• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pemberian Beberapa Jenis Mikoriza Arbuskular dan Kompos Pada Bibit Karet Di Rumah Kasa Dalam Kondisi Cekaman Kekeringan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pemberian Beberapa Jenis Mikoriza Arbuskular dan Kompos Pada Bibit Karet Di Rumah Kasa Dalam Kondisi Cekaman Kekeringan"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Data Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)

B M Mangan Total Rataan

1 2 3 4

B0 MO 12,50 12,00 19,30 11,70 55,50 13,88

B0 M1 14,50 49,00 11,50 16,50 91,50 22,88

B0 M2 2,30 4,00 1,00 13,30 20,60 5,15

B0 M3 13,90 15,50 34,00 12,10 75,50 18,88

B1 M0 13,40 24,50 1,50 28,80 68,20 17,05

B1 M1 10,70 16,50 51,50 36,00 114,70 28,68

B1 M2 16,00 35,50 15,00 7,50 74,00 18,50

B1 M3 44,40 55,40 36,50 32,80 169,10 42,28

B2 M0 24,80 67,40 30,00 58,60 180,80 45,20

B2 M1 9,80 19,50 31,60 15,00 75,90 18,98

B2 M2 36,50 14,00 59,50 58,00 168,00 42,00

B2 M3 52,90 21,80 48,30 12,80 135,80 33,95

B3 M0 18,80 63,00 39,50 26,50 147,80 36,95

B3 M1 37,00 21,50 15,50 48,00 122,00 30,50

B3 M2 62,00 15,00 61,00 33,00 171,00 42,75

B3 M3 19,70 63,00 48,00 12,80 143,50 35,88

Total 389,20 497,60 503,70 423,40 1813,90

Rataan 24,33 31,10 31,48 26,46 28,34

Lampiran 2. Rataan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) 20 MSPT Pada Tingkat Kompos dan Mikoriza Arbuskular

Perlakuan MO Ml M2 M3 Total Rataan

B0 13,88 22,88 5,15 18,88 60,79 15,20 B

B1 17,05 28,68 18,50 42,28 106,51 26,63 A

B2 45,20 18,98 42,00 33,95 140,13 35,03 A

B3 36,95 30,50 42,75 35,88 149,08 37,27 A

Total 113,08 101,04 108,40 130,99 456,51

Rataan 28,27 25,26 27,10 32,75 28,53

(2)

Lampiran 3. Daftar Sidik Ragam Rataan Pertambahan Tinggi Tanaman

SK db X KT F Hitung Pr > F

Perlakuan 3 524.838750 174.946250 0.65 tn 0.5851

B 3 4906.856250 1635.618750 6.11 ** 0.0014

M 3 777.376250 259.125417 0.97 tn 0.4164

B x M 9 3463.965000 384.885000 1.44 tn 0.2013

Galat 45 12052.22125 267.82714 Total 63 21725.25750

Keterangan : ** = berbeda sangat nyata pada taraf a 1 % tn = tidak berbeda nyata

Lampiran 4. Data Pertambahan Diameter Batang (mm)

B M Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

B0 M0 6,50 2,75 1,25 5,45 15,95 3,99

B0 M1 5,40 6,45 4,35 4,90 21,10 5,28

B0 M2 3,55 4,65 1,35 9,25 18,80 4,70

B0 M3 3,55 3,95 5,20 8,70 21,40 5,35

B1 M0 4,45 3,95 1,75 2,55 12,70 3,18

B1 M1 3,50 7,45 7,50 7,15 25,60 6,40

B1 M2 5,35 6,00 4,00 5,25 20,60 5,15

B1 M3 7,35 7,95 8,40 9,20 32,90 8,23

B2 M0 6,80 5,50 6,10 8,50 26,90 6,73

B2 M1 2,00 8,90 6,90 7,15 24,95 6,24

B2 M2 6,00 5,45 8,00 4,95 24,40 6,10

B2 M3 6,05 5,30 6,15 6,80 24,30 6,08

B3 M0 6,00 8,15 5,60 6,85 26,60 6,65

B3 M1 6,40 3,45 5,85 5,25 20,95 5,24

B3 M2 8,65 3,45 6,10 2,95 21,15 5,29

B3 M3 2,80 7,85 5,85 4,05 20,55 5,14

Total 84,35 91,20 84,35 98,95 358,85

(3)

Lampiran 5. Rataan Pertambahan Diameter Batang (mm) 19 MSPT Pada Tingkat Kompos dan Mikoriza Arbuskular

Perlakuan MO M1 M2 M3 Total Rataan

B) 3,99 5,28 4,70 5,35 19,32 4,83 B

BI 3,18 6,40 5,15 8,23 22,96 5,74 AB

B2 6,73 6,24 6,10 6,08 25,15 6,29 A

B3 6,65 5,24 5,29 5,14 22,32 5,58 AB

Total 20,55 23,16 21,24 24,80 89,75

Rataan 5,14 5,79 5,31 6,20 5,61

keterangan : Angka yang diikuuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P.05)

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Rataan Pertambahan Diameter Batang

SK db JK KT F Hitung Pr > F

Perlakuan 3 2.79640625 0.93213542 0.42 tn 0.7383

B 3 23.00765625 7.66921875 3.47 * 0.0237

M 3 7.78578125 2.59526042 1.17 tn 0.3301

B x M 9 39.71640625 4.41293403 2.00 tn 0.0620 Galat 45 99.4523438 2.2100521

Total 63 172.7585937

(4)

Lampiran 7. Perlakuan Cekaman Kekeringan Kapasitas 60%

Penetapan kadar air tanah berdasarkan kapasitas Lapang dengan metode Alricks.

 Beaker glass berukuran 500 ml diisi dengan pasir 1/4 bagian

 Letakkan pipa tegak lurus dengan permukaan pasir di tengah beaker glass

 Lalu tanah kering udara dimasukkan kedalambeaker glass ± 2/4 bagian

 Tuangkan air secara perlahan untuk membasahi lapisan tanah sebelah atas (air jangan sampai membasahi pasir)

 Lalu ditutup dengan plastik, diikat dengan karet dan diamkan selama 24 jam

 Ambil cawan yang sudah diketahui beratnya, lalu diisi dengan tanah dari beaker glass, diovenkan selama 5-6 jam dengan suhu 105° C

 Kemudian ditimbang bobot tanah keying oven, diperoleh bobot tanah kering oven (BTKO)

Perhitungan : BTKL – BTKO x 100 % BTKO

Kadar Air Kapasitas, Lapang (KL) dapat ditentukan dengan (%KL) - %KA) x BTKO

Air yang harus ditambahkan pada 15 kg tanah adalah : Kapasitas Lapang = 10 – 6 9 x 100% = 44,93 % = 0,4493

