• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGAMA DAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG PASAR PROJO DI AMBARAWA TAHUN 1986- 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "AGAMA DAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG PASAR PROJO DI AMBARAWA TAHUN 1986- 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

i

AGAMA DAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG

PASAR PROJO DI AMBARAWA TAHUN

1986-2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Humaniora

Oleh:

Ika Putri Mahanani

216-13-007

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Nama : Ika Putri Mahanani NIM : 216-13-007

Jurusan : Sejarah Peradaban Islam

Terbentuknya pasar merupakan konsekuensi logis pelembagaan transaksi jual-beli melalui aktivitas usaha perdagangan. Salah satu pasar yang memiliki potensi ekonomi yang baik adalah Pasar Projo Ambarawa. Lokasi Pasar Projo yang terletak dalam jalur regional Semarang Yogyakarta serta letak pasar yang diapit oleh kawasan penghasil komoditas pertanian mendorong Pasar Projo menjadi pasar sentra komoditas pertanian. Potensi Pasar Projo Ambarawa menguntungkan bagi para pedagang yang berdagang di pasar ini. Kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa mendorong tumbuhnya perekonomian di kawasan Kabupaten Semarang. Pada era pasar bebas telah lahir pemikiran konvensional yang mengutamakan pencapaian keuntungan maksimal. Pemikiran konvensional tak selaras dengan ajaran agama Islam. Hampir 90 % lebih pedagang pasar Projo Ambarawa menganut agama Islam. Sebagai umat muslim pedagang menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim dengan melaksanakan ibadah. Ajaran agama Islam dapat membentuk etos dari para pedagang. Dengan hal tersebut mendorong penulis untuk meneliti mengenai relasi antara agama dengan kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah dibantu dengan metode pendekatan ekonomi, sosiologi. Dalam menguraikan materi dalam penelitian ini, penulis menguraikan penelitian ini dengan mengungkapkan peristiwa masa lalu dengan metode penelitian sejarah dibantu dengan ilmu ekonomi untuk menguraikan kegiatan perdagangan di Pasar Projo, serta menggunakan ilmu bantu sosiologi untuk mengungkapkan tingkat keberagamaan dan interaksi sosial dari para pedagang.

Pedadang Pasar Projo Ambarawa memiliki tingkat kesadaran agama yang baik, kegiatan perdagangan tidak lantas membuat para pedagang lupa akan kewajibannya sebagai seorang muslim. Bagi pedagang pasar Projo Ambarawa bekerja merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT. Pemahaman ajaran agama Islam mendorong terbentuknya etos kerja pada kalangan para pedagang. Etos kerja para pedagang Pasar Projo Ambarawa dilandasi prinsip-prinsip ajaran agama Islam. Nilai-nilai ajaran agama Islam yang terdapat dalam Al-qur’an, Hadits dan Sunah Rasulullah membentuk etos kerja dari para Pedagang pasar Projo Ambarawa. Melalui etos kerja Islam timbul etika Islam dalam kegiatan perdagangan di Pasar Projo Ambarawa. Perilaku ekonomi dari para pedagang Pasar Projo Ambarawa dipengaruhi oleh pemahaman dari para pedagang mengenai ajaran-ajaran agama Islam. Relasi antara kegiatan perdagangan dan ajaran agama Islam dijembatani oleh etos kerja, dengan adanya etos kerja maka akan berimplikasi pada perilaku ekonomi dari pedagang.

(7)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku Almarhum bapak Samroji dan Ibu Endang puji Astuti yang telah membesarkanku dengan penuh cinta.

2. Nenek ku tercinta ibu Sutimah yang membibingku dari kecil hingga tumbuh besar.

3. Adikku tersayang Dewi Yulianti terima kasih atas motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan tercinta Ana Fitriana, Tiara, Ulfa, Sofi Gendut, Sam’ani, Ely, Qisti, Judin, Fahmi, Qosem, Ingkan,

Erni, Kharis, Sriyatun, Miladil, Aini, Rifkhan, Faiz, dan Tatik terima kasih karena mendorongku untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 5. Terima kasih untuk bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum selaku

Pembibing Skripsi yang telah sabar membibing penulis dengan tulus dan ikhlas.

6. Terima kasih untuk bapak Haryo Aji S. Sos., MAselaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta memberikan motivasi kepada penulis.

7. Terima kasih kepada ibu Rina Andriani Hidayat, S.Hum., M.A. yang telah memberikan bimbingan, pengarahan serta motivasi kepada penulis.

(8)

viii MOTTO

1. Jangan pernah takut untuk bekerja keras karena hasil yang kita dapat adalah cerminan dari upaya yang kita lakukan.

2. Pertahankan moral dan etika kita sebagai seorang muslim karena etika moral seseorang tidak pernah dapat dibeli dengan uang.

3. Jangan pernah takut untuk membagi ilmu yang kita punya, karena sejatinya ilmu tidak pernah berkurang ketika kita membaginya kepada orang lain melainkan ilmu itu akan bertambah dan akan membawa manfaat.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robil’alamin Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita mampu melaksanakan rutinitas kehidupan, tujuan serta arah yang akan mengantarkan kita yang lebih baik dalam kehidupan dimasa mendatang. Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, yaitu nabi Muhammad SAW sosok paripurna yang mampu menanamkan pesan-pesan keharmonisan, kedamaian dan kebersamaan terhadap semua manusia dalam pembentukan Akhlak sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Mudah-mudahan semua yang mengikutinya mendapatkan safa’at di hari kiamat nanti amin.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.hum) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Agama dan Sosial Ekonomi Pedagang Pasar

Projo di Ambarawa tahun 1986-2015”.

Penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari pihak yang berkenan membantu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN SALATIGA 2. Dr. Benny Ridwan, M. Humselaku Dekan Fakultas Ushuludddin Adab

dan Humaniora IAIN SALATIGA.

(10)

x

4.

Dr. M. Gufron, M. Ag. Selaku Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin

Adab dan Humaniora

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iii

PERSETUJUAN PEMBIBING...iv

HALAMAN PENGESAHAN...v

ABSTRAK...vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vii

MOTTO...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...10

D. Tinjauan Pustaka ...11

E. Kerangka Konseptual ...16

(12)

xii

G. Sistematika Penulisan ...30

BAB II DINAMIKA PEREKONOMIAN PASAR PROJO TAHUN 1986-2015 A. Profil Pasar Projo tahun 1986 ...31

B. Potensi Pasar Projo sebagai penopang Perekonomian Masyarakat Ambarawa dan Sekitarnya ...40

B.1 Rantai Pasar Perekonomian Pasar Projo ...47

B.2 Aktifitas Perekonomian di dalam Pasar Projo ...50

C. Pasang Surut perekonomian pasar Projo ...54

C.1 Awal diselenggarakannya Pasar Pagi di Pasar Projo Ambarawa tahun 1986-1991 ...55

C.2 Masa kebangkitan pedagang Pasar Projo Pasca Kebakaran di tahun 1992 (1992-1998) ...57

C.3 Perjuangan Para Pedagang Pasar Projo di tengah ketidakstabilan harga barang di pasaran (1999-2008)...61

C.4 Geliat Aktifitas Perekonomian Pasar Projo Ambarawa di era pasar Bebas yang Melanda Indonesia (2009-2015) ...65

(13)

xiii

B. Kehidupan Sosial-Budaya Pedagang pasar Projo Ambarawa...72 C. Kondisi Sosial-Ekonomi Pedagang Pasar Projo Ambarawa ...75 D. Kehidupan Sosial-Agama Pedagang Pasar Projo Ambarawa...82

BAB IV ETOS KERJA BERBASIS KEAGAMAAN PEDAGANG PASAR PROJO DI AMBARAWA

A. Pandangan Pedagang Pasar Projo tentang bekerja ...89 B. Pandangan Keagamaan pedagang pasar Projo ...93 C. Etos kerja Pedagang Muslim di pasar Projo Ambarawa ...103 D. Dampak Etos Kerja Islam Terhadap Perilaku Ekonomi Pedagang serta

Sistem Ekonomi yang Berlangsung di Pasar Projo Ambarawa...107

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...116 B. Saran...119

DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel.1 Keterangan Kerugian Dalam Kebakaran tahun 2012 ...36

Tabel.2 Jumlah Pasca Revitalisasi tahun 2015 ...39

Tabel.3 Luas area Pasar Projo Ambarawa ...39

Tabel.4 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Lokasi ...42

Tabel.5 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Lingkungan Fisik ...43

Tabel.6 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Demografi ...44

Tabel.7 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Tenaga Pengelolaan Pasar Projo Ambarawa ...45

Tabel. 8 Potensi Pasar Projo Ambarawa dalam Aspek Sosial-Ekonomi...45

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar.1 Foto Aktivitas perdagangan di Jalan Jenderal Sudirman pada tahun

1939...32

Gambar. 2 Foto Pasar Projo pada tahun 1969 ...33

Gambar. 3 Foto Pasar Projo Pasca Kebakaran pada tahun 2012...37

Gambar.4 Foto Pasar Projo Pasca Revitalisasi tahun 2015...38

Gambar.5 Foto Kondisi Tempat Sholat di Dalam Pasar Projo Ambarawa ...84

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia didorong oleh berbagai sektor ekonomi salah satunya adalah sektor perdagangan. Salah satu indikator tingkat kemajuan di bidang ekonomi dilihat dari frekuensi kegiatan di sektor perdagangan. Kehidupan masyarakat tidak dapat lepas dari kegiatan perdagangan. Aktivitas perdagangan muncul atas kesadaran manusia tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan dalam hidupnya. Setiap manusia tidak bisa mendapatkan seluruh barang yang dibutuhkan dalam hidup, misalnya penduduk pantai tidak dapat menghasilkan sayuran sehingga harus membeli dari penduduk di gunung. Aktivitas perdagangan merupakan cara bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bagi seorang pedagang aktivitas perdagangan merupakan caranya mendapatkan keuntungan sehingga menaikkan taraf hidup.

