• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

17. Umum.

Di lingkungan TNI Angkatan Laut, Satlaikmatbar merupakan mitra kerja bagi kotama - kotama wilayah barat dalam ikut serta mendukung penyelenggaraan pembinaan materiil dari aspek kelaikan. Dalam menjalankan tugasnya Satlaikmatbar berperan sebagai mitra sekaligus sebagai fungsi kontrol dalam semua kegiatan pengadaan / pemeliharaan materiil. Hal di atas dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas hasil pengadaan/ pemeliharaan yang aman bagi personel, materiil dan lingkungan sekitar, memenuhi jaminan keselamatan yang dipersyaratkan serta berfungsi sesuai fungsi asasi dari materiil tersebut.

Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa dalam menjalankan tugasnya, Satlaikmatbar dapat menemui kendala / hambatan baik yang berasal dari dalam ( internal ) maupun hambatan dari luar ( eksternal ). Guna meminimalisasi dan memperkecil kendala dan hambatan tersebut, kiranya perlu disusun upaya - upaya dalam mengenali serta mengidentifikasi faktor - faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dan mampu memanfaatkan peluang - peluang yang ada guna meningkatkan kinerja yang diharapkan.

Hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan data kualitatif yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk membuat suatu rumusan yang dapat digunakan dalam membantu memecahkan masalah dan mencari solusi untuk mengoptimalkan peran Satlaikmatbar dalam menjalankan fungsi dan tugasnya guna menyiapkan kondisi teknis materiil yang berkualitas di kotama wilayah barat dalam rangka mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut.

18. Faktor Eksternal.

(2)

konflik komunal, serta berbagai ancaman fisik maupun non fisik lainnya yang membahayakan hidup dan kehidupan umat manusia. Keselamatan umat manusia kemudian menjadi isu universal yang diperjuangkan oleh negara-negara di semua belahan dunia. Oleh karenanya keamanan tidak lagi hanya berorientasi pada keamanan negara untuk menghadapi ancaman tradisonal yang mengandalkan kekuatan militer semata, akan tetapi juga ditujukan untuk melindungi keamanan dan keselamatan umat manusia dari situasi dan kondisi insecurity yang disebabkan oleh faktor-faktor nonmiliter baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri. Akhir-akhir ini situasi dan kondisi insecurity lebih banyak disebabkan oleh ancaman-ancaman non tradisional akibat ketidakmampuan atau kegagalan negara maupun dunia internasional dalam mengelola aspek-aspek politik, ekonomi, militer, dan lingkungan.

Sejak semangat demokrasi berkembang pesat, sebagian besar negara-negara yang semula menganut sistem totaliter ataupun otoriter kini mengadopsi sistem demokrasi dan melakukan redefinisi bahkan reformasi sektor keamanan. Sektor keamanan tidak lagi dipandang sebagai ranah militer semata, akan tetapi telah menjadi ranah multi sektor. Sektor keamanan tidak hanya bertujuan mengamankan negara, tetapi sekaligus juga mengamankan keselamatan warga negara dan umat manusia. Karenanya konsep keamanan lebih dipandang sebagai satu kesatuan yang menyeluruh mencakup pertahanan negara (defence), keamanan dalam negeri (internal security), keamanan publik (public security), dan keamanan insani (human security).

b. Perdagangan bebas. Perdagangan bebas yang sedang berlangsung di belahan dunia telah mempertajam persaingan antar bangsa dalam mempertahankan kepentingan ekonominya. Demikian pula persaingan antar negara-negara maju dalam bidang ekonomi telah memicu penguasaan sumber-sumber ekonomi di dunia seperti energi, dan sumber-sumber daya alam lainnya. Kondisi ini juga telah menimbulkan keresahan internal khususnya akibat praktek perdagangan bebas negara antar kawasan, dan memicu ketegangan hubungan dan pertikaian kepentingan antar negara. Negara-negara yang lemah dalam sistem keamanan nasionalnya sudah barang tentu akan menanggung resiko yang lebih besar.

