PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK
MATERI ASHABUL KAHFI MELALUI METODE
NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTU MEDIA
AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII B
DI MTS AMAL SHOLEH SUMOGAWE KECAMATAN
GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017
SKRIPSI
Disusun untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Edy Setiawan
NIM : 111-13-230
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MOTTO
“Tidak ada istilah cuti dalam berjuang”
(KH. Mad Rodja Sukarta)
“A negative mind will never give you a positive life”
(The BBM Channel)
“Jika ada yang harus engkau tumbangkan ialah segala bentuk pohon-pohon
kedzaliman”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamiin atas nikmat-Nya yang begitu agung serta
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini telah selesai. Teriring sholawat dan salam
teruntuk baginda Rasulullah SAW. Dengan terselesaikannya skripsi ini maka saya
persembahkan kepada:
1. Kedua orangtuaku (Ngatmin Kiswanto dan Sutiyem) beserta keluarga yang
sangat saya cintai yang telah mencurahkan segenap dukungan, kasih
sayang, serta doa yang senantiasa menjadi penyemangat kepada penulis
dalam melangkah menapaki setiap jengkal kehidupan ini.
2. Kedua adikku Dewi Hartanti dan Annisa Nurvila Sari yang selalu
mendo’akan, mendukung dan memberikan semangat.
3. Teruntuk Siti Nur Hanifah yang tidak pernah lelah dalam mendukungku
dalam segala keadaan, baik suka maupun duka.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan sebagai bentuk rasa syukur
kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang
tiada henti. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MATERI
ASHABUL KAHFI MELALUI METODE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)
BERBANTU MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII B
DI MTS AMAL SHOLEH SUMOGAWE KECAMATAN GETASAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017. Penulisan skripsi ini tidak akan dapat
terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi,M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi,M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati,M.Ag, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI).
4. Bapak. Dr. Winarno,S.Si.,M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
dengan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
ABSTRAK
Setiawan, Edy. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Materi Ashabul Kahfi Melalui Metode Number Head Together (NHT) berbantu media Audio Visual Pada Peserta Didik Kelas VII B di MTs Amal Sholeh Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2017. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga Pembimbing Dr. Winarno,S.Si.,M.Pd.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Akidah Akhlak, Ashabul Kahfi, Metode Number Head Together (NHT), Audio Visual.
Hasil belajar yang diperoleh peserta didik kelas VII B MTs Amal Sholeh Sumogawe Kecamatan Getasan Tahun Pelajaran 2017/2018 pada materi pelajaran Akidah Akhlak nilai rata-ratanya masih rendah, nilai rata-rata kelas hanya mencapai 58,20 sedangkan nilai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Hal ini disebabkan dalam hal menyampaikan pelajaran akidah akhlak, guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah dan kurang melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan metode Number Head Together (NHT) dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar Akidah Akhlak. Metode ini mengarahkan kepada pemahaman siswa pada pembelajaran aktif (active learning) yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran agar siswa lebih mampu memahami materi, dan kegiatan belajar Akidah Akhlak menjadi lebih menyenangkan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan langkah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan dengan dua siklus. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII B MTs Amal Sholeh Tahun 2017 yang berjumlah 16 peserta didik yang keseluruhannya adalah perempuan. Obyek penelitian ini adalah hasil belajar akidah akhlak pada materi ashabul kahfi melalui metode number head together yang berbantu media audio visual. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes, dokumentasi dan observasi terhadap guru. Hasil tes dianalisis dengan statistik deskriptif.
rata-DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN BERLOGO ……… ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ……… iii
HALAMAN PENGESAHAN ………... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………. v
MOTTO ………. vi
PERSEMBAHAN ………. vii
KATA PENGANTAR ………... viii
ABSTRAK ………. x
DAFTAR ISI ……….. xi
DAFTAR TABEL ……….. xiv
DAFTAR GAMBAR ………. xv
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Rumusan Masalah ………. 5
C. Tujuan Penelitian ……….. 5
D. Manfaat Penelitian ……… 6
F. Metodologi Penelitian ……….. 9
G. Indikator Keberhasilan ………. 14
H. Sistematika Penulisan ……….. 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ………. 18
1. Pengertian Hasil Belajar ………. 18
2. Klasifikasi Hasil Belajar ………. 19
3. Penilaian Hasil Belajar ………... 20
a. Pengertian Penilaian Hasil Belajar ………... 20
b. Fungsi dan Tujuan Penelitian ………... 21
c. Jenis dan Sistem Penilaian ……… 21
B. Akidah Akhlak ……….. 23
1. Ashabul Kahfi ………. 24
C. Number Head Together (NHT) ………. 28
1. Definisi Number Head Together (NHT) ……… 28
2. Langkah-langkah Pembelajaran Number Head Together (NHT) ………. 28
3. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Number Head Together (NHT) ……….. 29
D. Audio Visual ………... 30
1. Pengertian Media Audio Visual ……….... 30
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Per Siklus ………. 32
1. Siklus 1 ……….. 32
2. Siklus 2 ……….. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 42
1. Kondisi Awal ……….. 42
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 ……….. 45
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2 ……….. 54
B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….... 62
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 65
B. Saran ………. 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Nilai Sebelum Tindakan ………... 43
Tabel 4.2 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan ……… 43
Tabel 4.3 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan ……….. 44
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan terhadap Peserta Didik Siklus I ………... 49
Tabel 4.5 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus I ……… 50
Tabel 4.6 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I …………... 51
Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus I ……….. 52
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan terhadap Peserta Didik Siklus II ……….. 57
Tabel 4.9 Data Nilai Peserta Didik Siklus II ………. 58
Tabel 4.10 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II ……….. 59
Tabel 4.11 Data Hasil Pengamatan Guru pada Siklus II ………. 60
Tabel 4.12 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I ………. 62
Tabel 4.13 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II ………... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian Menurut Arikunto ………. 10
Gambar 4.1 Grafik Data Frekuensi Sebelum Tindakan ………... 44
Gambar 4.2 Grafik Data Frekuensi Nilai Peserta Didik Siklus I …………. 52
Gambar 4.3 Grafik Data Frekuensi Nilai Peserta Didik Siklus II ………… 60
Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Rata-rata Nilai Kelas Hasil Belajar Mata
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I
Lampiran 2 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II
Lampiran 3 Hasil Pengamatan Peserta Didik Siklus I
Lampiran 4 Hasil pengamatan Peserta Didik Siklus II
Lampiran 5 Hasil Pengamatan Guru Siklus I
Lampiran 6 Hasil Pengamatan Guru Siklus II
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 9 Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I
Lampiran 10 Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II
Lampiran 11 Gambaran Umum Kondisi MTs Amal Sholeh
Lampiran 12 Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 13 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 14 Lembar Konsultasi Pembimbing
Lampiran 15 Daftar SKK
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Derasnya arus modernisme di era globalisasi ini telah menyebabkan
manusia terseret dalam pusaran materialisme dan rasionalisme yang sekaligus
menyebabkan manusia terlepas dari nilai-nilai spiritual. Padahal sesungguhnya
esensi dari penciptaan manusia sebagaimana firman Allah dalam surat adz-Dzariyat
ayat 56 yaitu hanya untuk beribadah kepada Allah yang semakin menandaskan
bahwa penciptaan manusia tentulah sangat sarat dengan dimensi spiritual.
