• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MATERI ASHABUL KAHFI MELALUI METODE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTU MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII B DI MTS AMAL SHOLEH SUMOGAWE KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017. - Test Repositor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MATERI ASHABUL KAHFI MELALUI METODE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTU MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII B DI MTS AMAL SHOLEH SUMOGAWE KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017. - Test Repositor"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK

MATERI ASHABUL KAHFI MELALUI METODE

NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTU MEDIA

AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII B

DI MTS AMAL SHOLEH SUMOGAWE KECAMATAN

GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017

SKRIPSI

Disusun untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Edy Setiawan

NIM : 111-13-230

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

“Tidak ada istilah cuti dalam berjuang”

(KH. Mad Rodja Sukarta)

“A negative mind will never give you a positive life”

(The BBM Channel)

“Jika ada yang harus engkau tumbangkan ialah segala bentuk pohon-pohon

kedzaliman”

(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamiin atas nikmat-Nya yang begitu agung serta

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini telah selesai. Teriring sholawat dan salam

teruntuk baginda Rasulullah SAW. Dengan terselesaikannya skripsi ini maka saya

persembahkan kepada:

1. Kedua orangtuaku (Ngatmin Kiswanto dan Sutiyem) beserta keluarga yang

sangat saya cintai yang telah mencurahkan segenap dukungan, kasih

sayang, serta doa yang senantiasa menjadi penyemangat kepada penulis

dalam melangkah menapaki setiap jengkal kehidupan ini.

2. Kedua adikku Dewi Hartanti dan Annisa Nurvila Sari yang selalu

mendo’akan, mendukung dan memberikan semangat.

3. Teruntuk Siti Nur Hanifah yang tidak pernah lelah dalam mendukungku

dalam segala keadaan, baik suka maupun duka.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan sebagai bentuk rasa syukur

kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang

tiada henti. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MATERI

ASHABUL KAHFI MELALUI METODE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)

BERBANTU MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII B

DI MTS AMAL SHOLEH SUMOGAWE KECAMATAN GETASAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017. Penulisan skripsi ini tidak akan dapat

terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima

kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi,M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi,M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati,M.Ag, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI).

4. Bapak. Dr. Winarno,S.Si.,M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah

dengan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk

(9)
(10)

ABSTRAK

Setiawan, Edy. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Materi Ashabul Kahfi Melalui Metode Number Head Together (NHT) berbantu media Audio Visual Pada Peserta Didik Kelas VII B di MTs Amal Sholeh Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2017. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga Pembimbing Dr. Winarno,S.Si.,M.Pd.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Akidah Akhlak, Ashabul Kahfi, Metode Number Head Together (NHT), Audio Visual.

Hasil belajar yang diperoleh peserta didik kelas VII B MTs Amal Sholeh Sumogawe Kecamatan Getasan Tahun Pelajaran 2017/2018 pada materi pelajaran Akidah Akhlak nilai rata-ratanya masih rendah, nilai rata-rata kelas hanya mencapai 58,20 sedangkan nilai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Hal ini disebabkan dalam hal menyampaikan pelajaran akidah akhlak, guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah dan kurang melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan metode Number Head Together (NHT) dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar Akidah Akhlak. Metode ini mengarahkan kepada pemahaman siswa pada pembelajaran aktif (active learning) yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran agar siswa lebih mampu memahami materi, dan kegiatan belajar Akidah Akhlak menjadi lebih menyenangkan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan langkah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan dengan dua siklus. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII B MTs Amal Sholeh Tahun 2017 yang berjumlah 16 peserta didik yang keseluruhannya adalah perempuan. Obyek penelitian ini adalah hasil belajar akidah akhlak pada materi ashabul kahfi melalui metode number head together yang berbantu media audio visual. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes, dokumentasi dan observasi terhadap guru. Hasil tes dianalisis dengan statistik deskriptif.

(11)
(12)

rata-DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN BERLOGO ……… ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ……… iii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………. v

MOTTO ………. vi

PERSEMBAHAN ………. vii

KATA PENGANTAR ………... viii

ABSTRAK ………. x

DAFTAR ISI ……….. xi

DAFTAR TABEL ……….. xiv

DAFTAR GAMBAR ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ………. 5

C. Tujuan Penelitian ……….. 5

D. Manfaat Penelitian ……… 6

(13)

F. Metodologi Penelitian ……….. 9

G. Indikator Keberhasilan ………. 14

H. Sistematika Penulisan ……….. 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ………. 18

1. Pengertian Hasil Belajar ………. 18

2. Klasifikasi Hasil Belajar ………. 19

3. Penilaian Hasil Belajar ………... 20

a. Pengertian Penilaian Hasil Belajar ………... 20

b. Fungsi dan Tujuan Penelitian ………... 21

c. Jenis dan Sistem Penilaian ……… 21

B. Akidah Akhlak ……….. 23

1. Ashabul Kahfi ………. 24

C. Number Head Together (NHT) ………. 28

1. Definisi Number Head Together (NHT) ……… 28

2. Langkah-langkah Pembelajaran Number Head Together (NHT) ………. 28

3. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Number Head Together (NHT) ……….. 29

D. Audio Visual ………... 30

1. Pengertian Media Audio Visual ……….... 30

(14)

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Per Siklus ………. 32

1. Siklus 1 ……….. 32

2. Siklus 2 ……….. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 42

1. Kondisi Awal ……….. 42

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 ……….. 45

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2 ……….. 54

B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 65

B. Saran ………. 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Nilai Sebelum Tindakan ………... 43

Tabel 4.2 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan ……… 43

Tabel 4.3 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan ……….. 44

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan terhadap Peserta Didik Siklus I ………... 49

Tabel 4.5 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus I ……… 50

Tabel 4.6 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I …………... 51

Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus I ……….. 52

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan terhadap Peserta Didik Siklus II ……….. 57

Tabel 4.9 Data Nilai Peserta Didik Siklus II ………. 58

Tabel 4.10 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II ……….. 59

Tabel 4.11 Data Hasil Pengamatan Guru pada Siklus II ………. 60

Tabel 4.12 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I ………. 62

Tabel 4.13 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II ………... 63

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian Menurut Arikunto ………. 10

Gambar 4.1 Grafik Data Frekuensi Sebelum Tindakan ………... 44

Gambar 4.2 Grafik Data Frekuensi Nilai Peserta Didik Siklus I …………. 52

Gambar 4.3 Grafik Data Frekuensi Nilai Peserta Didik Siklus II ………… 60

Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Rata-rata Nilai Kelas Hasil Belajar Mata

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I

Lampiran 2 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II

Lampiran 3 Hasil Pengamatan Peserta Didik Siklus I

Lampiran 4 Hasil pengamatan Peserta Didik Siklus II

Lampiran 5 Hasil Pengamatan Guru Siklus I

Lampiran 6 Hasil Pengamatan Guru Siklus II

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

Lampiran 9 Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I

Lampiran 10 Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II

Lampiran 11 Gambaran Umum Kondisi MTs Amal Sholeh

Lampiran 12 Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 13 Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 14 Lembar Konsultasi Pembimbing

Lampiran 15 Daftar SKK

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Derasnya arus modernisme di era globalisasi ini telah menyebabkan

manusia terseret dalam pusaran materialisme dan rasionalisme yang sekaligus

menyebabkan manusia terlepas dari nilai-nilai spiritual. Padahal sesungguhnya

esensi dari penciptaan manusia sebagaimana firman Allah dalam surat adz-Dzariyat

ayat 56 yaitu hanya untuk beribadah kepada Allah yang semakin menandaskan

bahwa penciptaan manusia tentulah sangat sarat dengan dimensi spiritual.

