• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Ilmiah Dalam Ilmu Hubungan Antarbangsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Ilmiah Dalam Ilmu Hubungan Antarbangsa"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Bahasa

Indonesia

Sebagai Bahasa

Ilmiah

Dalam

Ilmu

Hubungan

Antarbangsa

OIeh :

Banbng

WaIryu

Ntgoho

Ab stla k

Tulisan ini bermaksud menggugah kesadaran para kaum cerdik cendikia untuk menggunakan bahasa lndonesia di dalam karya-karya ilmiah Bermula dari pefialian penulis lentang kelidakkonsislenan para penulis yang seri0g kali

muncul dalam menggunakan kala-kala asing yang dilerjemahkan ke dalam bahasa lndonesia, penulis ingin memberikan wacana baru lenlang peristilahan asing yang di bakukan dalam bahasa lndonesia. Meskipun lerdengar

dan nampak lidak lazim, namun penulis ingin memperkenalkan wacana peristilahan baku, khususnya

dalam rlmu Hubungan lnlernasional yang selama ini penulis geluti.

Kewod : penbakuan istilah, Hubungan Antahangsa

BAI\,1BANG WAHYU NUGR0H0, Staf Pengaiar Jurusan

llmu Hubungan lntemasi0nal Universitas

l\4uhammadiyah Yogyakarta

SAMBANG WAHYU NUGR0H0 //Bahasa lndonesia SebagaiBahasa llmiah Dalam llmu Hubungan Antarbangsa

Pendahuluan

etelah tetahunan menekuni ilmu

naya (politics) khususnya ilmu

hubungan

antarbangsa, saya

merasai adanya masalah yang selama

ini kurang diperhatilan karena dianggap

tidak begitu penting: bahasa Indonesia. Selama

olah

belajar-mengaj

ar

ilmu

hubungan antarbangsa

itu

yang

senantiasa ditekankan adalah agar kita

belajar bahasa asing, utamanya bahasa

Inggris,

karena

hampir

selu

ruh

pustakajar (textboo*/untuk bidang ilmu

ini

menggunakan bahasa lnggris.

Bahkan bahasa Inggris menjadi pakem (scenario) wajib lulus bagi mahasiswa

"HI"

dan ada usulan untuk

memper-banyak "SKS" (satuan kuliah sadwulan)

bahasa Inggris kos acata furcgnm) sa4ana

peingkat (strata) satr-r ("S1") yang dial:liiri

dengan uji TOEFL ffest of English as a

Foreign Language). Semenrara it u,

bahasa Indoncsia dtjangka (dias umsikan)

sudah terkuasai

secara swatindak

(a u tom a tical)balkoleh para narakampus

(2)

JURMLHUEUNGAN INTERMSOMf, // VOIUME IINO, 2 MATEI MO7

(ciitas academica), sehingga tidak perlu

lagi untuk dipelajari

dan dilatihkan, tcrlebih diajarkan. Walhasil, glanyong (absutd)

lah

ungkap rvicara maupun karangan ilmiah masyarakat ilmiah ini. I\fungkin juga acla yang bertanya-tanya

apaliah karangan ini tentang bahasa

In-donesia

ataukah mengenai

"HI"?

Jawaban sementara saya

untuk

per-tanyaan

ini

adalah kenyataan bahwa keprihatinan akan nasib bahasa Indo-nesia

di

kalangan cendekia

sesung-guhnya cukup merata,

mengingat

bctapa bahasa kebangsaan kita ini sudah

takjelas lagijatianrya (den d

q)

terutama akibat gapilan @rrer {etence,

innusion)dai

bahasa

manca yang

dipakai

dan

dirimbag (conjugate) secarz sembrono

(careless). I\Iisalnya, pcngadaptasian,

prdiwibusian, prsatnenlewna4 gasifrlasi, Ennatinalisasila4 kryrmisifiamn, meao-seksualitas, dan asesoisasi- Semua iru terjadi semakin rancu dan carut-marut akibat mem banji r ny a

rar

(i n fo

r

m a tio n) dari berbagai media-massa, khususnya yang diucapkan oleh para

penfar

ra-dio

ketika melayani pendengar yang meminta (meJ'rikwes"!) suguhan lagu serta

pramacara

(presenter) televisi dalam acara rvarta-berita atau ria-berita (infotainment). Sayangnya, bamburan

kata yang belum tentu sah dan andal

itu

dianggap sudah m entpakan aran (entry concept)yanglhnah, sehingga beginr saja oleh para narakampus diguna-kan dalam

kuliah-kuliah dan karangan ilmiah.

