• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Tn.H dengan Prioritas Masalah Personal Hygiene di RSU Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Tn.H dengan Prioritas Masalah Personal Hygiene di RSU Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Tn.H dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Personal Hygiene di Rumah Sakit

Umum Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem

Provsu Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Satrina Tambunan

122500141

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “ Asuhan Keperawatan pada Tn.H dengan Prioritas Masalah Personal Hygiene di RSU Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun yang akan penulis gunakan untuk perbaikan dimasa akan datang.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan secara moril maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya pada.

1. dr.Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I, ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan II dan Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan dan Bapak Mula Tarigan, S. Kp, M.Kep, selaku sekretaris Prodi DIII Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

4. Bapak Achmad Fathi S.Kep,.NS,.MNS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

5. Ibu Reni Asmara,S.Kp.,MARS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

(5)

7. Seluruh Staf Pengajar serta Staf Pegawai Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis selama di bangku perkuliahan.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta dan keempat saudara saya yang tidak pernah menyerah dalam memotivasi saya dalam bentuk nasehat, dorongan dan doa.dan terutama buat tua kecil ku Dorlis sitompul yang telah merawat saya sampai akhir terima kasih tua.

9. Seluruh teman-teman DIII Keperawatan Stambuk 2012 terutama kepada Melitasari Butar butar, Junita Sari Lubis, Lily Lolyta Tampubolon, Lela H Siringo-ringo, Sovia Juniati Togatorop, M. Yudi Iswara, Johariscan Nainggolan dan juga sahabat saya yang selalu mendukung saya Indah Actry Tobing dan Romaito Silalahi yang turut membantu penulis dengan memberikan semangat dan dorongan penuh untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan serta pengetahuan yang penulis miliki, maka dari itu penulis mengharapkaan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semua Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan penulis.

Medan, 10 Juli 2015 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Lembar pengesahaan ... i

Kata pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan ... Manfaat ... 4

BAB 2 PENGELOLAHAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Perawatan Diri ... 5

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Perawatan Diri ... 10

2.2.1 Pengkajian ... 10

2.2.2 Analisa Data ... 11

2.2.3 Rumusan Masalah ... 14

2.2.4 Perencanaan ... 16

2.3 Asuhan Keperawatan Kasus ... 18

2.3.1 Pengkajian ... 18

2.3.2 Analisa Data ... 21

2.3.3 Rumusan Masalah ... 23

2.3.4 Perencanaan ... 23

2.3.5 Implementasi dan Evaluasi ... 26

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan ... 29

3.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA Lampiran

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar dari pada kebutuhan lainnya. Oleh karena itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya. Kebutuhan dasar manusia seperti makan, air, keamanan dan cinta merupakan hal yang penting bagi manusia. Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia tersebut dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia kesehatan.

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukakn tindakan itu maka akan menambah tingkat kebutuhan pasien (Potter & Perry, 2005).

Sebagai contoh, adanya perubahan pada kulit dapat menimbulkan berbagai gangguan fisik dan psikologis. Gangguan fisik yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan konsep diri, sedangkan gangguan psikologis dapat terjadi karena kondisi tersebut mungkin mengurangi keindahan penampilan dan reaksi emosional. Peran perawat dalam hal ini sangat dibutuhkan guna meningkatkan personal hygiene individu melalui kegiatan penyuluhan dan peningkatan pengetahuan tentang upaya kebersihan diri melalui penerapan prinsip hidup bersih dan sehat (Mubarak, 2008).

(8)

perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti, pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang rutin. selain itu, beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien. Perawat menentukan kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri dan memberikan perawatan hygiene menurut kebutuhan dan pilihan klien (Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan data WHO (2001), 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO di berbagai negara menunjukkan sebesar 20-30 %. pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Department of Health and Human Service (1999), memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut 6,5 juta mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa yang berat dan 4 juta diantaranya adalah anak-anak dan remaja (Videbeck, 2008).

Salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi adalah skizofrenia, dimana hingga saat ini penanganannya belum memuaskan. Hal ini terutama terjadi di negara-negara yang sedang berkembang karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat akan terhadap jenis gangguan jiwa ini .

(9)

kemungkinan klien bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial (Fitria, 2009).

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antar perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses keperawatan yaitu terlaksananya asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Salah satu yang dapat dilakukan oleh keperawatan jiwa adalah dengan menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi dalam tindakan keperawatan. Strategi pelaksanaan kominikasi tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh seseorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009).

Ketidakmampuan individu yang melakukan perawatan diri itu hampir 90% dialami oleh orang yang mengalami gangguan jiwa, berdasarkan hal itu maka penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan

Keperawatan Klien dengan “ Defisit Perawatan Diri” pada pasien gangguan jiwa.

1.2. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada klien Tn H dengan masalah pemenuhan Kebutuhan Perawatan Diri di Ruang Bukit Barisan RSU Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara. dan Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam ilmu pengetahuan keperawatan, menerapkan peroses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan professional, baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat.

2. Tujuan khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien Tn.H dengan pemenuhan Kebutuhan Perawatan Diri penulis mampu:

(10)

c. Mahasiswa merencanakan intervensi dari defisit perawatan diri. d. Mahasiswa melakukan implementasi dari defisit perawatan diri.

e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan.

1.3. Manfaat

1. Praktik Pelayanan Keperawatan

Hasil penulisan karya tulis ilmiah yang diperoleh dapat menjadi sumber pengetahuan dan strategi bagi keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan perawatan diri.

2. Pendidikan Keperawatan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sangat berguna untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai penerapan ilmu yang telah diterima selama kuliah, dan diharapkan dapat mengaplikasikan diagnosa keperawatan NANDA International (2012), Nursing Interventions Clarifikasi/NIC

(Bulechek, 2013) dan Nursing Outcames Clarification/NOC (Moorhead, 2013) bagi ilmu keperawatan jiwa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan mood: depresi dengan masalah defisit perawatan diri: mandi yang dipergunakan dalam pembelajaran asuhan keperawatan jiwa.

