagian besar Responden 45% berada pada kelompok Usia Produktif
antara Umur 26-35 Tahun, kemudian 24% berada pada kelompok usia
15-25 Tahun, selanjutnya Responden sebesar 21% berada pada
Kelompok usia 36-45 tahun dan yang terakhir sebesar 10% berada pada
kelompok ≥46. Dari kesimpulan ini dapat diartikan, bahwa Responden
yang terbesar pada kategori usia Produktif pada kelompok 26-35
Tahun.
Gambar 4.4
Karakteristik Berdasarkan Usia 0
15-25 26-35 36-45 ≥46
Usia
43 2. Berdasarkan Kategori Pendidikan, Jumlah responden pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 4.5).
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah %
1 SD Sederajat 8 8
2 SMP Sederajat 33 33
3 SLTA Sederajat 47 47
4 Perguruan Tinggi 12 12
Jumlah 100 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan diketahui bahwa
Nasabah pengguna Dana BMT Pradesa Mitra Mandiri sebanyak 47%
Responden didominasi pendidikan di jenjang SLTA, selanjutnya
sebanyak 33% Responden menamatkan pendidikan di jenjang SMP,
pada 12% Responden menamatkan pendidikan di Perguruan Tinggi,
sedangkan sisanya 8% Responden hanya menamatkan pendidikan di
jenjang SD. Dari kesimpulan ini dapat diartikan, bahwa Responden
yang terbesar pada kategori dengan tamatan pendidikan di jenjang
44 Gambar 4.5
Karakteristik Berdasarkan Pendidikan
3. Berdasarkan Kategori Penggunaan Dana, Jumlah responden pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 4.6).
Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan Dana No Penggunaan Dana Jumlah %
1 <50% untuk
pengembangan usaha 16 16
2 <50% - 75% untuk
pengembangan usaha 26 26
3 75% - 100% untuk
pengembangan usaha 58 58
Jumlah 100 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Karakteristik Responden berdasarkan Penggunaan dana diketahui
jumlah penggunaan dana yang digunakan Nasabah lebih banyak
menggunakan dana untuk kepentingan usaha yaitu pada 75% - 100%
dana digunakan sebesar 58% Responden yang menggunakan dana
pembiayaan, pada 26% Responden menggunakan dana untuk 0
45 kepentingan usahanya yaitu <50% - 75% untuk kepentingan usaha dan
hanya sedikit yang menggunakan dana <50% untuk pengembangan
usahanya yaitu sebesar 16% Responden saja. Dari kesimpulan ini dapat
diartikan, bahwa Responden yang banyak menggunakan dana yaitu
pada 58% Responden yang menggunakan dana sebesar 75% - 100%
dana digunakan untuk usaha.
Gambar 4.6
Karakteristik Berdasarkan Penggunaan Dana
4. Berdasarkan Kategori Jumlah Penggunaan Dana, Jumlah responden
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 4.7).
Tabel 4.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Penggunaan Dana No Jumlah Penggunaan Dana Jumlah %
Sumber: Data Primer (diolah)