Atau,

setidaknya, apabila secara

rambang

(random)

kita

menjumput

sebarang kalimat yang tertuang di dalam

berkala atau pustakajar hasil

ter-jemahan, kita akan terkejut (atau malah

sudah tidak terkejut) mengetahui bctapa

banyaknya ungkapan asing

berteng-geran di dalamnya. Contoh,vang berupa

karangan asli:

'?ll,himSa, globalissi adalalt bcnh*

lnn

!rylltr!-dondni,kgitknsihtalndppstq

komoetii dan omft. Setelalt dekolonisasi dan

nnatlna Ltlo* sxi h pldplissi meniadi l ana* bant hEemoni abs nan apasat Inbat rcv'olusi hfonmsi.."

Sedangkan

contoh yang

meru-pakan lrasil terjemahan adalah :

"Dalrn ltta-kta llttlu *,ndin, unit-t nit

negara dai sisten internasional 'dibcdalan khwumw oleh bepr aau kecilnvzt kaoahilitrc nneladahm nenjalanlan ntgtE rarr&xtttv...

struLtur suatu istem berubah seiing dengan mulxl wt &hm distribui lapabilitas,zntzr

wit

Mit sistetn'2

Kemudian, beberapa pakar dari pelbagai bidang kaj ianyangsedar

(con-scious)

a'kan

soalan

itu

berupaya

membuat bingkasan (reaction)

yang

dandtr$ (distingu;shed elegan t). Di antara

mereka yang sohor (famous, ouxtanding)

yakni Mahar Marjono dari

bidang

kedokteran, Hennan Johannes dan T, M. Soelaiman dari bidang teknologi, R.

(3)

Mien A. Rifai dari bidang ilmu hayati,

M. M.

Purbo Hadiwidjoyo

dari ilmu

kebumian,

Dali

S. Naga

dari

bidang elektronika dan pendidikan, dan Anton

M.

Moeliono

dari

bidang sastra, dan lainJainnya.3

Rasanya semua ilmuwal mengal*ui

bahwa bahasa

ilmiah

berbeda halnya dengan bahasa pasaran atau bahasa jalanan. Bahasa ilmiah dituntut secara

ba-ku untr* mengungkapkan ertan

(defi-nidon, meaning) *tepatnya atas berbagai

aran

yang khas

dalam bidang

ilmu

tertentu. Aran adalah sebuah ungkapaa

yang mewa.kili suatu "obyek," sifat suatu

"obyek"

atau gejala tertentu. Dalam

ilmu,

manfaat

penting aran

adalah sebagai sarana

bantu

membangun

gagasan (th o ugh

t

rZea/ dan bakuhubung

(commmication) gagasntersebug sebagai

sarana

untuk

mempertahukan sudut

pandang mengenai

soalan

(issue)

tertentu; sebagai sarana menata gagas:in, prataGir (perception) dan pralambang (syn bo, dalanbentuk penggolongan dan

perarnp atan (gen e rali ta ti on) dan sebagi

'batu-bata' penyrrsun'bangunan' yang

disebut teori.a Oleh karena itu mustahil

memahami suatu

ilmu,

baik lingkup, soalan, apalagi teori-teorinya, apabila seseorang

tidak

memahami

aran pembentuknya secara tepat.

Kemudian, tuntutan pengunsazrn

bahasa asing, utamanya Inggris, tentu

tidak

bertujuan

untuk

mencam-SAMBANG WAHYIJ NUGRoHo //Bahasa lndonesia SebaoaiBahasa miah Drlam ltmu Hubunoan Anhrbangsa

puradukkan

bahasa

Indonesia

dan

bahasa Inggris dalam ujaran maupun

tulisan

sesari

(daily), namun

tntuk

memahami berbagai

jenis

sumber

belajar yang berbahasa

lngris.

Dengan

kata lain, belajar bahasa asing manapun

harus tet"fr sadar bahwa struktur

bahasa-bahasa

itu

berbeda-beda, sehingga

berbahasa harus sepenuh hati. Artinya,

pada saat berbahasa Indonesia harus dengan baik dan benar, demikian pula

pada

saat berbahasa

Inggris,

dan serterusnya.

Namun

bukan

berarti

serapan

lintas-bahasa lantas

tidak

diperbolehkan. Kata atau istilah serapan

tentu akan memperkaya kosakata kita asalkan

kita

teguh (konsisten) dalam menempuh olah (process) penyerap:rn

tersebut. Ke takteguhan itu ditunju_kkan

misalnya pada penyerapan kata

post-meryadt paxa. Posqxxitiuism,

postbeha-dan postutodernism

dtter-jemahkan

menjadi "pospositivisme,',

dan

"posmodernisme"

(bahkan disingkat'!osmo') - N amuu;l

pu

gncl

ua te

menjadi "pascasa{ana."