Hal ini menegaskan bahwa jika manusia telah tercerabut dari dimensi
spiritual, sesungguhnya manusia tengah meluncur menuju kehancuran dan
kesengsaraan. Kehampaan spiritual hanya akan mengantarkan manusia pada
makom kehinaan sebagaimana binatang bahkan lebih hina dari binatang. (Sastra,
2014: 4).
Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik, dan menjauhi
perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut ditentukan dalam al-Qur’an.
Karena al-Quran adalah firman Allah maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap
muslim (Alfat, 2002: 65). Ajaran Islam yang menjadi dasar tumpuan kekuatan umat
Islam inilah yang menjadi satu-satunya alasan mengapa umat Islam terus eksis dan
bergerak menuju kemajuannya.
Upaya mengajarkan ajaran Islam ini perlu dilakukan dengan
dengan berbagai muatan materi-materi pendidikan agama Islam yang diajarkan di
dalamnya.
Akidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan agama
Islam (PAI) yang diajarkan di sekolah atau madrasah diharapkan dapat mencetak
peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta memiliki akhlak
yang mulia dalam rangka membekali peserta didik menghadapi derasnya arus
modernisme di era globalisasi ini. Ketiga hal inilah yang harus selalu ditekankan
kepada peserta didik dalam setiap proses pembelajaran mata pelajaran akidah
akhlak yang tujuannya adalah membentengi peserta didik dari hal-hal yang merusak
(destruktif).
Tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran akidah akhlak adalah
bagaimana mengimplementasikannya, bukan hanya mengajarkan tentang
pengetahuan agama saja akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar
memiliki kualitas iman, takwa dan akhlak mulia (Suryawati, 2006: 310).
Lebih jauh daripada itu guru bukan hanya berperan sebagai transfer of
knowledge tetapi tugas subtansial dari seorang guru adalah bagaimana mampu
untuk menginternalisasi nilai-nilai luhur dalam materi pembelajaran tersebut
kepada peserta didik yang akan diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari,
terlebih khusus adalah guru mata pelajaran akidah akhlak.
Dalam proses pembelajaran guru bukan hanya sebagai pihak yang aktif
dalam menyampaikan materi pembelajaran atau dengan kata lain guru bukan
satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik. Antara guru dan peserta didik diharapkan
Inilah persoalan-persoalan yang seringkali muncul dalam proses
pembelajaran di sekolah yang mengakibatkan upaya transfer of knowledge dan
impelementasinya dalam kehidupan peserta didik menjadi kurang efektif bisa
dilakukan dan dirasakan hasilnya. Kurangnya kreatifitas guru dalam menerapkan
berbagai metode pembelajaran disertai dengan kondisi peserta didik yang beragam
menjadi persoalan tersendiri yang seolah selalu terulang.
Selain itu metode yang digunakan oleh guru masih sangat sederhana seperti
menjelaskan pelajaran hanya dengan berceramah di depan kelas. Tentu saja peserta
didik akan cenderung bosan dalam mengikuti pembelajaran. Diskusi kelompok
yang dilakukan pun cenderung masih sangat sederhana, peserta didik yang bisa
mengungkapkan hasil diskusi kelompoknya hanyalah peserta didik yang pandai dan
yang lainnya masih ikut-ikutan. Media yang digunakan guru masih sangat
sederhana, hanya menggunakan buku paket. Jadi peserta didik hanya terpaku pada
buku pelajaran.
Materi ashabul kahfi merupakan pokok bahasan yang diajarkan pada peserta
didik kelas VII MTs. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan wali kelas VII
B dan guru pengampu mata pelajaran akidah akhlak pada tanggal 21 Juli 2017 hasil
belajar peserta didik pada pokok bahasan tersebut kurang memuaskan. Peserta didik
masih banyak yang kesulitan memahami tentang sejarah ashabul kahfi secara
sistematis dan mengingat dalil-dalil yang berkaitan dengan materi ashabul kahfi
serta menyebutkan contoh-contoh keteladannya secara lengkap dan jelas. Peserta
didik yang aktif hanya peserta didik yang pandai saja. Selain itu nilai peserta didik
memenuhinya. KKM untuk mata pelajaran akidah akhlak di MTs Amal Sholeh
sumogawe kecamatan Getasan adalah 75. Nilai rata-rata dalam kelas tersebut
adalah 58,2.
Berdasarkan pada permasalahan tersebut sudah seharusnya guru melakukan
berbagai perbaikan dan perubahan gaya mengajar kepada peserta didik. Salah satu
hal yang bisa dilakukan adalah melalui pembelajaran kooperatif tipe Number Head
Together. Melalui pembelajaran kooperatif inilah akan membantu mempermudah
pemahaman. Menurut Roger dalam Huda (2013: 29) pembelajaran kooperatif
merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip
bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di
antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar
bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan
pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Menurut Suprijono (2013: 58) pembelajaran kooperatif tidak sama dengan
sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Unsur- unsur tersebut antara lain saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individu, interaksi promotif, komunikasi antar anggota dan pemprosesan kelompok.
Number Head Together (NHT) atau penomoran kepala merupakan varian
dari pembelajaran kooperatif. NHT dirancang untuk melibatkan lebih banyak
peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2009: 82).
didik, hal ini dikarenakan semua peserta didik akan selalu dalam kondisi siap dalam
pembelajaran.
