• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I LANDASAN TEORI ERGONOMI 2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I LANDASAN TEORI ERGONOMI 2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

LANDASAN TEORI ERGONOMI

2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi

Pada zaman dahulu ketika kita masih hidup didalam lingkungan alam yang asli, kehidupan manusia tergantung pada kegiatan tangannya. Alat-alat, perlengkapan atau rumah sederhana di buat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alam pada saat itu.

Perubahan waktu walaupun secara perlahan-lahan telah merubah manusia dari keadaan primitive menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini terjadi antara lain terlihat pada perubahan rancangan-rancangan peralatan yang dipakai, mulai dari batu yang diolah menjadi alat yang dimanfaatkan lebih baik. Perubahan pada saat sederhana ini menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaannya berusaha merubah alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaian. Hal ini lebih terlihat lagi pada alat-alat yang dipakainya dan yang digunakan memudahkan pada bagian tasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan pemakai untuk menggerakannya. Banyak lagi perubahan-perubahan yang serupa dengan itu dari abad ke abad.

(2)

baik, yaitu mencapai tujuan pada puncak yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan nyaman dan efektif.

Manusia dengan segala tingkah lakunya merupakan suatu makhluk hidup yang sangat kompleks.Untuk mempelajari diri manusia, tidak cukup ditinjau dari satu segi ilmu saja, dan itulah sebabnya untuk mengembangkan ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu antara lain biologi, psikologi, faal, antropologi, perencanaan kerja, fisika dan lain-lain yang mana masing-masing disiplin ilmu tersebut berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada gilirannya para perancang fasilitas sehingga mencapai kegunaan yang optimal.

Untuk mencapai keadaan diatas, ternyata memerlukan dan memakan waktu yang cukup panjang. Pada mulanya ergonomi banyak dikuasai para ahli psikologi, dimana pada saat itu, pemilihan operator yang berprestasi dan mempunyai keahlian yang tinggi lambat laun terbukti bahwa hasil akhir dari keseluruhan ternyata memuaskan. Hal ini terbukti dengan nyata pada saat perang dunia kedua. Pesawat terbang, senjata dan peralatan lainnya dibuat secara otomatis menjadi begitu tidak mampu menguasai operasi kompleks dan alat-alat tersebut. Sejarah perang banyak menunjukkan bahwa selama perang berlangsung banyak dijumpai bom-bom dan peluru-peluru yang tidak mengenai sasaran. Hancurnya kapal-kapal, dan perenjataan-persenjataan lainnya karena alat-alat dan saran tersebut dirancang tanpa memperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia sebagai operatornya.

(3)

Berdasarkan latar belakang itulah maka defenisi dari Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistimatis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan dan melalui pekerjaan itu kita dapat menggunakan waktu yang efekitf, aman dan nyaman.

Sekarang para ahli ergonomi telah memperluas beberapa perhatiannya kebidang sipil yakni perancangan jalan raya, perumahan dan fasilitas yang berhubungan dengan manusia.

2.2. Manusia Sebagai Komponen Manusia Mesin

Secara umum manusia dapat didefenisikan sebagai Set Object Together With Relation Ship Between The Object and Between The Atributes. Suatu sistem akan terjadi dalam suatu lingkungan dan perubahan-perubahan yang timbul dilingkungan ini akan mempengaruhi sistem dan elemen dari sistem tersebut. Suatu sistem dapat dibagi ke dalam sub sistem dan seterusnya. Dalam kaitanya dengan aktifitas dan kegiatan manusia sebagai suatu sistem akan dapat pula ke dalam job operation (sub sistem), position (job sub sisrem) duites (komponen) task (unit-unit), sub task (sprata), task elemen yang dimaksud dengan sistem manusia mesin adalah merupakan suatu kombinasi antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh.

(4)

Dalam kaitannya dengan sistem manusia mesin, maka ada tiga macam hubungan yaitu :

a. Sistem manusia mesin hubungan manual

b. Sistem manusia mesin hubungan semi otomatis c. Sistem manusia mesin hubungan otomatis

2.2.1. Sistem Manusia Mesin Hubungan Manual

Dalam sistem ini input akan berlangsung diOutput contohnya seorang melakukan pekerjaan dengan menggunakan suatu pekerjaan dengan menggunakan suatu peralatan sederhana seperti kikir untuk menghaluskan benda kerja. Disini manusia masih memegang kendali yang penuh dalam melaksanakan akitifitas. Peralatan kerja yang ada hanyalah sekedar menambah kemampuan dan kepabilitas dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sistem dimana manusia secara penuh berfungsi sebagai sumber tenaga pengendali langsung dikenal langsung sebagai manusia mesin.