Oleh

karena

itu

karangan

ini

berupaya mengunjuk pada beberapa tujuan- Pertama, mengingatkan bagai-mana olah pembentukan istilah dalam bidang

ilmu

Hubungan Intemasional (HI), *edza, pedoman menerjemahkan,

dan

ketiga, ajakan

untuk

tidak

menyepelekan olah-susun tata-kalimat

bahasa Indonesia baku. Namun di atas

(4)

JURNAL HUBUNGAN INTEBMSIOMI. // VoIUlrE II No, 2 MaTeI 2M7

itu

semua, tujuan utama karangan

ini

sesungguhnya adalah mengingatkan

pembaca, khususnya para narakampus,

mengenai semangat berbahasa Indone-sia yang sudah selaiknya

kita

hidup-hidupkan agar menjadi bendarz

(ord,

master) d,alam bidang-bidang kajian

ilmiah,

termasuk

ilmu

hubungan

antarbangsa

ini,

bukannya

sekadar nasionalisme berbahasa yang gapong (meaningl ess). lhrangan bagian pertama ini dibatasi pada bahasan tentang pem-bentukan istilah dalam bidang ilmu

HI.

lnternasional lalah Anlarbangsa

Serapan "intemasional" langsung diambil dari istilah lnggns intenntional.

Kamus

Merriam

Webster

memberi

uraian pada aran

"international"

sebagai berikut:s

l.

existing berween

or

among nations or their citizens; relating to the

inter-course ofnations; participated in by

two or more nations; common to or alfecting two

or

more

natiorx

<in-ternational trade> <intemational la-bor

union>

<intemational

associa-tion>;

2.

belonging

or

relating

to

an organi-zation or association having memben

in

two

or

more nations

<interna-tional

congress>

<international

movement>;

Intinya

adalah antarbangsa atau

anta-ra dua atau lebih dari dua bangsa

atau wargarrya. Sedangkan menurut If?e Dictionary

of

World Polr'aZq6 asal-usul

penggunaan kata "international"

dinisbahkan kepadaJeremy Bentham:

Kaa tenefut dinunlwry*an olehfuetny

hd

nn &n pana lali mnnl &lan bnaqa. To The Principles of Ivlorals and Legislation

(178O). Dia menemukan kata tesebut untu* netnleri scbutan ymglebih al'unt dar; ;sdlAh

Latinirs gendurn atau

'hukum bangsa-bangsa' :

Kata'ft ten\:onal" hartts dialui metnang merupa*an istilalt batu; meskipun demi*ia4

dihatapAan cukup analrydan matuk akal Kata itu &rnalan Mfr*nHErnEJ rla4 fuEan @n yangletih fumaha etatu afuryihnu huhn yang t;fuk bielagi nengwlalorr ittihh hukum fung$.lnDgeq scbubnitu bqitu lEdhala cii-citinya clnb ti&k biv diteral*an dengan dzya pakv

qnti

fua*nyapada kebiasaan hu*um

ebrnnqd

Terdapat sejumlah perselisihan di

antara pakar mengenai apakah Betham

sungguh-sungguh sedang

mener-jemahkan istilah Latin itu. Namun apa yang ada

di

luar perselisihan tersebut adalah keyakinannya bahwa sebuah

kata

sifat

baru diperlukan untuk

memaparkan adanya sistem

hukum

antara negara-negara berdaulat-oleh

karena itu "hukum intemasional" sangat

berbeda dan

jangan

sampai

dicam-puradukkan

dengan

hukum

"dalam

negeri".

Pengertian

"antarbangsa" itu

(5)

negara-bangsa atau negara kebangsaan

sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi Suci pada abad ke-16 dan kemudian rangkaian Perjanjian Westphalia yang berpuncak pada

tahun

1648.

Hal

itu

menandai dimulainya sistem hubungan antarbangsa modem yang terus menguat hingga

abad ke-19. Modernitas

itu

dicirikan oleh sekr-rlarisme (karena tidak lagi mengakui keadibangsaan negara agama Kristen), penghormatan atas hak kedaulatan wilayah negara-negara lain

bagaimanapun

bentuk

pemerin-tahannya, serta

jiwa

keseimbangan kekuatan antarnegara, yang semuanya

itu berbeda dengan, dan menggantikan,

semua dasar tata-negara lama.7

Perkembangan

itulah,

yang

di-dahului oleh peranan

ilmu-ilmu

lain

yang sudah

lebih dahulu

maujud,

terutama

ilmu

sejarah bangsa-bangsa

dan

ilmu

hukum

bangsa-bangsa,

kemudian melahirkan

ilmu

hubungan intemasional pada awal abad ke-20, terutama pasca Perang Dunia I. Perang Dunia