Ditambah dengan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran,
peserta didik akan lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran di kelas. Menurut
Rusman (2012: 184) media pembelajaran berbasis audio visual adalah media
penyaluran pesan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat judul
penelitian “PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK
MATERI ASHABUL KAHFI MELALUI METODE NUMBER HEAD
TOGETHER (NHT) BERBANTU MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII B DI MTS AMAL SHOLEH SUMOGAWE
KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan Metode Number
Head Together (NHT) Berbantu media audio visual dapat meningkatkan hasil
belajar aqidah akhlak materi ashabul kahfi pada Peserta didik Kelas VII B MTs
Amal Sholeh Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2017?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian disesuaikan dengan rumusan masalah yang
sudah disebutkan di atas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Sumogawe Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang 2017 melalui penerapan
metode NHT (Numbered Head Together ) berbantu media audio visual.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau
referensi dalam penelitian-penelitian yang terbaru, khususnya penerapan
metode NHT (Number Head Together ) berbantu media audio visual.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Temuan-temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan oleh guru dalam merancang dan melaksanakan progam
pembelajaran dengan menggunakan alternatif model pembelajaran.
2) Memberikan pengalaman langsung kepada guru untuk
mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe Number
Head Together dalam upaya meningkatkan hasil belajar akidah akhlak
peserta didik.
b. Bagi Peserta didik
1) Melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Number Head Together dapat menumbuhkan suasana belajar yang
menyenangkan sehingga menghilangkan rasa jenuh dan bosan yang
2) Membangun interaksi yang baik antar peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran di kelas sehingga peserta didik turut serta dan berperan
aktif dalam proses pembelajaran.
c. Bagi sekolah
Diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang inovatif di sekolah serta menciptakan peserta didik
yang berkualitas.
d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi
peneliti lain dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Number Head Together pada materi maupun mata pelajaran yang lain.
E. Definisi Operasional
Untuk menjelaskan judul penelitian ini, maka akan kami berikan penjelasan
beberapa istilah dalam penulisan penelitian ini. Istilah- istilah yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (1990: 21), “Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Dalam
hal ini, untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dengan menggunakan
lembar tes formatif dan lembar observasi peserta didik untuk mengamati proses
2. Akidah Akhlak
Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008
Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar isi Pendidikan Agama Islam
dan Bahasa Arab di Madrasah Akidah Akhlak adalah salah satu pelajaran PAI
yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari
peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut
dilakukan dengan cara mempelajari rukun iman mulai iman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai
iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli,
serta pemahaman dan penghayatan al-asma’ al-husna dengan menunjukkan
ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial
serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Ashabul Kahfi
Ashabul kahfi adalah tujuh pemuda yang mendapat petunjuk dan beriman
kepada Allah, mereka menyelamatkan iman dan tauhid pada Allah SWT dengan
cara melarikan diri dari kekejaman raja Diqyanus yang memaksanya untuk
menyembahnya dan menyembah berhala-berhala di lingkungan istananya. Lalu
nantinya mereka tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun (Ma’mun, 2016:
118).
4. Metode Number Head Together (NHT)
Number Head Together (NHT) yaitu belajar mengajar kepala bernomor. Teknik
kesempatan kepada peserta didik untuk saling sharing ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Huda, 2013: 138).
5.-Audio Visual
Media pembelajaran berbasis audio-visual adalah media penyaluran pesan
dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan (Rusman, 2012:
184).
F. Metodologi penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK
merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi
sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang
dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerja sama para
peneliti, praktisi, dan orang awam (Burns, 1999 dalam bukunya Kusnandar
2011: 44).
PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan
melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan
pembelajaran (Arikunto, 2008: 105). Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan,
sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional, mengembangkan
keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan efisiensi
pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada
PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus
berulang. Empat kegiatan yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut
(Arikunto, 2008: 74).
Gambar 1.1 Skema siklus Penelitian menurut Arikunto (2006:16).
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah peserta didik kelas VII B
MTs Amal Sholeh Sumogawe kecamatan Getasan dengan jumlah keseluruhan
16 peserta didik yang keseluruhannya adalah perempuan. Peneliti
menggunakan pola kolaboratif yaitu peneliti sebagai pengamat dan guru yang
melaksanakannya. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester 1 tahun
Pelajaran 2017/2018.
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan Perencanaan
Refleksi Refleksi
Pelaksanaan Pelaksanaan
SIKLUS I
3. Langkah- langkah penelitian
Menurut Kurt Lewin dalam bukunya Zainal Aqib (2006: 21) dalam
pelaksanaan PTK mencakup empat langkah yaitu:
a. Perencanaan
1) Menyiapkan RPP Akidah Akhlak dengan menerapkan metode number
head together pada mata pelajaran akidah akhlak.
2) Menyiapkan fasilitas dan sarana yang digunakan dalam pembelajaran.
3) Menyiapkan soal sebagai tes tertulis.
4) Mempersiapkan instrument penilaian.
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam tahap ini peneliti bersama guru melaksanakan satuan
perencanaan tindakan yang telah tertulis di RPP akidah akhlak yang terdiri
dari tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
c. Pengamatan
Pada bagian pengamatan peneliti bersama guru melakukan
pengamatan yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan.
Tujuan pengamatan ini untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar
dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.
d. Refleksi
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan, dan pengamatan peneliti
bersama guru kelas melakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan
pembelajaran yang dilakukan melalui metode Number Head Together
(NHT).
4. Instrumen penilaian
a. Tes tertulis
Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Number
Head Together (NHT) dalam mata pelajaran akidah akhlak.
b. Lembar observasi
Alat yang digunakan dalam mengobservasi yaitu pedoman observasi.
Pedoman observasi ini berisikan catatan lapangan yang mendiskripsikan
proses kegiatan pembelajaran dan kemampuan peserta didik setelah peserta
didik melakukan kegiatan pembelajaran dengan media audio visualdi
samping itu juga observer mendokumentasikan dengan foto- foto serta
mencatat proses pembelajaran untuk mendapatkan data tentang aktivitas
peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
5. Pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan
metode sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui
pengamatan dan pencatatan secara sistematis. Metode ini digunakan untuk
mengetahui tingkat kelemahan dan kelebihan dalam pembelajaran berkaitan
meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran akidah
akhlak.
b. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik pada
mata pelajaran akidah akhlak materi ashabul kahfi.
c. Dokumentasi
Dalam hal ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh gambaran
mengenai kegiatan peserta didik kelas VII B MTs Amal Sholeh selama
proses pembelajaran akidah akhlak berlangsung. Dokumentasi berupa
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), jumlah guru dan peserta
didik, alat atau media yang digunakan, nilai peserta didik sebelum dan
sesudah penelitian, foto, dan lain sebagainya yang dianggap penting.