(3)

akan sama dengan peperangan masa lalu, walaupun prinsip-prinsip peperangan tetap berlaku. Perang masa depan akan dipengaruhi oleh apa yang dikenal sebagai Revolution in Military Affairs, yaitu suatu medan perang yang ditandai dengan elemen-elemen precision strike, information warfare, dominating maneuvers, dan space warfare. Ancaman bersenjata di masa mendatang akan ditandai dengan penggunaan keempat elemen tersebut secara integrated. Oleh karena itu, peperangan tidak dapat hanya bersandar pada kekuatan militer nyata yang eksis pada saat itu. Jaminan kemenangan dalam suatu perang diperoleh dari keunggulan militer dan daya tahan atau kemampuan militer melakukan perang yang berkelanjutan. Hal ini mensyaratkan bahwa bangsa Indonesia perlu memiliki kemampuan untuk memenuhi sendiri kebutuhan dasar peralatan perangnya dan mampu melipat-gandakan kekuatan militernya sesuai dengan besar ancaman yang mungkin akan dihadapi.

19. Faktor Internal.

a. Situasi Keamanan Nasional.

Situasi keamanan nasional saat ini walaupun dapat dikatakan telah relatif kondusif dan stabil namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat berbagai gangguan keamanan dan pelanggaran hukum di laut, antara lain perompakan (armed robbery), pembajakan (sea piracy), penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing) , penyelundupan kayu (illegal logging) imigran gelap, eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam ilegal, penyelundupan senjata dan perusakan ekosistem lingkungan laut di beberapa wilayah perairan yurisdiksi nasional seperti di Selat Malaka, Selat Singapura dan sekitarnya, Laut Natuna, perairan Aceh dan Barat Sumatera yang masih perlu mendapat perhatian serius karena masalah tersebut merupakan sumber utama instabilitas.

(4)

memiliki kualitas kondisi teknis yang prima maka jasa kelaikan tentu masih sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

b. Kondisi Perekonomian Negara.

Krisis multidimensi yang berkepanjangan sampai saat ini masih menyisakan dampak yang menyebabkan kondisi perekonomian nasional Indonesia masih berada dalam kondisi tidak stabil. Situasi perekonomian di kawasan Asia Pasifik baru saja memasuki upaya pemulihan setelah terpukul akibat terimbas adanya krisis ekonomi yang melanda dunia pada tahun 2008 lalu. Terkait dengan kondisi tersebut, saat ini Indonesia digolongkan sebagai tiga negara Asia Pasifik yang ekonominya dalam kondisi anomali dalam arti bahwa terjadi pertumbuhan ekonomi justru di saat negara - negara lain di dunia ekonominya mengalami konstraksi, akan tetapi meskipun terjadi pertumbuhan, namun pertumbuhan tersebut belum banyak memberikan pengaruh besar terhadap pembangunan kekuatan pertahanan.

Pembangunan kekuatan pertahanan negara yang dilaksanakan saat ini dalam kerangka pencapaian Minimum Esensial Force, termasuk di dalamnya pembangunan kekuatan TNI Angkatan Laut. Pembangunan ini masih diliputi oleh ketidakpastian sebagai akibat dari kondisi perekonomian nasional dalam hal ini terkait dengan alokasi anggaran pertahanan negara. Dari jumlah persentase anggaran pertahanan Negara yang didasarkan pada Pendapatan Domestik Bruto (PDB) masih jauh di bawah ukuran ideal, dan tergolong relatif kecil dibandingkan negara - negara kawasan regional Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Untuk menghadapi situasi ketidakpastian seperti yang telah disebutkan di atas, maka dalam mewujudkan kesiapan materiil pendukung pembangunan kekuatan pertahanan Negara harus secara intensif melibatkan kelaikan di dalam proses kegiatan pengadaan maupun pemeliharaan sebagai alternatif pendekatan terakhir. Hal tersebut dimaksudkan agar dengan anggaran yang terbatas namun masih dapat mewujudkan kondisi materiil yang berkualitas baik, tepat guna dan tepat sasaran.