6,9

Kebutuhan Air = ( (%KL - %KA) x BTKO)

Bobot Tanah Kering Udara (BTKU) = 15 kg --- BTKO ? BTKU = (1 + 0,0417) x BTKO

BTKO = 15 kg 0.0417

= 5,90 liter air (100% KL)

Air yang harus ditambah untuk mencapai KL adalah : 60% KL = 60% x 5,90

(5)

Lampiran 8. Pengamatan Tinggi Tanaman Tiap 4 Minggu

Perlakuan Mi4 Mi8 Mi12 Mi16 Mi20

B0M0 66.03 81.25 73.38 74.00 76.25

B0M1 64.38 66.00 75.13 77.38 86.13

B0M2 58.20 63.75 61.25 63.50 61.63

B0M3 66.75 64.25 69.38 81.75 83.88

B1M0 74.48 84.00 81.26 81.25 89.25

B1M1 58.38 66.00 67.63 71.50 84.63

B1M2 62.25 63.75 67.88 72.00 80.25

B1M3 53.88 64.25 66.75 81.13 93.50

B2M0 53.50 60.50 65.63 76.63 96.63

B2M1 58.88 65.50 69.5 69.88 76.5

B2M2 58.23 64.75 67.25 67.50 94.88

B2M3 58.15 68.33 73.63 79.88 97.50

B3M0 69.25 79.85 80.73 85.48 104.50

B3M1 60.03 63.70 65.08 66.25 86.63

B3M2 68.65 73.33 80.00 92.25 105.50

(6)

Lampiran 9. Pengamatan Diameter Batang Tiap 4 Minggu

Perlakuan Mi3 Mi7 Mi11 Mi15 Mi19

B0M0 7.09 7.66 8.49 9.11 10.3

B0M1 5.45 6.28 7.26 8.66 9.9

B0M2 4.79 5.41 6.63 7.44 8.25

B0M3 5.49 6.33 7.26 8.83 8.64

B1M0 7.3 8.88 8.88 9.25 9.9

B1M1 5.8 8.03 8.03 8.98 10.18

B1M2 5.51 6.86 6.86 7.45 9.60

B1M3 4.33 7.59 7.59 8.94 9.80

B2M0 5.21 6.49 7.24 8.59 10.38

B2M1 4.91 6.00 7.6 8.99 10.31

B2M2 5.15 6.03 7.01 8.40 10.75

B2M3 6.48 7.36 7.83 8.80 10.79

B3M0 6.25 7.14 8.23 9.95 11.81

B3M1 5.48 6.64 7.43 8.01 9.35

B3M2 6.98 7.58 8.60 9.59 10.96

(7)

Lampiran 10.

DENAH LAHAN PENELITIAN

II IV I III

B1M3 B2M3 B0M3 B1M2

B1M2 B2M2 B0M2 B1M1

B0M2 B3M3 B1M2 B3M0

B2M2 B2M0 B1M0 B2M3

B0M3 B0M1 B2M1 B3M3

B1M0 B2M1 B2M0 B1M3

B1M1 B1M1 B0M1 B0M0

B3M2 B0M0 B1M1 B2M2

B0M1 B3M0 B2M3 B3M2

B2M1 B0M3 B2M2 B2M0

B2M0 B3M1 B0M0 B0M1

B3M0 B1M2 B3M0 B2M1

B3M3 B1M0 B3M1 B1M0

B3M1 B2M3 B3M3 B3M1

B2M3 B0M2 B1M3 B0M3

B0M0 B1M3 B3M2 B0M2

12 m

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, E. 2009. Pemanfaatan Mikoriza Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tembakau Deli (Nicotiana Tabacum L.) Pada Kondisi Cekaman Kekeringan. Thesis. Fakultas Pertanian USU. Medan. Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Indonesia tahun 2005. Badan Pusat Statistik.

Jakarta.

Hanafiah, A. S., T. Sabrina, H. Guchi. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. USU Press. Medan.

Hanum, C. 2012. Ekologi Tanaman. USU Press. Medan.

Hero, F dan K. Purba. 2010. Potensi dan Perkembangan Pasar Eksport Karet Indonesia di Pasar Dunia. Diakses dari http:// pphp.deptan.go.id.html. Pada 12 December 2013

Islami, T. dan W. H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.

Joner, E. J dan Johansen A. 2000. Phosphatase Activity of External Hypae of Two Arbuscular Mycorizal Fungi. Mycol. Res. 104:81-86.

Kartika E. 2006. Tanggap Pertumbuhan, Serapan Hara dan Karakter Morfofisiologi Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Bibit Kelapa Sawit yang Bersimbiosis Dengan CMA (Disertasi). Sekolah Pasca Sabana IPB, Bogor. 188p

Karyudi. 2001. Pengaruh Jenis Mata Tunas dan Klon Terhadap Keberhasilan Okulasi Hijau dan Pertumbuhan Bibit. Buletin Perkaretan 8(2):42-47 Mosse, B. 1981. Vesicular Arbuscular Mycorrhiza Research For Tropical

Agriculture. University of Hawaii. Hawaii.

Neliyati, 2010. Pertumbuhan Batang Bawah Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.) Dengan Pemberian Mikoriza Arbuskular Pada Beberapa Kondisi Air di Polibag. Jurnal Agronomi Vol.4 No.2 Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi. Jambi

Rachman Sutanto. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta.

(9)

Setiawan, D. H dan Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sianturi, H. S. D. 2001. Budidaya Tanaman Karet. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

(10)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di rumah kasa kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian. tempat + 25 m diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan April 2015.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman menggunakan klon karet PB 260 yang berasaI dari Balai Penelitian Karet Sei Putih. Inokulan mikoriza yang digunakan diperoleh dari Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yaitu Glomus, Acaulospora, dan Glomus + Acaulospora. Kompos TKKS yang diperoleh dari PT Socfindo sebagai salah satu faktor perlakuan, pupuk rock phospat sebagai pupuk dasar, polibag sebagai wadah media tanam, serta bahan-bahan lain yang mendukung penelitian.

Alat yang digunakan antara lain adalah timbangan untuk menimbang berat tanah, cangkul untuk membersihkan lahan dari gulma, gembor untuk menyiram tanaman, meteran sebagai alat untuk mengukur luas lahan dan mengukur tinggi tanaman, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, label sebagai penanda tiap sampel, handsprayer sebagai alat untuk pengaplikasian pupuk, alat tulis dan alat lainnya yang mendukung penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial (RAK) yang terdiri dari dua faktor, yaitu :

(11)

B1 : Kompos 300 gr/polibag B2 : Kompos 600 gr/polibag B3 : Kompos 900 gr/polibag

Faktor ke-2 adalah mikoriza (M), yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : MO : Tanpa Mikoriza

Ml : Glomus 100 gr/polibag M2 : Acaulospora 100 gr/ polibag

M3 : Glomus + Acaulospora 100 gr/polibag

Dengan demikian didapat 16 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan terdapat 4 ulangan sehingga diperoleh 64 tanaman. Perlakuan cekaman kekeringan dalam kapasitas 60% (lampiran 7).