2.2.2. Sistem Manusia Hubungan Semi Otomatis

Adanya revolusi industri dan perkembangannya maka berhasil ditemukan berbagai mesin kompleks. Tida seperti pada halnya manual sistem, maka dalam Semi Otomatis Man Machine System akan ada mekanisme khusus yang akan mengolah input informasi dari luar sebelum masuk ke dalam sistem kerja manusia dan demikian pula reaksi yang berasal dari sistem manusia ini akan diolah atau dikontrol terlebih dahulu melalui dan dengan cara mekanisme tertentu sebelum output berhasil diproses.

(5)

mobil akan menunjukkan suatu kecepatan mobil yang sedang berjalan dan jumlah bahan bakar yang masih ada di dalam tangki yang masih ada di dalam tangki mobil. Disini merupakan manusia sebagai pengemudi mobil tidak akan bisa secara langsung mengendalikan dari sumber tenaga penggerak mobil ini secara langsung karena dalam sistem ini mesinlah yang akan membagi tenaga yang mampu membuat sistem berjalan. Manusia di sisni akan melaksanakan kontrol memekai sensor input lewat display dan peralatan lainnya seperti kemudi, rem, gas dan lainnya. Sistem dimana mesin memberikan power (tenaga) dan manusia akan dapat melaksanakan fungsi control.

2.2.3. Sistem Manusia Mesin Hubungan Otomatis

Pada sistem yang berlangsung secara otomatis maka disini mesin akan melaksanakan dua fungsi yaitu menerima rangsangan dari luar (sensing) dan para pengendali efektifitas seperti umumnya yang dapat dijumpai dalam prosedur kerja yang normal. Fungsi operator disini hanya memonitor dan menjaga mesin tetap bekerja dengan baik serta memasukkan data atau menggantikan program-program baru apabila diperlukan.

Penyelidikan terhadap fungsi mesin-mesin adalah didasarkan atau suatu kenyetaan bahwa antara manusia dengan mesin. Dengan memperhatikan dari kealebihan dan kekurangan masing-masing, maka akan diperoleh tabel perbandingan manusia dan mesin. Dari perbedaan kemampuan antara manusia dengan mesin tersebut, maka diharapkan dapat membuat suatu hubungan sistem manusia mesin akan bisa melengkapi satu sama lainnya.

(6)

dengan lingkungannya. Manusia bisa berubah peranannya dengan cepat dan teratur sehingga memungkinkan untuk bekerja dalam kondisi apapun dan sifat yang berubah-ubah dari manusia ini juga akan membuktikan sifat ketidakstabilian, yaitu cara atau apa yang belum dihasilkan sekarang belum tentu sama dan apa yang dihasilkan untuk masa yang akan datang. Hal ini berbeda dengan sifat mesin yang lebih sangat stabil bila dibandingkan dengan manusia. Dengan kata lain dari sistem manusia mesin pada hakekatnya akan lebih dipengaruhi oleh kemampuan dan sesuatu keterbatasan manusia.

Dengan mempelajari komponen manusia sebagai salah satu komponen sistem manusia mesin yang terdiri dari manusia, peralatan, dan lingkungan kerja fisik, akan dapat diperoleh hasil akhir yang optimal. Ergonomi sebagai disiplin ilmu baru akan memerlukan informasi-informasi yang berkaitan dengan segala kemampuan dan keterbatasannya. Hal ini memberikan penjelasan yang jelas dan efektif.

2.3. Kemampuan dan Keterbatasan manusia

Untuk dapat menerapkan ergonomi, perlu adanya suatu informasi-informasi yang lengkap mengenai kemampuan dan segala keterbatasan manusia. Salah satu usaha untuk meraih informasi ini adalah dengan melakukan berbagai macam penyeledikan, dan pembahasannya akan dilakukan menurut empat kelompok besar yaitu :

a. Penyelidikan tentang display, yaitu bagian lingkungan yang mengkomunikasikan keadaan kepada manusia

(7)

manusia ketika aktifitas tersebut yang paling berpengaruh banyak hubungan dengan biomekanik.

c. Penyelidikan mengenai tempat kerja. Agar diperoleh suatu tempat kerja yang baik dalam arti kata sesuai dengan kemampuan keterbatasan manusia, maka ukuran-ukuran dari tempat kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia.

d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik. Yang dimaksud lingkungan fisik di sini meliputi ruangan dan fasilitas yang bisa digunakan oleh manusia, serta kondisi dari lingkungan kerja, yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia

2.4. Tingkat Kepercayaan dan Tingkat Ketelitian

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimal hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini bisa dinyatakan dalam persen. Sedangkan tingkat kepercayaan menunjukkan besarnya suatu kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang diperolehnya dapat memenuhi syarat ketelitian tadi.

Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat kepercayaannya 90% memberi arti bahwa membolehkan rata-rata hasil pengukuran menyimpan sejauh 10 dari rata-rata sebenarnaya dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 90%.

2.5. Uji Statistik

1. Tes Keseragaman Data

(8)

Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana, mudah dan tepat. Disini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya mengidentifikasikan data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpan dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu eksrtim ini sewajarnya kita buang jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya.