I

itu

begitu mencekam secara

langsung terutama bagi kehidupan

or-ang-orang

Eropa dan

secara

tidak

langsung menyebabkan banyak orang

Eropa yang

tinggal

di

Amerika

kemudian sangat menaruh perhatian, sedemikian

hingga

Ilmu

Hubungan

Antarbangsa

(IHA)

tersebut

lahir

pertama-tama atas

keinginan

untuk memahami sebab-musabab konflik darr

BAMBAI,{G WffmJ IUGRoHo //Bahasa hdonssia Sebagai Eahasa ltmjah Dalam llmu Hubungan Antadangsa

untuk membina kehidupan dunia yang damai.s

Karena

begitu

dominannya

negara-bangsa

yang

kedaulatannya

diwakili dan

dilaksanakan

oleh

pemerintah yang berkuasa dari masing-masing negara tersebut, maka

kepen-tingan

politik

apa

yang tidak

dapat dicapai

di

dalam batas wilayah suatu negara-bangsa (politik dalam negara-domestic

politics)

diupayakan

untuk

dicapai di luarnya, sehingga menimbul-kan politik luar negeri (politik

manca-foreign

polic).

Mengapa dalam bahasa

Inggris, politik domestik menggunakan

kata politicssedangkan politik luar negeri

menggnakan policSP Sebab menurut berbagai karrlus, poHtics

itu

sebagian

pengertiarurya menFngkut pelal$anazn

kekuasaan, sedangkan

policy

adalah 'sekadar'

arah

tindakan.

Maka

lebih tepat disebut dengan 'kebijakan

luar

negeri' atau 'kebijakan manca' (kata "manca' untuk m ene4emah*an loreign dalzm foreign policy lebih tepat, yang artinya kebijakan untuk mancanegara

atau negara asing atau luar; sedangkan

kata 'asing' untuk menerjemahkan

.6r-eign dilam foreign ardlebih tepat, yang

artinyz bantuan dari mancanegara atau negara asing atau luar).

Tapi

ini

pun baru usulan saya.

Selanjutnya hasil

bakutindak

kebijakan antamegara tersebut

(6)

JURMI HUBUNGAN IIIIEBNASIoMf, // VolunE ll lh. 2 Mard 2m7

hubungan antarbangsa yang disebut rh-Enational

Niti6,til1io\

intemational

ptlicy

Kira-kira keterangannya sebagai berikut:

Istilelt iadtluna*an una* nerury'ukkan gej al a b ak u ti n d ak (intemclJon) a n t a rp e I akon (acIor) negaralnngsa linintas (across) batas nqata yang Innaan &n

fu&i

qtrdok (atend,t BaAatindak tetdrtt di*at&likan

ffin

hrgsnrg

oleh lanerinah nqan-nqata Sangtedilxt aau nelalui wali)-wakilrya yangsah &n diteima..

. Politik antadwgsa athlah salah

sn

atasQsrcIl

tutjx rAhuhnBan a1afflEe. Huhtgn anan

Sn[tik anadwgsaclelgan kebija*an nanaj ga etat Yarglnann fu*anan egan Luhxinek (ntetak) flnentan rang teraHri Mrubnwan fugzn tkekanen bingkaen (akien rake).

Di ti nja u dari

p

tslx,kifke bljakan

nara

pethuhngan piit;k internasional terc+ta

&ti

tinhbn en Uryl@ r rltgaraalqan rarg tuflBt

eUn *q;ahn

el*-qlxnAaan

lqtn pnto

Sekalipun entitas negara-bangsa hingga saat

ini

masih

diakui

sebagai

satuan

terpenting dalam

hubungan intemasional, namun perkem-bangan-nya memunculkan entitas-entitas lain pada aras dan cakupan yang berbeda

dengan sekadar "antara dua atau lebih dari dua bangsa," yakni: kinawasan

(re-gional), dan jinagad (global). Sehingga

kemudian tampillahistnah-istilah r€g?ary'

tqionalina

aannatiant

aannationalism, wodd politit:, global plitirs, gloful agenda

globd

relations.

Di

sinilah kemudian kewajiban para narakarnpus, utamanya

pala adigjj/ru (lechneidan malnguru

pID-fessarl

untuk bercipta

(creative)

membentuk dan menghasilkan istilah

dalam ilrnu hubungan antarbangsa yang

tidak

sekadar mengalihuru{kan dan dengan semaunya menyesuaikan lafal atau ejaan

dari

serombongan istilah

tersebut tanpa acuan.

Pilar-Pilar Pembe[tukan lstilah

Karena kita menggunakan bahasa

Indonesia maka haruslah kita merujuk pada ejaan mutakhir bahasa Indonesia yakni Pedoman

Umum

Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempumallan (EYD)

dan Pedoman

lJmum

Pembentukan Istilah (PUPI). Pustaka perihal tersebut

terbit

dalam berbagai

jenis

dan

diterbitkan

oleh

berbagai penerbit,

namun intinla sama. Secara resmi, EYD

dan PUPI itu ditetapokan dalam Surat Keputusan

Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, No.