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier berikut:

Yijk = µ + ρi + βj+ εijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, perlakuan pemberian kompos ke-j dan perlakuan mikoriza ke-k

µ = Nilai rataan populasi

ρi = Pengaruh kompos pada taraf ke-i

βj = Pengaruh perlakuan pemberian mikoriza pada taraf ke-j

(12)
(13)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Perbanyakan Mikoriza

Perbanyakan mikoriza dilakukan di laboratorium tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dari awal September – Oktober. Media tanah yang digunakan adalah tanah topsoil 5 kg dan pasir 5 kg yang disterilkan selama 2 hari dengan suhu 105 C yang berfungsi untuk membunuh mikroorganisme yang hidup pada media perbanyakan sehingga mengurangi kompetisi antara mikoriza dan mikroorganisme lainnya dan agar tanaman inang tidak terserang hama penyakit. Setelah sterilisasi kemudian media pasir dan tanah dicampur lalu dimasukkan kedalam polibag. Stater mikoriza dimasukkan kedalam lubang tanam sebanyak 200 gr/polibag. Masing-masing jenis mikoriza dipisahkan. Polibag G berisi stater yang mengandung glomus, polibag A mengandung stater mikoriza acaulospora, dan polibag A+G mengandung stater mikoriza glomus dan acaulospora. Kemudian jagung ditanam 2 tanaman/polibag. Tanaman jagung disiram setiap hari pada, kondisi yang lembab. Tanaman dipanen pada saat berumur 2 bulan dan media tanam dapat digunakan sesuai perlakuan

Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma, batu kerikil dan sampan lainnya. Kemudian dilakukan pembuatan plot percobaan berukuran 12 m x 4 m, dan dibuat parit sebagai aliran drainase berukuran 50 cm.

Perisapan Media Tanam

(14)

menggunakan ayakan 20 mm. Tanah dan pupuk dimasukkan ke dalam polibag berukuran 15 kg sesuai dengan perlakuan.

Persiapan Bahan Tanaman

Bahan tanaman berupa bibit karet diambil dari tanaman karet yang sudah berhasil diokulasi, dengan pertumbuhan sehat dan normal. Bibit dalam polibag dipeoleh dari pusat Penelitian Tanaman Karet Sei Putih, Kabupaten Deli Serdang. Bibit dalam polibag dipilih yang baik dan seragam penampilannya, seleksi meliputi keseragaman besar batang dan tinggi tajuk. Bibit dalam polibag yang diambil berbatang lurus, sehat, mempunyai daun berpayung dua.

Pemberian Perlakuan

Tanah yang sudah dicampur dengan pupuk TKKS dimasukkan kedalam polibag 15 kg, kemudian memasukkan mikoriza sesuai perlakuan. Lalu bibit dimasukkan ditengah lubang tanam, media tanam dipadatkan. Stum mata tidur ditanam tepat ditengah polibag. Bibit dalam polibag arah okulasi menghadap Timur. Untuk bibit stum mata tidur, kepadatan tanah yang baik ditandai dengan tidak goyang dan tidak dapat dicabut. Sedangkan bibit dalam polibag, pemadatan tanah dilakukan dengan hati-hati mulai dari bagian pingggir ke arah tengah. Pemupukan

Pemupukan berupa pemberian pupuk dasar yaitu pupuk Rock phosphat sebanyak 50 gr/tanaman. Pemberian pupuk dilakukan, pada saat seminggu setelah pindah tanam.

Perlakuan Cekaman Kekeringan

(15)

berumur 2 minggu dalam polibag, maka tanaman diperlakukan cekaman kekeringan dengan perlakuan 60% kapasitas lapang masing-masing sampai tanaman berumur 5 bulan.

Pemeliharaan Tanaman

Dilakukan pemeliharaaan tanaman yang meliputi penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, dan penyiangan. Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari secara merata pada seluruh tanaman dengan menggunakan beaker glass setelah sebelumnya polibag ditimbang dan ditambahkan air sesuai dengan kapasitas lapang dari polibag tersebut.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan insektisida dan fungisida. Penyemprotan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan yaitu apabila terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman.

Penyiangan dilakukan bila ditemukan gulma di area penelitian. Penyiangan dilakukan secara manual untuk gulma yang terdapat didalam polibag. Sedangkan yang berada diluar polibag, dibersihkan dengan menggunakan cangkul.

Parameter yang Diukur

Pertambahan Tinggi Tanaman

Pertambahan tinggi tanaman diukur setiap minggunya hingga 5 bulan setelah tanam yaitu dengan menghitung tinggi mulai dari pertautan okulasi sampai titik tumbuh tertinggi.

Diameter Batang

(16)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertambahan Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan pertambahan tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1. Dan didukung oleh hasil sidik ragam pertambahan tinggi tanaman pada Lampiran 3. Tabel 1. Rataan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) 20 MSPT Pada

Berbagai Dosis Kompos dan Mikoriza Arbuskular

Perlakuan MO M1 M2 M3 Total Rataan

BO 13,88 22,88 5,15 18,88 60,79 15,20 B

B1 17,05 28,68 18,50 42,28 106,51 26,63 A

B2 45,20 18,98 42,00 33,95 140,13 35,03 A

B3 36,95 30,50 42,75 35,88 149,08 37,27 A

Total 113,08 101,04 108,40 130,99 456,51

Rataan 28,27 25,26 27,10 32,75 28,53

keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata (P.01)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada faktor pemberian kompos mampu meningkatkan pertambahan tinggi tanaman secara nyata. Dilihat melalui peningkatan tinggi tanaman mulai dari Bo (0 gr/tan), B1 (300 gr/tan), B2 (600 gr/tan), B3 (900 gr/tan) yang menunjukkan peningkatan

tinggi tanaman pada perlakuan.

(17)

Pada Tabel 1 diketahui bahwa pada faktor pemberian kompos sebesar 900 gr/tanaman (B3) memberikan total pertambahan tinggi tanaman terbesar. Total pertambahan tinggi tanaman pada perlakuan B3 yakni sebesar 149,08 lebih baik dibandingkan perlakuan kompos lainnya.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara pemberian kompos dan pemberian mikoriza. Interaksi antara kedua faktor tersebut memperlihatkan hasil terbaik pada perlakuan B3M2 (42,75) cm.