(5)

Kebijakan pemerintah di bidang pertahanan negara saat ini dalam pembangunan komponen pertahanan diprioritaskan pada pembangunan komponen utama, dilaksanakan secara bertahap sesuai kemampuan sumber daya yang tersedia. Pelaksanaannya memanfaatkan sebesar-besarnya kemampuan sumber daya nasional secara terpadu. Sebagai salah satu komponen utama pertahanan Negara, TNI Angkatan Laut harus selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan Alusistanya. Kebijakan pemerintah melalui dukungan alokasi anggaran yang terus meningkat setiap tahunnya guna membangun kekuatan TNI Angkatan Laut telah direalisasikan meskipun masih sangat terbatas dan belum mampu memenuhi kebutuhan riil atau dengan kata lain hanya mampu memenuhi kebutuhan anggaran standar minimal.

Pembangunan Komponen Utama didasarkan pada konsep Pertahanan Berbasis Kemampuan (Capability-based defence) tanpa mengesampingkan kemungkinan ancaman yang dihadapi serta tahap mempertimbangkan kecenderungan perkembangan lingkungan strategis. Pelaksanaannya diarahkan kepada tercapainya kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force), yakni tingkat kekuatan yang mampu menjamin kepentingan strategis pertahanan yang mendesak, Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dan peralatan lain diprioritaskan untuk menambah kekuatan pokok minimal dan/atau mengganti Alutsista/alat peralatan yang sudah tidak layak pakai. Penambahan kekuatan dilaksanakan hanya atas kebutuhan yang mendesak dan benar-benar diperlukan.

(6)

melibatkan proses kelaikan diharapkan menghasilkan materiil yang memenuhi standar kelaikan sesuai ketentuan yang dipersyaratkan.

d. Kemajuan bangsa dan dengan hasil pembangunannya.

Kesemestaan perang mendatang tidak menitik-beratkan tumpuannya kepada kerakyatan semata, akan tetapi, akan lebih bersandar kepada kesemestaan segenap potensi yang dimiliki bangsa, yaitu totalitas dukungan kemampuan negara di bidang teknologi, industri, sarana dan prasarana, maupun daya tahan rakyat yang turut mendukung angkatan bersenjatanya dalam penyelenggaraan perang. Oleh karena itu, perang masa depan sangat tergantung dari kemampuan negara pada seluruh lingkupnya. Satu nilai yang tetap harus dipertahankan adalah bahwa upaya pertahanan negara harus senantiasa diselenggarakan berdasarkan semangat cinta tanah air yang berkobar-kobar dan pantang menyerah.

Upaya mewujudkan kesemestaan itu merupakan upaya menyiapkan sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana untuk membangun dan mendukung upaya pertahanan negara. Persiapan ini dilakukan pemerintah pusat dan daerah, lembaga atau instansi non-pemerintah, serta semua warga negara dalam sistem pertahanan semesta. Fungsi pembinaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan selama ini dikenal dengan fungsi teritorial akan melibatkan semua pihak dan meliputi instansi pemerintah pusat dan daerah (termasuk TNI), instansi non-pemerintah, warga negara, serta kalangan industri nasional.

e. Penyelenggaraan pertahanan negara.

(7)

Doktrin, strategi dan postur pertahanan seringkali harus menyesuaikan dengan tuntutan perubahan. Persoalan yang harus dihadapi dalam kontek tersebut berkaitan dengan soal apa yang harus dipertahankan dan bagaimana mempertahankannya. Globalisasi telah memporak-porandakan landasan-landasan lama tentang pertahanan dan kedudukan militer dalam fungsi tersebut.