Hal ini menegaskan bahwa jika manusia telah tercerabut dari dimensi

spiritual, sesungguhnya manusia tengah meluncur menuju kehancuran dan

kesengsaraan. Kehampaan spiritual hanya akan mengantarkan manusia pada

makom kehinaan sebagaimana binatang bahkan lebih hina dari binatang. (Sastra,

2014: 4).

Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik, dan menjauhi

perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut ditentukan dalam al-Qur’an.

Karena al-Quran adalah firman Allah maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap

muslim (Alfat, 2002: 65). Ajaran Islam yang menjadi dasar tumpuan kekuatan umat

Islam inilah yang menjadi satu-satunya alasan mengapa umat Islam terus eksis dan

bergerak menuju kemajuannya.

Upaya mengajarkan ajaran Islam ini perlu dilakukan dengan

(19)

dengan berbagai muatan materi-materi pendidikan agama Islam yang diajarkan di

dalamnya.

Akidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan agama

Islam (PAI) yang diajarkan di sekolah atau madrasah diharapkan dapat mencetak

peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta memiliki akhlak

yang mulia dalam rangka membekali peserta didik menghadapi derasnya arus

modernisme di era globalisasi ini. Ketiga hal inilah yang harus selalu ditekankan

kepada peserta didik dalam setiap proses pembelajaran mata pelajaran akidah

akhlak yang tujuannya adalah membentengi peserta didik dari hal-hal yang merusak

(destruktif).

Tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran akidah akhlak adalah

bagaimana mengimplementasikannya, bukan hanya mengajarkan tentang

pengetahuan agama saja akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar

memiliki kualitas iman, takwa dan akhlak mulia (Suryawati, 2006: 310).

Lebih jauh daripada itu guru bukan hanya berperan sebagai transfer of

knowledge tetapi tugas subtansial dari seorang guru adalah bagaimana mampu

untuk menginternalisasi nilai-nilai luhur dalam materi pembelajaran tersebut

kepada peserta didik yang akan diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari,

terlebih khusus adalah guru mata pelajaran akidah akhlak.

Dalam proses pembelajaran guru bukan hanya sebagai pihak yang aktif

dalam menyampaikan materi pembelajaran atau dengan kata lain guru bukan

satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik. Antara guru dan peserta didik diharapkan

(20)

Inilah persoalan-persoalan yang seringkali muncul dalam proses

pembelajaran di sekolah yang mengakibatkan upaya transfer of knowledge dan

impelementasinya dalam kehidupan peserta didik menjadi kurang efektif bisa

dilakukan dan dirasakan hasilnya. Kurangnya kreatifitas guru dalam menerapkan

berbagai metode pembelajaran disertai dengan kondisi peserta didik yang beragam

menjadi persoalan tersendiri yang seolah selalu terulang.

Selain itu metode yang digunakan oleh guru masih sangat sederhana seperti

menjelaskan pelajaran hanya dengan berceramah di depan kelas. Tentu saja peserta

didik akan cenderung bosan dalam mengikuti pembelajaran. Diskusi kelompok

yang dilakukan pun cenderung masih sangat sederhana, peserta didik yang bisa

mengungkapkan hasil diskusi kelompoknya hanyalah peserta didik yang pandai dan

yang lainnya masih ikut-ikutan. Media yang digunakan guru masih sangat

sederhana, hanya menggunakan buku paket. Jadi peserta didik hanya terpaku pada

buku pelajaran.

Materi ashabul kahfi merupakan pokok bahasan yang diajarkan pada peserta

didik kelas VII MTs. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan wali kelas VII

B dan guru pengampu mata pelajaran akidah akhlak pada tanggal 21 Juli 2017 hasil

belajar peserta didik pada pokok bahasan tersebut kurang memuaskan. Peserta didik

masih banyak yang kesulitan memahami tentang sejarah ashabul kahfi secara

sistematis dan mengingat dalil-dalil yang berkaitan dengan materi ashabul kahfi

serta menyebutkan contoh-contoh keteladannya secara lengkap dan jelas. Peserta

didik yang aktif hanya peserta didik yang pandai saja. Selain itu nilai peserta didik

(21)

memenuhinya. KKM untuk mata pelajaran akidah akhlak di MTs Amal Sholeh

sumogawe kecamatan Getasan adalah 75. Nilai rata-rata dalam kelas tersebut

adalah 58,2.

Berdasarkan pada permasalahan tersebut sudah seharusnya guru melakukan

berbagai perbaikan dan perubahan gaya mengajar kepada peserta didik. Salah satu

hal yang bisa dilakukan adalah melalui pembelajaran kooperatif tipe Number Head

Together. Melalui pembelajaran kooperatif inilah akan membantu mempermudah

pemahaman. Menurut Roger dalam Huda (2013: 29) pembelajaran kooperatif

merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip

bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di

antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar

bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan

pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Menurut Suprijono (2013: 58) pembelajaran kooperatif tidak sama dengan

sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif

yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Unsur- unsur tersebut antara lain saling ketergantungan positif, tanggung jawab

individu, interaksi promotif, komunikasi antar anggota dan pemprosesan kelompok.

Number Head Together (NHT) atau penomoran kepala merupakan varian

dari pembelajaran kooperatif. NHT dirancang untuk melibatkan lebih banyak

peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2009: 82).

(22)

didik, hal ini dikarenakan semua peserta didik akan selalu dalam kondisi siap dalam

pembelajaran.

Ditambah dengan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran,

peserta didik akan lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran di kelas. Menurut

Rusman (2012: 184) media pembelajaran berbasis audio visual adalah media

penyaluran pesan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat judul

penelitian “PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK

MATERI ASHABUL KAHFI MELALUI METODE NUMBER HEAD

TOGETHER (NHT) BERBANTU MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII B DI MTS AMAL SHOLEH SUMOGAWE

KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan Metode Number

Head Together (NHT) Berbantu media audio visual dapat meningkatkan hasil

belajar aqidah akhlak materi ashabul kahfi pada Peserta didik Kelas VII B MTs

Amal Sholeh Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2017?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian disesuaikan dengan rumusan masalah yang

sudah disebutkan di atas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

(23)

Sumogawe Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang 2017 melalui penerapan

metode NHT (Numbered Head Together ) berbantu media audio visual.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau

referensi dalam penelitian-penelitian yang terbaru, khususnya penerapan

metode NHT (Number Head Together ) berbantu media audio visual.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Temuan-temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan oleh guru dalam merancang dan melaksanakan progam

pembelajaran dengan menggunakan alternatif model pembelajaran.