3. Bagi Klien

(11)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Perawatan Diri/ Personal Hygiene

2.1.1. Defenisi Perawatan Diri/ Personal Hygiene

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jikan tidak dapat melakukan perawatan diri (Departemen Kesehatan, 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan diri adalah dimana seseorang tidak mampu melakukan kesehatan untuk dirinya (Potter & Perry, 2005).

Defisit perawatan diri mandi yaitu hambatan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri, seperti mandi, berganti pakaian, makan dan eliminasi. Jika seseorang tidak dapat melakukan semua perawatan diri, situasi ini digambarkan sebagai defisit perawatan total. Namun, diagnosis tersebut dapat diklasifikasi dalam masalah yang lebih spesifik, dengan batasan karakteristiknya masing-masing, masalah-masalah ini dapat berdiri sendiri atau dalam berbagai kombinasi, seperti defisit perawatan diri : makan dan deficit perawatan diri : mandi/hygiene dan makan (Nursing interventions Clarification/NIC, 2012).

(12)

2.1.2. Klasifikasi Perawatan Diri/Personal Hygiene.

Klasifikasi Perawatan Diri terdiri dari (Nurjanah, 2004): 1. Kurang Perawatan Diri : Mandi

Kurang Perawatan diri : mandi adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Kurang Perawatan Diri : Mengenai pakaian/berhias

Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. 3. Kurang Perawatan Diri : Makan

Kurang perawatan diri : makan adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.

4. Kurang Perawatan Diri : Toileting

Kurang perawatan diri: toileting adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

2.1.3. Etiologi

Tarwoto dan Wartonah(2003) menjelaskan bahwa penyebab defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:

1. Kelelahan Fisik 2. Penurunan Kesadaran

Menurut Depkes (2000), penyebab defisit perawatan diri adalah : 1. Faktor predisposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang memnyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun

(13)

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor predisposisi

Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga memnyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Sikap seseorang melakukan hygiene perorangan dipengaruhi oleh beberapa factor (Potter & Perry, 2005) :

1. Citra tubuh

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya karena adanya perubahan fisik dan penyakit yang dideritanya sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. 2. Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi.

3. Status sosial ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan, dan pada pasien gangguan jiwa kemampuan untuk melakukan kebersihan diri menurun. Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri, pembelajaran praktik diharapkan dapat memotivasi seseorang untuk memenuhi perawatan yang perlu. 5. Budaya

(14)

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti, penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.1.4 Dampak dari masalah Perawatan Diri/Personal Hygiene

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak Psikososial

Masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan memncintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial(Tarwoto & wartonah, 2010)

2.1.5. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Tanda dan gejala klien defisit perawatan diri adalah seperti berikut (Depkes,2000) :

1. Fisik :

- Badan bau, pakaian kotor. - Rambut dan kulit kotor. - Kuku panjang dan kotor. - Gigi kotor disertai bau mulut. - Penampilan tidak rapi.

2. Psikologis :

- Malas, tidak ada inisiatif. - Menarik diri, isolasi diri.

(15)

3. Sosial :

- Interaksi kurang. - Kegiatan kurang.

- Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

- Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB disembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Tarwoto & Wartonah (2010) menjelaskan bahwa tujuan perawatan

personal hygiene adalah meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang,pencegahan penyakit, memperbaiki personal hygiene

yang kurang, meningkatkan percaya diri seseorang, menciptakan keindahan. Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :

1. Data subyektif

a) Pasien merasa lemah b) Malas untuk beraktivitas c) Merasa tidak berdaya. 2. Data obyektif

a) Rambut kotor, acak-acakan b) Badan dan pakaian kotor dan bau c) Mulut dan gigi bau

d) Kulit kusam dan kotor

e) Kuku panjang dan tidak terawat.

2.1.6. Dampak dari masalah perawatan diri/personal hygiene

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.

Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial

(16)

memcintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi social.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar

Perawatan Diri/ Personal Hygiene

2.2.1 Pengkajian

Kurang perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan melakukan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makanan secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting : Buang air besar (BAB) dan Buang air kecil (BAK) secara mandiri. Pengkajian dapat dikumpulkan dari klien, keluarga dan orang terdekat, catatan informasi sebelumnya, dan orang yang terlibat dalam member dukungan atau perawatan klien. Menurut Departemen Kesehatan, (2000) hal yang dapat dikaji berupa:

- Riwayat masa lalu atau riwayat keluarga dengan gangguan

emosional /jiwa.

- Riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol.

- Riwayat gangguan personal atau gangguan kesulitan untuk makan. - Riwayat kehilangan.

- Riwayat kondisi medis yang akut dan kronis. - Riwayat keperawatan

- Kebiasaan dalam melakukan aktivitas terutama dalam kebersihan

diri : mandi, berpakaian, berdandan, toileting dan makan. Pola mandi dalam sehari, Apakah ada perubahan waktu mandi,jumlah mandi dalam sehari.

- Pemeriksaan Fisik

(17)

b) Psikologis : Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa endah diri.

c) Sosial : Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku normal.

2.2.2 Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005).

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk rumah sakit, selama pasien dirawat secara terus-menerus, serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (Potter & Perry, 2005).

Tujuan pengumpulan data:

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien 2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien 3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.

Tipe data: 1. Data Subjektif

(18)

Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu (Potter & Perry, 2005).

2. Data Objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dianalisa masalah keperawatan yang paling mungkin muncul dari penderita berdasarkan diagnose keperawatan NANDA international (2012) :

1. Defisit Perawatan Diri : Mandi

Defenisi: Hambatan kemampuan untuk melakukakn atau menyelesaikan mandi/aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri Batasan karakteristik :

- Ketidakmampuan mengakses kamar mandi - Ketidakmampuan mengeringkan tubuh

- Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi - Ketidakmampuan menjangkau sumber air

- Ketidakmampuan mengatur air mandi - Ketidakmampuan membasuh tubuh

2. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian dan Berhias

Defenisi : Hambatan kemampuan untuk melakukan atau

menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berias untuk diri sendiri.