X=Σ Xi

N atau X= Σ Xi

K

Dimana : X = harga rata-rata N = banyaknya data

K = banyaknya sub group yang terjadi

2. Tes Kenormalan Data

a. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan :

σ=

(XiX) 2

N−1

Dimana: N = Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan.

X = Waktu penyelesaian yang diambil dari pengukuran yang telah dilakukan

b. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group :

(9)

Peta Kontrol adalah suatu alat yang tepat dan dalam mengetes keseragaman data dari hasil pengamatan X untuk setiap group data apabila diplotkan dalam peta akan dilihat sebagai berikut :

BKA

X

BKB

Batas kontrol atas dan kontrol bahwa untuk group data bisa dicari dengan formulasi berikut :

BKA = X + 2 σx BKB = X - 2 σx

3. Test Kecukupan Data

Jika ternyata rata-rata sub group berada dalam batas yang terkontrol, maka pengukuran yang digunakan yaitu dengan menggunakan tingkat ketelitian 8%, tingkat kepercayaan 92% maka dapat diperoleh rumus sebagai berikut:

σ

=

[

k

/

s

NΣX

i

2

−(

ΣX

i

)

2

ΣX

i

]

2

Dimana : N = Jumlah pengamatan yang dilakukan

(10)

1. Manajemen Data (Distribusi Frekuensi & Histogram)

Manajemen data adalah pengembangan dan penerapan arsitektur, kebijakan, praktik, dan prosedur yang secara benar menangani siklus hidup lengkap data yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan. Definisi ini cukup luas dan mencakup sejumlah profesi yang tidak bersentuhan langsung secara teknis dengan aspek tingkat rendah manajemen data seperti manajemen basis data relasional

Dalam rangka mempersiapkan manajemen data yang mampu memberikan dukungan terhadap proses pengambilan keputusan atau pengambilan strategi dan fungsi perencanaan maka diperlukan model pengembangan yang terintegrasi dengan dukungan teknologi informasi.

Mengumpulkan atau memperoleh data statistik ditinjau dari cara terdapatnya dan penggunaannya atau maksud dikumpulkannya data, kita mengenal dua penggolongan yaitu : Data intern ialah data yang dikumpulkan oleh suatu badan mengenai aktifitas badan itu dan hasil dingunakan untuk keperluan badan itu pula. Sering terjadi bahwa badan itu terasa memerlukan data yang tidak terdapat dalam aktifitas badan tersebut. Data itu dapat diperoleh majalah-majalah, surat-surat kabar, biro yang khusus mengumpulkan data atau dari badan lain dimana data yang dimaksud mungkin tersedia. Data yang demikian disebut data ekstren. Meskipun banyak penelitian sering digunakan data intern, hal ini disebabkan keperluannya dan soal dapat diandalkannya mengenai kebenaran data, namun tidaklah jarang bahwa data ekstern juga diperlukan. Data ekstern tersebut cukup dapat diandalkan.

(11)

dikumpulkan oleh suatu badan yang dikumpulkan oleh dadan itu sendiri. Orang atau badan lain yang memerlukan data itu memperolehnya langsung dari badan oleh suatu badan. Data ekstern sekunder adalah data yang dilaporkan oleh suatu badan, sedangkan badan ini tidak langsung mengumpulkannya sendiri, melainkan memperoleh dari pihak lain.

Adapun beberapa aktivitas manajemen data, yaitu:

1. Aktifitas memperoleh informasi, menggunakannya seefektif mungkin dan membuangnya pada saat yang tepat.perhatian pada manajemen data disebabkan karena dua hal yaitu : kompleksitas kegiatan bisnis yang meningkat serta kemampuan komputer yang semakin baik.

2. Informasi (termasuk data) adalah salah satu jenis utama sumber daya yang tersedia bagi manajer, selain Manusia, Material, Mesin dan Uang. Sumber daya manusia, material, mesin dan uang digunakan istilah sumber daya fisik sedangkan Informasi dan data dengan istilah sumber daya konseptual. Informasi dapat dikelola seperti halnya sumber daya yang lain. Semakin besar skala operasi perusahaan, manajer semakin mengandalkan informasi dan sangat mungkin menggangap informasi sebagai sumber daya mereka yang paling berharga.

3. Manajemen data adalah seluruh aktifitas memperoleh informasi, menggunakannya seefektif mungkin dan membuangnya pada saat yang tepat (McLeod, 1998)

4. Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas:

(12)

tersebut.

Pengendalian, perencanaan hanyalah setengah dari peretempuran. Setelah suatu rencana dibuat, rencana tersebut harus diimplementasikan, dan manajer serta pekerja harus memonitor pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Aktivitas manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan, disebut kebutuhan.