2) Memberikan pengalaman langsung kepada guru untuk

mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe Number

Head Together dalam upaya meningkatkan hasil belajar akidah akhlak

peserta didik.

b. Bagi Peserta didik

1) Melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Number Head Together dapat menumbuhkan suasana belajar yang

menyenangkan sehingga menghilangkan rasa jenuh dan bosan yang

(24)

2) Membangun interaksi yang baik antar peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran di kelas sehingga peserta didik turut serta dan berperan

aktif dalam proses pembelajaran.

c. Bagi sekolah

Diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses

pembelajaran yang inovatif di sekolah serta menciptakan peserta didik

yang berkualitas.

d. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi

peneliti lain dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Number Head Together pada materi maupun mata pelajaran yang lain.

E. Definisi Operasional

Untuk menjelaskan judul penelitian ini, maka akan kami berikan penjelasan

beberapa istilah dalam penulisan penelitian ini. Istilah- istilah yang dimaksud

adalah sebagai berikut :

1. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (1990: 21), “Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Dalam

hal ini, untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dengan menggunakan

lembar tes formatif dan lembar observasi peserta didik untuk mengamati proses

(25)

2. Akidah Akhlak

Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008

Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar isi Pendidikan Agama Islam

dan Bahasa Arab di Madrasah Akidah Akhlak adalah salah satu pelajaran PAI

yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari

peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut

dilakukan dengan cara mempelajari rukun iman mulai iman kepada Allah,

malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai

iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli,

serta pemahaman dan penghayatan al-asma’ al-husna dengan menunjukkan

ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial

serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Ashabul Kahfi

Ashabul kahfi adalah tujuh pemuda yang mendapat petunjuk dan beriman

kepada Allah, mereka menyelamatkan iman dan tauhid pada Allah SWT dengan

cara melarikan diri dari kekejaman raja Diqyanus yang memaksanya untuk

menyembahnya dan menyembah berhala-berhala di lingkungan istananya. Lalu

nantinya mereka tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun (Ma’mun, 2016:

118).

4. Metode Number Head Together (NHT)

Number Head Together (NHT) yaitu belajar mengajar kepala bernomor. Teknik

(26)

kesempatan kepada peserta didik untuk saling sharing ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Huda, 2013: 138).

5.-Audio Visual

Media pembelajaran berbasis audio-visual adalah media penyaluran pesan

dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan (Rusman, 2012:

184).

F. Metodologi penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK

merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi

sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang

dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerja sama para

peneliti, praktisi, dan orang awam (Burns, 1999 dalam bukunya Kusnandar

2011: 44).

PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan

melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan

pembelajaran (Arikunto, 2008: 105). Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki

dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan,

sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional, mengembangkan

keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan efisiensi

pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada

(27)

PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus

berulang. Empat kegiatan yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan,

tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut

(Arikunto, 2008: 74).

Gambar 1.1 Skema siklus Penelitian menurut Arikunto (2006:16).

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah peserta didik kelas VII B

MTs Amal Sholeh Sumogawe kecamatan Getasan dengan jumlah keseluruhan

16 peserta didik yang keseluruhannya adalah perempuan. Peneliti

menggunakan pola kolaboratif yaitu peneliti sebagai pengamat dan guru yang

melaksanakannya. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester 1 tahun

Pelajaran 2017/2018.

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan Perencanaan

Refleksi Refleksi

Pelaksanaan Pelaksanaan

SIKLUS I

(28)

3. Langkah- langkah penelitian

Menurut Kurt Lewin dalam bukunya Zainal Aqib (2006: 21) dalam

pelaksanaan PTK mencakup empat langkah yaitu:

a. Perencanaan

1) Menyiapkan RPP Akidah Akhlak dengan menerapkan metode number

head together pada mata pelajaran akidah akhlak.

2) Menyiapkan fasilitas dan sarana yang digunakan dalam pembelajaran.

3) Menyiapkan soal sebagai tes tertulis.

4) Mempersiapkan instrument penilaian.

b. Pelaksanaan tindakan

Dalam tahap ini peneliti bersama guru melaksanakan satuan

perencanaan tindakan yang telah tertulis di RPP akidah akhlak yang terdiri

dari tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup.

c. Pengamatan

Pada bagian pengamatan peneliti bersama guru melakukan

pengamatan yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan.

Tujuan pengamatan ini untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar

dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

d. Refleksi

Setelah dilakukan perencanaan, tindakan, dan pengamatan peneliti

bersama guru kelas melakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan

(29)

pembelajaran yang dilakukan melalui metode Number Head Together

(NHT).

4. Instrumen penilaian

a. Tes tertulis

Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik

setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Number

Head Together (NHT) dalam mata pelajaran akidah akhlak.

b. Lembar observasi

Alat yang digunakan dalam mengobservasi yaitu pedoman observasi.

Pedoman observasi ini berisikan catatan lapangan yang mendiskripsikan

proses kegiatan pembelajaran dan kemampuan peserta didik setelah peserta

didik melakukan kegiatan pembelajaran dengan media audio visualdi

samping itu juga observer mendokumentasikan dengan foto- foto serta

mencatat proses pembelajaran untuk mendapatkan data tentang aktivitas

peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

5. Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan

metode sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui

pengamatan dan pencatatan secara sistematis. Metode ini digunakan untuk

mengetahui tingkat kelemahan dan kelebihan dalam pembelajaran berkaitan

(30)

meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran akidah

akhlak.

b. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik pada

mata pelajaran akidah akhlak materi ashabul kahfi.

c. Dokumentasi

Dalam hal ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh gambaran

mengenai kegiatan peserta didik kelas VII B MTs Amal Sholeh selama

proses pembelajaran akidah akhlak berlangsung. Dokumentasi berupa

silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), jumlah guru dan peserta

didik, alat atau media yang digunakan, nilai peserta didik sebelum dan

sesudah penelitian, foto, dan lain sebagainya yang dianggap penting.

6. Analisis Data

Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis data yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan hasil data pengamatan dan tes

b. Menentukan kriteria nilai (75-100 tuntas dan 0-74 tidak tuntas)

c. Data keaktifan peserta didik diambil dari keaktifan peserta didik, ketika

pembelajaran, kemudian dianalisis dan dicari rata-rata menggunakan

rumus.

d. Hasil belajar dianalisis dengan membandingkan tes antar siklus. Nilai per

tes untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan metode number head

(31)

Menurut Djamarah (2000: 264) metode analisis dihitung menggunakan

statistik sederhana yaitu untuk mengetahui rata-rata dari hasil data observasi

maka dirumuskan:

M = ∑× 𝑁

Keterangan

M = nilai rata-rata

∑× = jumlah semua nilai peserta didik

N = jumlah peserta didik (Djamarah, 2000: 264).

G. Indikator Keberhasilan

Penggunaan metode Number Head Together (NHT) dikatakan berhasil

apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikator yang

dirumuskan peneliti adalah:

a. Secara Individu

Peserta didik diharapkan dapat mencapai skor ≥ 75 pada materi ashabul

kahfi.

b. Secara Klasikal

Presentase 85% sebanyak dari total peserta didik dalam satu kelas mendapat

nilai ≥ 75.

H. Sistematika penulisan

Dalam skripsi ini penulis membagi lima bab yang saling berkaitan, yang

dapat dijelaskan sebagai berikut :

(32)

1. Bagian Awal

Bagian awal skripsi mencakup tentang sampul, lembar berlogo, halaman

judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian

tulisan, moto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar

tabel, daftar gambar, daftar lampiran.

2. Bagian Inti

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

2. Manfaat Praktis

E. Definisi Operasional

F. Metodologi Penelitian

1. Rancangan Penelitian

2. Subjek Penelitian

3. Langkah-langkah Penelitian

4. Instrumen Penelitian

5. Pengumpulan Data

6. Analisis Data

G. Indikator Keberhasilan

(33)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

2. Klasifikasi Hasil Belajar

3. Penilaian Hasil Belajar

B. Akidah Akhlak

1. Ashabul Kahfi

C. Model Number Head Together (NHT)

1. Definisi Number Head Together (NHT)

2. Langkah-langkah Pembelajaran Number Head Together (NHT)

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Number Head Together (NHT)

D. Audio Visual

1. Pengertian Audio Visual

2. Fungsi dan Nilai Pokok Audio Visual

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi pelaksanaan penelitian prasiklus

B. Deskripsi pelaksanaan penelitian siklus I

C. Deskripsi pelaksanaan penelitian siklus II

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Berisi uraian hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan

(34)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

3. Bagian Akhir

Bagian akhir mencakup daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat

(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa

keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman

yang diperoleh (Sam’s, 2010: 30). Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam

Sopiatin (2011: 63-63) mengemukakan, bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik sangat erat

kaitannya dengan belajar dan rumusan tujuan instruksional yang

direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula oleh guru sebagai

perancang belajar mengajar. Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai

hasil dari pengalaman atau tingkah laku.

Hasil belajar pada diri seseorang secara tidak langsung tampak tanpa

seseorang itu melakukan tindakan untuk memperlihatkan kemampuan yang

diperolehnya melalui belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang

mengakibatkan orang berubah dalam perilaku, sikap dan kemampuannya

(Sam’s, 2010: 34).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

perubahan pada diri peserta didik baik dalam aspek kognitif, afektif dan

(36)

2. Klasifikasi Hasil Belajar

Klasifikasi hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu kognitif, ranah afektif dan

ranah psikomotorik (Sam’s, 2010: 37).

a. Ranah Kognitif

1) Pengetahuan: kemampuan mengingat apa yang sudah dipelajari.

2) Pemahaman: kemampuan mengangkat makna dari yang dipelajari.

3) Aplikasi: kemampuan untuk menggunakan hal yang sudah dipelajari

dalam situasi baru yang konkret.

4) Analisis: kemampuan untuk memerinci hal yang dipelajari ke dalam

unsur-unsurnya, supaya unsur organisasinya dimengerti.

5) Sintesis: kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian untuk

membentuk suatu kesatuan baru.

6) Evaluasi: kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu yang

dipelajari untuk suatu tujuan tertentu.

b. Ranah Afektif

1) Receiving attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsang dari luar yang datang kepada peserta didik dalam konteks

situasi dan gejala.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang

yang datangnya dari luar.

3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

(37)

4) Organisasi, yakni pengembangan atas nilai keadaan suatu sistem

organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,

pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Karakter nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimiliki dan mempengaruhi pola kepribadian

dan tingkah laku seseorang.

c. Ranah Psikomotorik

1) Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan

visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan

ketepatan. Gerakan-gerakan skill mulai keterampilan sederhana

sampai keterampilan yang kompleks.

5) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive,

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif (Sopiatin, 2011: 66-68)

3. Penilaian Hasil Belajar

a. Pengertian Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap

hasil-hasil belajar yang dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu.

Hasil belajar peserta didik merupakan objek yang akan dinilai,

sedangkan hasil belajar peserta didik mencakup aspek kognitif, afektif

(38)

b. Fungsi dan Tujuan Penilaian

1) Fungsi Penilaian

a) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.

b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.

c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik

kepada para orang tuanya (Sudjana, 2009: 3-4)

2) Tujuan Penilaian

a) Mendeskripsikan kecakapan belajar para peserta didik sehingga

dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai

bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

b) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah, yakni seberapa jauh keaktifannya dalam mengubah

tingkah laku para peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang

diharapkan.

c) Menentukan tindak lanjut hasil penelitian, yakni melakukan

perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan

dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya.

d) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak

sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan (pemerintah,

masyarakat, orang tua peserta didik) (Sudjana, 2009: 4).

c. Jenis dan Sistem Penilaian

Menurut Djamarah (2006: 106) berdasarkan tujuan dan ruang

(39)

1) Penilaian Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok

bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut.

Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar

mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.

2) Penilaian Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah

diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk

memperoleh gambaran daya serap peserta didik untuk

meningkatkan tingkat prestasi belajar peserta didik. Hasil tes

subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar

mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapot.

3) Penilaian Sumatif

Tes ini dijadikan untuk mengukur daya serap siwa terhadap bahan

pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester,

satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan

tingkat atau taraf keberhasilan belajar peserta didik dalam suatu

periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan

untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai

(40)

B. Akidah Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut

bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat dan agama. Kata akhlak lebih luas artinya

daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab

akhlak meliputi segi-segi kejiawaan dari tingkah laku batiniah dan lahiriah

seseorang (Rosihon, 2010: 12)

Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga

Rasulullah Saw pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlak yang baik.

Kepentingan akhlak dalam kehidupan manusia dinyatakan dengan jelas dalam

Al-Qur’an sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang jelas.

Pendekatan Al-Qur’an dalam menerangkan akhlak yang mulia,bukan

pendekatan teoritikal, melainkan dalam bentuk konseptual dan penghayatan.

Akhlak mulia dan akhlak buruk digambarkan dalam perwatakan manusia

semasa Al-Qur’an diturunkan (Rosihon, 2010: 21).

Sedangkan akidah akhlak sebagai mata pelajaran, Menurut Peraturan

Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab

di Madrasah, Akidah Akhlak adalah salah satu pelajaran PAI yang merupakan

peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari peserta didik di

Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan

dengan cara mempelajari rukun iman mulai imana kepada Allah,

malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai iman

(41)

pemahaman dan penghayatan al-asma’ al-husna dengan menunjukkan

ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial

serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam

kehidupan sehari-hari.

1. Ashabul Kahfi

Ashabul kahfi adalah 7 pemuda yang mendapatkan petunjuk dan

beriman kepada Allah, mereka menyelamatkan iman dan tauhid pada Allah

SWT dengan cara melarikan diri dari kekejaman raja Diqyanus yang

memaksanya untuk menyembahnya dan menyembah berhala-berhala di

ligkungan istananya. Lalu nantinya mereka tertidur lelap dalam gua selama

309 tahun.

Banyak yang berpendapat lokasi gua terdapat di Yordania di

perkampungan Al-Rajib atau dala, bahasa Al-Qur’an disebut Al-Raqim,

yang berjarak 1,5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman – Yordania.

Raja Abdullah II (Raja Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di

muka gua ashabul kahfi masjid dan ma’had yang diberi nama “Masjid

Ashabul Kahfi”. Nama-nama pemuda ashabul kahfi adalah Maksalmina,

Martinus, Kastunus, Bairunus, Danimus, Yathbunus dan Thamlika adapun

anjingnya bernama Qithmir. Allah berfirman dalam surat al-Kahfi[18]:

(42)

“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya.

Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang berima kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. Dan kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata:

“Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (QS. Al-Kahfi[18]: 13-14)

Mulanya, Diqyanus ialah seorang penyembah berhala yang amat

fanatik. Ia menyebar mata-mata ke seluruh negeri Syam untuk mengetahui

orang-orang yang tidak menyembah berhala. Jika ia menemukan orang yang

tidak menyembah berhala seperti yang Diqyanus lakukan maka ia mereka

akan diseret ke hadapan Diqyanus. Mereka yang tidak menyembah berhala

akan diseret ke alun-alun yang dipenggal di sana. Diqyanus adalah manusia

dengan hati bagai batu. Ia tertawa lebar menyaksikan jerit dan tangisan

keluarga yang ditinggal dan disaksikan oleh penduduk Syam. Setiap kali

Kaisar Romawi mengabarkan bahwa ia sangat senang dengan

kepemimpinan Diqyanus. Maka, Diqyanus segera menggelar pesta besar.

Suatu hari Diqyanus, mengadakan pesta pernikahan besar. Ia

mengundang seluruh rakyatnya untuk hadir tanpa terkecuali. Seluruh

penduduk diperintahkan agar menghias rumahnya dengan lampu-lampu

yang cantik. Hari yagn dinanti-nantikan itu pun tiba. Orang-orang

berkumpul di sekitar istana yang dikelilingi sebuah parit yang sangat lebar.

Mereka menari dan bernyanyi bersama. Sementara itu para menteri

memadati istana. Tidak lama kemudian muncullah Diqyanus dan mempelai

wanitanya yang disambut meriah dengan sorak tepuk tangan. Diqyanus

(43)

-tengah istana. Suasana menjadi senyap. Diqyanus menyembah berhala itu

lalu kemudian menyerahkan sesembahan lalu kembali bersujud pada patung

yang terbuat dari emas itu. Ia kemudian duduk dalam singgasananya.

Menyaksikan para menteri dan rakyatnya yang silih berganti menyembah

berhala. Tiba-tiba Diqyanus terlihat gugup dan gelisah. Dan berkata:

“menteri, mana Martinus dan Nairawis? Tanpa mereka sadari Martinus dan

Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal Martinus dan

Nairawis adalah dua orang dari ketujuh ashabul kahfi. Ketika Martinus

pulang ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya dengan wajah

merah padam. Martinus segera menghindar namun ayahnya menarik kerah

bajunya dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya

sewaktu berada di istana. Martinus kemudian mengurung diri di kamarnya,

menangis tersedu-sedu. Ia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri

bahkan oleh ayahnya sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas,

salah seorang menteri dari Diqyanus. Sedangkan, Nairawis ialah anak dari

menteri kepercayaan Diqyanus yaitu Kaludius.

Sementara itu, di rumah Maksalmina, seorang pengikut ajaran nabi Isa

AS, yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Diqyanus tiba-tiba

rumahnya diketuk. Maksalmina membukakan pintu. Ternyata yang ia temui

ialah Martinus, sahabat yang sepaham dengannya. Mereka berdialog dengan

peristiwa yang baru saja menimpa negerinya. Mereka berdua ialah

orang-orang yang kehilangan orang-orang yang mereka sayangi dari peristiwa tragis itu.

(44)

mereka adalah Nairawis, Dainamus. Dainamus ialah seorang pedagang

yang selalu tertindas dalam ketidakadilan oleh para pedagang besar

orang-orang Romawi. Mereka beremapat terlibat dalam pembicaraan yang serius.

Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk lari dari kota yang penuh

dengan kenistaan dan jauh dari tuhan.

Keesokan harinya terdengar kabar bahwa putra dari Diqyanus tewas

terbunuh di sungai. Pembunuhnya ialah Hawawi Narthusia seorang

pengikut nabi Isa AS. Ia segera ditangkap dan disiksa dihadapan Diqyanus.

Ketika sedang mengawasi penyiksaan ini. Mata-mata Diqyanus mengatakan

kepada Diqyanus, “Tuan, aku pernah melihat pemuda ini bersama Martinus

dan Nairawis beserta para pemuda lainnya. Aku khawatir mereka

bersekongkol menyiapkan rencana licik ini. Mereka menyebarkan bahwa

tuan adalah orang sesat karena menyembah berhala. Mereka juga

mengatakan bahwa anda kejam dan sewenang-wenang. Aku khawatir

mereka berusaha menggulingkan tuan dari jabatan terhormat ini”.

Mendengar perkataan ini, Diqyanus geram. “pergi dan tangkap

mereka sekarang juga, jangan kembali jika kau tidak berhasil

menangkapnya! Di antara para pejabat Diqyanus, ada yang simpati terhadap

nasib Martinus dan Nairawis. Kabar ini pun tersampaikan ke telingan

Martinus. Mereka berenam sepakat untuk melarikan diri ke negeri terdekat

Al-Raqim. Di sinilah cikap bakal pelarian pemuda ashabul kahfi dalam

(45)

henti-gua ini tampak menyeramkan sehingga siapa pun yang mendekati henti-gua ini,

akan terbesit ketakutan dan tak berani memasukinya. Ketujuh pemuda dan

seekor anjing ini akhirnya tertidur selama 309 tahun, dengan izin Allah

SWT. (QS. Al-Kahfi[18]: 25)

309 tahun berlalu dengan pemimpin yang silih berganti dan semuanya

ialah orang yang amat kejam. Hingga akhirnya Allah SWT menunjukkan

jalan. Negeri Syam kini dipimpin oleh seorang pengikut nabi Isa AS yang

memerintahkan rakyatnya agar menyembah Allah SWT dan

menghancurkan berhala. Ia juga berlaku adil dan sangat bijaksana. Negeri

Syam kini menjadi negeri yang makmur dan rakyanya terhindari dari

kemiskinan.

C. Number Head Together (NHT)

1. Definisi Number Head Together (NHT)

Menurut Trianto (2009: 82-83) NHT atau penomoran berfikir

bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif

terhadap struktur Kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan

Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam

menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi mata pelajaran tersebut.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Number Head Together (NHT)

Menurut Trianto (2009:82) dalam mengajukan pertanyaan kepada

(46)

a. Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi peserta didik ke dalam kelompok 3-5

orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik.

c. Fase 3 : Berpikir bersama

Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu

dan meyakinkan tiap Anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian peserta didik

yang nomornya sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Number Head Together (NHT)

Menurut Hamdani dan Ratri (2013: 12) model Number Head

Together (NHT) mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu sebagai

berikut :

a. Kelebihan Number Head Together (NHT)

1) Setiap peserta didik menjadi siap semua.

2) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3) Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang

pandai

b. Kelemahan Number Head Together (NHT)

(47)

2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil guru.

D. Audio Visual

1. Pengertian Media Audio Visual

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah

kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar” (Arsyad, 1997:3).

Jadi, media merupakan teknologi yang digunakan sebagai perantara atau

pengantar dalam menyampaikan pelajaran kepada peserta didik untuk

mempercepat dan mempermudah pembelajaran.

b. Pengertian Audio visual

Media audio visualadalah media yang mempunyai unsur suara

dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih

baik, karena mempunyai kedua jenis media yang pertama dan kedua

(Djamarah, 2006: 120).

2. Jenis Media Audio Visual

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan

unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik,

karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini

dibagi ke dalam:

a. Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar

(48)

b. Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara

dan gambar yang bergerak, seperti film suara dan video cassette

(49)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Per-Siklus

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Tahap perencanaan ini berisi persiapan segala sesuatu yang berkaitan

dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari:

1) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

memuat seluruh proses kegiatan pembelajaran.

2) Menyiapkan perangkat/media video, lembar tes formatif yang

bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada siklus I.

lembar observasi peserta didik untuk mengamati proses

pembelajaran dan kemampuan peserta didik. Lembar observasi guru

untuk mengetahui perkembangan guru dalam proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Siklus 1 dilaksanakan pada hari senin tanggal 21 agustus 2017 dengan

materi ashabul kahfi. Pada siklus ini peneliti menggunakan metode

Number Head Together (NHT). Tahap-tahap yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1) Kegiatan Pendahuluan

Apersepsi:

(50)

b) Guru mengucapakan salam dan mengajak peserta didik untuk

membaca doa bersama-sama

c) Guru membacakan absensi kehadiran peserta didik

d) Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif tentang hal-hal

yang berkaitan dengan materi ashabul kahfi yang diketahui

peserta didik.

e) Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran

2) Kegiatan Inti

Eksplorasi:

a) Guru melakukan Tanya jawab kepada peserta didik tentang

kisah keteladanan ashabul kahfi

b) Guru menayangkan video tentang kisah ashabul kahfi

c) Guru melakukan tanya jawab tentang kisah ashabul kahfi dan

contoh-contoh keteladanannya.

d) Guru membagi peserta didik menjadi empat kelompok dan

meminta peserta didik untuk bergabung dengan kelompoknya

masing-masing.

e) Setiap peserta didik diberikan nomor.

Elaborasi:

a) Guru memberikan penjelasan tentang materi kisah keteladanan

ashabul kahfi.

b) Guru meminta peserta didik untuk berdiskusi dengan

(51)

c) Setiap kelompok harus memastikan setiap aggotanya

mengetahui jawabannya.

d) Setiap anggota kelompok diminta untuk bekerjasama

menyelesaian tugas dari guru sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan oleh guru.

e) Guru memantau setiap kelompok dan memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk bertanya apabila mendapatkan

kesulitan.

Konfirmasi:

a) Guru mengecek pemahaman peserta didik dengan memanggil

salah satu nomor secara acak dari salah satu kelompok.

b) Peserta didik yang ditunjuk maju ke depan untuk menjawab

pertanyaan, jawaban dari peserta didik yang ditunjuk merupakan

perwakilan dari jawaban kelompoknya.

c) Kelompok lain menanggapi, terutama yang memiliki nomor

yang sama dengan peserta didik yang maju ke depan.

d) Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik dengan

memberikan tanda bintang bagi kelompok yang menjawab

pertanyaan guru dengan betul.

3) Kegiatan Penutup

a) Guru bersama dengan peserta didik menyimpulkan materi yang

(52)

b) Guru memberikan umpan balik atau komentar mengenai proses

pembelajaran.

c) Guru memberikan penguatan dan motivasi kepada peserta didik.

d) Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

c. Observasi

Tahap yang dilakukan setelah pelaksanaan adalah tahap observasi

atau pengamatan. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui selama

pelaksanaan pembelajaran secara langsung dilakukan observasi untuk

mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran menggunakan metode

NHT dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

d. Refleksi

Hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa terdapat beberapa

hal yang mendukung dan menghambat proses pelaksanaan

pembelajaran aqidah akhlak dengan menggunakan metode Number

Head Together. Berikut penjelasannya :

1) Hal-hal yang mendukung kegiatan pembelajaran:

a) Guru jelas dalam pengucapan salam

b) Guru sudah cukup jelas dalam penyampaian tujuan

pembelajaran.

c) Penayangan video menjadi pemicu penyemangat dan minat bagi

peserta didik.

(53)

e) Penerapan metode pembelajaran Number Head Together (NHT)

sudah dapat diterapkan dalam pembelajaran.

f) Ruang kelas yang cukup luas memberikan kemudahan kepada

peserta didik dalam melakukan diskusi dan tidak terganggu oleh

kelompok lainnya.

g) Kondisi kelas yang nyaman dan jauh dari kebisingan kendaraan

karena terletak jauh dari jalan raya memungkinkan peserta didik

lebih mudah fokus pada materi.

2) Hal-hal yang menghambat kegiatan pembelajaran:

a) Kondisi kelas belum sepenuhnya dapat dikondisikan guru secara

baik.

b) Guru terlalu cepat dalam memberikan penjelasan kepada peserta

didik.

c) Upaya untuk memunculkan rasa keingintahuan dari peserta

didik belum maksimal dilakukan.

d) Suara guru kurang begitu keras sehingga peserta didik kurang

begitu merespon panggilan guru.

e) Dalam hal penyampaian kesimpulan peserta didik belum mampu

menyampaikan secara baik.

3) Ide perbaikan dalam kegiatan pembelajaran

a) Dalam rangkaian kegiatan pembelajaran guru harus mampu

(54)

b) Guru harus mampu mengupayakan peningkatan penguasaan

materi dan penjelasan.

c) Harus jelas dalam memberikan intruksi kepada peserta didik.

d) Perlu adanya upaya ketegasan dari guru kepada peserta didik

yang melakukan tindakan-tindakan yang tidak terkait dengan

kegiatan pembelajaran.

e) Guru harus mampu menarik rasa keingintahuan peserta didik

selama proses pembelajaran.

Dengan adanya masalah-masalah tersebut, maka peneliti akan

melakukan tindakan dari ide-ide perbaikan pada siklus II untuk

memperbaiki hasil belajar pada siklus I.

2. Siklus 2

Pelaksanaan siklus II, peneliti memberi arahan pada peserta didik

untuk lebih aktif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung agar

indikator pembelajaran tercapai. Beberapa tahap yang dilakukan peneliti

antara lain:

a. Perencanaan

Tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang

berkaitan dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari:

1) Memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

memuat seluruh konsep kegiatan pembelajaran.

2) Menyiapkan lembar tes formatif yang bertujuan untuk mengetahui

(55)

3) Menyiapkan lembar observasi peserta didik untuk mengamati proses

kegiatan pembelajaran dan kemampuan peserta didik.

4) Lembar observasi guru untuk mengetahui perkembangan guru dalam

kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Siklus II dilaksanakan pada hari senin 28 Agustus 2017. Pada

siklus II ini peniliti berupaya untuk meningkatkan keaktifan peserta

didik dalam pembelajaran. Penjelasan secara rinci sebagai berikut:

1) Kegiatan Pendahuluan

Apersepsi:

a) Guru mengkondisikan peserta didik agar tidak ramai dan

memeriksa kerapian peserta didik.

b) Guru mengucapkan salam dan mengajak peserta didik untuk

berdoa bersama.

c) Guru membacakan absensi kehadiran peserta didik.

d) Guru bertanya kepada peserta didik tentang materi yang telah

dipelajari pada minggu lalu.

e) Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Eksplorasi:

a) Guru melakukan Tanya jawab kepada peserta didik tentang

kisah keteladanan ashabul kahfi

(56)

c) Guru melakukan Tanya jawab tentang kisah ashabul kahfi dan

contoh-contoh keteladanannya.

d) Guru membagi peserta didik menjadi empat kelompok dan

meminta peserta didik untuk bergabung dengan kelompoknya

masing-masing.

Elaborasi

a) Guru memberikan penjelasan tentang materi kisah keteladanan

ashabul kahfi.

b) Guru meminta peserta didik untuk berdiskusi dengan

kelompoknya dan menyatukan pendapat dalam mengerjakan

soal yang diajukan guru.

c) Setiap kelompok harus memastikan setiap aggotanya

mengetahui jawabannya.

d) Setiap anggota kelompok diminta untuk bekerjasama

menyelesaian tugas dari guru sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan oleh guru.

e) Guru memantau setiap kelompok dan memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk bertanya apabila mendapatkan

kesulitan.

Konfirmasi

a) Guru mengecek pemahaman peserta didik dengan memanggil

(57)

b) Peserta didik yang ditunjuk maju ke depan untuk menjawab

pertanyaan, jawaban dari peserta didik yang ditunjuk merupakan

perwakilan dari jawaban kelompoknya.

c) Kelompok lain menanggapi, terutama yang memiliki nomor

yang sama dengan peserta didik yang maju ke depan.

d) Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik dengan

memberikan tanda bintang bagi kelompok yang menjawab

pertanyaan guru dengan betul.

3) Kegiatan Penutup

a) Guru bersama dengan peserta didik menyimpulkan materi yang

dipelajari.

b) Guru memberikan umpan balik atau komentar mengenai proses

pembelajaran.

c) Guru memberikan penguatan dan motivasi kepada peserta didik.

d) Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

c. Observasi

Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data mengenai hasil

belajar peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran melalui

metode Number Head Together (NHT). Aspek pengamatan dalam

penelitian siklus II ini sama dengan siklus I yaitu mencakup aspek

(58)

d. Refleksi

Setelah melakukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran pada

siklus II ini jumlah peserta didik yang memperhatikan semakin

meningkat jika dibandingkan dengan siklus yang sebelumnya, peserta

didik dapat memperhatikan materi dan mengikuti pembelajaran dengan

kondusif. Pada siklus II ini peneliti telah berhasil dalam meningkatkan

hasil belajar aqidah akhlak melalui metode Number Head Together

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal

Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, kondisi awal peserta

didik dalam kegiatan belajar mengajar masih menunjukkan lemahnya

pemahaman peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Kondisi awal

yang demikian inilah yang menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian

tindakan kelas pada peserta didik kelas VII B MTs Amal Sholeh,

Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Berdasarkan pengamatan kepada peserta didik sebelum melakukan

penelitian, menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik masih sangat

rendah dalam mata pelajaran Akidah Akhlak khususnya yang berkaitan

dengan materi ashabul kahfi ini. Hasil belajar peserta didik mata pelajaran

akidah akhlak sebelum dilakukan penelitian adalah sebagai berikut:

No NAMA NILAI

1 Siswa 1 75

2 Siswa 2 55

3 Siswa 3 45

4 Siswa 4 64

5 Siswa 5 70

6 Siswa 6 40

(60)

8 Siswa 8 39

9 Siswa 9 41

10 Siswa 10 47

11 Siswa 11 77

12 Siswa 12 78

13 Siswa 13 65

14 Siswa 14 76

15 Siswa 15 56

16 Siswa 16 72

Tabel 4.1 Data Nilai Sebelum Tindakan

Berdasarkan data nilai di atas dapat digambarkan dalam tabel

frekuensi berikut ini:

No Nilai Frekuensi Prosentase

1 91- 100 0 0

2 81- 90 0 0

3 71- 80 5 31%

4 61- 70 3 19%

5 51- 60 2 12%

6 41- 50 4 26%

7 31- 40 2 12%

8 21- 30 0 0

9 11- 20 0 0

Jumlah 16 100%

Rata-rata 58,2

(61)

Data di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Gambar 4.1 Grafik Data frekuensi Sebelum Tindakan

Berdasarkan data hasil yang terlihat pada tabel 4.1 dapat diuraikan melalui

tabel keterangan berikut ini:

No Keterangan Hasil Awal

1. Nilai Terendah 39

2. Nilai Tertinggi 78

3. Nilai Rata- Rata Kelas 58,2

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75

5. Jumlah Peserta didik yang Mencapai Nilai KKM 4

6. Jumlah Peserta didik yang Mendapat Nilai di Bawah

KKM 12

7. Prosentasi Peserta didik yang Mencapai KKM 25%

0 0

(62)

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik

yang telah tuntas sebanyak empat peserta didik, sedangkan peserta didik

yang belum tuntas sebanyak 12 peserta didik (75%). Hasil ini membuktikan

masih rendahnya nilai ketuntasan hasil belajar yang tidak sesuai dengan

kriteria ketuntasan minimial (KKM) yang diharapkan. Data di atas menjadi

dasar dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode

Number Head Together di MTs Amal Sholeh, Sumogawe Kecamatan

Getasan, Kabupaten Semarang

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

a. Kegiatan Perencanaan Siklus I

Tahap perencanaan ini berisi mengenai persiapan segala sesuatu

yang berkaitan dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari: 1)

Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang

memuat sesluruh konsep kegiatan pembelajaran, 2) Menyiapkan

perangkat atau media pembelajaran berupa video, lembar tes formatif

yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada siklus

I. Lembar observasi peserta didik untuk mengamati proses pembelajaran

dan kemampuan peserta didik. Lembar observasi guru untuk

mengetahui perkembangan guru dalam pembelajaran.

b. Kegiatan Pembelajaran Siklus I

1) Pelaksanaan: Proses pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari

Senin 21 Agustus 2017.

(63)

3) Peserta didik yang hadir 16 anak (100%)

4) Media dan sumber pembelajaran : video ashabul kahfi dan Buku paket

Akidah akhlak.

5) Kegiatan pokok pembelajaran :

a) Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik tentang kisah

keteladanan ashabul kahfi yang diketahui oleh peserta didik.

b) Guru menayangkan video tentang kisah keteladanan ashabul

kahfi.

c) Guru melakukan Tanya jawab dengan peserta didik tentang kisah

keteladanan ashabul kahfi beserta contoh-contoh keteladannya.

d) Guru membagi peserta didik menjadi empat kelompok dan

meminta peserta didik untuk bergabung dengan kelompoknya

masing-masing.

e) Setiap peserta didik diberikan nomor.

f) Guru memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang materi

ashabul kahfi

g) Guru meminta peserta didik untuk melakukan diskusi bersama

kelompoknya dan menyatukan pendapat atau jawaban.

h) Setiap kelompok harus memastikan setiap anggota kelompok

mengetahui jawabannya.

i) Setiap anggota kelompok diminta untuk bekerjasama

menyelesaikan tugas dari guru sesuai dengan waktu yang

(64)

j) Guru memantau setiap kelompok dan mempersilahkan peserta

didik untuk bertanya jika ada kesulitan.

6) Metode yang diterapkan : Number Head Together

7) Evaluasi : setiap kelompok maju ke depan untuk membacakan hasil

diskusi.

c. Pendukung Pelaksanaan Siklus I

1) Guru sudah jelas dalam mengucapkan salam kepada peserta didik.

2) Guru cukup jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.

3) Penayangan video menjadi pemicu semangat dan minat bagi peserta

didik.

4) Guru sudah cukup baik dalam penguasaan materi pelajaran.

5) Penerapan metode Number Head Together (NHT) sudah dapat

diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

6) Ruang kelas yang cukup luas memberikan kemudahan kepada siswa

dalam melakukan diskusi dan tidak terganggu oleh kelompok lain.

7) Kondisi kelas yang nyaman dan jauh dari kebisingan kendaraan

karena terletak jauh dari jalan raya memungkinkan peserta didik

lebih fokus dalam menerima materi pelajaran.

d. Penghambat Pelaksanaan Siklus I

1) Kondisi kelas belum dapat sepenuhnya dikondisikan dengan baik.

2) Guru terlalu cepat dalam memberikan penjelasan kepada peserta

(65)

3) Upaya untuk memunculkan rasa keingintahuan dari peserta didik

belum bisa maksimal dilakukan.

4) Suara guru kurang begitu keras sehingga peserta didik kurang begitu

merespon panggilan guru.

5) Dalam hal penyampaian kesimpulan peserta didik belum mampu

menyampaikan secara baik.

e. Hasil Evaluasi Siklus I

1) Hasil Pengamatan Terhadap Peserta Didik

Pada siklus I diperoleh dengan menggunakan lembar

observasi pada peserta didik dan tes formatif. Berikut adalah tabel

pengamatan terhadap peserta didik.

No Nama Siswa

Aspek yang di nilai

(66)

12. Siswa 12 √ √ √ 6

13 Siswa 13 √ √ √ 5

14 Siswa 14 √ √ √ 7

15 Siswa 15 √ √ √ 4

16 Siswa 16 √ √ √ 6

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Peserta Didik Siklus I

Keterangan:

Keaktifan

3 = aktif

2 = kurang aktif

1 = tidak aktif

Perhatian

3 = perhatian

2 = kurang perhatian

1 = tidak perhatian

Penguasaan materi

3 = menguasai

2 = kurang menguasai

1 = tidak menguasai

Data di atas menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik

yang terjadi pada siklus ini sudah cukup baik, namun dari hasil

pengamatan terdapat beberapa peserta didik yang masih belum bisa

aktif. Dalam mengajukan pertanyaan kepada guru, peserta didik

masih cenderung ragu-ragu atau takut, bahkan perhatian peserta

Gambar

Gambar 1.1 Skema siklus Penelitian menurut Arikunto (2006:16).
Tabel 4.2 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan
Tabel 4.3 Rata-rata Nilai hasil Belajar Sebelum Tindakan
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Peserta Didik Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan dan melihat tingkat kecerdasan emosi antara perawat laki-laki dan perawat perempuan di Rumah Sakit Wijayakusuma

Dalam bab ini dikemukakan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan masalah yang terdiri dari pengertian manajemen, pengertian manajemen sumber daya

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa para investor yang ingin melakukan investasi pada suatu perusahaan dapat mempertimbangkan harga saham, volume perdagangan

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya yang tidak berkesudahan dan selalu memberi kekuatan dan

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap para remaja akhir yang dalam penelitian ini diwakili oleh para mahasiswa-mahasiswi terhadap seks pranikah adalah kematangan

Anak terlantar adalah sebuah kondisi anak-anak yang diabaikan perawatannya, diakibatkan karena kelalaian dari pihak orang tua. Kelalaian disini berarti ada hak-hak

Muhammad Hassan Massaty. PENGEMBANGAN CERITA INTERAKTIF DAN GAME EDUKASI SEJARAH KERAJAAN DI INDONESIA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ANDROID. Skripsi, Fakultas

Secara lebih tegas, permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia antara lain adalah: (i) ketidak cukupan produksi pangan, sehingga masih tergantung pada