Pertambahan Diameter Batang

Hasil pengamatan pertambahan diameter batang disajikan pada. Tabel 2. Data didukung dengan hasil sidik ragam yang tertera pada Lampiran 6.

Tabel 2. Rataan Pertambahan Diameter Batang (mm) 19 MSPT Pada Berbagai Dosis Kompos dan Mikoriza Arbuskular

Perlakuan MO MI M2 M3 Total Rataan

B0 3,99 5,28 4,70 5,35 19,32 4,83 B

B1 3,18 6,40 5,15 8,23 22,96 5,74 AB

B2 6,73 6,24 6,10 6,08 25,15 6,29 A

B3 6,65 5,24 5,29 5,14 22,32 5,58 AB

Total 20,55 23,16 21,24 24,80 89,75

Rataan 5,14 5,79 5,31 6,20 5,61

keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P.05)

Hasil pengamatan pada Tabel 2, hasil sidik ragam pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa pemberian kompos mampu meningkatkan pertambahan diameter batang secara nyata. Rataan tertinggi pertambahan diameter batang ditunjukkan pada perlakuan B2 (600 gr/tanaman) sebesar 6,29 mm.

(18)

mikoriza. Bila diberi mikoriza maka pertambahan diameter batang cenderung meningkat dibandingkan tanpa pemberian mikoriza. Pertambahan diameter batang terbesar dijumpai pada M3 (Glomus + Acaulospora) yakni sebesar 6,20 mm.

Pada Tabel 2 terlihat interaksi antara kompos dan mikoriza dalam pertambahan diameter batang. Interaksi terbaik antara kedua faktor tersebut ditunjukkan pada B1M3 yakni sebesar 8,23 mm.

Pengaruh Pemberian Kompos Dengan Berbagai Inokulasi Mikoriza Arbuskular Terhadap Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman pada masing-masing dosis kompos dan inokulasi mikoriza arbuskular tiap 4 minggu didukung oleh

data pada Lampiran 8.

Pengaruh pemberian masing-masing dosis kompos dengan inokulasi mikoriza arbuskular terhadap tinggi tanaman disajikan pada Gambar 1 hingga Gambar 4.

(19)

Gambar 2. Pengaruh Pemberian 300 gr Kompos Dengan Inokulasi Mikoriza Arbuskular Terhadap Tinggi Tanaman

[image:19.595.113.514.82.336.2] [image:19.595.114.514.380.627.2]
(20)

Gambar 4. Pengaruh Pemberian 900 gr Kompos Dengan Inokulasi Mikoriza Arbuskular Terhadap Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan pada Gambar 1 hingga Gambar 4 menunjukkan terjadi interaksi antara bahan orgaik dengan berbagai inokulasi mikoriza arbuskular terhadap tinggi tanaman. Interaksi terbaik masing-masing dilihat pada B1M3, B2M3, dan B3M2.

Pengaruh Pemberian Kompos Dengan Berbagai Inokulasi Mikoriza Arbuskular Terhadap Diameter Batang

Hasil pengamatan pertumbuhan diameter batang pada masing-masing dosis kompos dan inokulasi mikoriza arbuskular tiap 4 minggu didukung oleh

data pada Lampiran 9.

Pengaruh pemberian masing-masing dosis kompos dengan inokulasi mikoriza arbuskular terhadap diameter batang disajikan pada Gambar 5 hingga Gambar 8.

[image:20.595.114.512.82.276.2] [image:20.595.117.512.577.713.2]
(21)

Gambar 6. Pengaruh Pemberian 300 gr Kompos Dengan Inokulasi Mikoriza Arbuskular Terhadap Diameter Batang

Gambar 7. Pengaruh Pemberian 600 gr Kompos Dengan Inokulasi Mikoriza Arbuskular Terhadap Diameter Batang

[image:21.595.112.508.110.284.2] [image:21.595.114.517.331.489.2] [image:21.595.115.517.539.716.2]
(22)

Hasil pengamatan pada Gambar 5 hingga Gambar 8 menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara bahan organik dengan beberapa inokulasi mikoriza arbuskular terhadap diameter batang. Dapat dilihat dari perlakuan B1M1, B2M3, dan B3M2.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1 diketahui bahwa faktor mikoriza tidak berpengaruh nyata secara statistik terhadap tinggi tanaman. Meskipun perlakuan tersebut tidak nyata secara statistik dalam meningkatkan petumbuhan tanaman, namun dapat dilihat bahwa total tinggi tanaman tertinggi

pada perlakuan M3 (130,99 cm) dibandingkan tanpa diberi mikoriza yaitu M0 (113,08cm).

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 2 diketahui bahwa faktor mikoriza juga tidak berpengaruh nyata secara statistik terhadap pertambahan diameter batang. Namun, dapat dilihat bahwa pertambahan diameter terbesar pada perlakuan B1M3 (8,23 mm) dan yang terendah pada perlakuan BoMo (3,99 mm).

Pada Tabel 1 faktor kompos memperlihatkan hasil berbeda nyata dalam meningkatkan pertambahan tinggi tanaman dibanding dengan tanpa diberi

kompos B0 (15,20 cm) dan meningkat pada perlakuan berturut-turut B1 (26,63 cm), B2 (36,03 cm), dan B3 (37,27 cm). Peningkatan pertambahan tinggi

(23)

menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan porositas tanah serta komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, menyimpan air tanah lebih lama, dan mencegah lapisan kering pada tanah. Kompos juga menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, mencegah penyakit akar, dan dapat menghemat pemakaian pupuk kimia dan atau pupuk buatan, sehingga dapat mengefisiensi pemakaian pupuk kimia.

Meskipun mikoriza mampu menginfeksi akar tanaman dengan baik, namun perannya dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter

batang belum terlihat secara nyata. Meskipun demikian, peran mikoriza Glomus + Acaulospora (M3) dalam mengatasi cekaman kekeringan pada

pertambahan tinggi tanaman menunjukkan hasil yang terbaik (130,99 cm) dibandingkan dengan pertambahan tinggi tanaman yang dihasilkan dari pemberian M0 (113,08 cm), M1 (101,04 cm), dan M2 (108,40 cm).

Pada pertambahan diameter batang, walau secara statistik faktor pemberian mikoriza tidak nyata, namun menunjukkan hasil terbaik pada pemberian mikoriza Glomus+Acaulospora (M3) yaitu sebesar 24,80 mm dibandingkan dari pemberian Mo (20,55 mm), M1, (23,16 mm), dan M2 (21,24 mm). Mikoriza membentuk hifa ekstemal yang dapat memperluas bidang serapan air dan hara. Ukuran hifa yang lebih halus memungkinkan hifa menyusup ke pori mikro sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah. Serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza, juga membawa unsur hara yang mudah larut melalui aliran massa (Hanafiah, et al, 2009).