Banyak alasan yang mendukung hal tersebut antara lain: Pertama, kemajuan di bidang teknologi dan informasi menyebabkan batas-batas teritorial seakan-akan luruh tetapi pada saat yang sama membawa keharusan baru akan kewilayahan yang lebih abstrak dan membuka peluang lebih banyak sengketa dengan pihak lain. Perang informasi (information warfare) semakin efektif dan menjadikan negara semakin sulit membentengi dirinya dari instrusi luar. Munculnya rudal-rudal balistik mengubah watak perang. Teknologi baru di bidang informasi dan kemiliteran menyebabkan batas-batas antar negara menjadi semakin rawan terhadap serangan pre-emtive lawan. Globalisasi teknologi senjata, bukan hanya mengaburkan batas antara senjata ofensif dan defensif, dan oleh karenanya akan mempersulit perhitungan penangkalan (deterrence) tetapi juga mendorong modernisasi senjata. Kedua, khusus bagi Indonesia yang terdiri dari negara kepulauan dalam rangka upaya bela negara merupakan usaha yang sangat besar untuk melindungi dan mempertahankan kedaulatan NKRI, antara lain dalam mempertahankan sumber daya, keamanan jalur pelayaran (Sea Lanes of Communication/ SLOC), kedaulatan atas kawasan ekonomi eksklusif, sumber daya yang ada di laut dan di darat. Pertahanan (defence) selayaknya ditafsirkan bukan hanya perlindungan atas wilayah negara yang diakui secara internasional saja tapi juga pengamanan akses pada potensi dinamis ekonomi global.

20. Peluang dan Kendala.

a. Peluang.

Adapun peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan adalah sebagai berikut :

(8)

kompleks. Usaha pertahanan untuk menjaga kedaulatan Negara dan keutuhan wilayah NKRI serta menjamin keselamatan bangsa dari setiap ancaman akan sangat berat dilakukan tanpa didukung oleh Alutsista yang modern. Oleh karena itu, membangun TNI Angkatan Laut yang profesional pada hakikatnya adalah membangun kemampuan pertahanan Negara dengan meningkatkan kesiapan dan kondisi Alutsista untuk mencapai kekuatan pokok minimum sesuai kemajuan teknologi.

2) Semakin banyaknya komunitas materiil yang memiliki status laik dapat memberikan manfaat bagi para pembina materiil pusat atau kotama sebagai pengguna untuk dapat membantu mengidentifikasi dan menentukan tingkat kesiapan kondisi teknis materiil yang akan dipergunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas operasi.

3) Dengan ditetapkannya surveyor kelaikan sebagai salah satu profesi di lingkungan TNI Angkatan Laut maka merupakan peluang bagi para personel yang memiliki kualifikasi surveyor untuk mengembangkan profesinya sesuai bidang dan keahliannya. Dengan personel yang profesional diharapkan agar kedepan institusi kelaikan dan jajaran dibawahnya diposisikan sebagai institusi yang independen, sebagai institusi yang memiliki wewenang menentukan laik tidaknya materiil tanpa intervensi dan campur tangan dari institusi lain. Dan para personel yang menjadi surveyor dapat bekerja secara profesional dan proporsional.

4) TNI Angkatan Laut memiliki cukup banyak personel - personel yang telah memiliki kualifikasi atau sertifikasi surveyor yang komunitasnya tersebar hampir diseluruh kotama TNI Angkatan Laut. Hal tersebut merupakan peluang untuk diberdayakan mereka sebagai sumber daya manusia menjadi tenaga surveyor guna mengisi kekurangan personel di instansi kelaikan. Personil - personil diatas mayoritas adalah personil yang masih produktif namun belum cukup pengalaman dibidangnya. Personel tersebut juga terpilih karena memiliki moral dan mental yang baik, serta mempunyai integritas yang tinggi dalam menjalankan baktinya.

(9)

memadai dengan memodernisasi alutsista untuk menegakkan kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia. Modernisasi alutsista ini guna melindungi perbatasan, melawan ancaman transnasional, dan meningkatkan kontribusi operasi pemeliharaan perdamaian di seluruh dunia. Seiring dengan modernisasi alutsista yang dilaksanakan di jajaran TNI Angkatan Laut, tentu tidak dapat dihindari pula diperlukan proses kelaikan yang profesional. Sehingga alutsista yang kita miliki akan tetap terpelihara kesiapannya.