6. Analisis Data
Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis data yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan hasil data pengamatan dan tes
b. Menentukan kriteria nilai (75-100 tuntas dan 0-74 tidak tuntas)
c. Data keaktifan peserta didik diambil dari keaktifan peserta didik, ketika
pembelajaran, kemudian dianalisis dan dicari rata-rata menggunakan
rumus.
d. Hasil belajar dianalisis dengan membandingkan tes antar siklus. Nilai per
tes untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan metode number head
Menurut Djamarah (2000: 264) metode analisis dihitung menggunakan
statistik sederhana yaitu untuk mengetahui rata-rata dari hasil data observasi
maka dirumuskan:
M = ∑× 𝑁
Keterangan
M = nilai rata-rata
∑× = jumlah semua nilai peserta didik
N = jumlah peserta didik (Djamarah, 2000: 264).
G. Indikator Keberhasilan
Penggunaan metode Number Head Together (NHT) dikatakan berhasil
apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikator yang
dirumuskan peneliti adalah:
a. Secara Individu
Peserta didik diharapkan dapat mencapai skor ≥ 75 pada materi ashabul
kahfi.
b. Secara Klasikal
Presentase 85% sebanyak dari total peserta didik dalam satu kelas mendapat
nilai ≥ 75.
H. Sistematika penulisan
Dalam skripsi ini penulis membagi lima bab yang saling berkaitan, yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Bagian Awal
Bagian awal skripsi mencakup tentang sampul, lembar berlogo, halaman
judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, moto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, daftar lampiran.
2. Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
E. Definisi Operasional
F. Metodologi Penelitian
1. Rancangan Penelitian
2. Subjek Penelitian
3. Langkah-langkah Penelitian
4. Instrumen Penelitian
5. Pengumpulan Data
6. Analisis Data
G. Indikator Keberhasilan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
2. Klasifikasi Hasil Belajar
3. Penilaian Hasil Belajar
B. Akidah Akhlak
1. Ashabul Kahfi
C. Model Number Head Together (NHT)
1. Definisi Number Head Together (NHT)
2. Langkah-langkah Pembelajaran Number Head Together (NHT)
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Number Head Together (NHT)
D. Audio Visual
1. Pengertian Audio Visual
2. Fungsi dan Nilai Pokok Audio Visual
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi pelaksanaan penelitian prasiklus
B. Deskripsi pelaksanaan penelitian siklus I
C. Deskripsi pelaksanaan penelitian siklus II
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Berisi uraian hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
3. Bagian Akhir
Bagian akhir mencakup daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa
keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman
yang diperoleh (Sam’s, 2010: 30). Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam
Sopiatin (2011: 63-63) mengemukakan, bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik sangat erat
kaitannya dengan belajar dan rumusan tujuan instruksional yang
direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula oleh guru sebagai
perancang belajar mengajar. Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai
hasil dari pengalaman atau tingkah laku.
Hasil belajar pada diri seseorang secara tidak langsung tampak tanpa
seseorang itu melakukan tindakan untuk memperlihatkan kemampuan yang
diperolehnya melalui belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang
mengakibatkan orang berubah dalam perilaku, sikap dan kemampuannya
(Sam’s, 2010: 34).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan pada diri peserta didik baik dalam aspek kognitif, afektif dan
2. Klasifikasi Hasil Belajar
Klasifikasi hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotorik (Sam’s, 2010: 37).
a. Ranah Kognitif
1) Pengetahuan: kemampuan mengingat apa yang sudah dipelajari.
2) Pemahaman: kemampuan mengangkat makna dari yang dipelajari.
3) Aplikasi: kemampuan untuk menggunakan hal yang sudah dipelajari
dalam situasi baru yang konkret.
4) Analisis: kemampuan untuk memerinci hal yang dipelajari ke dalam
unsur-unsurnya, supaya unsur organisasinya dimengerti.
5) Sintesis: kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian untuk
membentuk suatu kesatuan baru.
6) Evaluasi: kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu yang
dipelajari untuk suatu tujuan tertentu.
b. Ranah Afektif
1) Receiving attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsang dari luar yang datang kepada peserta didik dalam konteks
situasi dan gejala.
2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang
yang datangnya dari luar.
3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
4) Organisasi, yakni pengembangan atas nilai keadaan suatu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,
pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
5) Karakter nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki dan mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah laku seseorang.
c. Ranah Psikomotorik
1) Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan. Gerakan-gerakan skill mulai keterampilan sederhana
sampai keterampilan yang kompleks.
5) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive,
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif (Sopiatin, 2011: 66-68)
3. Penilaian Hasil Belajar
a. Pengertian Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu.
Hasil belajar peserta didik merupakan objek yang akan dinilai,
sedangkan hasil belajar peserta didik mencakup aspek kognitif, afektif
b. Fungsi dan Tujuan Penilaian
1) Fungsi Penilaian
a) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.
b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik
kepada para orang tuanya (Sudjana, 2009: 3-4)
2) Tujuan Penilaian
a) Mendeskripsikan kecakapan belajar para peserta didik sehingga
dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai
bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
b) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah, yakni seberapa jauh keaktifannya dalam mengubah
tingkah laku para peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang
diharapkan.
c) Menentukan tindak lanjut hasil penelitian, yakni melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan
dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya.
d) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak
sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan (pemerintah,
masyarakat, orang tua peserta didik) (Sudjana, 2009: 4).
c. Jenis dan Sistem Penilaian
Menurut Djamarah (2006: 106) berdasarkan tujuan dan ruang
1) Penilaian Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut.
Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2) Penilaian Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran daya serap peserta didik untuk
meningkatkan tingkat prestasi belajar peserta didik. Hasil tes
subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapot.
3) Penilaian Sumatif
Tes ini dijadikan untuk mengukur daya serap siwa terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester,
satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan
tingkat atau taraf keberhasilan belajar peserta didik dalam suatu
periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan
untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai
B. Akidah Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut
bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat dan agama. Kata akhlak lebih luas artinya
daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab
akhlak meliputi segi-segi kejiawaan dari tingkah laku batiniah dan lahiriah
seseorang (Rosihon, 2010: 12)
Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga
Rasulullah Saw pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlak yang baik.