0543a/U/1987,

tanggal

9

September

1997. Bahkan secara serumpun, EYD

itu sudah merupakan hasil kesepakatan

antabangsa serumpun, yakni Inodneisa,

Malasysia,

dan Brunei

Darussalam, dalam sidang ke

-

30 Majelis Bahasa

Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia

di

Bandar Seri Begawan, tanggal 4:6 Maret 199 I . Artinya, Bahasa Indone sia

sesungguhnya secara praktis maupun hukum, adalah sungguh-sungguh telah menjadi bahasa intemasional.

Terdapat beberapa bagan prosedur

(7)

masing-masing terdapat sejumlah perbedaan

rinci

di

dalamnya, namun

dasar penalarannya bisa

dikatakan

sama.

Namun

bagan yang

paling

lengkap

karena memuat contoh-contoh (setelah

disesuaikan atau

di

-HI-

kan) tersaji

pada bagar.

Dengan

dibantu oleh

bagan-bagan lain yang sedikit berbeda di atas,

dapat

kita

uraikan

sebagai berikut. Apabila

kita

bersirobok (meet, face)

dengan sebuah aran (concep t) m)salny a

powe4, maka:

Langkah

ke-l

:

kita

gunakan kata

dalam

bahasa Indonesia yang

sudah

lazim

,

namum tentunya

berdasarkan ranah dan lingkupnya,

sebab kata power dalam ranah

politik

BAlrBAllG WAHYU NUGRoHo //Bahasa lndonesia SebagaiBahasa llmiah oalam llmu Hubungan Antaftangsa

bisa

berarti:r'

I

.

ability or capacity to do something: the

abiliry

skill,

or

capacity

to

do something -> kemampuan

2.

strength: physical force or strengtl -> kekuatan, kesaktian

3.

control and influence: control and influence over other people and their

actions

->

daya

kendali

atau pengaruh

4.

political control: the political control of a country exercised by its govern-ment or leader

-)

kekuasaan

5.

authority to act: the authority to act or do something according to a law or rule

-)

wewen:rng

6.

somebody

with

power: somebody who has political or financial power
(8)

JURML HUBUNGAN |I{IERMSIoMI- // VolunE ll tlo. 2 tilarEt 2007

-> penguasa

7.

important country: a country that has

military or economic resources and

is considered to have political

inllu-ence over other countries

-)

negara

ftesar atau penting)

8.

persuasiveness: the

abitity to

influ-ence people's judgment or emotions

->

daya bujuk

Langkah

ke-2: Apabila kita

tida}

menemukan padanan maknanla dalam kata-kata bahasa Indonesia yang lazim,

kita cari

kata-kata yang sudah tidak

lazim.

Bisa

dikatakan, kita

tengah "menghidupkan kembali" kata tenebut,

misalnya menerjemahkan kata Amerika

black, Spanyol/Portugal negro, Latin

nigr-,

niger

untuk

menyebut warga berona kulit hitam. Jangan tergesa lalu

sekadar

meniru

Spanyol/ Portugal

"negro" atau malah dengan dua kata

"kulit hitam,"

sebab

kalau

mau merakyatkan kembali katz keling lebih bermakna

khusus-Langkah ke-3:

Kata neighbour

(A.S.) atau neighbor(lng.) yang aninya

"'yang berada atau tinggal di samping

atau di dekat kita," kalau diganti dengan

bertetangga maknanya akan meluas,

sebab kita mengenal "tetangga dekat"

dan

"tetangga

jauh."

Dalam

bahasa serumprm (I\delayu),

ne$hborlannCignn

denganjiran.

Kita

pun suka menyebut Malaysia

itu

negara

jiran.

Termasuk bahasa serumpun adalah bahasa-bahasa

daerah

di

Indonesia yang sangat kaya kosakata sekaligus rimbaganryz. Jadilah peat itu gambut (Banjar), pain itu nyeri (Sunda),

dan

lead

itu timbel/timbal

flu*u).

Laagkah

ke-4

:

Kadangkala

entah

karena ketiadaan

kata

dalam

bahasa serumpun

yang

lazim

atau dengan alasan

untuk

memperindah bahasa, terutama dalam susastra, kita

bercipta

menggunakan

bahasa

serumpun yang sudah

tak

lazim

(l\disalnya bahasa

Kawi

atau Sanskrit) untuk membawakan rasa bahasa asing

seasli mungkin. Misalnya kadang kita

dibingungkan oleh seabrek istilah yang dirasa memiliki kemiripan makna: d3-pttq

@Iwrflt

t,

qnnd dfu

ury

&baq

clash, rcw,kellntdtan conflict, frght, wa4,

tuWb

einnhl\ dN1,

ama@

agagana4 violentz,

pgnaci

ty hxdlity

dn

r.lngilnya-Kalau

yang

kita

ketahui

hanya

perselisihan, permusuhan, dan perang,

atau

semacam

yang

sudah

lazim,

rasanya

tidak

cukup memadai.