6) Beberapa tahun terakhir institusi kelaikan dipercaya oleh pimpinan TNI untuk mempersiapkan Alut TNI Angkatan Laut ( KRI, Ranpur, Pesud) yang dilibatkan dalam operasi Latihan gabungan melalui pemeriksaan dan sertifikasi kelaikan guna mengidentifikasi kondisi teknis unsur - unsur tersebut benar - benar laik dan dapat berfungsi sesuai fungsi asasinya. Hal tersebut merupakan peluang bagi institusi kelaikan TNI Angkatan Laut untuk menunjukkan kemampuannya guna memberikan kepercayaan kepada pemimpin. Dimana kelaikan memiliki kontribusi dan andil yang cukup besar dalam menyiapkan unsur yang mengikuti latihan gabungan.

b. Kendala.

Adapun kendala - kendala yang dihadapi di antaranya:

1) Kekuatan TNI Angkatan Laut dari segi Alutsista masih diperhadapkan dengan kondisi keterbatasan dan kekurangan dari segi jumlah dan ketidak siapan sebagai akibat Alustsista yang ada saat ini umumnya merupakan aset yang sudah ketinggalan teknologi, sementara proses regenerasi berjalan sangat lambat. Dalam rangka itu, membangun TNI Angkatan Laut yang professional bukan saja kebutuhan TNI Angkatan Laut semata, tetapi juga menjadi kebutuhan seluruh Bangsa Indonesia dalam mengangkat posisi tawar Indonesia menghadapi ketatnya persaingan di era globalisasi.

2) TNI Angkatan Laut dengan kapasitasnya sebagai penegak hukum

(10)

penurunan. Bila dibandingkan dengan peran dan tugas yang diemban oleh TNI Angkatan Laut yang begitu berat serta dihadapkan pada luas wilayah yuridiksi nasional yang menjadi tanggung jawab pengawasannya, maka kekuatan TNI Angkatan Laut saat ini masih dapat dikatakan terlalu kecil. Minimnya alat utama sistem senjata (Alutsista) menjadi kendala tersendiri dalam hal menjaga kedaulatan di lautan.

3) Permasalahan personel yang pada beberapa tahun terakhir menjadi beban TNI Angkatan Laut merupakan masalah yang sampai saat ini belum teratasi. Kelebihan personel pada level tertentu yang berdampak terhambatnya rotasi personel dari satu satker ke satker lainnya. Dari latar belakang permasalahan tersebut, sangat berpengaruh kepada pola pengambilan kebijakan dalam pembinaan personel, dimana satker yang kelebihan personel akan berusaha mengurangi kelebihan personel yang tidak dibutuhkan, sementara satker yang kekurangan personel akan mempertahankan personelnya. Hal tersebut merupakan sebuah konsekuensi yang logis dari sebuah organisasi yang dinamis.

4) Kurangnya perhatian dari pejabat pengambil keputusan dan para stake holder (para pihak) tertentu dalam memahami aturan – aturan kelaikan, sehingga sampai saat ini belum semua kegiatan pengadaan / pemeliharaan materiil dari kotama wilayah barat melalui proses kelaikan. Hal ini terbukti dalam laporan program kerja Satlaikmatbar setiap tahun terutama untuk komoditi materiil non alut prosentasinya sangat kecil.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Meskipun perpustakaan bermanfaat sebagai salah satu sumber belajar untuk semua mata pelajaran (termasuk pelajaran sejarah), namun dalam kenyataan ada kecenderungan

Vol. 2, Desember 2017 109 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencoba menggali lebih dalam tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa persinggungan antara ajaran agama (Islam) yang dibawa oleh Ki Ageng Gribig, modernitas, dan budaya (Jawa) tergambar dalam ritual dan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan