SKRIPSI
EVA ANGGREANI
UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR FRAKSI
N
-HEKSANA, ETIL ASETAT DAN METANOL
RIMPANG LENGKUAS (
Alpinia galanga
L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN
Trichophyton rubrum
SECARA
IN VITRO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG
ii Lembar Pengesahan
UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR FRAKSI N-HEKSANA, ETIL
ASETAT DAN METANOL RIMPANG LENGKUAS
(
Alpinia galanga
L.) TERHADAP PERTUMBUHAN
Trichophyton rubrum
SECARA
IN VITRO
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
2012
Oleh:
EVA ANGGREANI
NIM : 08040001
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Herra Studiawan, Apt., M. S. Ahmad Shobrun Jamil, S. Si, M. P.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillarhirrahmanirrahim. Alhamdulillahirrobbilalamin. Puji syukur
penulit panjatkan kehadirat Allat SWT. atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Antijamur Fraksi N-Heksana, Etil Asetat, dan Metanol Rimpang Lengkuas
(Alpinia galanga L.) Terhadap Pertumbuhan Trichophyton rubrum Secara In
Vitro”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada:
1. Tri Lestari H., M. Kep., Sp. Mat. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan.
2. Dra. Uswatun Chasanah, Apt., M. Kes. selaku Ketua Program Studi
Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Drs. Herra Studiawan, Apt., M. S. selaku dosen pembimbing I atas
dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan yang telah diberikan.
4. Ahmad Shobrun Jamil, S. Si., M. P. selaku dosen pembimbing II atas
dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan yang telah diberikan.
5. Siti Rofida, S. Si., Apt. selaku dosen penguji atas semua saran dan kritik
yang diberikan agar skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Engrid Juni A., S. Farm., Apt. selaku dosen penguji atas semua saran dan
kritik yang diberikan agar skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Dra. Lilik Yusetyani, Apt., SpFRS selaku kepala laboratorium farmasi.
8. dr. Hawin Nurdiana, M. Kes. selaku kepala laboratium Biomedik PPD
UMM yang telah memberikan izin untuk menggunakan lab Biomedik.
9. Bapak H. Sudarmin dan Ibu Hj. Hariani, orang tua penulis yang tercinta,
atas doa, motivasi, dukungan baik moril maupun materil, serta kasih
sayang yang berlimpah yang selama ini telah diberikan kepada penulis.
Juga tidak lupa kepada adinda tersayang Felisha Qanitah Salsabila, yang
memberikan angin segar akan keceriaannya walaupun hanya melalui
iv
10. Uni, Prisca, Kipli, Bayu, Wawan, dan Astri, teman-teman senasib dan
seperjuangan, atas kerja sama dan pengertian selama penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini.
11. Nopi, Uli, Ardi, Imam, teman-teman seperjuangan dimasa penulis harus
mengulangi penelitian, atas kerja samanya selama penelitian terutama
karena meminjamkan alat steril yang penulis belum sempat sterilkan.
12. Catur Hermawanto, atas dukungan kepada penulis selama pengerjaan
skripsi.
13. Mbak Susi, Mas Sigit, Mas Fendy, Mbak Fat, Pak Joko atas segala bentuk
bantuan dan kerja samanya selama penelitian.
14. Mbak Halinah dari Lab Bioteknologi kampus 3 UMM, yang rela dan
bersedia meminjamkan alat-alat bagi penulis dan teman-teman
seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman farmasi angkatan ’08 atas motivasi dan semangatnya yang
tidak bisa penulis tulis satu per satu.
16. Serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna di
dunia ini sehingga penulis mengharapkan masukan dari berbagai pihak. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Malang, 10 Juli 2012
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGUJIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
RINGKASAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Hipotesis ... 5
1.5. Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Tinjauan Tentang Trichophyton rubrum ... 7
2.1.1. Taksonomi Trichophyton rubrum ... 7
2.1.2. Morfologi Trichophyton rubrum ... 7
2.1.3. Penyakit yang Disebabkan Trichophyton rubrum ... 8
2.2. Tinjauan Tentang Lengkuas ... 10
2.2.1. Taksonomi Lengkuas ... 10
2.2.2. Nama Daerah ... 10
2.2.3. Nama Asing ... 11
vi
2.2.5. Unsur-unsur Dalam Lengkuas ... 12
2.2.6. Efek Farmakologi Lengkuas ... 14
2.3. Tinjauan Tentang Pelarut ... 15
2.3.1. Etil Asetat ... 15
2.3.2. Metanol ... 16
2.3.3. N-Heksana ... 16
2.4. Tinjauan Tentang Ekstraksi ... 16
2.5. Tinjauan Tentang Jamur ... 18
2.6. Tinjauan Tentang Antijamur... 20
2.6.1. Amfoterisin B ... 20
2.6.2. Derivat Azol ... 21
2.6.3. Griseofulvin ... 23
2.7. Medium Mediakan Mikroba ... 23
2.8. Tinjauan Tentang Metode Penentuan Aktivitas Antimikroba .... 24
2.8.1. Metode Difusi ... 24
2.8.2. Metode Dilusi ... 25
2.8.3. Metode Bioautografi ... 26
2.9. Kromatografi Lapis Tipis ... 26
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL... 29
3.1. Uraian Kerangka Konseptual ... 29
3.2. Bagan Kerangka Konseptual ... 31
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 32
4.1. Rancangan Penelitian ... 32
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
4.3. Instrumen Penelitian ... 32
4.3.1. Sampel ... 32
4.3.2. Alat dan Bahan ... 32
4.4. Variabel Penelitian ... 33
4.4.1. Varibel Bebas ... 33
vii
4.5. Sterilisasi Alat ... 34
4.5.1. Sterilisasi Kering ... 34
4.5.2. Sterilisasi Basah ... 34
4.6. Definisi Operasional ... 34
4.7. Prosedur Kerja Penelitian ... 35
4.7.1. Fraksinasi Serbuk Rimpang Lengkuas... 35
4.7.2. Penyiapan Media dan Larutan Tween 1 % ... 36
4.7.3. Penyiapan Mikroba Uji ... 36
4.7.4. Prosedur Uji Antimikroba ... 37
4.8. Skrining Fitokimia ... 38
4.8.1. Skrining Alkaloid ... 38
4.8.2. Skrining Polifenol ... 39
4.8.3. Skrining Flavonoid ... 39
4.8.4. Skrining Glikosida Saponin ... 39
4.8.5. Skrining Antrakinon ... 40
4.8.6. Skrining Terpenoid ... 41
4.9. Alur Penelitian ... 42
4.9.1. Fraksinasi Rimpang Lengkuas ... 42
4.9.2. Persiapan Mikroba Uji ... 43
4.9.3. Uji Aktivitas Antijamur ... 44
4.10. Analisis Data ... 45
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 46
5.1. Hasil Ekstraksi Rimpang Lengkuas ... 46
5.2. Hasil Pengamatan Metode Dilusi ... 47
5.2.1. KHM Fraksi N-Heksana Rimpang Lengkuas ... 47
5.2.2. KHM Fraksi Etil Asetat Rimpang Lengkuas ... 48
5.2.3. KHM Fraksi Metanol Rimpang Lengkuas ... 49
5.2.4. KBM Fraksi N-Heksana Rimpang Lengkuas ... 50
5.2.5. KBM Fraksi Etil Asetat Rimpang Lengkuas... 51
5.2.6. KBM Fraksi Metanol Rimpang Lengkuas ... 52
viii
5.4. Analisa Data... 56
BAB 6 PEMBAHASAN ... 58
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
7.1. Kesimpulan ... 64
7.2. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
V.1. Karakteristik Fisik Fraksi N-Heksana, Etil Asetat dan Metanol ... 46
V.2. Skor kekeruhan fraksi n-heksana rimpang lengkuas ... 47
V.3. Skor kekeruhan fraksi etil asetat rimpang lengkuas ... 48
V.4. Skor kekeruhan fraksi metanol rimpang lengkuas ... 49
V.5. Hasil skrining fitokimia ... 52
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Trichophyton rubrum ... 8
2.2. Tanaman Lengkuas ... 12
3.1. Bagan Kerangka Konseptual ... 31
4.1. Proses Fraksinasi Rimpang Lengkuas ... 42
4.2. Preparasi Mikroba Uji ... 43
4.3. Proses Uji Aktivitas Antijamur Metode Dilusi ... 44
5.1. Hasil pengenceran tabung fraksi n-heksana rimpang lengkuas... 48
5.2. Hasil pengenceran tabung fraksi etil asetat rimpang lengkuas... 49
5.3. Hasil pengenceran tabung fraksi metanol rimpang lengkuas ... 50
5.4. Diagram batang fraksi n-heksana rimpang lengkuas ... 51
5.5. Diagram batang fraksi etil asetat rimpang lengkuas ... 51
5.6. Diagram batang fraksi metanol rimpang lengkuas ... 52
5.7. Hasil uji KLT senyawa flavonoid ... 54
5.8. Hasil uji KLT senyawa polifenol... 54
5.9. Hasil uji KLT senyawa terpenoid ... 55
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar Riwayat Hidup ... 69
2 Surat Pernyataan ... 70
3 Determinasi Tumbuhan ... 71
4 Hasil Data Statistik ... 72
5 Data Pertumbuhan Koloni pada Uji KBM ... 73
6 Hasil Pembuatan Fraksi N-Heksana, Etil Asetat dan Metanol ... 75
7 Hasil Maserasi Serbuk Rimpang Lengkuas ... 76
8 Hasil KHM Fraksi N-Heksana, Etil Asetat dan Metanol ... 77
9 Hasil KBM Fraksi N-Heksana, Etil Asetat dan Metanol ... 78
10 Hasil Skrining Fitokimia ... 81
12
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika, hal: 63. Anonim. 2008. Agro-techniques of Selected Medicinal Plants, Vol. 1. India:
National Medicinal Plants Board. Hal: 17.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, ed IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia. Hal: 7.
Anonim. 2006. Trichophyton rubrum. Clinical Microbiology Proficiency
Testing. September 2006. URL:
www.cmpt.ca/pdf_mycology/0609_4_tri_rub.pdf. Diakses tanggal: 30 Januari 2012.
Anonim. N-Hexane. Office of Environmental Health Hazzard Assessment. URL: oehha.ca.gov/air/chronic_rels/pdf/110543.pdf. Diakses tanggal: 20 Desember 2011.
Anonim. Trichophyton rubrum. The University of Adelaide, Mycology Online. URL:http://www.mycology.adelaide.edu.au/Fungal_Descriptions/Dermatop hytes/Trichophyton/rubrum.html. Diakses tanggal: 24 Januari 2012.
Anonim. Trichophyton rubrum. Wikipedia, the Free Encyclopedia. URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Trichophyton_rubrum. Diakses tanggal: 20 Desember 2011.
Attokaran, M. 2011. Natural Food Flavors and Colorants. USA: Blackwell Publishing Ltd. and Institute of Food Technologists. Hal: 203-205.
Bramono, K. 2001. Onikomikosis. In: Budimulja, U., Kuswadji, Bramono, K., Menaldi, S. L., Dwihastuti, P., dan Widaty, S. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 46. Budimulja, U. 1999. Mikosis. In: Djuanda, A., Hamzah, M., dan Aisah, S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin ed 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 90-97.
Chudiwal, A. K., Jain, D. P., dan Somani, R. S. Alpinia galanga Willd. – An overview on phyto-pharmacological properties. Indian Journal of Natural Products and Resources. Vol. 1(2), June 2010, pp. 143-149.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Duke, J. A., Bogenschutz-Godwin, M. J., duCellier, J., dan Duke, Peggy-Ann K. 2002. Handbook of Medicinal Herbs, 2nd ed. USA: CRC Press. Hal: 351. Fitriati. 2007. Aplikasi Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L. Swartz) Dalam
Sabun Transparan Anti Jamur. Bogor: Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Gholib, D. dan Darmono. Pengaruh Ekstrak Lengkuas Putih [Alpinia galanga (L.) Willd] terhadap Infeksi Trichophyton mentagrophytes pada Kelinci. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.Vol. 6, No. 2. September 2008, hal. 57-62. Goedadi H., M. dan Suwito P. S., H. 2001. Tinea Korporis dan Tinea Kruris. In:
Budimulja, U., Kuswadji, Bramono, K., Menaldi, S. L., Dwihastuti, P., dan Widaty, S. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 31.
13
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia – Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 13.
Hernani, Bunasor, T. K., dan Fitriati. Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas. Bul. Littro, Vol. 21 No 2, 2010, 192-205.
Hidayati, A. N., Suyoso, S., Hinda P, Desy dan Sandra, Emilian. Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2003-2005. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin. Vol. 21, No. 1, April 2009.
Jaju, S. B., Indurwade, N. H., Sakarkar, D.M., Fuloria, N.K., Ali, M.D., Das, S., dan Basu, S. P. Galangoflavonoid Isolated from Rhizome of Alpinia
galanga (L) Sw (Zingiberaceae). Tropical Journal of Pharmaceutical
Research. December 2009; 8 (6): 545-550.
Jawetz et al. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. Hal 322-323, 355.
Kaushik, D., Yadav, J., Kaushik, P., Sacher, D., dan Rani, R. Current pharmacological and phytochemical studies of the plant Alpinia galanga.
Journal of Chinese Integrative Medicine, October 2011, Vol. 9, No.10, pp. 1061-1065.
Kays, S. J. 2011. Cultivated vegetables of the world: a multilingual onomasticon. Netherlands: Wageningen Academic Publishers. Hal: 60. Kusumawardani, N. F. 2009. Formulasi Salep Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas
[Alpinia galanga (L.) Swartz] Basis Lemak dan PEG 4000 Dengan Uji Sifat
Fisik dan Uji Aktivitas Antijamur Candida albicans. Surakarta: Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Maharti, I. D. 2007. Efek Antibakteri Ekstrak Daging Buah Avokad (Persea
americana) Terhadap Streptococcus mutans. Jakarta: Skripsi Departemen
Biologi Mulut, Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Indonesia.
Nasution, M. A., Muis, K., dan Rusmawardiana. 2001. Tinea Kapitis. In: Budimulja, U., Kuswadji, Bramono, K., Menaldi, S. L., Dwihastuti, P., dan Widaty, S. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 22.
Nugroho, I. A. Lokakarya Nasional Tanaman Obat Tradisional. Koordinator Nasional Asia Pasific Forest Genetic Resources Programme Newsletter. Edisi 2 Tahun 2010.
Patnaik, P. 2004. Dean’s Analytical Chemistry Handbook, 2nd Edition. New York: McGraw-Hill Handbooks.
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga Medical Series. Hal: 38-40, 42-43, 162, 188-191.
Rahayu, W. P. 1999. Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L. Swartz) Terhadap Mikroba Patogen dan Perusak Pangan. Bogor: Disertasi Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
14
Rios, J. J., Recio, M. C. dan Villae, A. 1998. Screening Method for Natural Products with Antimicrobial Activity: A Review of The Literature. Journal of Etnopharmacology. Vol. 23, Elsivier Scientific Publisher Ireland Ltd. Rowe, R. C., Sheskey, P. J., dan Quinn, M. E. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 6th edition. USA: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association. Hal: 253-254.
Sastrohamidjojo, H. 2007. Kromatografi. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Setiabudy, R. dan Bahry, B. 2007. Obat Jamur. In: Gunawan, S. G., Setiabudy, R.,
Nafrialdi, dan Elysabeth. Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 571-572, 574-576, 580.