Kepentingan akhlak dalam kehidupan manusia dinyatakan dengan jelas dalam
Al-Qur’an sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang jelas.
Pendekatan Al-Qur’an dalam menerangkan akhlak yang mulia,bukan
pendekatan teoritikal, melainkan dalam bentuk konseptual dan penghayatan.
Akhlak mulia dan akhlak buruk digambarkan dalam perwatakan manusia
semasa Al-Qur’an diturunkan (Rosihon, 2010: 21).
Sedangkan akidah akhlak sebagai mata pelajaran, Menurut Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
di Madrasah, Akidah Akhlak adalah salah satu pelajaran PAI yang merupakan
peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari peserta didik di
Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan
dengan cara mempelajari rukun iman mulai imana kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai iman
pemahaman dan penghayatan al-asma’ al-husna dengan menunjukkan
ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial
serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari.
1. Ashabul Kahfi
Ashabul kahfi adalah 7 pemuda yang mendapatkan petunjuk dan
beriman kepada Allah, mereka menyelamatkan iman dan tauhid pada Allah
SWT dengan cara melarikan diri dari kekejaman raja Diqyanus yang
memaksanya untuk menyembahnya dan menyembah berhala-berhala di
ligkungan istananya. Lalu nantinya mereka tertidur lelap dalam gua selama
309 tahun.
Banyak yang berpendapat lokasi gua terdapat di Yordania di
perkampungan Al-Rajib atau dala, bahasa Al-Qur’an disebut Al-Raqim,
yang berjarak 1,5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman – Yordania.
Raja Abdullah II (Raja Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di
muka gua ashabul kahfi masjid dan ma’had yang diberi nama “Masjid
Ashabul Kahfi”. Nama-nama pemuda ashabul kahfi adalah Maksalmina,
Martinus, Kastunus, Bairunus, Danimus, Yathbunus dan Thamlika adapun
anjingnya bernama Qithmir. Allah berfirman dalam surat al-Kahfi[18]:
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya.
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang berima kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. Dan kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata:
“Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (QS. Al-Kahfi[18]: 13-14)
Mulanya, Diqyanus ialah seorang penyembah berhala yang amat
fanatik. Ia menyebar mata-mata ke seluruh negeri Syam untuk mengetahui
orang-orang yang tidak menyembah berhala. Jika ia menemukan orang yang
tidak menyembah berhala seperti yang Diqyanus lakukan maka ia mereka
akan diseret ke hadapan Diqyanus. Mereka yang tidak menyembah berhala
akan diseret ke alun-alun yang dipenggal di sana. Diqyanus adalah manusia
dengan hati bagai batu. Ia tertawa lebar menyaksikan jerit dan tangisan
keluarga yang ditinggal dan disaksikan oleh penduduk Syam. Setiap kali
Kaisar Romawi mengabarkan bahwa ia sangat senang dengan
kepemimpinan Diqyanus. Maka, Diqyanus segera menggelar pesta besar.
Suatu hari Diqyanus, mengadakan pesta pernikahan besar. Ia
mengundang seluruh rakyatnya untuk hadir tanpa terkecuali. Seluruh
penduduk diperintahkan agar menghias rumahnya dengan lampu-lampu
yang cantik. Hari yagn dinanti-nantikan itu pun tiba. Orang-orang
berkumpul di sekitar istana yang dikelilingi sebuah parit yang sangat lebar.
Mereka menari dan bernyanyi bersama. Sementara itu para menteri
memadati istana. Tidak lama kemudian muncullah Diqyanus dan mempelai
wanitanya yang disambut meriah dengan sorak tepuk tangan. Diqyanus
-tengah istana. Suasana menjadi senyap. Diqyanus menyembah berhala itu
lalu kemudian menyerahkan sesembahan lalu kembali bersujud pada patung
yang terbuat dari emas itu. Ia kemudian duduk dalam singgasananya.
Menyaksikan para menteri dan rakyatnya yang silih berganti menyembah
berhala. Tiba-tiba Diqyanus terlihat gugup dan gelisah. Dan berkata:
“menteri, mana Martinus dan Nairawis? Tanpa mereka sadari Martinus dan
Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal Martinus dan
Nairawis adalah dua orang dari ketujuh ashabul kahfi. Ketika Martinus
pulang ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya dengan wajah
merah padam. Martinus segera menghindar namun ayahnya menarik kerah
bajunya dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya
sewaktu berada di istana. Martinus kemudian mengurung diri di kamarnya,
menangis tersedu-sedu. Ia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri
bahkan oleh ayahnya sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas,
salah seorang menteri dari Diqyanus. Sedangkan, Nairawis ialah anak dari
menteri kepercayaan Diqyanus yaitu Kaludius.
Sementara itu, di rumah Maksalmina, seorang pengikut ajaran nabi Isa
AS, yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Diqyanus tiba-tiba
rumahnya diketuk. Maksalmina membukakan pintu. Ternyata yang ia temui
ialah Martinus, sahabat yang sepaham dengannya. Mereka berdialog dengan
peristiwa yang baru saja menimpa negerinya. Mereka berdua ialah
orang-orang yang kehilangan orang-orang yang mereka sayangi dari peristiwa tragis itu.
mereka adalah Nairawis, Dainamus. Dainamus ialah seorang pedagang
yang selalu tertindas dalam ketidakadilan oleh para pedagang besar
orang-orang Romawi. Mereka beremapat terlibat dalam pembicaraan yang serius.
Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk lari dari kota yang penuh
dengan kenistaan dan jauh dari tuhan.
Keesokan harinya terdengar kabar bahwa putra dari Diqyanus tewas
terbunuh di sungai. Pembunuhnya ialah Hawawi Narthusia seorang
pengikut nabi Isa AS. Ia segera ditangkap dan disiksa dihadapan Diqyanus.
Ketika sedang mengawasi penyiksaan ini. Mata-mata Diqyanus mengatakan
kepada Diqyanus, “Tuan, aku pernah melihat pemuda ini bersama Martinus
dan Nairawis beserta para pemuda lainnya. Aku khawatir mereka
bersekongkol menyiapkan rencana licik ini. Mereka menyebarkan bahwa
tuan adalah orang sesat karena menyembah berhala. Mereka juga
mengatakan bahwa anda kejam dan sewenang-wenang. Aku khawatir
mereka berusaha menggulingkan tuan dari jabatan terhormat ini”.