Kita

perlu menggali kembali kosakata yang

sudah

tak lazim dipakai,

misalnya

caraka, sawala, dan yuda. Misalnya,

caraka digunakan

untuk

menyebut

perselisihan atau silang pendapat atau kepentingan yang masih berada pada taraf wacana hingga perdebatan yang tidak diungkapkan dengan istilah-istilah berbau kekerasan atau

militeq

sawala
(9)

perteng-karan, pertentangan yang sudah mulai menggunakan lontaran-lontaran kata, kalimat bernada ancaman penggunaan kekerasan atau kekuatan benenjata atau

pertunjukan

atau

percobaan

peng-gunaan senjata

untuk

maksud

mengancam atau menangkal musuh; sedangkan yuda digunakan manakala

tingkat permusuhan atau perseteruan itu

sudah

diwujudkan

dengan tindakan

kekerasan

bersenjata yang

sudah

menjatuhkan korban nyawalluka

manusia atau merusa.k/menghancurkan

barang,

atau bersifat

bakuserang

bersenjata, sekalipun belum

jatuh

korban.r2

Untuk

memilih dan menentukan

istilah, laagkah ke- t hingga ke-4 tenebut mempunyai syarat yakni bahwa istilah yang

dipfih

inr

merupakan ungkapan yang:

(l)

paling singkat; (2) maknanya

tidak

menyimpang

atau rancu

atau mendua; (3) tidak berkonotasi buruk; dan (4) sedap didengar.

r

---gtah

ke-5 yaitu penggunaan istilah dalam bahasa Inggris. Sedangkan

langkah ke-6

berupa penggunaan

istilah dalam bahasa asing lain. Langkah ke-5 dan ke-6 tersebut secara teknis dilakukan dengan

3

cara: (1) pener-jemahan, (2) penyerapan dengan atau tanpa penambahan ejaan dzn/ atat:, lafal; dan (3) gabungan penerjemahan

dan

penyerapan.r3

Contoh

dari

pengalaman rryatz, szya adalah ketika

BAMBANG wAllYU NUGR0Ho //Eahasa lndonesia SebaOei Bahasa llmlah oalam llmu Hubungan Antarbanosa

menerjemahlan katz saddlepoin

t

dan

minimax.ra Langkah

ke-5

harus

dilakukan sebab dalam kamus bahasa

Inggris pun kata itu tidak ada dan oleh penulis asli ist-ilah

itu

dicetak

miring

sehingga memiliki arti khas. Untuk kata

saddlepoin

t

saya menerjemahkannya menjadi

-iI"Ltunggut

sebab istilah

itu

mengacu pada nilai-nilai yang secara

nalar akan terkumpul lebih banyak pada salah san-r kotak

matils

pemayar sebuah

pertandingan. Namun untuk kata

rnm;'-max

yang

artinya

kurang

lebih

"memaksimalkan keuntungan

mini-mum dan

meminimalkan

kerugian maksimum," tak ditemukan padanan-nya, maka

barulah diubah

ejaannya

tanpa

diubah lafalnya,

menjadi

rninimaks.

Contoh lain unnrk langkah

ke-6, misalnya kudeta,

merupakan

serapan dari bahasa Prancis coup

dbtat

Langkah ke-7:

Sekalipun dari

sumber-sumber

selain

Anton

M.

Moeliono tidak secara tersurat menyebut adanya langkah 7, atau langkah

ke-7

"sekadar

memilih

yang

terbaik

di

antara

langkah

ke-l

hingga ke-6,"

namun bisa dikatakan

di

sini

bahwa

langkah ke-7 adalah langkah

yang

dilakukan apabila terdapat konsep baru dan asli dari kita, seperti halnya

untai-bangort (consrrua)cakaralam, sosrobahu

dan garbarata.

(10)

JURML HUBUNGAN |I'IIERMSIoNAI // volunE ll N0. 2 M?ret 2007

Sinpulan

:

Pcranan Dan Sumbangan Bagi Kebahasaan llmu Hl

Salah seorang pakar yang sangat

bercipta dan berani merekacipta bukan

hanya aran baru, bahkan pedoman baru

bagi

pola

rimbag

bahasa Indonesia

adalah Profesor T. Jacob,

pakar

antropologi ragawi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Salah saturya adalah

soalan akhiran -ism.

Setiap kali beliau mengganti kata

atau istilah Inggris yang berakhiran -ism,

tidak seperti

EYD,

tidak selalu ditulis menjadi akhiran -isme dalam bahasa

Indonesia. Namun kadang

-isma,

kadang -isme, tergantung

apakah

akhiran -ism

itu

menunjuk

pada

"gejala" atau "faham." Jadt mechanism menjadi mekanism a, s c

hist

skisma, a u

-f;'sm-autisma;

sementara

socialism menjadi sosialisme yang berarti faham sclsi , capialivrkapitalisme ylang berarti faham modal; dan seterusnya.