(24)

batang. Dapat dilihat dari perlakuan B1M3 (8,23 mm) yang memberikan hasil terbaik dari seluruh perlakuan. Hal ini diduga karena dengan adanya bahan organik mampu mendukung perkembangan mikoriza dalam menginfeksi akar tanaman. Dalam Yusnaini (2009) menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik sinergis dengan perkembangan FMA, bahan organik yang lambat larut tidak menekan perkembangan FMA, bahkan menstimulir perkembangan FMA. Aplikasi berbagai jenis bahan organik mampu meningkatkan populasi FMA dalam mendukung pertumbuhan tanaman budidaya.

Dari Tabel 1 diketahui bahwa pada pemberian kompos tidak berbeda nyata, satu sama lain, yakni pada B1, B2, dan B3. Akan tetapi, ketiga dosis pemberian tersebut berpengaruh nyata masing-masing terhadap kontrol (Bo). Meningkatnya pertambahan tinggi dibanding kontrol menandakan bahwa kompos memiliki kemampuan baik dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Namun, pemberian kompos B1 akan lebih tepat penggunaannya, karena lebih efiesien bagi petani untuk pemenuhan dosisnya. Hal ini dikarenakan ketiga perlakuan pemberian kompos menunjukkan peningkatan yang sedikit berbeda satu sama lain dibandingkan tanpa diberi kompos.

Berdasarkan hasil pengamatan Gambar 1 hingga Gambar 4 diketahui bahwa ada interaksi antara pemberian bahan organik dan pemberian beberapa inokulasi mikoriza arbuskular. Pada pemberian bahan organik sebesar 300 gr dan

600 gr, yang menunjukkan pertumbuhan tinggi paling baik yaitu pada minggu ke-20 dengan pemberian perlakuan mikoriza Glomus + Acaulospora (M3). Pada

(25)

pemberian bahan organik (B0), tidak menunjukkan pertumbuhan tinggi yang baik dibandingkan dengan pemberian bahan organik, namun mikoriza yang berperan dalam menunjang tinggi tanaman adalah M1 (Glomus sp). Bahan organik merupakan sumber energi makro dan mikro bagi fauna tanah. Beberapa mikroorganisme yang berperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi dan bakteri. Mikroflora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh dalam pencukupan hara bagi tanaman.

(26)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian mikoriza arbuskular tidak berpengaruh nyata, namun dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang.

2. Penggunaan kompos meningkatkan pertambahan tinggi tanaman dan diameter batang secara nyata.

3. Interaksi antara kompos dan mikoriza tidak berpengaruh nyata, namun dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter batang.

4. Taraf kombinasi yang terbaik terdapat pada kompos 300 gr/polibag dan mikoriza Glomus + Acaulospora pada pertambahan tinggi tanaman. Saran

(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Karet

Luas areal pertanaman karet Indonesia 3,506,201 hektar, dengan ketinggian tempat 200 m diatas permukaan laut. Tanaman karet dapat bertumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu 28° C, kecepatan angin rendah sampai sedang, serta lama penyinaran matahari 2000 jam per tahun atau rata-rata 6 jam per hari. Berdasarkan jenis tanahnya, tanaman ini cocok mulai dari vulkanis muda, tua, dan alluvial sampai tanah gambut dengan drainasi dan aerasi baik (Sianturi, 2001).

Topografi juga mempengaruhi tanaman karet. Tanaman karet lebih cocok ditanam di daerah datar dan tidak berbukit. Tanah yang datar akan memudahkan dalam pemeliharaan, penyadapan, serta pengangkutan lateks. Selain itu diusahakan lahan dekat dengan sumber air, misaInya sungai atau aliran-aliran air (Setiawan dan Andoko, 2005).

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)

Cendawan mikoriza arbuskular (MA) merupakan satu kelompok jamur tanah biotrof obligat yang tidak dapat melestarikan pertumbuhan dan reproduksinya bila terpisah dari tanaman inang. Cendawan ini dicirikan oleh adanya struktur vesikel dan / atau arbuskel. Cendawan MA memiliki struktur hifa yang menjalar keluar ke dalam tanah. Hifa meluas di dalam tanah, melampaui jauh jarak yang dapat dicapai oleh rambut akar (Simanungkalit, 2006).

(28)

dan berkembang biak. Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur hara (Iskandar, 2002 dalam Saragih, 2009).

Secara tidak langsung, cendawan mikoriza berperan dalam perbaikan struktur tanah, meningkatkan kelarutan hara dan proses pelapukan bahan induk. Sedangkan secara langsung cendawan mikoriza dapat meningkatkan serapan air, hara dan melindungi tanaman dari patogen akar dan toksik. Mikoriza dapat meningkatkan absorbsi hara dari dalam tanah dan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan kelembaban yang ekstrim (Hanafiah, et al, 2009).

(29)

membantu pertumbuhan tanaman terutama untuk tanah miskin hara (Musnawar, 2006 dalam Saragih, 2009).

Mikoriza Arbuskular dan Pertumbuhan Tanaman

Mikoriza mempunyai peranan penting dalam peningkatan pertumbuhan tanaman dengan cara meningkatkan kemampuan tanaman dalam penyerapan air dan unsur hara terutama P dengan cara memperluas area serapan. Simbiosis mikoriza dengan tanaman dimulai dari perkecambahan spora atau bentuk lain dalam propagul yang terdapat di dalam tanah. Spora kemudian berkecambah dan masuk ke dalam korteks akar membentuk arbuskular, yang merupakan tempat pertukaran hara antara mikoriza dengan tanaman inangnya. Hifa mikoriza berkembang keluar dari akar masuk ke dalam tanah yang disebut dengan hifa eksternal, yang berperan menyerap hara dan air. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan fisiologi pada tanaman inang, yaitu meningkatnya pertumbuhan tanaman dan ketahanan terhadap cekaman lingkungan yang berbeda dengan tanaman tanpa mikoriza (Mosse, 1981).

Fungi mikoriza arbuskular dapat menghasilkan enzim fosfatase yang dilepaskan dalam tanah, serta meningkatkan aktivitas asam fosfatase dalam tanah sehingga senyawa P organik dalam tanah dapat menjadi tersedia bagi tanaman sesudah dihidrolisis oleh enzim fosfatase. Inokulasi FMA meningkatkan konsentrasi P pada daun, P tanah dan P total (Joner dan Johansen, 2000).

(30)

mikoriza KIMO sebesar 5,500 cm.

Menurut Neliyati (2010), diperoleh bahwa pemberian cendawan mikoriza dan frekuensi pemberian air memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi bibit, diameter batang, berat kering pupus, berat kering akar, luas daun dan persentase infeksi mikoriza. Terdapat interaksi antara kedua perlakuan pada variabel luas daun, berat kering akar dan berat kering pupus. Pemberian air 3 hari sekali dengan dosis mikoriza 20 g/polybag memberikan pertumbuhan bibit karet klon PB- 260 yang terbaik.

Pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan secara umum dinyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza. Mikoriza mempunyai kemampuan untuk berasosiasi dengan hampir 90 % jenis tanaman dan membantu dalarn meningkatkan efesiensi penyerapan unsur hara terutama fosfor pada lahan marginal. Prinsip kerja mikoriza ini adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa internal dan eksternal. Di samping membentuk hifa internal, mikoriza membentuk hifa eksternal yang dapat memperluas bidang serapan air dan hara. Ukuran hifa yang lebih halus memungkinkan hifa menyusup ke pori mikro sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah. serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza, juga membawa unsur hara yang mudah larut melalui aliran massa (Hanafiah,et al, 2009).

(31)

pertumbuhan mikoriza. Sebaliknya kandungan hara yang terlalu rendah atau terlalu tinggi menghambat pertumbuhan mikoriza. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan dilakukannya pemupukan P menurunkan derajat infeksi akar. Selain pupuk P yang memberi pengaruh negatif terhadap infeksi mikoriza, pupuk N ternyata mempunyai pengaruh yang sama, tetapi pengaruh pemberian pupuk N lebih kecil daripada pupuk P (Islami dan Utomo, 1995).

Kompos dan Peranannya

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan bagi mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman (Rachman, 2002).

Bahan organik merupakan sumber energi makro dan mikro bagi fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah akan meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang berperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri, dan aktinomicetes. Mikroflora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan organik sebaagai sumber energi (Yusnaini, 2009).

(32)

struktur dan porositas tanah serta komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, menyimpan air tanah lebih lama, dan mencegah lapisan kering pada tanah. Kompos juga menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, mencegah penyakit akar, dan dapat menghemat pemakaian pupuk kimia dan atau pupuk buatan, sehingga dapat mengefisiensi pemakaian pupuk kimia (Suriadikarta dan Setyorini, 2009).

Penggunaan pupuk organik sinergis dengan perkembangan FMA, bahan organik yang lambat larut tidak menekan perkembangan FMA, bahkan menstimulir perkembangan FMA. Aplikasi berbagai jenis bahan organik mampu meningkatkan populasi FMA dalam mendukung pertumbuhan tanaman budidaya (Yusnaini, 2009).

Menurut Kartika (2006), tinggi tanaman, jumlah daun trifoliatus, jumlah nodula efektif, dan nisbah akar dipengaruhi oleh aplikasi kompos dengan takaran yang berbeda tetapi tidak oleh takaran aplikasi mikoriza. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan, seperti C organik yang tinggi merupakan kondisi yang tidak optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan mikoriza yang diinokulasikan sehingga penyerapan akar oleh tanaman bermikoriza tidak berbeda dan akibatnya pertumbuhan dan beberapa komponen pertumbuhan tidak berbeda nyata.

Cekaman Kekeringan Pada Tanaman

(33)

faktor tersebut. Walaupun didalam tanah air cukup tersedia, tanaman bukan tidak mungkin dapat mengalami cekaman. Hal ini terjadi jika kecepatan laju absorbsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui transpirasi. Jika kecepatan absorbsi air lebih rendah dari transpirasi, maka akan terjadilah cekaman air (Islami dan Utomo, 1995).

Sel tanaman yang kehilangan air dan berada pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimumnya, disebut menderita stress air. Stres ringan dalam suatu sel daun sama dengan kehilangan turgor dalam jumlah kecil, sedangkan stress sedang berkaitan dengan hilangnya turgor yang lebih menyeluruh dan melayunya daun. Stres sedang sampai berat berkaitan dengan terjadinya pemecahan metabolisme sel yang akan serius (Hanum, 2012).

Defisit air menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan fotosintesis dan rangkaian fisiologis yang disebabkannya. Proses yang dipengaruhi oleh defisit air adalah pertumbuhan sel. Kondisi stress air yang berat menyebabkan terhambatnya fotosintesis. Defisit air juga mengurangi pertumbuhan dan mempengaruhi pengambilan nutrisi dalam tanah karena buruknya aktifitas akar. Perlakuan kondisi stress air berpengaruh nyata terhadap parameter volume akar, bobot segar akar, bobot kering akar. Tanaman yang mengalami kondisi stress air akan terus memerlukan air sehingga akar giat tumbuh jauh ke dalam tanah dan akar relatif panjang (Hanum, 2012).

(34)

berperan dalam menentukan ukuran tanaman. Turgor berpengaruh terhadap pembesaran sel tanaman, membuka dan menutupnya stomata, perkembangan daun serta gerakan berbagai bagian tanaman lainnya. Penghambatan pembesaran sel terjadi karena penurunan tekanan turgor sel dan berakibat bagian tanaman yang terbentuk berukuran kecil (Islami dan Utomo, 1995)

Cekaman kekeringan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang mencakup aspek morfologi dan anatomi, fisiologi dan biokimia tanaman. Kekurangan air mengakibatkan berkurangnya laju fotosintesis karena dehidrasi protoplas akan menurunkan kapasitas fotosintesis. Rendahnya jumlah air menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman. Terbatasnya perkembangan akar juga menyebabkan menurunnya bobot kering akar (Pangaribuan et al, 2001 dalam Anggraini, 2009).

(35)

berubahnya fotosintesis, respirasi, translokasi, ion serapan, karbohidrat, metabolisme nutrisi, dan hormon (Hanum, 2012).

(36)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. Salah satu komoditi perkebunan yang menjadi unggulan di Indonesia adalah karet dan hasil

olahan karet disamping CPO yang tetap menjadi primadona ekspor (Hero dan Purba, 2010).

Luas areal pertanaman karet Indonesia 3,506,201 hektar, dengan produksi total sebesar 3,012,254 ton. (Direktorat Jendral Perkebunan, 2012). Sebagian besar areal perkebunan karet Indonesia terletak di Sumatera (70%) , Kalimantan (24 %) dan Jawa (4%) dengan curah hujan 1500- 4000 mm/tahun dengan rata-rata bulan kering 0-4 bulan pertahun. Dengan areal yang cukup luas, Indonesia masih memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan tanaman karet. Pembangunan perkebunan tanaman karet yang cukup luas, maka penyediaan bahan tanaman seperti bibit tanaman perlu mendapat perhatian yang penting khususnya dalam hal suplai air.

(37)

mempengaruhi kemampuan pertumbuhannya. Kondisi stres air yang berat menyebabkan terhambatnya fotosintesis tanaman (Kartika, 2006).

Masalah kekeringan ini dapat diatasi melalui dua pendekatan yaitu (1) pengembangan klon-klon yang tahan terhadap kekeringan (2) dengan bantuan teknologi budidaya, diantaranya dengan pemanfaatan mikoriza dan bahan organik. Pengembangan klon-klon yang tahan terhadap kekeringan telah dilakukan dan hasil penelitian (Karyudi, 2001) klon karet yang memiliki osmoregulasi tinggi adalah PB 260 yang memiliki laju penurunan tekanan osmotik yang tinggi, mampu mempertahankan tekanan turgor (P), dan kandungan relatif air daun pada saat terjadi kekeringan. Sedangkan dari segi teknologi budidaya dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikoriza dan bahan organik.

Mikoriza arbuskular dapat meningkatkan ketersediaan air, hara dan tanaman dari patogen akar dan unsur toksik. Mikoriza dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan karena memelihara membukanya stomata dan kelembaban yang ekstrim serta meningkatkan sistem perakaran. Tanaman yang bermikoriza memiliki jaringan hifa eksternal yang akan memperluas bidang serapan air dan unsur hara yang mudah larut dan terbawa aliran massa sehingga serapan unsur hara makro, juga makin meningkat (Hanafiah, et al, 2009).

(38)

mikroba tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan organik ke dalam tanaman.

Berdasarkan uraian diatas, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas pemberian beberapa jenis fungi mikoriza arbuskular (FMA) dan kompos pada tanaman karet di lahan cekaman kekeringan.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman karet pada cekaman kekeringan.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos terhadap pertumbuhan karet pada cekaman kekeringan.

3. Untuk melihat interaksi antara mikoriza dengan kompos terhadap pertumbuhan tanaman karet pada cekaman kekeringan.

Hipotesis Penelitian

1. Pemberian mikoriza akan meningkatkan pertumbuhan karet pada cekaman kekeringan.

2. Pemberian kompos akan meningkatkan pertumbuhan karet pada cekaman kekeringan.

3. Interaksi antara mikoriza dan kompos akan meningkatkan pertumbuhan tanaman karet pada cekaman kekeringan

Manfaat Penelitian

(39)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pemberian kompos TKKS dan Mikoriza terhadap pertumbuhan stum karet berpayung dua di tanah cekaman kekeringan pada kadar 60%. Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian USU ( + 25 m dpl ) pada bulan November 2014 - Mei 2015 menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu dosis kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), dengan 4 taraf yaitu 0 gr/polibag, 300 gr/polibag, 600 gr/polibag, 900 gr/polibag; dan faktor kedua yaitu jenis Mikoriza dengan 4 taraf yaitu tanpa mikoriza, pemberian Glomus, Acaulospora, dan Glomus + Acaulospora.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kompos TKKS memiliki pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Dimana taraf terbaiknya diperoleh pada dosis 600 gr/polibag. Pemberian mikoriza tidak berpengaruh nyata namun dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang. Jenis mikoriza yang terbaik diperoleh pada jenis mikoriza yang digabung yaitu Glomus + Acaulospora. Interaksi antara kompos TKKS dan Mikoriza tidak berpengaruh nyata namun dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang. Taraf kombinasi yang terbaik terdapat pada kompos TKKS 300 gr/polibag dan Mikoriza Glomus + Acaulospora.

(40)

ABSTRACT

The aim of this research was to evaluate the response of the treatment between Oil Palm Empty Fruit Bunch (EFB) compost and Mycorrhizae on growth stem two ground rubber umbrella drought stress at a level of 60%. The Research conducted in kasahouse Faculty of Agriculture, North Sumatera University in November 2014 - Mei 2015. It was arranged in randomized completely designed faktorial consist of two factor with four replication. The first factor is the dose of Oil Palm Empty Fruit Bunch (EFB) compost, consist of four levels, 0 gr/polybag, 300 gr/ polybag, 600 gr/polybag, 900 gr / polybag; and the second factor is the type of Mycorrhizae consist of 4 levels, these are without mycorrhiza, with Glomus, with Acaulospora, and Glomus + Acaulospora.

The results showed that the application of composting EFB was significant on plant height and stem diameter, the best level obtained at a dose of 600 gr/polybag. Giving mycorrhizal indicated not significant but could increase the growth of plant height and stem diameter. The best mycorrizhae of the treatment is Glomus + Acaulospora. Interactions between EFB compost and Mycorrhizae indicated not significant, but may increase the growth of plant height and stem diameter. The best combination contained in the EFB, compost 300 gr/polybag and Glomus Mycorrhizae + Acaulospora.

(41)

DALAM KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN

SKRIPSI

Oleh :

CHADRA ANTRA WIJAYA PARDOSI 090301209

ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(42)

DALAM KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN

SKRIPSI

Oleh :

CHADRA ANTRA WIJAYA PARDOSI 090301209

ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(43)

Cekaman Kekeringan

Nama : Chadra Antra Wijaya Pardosi

NIM : 090301209

Minat : Ilmu Tanah Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Asmarlaili Sahar Hanafiah, MS. DAA. Ir. Alida Lubis, MS NIP. 1948 0730 1976 032 001 NIP. 1954 0721 1979 032 001

Mengetahui,

(44)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pemberian kompos TKKS dan Mikoriza terhadap pertumbuhan stum karet berpayung dua di tanah cekaman kekeringan pada kadar 60%. Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian USU ( + 25 m dpl ) pada bulan November 2014 - Mei 2015 menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu dosis kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), dengan 4 taraf yaitu 0 gr/polibag, 300 gr/polibag, 600 gr/polibag, 900 gr/polibag; dan faktor kedua yaitu jenis Mikoriza dengan 4 taraf yaitu tanpa mikoriza, pemberian Glomus, Acaulospora, dan Glomus + Acaulospora.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kompos TKKS memiliki pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Dimana taraf terbaiknya diperoleh pada dosis 600 gr/polibag. Pemberian mikoriza tidak berpengaruh nyata namun dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang. Jenis mikoriza yang terbaik diperoleh pada jenis mikoriza yang digabung yaitu Glomus + Acaulospora. Interaksi antara kompos TKKS dan Mikoriza tidak berpengaruh nyata namun dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang. Taraf kombinasi yang terbaik terdapat pada kompos TKKS 300 gr/polibag dan Mikoriza Glomus + Acaulospora.