Pengambilan Keputusan, proses pemilihan diantara berbagai alternative disebut dengan proses pengambilan keputusan. Fungsi manajerial ini merupakan jalinan antara perencanaan dan pengendalian. Manajer harus memilih diantara beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa rencana yang dapat dipilih. Komentar serupa dapat dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian.

 Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi umumnya disajikan dalam daftar yang berisi kelas interval dan jumlah objek (frekuensi) yang termasuk dalam kelas interval tersebut. Sebelumnya akan dijelaskan beberapa istilah yang dipakai untuk membuat daftar distribusi frekuensi, yaitu:

1) Kelas interval adalah banyaknya objek yang dikumpulkan dalam kelompok-kelompok tertentu, berbentuk a-b ke dalam kelas interval a-b dimasukkan semua yang bernilai mulai dari a sampai dengan b.

(13)

3) Ujung bawah kelas interval adalah bilangan-bilangan yang terletak disebelah kiri interval.

4) Ujung atas kelas interval adalah bilangan-bilangan yang terletak disebelah kanan kelas interval.

5) Panjang kelas interval (P) adalah selisih positif antara tiap dua ujung bawah berurutan.

6) Batas bawah kelas interval adalah hasil pengurangan sebanyak 0,5x satuan ketelitian yang digunakan terhadap ujung bawah kelas interval.

7) Batas atas kelas interval seperti batas bawah tapi penjumlahan pada ujung atas kelas interval.

8) Tanda kelas interval adalah nilai yang dianggap sebagai wakil kelas interval. Aturan tanda kelas=0,5x (ujung bawah + ujung atas).

 Histogram

Umumnya distribusi frekuensi disajikan dalam bentuk gambar atau diagram. Hal ini bertujuan untuk memperjelas sifat-sifat dari distribusi tersebut. Diagram tersebut dibuat dengan frekuensi pada sumbu y dan batas-batas kelas interval pada sumbu x diagram yang demikian dinamakan histogram.

Histogram merupakan bentuk diagram yang mudah dipahami. Histogram merupakan diagram balok karena frekuensi disajikan dalam bentuk balok. Histogram menghubungkan antara tepi kelas interval pada sumbu horizontal (X) dan frekuensi setiap kelas pada sumbu vertical (Y).

(14)

Bila kita ingin mengetahui apakah distribusi frekuensi hasil percobaan kita sesuai dengan distribusi frekuensi yang kita harapkan, maka maka kita akan mengadakan pengujian. Salah satu metode yang terkenal adalah metode Goodness Of Fit. Pengujian ini didasarkan atas statistik :

X2 hit =

i=1

k

(Oiei)2

ei

Dengan :

Oi = fekuensi observasi (hasil percobaan) untuk kelas ke-i ei = frekuensi yang diharapkan untuk kelas ke-i

k = jumlah kelas

X = nilai variabel random yang distribusi sampelnya didekati dengan distribusi chi-square dengan derajat kebebasan v = k – r – 1, dengan r adalah banyaknya parameter yang ditaksir dari populasi adalah mean dan simpangan baku, maka r = 2

Frekuensi harapan pada tiap kelas sebaiknya tidak lebih kecil dari 5, jika hal ini terjadi maka harus dilakukan penggabungan dengan kelas-kelas yang berdekatan dengan kelas tersebut. Sehingga diperoleh sebuah kelas baru dengan frekuensi harapan lebih besar atau sama dengan 5 (dengan demikian jumlah total kelas seluruhnya k akan berkurang dari semula).

Untuk dapat mengambil kesimpulan apakah hipotesis kita terhadap data yang diperoleh dari percobaan mengikuti pola distribusi frekuensi yang kita duga (harapkan), maka harus dilakukan perbandingan sebagai berikut :

(15)

Dengan α adalah tingkat kepercayaan dari harga X2tab

diperoleh dari tabel chi kuadrat. Apabila pertidaksamaan di atas dipenuhi, maka hipotesis nol diterima.

3. Test Persentil

Jika sekumpulan data dibagi menjadi 100 bagian yang sama akan menghasilkan persentil yang berturut – turut yang dinamakan persentil pertama sampai dengan persentil sembilan puluh sembilan. Symbol yang digunakan berurutan adalah P1, P2, …,P99. letak persentil Pi (I = 1, 2, 3,...,99). Untuk sekumpulan data digunakan rumus:

Letak Pi = data ke….

i.n 100

Sedangkan rumus dari Pi adalah sebagai berikut:

Pi

=

Bk

+

P

(

in

/

100

)−

F

f

dimana : Bk = batas bawah kelas P = Panjang kelas N = banyaknya data F = Frekuensi sebelum Pi F = Frekuensi sesudah Pi

4. Test Varians

Dalam hal ini akan diuji kesamaan K (K 2), sebuah rata-rata populasi. Tepatnya misalkan kita uji mempunyai K, (K 2) sebuah populasi yang ,masing-masing berdistribusi normal dan independent dengan rata-rata 1,2,…,K dan simpangan baku yang berturut-turut.

(16)

kelompok, dengan persyaratan tentang populasi seperti diantara ternyata bahwa rasio varians dan kelompok bentuk statistic F, tepatnya:

F

=

Varians

antar

kelompok

Varians

dalam

kelompok

Untuk memudahkan perhitungan digunakan symbol:

RY=J 2

ni dengan

J

1

+

J

2

+

.. .

+

J

n

Ay=

(

Ji 2

ni

)

Ry

Y2 = jumlah kuadrat (JK) dari semua data pengamatan

Dy

=

Y

2

Ry

Ay

Ry, Ay, Dy, dan Y2 merupakan jumlah kuadrat (JK) yang berurut berdasarkan sumber varians rata-rata antara kelompok, dalam kelompok dan totalnya. Setiap JK sumber varians didampingi oleh derajat kebebasan 9 dk. Untuk rata – rata dk = (K-10) dan untuk kelompok dk = (ni-1) dan untuk tabel dk = ni. Untuk memudahkan

(17)
[image:17.612.164.481.152.292.2]

Tabel anava:

Sumber Varians

Dk JK KT F

Rata – Rata 1 Ry R

=Ry 1 Antar

Kelompok

K – 1 Ay

A

=

Ay

(

K

1

)

A D

Dalam Kelompok

(ni – 1) Dy

D

=

Dy

(

ni

1

)

(18)

ANTROPOMETRI

Istilah anthropometry berasal dari kata “anthropos (man)” yang berarti manusia dan “metron (measure)” yang berarti ukuran (Bridger, 1995). Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas digunakan untuk pertimbangan ergonomis dalam suatu perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas marupakan faktor yang penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat komplek, harus berpedoman kepada antropometri pemakainya. Menurut Sanders & Mc Cormick (1987); Pheasant (1988), dan Pulat (1992), antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang.

Ada 3 filosofi dasar untuk suatu desain yang digunakan oleh ahli-ahli ergonomi sebagai data antropometri yang diaplikasikan (Sutalaksana, 1979 dan Sritomo, 1995), yaitu:

1. Perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim. Contoh: penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.

2. Perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu. Contoh: perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau mundur, dan sudut sandarannyapun bisa dirubah-rubah. 3. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata. Contoh: desain

(19)

Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis. Hal lain yang perlu diamati adalah seperti Berat dan pusat massa (centre of gravity) dari suatu segmen/bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar (angular motion)

dari tangan dan kaki, dan lain-lain. Selain itu, harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasikan pada data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar variasinya antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun persegmen-nya (Nurmianto, 1996).

Data antropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll). 2. Perancangan peralatan kerja (perkakas, mesin, dll).

3. Perancangan produk-produk konsumtif (pakaian, kursi, meja, dll). 4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh. Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:

(20)

2) Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur. Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:

a) Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas. Contoh: dalam mempelajari performa atlet.

b) Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja. Contoh: Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.

(21)

Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, diantaranya:

a) Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian manusia akan berkurang ukuran tubuhnya saat manusia berumur 60 tahun.

b) Jenis Kelamin

Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul.

c) Suku Bangsa (Etnis)

Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh etnis. d) Pekerjaan

Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia.

Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi tertentu (khusus) yang dapat mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga perlu mendapat perhatian, seperti:

a) Cacat tubuh

Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang- orang cacat.

b) Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan

(22)

c) Kehamilan (pregnancy)

Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh (untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti itu.

[image:22.612.149.523.331.646.2]

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja menurut Eko Nurmianto dalam bukunya, maka pada gambar tersebut dibawah ini akan memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur pada gambar. 1.

(23)

Keterangan :

1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala ) 2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak

3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak

4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)

5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan ).

6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/pantat sampai dengan kepala ).

7. Tinggi mata dalam posisi duduk.

8. Tinggi bahu dalam posisi duduk

9. Tinggi siku dalam posisi duduk ( siku tegak lurus )

10.Tebal atau lebar paha.

11.Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.

12.Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis.

13.Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14.Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai

dengan paha.

15.Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk ) 16.Lebar pinggul/pantat

17.Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dlm gambar ).

18.Lebar perut

19.Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus.

20.Lebar kepala.

(24)

22.Lebar telapak tangan.

23.Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar ).

24.Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal).

25.Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk ( tidak ditunjukkan dalam gambar ).

26.Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu rancangan selain faktor manusia antara lain:

1. Analisa Teknik

Banyak berhubungan dengan ketahanan, kekuatan, kekerasan dan seterusnya.

2. Analisa Ekonomi

Berhubungan perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh.

3. Analisa Legalisasi

Berhubungan dengan segi hukum atau tatanan hokum yang berlaku dan dari hak cipta.