Keber-ciptaan

semacam

inilah

yang perlu

dituladkan dan ditularkan oleh lebih banyak pakar dalam berbagai bidang ilmu.

Pada aras

etimologi,

khususnya aspek metodologi

HI

selama ini, ditinjau dari segi bahasa atau peristilahannya, menganut begitu saja pada

"prinsip"

alih-huruf (transliterasi) tanpa melalui langkah-langkah baku yang

meneguh-kan penciptaan istilah-istilahnya.

Mulai

Mi

factfakt4 in d uc tion nduksi., empi

ical

genenlization generalisasi

empiri\prapa

s'nbnproposisi, aheorytmri , logic deduction

dedulsi logis, .&.lpai6esrbhipotesis,

verr??-aionwli.filasi, ccncqtlanxp, a.sumption

asl.rlnsi, variable

variabel,

indicator

indikator, parameter parameter, index

indeks, level ofanalysislwel analisis, ryde

siklus,

dan

selanjutnya.

Seolah

itu

semua sudah gawan (uken for granted.

Memang

dalam

Kamus

Kata-kata

Serapan Asing dalam Bahasa Indone-sia, l5J. S. Badudu telah

mengumpul-kan sebanyak 8615 aran kata serapan,

sekalipun masih banyak yang belum dicantumkan walaupun sudah lazim

dipakai.r6

Namun

sebagaimana

dikatakan oleh penerbitnya

sendiri

bahwa kosakata dalam kamus itu lebih

dimaksudkan

untuk

membantu

pembaca memahami kosakata asing yang sudah biasa digunakan

di

dalam bakuhubung masyarakat Indonesia, dan bukan merupakan senarai aran serapan

rasmi melalui pembakuan. Oleh karena

itu,

sekalipun istilah-istilah ilmupadika

(methodology) dt atas kebanyal<an sudah

termuat

dalam

kamus semacam

itu,

namun marilah

kita

mulai

mem-bakukannya secar a lampzlt fu ro c ed u ral)

dan teguh.

Tidak

ada kata terlambat untuk memulai dan mera\ratkannya.
(11)

Saya mengusulkan

inderawi

untuk

empirik,

peragam

untuk

variabel,

pengunjuk

untr*

indikator, penala

untul

parametet ringkat untuk indeks, amn selain untuk

"entri"

pada kamus bisa

juga berarti konsep, aras uraian untuk level analisis, caraka bisa

juga

berarti dialektila, sebagaimana wacana untuk

diskursus, dan setemsnya.

Endnole

I Budi Winarno, "Ekonomi clobaldan Krisis Dcmokrasl",lumal Eubungan Intenasionat,FA. l,

Fcbruari 2004, Laboratorium Ilmu Hubr.rngan

Internasional, Universiras Muhammadiyah

Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 8.

2 Robert Jackson dan Georg Sorensen,

Ibngan a r S t u di Hu bungan In te masi onal,Te4. Dadan

Sury,adipura, Pustaka Pelajar, Yogyakana, 2005, hal

lll.

3 Adjat Sakri, peny., Ilmuban dan Bahasa

Itt.ltrcgla : I.[a4an

u@nlnnsmphlbnx\tuatit

ITB, Bandr.rng, 1993.

4MohtarMas'oed,,Irnu ltuburgan Intcnwa'onal

: Disiplin danMetdologi, LP3ES,Jakana, 1990,

hal-93-97.

5 Th e Memb m - We bs ter Di ction aty, Meri am-Webster, INC-, Springfield, It4assachusetts, 1994.

Unrul keterangan lcbih leng*ap lagi, lihat edisi piranti lunalnyz (CD-ROIr!.

6 Graham Er.ans danJe{frey Nermham, Zrle

D:c tinary of l4,odd lbli tits,HaMsrer-Wh€abhea4 New York, 1992, hal. 147.

7 lbid., hal 206-207, 343.

8Edw"rdH. Carf fi,,at, feils Czeii NewYodq IUacmillan, 1965, hal l-5.

9 Er,ans dan Newnham, op. c;L,haJ'155. l0 Er,ans danNewnham, op. cir, hal. 155.

BAMBANG WAHIU NUGRoHo //Bahasa lndonesia SebagaiEahasa lhiah

Dalam llmu Hubungan Antadangsa

I I "power", Encarta Dictionary Tools

(CD-R OOII, Microsott Encarta reference Library 2004,

1993-2003.

l2 Lihat misalnya p€njenisan yang dilakukan

oleh Lincoln P BloomGelddan Allen Moultondalam Llatagit ghtenational Conlict : Fmm Tln>ry a> Polcy,

St, Martin, Nerv Yorl<, 1997.