Sinaga, E. Alpinia galanga (L.) Willd. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tumbuhan Obat UNAS. URL:
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Lengkuas. pdf. Diakses tanggal: 2 Nopember 2011.
Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal: 73, 76, 167-171.
Sukarsono, Rahardjanto, A., Suprapto, W., Purwanti, E., Nurwidodo, Nurhayati, U., dan Utami, E. S. 2003. Tumbuhan untuk Pengobatan. Malang: UMM Press. Hal: 32.
Sundari, D dan Winarno, M. W. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Anti Jamur.
Cermin Dunia Kedokteran. No. 130, 2001, pp. 28-31.
Sweetman, S. C. 2009. Martindale, The Complete Drug Refference, Edisi ke-36. USA: Pharmaceutical Press. Hal: 521, 530, 532, 536, 539, 2024.
Venkatesan, G., Singh, A. J. A. R., Murugesan, A. G., Janaki, C., dan Shankar, S.
G. Trichophyton rubrum – the predominant etiological agent in human
dermathophytoses in Chennai, India. African Journal of Microbiology Research, May 2007, pp. 009-012.
Verma, R. K., Mishra, G., Singh, P., Jha, K. K., dan Khosa, R. L. Alpinia galanga
– An Important Medicine Plant: A Review. Der Pharmacia Sinica, 2011, 2 (1): 142-154.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah: Soendani, Noerono S. Edisi kelima. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Waluyo, L. 2010. Teknik Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang: UMM Press. Hal: 128-129.
Weinstein, A., dan Berman, B. Topical Treatment of Common Superficial Tinea Infections Journal. American Family Physician. Vol. 65, No. 10, 15 Mei 2002, pp. 2095-2102.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan
oleh kolonisasi jamur atau ragi. Penyakit yang termasuk mikosis
superfisialis adalah dermatofitosis, pitiriasis versikolor, dan kandidiasis
superfisialis. Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
kolonisasi jamur dermatofit yang menyerang jaringan yang mengandung
keratin seperti stratum korneum epidermis, rambut, dan kuku (Hidayati dkk,
2009). Penyebab dermatofitosis adalah spesies dari Microsporum,
Trichophyton, dan Epidermophyton (Sweetman, 2009).
Mikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk negara tropis.
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu
dan kelembaban tinggi. Suhu dan kelembapan tinggi merupakan suasana
yang baik bagi pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat ditemukan hampir
di semua tempat (Hidayati dkk, 2009).
Genus Trichophyton, khususnya Trichophyton rubrum, merupakan
penyebab dermatofitosis terbanyak di seluruh dunia (Anonim, 2006).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Venkatesan dkk (2007) di
India, diketahui bahwa sebanyak 93% dermatofitosis disebabkan oleh genus
Trichophyton, antara lain Trichophyton rubrum (73,3%), Trichophyton
mentagrophytes (19,7%), diikuti oleh Epidermophyton floccosum (4,2%)
dan Microsporum gypseum (2,8%).
Menurut penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Hidayati dkk
(2009) tentang mikosis superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan
Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun
2003-2005, ditemukan bahwa mikosis superfisialis yang banyak terjadi adalah
pitiriasis versikolor, dermatofitosis, dan kandidiasis superfisialis, dengan
penyebab terbanyak antara lain Trichophyton mentagrophytes (15,7%),
2
Indonesia dikenal sebagai negara dengan sumber daya hayati kedua
terbesar yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Berdasarkan review
yang dilakukan oleh Ignatius Adi Nugroho pada tahun 2010 tentang
Lokakarya Nasional Tanaman Obat Indonesia, kekayaan alam tumbuhan
obat Indonesia terdiri atas 30.000 jenis tumbuhan dari total 40.000 jenis
tumbuhan di dunia, dimana 940 jenis diantaranya merupakan tumbuhan
berkhasiat obat (jumlah ini merupakan 90% dari jumlah tumbuhan obat di
kawasan Asia). Berdasarkan hasil penelitian, dari sekian banyak jenis
tanaman obat, baru 20-22% yang dibudidayakan, sedangkan sekitar 78%
diperoleh melalui pengambilan langsung (ekspolari) dari hutan.
Saat ini sedang maraknya pengobatan “back to nature” atau pengobatan yang menggunakan tanaman herbal sebagai obat. Apalagi
didukung dengan jumlah sumber daya hayati yang berlimpah yang tersebar
di seluruh penjuru Indonesia, semakin mendorong banyak pihak
memanfaatkan sumber daya hayati tersebut, khususnya tanaman herbal.
Bahkan tenaga medis pun sudah mulai melirik potensi dari penggunaan
tanaman herbal tersebut. Selain mudah dalam mendapatkan tanamannya,
penggunaan tanaman herbal ini dapat dijadikan sebagai alternatif baru
dalam dunia pengobatan dan menghindari efek samping yang tidak
diinginkan dari penggunaan obat sintetis. Akan tetapi informasi yang
beredar di kalangan masyarakat masih terbatas, beberapa tanaman obat ada
yang belum diuji secara pre-klinik maupun klinik, masih sebatas empiris
saja. Sehingga dengan adanya hal tersebut, diperlukan pengujian lebih lanjut
untuk mendukung efek farmakologi dari suatu tanaman herbal.
Lengkuas (Alpinia galanga L), merupakan salah satu tanaman dari
famili Zingiberaceae yang rimpangnya dapat digunakan sebagai obat.
Penggunaan rimpang lengkuas di Indonesia sering dijadikan bumbu masak
selama bertahun-tahun hingga saat ini. Selain itu secara tradisional lengkuas
juga sering digunakan sebagai obat sakit perut, karminatif, antijamur,
antigatal, bengkak, antialergi, dan antihipoglikemik. Bahkan lengkuas dapat
digunakan untuk menghambat oksidasi lemak dan meningkatkan stabilitas
3
Lengkuas memiliki aktivitas farmakologi antara lain antiinflamasi,
analgesik, antivirus, antibakteri, antiamuba, gastroprotektif, antiplatelet,
antioksidan, antikanker, imunostimulan, serta hipolipidemia (Chudiwal dkk,
2010). Selain itu lengkuas juga digunakan secara tradisional untuk
afrodisiak, antipiretik dan antispamodik. Lengkuas juga diketahui
menguntungkan dalam pengobatan bronkitis, penyakit jantung, enteritis
kronik, renal calculus, diabetes dan reumatik (Kaushik dkk, 2011).
Tanaman lengkuas dilaporkan kaya akan minyak atsiri seperti sineol,
metil sinamat, mirsen, dan metil eugenol, serta dikatakan juga mengandung
berbagai macam flavon seperti galangin, alpinin, kamferida dan
3-dioksi-4-metoksi flavon (Jaju dkk, 2009). Penelitian terdahulu juga menemukan
terpenoid terdapat pada lengkuas (Yuharmen dkk, 2002). Selain itu rimpang
lengkuas juga mengandung lebih kurang 1% minyak atsiri berwarna kuning
kehijauan yang terdiri atas metil sinamat 48%, sineol 20-30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, δ-pinen, galangin, dan lain-lain. Rimpang lengkuas juga mengandung resin yaitu galangol, juga terdapat kaempferida
dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum,
beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain (Agoes, 2010).
Penggunaan lengkuas secara empiris sebagai obat antijamur kulit telah
diketahui sejak lama. Adanya data empiris tersebut, dijadikan dasar untuk
penelitian-penelitian selanjutnya tentang efek lengkuas sebagai antijamur.
Penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa minyak atsiri dan ekstrak air
rimpang lengkuas berkhasiat sebagai antijamur (Kusumawardani, 2009).