4. Analisa Pemasaran

(25)

5. Analisa Nilai

Analisa nilai pertama kali didefinisikan oleh L.D. Miles dari General Elactric (AS, 1940), yaitu suatu prosedur untuk mengidentifikasikan ongkos-ongkos yang tidak ada gunanya. Kemudian pengertian ini berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan jaman. Seperti yang dikemukakan oleh C.M. Walsh yang membagi analisa nilai menjadi 4 katagori, yaitu:

1. Uses Value

Berhubungan dengan nilai kegunaan

2. Esteem Value

Berhubungan dengan nilai keindahan atau estetika.

3. Cost Value

Berhubungan dengan pembiayaan

4. Excange Value

Berhubungan dengan kemampuan tukar.

Terdapat tiga tipe perancangan, yaitu :

1. Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrem

Data dengan persentil ekstrim minimum 5% dan ekstrim maksimum 95%.

2. Perancangan untuk pemakaian rata-rata Data dengan persentil 50 %.

(26)

BAB III

FAKTOR – FAKTOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP

TENAGA KERJA

A. Pengaruh Faktor-faktor Lingkungan Kerja Terhadap Tenaga Kerja Lingkungan kerja diartikan sebagai segala sesuatu yang berada disekitar tenaga kerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja yang lestari dan manusiawi adalah faktor pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja. Kondisi lingkungan kerja yang kurang baik dan melebihi toleransi manusia untuk menghadapinya tidak saja akan menurunkan produktivitas kerja, tetapi juga akan menjadi sebab terjadinya penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan, cacat dan bahkan kematian. Lingkungan kerja yang tidak sehat sering kali mengganggu para pekerja dan dapat mengurangi ke efektifitasan dari pekerja itu sendiri. Dibawah ini akan diuraikan beberapa lingkungan kerja yang tidak sehat dan juga mengganggu kinerja dari pekerja itu sendiri.

Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi : a. Bahaya Kimia

Bahaya kimia adalah potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui :

(27)

tertentu. Tidak ada bahan kimia yang ‘entirely safe’. Tetapi setiap bahan kimia dapat digunakan secara aman.

Bahan kimia dibagi menjadi : 1. Bahan Kimia tidak berbahaya 2. Bahan kimia beracun dan berbahaya (B3). Bahan kimia yang ada di sekitar kita, misalnya BBM, Pengharum, Oli ruangan, Kosmetik, Sabun, detergent, Aseton, Cat, Cuka (Asam – Thinner Asetat), Gula, garam, Obat Nyamuk , Obat, Pembersih Toilet, Pupuk, dll.

Jenis bahan kimia : 1. Bahan Kimia Non-B3, contoh : Gula, garam, kosmetik, pembersih toilet 2. Bahan Kimia Beracun dan Berbahaya (B3) : Bahan-bahan yang karena sifatnya dapat menimbulkan dampakmerusak atau merugikan Contoh : aseton, spiritus, thinner, asam cuka, dll.

Untuk Bahan-bahan B3 diwajibkan :1. MSDS (Material Safety Data Sheet) disertakan di sekitar tempat penyimpanan bahan kimia -dipahami oleh pengguna, 2. Label identitas ditempel pada bahan, 3. Sign (rambu) ditempel sesuai bahaya bahan, 4. APD (Alat Pelindung Diri) tersedia, 5. Secondary Containment / wadah penampung tetesan.

Penanganan / Pengendalian :

 Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan bahan

 Ganti pakaian yang terkontaminasi, cuci bersih sebelum pakaian

dipakai kembali

 Dilarang makan dan minum di area kerja

 Pengguna memakai APD yang direkomendasikan

 Kontak langsung dengan bahan korosif / bahan beracun harus

ditiadakan atau ditekan sekecil mungkin (lemari asam)

 Hindarkan dari pekerjaan / aktivitas dengan sumber panas, nyala

api atau loncatan bunga api terbuka (kelistrikan, pengelasan, rokok, gergaji listrik, dll.

 Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh:

 Pernapasan ( inhalation )

(28)

 Tertelan ( ingestion )

 Korosi

Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.

 Iritasi

Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak ).Contoh :

- Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .

- Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.

 Reaksi Alergi

Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasanContoh :

- Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.

- Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.

 Asfiksiasi

Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara.Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada kulit.Contoh :

(29)

- Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen sulphide

 Kanker

Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan.Contoh :

- Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma);

- Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates, beryllium

 Efek Reproduksi

Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang manusia. Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi spontan.Contoh :

- Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.

 Racun Sistemik

Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh.Contoh :

- Otak : pelarut, lead,mercury, manganese

(30)

- Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers - Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons

- Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis ). b. Bahaya Fisik

Bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.

Bahaya fisik terdiri dari :1. Iklim Kerja Perpaduan antara suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara, panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaannya. Penilaian iklim kerja dilakukan dengan mengukur besarnya tekanan panas (heat stress) dgn mengukur ISBB (Indeks Suhu Basah & Bola).