Batasan Karakteristik

- Ketidakmampuann mengancingkan pakaian - Ketidakmampuan mendapatkan pakaian

- Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian - Ketidakmampuan mengenakan sepatu

(19)

- Ketidakmampuan melepaskan sepatu - Ketidakmampuan melepas kaus kaki - Hambatan memlilih pakaian

- Hambatan menggunakan resleting

3. Defisit Perawatan Diri : Makan

Defenisi : Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan sendiri.

Batasan Karakteristik

Ketidakmampuan untuk:

- Menyuap makanan dari piring ke mulut - Mengunyah makanan

- Menyelesaikan makanan - Meletakkan makanan ke piring - Memegang alat makan

- Mengingesti makanan dengan cara yang diterima oleh masyarakat - Mengingesti makanan secara aman

- Mengingesti makanan yang cukup - Memanipulasi makanan di mulut - Membuka wadah makanan - Mengambil cangkir atau gelas

- Menyiapkan makanan untuk diingesti - Menelan makanan

- Menggunakan alat bantu

4. Defisit Perawatan Diri : Eliminasi Batasan Karakteristik

- Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat - Ketidakmampuan menyiram kloset atau kursi buang air - Ketidakmampuan mencapai kloset atau kursi buang air - Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi

- Ketidakmampuan untuk duduk atau bangun dari kloset atau kursi

(20)

Menurut Fitria ( 2010 ), tanda dan gejala defisit perawatan diri adalah:

a. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memlilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaus kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan menggunakan sepatu.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalumemasukkannya kedalam mulut, melengkapi makanan, mengambil gelas atau cangkir, serta mencerna cukup makanan dengan aman.

(21)

2.2.3 Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan pada gangguan kebutuhan personal hygiene harus aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian di mana perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya atau gangguan kebutuhan personal hygiene (Potter & Perry, 2005).

1. Defisit perawatan diri : mandi

Outcomes/Kriteria Hasil:

a. Health Promoting Behavior/Promosi perilaku kesehatan

Defenisi : Tindakan pribadi untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan.

Pasien menunjukkan tindakan pribadi untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang dibuktikan dengan indicator 1-5 (Tidak ada menunjukkan, Jarang menunjukkan, Kadang-kadang menunjukkan, Sering menunjukkan, Sesuai ) yaitu :

a. Mampu mengutarakan motivasi dalam kebersihan diri secara mandiri.

b. Mampu mengidentifikasi masalah kebersihan diri

c. Mengutarakan kebiasaan yang tidak diiinginkan klien dengan kebiasaan diinginkan klien.

d. Membantu pasien dalam mengidentifikasi kebersihan diri, bahkan keberhasilan kecil.

e. Mengidentifikasi masalah pasien dalam hal perilaku

f. Meningkatkan motivasi klien dalam hal kebersihan diri secara mandiri.

g. Menunjukkan perilaku positif yang telah diarahkan h. Mempertahankan harga diri positif

i. Mengungkapkan keyakinan akan kemampuan untuk melakukan tindakan , terutama kebersihan diri.

(22)

l. Mengungkapkan niat untuk bertindak atau melakukan aktivitas secara mandiri

m. Klien terbebas dari bau badan

n. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan aktivitas

Outcomes/Kriteria hasil :

b. Assistance self care/Bantuan perawatan diri

Defenisi : membantu pasien untuk melakukan kebersihan diri.

Pasien menunjukkan kebersihan diri dengan mandiri yang dibuktikan dengan indicator 1-5 ( Tidak ada menunjukkan, jatrang menunjukkan, kadang-kadang menunjukkan, sering menunjukkan, sesuai ) yaitu :

a. Mampu untuk perawatan mandiri.

b. Mampu menunjukkan dalam kebersihan pribadi, mandi berpakaian, dandan, toilet dan makan.

c. Mampu menyediakan peralatan mandi pribadi yang diinginkan.

d. Mampu melakukan aktivitas normal sehari haridengan tingkat kemampuan.

e. Mendorong kemandirian, namun campur tangan ketika pasien tidak dapat melakukan.

f. Mampu membentuk rutinitas untuk kegiatan perawatan diri.

2.2.4. Perencanaan

Perencanaan yang paling mungkin muncul berdasarkan data diatas adalah intervensi-intervensi terkait perawatan diri mandi dan kegiatan terapi.

Salah satu intervensi keperawatan yang paling bisa dilakukan menurut NIC (Nursing Intervations Clarification) adalah:

1. Defisit Perawatan Diri

(23)

1. Bina hubungan baik dengan klien

2. Bangun hubungan terapeutik berdasarkan kepercayaan dan menghormati klien

3. Menunjukkan empati,kehangatan pada klien 4. Tetapkan tujuan perilaku klien

5. Berikan informasi factual yang diperlukan dan sesuai 6. Gunakan teknik relaksasi dan klarifikasi perhatian klien 7. Tentukan bagaimana perilaku keluarga mempengaruhi pasien.

b) Self care : bathing/ Bantuan perawatan diri : mandi

a. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri b. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu dalam kebersihan

diri : mandi, toileting, pakaian dan makan.

c. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.

d. Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan. e. Memantau kebersihan diri klien dan perawatan diri. f. Memfasilitasi klien dalam hal kebersihan diri g. Memfasilitasi klien untuk mandi secara mandiri

h. Bantu klien dalam kebersihan badan, mulut, rambut, dan kuku i. Arahkan pasien untuk melakukan aktivitas

j. Tingkatkan motivasi pasien untuk melakukan kebersihan diri. k. Jaga kebersihan tempat tidur, selimut bersih dan nyaman. l. Bantu pasien untuk memenuhi hygiene pribadi.

(24)

2.3 Asuhan Keperawatan Kasus

2.3.1 Pengkajian

Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktik di Rumah Sakit Jiwa pada tanggal 18-22 Mei 2015, mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn.H. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan dan secara lengkap terdapat di lampiran 1.

1) Biodata

Seorang klien laki-laki, dengan inisial Tn.H berusia 37 tahun, golongan darah klien B, sudah menikah, beragama Islam beralamat di Desa Bintang Lae Pinang Sidikalang, Kabupaten Dairi, pendidikan terakhir klien SMA, klien anak ke 1 dari 4 bersaudara dan saat ini pekerjaan klien adalah wiraswasta, Tn.H memiliki 1 orang anak, dengan kondisi saat ini klien mengalami skizofrenia, klien masuk Rumah Sakit Jiwa Prov.Sumatera Utara Medan pada tanggal 06 April 2015, klien tersebut sudah pasien berulang masuk Rumah Sakit Jiwa dalam pengobatan, dengan No.Register klien 035502, klien dirawat di Ruangan Bukit Barisan.

2) Keluhan Utama

Pada saat pengkajian klien tampak lemas, kotor, bau, klien juga tampak mengepal tangannya dan gelisah.

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan malas mandi dan malas untuk membersihakan dirinya sendiri, klien mengganti pakaian sekali 2 hari.

Semenjak klien dirawat di Rumah Sakit, klien merasa tubuhnya tidak berguna lagi sudah tidak pantas lagi dirawat dan bersih, terlebih klien suka menyendiri. Klien terlihat lebih banyak diam, sering melamun dan selalu mengepal- ngepal tangannya, Perawatan Diri/Personal Hygiene

Tn.H menjadi suatu masalah yang harus ditangani untuk meningkatkan kesehatan Tn.H.

(25)

4) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Sebelumnya pasien sudah pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prov.Sumatera Utara Medan 4 tahun terakhir ini. Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan obat.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Orangtua klien tidak ada riwayat penyakit gangguan jiwa seperti yang dialami klien, saudara klien juga tidak ada riwayat penyakit keturunan, didalam anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa hanya Tn.H.

6) Riwayat Keadaan Psikososial

Persepsi klien tentang penyakitnya, klien merasa malu dengan penyakitnya saat ini dan klien yakin bahwa klien akan sembuh dan ingin cepat pulang agar dapat bekerja dan berkumpul dengan keluarga, klien juga mengatakan klien kepala keluarga dan Ayah bagi ketiga anaknya, klien merasa hidupnya akan selamanya di Rumah Sakit.

Keadaan emosi klien stabil saat akan dilakukan percakapan namun klien susah diajak berkomunikasi dengan orang lain, klien mengatakan lebih senang berdiam diri dikamar. Hubungan klien dengan keluarga baik, namun hubungan klien dengan orang lain klien tidak mau bergaul, klien merasa tidak percaya pada orang lain karena klien merasa sedang diancam . Klien beragama islam dan mempercayai ajaran yang ada pada agama tersebut, sebelum masuk Rumah Sakit Jiwa klien mengatakan rajin sholat, dan selama di rawat di Rumah Sakit Jiwa klien tidak melaksanakan ibadah karena tidak berguna lagi dan klien mengatakan tidak niat sholat lagi.

7) Status Mental

Penampilan klien tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, klien kotor dan bau, tingkat kesadaran orientasi/bingung, pembicaraan lambat dan tidak mau memulai pembicaraan, alam perasaan klien lesu dan tidak bersemangat, isi pikiran klien ide yang terkait, kontak mata kurang, proses pikir klien sirkumstansial, klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.

8) Pemeriksaan Fisik

(26)

Tanda-tanda vital klien dengan tekanan darah 130/80mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 22x/i, suhu badan 37 C, tinggi badan klien 155cm, berat badan klien 60 kg. Bentuk kepala bulat dan normal, ubun-ubun normal tertutup dan keras, kulit kepala kotor dan berbau, penyebaran dan keadaan rambut merata, kotor, dan bau, warna kulit kepala normal sawo matang, warna kulit wajah sawo matang, struktur wajah normal, kelengkapan dan kesimetrisan mata lengkap simetris kanan dan kiri, palpebra normal, konjungtiva anemis sclera normal, bentuk hidung normal simetris kiri dan kanan, bentuk telinga normal dan sejajar dengan mata, ukuran telinga normal, ketajaman pendengaran normal, keadaan bibir kering, keadaan gusi dan gigi kotor dan kuning, keadaan lidah kering, orofaring normal mampu menelan, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, suara pelan, lambat, dan kurang jelas, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, kebersihan kulit kotor dan berbau, warna kulit sawo matang, kelembapan kulit kering.

9) Pola kebiasaan Sehari-hari

Frekuensi makan klien 3 kali dalam sehari, selera makan klien baik, tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada alergi, tidak ada mual muntah, makan pagi pukul 08.00, makan siang pukul 12.30, makan malam pukul 18.00, jumlah dan jenis makanan Nasi, lauk dan sayur, klien memisahkan diri ketika makan, tidak ada kesulitan dalam menelan dan minum, kebersihan tubuh klien badan kotor, bau, dan berdaki, kebersihan gigi dan mulut klien kuning, mulut kering dan kotor, kebersihan kuku tangan dan kaki kotor dan kuku panjang, dalam hal kebersihan diri klien harus diarahkan agar mau membersihkan dirinya, pola eliminasi BAB 1-2 kali sehari, karakter feses lembek, tidak ada riwayat pendarahan, pola BAK lancar, tidak ada nyeri saat BAK.

10) Mekanisme Koping

Klien mau berbincang dengan orang lain sesuai yang diajarkan oleh perawat.

(27)

2.3.2 Analisa Data

No Data Penyebab Masalah kepeawatan

1 Data Subyektif :

-Klien mengatakan

malas mandi, karena klien merasa tidak perlu mandi, klien tidak suka dengan baju yang sama terus.klien tidak dijenguk oleh istrinya.

-Klien tampak lemah

dan lesu.

-Klien mengatakan

lelah untuk

kulit kusam dan kotor, Kuku panjang dan

- Klien mengatakan

(28)

melakukan apa-apa, dan mengabaikan kebersihan diri kien.

- Klien terlihat

menyendiri di kamar.

- Kontak mata kurang - Tidak kooperatif - Ditemukan perubahan

status mental; pola pikir sirkumtansial dan gangguan memori jangka panjang

3 Data Subyektif :

- Klien mengatakan

benci atau kesal pada seseorang

- Klien suka membentak

dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah

- Klien mengatakan

semua orang ingin menyerangnya

Data obyektif

- Klien suka merusak

(29)

2.3.3 Rumusan Masalah

a. Defisit Perawatan diri b. Isolasi sosial

c. Resiko Perilaku Kekerasan terhadap orang lain

2.3.3.1.Diagnosa Keperawatan (PRIORITAS)

1. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan penurunan motivasi ditandai dengan klien merasa tidak perlu mandi, klien tidak suka dengan baju yang sama terus, klien tidak dijenguk oleh istrinya, klien terlihat kotor, wajah berminyak, gigi kotor, dan mukosa mulut putih. 2. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental dan

perubahan penampilan ditandai dengan pakaian klien tidak rapi, bau, dan pola pikir sirkumtansial, klien terlihat menyendiri di kamar, klien sering melamun, tidak mau melakukan apa-apa, dan mengabaikan kebersihan diri kien.

3. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan status mental ditandai dengan klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah, klien suka merusak dan melempar barang-barang, wajah klien memerah jika marah, klien suka marah dengan nada suara yang tinggi.

2.3.4 Perencanaan

No.Dx Perencanaan Keperawatan

1 Tujuan dan Kriteria Hasil :

1. Menunjukkan kemampuan perawatan diri atau aktivitas sehari-hari secara mandiri dan klien terbebas dari bau badan

2. Mampu menunjukkan dalam kebersihan pribadi terutama mandi dan berpakaian, dandan, toilet dan makan.

(30)

Rencana Tindakan Rasional 1. Bina hubungan saling percaya

dengan pasien

2. Pantau kebersihan diri klien dan perawatan diri.

3. Fasilitasi klien untuk mandi ssecara mandiri

4. Bantu klien dalam kebersihan badan, mulut, rambut, dan kuku. 5. Tingkatkan motivasi klien dalam

kebersihan badan, mulut, rambut dan kuku.

6. Lakukan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya kebersihan diri, pola kebersihan daan cara kebersihan diri.

1. Mendekatkan diri pada pasien. Rasa saling percaya adalah untuk fasilitas untuk ekspresi pikiran/perasaan secara terbuka.

2. Data dasar dalam intervensi.

3. Memudahkan klien untuk melakukan aktivitas.

4. Mengarahkan klien dalam kebersihan diri.

5. Meningkatkan kemauan pasien beraktivitas.

6. Meningkatkan pengetahuan dan membuat klien lebih kooperatif.

No.Dx Perencanaan Keperawatan

2 Tujuan dan Kriteria hasil :

1. Menunjukkan keterlibatan sosial maupun mengidentifikasi dan menerima karakteristik atau prilaku pribadi yang berpengaruh pada isolasi sosial.

2. Mampu mengungkapkan penurunan perasaan atau pengalaman diasingkan.

3. Mampu berpartisipasi dalam kegiatan.

4. Mampu berpartisipasi dalam aktivitas pengalihan dengan orang lain

5. Mulai membina hubungan dengan orang lain

(31)

Rencana tindakan Rasional

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.

2. Bantu klien mengembangkan dan meningkatkan keterampilan sosial interpersonal.

3. Bantu klien membina hubungan terapeutik dengan klien yang mengalami kesulitan berinteraksi dengan orang lain. 4. Fasilitasi kemampuan individu

untuk berinteraksi dengan orang lain.

5. Buat jadwal kegiatan pada klien agar berinteraksi dengan orang lain

6. Jelaskan makna manfaat berhubungan dengan orang lain dan kerugian menarik diri.

1. Mendekatkan diri pada klien.

2. Mengarahkan klien dalam bersosialisasi.

3. Memotivasi klien agar beinteraksi.

4. Memudahkan klien untuk melakukan aktivitas dan berinteraksi.

5. Meningkatkan rasa percaya diri klien.

6. Agar klien termotivasi untuk berinteraksi.

No.DX Perencanaan Keperawatan

3 Tujuan dan Kriteria Hasil

1.Mampu menahan diri dan tidak menyerang, menbahayakan orang lain.

2.Mampu mengidentifikasi kapan marah, frustasi, atau merasa agresif.

3.Tidak menganiaya orang lain secara fisik, emosi atau seksual.

Rencana Tindakan Rasional

1. Dukung klien untuk mengungkapkan marah secara verbal.

(32)

2. Identifikasi perilaku yang mengindikasikan kekerasan terhadap orang lain

3. Pantau kemungkinan agresi yang tidak tepat dan lakukan pencegahan sebelum diungkapkan.

4. Pantau keamanan semua benda yang dibawa ke lingkungan tersebut oleh para pengunjung.

5. Pantau pasien selama penggunaan benda yang berpotensi digunakan sebagai senjata.

6. Ajarkan tentang penggunaan tindakan menenangkan diri.

7. Berikan umpan balik positif pada saat perilaku sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan.

2. Mengetahui apa penyebab perilaku kekerasaan agar dapat menghindari hal tersebut.

3. Pemantauan sikap agresi agar menghindari terjadinya perilaku kekerasan.

4. Menghindari benda-benda yang dapat melukai diri sendiri dan orang lain.

5. Menghindari benda-benda yang dapat melukai diri sendiri dan orang lain.

6. Memberikan rasa aman pada pasien.

(33)

2.3.5 Implementasi dan Evaluasi

Hari/

Tanggal

No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa, 19 Mei 2015

1 1. Diskusikan bersama klien tentang pengertian bersih dan cara merawat kebersihan diri tubuh.

2. Bicarakan dengan klien penyebab tidak mau menjaga kebersihan dan perawatan diri klien.

3. Memberitahu klien manfaat menjaga kebersihan dan perawatan diri klien.

4. Memberitahu klien cara menjaga kebersihan diri seperti : mandi, gosok gigi, mencuci rambut dan kebersihan kuku.

5. Memberi kesempatan kepada klien melakukakan kebersihan diri dan menanyakan perasaannya setelah membersihkan diri.

6. Memberitahu klien untuk melakukan perawatan diri teratur.

(34)

Rabu, 20 Mei 2015

2 1. Mengucapkan salam setiap berinteraksi dengan klien dan mengajak klien untuk

perkenalan.

2. Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini 3. Menanyakan pendapat klien

tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.

4. Berdiskusi dengan klien yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain

5. Membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian jika klien tidak berinteraksi dengan orang lain.

6. Mendiskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.

7. Membantu klien untuk

berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.

8. Memberitahu klien pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien. 9. Memberi kesempatan dan

bantuan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain

S : Klien mengatakan mengerti manfaat hubungan sosial dan kerugian menarik diri setelah dijelaskan c. Klien masih sering

(35)

. klien sudah melakukakn kegiatan yang diajarkan sebelumnya.

2. Selanjutnya berdiskusi mengenai masalah kesehatan yang dialami klien saat ini

3. Mendiskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.

4. Bertanya bagaimana perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan

5. Diskusi bersama klien perilaku klien yang biasa dilakukan pada saat marah dan memberitahu penyebab yang didapat akibat perilakunya

6. Mengajarkan klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, obat dan spiritual.

7. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, sosial dan spiritual

8. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat.

9. Mengajarkan tentang

penggunaan tindakan

menenangkan diri (Tarik nafas dalam)

S : klien mengatakan marah karena jika ada yang menganggu

A : Masalah sebagian teratasi

P : Intervensi

(36)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn.H dengan masalah Defisit perawatan diri : mandi selama 2 hari, yaitu pada tanggal 19, 21 Mei 2015. Sebagai langkah dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat ditarik beberapa kesimpulan.

Pengkajian keperawatan pada Tn.H ditemukan data pendukung mengatakan malas mandi, karena klien merasa tidak perlu mandi, klien tidak suka dengan baju yang sama terus, klien tidak dijenguk oleh istrinya, klien mengatakan merasa lemah, klien mengatakan lelah untuk beraktivitas, klien terlihat kurang memperhatikan kebersihan, bau badan, kulit kotor, klien juga mengatakan dengan kondisi saat ini lebih baik menyendiri, penampilan klien yang jorok dan bau membuat klien menyendiri, dengan data tersebut ditegakkan beberapa masalah keperawatan seperti defisit perawatan mandi, isolasi sosial, dan resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain.

Dan dengan diagnosa keperawatan defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan penurunan motivasi kebersihan diri, berdasarkan diagnosa yang ditemukan, adapun fokus intervensi pada Tn.H dan implementasi yang dilakukan sudah maksimal dan efektif sesuai dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya sehingga hasil yang diharapkan sudah mendekati kriteria hasil yang telah tetapkan. sedangkan evaluasi dari asuhan keperawatan pada Tn.H dengan masalah defisit perawatan diri : mandi di RS.Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan dimana ketiga masalah keperawatan tersebut belum teratasi sepenuhnya dan intervensi masih perlu untuk dilanjutkan oleh pihak rumah sakit.

(37)

3.2. Saran

Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah pemenuhan kebutuhan perawatan diri penulis menekankan pentingnya mengatasi atau mengurangi masalah defisit perawatan diri : mandi yang bisa terjadi pada pasien dengan gangguan jiwa dapat terpenuhi dengan baik.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, diharapkan :

1. Bagi mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan asuhan keperawatan hendaknya lebih memahami tentang kebutuhan dasar manusia dengan masalah keperawatan defisit perawatan diri tekhusus pada klien gangguan jiwa, waktu asuhan keperawatan akan lebih efektif jika 2 minggu dilakukan agar ditemukan kriteria hasil yang maksimal.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Fitria Nita, (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : SalembaMedika.

McCloskey, Bulechek. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Second Edition. Mosby : St. Louis.

Moorhead S, dkk.2013.Nursing Outcames Clasification (NOC).Third Edition.Mosby : Lowa city.

Lindsay Dingwall, ( 2013).. Higiene Personal. Jakarta: EGC Kedokteran

Nanda Internasional.2012.Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC : Jakarta.

Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin, (2005 ). Buku Ajar Fundamental

Keperawatan: Konsep, proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah, ( 2010 ). Kebutuhan Dasar Manusia dan Keperawatan.

Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Tarwoto & Wartonah, (2010 ). Kebutuhan Dasar Manusia dan Keperawatan.

(39)

Lampiran 1

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN KLIEN

I. BIODATA

Identitas Pasien

Nama : Tn.H

Jenis Kelamin : Laki-laki (Lk) Umur : 37 tahun Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : -

Alamat : Desa Bintang Lae Pinang Sidikalang Kab.Dairi

Tanggal Masuk RS : 20-02-2015 No. Register : 03-55-02

Ruang/kamar : Bukit Barisan/ kamar I Golongan darah : B

Tanggal Pengkajian : 18-05-2015 Tanggal operasi : -

Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid

II. KELUHAN UTAMA

Klien tidak mau mandi, klien tampak kotor dan bau. Pakaian klien tidak rapi dan jika makan nampak berantakan,klien mudah marah dan tersinggung bila diajak berbicara.

(40)

tubuhnya tidak berguna lagi dan sudah tidak pantas lagi dirawat dan bersih dan lebih suka menyendiri.

Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas/bergerak seperti biasanya, dan klien mengatakan tidak bisa melakukan perawatan diri sendiri.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/ palliative

1. Apa penyebabnya

Klien mudah tersinggung dan gampang marah 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Klien mengatakan dengan menyendiri keadaan akan menjadi lebih baik dan merasa puas.

B.Quantity/quality

A. Bagaimana dirasakan:

Klien mengatakan sudah lebih tenang selama dirawat di rumah sakit, karena banyak teman-teman di ruangan, walaupun tidak dicakapin. B. Bagaimana dilihat:

Klien terlihat belum mau berkomunikasi dengan orang orang disekitarnya

C.Region

1. Dimana lokasinya :

personal hygiene pada Tn.H 2. Apakah Menyebar

Tidak

D.Severity

Klien merasa terganggu dengan keadaan yang dialaminya saat ini.

E.Time

(41)

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

A. Penyakit yang pernah dialami:

Klien sudah mengalami gangguan jiwa 10 tahun terakhir ini.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Klien berobat jalan di Rumah Sakit Jiwa 4 tahun terakhir ini.

C. Pernah dirawat/dioperasi

Klien tidak pernah dioperasi.

D. Lama dirawat

Klien tidak pernah dirawat sebelumnya.

E. Alergi

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan obat.

F. Imunisasi

lengkap

V. Riwayat Kesehatan Keluarga

A.Orang tua:

Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti klien,dan kedua orang tua klien masih hidup.

B.Saudara kandung:

Klien mengatakan, klien anak pertama dari empat bersaudara

C.Penyakit keturunan yang ada:

Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan

D.Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:

Tidak ada kecuali klien.

E.Anggota keluarga yang meninggal :

Anggota keluarga klien masih lengkap, belum ada yang meninggal

F.Penyebab meninggal

(42)

VI. Riwayat Keadaan Psikososial

A.Persepsi klien tentang penyakitnya:

Klien mengatakan merasa malu dengan penyakitnya saat ini dan pasien ingin cepat pulang,klien merasa hidupnya akan selamanya di rumah sakit.

B.Konsep diri:

1. Gambaran diri: klien mengatakan menyukai tubuhnya terutama pada bagian hidung dan tangannya yang berotot, namun klien kurang menyukai bentuk matanya.

2. Identitas diri: klien merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pasien mempunyai usaha sendiri dan bekerja sebagai wiraswasta 3. Peran diri: klien berperan sebagai Kepala Keluarga dan Ayah bagi

anaknya.

4. Ideal diri: klien berharap agar ia cepat sembuh dan dapat segera pulang agar dapat kembali bekerja dan berkumpul dengan keluarganya.

5. Harga diri: klien mengatakan tidak bisa lagi membantu orang tua dan istrinya dan merasa tidak layak menjadi seorang Ayah bagi anaknya dan sungkan untuk berkumpul.

C. Keadaan Emosi:

Perasaan klien saat ini merasa sedih, dan klien susah diajak berkomunikasi dengan orang lain. Klien mengatakan lebih senang berdiam diri dikamar.

D. Hubungan Sosial:

1. Orang yang berati:

(43)

2. Hubungan dengan keluarga

Klien memiliki hubungan yang baik dan harmonis dengan keluarga. 3. Hubungan dengan orang lain:

Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena klien merasa tidak percaya kepada orang lain. Klien juga tidak mengikuti kegiatan/organisasi apapun di lingkungannya.

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:

Klien mengatakan tidak ingin berkenalan dengan orang lain selama di rumah sakit.

E.Spiritual

1. Nilai dan keyakinan:

Klien menganut Agama Islam dan mempercayai ajaran yang ada pada agama tersebut.

2. Kegiatan ibadah:

Sebelum masuk RSJ, klien mengatakan rajin sholat, dan selama di rawat di RSJ, klien tidak melaksanakan sholat.

VII. Status Mental

a. Penampilan: tidak rapi dan penggunaan pakaian tidak sesuai. b. Tingkat kesadaran: bingung/orientasi.

c. Pembicaraan: lambat dan tidak mampu memulai pembicaraan. d. Alam perasaan: lesu dan putus asa.

e. Isi pikir: ide yang terkait.

f. Memori: gangguan daya ingat jangka panjang. g. Proses fikir: sirkumstansial

VIII. Pemeriksaan Fisik

A.Keadaan Umum

(44)

B.Tanda- tanda vital

1. Suhu tubuh : 370C

2. Tekanan darah : 130/80 mmHg 3. Nadi : 80x/i

4. Pernafasan : 22x/i

5. TB : 155 cm

6. BB : 65 Kg

C.Pemeriksaan Head to toe

1. Kepala dan rambut

a. Bentuk : Normal dan Simetris b. Ubun-ubun : Normal, tertutup dan keras c. Kulit keras : Kotor dan berbau

2. Rambut

a. Penyebaran dan keadaan rambut : Merata, kotor dan berbau b. Bau : rambut berbau

c. Warna kulit : Normal sawo matang

3. Wajah

a. Warna kulit : Sawo matang b. Struktur wajah : Normal dan simetris

4. Mata

a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Simetris kanan dan kiri b. Palpebra oedema : Normal

c. Konjungtiva dan scleraikterus : Anemis dan sclera normal

d. Visus : Normal

e. Tekanan bila mata : Normal

5. Hidung

a. Bentuk telinga : Normal

b. Ukuran telinga : Simetris kanan dan kiri c. Lubang telinga : Normal

d. Ketajaman telinga : Pendengaran baik

6. Mulut dan faring

(45)

b. Keadaan gusi dan gigi : Gigi kotor dan kuning c. Keadaan lidah : Lidah kering

d. Orofaring : Baik dan mampu menelan

7. Leher

a. Posisi trachea : Media Normal

b. Thyroid : Pembesaran kelenjar thyroid (-)

c. Suara : Pelan, lambat, dan kurang jelas

d. Kelenjar limfe : Pembesaran getah bening (-)

8. Pemeriksaan integumen

a. Kebersihan : kulit kotor, dan berbau b. Kehangatan : Suhu normal

c. Warna : Sawo matang d. Turgor : Kembali ≤ 2 detik e. Kelembaban : Kulit kering

f. Kelainan pada kulit : Terdapat bekas luka di kulit

IX. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Pola makan dan minum

1. Frekuensi makan : 3 kali

2. Nafsu/selera makan : Klien selera makan 3. Nyeri ulu hati : Tidak ada

4. Alergi : Tidak ada 5. Mual dan muntah : Tidak ada

6. Tampak makan memisahkan diri : Klien memisahkan diri ketika makan

(46)

2. Perawatan diri/personal hygiene

1. Kebersihan tubuh : Badan tampak kotor, berbau dan berdaki

2. Kebersihan gigi dan mulut : zigi kuning, mulut kering dan kotor

3. Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku panjang dan kotor

3. Pola kegiatan/aktivitas

1. Uraian aktivitas klien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau total :

Klien mau sesekali melakukan aktivitas sehari-hari seperti membersihkan ruangan, klien lebih sering menyendiri, susah diajak berbicara dan eliminasi dapat dilakukan mandiri.

2. Uraian aktivitas ibadah klien selama dirawat :

Semenjak klien dirawat di rumah sakit, klien tidak malas untuk melakukan ibadah.

4. Pola eliminasi

1. BAB

a. Pola BAB : Lancar

b. Karakter fases : lembek dan berbentuk c. Riwayat pendarahan : Tidak ada

d. BAB terakhir : Tadi pagi

2. BAK

a. Pola BAK : Lancar b. Nyeri/kesulitan BAK : Tidak ada

5. Mekanisme Koping

(47)

Catatan Perkembangan

Hari/Tanggal No.

DX

Pukul Implementasi Keperawatan dan Evaluasi

Rabu, 20 Mei 2015

1

2

09.00

-

10.40

WIB

1. Memantau kebersihan diri klien

2. Memfasilitasi dan mengarahkan klien untuk aktivitas kebersihan mulut

3. Membantu klien mengembangkan dan meningkatkan keterampilan sosial interpersonal

4. Membantu klien membina hubungan terapeutik dengan klien yang mengalami kesulitan berinteraksi dengan orang lain.

5. Memfasilitasi kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain.

6. Membuat jadwal kegiatan pada klien agar berinteraksi dengan orang lain.

7. Menjelaskan makna manfaat berhubungan dengan orang lain dan kerugian menarik diri.

S :

1. Klien mengatakan mengerti manfaat hubungan sosial dan kerugian menarik diri setelah dijelaskan oleh perawat.

(48)

O : Klien mau mengungkapkan perasaannya dengan bahasa verbal Klien berinisiatif berinteraksi dengan orang lain.

Klien belum mau bercakap cakap dengan orang lain selain perawat. Klien masih sering menyendiri.

Klien mampu dan benar mempraktikkan cara kebersihan mulut Klien tampak kumal dengan baju yang sama dihari sebelumnya

A : Masalah sebahagian teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

- Buat jadwal kegiatan harian

- Bantu klien berinteraksi dengan orang lain

- Informasikan kepada pegawai tentang pakaian klien.

Kamis, 21 Mei 2015

1

2

3

09-00

-

11.20

WIB

1. Memantau kebersihan klien (bau badan, kebersihan gigi, berpakaian) 2. Memberikan pujian kepada klien atas kemajuan klien.

3. Menambah kegiatan di jadwal harian klien (berinteraksi dengan teman sebelah kamar)

4. Mendukung klien untuk mengungkapkan marah secara verbal.

5. Mengidentifikasi perilaku yang mengindikasikan kekerasan terhadap orang lain

6. Memantau kemungkinan agresi yang tidak tepat dan lakukan pencegahan sebelum diungkapkan. 7. Memantau pasien selama penggunaan benda yang berpotensi digunakan sebagai senjata.

8. Mengajarkan tentang penggunaan tindakan menenangkan diri (Tarik nafas dalam)

(49)

S :

1.Klien mengatakan merasa senang dengan perubahan yang dialami 2.Klien mengatakan marah karena jika ada yang menganggu klien.

3.Klien mengatakan mengerti dengan teknik tarik napas dalam yang telah diajarkan. 4.Klien mengatakan senang dengan keberadaan perawat.

O :

1. Klien terlihat rapi, bersih, dan tidak ada bau.

2. Klien terlihat mampu dan benar mempraktik tarik napas dalam

3. Ruangan klien tidak ada benda yang berisiko melukai dirisendiri atau orang lain. A : Masalah sebagian teratasi (Dx no 1 teratasi )

P : Intervensi dilanjutkan (Ajarkan cara menenangkan diri yang lain)

Jumat, 22 Mei 2015

2

3

1. Memantau jadwal harian kegiatan klien 2. Memberikan motivasi kepada klien

3. Memantau kembali intervensi sebelumnya.

4. Mengajarkan tentang penggunaan tindakan menenangkan diri (Pukul bantal)

S :

1.Klien mengatakan mengerti dan paham akan teknik pukul bantal 2.Klien mengatakan malas untuk melanjutin jadwal kegiatan harian

O :

1.Teknik napas dalam diulang kembali.

2.Klien lupa akan teknik napas dalam yang telah diajarkan 3.Klien terlihat kurang semangat

(50)

A : Masalah sebagian teratasi

P : Intervensi dilanjutkan, (oleh pihak RS). - Teknik menenangkan diri pukul bantal

Referensi

Dokumen terkait

[r]

mengakibatkan pada timbulnya tuntutan hukum yang akan ditujukan kepada Bank. Apabila tuntutan- tuntutan hukum yang diajukan kepada Bank memiliki nilai yang material, maka

Considering the rotation and scale change between the transformed local regions, the difference of Gaussians (DoG) detector is adopted to extract the point

Kartu ATM Victoria dapat digunakan untuk penarikan tunai, informasi saldo dan transfer di lebih dari 60.000 jaringan ATM Prima/BCA di seluruh Indonesia tanpa biaya*. Kartu

In this section the rectification of the image triplets, dense matching with SG optimisation, subsequent sub-pixel interpolation and the calculation of 3D point clouds will be

Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan pada saat hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut kadaluarsa atau Perusahaan mentransfer seluruh hak

Guru pemula dapat mengajukan keberatan atas: (1) proses pembimbingan dalam program induksi oleh pembimbing dan; (2) Hasil Penilaian Kinerja Guru Pemula baik

1) While IndoorGML has more detailed subdivision, LADM provides larger spatial units but follow the borders of IndoorGML units (this would be considered to