Mendengar perkataan ini, Diqyanus geram. “pergi dan tangkap
mereka sekarang juga, jangan kembali jika kau tidak berhasil
menangkapnya! Di antara para pejabat Diqyanus, ada yang simpati terhadap
nasib Martinus dan Nairawis. Kabar ini pun tersampaikan ke telingan
Martinus. Mereka berenam sepakat untuk melarikan diri ke negeri terdekat
Al-Raqim. Di sinilah cikap bakal pelarian pemuda ashabul kahfi dalam
henti-gua ini tampak menyeramkan sehingga siapa pun yang mendekati henti-gua ini,
akan terbesit ketakutan dan tak berani memasukinya. Ketujuh pemuda dan
seekor anjing ini akhirnya tertidur selama 309 tahun, dengan izin Allah
SWT. (QS. Al-Kahfi[18]: 25)
309 tahun berlalu dengan pemimpin yang silih berganti dan semuanya
ialah orang yang amat kejam. Hingga akhirnya Allah SWT menunjukkan
jalan. Negeri Syam kini dipimpin oleh seorang pengikut nabi Isa AS yang
memerintahkan rakyatnya agar menyembah Allah SWT dan
menghancurkan berhala. Ia juga berlaku adil dan sangat bijaksana. Negeri
Syam kini menjadi negeri yang makmur dan rakyanya terhindari dari
kemiskinan.
C. Number Head Together (NHT)
1. Definisi Number Head Together (NHT)
Menurut Trianto (2009: 82-83) NHT atau penomoran berfikir
bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif
terhadap struktur Kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan
Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi mata pelajaran tersebut.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Menurut Trianto (2009:82) dalam mengajukan pertanyaan kepada
a. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi peserta didik ke dalam kelompok 3-5
orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.
b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik.
c. Fase 3 : Berpikir bersama
Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu
dan meyakinkan tiap Anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian peserta didik
yang nomornya sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Menurut Hamdani dan Ratri (2013: 12) model Number Head
Together (NHT) mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu sebagai
berikut :
a. Kelebihan Number Head Together (NHT)
1) Setiap peserta didik menjadi siap semua.
2) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3) Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang
pandai
b. Kelemahan Number Head Together (NHT)
2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil guru.
D. Audio Visual
1. Pengertian Media Audio Visual
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah
kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar” (Arsyad, 1997:3).
Jadi, media merupakan teknologi yang digunakan sebagai perantara atau
pengantar dalam menyampaikan pelajaran kepada peserta didik untuk
mempercepat dan mempermudah pembelajaran.
b. Pengertian Audio visual
Media audio visualadalah media yang mempunyai unsur suara
dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih
baik, karena mempunyai kedua jenis media yang pertama dan kedua
(Djamarah, 2006: 120).
2. Jenis Media Audio Visual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik,
karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini
dibagi ke dalam:
a. Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar
b. Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara
dan gambar yang bergerak, seperti film suara dan video cassette
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Per-Siklus
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini berisi persiapan segala sesuatu yang berkaitan
dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari:
1) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
memuat seluruh proses kegiatan pembelajaran.
2) Menyiapkan perangkat/media video, lembar tes formatif yang
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada siklus I.
lembar observasi peserta didik untuk mengamati proses
pembelajaran dan kemampuan peserta didik. Lembar observasi guru
untuk mengetahui perkembangan guru dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Siklus 1 dilaksanakan pada hari senin tanggal 21 agustus 2017 dengan
materi ashabul kahfi. Pada siklus ini peneliti menggunakan metode
Number Head Together (NHT). Tahap-tahap yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi:
b) Guru mengucapakan salam dan mengajak peserta didik untuk
membaca doa bersama-sama
c) Guru membacakan absensi kehadiran peserta didik
d) Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif tentang hal-hal
yang berkaitan dengan materi ashabul kahfi yang diketahui
peserta didik.
e) Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan Inti
Eksplorasi:
a) Guru melakukan Tanya jawab kepada peserta didik tentang
kisah keteladanan ashabul kahfi
b) Guru menayangkan video tentang kisah ashabul kahfi
c) Guru melakukan tanya jawab tentang kisah ashabul kahfi dan
contoh-contoh keteladanannya.
d) Guru membagi peserta didik menjadi empat kelompok dan
meminta peserta didik untuk bergabung dengan kelompoknya
masing-masing.
e) Setiap peserta didik diberikan nomor.
Elaborasi:
a) Guru memberikan penjelasan tentang materi kisah keteladanan
ashabul kahfi.
b) Guru meminta peserta didik untuk berdiskusi dengan
c) Setiap kelompok harus memastikan setiap aggotanya
mengetahui jawabannya.
d) Setiap anggota kelompok diminta untuk bekerjasama
menyelesaian tugas dari guru sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan oleh guru.
e) Guru memantau setiap kelompok dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertanya apabila mendapatkan
kesulitan.
Konfirmasi:
a) Guru mengecek pemahaman peserta didik dengan memanggil
salah satu nomor secara acak dari salah satu kelompok.
b) Peserta didik yang ditunjuk maju ke depan untuk menjawab
pertanyaan, jawaban dari peserta didik yang ditunjuk merupakan
perwakilan dari jawaban kelompoknya.
c) Kelompok lain menanggapi, terutama yang memiliki nomor
yang sama dengan peserta didik yang maju ke depan.
d) Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik dengan
memberikan tanda bintang bagi kelompok yang menjawab
pertanyaan guru dengan betul.
3) Kegiatan Penutup
a) Guru bersama dengan peserta didik menyimpulkan materi yang
b) Guru memberikan umpan balik atau komentar mengenai proses
pembelajaran.
c) Guru memberikan penguatan dan motivasi kepada peserta didik.
d) Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.
c. Observasi
Tahap yang dilakukan setelah pelaksanaan adalah tahap observasi
atau pengamatan. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui selama
pelaksanaan pembelajaran secara langsung dilakukan observasi untuk
mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran menggunakan metode
NHT dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.
d. Refleksi
Hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa terdapat beberapa
hal yang mendukung dan menghambat proses pelaksanaan
pembelajaran aqidah akhlak dengan menggunakan metode Number
Head Together. Berikut penjelasannya :
1) Hal-hal yang mendukung kegiatan pembelajaran:
a) Guru jelas dalam pengucapan salam
b) Guru sudah cukup jelas dalam penyampaian tujuan
pembelajaran.
c) Penayangan video menjadi pemicu penyemangat dan minat bagi
peserta didik.
e) Penerapan metode pembelajaran Number Head Together (NHT)
sudah dapat diterapkan dalam pembelajaran.
f) Ruang kelas yang cukup luas memberikan kemudahan kepada
peserta didik dalam melakukan diskusi dan tidak terganggu oleh
kelompok lainnya.
g) Kondisi kelas yang nyaman dan jauh dari kebisingan kendaraan
karena terletak jauh dari jalan raya memungkinkan peserta didik
lebih mudah fokus pada materi.