Aktivitas perdagangan akan selalu membutuhkan fasilitas berupa ruang dengan prasarana dan sarana yang memadai untuk aktivitas perdagangan. Pasar merupakan salah satu fasilitas bagi aktivitas perdagangan.1 Dalam kegiatan perdagangan, pasar merupakan suatu sistem yang menghasilkan peraturan harga-harga dengan sendirinya. Pengaturan ini terjadi melalui interaksi antara pembeli dan penjual, yang bertindak tanpa pandang bulu, artinya tanpa memandang kekerabatan, status, perasaan, atau faktor lain diluar kedudukannya sebagai pembeli dan penjual.2

1

Nelarianty, Analisa Perbedaan Pasar Modern dan Pasar Tradisional, Ditinjau Dari Strategi Tata Letak (Lay Out) dan Kualitas Pelayanan Untuk Meningkatkan Posisi Tawar Pasar Tradisional, (JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 13 NO. 01 APRIL 2013 ISSN 1693-7619 ), hal.. 18-19.

2Erwin Kharisma, “

Rantai Pasar Komoditas Pertanian dan Dampaknya Terhadap

Kegiatan Perdagangan Komoditas Pertanian Pasar Projo”. (Jurnal Wilayah dan

(17)

2

Pasar pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki aktivitas jual beli yang sederhana, terjadi tawar menawar dengan alat pembayaran berupa uang tunai.Pada era globalisasi sekarang ini terjadi fenomena menjamurnya pasar modern ditengah-tengah keberadaan pasar tradisional. Hal ini memunculkan persepsi di masyarakat yang beragam. Indonesia memasuki fase pasar bebas, dalam fase ini kapitalisme berkembang pesat. Kaum kapitalisme diuntungkan dengan sistem perekonomian pasar bebas. Pemasaran produk yang dilakukan oleh kaum kapitalisme didorong dengan kegiatan promosi yang baik. Gaya hidup masyarakat yang tidak dapat lepas dari alat-alat komunikasi dan informasi memberikan ruang bagi kaum kapitalis untuk menawarkan produknya. Bahkan di era pasar bebas masyarakat diperkenalkan cara berbelanja baru yakni home shopping. Masyarakat diperkenalkan cara berbelanja hanya dengan memesan barang melalui telepon. Gaya hidup masyarakat ini mendorong masyarakat untuk lebih memilih gaya hidup praktis dan efisien. Keberadaan darisupermarket, minimarket dan hypermarket menjadi saingan bagi pasar tradisional. Para konsumen lebih memilih berbelanja di pasar modern atau berbelanja dengan cara home shopping. Hal ini membuat keberadaan pasar tradisional menjadi terancam.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini, banyak sekali perdebatan mengenai pasar tradisional melawan pasar modern. Segalanya bermula ketika banyak pedagang pasar tradisional yang gulung tikar diakibatkan oleh menjamurnya pasar - pasar modern. Banyak pendapat dan pandangan para ahli digulirkan. Peraturan Presiden yang mengatur tentang hal ini pun juga telah dikeluarkan.3 Walaupun minimarket sering

3

(18)

3

menawarkan potongan harga untuk barang atau produk-produk tertentu namun beberapa harga barang yang lain ternyata lebih mahal dari harga normal di pasaran maupun warung tradisional. Bagi konsumen-konsumen tertentu yang lebih memilih harga yang murah mungkin akan lebih mempertimbangkan untuk membeli di warung tradisonal. Kebanyakan konsumen dari minimarket saat ini adalah masyarakat golongan menengah ke atas.4

Bagi masyarakat golongan menengah kebawah lebih memilih pasar tradisional sebagai tempat berbelanja barang kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau. Peran pasar tradisional sebagai pendorong perekonomian daerah, membawa keuntungan dari berbagai pihak. Rantai pasar yang berlangsung di dalam mekanisme pasar mendorong para pelaku ekonomi mendapatkan keuntungan dari kegiatan perdagangan.Keberadaan minimarket, hypermarket dan lain-lain menghambat proses pertumbuhan perekonomian pasar tradisional, bahkan keberadaan pasar modern dapat menyebabkan sebuah pasar tradisional mengalami penutupan karena kalah bersaing.Salah satu pasar tradisional yang masih bertahan hingga sekarang ialah Pasar Projo di Ambarawa Kabupaten Semarang.

Pasar Projo merupakan pasar yang menjual barang sehari-hari dari komoditas pertanian, makanan hingga sandang. Pada aspek ekonomi, khususnya Ambarawa yang dilewati jalur regional mempunyai spesialisasi fungsi yang terletak ditengah kawasan produksi pertanian menjadikan Ambarawa pintu keluar bagi komoditas pertanian. Ambarawa yang diapit oleh Kecamatan Bandungan, Jambu, Sumowono, dan Bawen, dimana keempat kecamatan tersebut merupakan sentra pertanian, perkebunan,

Universitas Diponegoro. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa presepsi dari para pedagang terhadap program-program pemerintah, dan melalui penelitian ini respon para pedagang terhadap program pemerintah dapat dijadikan sebagai acuan bagi pemerintah untuk menyusun program-program yang mendorong kemajuan dari perekonomian di pasar tradisional wilayah Semarang.

4

(19)

4

tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Sehingga Ambarawa yang mempunyai keuntungan lokasi, dan sering dimanfaatkan oleh kecamatan lain untuk memasarkan komoditas mereka karena kedekatannya dengan jalur regional.5

Dengan letak yang strategis memungkinkan Pasar Projo sebagai salah satu pasar atau pusat perekonomian yang berpengaruh di kota Ambarawa dan sekitarnya. Pentingnya peran dari Pasar Projo bagi perekonomian masyarakat khususnya para pedagang, ditunjukan dengan aktivitas Perdagangan Pasar Projo yang beroperasi dalam tiga sesi yakni pasar pagi dari pukul 04.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB, pasar siang dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB, kemudian pasar pada waktu malam hari yakni pukul 18.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Bagi pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Pasar Projo di waktu malam berdagang hingga pukul 23.00 WIB.

Pentingnya keberadaan Pasar Projo bagi kehidupan perekonomian Kabupaten Semarang menempatkan pasar ini, sebagai sentra komoditas pertanian di wilayah Kabupaten Semarang. Pertumbuhan perekonomian Pasar Projo Ambarawa tidak lepas dari peran para pedagag yang tetap bertahan dalam menjalankan usahanya di tengah pasang surut perekonomian di Pasar Projo. Dalam aktivitas perdagangan para pedagang memiliki tekad untuk tetap bertahan menjalankan usahanya berdagang, dalam tekad para pedagang terdapat kiat-kiat para pedagang menghadapi pasang surut perekonomian pasar. Kiat-kiat berdagang terbentuk atas nilai-nilai moral yang dimiliki oleh para pedagang. Nilai-nilai moral yang dimiliki para pedagang bersumber dari nilai-nilai budaya serta nilai ajaran agama Islam.

5

(20)

5

Agama mengatur segala tindak tanduk manusia, dalam agama Islam segala aspek kehidupan diatur, salah satunya dalam kegiatan ekonomi khususnya berdagang. Berdagang di dalam agama Islam bukanlah hal yang asing, mengingat berdagang meruapakan pekerjaan Rasulullah SAW sebelum beliau diangkat menjadi Rasul. Setiap pekerja, terutama yang beragama Islam, harus dapat menumbuhkan etos kerja secara Islami karena pekerjaan yang ditekuninya bernilai ibadah, termasuk di dalamnya menghidupi ekonomi keluarga. Tanpa itu , para pekerja hanya bisa mendapatkan nilai materi yang secara kuantitas hanya menjanjikan kepuasan semu.6

Keterkaitan agama dengan perekonomian di Pasar Projo merupakan tema yang belum pernah diangkat oleh siapapun, sehingga menarik minat penulis untuk melakukan penelitian. Agama memiliki pengaruh terhadap segala aspek kehidupan salah satunya ekonomi. Penulis tertarik dengan tema keterkaitan agama dengan aktivitas perdagangan di Pasar Projo karena di era pasar bebas ekonomi konvensional mulai berkembang di masyarakat, melalui penelitian ini penulis ingin mengungkapkan bahwa dalam aktivitas perdagangan terdapat keterkaitan dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.