Iklim Kerja Panas :

a. Heat Cramps (Kejang Karena panas) b. Heat Exhaustion (kelelahan karena panas) c. Heat Stroke

 Pengobatan :

* Menggantikan Cairan

* Pindahkan korban keruangan yg lebih dingin * Basahi kulit korban dengan pakaian basah / air * Berikan Kompres dingin

* Utk Kram, pijat otot yg terkena * Rujuk ke pertolongan medis

 Iklim Kerja Dingin :

a. Chilblains, b. Trenchfoot, c. Frosbite

 Pencegahan :

(31)

* Pakaian pelindung * Istirahat

* Pemeriksaan Kesehatan

 Pengendalian terkait Iklim kerja :

• Mengurangi proses panas

• Isolasi / penyekat dengan paparan • Ventilasi

• Pengaturan waktu kerja / rotasi

• Pemberian air minum (dan garam) yang memadai • Baju kerja• Training karyawan

• Pemeriksaan kesehatan

• Pengukuran dan pemantauan Iklim Kerja • APD

 Kebisingan

adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan. Nilai Ambang Batas (NAB) untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu kerja yang terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.NAB untuk kebisingan di t4 kerja ditetapkan 85 dB (A).

(32)

merupakan bagian dari kerja kita tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran, dan sebagainya. Bunyi yang tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau kebisingan.

Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi.Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ( DB ).Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki / bising.

(33)

NO. Sumber Skala DB batas dengar tertinggi

1 Halilintar 120 DB

2. Meriam 110 DB

3. Mesin Uap 100 DB

4 Jalan yang ramai 90 DB

5 Pluit 80 DB

6 Kantor Gaduh 70 DB

7 Radio 60 DB

8 Rumah Gaduh 50 DB

9 Kantor pada umumnya 40 DB

10 Rumah Tenang 30 DB

11 Kantor perorangan 20 DB

12 Sangat tenang , Suara daun jatuh, Tetesan air 10 DB

Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja. Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim . Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.

 Jenis Kebisingan :

- Bising continue > intensitas tidak lebih dari 6 dB

(34)

- Bising impulsive > memiliki perubahan intensitas hinga 40 dB dalam waktu yang sangat cepat sehingga mengejutkan

- Bising impulsive berulang > bising impulsive yang berulang Jenis

 Kebisingan berdasarkan Dampak Kebisingan terhadap

Manusia :

- Mengganggu (Irritating Noise) - Menutupi (Masking Noise) - Merusak (Damaging Noise)

 Pengaruh Kebisingan :

- Gangguan fisiologis : Peningkatan tekanan darah, sakit kepala, vertigo, mual, gangguan

- Gangguan Psikologis : Mengurangi kenyamanan, gangguan konsentrasi, sulit tidur, cepat marah

Gangguan Komunikasi : Efek pada organ pendengaran -Temporary hearing loss (sementara) - Permanent hearing loss (tetap).

 Pengaruh kebisingan tergantung dari faktor :

1. Tinggi intensitas suara dan frekuensi 2. Lama dan jarak dari sumber

3. Spektrum suara

4. Kepekaan individu, obat-obatan, kondisi kesehatan

 Pengendalian Kebisingan :

1. Eliminasi, perubahan cara kerja

2. Subtitusi mesin, pondasi mesin, modifikasi dan perawatan mesin

3. Isolasi mesin, cover, penyekat dinding, langit-langit kedap suara, jauhkan sumber

(35)

6. Pengukuran & pemantauan kebisingan (mapping intensitas, frekuensi, lama dan distribusi, waktu total pemaparan bising)

7. Penggunaan APD (ear plug- sumbat telinga , ear muff- tutup telinga)

 Vibrasi (Getaran)

Gerakan bolak balik linear yang berlangsung dengan cepat dari suatu obyek terhadap suatu kedudukan kelelahan, bahaya kesehatan seperti ujung jari menebal/mati rasa dan memutih,dl Getaran berdasarkan jenis pajanan : 1. Getaran seluruh badan 2. Getaran alat-lengan atau getaran pada tangan dan lengan Alat ukur : Vibrasi meter .

Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.

 Pengaruh Getaran :

(36)

3. Penglihatan kabur, sakit kepala, gemetar, kesemutan, gangguan tidur

4. Kerusakan organ dalam

5. Sakit persendian dan otot lengan

6. Penurunan fungsi indra perasa pada jari-jari, hilangnya ketangkasan

7. Noda putih pada telapak tangan (white finger sindrom-mati rasa permanen)

 Pengendalian Getaran :

a. Eliminasi, subtitusi mesin, penggunaan remote control

b. Rekayasa Engineering terhadap sumber untuk menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi/isolator, penyekat, peredam, membalut pegangan dan pemeliharaan mesin yang baik

c. Pengendalian administratif : dilakukan dengan pengaturan jadwal kerja sesuai TLV ( Treshold Limit Value )/ NAB (Nilai Ambang Batas), rotasi kerja, atur waktu istirahat, genggam dengan longgar, ganti posisi, olahragadll

d. Pemeriksaan kesehatan, pemantauan getarane. Terhadap pekerja, tidak ada pelindung khusus, hanya dianjurkan menggunakan sarung tangan yang dilengkapi peredam getar (busa) untuk menghangatkan tangan dan perlindungan terhadap gangguan vascular.

 Radiasi

(37)

radar, peralatan industri. Radiasi gelombang mikro yang pendek (< 1cm) akan diabsorbsi oleh permukaan kulit sehingga kulit seperti terbakar, sedangkan > 1 cm dapat menembus ke jaringan kulit yang lebih dalam, 2. Radiasi Non Mengion Radiasi : Sinar Ultra Ungu (Ulta violet) Sumber : Sinar matahari, lampu pijar, pengerjaan laser, pengelasan, dll. Sinar Infra Merah Sumber : benda pijar, tanur. Menyebabkan katarak mata. Sinar Laser Sumber : pengelasan, pemotongan, pelapisan, alat optis, operasi kedokteran. Mengakibatkan efek pada kulit dan kerusakan mata (retina).

 Pengendalian Radiasi :

1. Eliminasi

2. Menjauhi sumber, mengembalikan sumber, deteksi sumber dan aktivitas

3. Isolasi, limitasi

4. Pengendalian administrative, prosedur, sign / rambu

5. Hindari kontak langsung dgn kacamata UV/Kobalt Biru, pakaian antiradiasi

6. Pemeriksaan kesehatan.

 Penerangan (Lighting)

Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada suatu luas permukaan. Kondisi tingkat pencahayaan cukup adalah dimana seseorang dapat melihat suatu obyek dengan mudah dan cepat.

 Akibat Tingkat pencahayaan kurang :

(38)

2. Sakit kepala, pegal sekitar mata, iritasi mata (berair, penglihatan ganda)

3. Menurunkan ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan persepsi

4. Menimbulkan terjadinya kecelakaan 5. Memperpanjang waktu kerja.

 Akibat Tingkat pencahayaan berlebihan : 1.Kesilauan

2.Kelelahan, iritasi mata

3.KetidaknyamananPengendalian :

 Pengendalian Teknis

a. Perbesar ukuran obyek (kaca pembesar, monitor) b. Perbesar intensitas penerangan (buatan atau alami) c. Reflektor

d. Menambah lampu lokal

e. Mencegah kesilauan (memberbesar kontras, jauhkan permukaan mengkilat)

f. Penataan warna dinding, langit-langit

 Pengendalian Administratif a. Seleksi pekerja

b. Jaga kebersihan dinding, langit-langit, lampu.

 Tujuan pencahayaan :

- Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan

- Memberi lingkungan kerja yang aman

Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan.Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.

(39)

penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.

Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

 Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan

kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.

 Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari

penerangan diluar tempat kerja. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.

 Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur

masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari. Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah.

 Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :

(40)

2) Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.

3) Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang langsung memasukkan sinar matahari. 4) Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap. 5) Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh

bayangan suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.

 Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di

lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut : 1) Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan

efisiensi kerja. 2) Kelemahan mental

3) Kerusakan alat penglihatan (mata).

4) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut :

(41)

2) Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan penerangan lampu yang cukup.

3) Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat celsius).

4) Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja.

Gambar

Tabel anava:
Gambar 1. Antropometri tubuh manusia yang diukur dimensinya

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil wawancara rekomendasi perbaikan yang ditawarkan kepada 100 pelanggan Stasiun Kota Baru Malang didapatkan bahwa 100 pelanggan merasa puas dengan

Kesimpulan awal peneliti menjelaskan secara ringkas mengenai keadaan perekonomian nelayan serta pendampingan yang dilakukan oleh LKP Sumber Rejeki dan dalam

Sehingga Pelayanan kebidanan komunitas pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan oleh bidan untuk pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak balita di dalam

Bambu menyerap karbon dioksida lebih banyak dari tumbuhan lainnya yaitu sekitar 35% karena bambu merupakan tumbuhan paling aktif yang dapat tumbuh dan berkembang dengan

Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 85/KPTS/BPBD- SS/2017 tentang Status Keadaan Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi

Hasil penelitian menunjukkan ekspresi yang berbeda beda pada jaringan adenomiosis dibandingkan dengan jaringan endometrium eutopik, dan hal ini berarti sejalan

angkutan massal berkelanjutan, penambahan halte bus di dalam bandara soekarno hatta maupun di tempat-tempat strategis, peningkatan kualitas pelayanan penumpang dalam

Berdasarkan observasi, objek kajian belum memiliki sertifikasi dari Lembaga Ekolabel Indonesia, sehingga hasil yang dicapai dari kriteria kayu bersertifikat adalah