2) Hal-hal yang menghambat kegiatan pembelajaran:
a) Kondisi kelas belum sepenuhnya dapat dikondisikan guru secara
baik.
b) Guru terlalu cepat dalam memberikan penjelasan kepada peserta
didik.
c) Upaya untuk memunculkan rasa keingintahuan dari peserta
didik belum maksimal dilakukan.
d) Suara guru kurang begitu keras sehingga peserta didik kurang
begitu merespon panggilan guru.
e) Dalam hal penyampaian kesimpulan peserta didik belum mampu
menyampaikan secara baik.
3) Ide perbaikan dalam kegiatan pembelajaran
a) Dalam rangkaian kegiatan pembelajaran guru harus mampu
b) Guru harus mampu mengupayakan peningkatan penguasaan
materi dan penjelasan.
c) Harus jelas dalam memberikan intruksi kepada peserta didik.
d) Perlu adanya upaya ketegasan dari guru kepada peserta didik
yang melakukan tindakan-tindakan yang tidak terkait dengan
kegiatan pembelajaran.
e) Guru harus mampu menarik rasa keingintahuan peserta didik
selama proses pembelajaran.
Dengan adanya masalah-masalah tersebut, maka peneliti akan
melakukan tindakan dari ide-ide perbaikan pada siklus II untuk
memperbaiki hasil belajar pada siklus I.
2. Siklus 2
Pelaksanaan siklus II, peneliti memberi arahan pada peserta didik
untuk lebih aktif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung agar
indikator pembelajaran tercapai. Beberapa tahap yang dilakukan peneliti
antara lain:
a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari:
1) Memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
memuat seluruh konsep kegiatan pembelajaran.
2) Menyiapkan lembar tes formatif yang bertujuan untuk mengetahui
3) Menyiapkan lembar observasi peserta didik untuk mengamati proses
kegiatan pembelajaran dan kemampuan peserta didik.
4) Lembar observasi guru untuk mengetahui perkembangan guru dalam
kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Siklus II dilaksanakan pada hari senin 28 Agustus 2017. Pada
siklus II ini peniliti berupaya untuk meningkatkan keaktifan peserta
didik dalam pembelajaran. Penjelasan secara rinci sebagai berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi:
a) Guru mengkondisikan peserta didik agar tidak ramai dan
memeriksa kerapian peserta didik.
b) Guru mengucapkan salam dan mengajak peserta didik untuk
berdoa bersama.
c) Guru membacakan absensi kehadiran peserta didik.
d) Guru bertanya kepada peserta didik tentang materi yang telah
dipelajari pada minggu lalu.
e) Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
Eksplorasi:
a) Guru melakukan Tanya jawab kepada peserta didik tentang
kisah keteladanan ashabul kahfi
c) Guru melakukan Tanya jawab tentang kisah ashabul kahfi dan
contoh-contoh keteladanannya.
d) Guru membagi peserta didik menjadi empat kelompok dan
meminta peserta didik untuk bergabung dengan kelompoknya
masing-masing.
Elaborasi
a) Guru memberikan penjelasan tentang materi kisah keteladanan
ashabul kahfi.
b) Guru meminta peserta didik untuk berdiskusi dengan
kelompoknya dan menyatukan pendapat dalam mengerjakan
soal yang diajukan guru.
c) Setiap kelompok harus memastikan setiap aggotanya
mengetahui jawabannya.
d) Setiap anggota kelompok diminta untuk bekerjasama
menyelesaian tugas dari guru sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan oleh guru.
e) Guru memantau setiap kelompok dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertanya apabila mendapatkan
kesulitan.
Konfirmasi
a) Guru mengecek pemahaman peserta didik dengan memanggil
b) Peserta didik yang ditunjuk maju ke depan untuk menjawab
pertanyaan, jawaban dari peserta didik yang ditunjuk merupakan
perwakilan dari jawaban kelompoknya.
c) Kelompok lain menanggapi, terutama yang memiliki nomor
yang sama dengan peserta didik yang maju ke depan.
d) Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik dengan
memberikan tanda bintang bagi kelompok yang menjawab
pertanyaan guru dengan betul.
3) Kegiatan Penutup
a) Guru bersama dengan peserta didik menyimpulkan materi yang
dipelajari.
b) Guru memberikan umpan balik atau komentar mengenai proses
pembelajaran.
c) Guru memberikan penguatan dan motivasi kepada peserta didik.
d) Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.