Beberapa ilmuwan muslim mengonsepsikan “aktivitas ekonomi merupakan bagian dari integrasi dari kehidupan beragama”. Mereka mengonsepsikan bahwa nilai-nilai agama bisa mendorong mobilitas sosial-ekonomi masyarakat. Keyakinan agama yang dimiliki individu atau kelompok tertentu dapat memunculkan nilai-nilai seperti etos kerja, kejujuran, hidup hemat dan lain-lain, yang terkait dengan kehidupan keagamaan yang dapat mendorong individu dan kelompok penganut agama tertentu bekerja produktif dan merangsang pertumbuhan ekonomi.7 Era pasar bebas mendorong masyarakat untuk memiliki paradigma pemikiran ekonomi konvensional. Dalam ekonomi konvensional pelaku ekonomi akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan maksimal, dalam pemikiran

6

Thohir Luth, Antara Perut & Etos Kerja Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2001), Hal. 38

7

(21)

6

ekonomi konvensional pelaku ekonomi dibebaskan untuk memilih cara mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Pelaku ekonomi tidak dibatasi oleh nilai-nilai atau norma-norma apapun. Dalam ekonomi konvensional mengesampingkan mengenai nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di masyarakan, dan pemikiran ekonomi konvensional mengesampingkan peraturan dalam ajaran agama. Hal ini bertolak belakang dengan pemikiran Islam, dalam ajaran agama Islam segala sesuatu yang dilakukan seseorang dalam rangka mencari ridha Allah, sehingga seorang muslim melakukan kegiatan bekerja harrus diniati untuk mendapatkan ridha Allah. Selain itu pemikiran konvensional yang membebaskan pelaku ekonomi untu mendapatkan keuntungan dalam berbagai cara, hal ini tidak sesuai dengan aturan dalam ajaran agama Islam. Dalam ajaran agama Islam seorang muslim harus menghasilkan pendapatan yang halal, usaha yang dilakukan harus sesuai dengan syariah Islam. Dalam agama Islam seorang muslim harus bekerja dengan cara yang baik dan benar menurut ajaran agama Islam sehingga penghasilan yang didapatkan memiliki hukum yang halal. Dalam penelitian ini ingin menguraikan mengenai peran ajaran agama Islam dalam pertumbuhan perekonomian di Pasar Projo Ambarawa.

(22)

7

ekonomi di wilayah Kabupaten Semarang. Penulis tertarik untuk meneliti mengenai aspek keagamaan yang berperan dalam pertumbuhan perekonomian Pasar Projo Ambarawa. Judul dari penelitian ini adalah “Agama dan Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Projo tahun 1986-2015.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini bermaksud untuk menguraikan dan mendeskripsikan mengenai peran ajaran agama Islam dalam aktivitas perekonomian di Pasar Projo Ambarawa. Pokok permasalahan dari penelitian ini terdapat pada relasi antara aktivitas perdagangan dengan agama Islam yang dampaknya terhadap dinamika perekonomian Pasar Projo Ambarawa.

(23)

8

Presiden, kondisi ini mempengaruhi tatanan perekonomian nasional tidak terkecuali perekonomian di Pasar Projo Ambarawa.

Periodesasi ketiga memilih tahun 1999-2008, pemilihan tahun 1999 ini dikarenakan pada tahun ini nilai tukar rupiah membaik dari tahun sebelumnya, selain itu membaiknya nilai tukar rupiah membuat harga barang dan jasa di pasar dapat dikendalikan oleh pemerintah. Kemudian pembatasan periode hingga tahun 2008 disebabkan pada tahun ini Indonesia memasuki era pasar bebas, dan kebijakan pemerintah menghadapi pasar bebas juga berubah, selain itu sistem ekonomi Pasar Projo yang bertahan di tengah gempuran pasar bebas yang melanda Indonesia, pada tahun 1999-2008. Pada tahun 2008 Indonesia menyambut sistem baru dalam bidang perekonomian nasional yakni sistem pasar bebas.

(24)

9

Dalam penelitian ini membatasi hanya pada Pasar Projo Ambarawa. Pemilihan lokasi dikarenakan Pasar Projo terletak di Kota Ambarawa.

Ambarawa memiliki potensi dalam pusat pelayanan regional Jawa Tengah bersamaan dengan Bawen dan Ungaran. Kemudian dari aspek pertumbuhan kota, jalur transportasi memegang porsi besar pada perkembangan kota. Ambarawa yang diapit oleh Kecamatan Bandungan, Jambu, Sumowono, dan Bawen, dimana keempat kecamatan tersebut merupakan sentra pertanian, perkebunan, tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Sehingga Ambarawa yang mempunyai keuntungan lokasi sering dimanfaatkan oleh kecamatan lain untuk memasarkan komoditas mereka karena kedekatannya dengan jalur regional.8

Pasar Projo sebagai pusat transaksi di Ambarawa, mempunyai peran yang besar dalam perekonomian masyarakat Ambarawa dan sekitarnya.

Dari uraian diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi pedagang Pasar Projo Ambarawa 1986?

2. Bagaiamana dinamika perekonomian di Pasar Projo Ambarawa tahun 1986-2015?

3. Bagaimana relasi antara agama dengan sosial ekonomi pedagang Pasar Projo Ambarawa?

4. Bagaimana dampak etos kerja Islami pada perilaku ekonomi pedagang dalam sistem ekonomi Pasar Projo?

8

(25)

10

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Pada proses pembahasannya secara, peneliti berusaha untuk menyusunnya secara sistematis, yang didasari dengan tujuan dan kegunaan penelitian ini sendiri. Tujuan dan kegunaan penelitian, berguna sebagai patokan untuk menentukan ke arah mana penelitian ini dan untuk apa penelitian ini dilakukan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Menguraikan kondisi sosial-ekonomi pedagang Pasar Projo di Ambarawa tahun 1986.

2. Menguraikan sejarah perkembangan ekonomi Pasar Projo Ambarawa tahun 1986-2015.

3. Menganalisis relasi antara agama dengan sosial ekonomi pedagang Pasar Projo Ambarawa.

4. Menjelaskan dampak etos kerja Islami Pedagang Pasar Projo terhadap perilaku ekonomi pedagang dalam sistem ekonomi Pasar Projo.

Dengan adanya penelitian ini, dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Secara praktis akademis diharapakan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai relasi Agama dengan aktivitas perdagangan sehingga berpengaruh terhadap dinamika perekonomian Pasar Projo Ambarawa.

(26)

11

D. Tinjauan pustaka

Dalam skripsi ini menggunakan sumber berupa pustaka-pustaka, sumbe-sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Sumber pustaka pertama berupa Jurnal Kajian Ekonomi, Januari 2013, Vol. I, No. 02, dengan artikel berjudul Analisa Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Konsumsi Di Indonesia, yang ditulis oleh Dewi Ernita, Syamsul Amar dan Efrizal Syofyan. Artikel ini menjelaskan mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2000 hingga tahun 2013

Sumber kedua berupa Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2010, dengan artikel yang berjudul Perdagangan Bebas Regional dan Daya Saing Ekspor: Kasus Indonesia, yang ditulis oleh Amalia Adininggar Widyasanti. Dalam artikel ini menyajikan data keterlibatan Indonesia dalam perjanjian dagang Internasional serta peran Indonesia dalam pasar bebas.

Sumber Pustaka selanjutnya berupa Jurnal Ekonomi MODERNISASI, dengan artikel yang berjudul Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Kinerja Pedagang Pasar Tradisional di Wilayah Kabupaten Malang, yang ditulis oleh Endi Sarwoko. Dalam artikel ini menjelaskan tentang aspek konsumen, produk/komoditas, dan harga; mengetahui dampak kehadiran ritel modern(Indomaret dan Alfamart) terhadap kinerja pedagang di pasar tradisional, dilihat dari omset, keuntungan, dan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Malang.

(27)

12

Tradisional, yang ditulis oleh Wahyu Dwi Sutami. Dalam penelitian Wahyu Dwi Sulami ini membahas menguraikan mengenai cara para pedagang menghadapi kendala-kendala pengiriman, pelayanan dan pembayaran. Selain kendala waktu dan cuaca. Para pedagang mengatasi kendala itu dengan cara menjalin relasi dengan tengkulak, konsumen (pembeli), antar pedagang, petugas. Di samping kerja keras para pedagang, perilaku hemat, dan religi para pedagang.

Sumber pustaka selanjutnya berupa laporan akhir program Pascasarjana Institut Agama Islam Walisongo Semarang tahun 2006 yang berjudul Etos Dagang Jawa Studi Terhadap Pemikiran Sri Sultan Hamengkunegara IV. Disusun oleh Daryono. Dalam laporan ini menguraikan mengenai pemikiran dari Sri Sultan Hamengkunegara terhadap etos dagang Jawa.

(28)

13

Kajian Empirisnya di Indonesia, oleh Ali Rama. Secara garis besar Jurnal ini mengkaji mengenai relasi antara agama dan perekonomian dalam masyarakat.

Sumber Pustaka selanjutnya berupa artikel dari Jurnal TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni 2008, berjudul Islam dan Etos Kerja: Relasi Antara Kualitas Keagamaan dengan Etos Produktivitas Kerja di Daerah Kawasan Industri Kabupaten Bekasi, yang ditulis oleh Acep Mulyadi. Penelitian Acep Mulyadi merupakan kelanjutan dari studi-studi sosiologi sejak Max Weber hingga penelitian-penelitian manejemen belakangan ini yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan bersama, yakni kesuksesan dalam bidang pekerjaan tidak lepas dari etos kerja. Perilaku kerja atau etos kerja seorang pekerja dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.

Sumber berikutnya berupa artikel dengan judul Keragaman Pranata Agama dan Budaya Serta Implikasinya Bagi Penguatan Kegiatan Ekonomi, yang ditulis oleh Ahmad Imron Rozuli. Dalam artikel ini menjelaskan mengenai peran pranata agama dan budaya dalam transformasi kehidupan ekonomi masyarakat di desa

Wonosari.

Sumber pustaka selanjutnya berupa skripsi dengan judul Etos Kerja Dalam perspektif Alqur’an, yang ditulis oleh Dhita Juliena. Diajukan Untuk Memenuhi

(29)

14

Sumber pustaka berikutnya adalah Jurnal ALQALAM Volume.30 Nomor.2 (Mei-Agustus) 2013, dengan artikel yang berjudulAgama & Spirit Ekonomi: Studi Etos Kerja Dalam Komparasi Perbandingan Agama, yang ditulis oleh Wasisto Raharjo Jati. Artikel ini bertujuan untuk mengelaborasi relasi agama dan ekonomi dalam pembentukan etos kerja. Tesis awal mengenai relasi agama dan etos kerja dilakukan oleh Max Weber dalam studinya yang berjudul Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme Dalam perspektif Weberian, agama berperan besar dalam membentuk nilai-nilai etos kerja seperti rasionalisme, asketisisme, dan “panggilan” yang mendorong manusia bekerja keras di dunia. Studi ini bertujuan

untuk mengembangkan tesis Weber dengan melakukan komparasi nilai etos kerja dalam berbagai agama lainnya.

Selanjutnya sumber berupaNaskah Publikasi dengan judul Hubungan Antara Religiusitas Dengan Etos Kerja Islami Pada Dosen Universitas Islam Yogyakarta Indonesia Yogyakarta, ditulis oleh Ahmad Syafiq dan Hepi Wahyuningsih, Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, tahun 2008. Dalam naskah ini menguraikan mengenai hubungan antara religiusitas dimensi ibadah, dimensi penghayatan dan dimensi pengamalan dengan etos kerja islami.

(30)

15

Sumber pustaka selanjutnya berupa buku yang berjudul Antara Perut &Etos Kerja Dalam Perspektif Islam, yang ditulis oleh Thohir Luth, dan diterbitkan Gema Insani pada tahun 2001. Buku ini menjelaskan mengenai konsep kerja berdasarkan Islam serta moralitas kerja berlandaskan ajaran Islam.

Sumber pustaka selanjutnya yakni buku berjudul Etos Kerja, Pasar dan Masjid, yang ditulis oleh M. Luthfi Malik. Diterbitkan oleh LP3ES di Jakarta tahun 2013. Buku ini menguraikan mengenai perjuangan panjang pedagang Gu-Lakudo dalam transformasi pedagang modern. Dalam menguraikan transformasi ekonomi yang dialami pedagang Gu-Lakudo yang tidak lepas dari pengaruh pranata agama.dalam buku ini menjelaskan mengenai peran agama Islam yang membentuk etos kerja pedagang Gu-Lakudo dalam menghadapi transformasi perekonomian modern.

Sumber pustaka selanjutnya berupa Thesis dengan judul Hubungan Antara Aktivitas Perdagangan dan Permasalahan Lalu Lintas di Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa, Disusun dalam rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang, yang ditulis oleh Dwi Nopi Awaty dengan NIM. L4D005069, tahun 2007. Thesis ini menguraikan mengenai permasalahan lalu lintas di Ambarawa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan di pasar Projo Ambarawa.

(31)

16

artikel ini menjelaskan mengenai jaringan ekonomi perdagangan komoditas pertaniaan di Pasar Projo. Dari seluruh tinjauan diatas menunjukan belum ada yang mengangkat pasar Projo untuk diteliti dalam studi peneletian sejarah. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan studi sejarah sosial-ekonomi serta sosiologi-antropologi. Penelitian ini akan menyajikan dinamika perekonomian di Pasar Projo Ambarawa dari tahun 1986 hingga 2014 dengan ditinjau dari strategi bertahan para pedagang untuk bertahan dengan mengaitkan pada etos kerja para pedagang yang dibentuk dari nilai-nilai ajaran agama Islam.

E. Kerangka Konseptual

Dalam skripsi ini menggunakan kerangka konseptual sebagai berikut: Keyakinan terhadap keberadaan transendental atau kekuatan supra-manusia ini telah ada sepanjang sejarah umat supra-manusia. Bahkan dalam masyarakat primitif pun, “cara beragama” telah melekat dengan mempercayai kekuatan- kekuatan ruh (spirit), dewa- dewa dan jin yang terdapat di beberapa tempat seperti batu atau pohon. Dalam Islam, fenomena ‘bertuhan pada diri manusia’ ini disebut sebagai bentuk “perjanjian primordial”, yakni mengakui adanya Tuhan dan hasrat berbakti pada Nya sebagai alam asli manusia.9

Dalam konteks ini penulis akan memfokuskan pada agama Islam. Agama memiliki peran penting dalam membentuk moral manusia. Ajaran agama mengatur manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia. Ajaran agama Islam mengatur manusia dalam seluruh aspek kehidupan. Agama Islam merupakan keyakinan yang dianut oleh sebagian beasar para pedagang di Pasar Projo Ambarawa.

9

(32)

17

Agama Islam ~ baik normatif-teologis bersifat individual maupun amal-kebijakan kolektif ~ menekankan perlunya mengedepankan pola keseimbangan hidup. Di samping taat beribadah kepada Tuhan demi mencapai kebahagiaan akhirat, orang muslim juga harus bekerja keras dengan menggunakan segala kemampuan rasionalitasnya, kompetitif dan strategis. Terkait dengan akses sumber daya ekonomi, Islam merespons positif setiap pengembangan usaha perdagangan, sebagaimana dilakukan Muhammad sebelum menjadi Nabi.10Dalam perkembangan zaman yang semakin modern keberadaan agama terutama agama Islam mengalami tantangan akan eksistensinya. Bahkan tantangan tersebut menyebabkan terjadinya kemunduran peradaban manusia, guncangan yang paling terasa ialah munculnya paham ateisme dengan beragam variannya, seperti pemikiran sosialis yang berkembang sebagai basis keilmuan Marxisme mengonsepsikan bahwa agama adalah “candu”bagi masyarakat.11

Ajaran agama Islam mulai mengalami tantangan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Ancaman yang paling nyata ialah berkembangnya paham sekuler, pada paham sekuler menempatkan agama pada posisi yang tidak begitu penting. Paham sekuler akan mendorong pada kehidupan masyarakat yang mengutamakan hal-hal keduniawian atau mendorong masyarakat bersikap dan bertindak ke arah hedonisme. Dengan berkembangnya sikap masyarakat yang hedonis akan menggeser posisi ajaran agama Islam sebagai pedoman bagi umat muslim. Untuk menjawab segala asumsi yang berusaha mengesampingkan peran agama dalam kehidupan ekonomi dijawab oleh sosiolog yakni Max Weber dengan mempublikasikan hasil studi empiris tentang konvergensi nilai-nilai agama dan munculnya kapitalisme pada masyarakat Barat. (The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism).

Dalam buku itu, Weber menautkan nilai-nilai keagamaan dengan perilaku rasional individu dalam konteks perkembangan ekonomi kapitalisme Eropa Barat Pasca-revolusi industri. Walaupun demikian Weber tidak menafikkan pengaruh “tradisi“ pemikiran “rasional” yang telah berurat

10

M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013), hal. 8

11

(33)

18

akar dalam kehidupan masyrakat Barat sebagai bentuk “rasionalitas instrumental” yang dapat memotivasi perilaku ekonomiindividu dan mendorong kemajuan kapitalisme. Selain rasionalitas, Menurut Weber, ada unsur esensial lain yang menjadi tenaga pendorong munculnya kapitalisme, yakni nilai-nilai doktrinal agama Protestan, khususnya madzhab Calvinis. 12

Dalam buku The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism Weber menjelaskan bahwa doktrinal agama Protestan Madzhab Calvinis bersumber pada doktrin Calling atau panggilan. Melalui doktrin Calling umat protestan didorong untuk menjalankan pekerjaan dengan baik, karena kualitas bekerja dan semangat yang baik dalam melaksanakan pekerjaan merupakan bagian dari ketaatannya dengan Tuhan. Dengan menegaskan bahwa hanya sebagian orang yang dapat terpanggil sehingga menjadi manusia yang selamat mendorong umat Protestan Madzhab Calvinis memiliki semangat dan berupaya mewujudkan untuk menjadi manusia yang terpanggil. Untuk menjadi manusia yang terpanggil dalam ajaran Protestan Calvinis manusia harus berupaya untuk bekerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Keterkaiatan agama dengan ekonomi yang dikemukakan oleh Max Weber selaras dengan pemikran dari beberapa ilmuwan muslim mengonsepsikan “aktivitas ekonomi merupakan bagian integrasi dari kehidupan beragama”. Konsepsi pemikiran keilmuan yang berkembang dalam peradaban dunia Islam selama ini mengacu pada padigma integratif. Karena itu, mustahil memisahkan persoalan ekonomi dari konteks kehidupan lain seperti sosial, politik, budaya, dan sistem nilai keagamaan: tidak ada dikotomi atau pembelahan dalam tajam antara capaian capaian tujuan pengembangan ekonomi dengan kehidupan beragama. Kedua hal tersebut sama-sama berorientasi pada pencarian dan penguatan “amal kebajikan” terkait dengan kepentingan duniawi maupun akhirat. Menurut Umer Chapra13,

12

M Luthfi Malik. Etos Kerja, Pasar dan Masjid (Jakarta: LP3ES,2013), hal. 30.