13 Lihat pada contoh-conroh diagram 1

| 4 LihatJames E. Doughefty dan Rob€rt L. Ptiltzgrafl,Jr., Contending Thmies of Interaational Relations, A Comprehensive Suwe11 edisi ke-3, HarperCollins, New York, 1990, hal. 510.

I 5J S- Badudu, -trGnzrKa ta-kata Senpat| Asing dalan Baltaa Indonesi4 Kompas,Jalcrta, 2003.

16 Misalnya kata reks untuk rext yang sudah sering digunakan belum masuk ke kamus tersebut, padahal konteks unrukcontext sudah ada. Demikian

pula amn gender, stake-holder, selebriti, divz, madam,

autis, dan sebagainya. Periksa .rbriL

Puslaka Ruiulan

Bfoomfreld, Lincoln P da nMovltcl:t, /Jlen, Managing International Conllict nom Theory to Policy, St.Martin, New Yorlq 1997:

Badudu,J S., Kanrus rKa ta-*aa Senpan AiDg dalam

Bah asa In donesh Kompas,Jakana, 2003.

Carr, Edward H., Twenty Yean Cisis, New York, Macmillan, 1965- Dougherty, James E. dan Pfittrgraq Robert LJr , Contending T ltantes of

htu dinal R&tiA A Axrp{dEri'e e,:"s|.,

ei

ke-3, HarperCollins, New York, 1990.

EvanE Graham dan NewnbamJbnG€y The Dicbbnary

of

l4lorld Poli tics, Harvcster-lVheatsheat NewYork, 1992.

J:rckson, Robert dan Sorcnxn,Gecxg, Pengantat Studi

Hubutgan Intcnasional, rerj. Dadan Suryadipura, Pustaka Pelajar, Yogyakarra, 200s.

Moeliono, Antor M., p erl\a Baha-sa yang Elisien dan Efektifdalan BidatE htel; ba-han penataran tak dite i*an, t.t.

(12)

JURML HUBUIIG,II,| INIERMSIoNAI // VolurIE ll th. 2 Mad 2$7

Pedoman Utnum Ejaan Bahasa fndoncsiz yang

DietqrnBlafun

l*ran

Unun

fuitfun

f

s til a h, Y rama'N i dy a, Bandtl'J,g, 2OO4 -

lnn)

.Hubungan Intemaionat I (Pebruari 2(W)

,-

i'.-

-

'

.Liijoratorium llmu Hubungan Intemasional,

: ,: Univehitai Muhammadiyah Yogyalarta,

-Vogyalialta.

..._, peny., llmuwan dan Bahasa fndoncia:

Me4,amfut60 ahm &nph /tzrue, Rn€rbit ITB, Bandung

Tfu Madan-tl4{xa Dioiqary,I\.{er'iarrFl4hbdr4 hc, Springfield, Massachus€tts, 1994.

llelarululan

hzatu Dhti@ary

Iifr

[G]ROM, Ilficrcoft Errcarta

Referencc Library 2004. 1993-2003

Microsoft Corporation.

71rc Maian-llHxaDitiotuty,Mcniarn-$bkrq Inc, l$\ROI0,q AtKb Oxtu D'tuidary

m, l@

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini digunakan 2 jenis perlakuan awal dalam pembuatan tepung kacang hijau ( steaming dan ekstrusi) dan 4 konsentrasi tepung konjak (1,2%, 1,3%, 1,4%, 1,5%) sebagai

Dengan mengetahui faktor – faktor tersebut perusahaan akan dapat menetapkan kebijaksanaan untuk mengantisipasi kondisi tersebut, sehingga perusahaan dapat menjual produk dalam

Atas Informasi yang Tidak Benar Mengenai Undian Berhadiah pada Kegiatan. Perbankan yang didalamnya diuraikan mengenai Pengaturan

Simpulan dari penelitian ini adalah Tindakan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di desa Air Itam Kecamatan Penukal Kabupaten PALI dengan melakukan

Berdasarkan pengamatan hasil belajar siswa ranah afektif dalam siklus I pertemuan 1 (tabel 4.8) diketahui ada 3 siswa (30%) yang hasil belajar afektifnya tergolong baik,

Berdasarkan analisis data keuangan pada industri farmasi diperoleh kesimpulan sebagai berikut: untuk tingkat likuiditas industri farmasi selama 5 tahun (2001-2005) memiliki

nasabah dibedakan berdasarkan pengalaman responden pengguna bank syariah sebagai masyarakat yang sudah memiliki pengalaman menggunakan bank syanah dan masyarakat yang bukan

Berdasarkan perolehan data diketahui bahwa peserta kursus mengemudi PANDU pada umumnya menguasai materi ini hal ini di buktikan dengan 14 orang peserta kursus yang paham