c. Observasi
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data mengenai hasil
belajar peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran melalui
metode Number Head Together (NHT). Aspek pengamatan dalam
penelitian siklus II ini sama dengan siklus I yaitu mencakup aspek
d. Refleksi
Setelah melakukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran pada
siklus II ini jumlah peserta didik yang memperhatikan semakin
meningkat jika dibandingkan dengan siklus yang sebelumnya, peserta
didik dapat memperhatikan materi dan mengikuti pembelajaran dengan
kondusif. Pada siklus II ini peneliti telah berhasil dalam meningkatkan
hasil belajar aqidah akhlak melalui metode Number Head Together
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, kondisi awal peserta
didik dalam kegiatan belajar mengajar masih menunjukkan lemahnya
pemahaman peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Kondisi awal
yang demikian inilah yang menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian
tindakan kelas pada peserta didik kelas VII B MTs Amal Sholeh,
Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Berdasarkan pengamatan kepada peserta didik sebelum melakukan
penelitian, menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik masih sangat
rendah dalam mata pelajaran Akidah Akhlak khususnya yang berkaitan
dengan materi ashabul kahfi ini. Hasil belajar peserta didik mata pelajaran
akidah akhlak sebelum dilakukan penelitian adalah sebagai berikut:
No NAMA NILAI
1 Siswa 1 75
2 Siswa 2 55
3 Siswa 3 45
4 Siswa 4 64
5 Siswa 5 70
6 Siswa 6 40
8 Siswa 8 39
9 Siswa 9 41
10 Siswa 10 47
11 Siswa 11 77
12 Siswa 12 78
13 Siswa 13 65
14 Siswa 14 76
15 Siswa 15 56
16 Siswa 16 72
Tabel 4.1 Data Nilai Sebelum Tindakan
Berdasarkan data nilai di atas dapat digambarkan dalam tabel
frekuensi berikut ini:
No Nilai Frekuensi Prosentase
1 91- 100 0 0
2 81- 90 0 0
3 71- 80 5 31%
4 61- 70 3 19%
5 51- 60 2 12%
6 41- 50 4 26%
7 31- 40 2 12%
8 21- 30 0 0
9 11- 20 0 0
Jumlah 16 100%
Rata-rata 58,2
Data di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4.1 Grafik Data frekuensi Sebelum Tindakan
Berdasarkan data hasil yang terlihat pada tabel 4.1 dapat diuraikan melalui
tabel keterangan berikut ini:
No Keterangan Hasil Awal
1. Nilai Terendah 39
2. Nilai Tertinggi 78
3. Nilai Rata- Rata Kelas 58,2
4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75
5. Jumlah Peserta didik yang Mencapai Nilai KKM 4
6. Jumlah Peserta didik yang Mendapat Nilai di Bawah
KKM 12
7. Prosentasi Peserta didik yang Mencapai KKM 25%
0 0
Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik
yang telah tuntas sebanyak empat peserta didik, sedangkan peserta didik
yang belum tuntas sebanyak 12 peserta didik (75%). Hasil ini membuktikan
masih rendahnya nilai ketuntasan hasil belajar yang tidak sesuai dengan
kriteria ketuntasan minimial (KKM) yang diharapkan. Data di atas menjadi
dasar dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode
Number Head Together di MTs Amal Sholeh, Sumogawe Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
a. Kegiatan Perencanaan Siklus I
Tahap perencanaan ini berisi mengenai persiapan segala sesuatu
yang berkaitan dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari: 1)
Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang
memuat sesluruh konsep kegiatan pembelajaran, 2) Menyiapkan
perangkat atau media pembelajaran berupa video, lembar tes formatif
yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada siklus
I. Lembar observasi peserta didik untuk mengamati proses pembelajaran
dan kemampuan peserta didik. Lembar observasi guru untuk
mengetahui perkembangan guru dalam pembelajaran.
b. Kegiatan Pembelajaran Siklus I
1) Pelaksanaan: Proses pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari
Senin 21 Agustus 2017.
3) Peserta didik yang hadir 16 anak (100%)
4) Media dan sumber pembelajaran : video ashabul kahfi dan Buku paket
Akidah akhlak.
5) Kegiatan pokok pembelajaran :
a) Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik tentang kisah
keteladanan ashabul kahfi yang diketahui oleh peserta didik.
b) Guru menayangkan video tentang kisah keteladanan ashabul
kahfi.
c) Guru melakukan Tanya jawab dengan peserta didik tentang kisah
keteladanan ashabul kahfi beserta contoh-contoh keteladannya.
d) Guru membagi peserta didik menjadi empat kelompok dan
meminta peserta didik untuk bergabung dengan kelompoknya
masing-masing.
e) Setiap peserta didik diberikan nomor.
f) Guru memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang materi
ashabul kahfi
g) Guru meminta peserta didik untuk melakukan diskusi bersama
kelompoknya dan menyatukan pendapat atau jawaban.
h) Setiap kelompok harus memastikan setiap anggota kelompok
mengetahui jawabannya.
i) Setiap anggota kelompok diminta untuk bekerjasama
menyelesaikan tugas dari guru sesuai dengan waktu yang
j) Guru memantau setiap kelompok dan mempersilahkan peserta
didik untuk bertanya jika ada kesulitan.
6) Metode yang diterapkan : Number Head Together
7) Evaluasi : setiap kelompok maju ke depan untuk membacakan hasil
diskusi.
c. Pendukung Pelaksanaan Siklus I
1) Guru sudah jelas dalam mengucapkan salam kepada peserta didik.
2) Guru cukup jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Penayangan video menjadi pemicu semangat dan minat bagi peserta
didik.
4) Guru sudah cukup baik dalam penguasaan materi pelajaran.
5) Penerapan metode Number Head Together (NHT) sudah dapat
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
6) Ruang kelas yang cukup luas memberikan kemudahan kepada siswa
dalam melakukan diskusi dan tidak terganggu oleh kelompok lain.
7) Kondisi kelas yang nyaman dan jauh dari kebisingan kendaraan
karena terletak jauh dari jalan raya memungkinkan peserta didik
lebih fokus dalam menerima materi pelajaran.
d. Penghambat Pelaksanaan Siklus I
1) Kondisi kelas belum dapat sepenuhnya dikondisikan dengan baik.
2) Guru terlalu cepat dalam memberikan penjelasan kepada peserta
3) Upaya untuk memunculkan rasa keingintahuan dari peserta didik
belum bisa maksimal dilakukan.
4) Suara guru kurang begitu keras sehingga peserta didik kurang begitu
merespon panggilan guru.
5) Dalam hal penyampaian kesimpulan peserta didik belum mampu
menyampaikan secara baik.
e. Hasil Evaluasi Siklus I
1) Hasil Pengamatan Terhadap Peserta Didik
Pada siklus I diperoleh dengan menggunakan lembar
observasi pada peserta didik dan tes formatif. Berikut adalah tabel
pengamatan terhadap peserta didik.
No Nama Siswa
Aspek yang di nilai
12. Siswa 12 √ √ √ 6
13 Siswa 13 √ √ √ 5
14 Siswa 14 √ √ √ 7
15 Siswa 15 √ √ √ 4
16 Siswa 16 √ √ √ 6
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Peserta Didik Siklus I
Keterangan:
Keaktifan
3 = aktif
2 = kurang aktif
1 = tidak aktif
Perhatian
3 = perhatian
2 = kurang perhatian
1 = tidak perhatian
Penguasaan materi
3 = menguasai
2 = kurang menguasai
1 = tidak menguasai
Data di atas menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik
yang terjadi pada siklus ini sudah cukup baik, namun dari hasil
pengamatan terdapat beberapa peserta didik yang masih belum bisa
aktif. Dalam mengajukan pertanyaan kepada guru, peserta didik
masih cenderung ragu-ragu atau takut, bahkan perhatian peserta