13

(34)

19

Paradigma Islam sebagaimana tercantum dalam doktrin keagamaan memberi tekanan lebih pada terintegrasinya nilai-nilai moral dan persaudaraan kemanusiaan dengan keadilan sosial-ekonomi. Konsepsi tersebut merupakan sebuah isyarat bahwa kehidupan ekonomi dalam prespektif Islam tidak bersifat sekuler dan juga bebas nilai, tetapi mengarah pada penyatuan nilai-nilai berbagai elemen institusional mulai dari individu, keluarga, masyarakat, pasar, hingga negara. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah terwujudnya kesejahteraan bersama (falah).14 Keterkaitan ajaran agama dengan kegiatan ekonomi dapat terlihat dalam perilaku dari pelaku ekonomi. Dalam mengkaji perilaku ekonomi dari pelaku ekonomi maka tidak lepas dari etos kerja. Etos kerja sering diartikan sebagai semangat bekerja. Melalui etos kerja maka kiat-kiat pelaku ekonomi terbentuk. Etos kerja terbentuk atas nilai-nilai yang moral yang bersumber dari nilai budaya dan nilai-nilai ajaran agama Islam. Etos kerja dapat dianalogikan sebagai sebuah jembatan yang menghubungkan antara kegiatan ekonomi dan ajaran agama Islam. Melalui etos kerja seorang pelaku ekonomi dapat menentukan strategi untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai.

Akar kata etos (ethos) adalah berasal dari bahasa Yunani. Dari kata tersebut, pada awalnya hanya mengandung pengertian sebagai “adat kebiasaan”. Karena itu, etos dapat membentuk “karakter dasar” bagi masyarakat yang menganutnya. Namun, dalam proses perkembangan selanjutnya, kemudian menjadi suatu konsep pemikiran yang menjelaskan tentang bagaimana terbentuknya “spirit kehidupan” atau “jiwa khas” yang dimiliki suatu bangsa. Munculnya etos yang kuat untuk memotivasi baik klasik maupun neoklasik, karena logika yang digunakan adalah “hubungan simetris

antara kepentingan pribadi atau individu dengan kepentingan publik”. Menurut Chapra, secara bertahap dan berkelanjutan konsepsi seperti itu, “mengaburkan tanggung jawab sosial individu” sebagai pelaku ekonomi dan menjadikan mekanisme pasar sebagai instrumen utama merealisasikan tuntutan efisiensi dan keadilan dalam proses alokasi dan distribusi sumber daya ekonomi. Kecuali pasar, fungsi dan peran berbagai lain diabaikan

termasuk nilai-nilai moral agama dan budaya yang dianut oleh masyarakat serta peran aktif negara dalam menjaga keseimbangan perekonomian; lihat, M Umer Chapra, The Future of Economics: An Islamic Prespective (Jakarta: Syari’ah Economics and Banking Institut, 2001), hal. 25

14

(35)

20

kehidupan masyarakat, adalah berkaitan dengan proses perkembangan sosio-historis dan kultural yang telah berlangsung lama.Etos adalah “karakteristik Jiwa” (spirit) terhadap sebuah konstruksi kebudayaan milik komunitas tertentu dalam mewujudkan sikap kepribadian dan aspirasi mereka sekaligus menjadi instrumen penuntun dalam menjalani kehidupan, baik perorangan dan kelompok kelembagaan. Karenanya, etos dapat memberikan spirit untuk mencapai kesuksesan kerja,baik individu, kelompok, maupun institusi (formal dan informal).Terbentuknya etos kerja juga mengaitkan dengan struktur lingkungan yang memengaruhinya. Karena itu, etos kerja memengaruhi orientasi kerja dan hasil kerja yang juga terbentuk melalui proses interaksi sikap mental atau perilaku individu, kelompok, atau komunitas, sebagai kecenderungan dasar yang mengaitkan dengan struktur sosial, ekonomi, politik, dan budaya masyarakat.15

Terbentuknya etos kerja tidak lepas dari tata nilai yang berlaku dalam masyarakat serta nilai-nilai ajaran agama Islam. Keyakinan merupakan dasar atau pondasi dari tumbuhnya sebuah peradaban sehingga ajaran agama Islam memiliki peran penting dalam terbentuknya etos kerja dari para pedagang Pasar Projo Ambarawa. Kesadaran akan pentingnya ajaran agama Islam sebagai pedoman dalam menjalankan segala aspek kehidupan.

Islam sebagai rahmatan li alâ’lamîn,memberikan sumber-sumber normatif yang berkaitan dengankerja, nilai kerja, dan etos kerja. Etos kerja harus didasarkan pada tiga unsur, tauhid, taqwa, danibadah. Tauiîd akan mendorong bahwa kerja dan hasil kerja adalah sarana untuk men-Tauhidkan Allah SWT. sehingga terhindar dari pemujaan terhadap materi. Taqwa adalah sikap mental yang mendorong untuk selalu ingat, waspada, dan hati-hati memelihara dari noda dan dosa, menjaga keselamatan dengan melakukan yang baik dan menghindari yang buruk. Sedangkan ibadah adalah melaksanakan usaha atau kerja dalam rangka beribadah kepada Allah SWT., sebagai perealisasian tugas khalîfah fî al-ardl, untuk menjaga mencapai kesejahteraan dan ketentraman di dunia dan akhirat.16

15

Ibid, hal. 10-12

16

(36)

21

Dalam konsepsi Islam aktivitas ekonomi merupakan bagian integral dari ajaran agama. terbentuknya etos ekonomi dalam Islam adalah bersinerginya dengan nilai moral keagamaan dengan rasionalitas kalkulasi untung-rugi, sehingga terjadi keseimbangan di antara kedua elemen dasar ini.

Dalam konsepsi Islam, etos ekonomi kaum muslim tidak hanya terbentuk dari tradisi budaya, tetapi juga bersumber dari keyakinan agama yang membentuk etos-spiritual individu. Seperti iman, ikhsan, ikhlas dan taqwa. Nilai-nilai yang membentuk ilahiyah, individual, dan sosial, yang menjadi media terciptanya kesejahteraan hidup spiritual dan material.17

Etos kerja yang didasarkan atas ajaran agama Islam membentuk etos kerja Islami. Motivasi seseorang bekerja dengan mendasarkan atas ajaran agama Islam menjadi sebab muncul etos kerja Islami. Bagi umat muslim etos kerja Islami harus dimiliki dalam dirinya, motivasi mencapai kebahagiaan dunia sekaligus mencapai kebahadiaan akhirat merupakan pondasi dari karakter etos kerja Islami. Dalam ajaran agama Islam seorang muslim diajarkan untuk menjalani hidup secara seimbang yakni memenuhi kebutuhan dunia dengan bekerja serta memenuhi kebutuhan akan spiritual berupa beibadah kepada Allah.

Etos kerja Islami adalah Sikap hidup mendasar terhadap kerja disini identik dengan sistem keimanan atau aqidah Islam berkenaan dengan kerja atas dasar pemahaman bersumber dari wahyu dan akal yang saling bekerja sama secara proporsional. Akal lebih banyak berfungsi sebagai alat memahami wahyu (meski dimungkinkan akal memperoleh pemahaman dari sumber lain, namun menyatu dengan sistem keimanan Islam).18

(37)

22

keimanan atau aqidah Islam yang berkenaan dengan kerja yang bertolak dari ajaran wahyu bekerja sama dengan akal.19

Dengan keberadaan transaksi jual-beli maka mendorong terbentuknya pasar. Pasar menjadi kebutuhan mendasar bagi kegiatan ekonomi di dalam masyarakat. Pasar berperan sebagai wadah terselenggaranya transaksi jual-beli yang mendorong pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat.

Dalam pemikiran ekonomi, pasar (market) cenderung dikonsepsikan sebagai tempat berlangsungnya transaksi jual-beli barang dan jasa tanpa memiliki keterkaitan dengan berbagai institusi sosial lain, misalnya, budaya dan agama, karena itu pasar berfungsi sebagai institusi ekonomi yang bekerja menurut mekanisme sendiri yang dikenal dengan “hukum pasar”. Pada konteks ini, basis moralitas yang telah berakar kuat dalam masyarakat tidak memiliki ruang cukup kondusif untuk berkembang, karena pasar hanya “bertugas” mempertemukan penjual dan pembeli yang di dorong oleh perhitungan untung-rugi.20

Dalam ilmu ekonomi seorang pelaku ekonomi harus berupaya untuk mencapai keuntungan maksimal. Keuntungan dalam perdagangan didapat melalui upaya dari seorang pedagang untuk mendapatkan pembeli. Keinginan seorang pedagang dalam mencapai keuntungan maksimal,membuat pasar hanya sebagai tempat atau sarana untuk menghasilkan pendapatan.

Berbeda dengan sosiologi dan antropologi ekonomi, keberadaan pasar dikonsepsikan sebuagai sebuah institusi yang memungkinkan setiap individu melakukan interaksi sosial. Institusi pasar tidak sekedar berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses transaksi jual beli barang dan jasa antara penjual dengan pembeli. Tetapi, institusi pasar merupakan suatu sistem sosial yang di dalamnya melibatkan para pedagang, seperti: pengecer, pedagang besar, dan pedagang perantara. Mereka terekonstruksi

19

Skripsi, Annidjatuz Zahra, Pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Kinerja Karyawan di CV Sidiq Manajemen Yogyakarta, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015), hal. 18.

20

(38)

23

secara simultan dalam hubungan kelembagaan yang tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi juga sosial-budaya dan keagamaan.21

Kegiatan perdagangan mendorong terjalinnya jaringan ekonomi antar pelaku ekonomi, melalui jaringan ekonomi timbul pola hubungan patron klien. Patron klien terjalin atas kepentingan ekonomi di dalam pasar. Kepentingan juragan untuk memperluas jaringan dagang serta kepentingan pedagang pengecer untuk mendapatkan barang dagangan menjadi penyebab terjalin hubungan patron klien antara juragan dengan pedagang pengecer.

Hubungan patron-klien merupakan salah satu bentuk hubungan pertukaran khusus. Dua pihak yang terlibat dalam hubungan pertukaran mempunyai kepentingan yang hanya berlaku dalam konteks hubungan mereka. Dengan kata lain, kedua pihak memasuki hubungan patron-klien karena terdapat kepentingan (interest) yang bersifat khusus atau pribadi, bukan kepentingan yang bersifat umum.Persekutuan semacam itu dilakukan oleh dua pihak yang masingmasing memang merasa perlu untuk mempunyai sekutu (encon) yang mempunyai status, kekayaan dan kekuatan lebih tinggi (superior) atau lebih rendah (inferior) daripada dirinya.Persekutuan antara patron dan klien merupakan hubungan saling tergantung. Dalam kaitan ini, aspek ketergantungan yang cukup menarik adalah sisi ketergantungan klien kepada patron. Sisi ketergantungan semacam ini karena adanya hutang budi klien kepada patron yang muncul selama hubungan pertukaran berlangsung. Patron sebagai pihak yang memiliki kemampuan lebih besar dalam menguasai sumber daya ekonomi dan politik cenderung lebihbanyak menawarkan satuan barang danjasa kepada klien, sementara klien sendiri tidak selamanya mampu membalas satuan barang dan jasa tersebut secara seimbang. Ketidakmampuan klien di atasmemunculkan rasa hutang budi klien kepada patron, yang pada gilirannya dapat melahirkan ketergantungan. Hubungan ketergantungan yang terjadi dalam salah satu aspek kehidupan sosial, dapat meluas ke aspek-aspek kehidupan sosial lainnya.22

Mekanisme pasar mendorong para pelaku ekonomi di Pasar Projo menjalankan interaksi sehingga tercipta pola hubungan patron klien. Rantai

21

Ibid, hal. 13

22

Jurnal, Moh. Hefni, Patron-Client Relationship Pada Masyarakat

(39)

24

ekonomi yang tercipta di Pasar Projo merupakan cerminan dari pola hubungan dari patron klien. Interaksi antar pelaku ekonomi dapat menyebabkan hubungan saling membutuhkan sehingga tumbuh pola hubungan patron klien.

Istilah patron berasal dari Bahasa Latin “patrönus” atau “pater”, yang berarti ayah (father). Karenanya, ia adalah seorang yang memberikan perlindungan dan manfaat serta mendanai dan mendukung terhadap kegiatan beberapa orang. Sedangkan klien juga berasal dari istilah Latin “cliĕns” yang berarti pengikut.23 Dalam literatur ilmu sosial patron merupakan konsep hubungan strata sosial dan penguasaaan sumber ekonomi. Konsep patron selalu diikuti oleh konsep klien, tanpa konsep klien konsep patron tentu saja tidak ada. Karenanya, keduanya istilah tersebut membentuk suatu hubungan khusus yang disebut dengan istilah clientelism.24Istilah ini merujuk pada sebuah bentuk organisasi sosial yang dicirikan oleh hubungan patron-klien, di mana patron yang berkuasa dan kaya memberikan pekerjaan, perlindungan, infrastruktur, dan berbagai manfaat lainnya kepada klien yang tidak berdaya dan miskin. Imbalannya, klien memberikan berbagai bentuk kesetiaan, pelayanan, dan bahkan dukungan politik kepada patron.25

Hubungan patron klien di pasar Projo mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi di kawasan pasar. Seiring pasar yang terus berkembang, maka pasar akan terus ber-transformasi mengikuti perkembangan zaman. Untuk bertahan ditengah gempuran globalisasi dan pasar bebas maka pasar khususnya pasar

23

Lihat istilah patron dan client pada Webster, Webster's New Twentieth Century Dictionary, edisi kedua (Oxford:Oxford University Press, 1975) dan Peter Davies (ed), The American Heritage Dictionary of The English Language (New York: Dell Publishing Co., Inc., 1977).

24

Sebagai sebuah konsep, clientelism dipandang sebagai sebuah proses evolusioner yang menimbulkan kesadaran akan adanya ikatan kekeluargaan yang kuat yang mampu memberikan keamanan fisik, ekonomi, dan emosional. Selain itu, konsep itu juga memunculkan kesadaran akan ketidaksamaan akses pada barang dan sumber. Lebih lanjut baca Sumeeta Shyamsunder Chandavarkar, Patron-Client Ties and Maoist Rural China (Thesis MA pada Departmen of Political Science, University of Toronto, 1997), hal. 1-2.

25

(40)

25

tradisional perlu melakukan transformasi agar dapat survive dalam gejolak ekonomi di Indonesia.

Konsep transformasi mengaitkan dengan perubahan di bidang sosial, politik, ekonomi, budaya, atau pun dengan sistem nilai keagamaan. Dalam prespektif ilmu sosial, itu merupakan proses perubahan kehidupan dari kondisi stagnan menuju tatanan yang lebih baik (ideal). Konseptualisasi tentang transformasi sosial dalam berbagai dimensi ajaran Islam, misalnya bukan hanya berkaitan dengan tatanan kehidupan yang mengatur hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan pencipta alam semesta(hablun-minallahi), tetapi juga terkait dengan konsep relasi sosial (hablun-minannas) sebagai bentuk hubungan yang mengaktualisasikan interaksi antar-individu, kelompok, komunitas, atau masyarakat, yang secara evolusioner membentuk struktur dan kultur sebagai “ruang terbuka” dan sekaligus menjadi instrumen informal terhadap berlangsungnya interaksi sosial secara lebih luas.26

Dalam transformasi ekonomi tidak lepas dari konsep transformasi sosial. Para pedagang Pasar Projo melaksanakan aktivitas perdagangan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan, melalui penghasilan yang didapatkan para pedagang Pasar Projo Ambarawa mengalami mobilisasi sehingga terdapat perbaikan taraf hidup. Aktivitas perdagangan akan mendatangkan keuntungan bagi para pedagang Pasar Projo sehingga mendorong para pedagang Pasar Projo mengalami mobilisasi vertikal.

Sebagai fenomena sosial yang muncul dalam kehidupan masyarakat, konsep mobilitas memiliki pengertian yang beragam.Karena secara konseptual, mobilitas (mobility) digunakan oleh para ilmuwan sosial untuk menganalisis dan mengkonsepsikan bagaimana proses pergerakan sosial suatu kelompok atau pun komunitas masyarakat. Mobilitas sebagai salah satu konsep cukup mendasar dalam ilmu sosial dapat dikategorikan menjadi pergerakan masyarakat dalam bentuk fisik maupun nonfisik. Bentuk pergerakan fisik dapat berupa perpindahan georafis merujuk pada kegiatan perpindahan dari suatu tempat ke tewmpat lain. Kemudian, pergerakan masyarakat yang berbentuk non-fisik, atau yang lebih

26

(41)

26

dikenaldengan mobilitas sosial. Berlangsungnya mobilitas seperti ini, adalah proses perpindahan dari suatu kelas sosial tertentu di masyarakat pada kelas sosial yang lainnya. Oleh karena itu,mobilitas tersebut adalah berlangsung secara horizontal dan vertikal.27

Dalam mengkaji penelitian ini penulis mengaitkan relasi kehidupan beragama pedagang Pasar Projo Ambarawa yang membentuk Tauhid dari pedagang Pasar Projo Ambarawa yang berimplikasi pada etos kerja pedagang Pasar Projo Ambarawa yang berlandaskan agama Islam dalam menghadapi gejolak perekonomian di pasar Projo Ambarawa, etos kerja yang dilandasi agama Islam dapat berpebgaruh terhadap kehidupan sosial-ekonomi pedagang Pasar Projo Ambarawa.

F. Metode Penelitian

Skripsi ini merupakan studi sejarah ekonomi dengan menggunakan ilmu bantu sosiologi dan ekonomi.Dalam sejarah ekonomi maka didasarkan pada studi sejarah, dalam metode penelitian sejarah terdapat empat tahapan yaitu heuristik, verifikasi, intepretasi dan historiografi.

Dalam tahap heuristik penulis berusaha mengumpulkan data pustaka dengan mencari data berupa jurnal-jurnal ilmiah, Skripsi, Thesis yang memiliki kesamaan tema dengan skripsi ini, dan sumber ini diperoleh dari internet. Dalam upaya untuk mendapatkan sumber pustaka penulis mendatangi kantor Pasar Projo untuk mendapatkan data mengenai Pasar Projo, tujuan penulis mengunjungi kantor Pasar Projo ialah berupaya mendapatkan data mengenai profil Pasar Projo serta sejarah perkembangan dari Pasar Projo Ambarawa. Selain itu penulis juga

27

(42)

27

mendatangi badan arsip daerah di Kabupaten Semarang untuk mendapatkan data Pasar Projo pada tahun 1980 namun data yang diinginkan tidak ada.

Penulis juga berupaya mendapatkan sumber dengan mendatangi kantor Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Semarang, untuk mendapatkan data mengenai profil Pasar Projo, profil pedagang Pasar Projo serta data pengelompokan pedagang untuk mendapatkan data-data berupa laporan mengenai Pasar Projo Ambarawa dari tahun 1992 hingga 2015 selain itu penulis juga mendapatkan data berupa laporan mengenai revitalisasi Pasar Projo pasca terbakar tahun 2012. Dalam upaya heuristik penulis juga melakukan metode sejarah lisan dengan melakukan wawancara dengan Lurah Pasar Projo serta para pedagang Pasar Projo. Penulis mendapatkan narasumber berjumlah sembilan orang yang terdiri dari Lurah Pasar Projo Ambarawa, dari wawancara dengan Lurah Pasar Projo penulis mendapatkan informasi mengenai kondisi perekonomian pedagang Pasar Projo, kondisi sosial di Pasar Projo serta kondisi keagamaan di Pasar Projo Ambarawa. Narasumber selanjutnya ialahtengkulak, dalam wawancara dengan tengkulak penulis mendapatkan informasi mengenai dinamika perekonomian di Pasar Projo Ambarawa.Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan enam orang pedagang di Pasar Projo, dari wawancara ini penulis mendapatkan informasi mengenai kondisi sosial ekonomi, kondisi sosial agama serta pasang surut perekonomian Pasar Projo Ambarawa..

(43)

28

apakah isinya dapat dipercaya atau dipertanggung jawabkan atau tidak (kritik intern). Kritik ada dua macam yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah.sebelum semua kesaksian yang berhasil dilakukan oleh

(44)

29

Langkah selanjutnya yaitu intepretasi, Sebagai ilmu sejarah termasuk ilmu empiris maka sangatlah penting untuk menyaring fakta-fakta sejarah yang didapat dari sumber sejarah. Fakta sejarah didapat dari dokumen sejarah, sebagai hasil interpretasi. Dari interpretasi atas fakta-fakta barulah muncul tulisan sejarah. Fakta yang terkumpul dan telah siap untuk digunakan itu belum berguna, jika belum diberi arti. Fakta nampak mempunyai arti bila telah dimulai dihubungkan dan dibandingkan satu sama lain, inilah permulaan mengadakan penafsiran fakta. Interpretasi adalah menetapkan makna dan saling hubungan antara fakta-fakta yang diperoleh. Interpretasi diperlukan agar data yang mati bisa bicara atau mempunyai arti. Suatu peristiwa sejarah bisa ditafsirkan ulang oleh orang lain. Penafsiran yang berlainan tentang fakta-fakta sejarah mungkin saja terjadi, tergantung dari sudut pandang mana seseorang melihat peristiwa.

(45)

30

perubahan masyarakat, perubahan politik dan perubahan kebudayaan. Dalam ilmu sejarah perubahan sosial itu akan diurutkan kronologinya.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I berisi pendahuluan yang menguraikan mengenai latar belakang penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konsptual, metode penelitian dan sistematika penulisa. Padabab I menguraikan mengenai garis besar penelitian ini.

Bab IImenjelaskan mengenaiprofil Pasar Projo Ambarawa, potensi Pasar Projo serta dinamika perekonomian Pasar Projo. Dalam bab ini akan menggambarkan transformasi ekonomi Pasar Projo dari tahun 1986 hingga 2015.

Bab IIIberisi mengenai profil pedagang Pasar Projo Ambarawa, bab ini menguraikan mengenai kehidupan sosial-budaya, sosial-ekonomi dan kondisi keagamaan pedagang Pasar Projo Ambarawa.

Bab IV dalam bab ini menjelaskan mengenai etos kerja dari pedagang Pasar Projo, dalam bab ini menjelaskan mengenai pandangan pedagang Pasar Projo tentang bekerja, dan bab ini juga menjelaskan mengenai kehidupan sosial-agama pedagang Pasar Projo Ambarawa, bab ini juga menguraikan mengenai etos kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai agama Islam. Dalam bab ini juga akan menguraikan dampak Etos Kerja Islam pedagang muslim Pasar Projo terhadap perilaku ekonomi pedagang serta sistem ekonomi yang berlangsung di Pasar Projo Ambarawa.

(46)

31 BAB II

DINAMIKA PEREKONOMIAN PASAR PROJO TAHUN 1986-2015

A. Profil Pasar Projo Ambarawa

Perdagangan di Ambarawa sudah menjadi jantung perekonomian masyarakat Ambarawa dan sekitarnya sejak zaman penjajahan. Keberadaan jalan Sudirman yang dibangun di masa kependudukan Belanda mendorong terciptanya lingkungan perdagangan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman. Kegiatan perdagangan memicu mobilitas masyarakat Ambarawa untuk dapat menaikkan taraf hidup. Kegiatan perdagangan di Jalan Jenderal Sudirman pada masa kependudukan Belanda mendorong masyarakat luar Ambarawa untuk ikut berdagang di Ambarawa, posisi strategis dan potensi Ambarawa sebagai lokasi dagang menjadi daya tarik untuk masyarakat luar Kecamatan Ambarawa untuk berdagang di Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa. Kegiatan perdagangan ini mengalami perkembangan sehingga tercipta lingkungan perdagangan di pinggir Jalan. Lingkungan perdagangan pada masa kependudukan Belanda di pinggir Jalan Jenderal Sudirman tergambar pada foto ini.

(47)

32

kalangan para pedagang. Aktivitas perdagangan semakin sibuk ketika bertambahnya jumlah pedagang dan semakin banyak pula jumlah pembeli. Banyak dari masyarakat Ambarawa dan sekitarnya menggantungkan hidupnya pada aktivitas perdagangan.

Gambar. 1

Sumber foto: Dian Kelana, Berkelana di Ambarawa, 5 Mei 2016, www.Kompasiana.com

(48)

33

dibangun tahun 1970 diberi nama Pasar Projo Ambarawa. Pasar ini dibangun tahun 1969 dan mulai beroperasi di tahun 1970.

Gambar.2

Sumber foto: Dian Kelana, Berkelana di Ambarawa, 5 Mei 2016, www.Kompasiana.com

(49)

34

akses jalan antar kota antar Provinsi (Jln Raya Semarang-Yogyakarta) menyebabkan pasar ini menjadi rujukan utama bagi masyarakat Kabupaten Semarang dan sekitarnya. Entrance areanya cukup baik dan berada dalam lingkungan yang padat penduduk. Kemudian pada tahun 1972 Pasar Projo Ambarawa mengalami kebakaran. Kebakaran ini merupakan musibah pertama kali yang dialami para pedagang di Pasar Projo Ambarawa. setelah kebakaran Pasar Projo dibangun kembali. Kondisi Pasar Projo setelah mengalami revitalisasi untuk pertama kali yakni masih memiliki fisik yang sederhana dan pasar terkonsentarsi pada perdagangan di pinggir-pinggir Jalan Jenderal Sudirman.

Keadaan Pasar Projo Ambarawa di tahun 1985 masih memiliki fisik sederhana, bangunan pasar berupa gedung pasar berlantai dua, di sekitar pinggir Jalan Jenderal Sudirman masih banyak pedagang yang berjualan. Lahan parkir masih sempit sehingga belum dapat menampung kendaraan yang berada di area pasar, keterangan ini diperoleh dari ibu Sutimah seorang tengukulak28sayur di Pasar Projo Ambarawa.

kondisinya ya masih sederhana mbak, bangunannya memang berlantai dua tapi masih sederhana, tempatnya lebih kecil dibanding yang sekarang, namun pasar yang dulu tempat parkirnya kecil, terus pedagang kalau jualan itu masih banyak yang berada di pinggir jalan mbak.29

Kondisi fisik Pasar Projo yang sederhana tidak menyurutkan kegiatan perdagangan, transaksi jual-beli di pasar Projo Ambarawa merupakan potensi

28

Tengkulak merupakan seseorang yang membeli barang dagangan di pasar dengan jumlah yang banyak, kemudian barang yag telah dibeli akan dijual kembali.

29

(50)

35

ekonomi di wilayah Kabupaten Semarang. Perkembangan perekonomian pasar membawa mobilisasi para pedagangnya, keberadaan Pasar Projo Ambarawa sebagai tempat pilihan utama untuk berbelanja masyarakat Ambarawa dan sekitarnya mendorong tumbuhnya Pasar Projo sebagai penopang perekonomian di wilayah Kabupaten Semarang.

Kalau dulu jualannya masih pada kecil-kecilan mbak ya lapak-lapak kecil tapi barang dagangan yang dijual memang sudah komplit dari dulu, sehingga masyarakat kalau mau butuh apa-apa pilihannya ya di Pasar Projo, kalau toko-toko atau kios di pasar Projo memang ada tapi masih sedikit.30

Sebagai penopang ekonomi di Kabupaten Semarang Pasar Projo menjadi tempat yang dipenuhi oleh pedagang dan pembeli, banyak pedagang yang bergantung hidupnya pada aktivitas perdagangan di Pasar Projo Ambarawa. Stabilitas perekonomian di pasar sempat terganggu dengan terjadinya kebakaran tahun 1992. Kebakaran yang terjadi di tahun 1992 menuntut para pedagang untuk berdagang di tempat relokasi sementara. Para pedagang berdagang di tempat relokasi sementara menunggu proses pembangunan kembali Pasar Projo Ambarawa. Setelah Pasar Projo selesai dibangun, aktivitas perdagangan kembali berlangsung di dalam gedung Pasar Projo. Kondisi gedung mengalami perbaikan, masih dengan kontruksi dua lantai namun terdapat perluasan lahan. Para pedagang kembali melaksanakan aktivitas jual-beli dengan fasilitas baru berupa gedung baru Pasar Projo Ambarawa. Penataan Pasar Projo masih belum maksimal, para pedagang belum terkelompok ke dalam jenis barang dagangan, pedagang pakaian

30

(51)

36

dan pedagang makanan jajanan pasar masih berdampingan, misalnya kios pakaian tersebar ada yang berada di lantai satu dan terdapat juga di lantai dua.

Bangunan pasar yang dibangun setelah kebakaran di tahun 1992 terus beroperasi hingga tahun 2012. Pasar mengalami kebakaran kembali di tahun 2012, penyebabnya diduga karena terjadi konsleting listrik. Kebakaran terjadi pada pukul 20.00 WIB Jumat 20 Juli 2012. Kebakaran yang terjadi menghanguskan 956 Los dan 158 kios, dalam kebakaran tidak ada korban jiwa.31 Kerugian yang dialami dari peristiwa kebakaran diperkirakan:

Tabel.1

NO URAIAN KERUGIAN TAKSIRAN

KERUGIAN

Kolom diatas merupakan laporan yang berasal dari Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan, Kabupaten Semarang. Dengan kerugian yang dialami para pedagang terjadi kekacauan dalam perekonomian Pasar Projo.

31

(52)

37

Kondisi sosial-ekonomi terganggu, pedagang merasa kebingungan karena barang dagangan terbakar bahkan beberapa pedagang menyimpan uang di dalam kios sehingga ikut terbakar. Selain itu tempat yang digunakan untuk berdagang juga mengalami sehingga para pedagang mengalami kebingungan mengenai tempat yang harus digunakan untuk berdagang.

Gambar. 3

Sumber foto: Dian Kelana, Berkelana di Ambarawa, 5 Mei 2016, www.Kompasiana.com

(53)

38

pada tahun 2015. Para pedagang memasuki gedung baru pasar yang selesai dibangun pada 20 Mei 2015.

Gambar. 4

Foto ini diambil setelah pasar mengalami revitalisasi di tahun 2015, dengan bangunan gedung yang baru pasar Projo memiliki fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan perdagangan. Wajah baru Pasar Projo Ambarawa memberikan kesan pasar tradisional dengan tampilan modern.

Pasar dengan bangunan bertingkat dua di bagian depan dan bertingkat tiga di bagian belakang dan samping kanan, seluas 16.813,9 m2 dan berdiri diatas tanah seluas 12.592 m2 ini memiliki 195 kios dan 1.512 los, dengan pedagang berjumlah 1.552 orang. Fasilitas umum yang tersedia di pasar projo, antara lain: 40 kamar mandi/WC, Mushola seluas 39 m2, gedung parkir 3 lantai seluas 2.600 m2, 40 kamera CCTV, Alarm Pasar, sound system pasar, genset 60 KVA, pompa hidran, hidran, sumur artetis, ground tank untuk menampung air 70 m3, areal parkir dan bongkar muat, dsb.32

32

(54)

39

(55)

40

Keterangan berupa kolom diatas diperoleh dari laporan Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Semarang, bagian pasar berupa data tentang revitalisasi Pasar Projo Ambarawa.

Gedung baru Pasar Projo Ambarawa memberi kesan pasar modern dengan sistem perekonomian pasar tradisional. Dengan gedung yang baru pemerintah berusaha menyediakan tempat berbelanja yang nyaman namun dengan harga yang terjangkau. Keberadaan Pasar Projo dengan citra yang baru merupakan strategi pemerintah untuk menarik minat masyarakat berbelanja di Pasar Projo Ambarawa ditengah persaingan ketat antara Pasar Projo dengan minimarket dan toko-toko di sekitar area Pasar Projo Ambarawa.

B. Potensi Pasar Projo sebagai Penopang Perekonomian Masyarakat

Ambarawa dan Sekitarnya.

(56)

41

pertumbuhan kota, jalur transportasi memegang porsi besar pada perkembangan kota, artinya Kabupaten Semarang yang dilewati jalur regional dari pusat pertumbuhan Kota Semarang dan Solo yaitu Ungaran – Bawen - Ambarawa memiliki pertumbuhan yang signifikan. Selain aspek transportasi, aspek lokasi juga berpengaruh pada pertumbuhan kota. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan kecepatan pertumbuhan antara kota di Kabupaten Semarang dengan kota-kota di Kabupaten Kendal dan Demak yang memiliki akses yang sama besar terhadap jalur transportasi regional dan letak yang sama berimpit batas dengan Kota Semarang.

Pada aspek ekonomi Ambarawa yang dilewati jalur regional mempunyai spesialisasi fungsi yang terletak ditengah kawasan produksi pertanian menjadikan Ambarawa pintu keluar bagi komoditas pertanian. Ambarawa yang diapit oleh Kecamatan Bandungan, Jambu, Sumowono, dan Bawen, dimana keempat kecamatan tersebut merupakan sentra pertanian, perkebunan, tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Sehingga Ambarawa yang mempunyai keuntungan lokasi sering dimanfaatkan oleh kecamatan lain untuk memasarkan komoditas mereka karena kedekatannya dengan jalur regional. Seperti uraian di atas, dari aspek ekonomi, Ambarawa mempunyai spesialisasi fungsi yang terletak ditengah kawasan produksi pertanian menjadikan Ambarawa pintu keluar bagi komoditas pertanian. Dengan letak yang strategis yaitu berada di jalur regional, aktivitas di Pasar Projo sering menimbulkan kemacetan.

Gambar

Gambar. 1
Gambar. 3
Gambar. 4
Tabel. 2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk semua instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, pendapatan atau biaya bunga dicatat dengan menggunakan metode Suku Bunga Efektif ( "SBE" ),

Bilamana kedisiplinan tidak dapat ditegakkan maka kemungkinan tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai secara efektif dan efisien (Nitisemito, 1991 : 200

Rekapitulasi Pasien Rawat Jalan Rekapitulasi Pasien Rujukan Rawat Jalan Tingkat Morbiditas Pasien (RL2b) Tingkat Surveylan (RL2b1) Laporan Penyakit Terbesar Laporan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut : 1) Sistem peminjaman buku perpustakaan yang ada saat ini masih manual sehingga menyebabkan banyak

6XPEHU SHQHULPDDQ WHUEHVDU UXPDK VDNLW DGDODK SDVLHQ UDZDW LQDS SHUVDOLQDQ -DPNHVGD ,QWHJUDVL -DPNHVGD GHQJDQ %3-6 .HVHKDWDQ DNDQ PHUXEDK VLVWHP SHPED\DUDQ GDUL UHWURVSHNWLI

571 PK/PDT/2008, meskipun termohon peninjauan kembali I (pengugat kopensi) dalam posita dapat membuktikan hubungan hukum antara termohon peninjauan kembali I (pengugat kopensi)

AMPUS Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memiliki luas sebesar ± 187 ha yang terletak pada ketinggian berkisar antara 3-4 mdpl. Dalam memenuhi kebutuhan

Febri : Kalau soal pendidikan pemilu tadi, daerah sini warganya sudah dapat pendidikan politik belum.. Dan ibu juga sudah dapat atau