Minyak atsiri yang terdapat pada rimpang lengkuas diyakini memiliki
peranan penting dalam aktivitasnya sebagai antijamur. Lengkuas
menunjukkan aktivitas antijamur yang luas terhadap jamur patogen
manusia, khususnya strain yang resisten terhadap obat antijamur yang biasa
digunakan seperti amfoterisin B dan ketokonazole. 1’-asetoksikavikol asetat
pada kadar 14 mg/ml menunjukkan aktivitas yang signifikan melawan
Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton rubrum, Trichophyton
concentricum, Rhizopus stolonifer dan Aspergillus niger (Chudiwal dkk,
4
Penelitian Yuharmen dkk. (2002) menunjukkan adanya aktivitas
penghambatan pertumbuhan mikroba oleh minyak atsiri dan ekstrak
metanol rimpang lengkuas pada beberapa spesies bakteri dan jamur.
Sedangkan penelitian Sundari dan Winarno (2001) menunjukkan bahwa
rimpang lengkuas dalam berbagai bentuk (dapat berupa perasan, infus,
ekstrak etanol, dan minyak atsiri) dapat menghambat pertumbuhan beberapa
spesies jamur patogen, yaitu: Tricophyton rubrum, Trichophyton ajelloi,
Trichophyton mentagrophytes, Mycrosproum gypseum, dan Epidermo
floccasum. Juga disebutkan bahwa zat aktif dari antijamur pada rimpang
lengkuas adalah asetoksikavikol asetat yang merupakan minyak atsiri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antijamur
dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol rimpang lengkuas terhadap
pertumbuhan jamur Tricophyton rubrum. Pemilihan n-heksana, etil asetat,
dan metanol sebagai pelarut dalam fraksinasi rimpang lengkuas ini,
dikarenakan ketiga macam pelarut tersebut memiliki tingkat kepolaran yang
berbeda-beda. N-heksana yang merupakan senyawa non-polar, etil asetat
senyawa semi-polar, dan metanol yang merupakan senyawa polar, dimana
diharapkan dengan terdapatnya perbedaan tingkat kepolaran tersebut maka
senyawa-senyawa yang tidak larut dalam satu macam pelarut dapat larut di
pelarut jenis lainnya.
Penelitian ini menggunakan metode dilusi tabung untuk mengetahui
aktivitas antijamur dari ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol rimpang
lengkuas terhadap pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum. Pada uji
aktivitas antijamur dengan metode dilusi tabung ini dilakukan seri
pengenceran ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol rimpang lengkuas
pada medium cair kemudian ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji
agen antijamur pada kadar terkecil yang terlihat jernih menandakan tidak
terdapatnya pertumbuhan jamur, hal ini disebut dengan KHM (Konsentrasi
Hambat Minimum). Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut
selanjutnya ditanam pada media padat lalu diinkubasikan selama 18-24 jam,
adanya penurunan pertumbuhan koloni jamur dari original inoculums
5
1.2. Rumusan Masalah
Apakah fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol rimpang lengkuas
(Alpinia galanga L.) mempunyai efek antijamur pada pertumbuhan jamur
Trichophyton rubrum?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
1. Mengetahui efek antijamur dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan
metanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) terhadap
pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) Trichophyton
rubrum dari pemberian fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol
rimpang lengkuas (Alpinia galanga).
2. Mengetahui Kadar Bunuh Minimum (KBM) Trichophyton
rubrum dari pemberian fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol
rimpang lengkuas (Alpinia galanga).
1.4. Hipotesis
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang ditulis pada uraian diatas
maka penulis menarik sebuah hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
“Fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol dari rimpang lengkuas (Alpinia
galanga L.) memberikan efek antijamur pada pertumbuhan jamur
Trichophyton rubrum”.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan manfaat mengenai keefektifan antijamur dari ekstrak
n-heksana, etil asetat, dan metanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga)
6
2. Memberikan manfaat kepada dunia kesehatan dan masyarakat sehingga
dapat dibudidayakan lebih lanjut, baik di bidang kesehatan maupun