(45)

ABSTRACT

The aim of this research was to evaluate the response of the treatment between Oil Palm Empty Fruit Bunch (EFB) compost and Mycorrhizae on growth stem two ground rubber umbrella drought stress at a level of 60%. The Research conducted in kasahouse Faculty of Agriculture, North Sumatera University in November 2014 - Mei 2015. It was arranged in randomized completely designed faktorial consist of two factor with four replication. The first factor is the dose of Oil Palm Empty Fruit Bunch (EFB) compost, consist of four levels, 0 gr/polybag, 300 gr/ polybag, 600 gr/polybag, 900 gr / polybag; and the second factor is the type of Mycorrhizae consist of 4 levels, these are without mycorrhiza, with Glomus, with Acaulospora, and Glomus + Acaulospora.

The results showed that the application of composting EFB was significant on plant height and stem diameter, the best level obtained at a dose of 600 gr/polybag. Giving mycorrhizal indicated not significant but could increase the growth of plant height and stem diameter. The best mycorrizhae of the treatment is Glomus + Acaulospora. Interactions between EFB compost and Mycorrhizae indicated not significant, but may increase the growth of plant height and stem diameter. The best combination contained in the EFB, compost 300 gr/polybag and Glomus Mycorrhizae + Acaulospora.

(46)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 11 Desember 1991 di Medan, merupakan anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan bapak Antoni Pardosi dan Rani Rianita Hutapea.

Pendidikan yang telah di tempuh hingga saat ini adalah : menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri X di Bekasi pada tahun 2003, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 20 Bekasi pada tahun 2006 dan menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 5 Bekasi pada tahun 2009. Diterima sebagai mahasiswa jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009 melalu jalur SNMPTN dan mengambil ilmu tanah sebagai konsentrasi.

Pada awal perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) seperti, Teater O USU, KMK (Kelompok Mahasiswa Kristen), HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi), IMILTA (Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah).

(47)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Efektivitas Pemberian Beberapa Jenis Mikoriza Arbuskular dan Kompos Pada Bibit Karet Di Rumah Kasa Dalam Kondisi Cekaman Kekeringan”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak banyaknya kepada kedua dosen FP USU, Prof Dr. Ir. Asmarlaili Sahar Hanafiah MS. DAA. dan Ir Alida Lubis, MS., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membantu penulis dari menetapkan judul, melakukan penelitian sampai menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga skripsi ini dapat menjadi bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2015

(48)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT. ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Karet ... 4

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) ... 4

Mikoriza Arbuskular dan Pertumbuhan Tanaman ... 6

Kompos dan Peranannya. ... 8

Cekaman Kekeringan Pada Tanaman. ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu. ... 13

Bahan dan Alat. ... 13

Metode Penelitian... 13

PELAKSANAAN PENELITIAN Perbanyakan Mikoriza ... 16

Persiapan Lahan ... 16

Persiapan Media Tanam ... 16

Persiapan Bahan Tanaman ... 17

Pemberian Perlakuan ... 17

Pemupukan. ... 17

Perlakuan Cekaman Kekeringan ... 17

(49)

Parameter yang Diukur ... 18

Pertambahan Tinggi Tanaman ... 18

Diameter Batang... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pertambahan Tinggi Tanaman ... 19

Pertambahan Diameter Batang ... 20

Pengaruh Pemberian Bahan Organik Dengan Beberapa Inokulasi Mikoriza Arbuskular Terhadap Tinggi Tanaman... 21

Pengaruh Pemberian Bahan Organik Dengan Beberapa Inokulasi Mikoriza Arbuskular Terhadap Tinggi Tanaman... 22

Pembahasan ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(50)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal.

1. Rataan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) 20 MSPT Pada 19 Tingkat Bahan Organik dan Mikoriza Arbuskular

(51)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal.

1. Pengaruh Pemberian Beberapa Inokulasi Mikoriza Arbuskular

Tanpa Kompos Terhadap Tinggi Tanaman ... 21 2. Pengaruh Pemberian 300 gr Kompos Dengan Inokulasi Mikoriza

Arbuskular Terhadap Tinggi Tanaman ... 22 3. Pengaruh Pemberian 600 gr Kompos Dengan Inokulasi Mikoriza

Arbuskular Terhadap Tinggi Tanaman ... 22 4. Pengaruh Pemberian 900 gr Kompos Dengan Inokulasi Mikoriza

Arbuskular Terhadap Tinggi Tanaman ... 23 5. Pengaruh Pemberian Beberapa Inokulasi Mikoriza Arbuskular

Tanpa Kompos Terhadap Diameter Batang ... 23 6. Pengaruh Pemberian 300 gr Kompos Dengan Inokulasi Mikoriza

Arbuskular Terhadap Diameter Batang ... 24 7. Pengaruh Pemberian 600 gr Kompos Dengan Inokulasi Mikoriza

Arbuskular Terhadap Diameter Batang ... 24 8. Pengaruh Pemberian 900 gr Kompos Dengan Inokulasi Mikoriza

(52)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal.

1. Data Pertambahan Tinggi Tanaman... 32

2. Rataan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) 20 MSPT Pada Tingkat Mikoriza Arbuskular dan Kompos ... 32

3. Daftar Sidik Ragam Rataan Pertambahan Tinggi Tanaman ... 33

4. Data Pertambahan Diameter Batang ... 33

5. Rataan Pertambahan Diameter Batang (mm) 19 MSPT Pada Tingkat Mikoriza Arbuskular dan Kompos ... 34

6. Daftar Sidik Ragam Raman Pertambahan Diameter Batang ... 34

7. Perlakuan Cekaman Kekeringan Kapasitas 60% ... 35

8. Pengamatan Tinggi Tanaman Tiap 4 Minggu ... 36

9. Pengamatan Diameter Batang Tiap 4 Minggu ... 37

Gambar

Tabel 1. Rataan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) 20 MSPT Pada Berbagai Dosis Kompos dan Mikoriza Arbuskular
Tabel 2. Rataan Pertambahan Diameter Batang (mm) 19 MSPT Pada Berbagai Dosis Kompos dan Mikoriza Arbuskular
Gambar 4.   Gambar 1. Pengaruh Pemberian Beberapa Inokulasi Mikoriza Arbuskular tanpa
Gambar 2. Pengaruh Pemberian 300 gr Kompos Dengan Inokulasi Mikoriza Arbuskular Terhadap Tinggi Tanaman
+3

Referensi

Dokumen terkait

Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti lilin, lemak dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan untuk mencegah

[r]

Dalam pengajaran tersebut diperlukan aplikasi-aplikasi khusus yang sesuai dengan tema pembelajaran agar proses belajar mengajar menjadi lebih atraktif dan interakrif. Untuk

Kontribusi adiwarman karim terhadap jasa perbankan syariah sangat besar, menurut beliau pengembangan produk perbankan syariah harus memperhatikan ketentuan yang sesuai

Dari analisa yang dilakukan beberapa strategi yang direkomendasikan untuk keberlangsungan Program DME di Desa Haurngombong antara lain melalui upaya pengembangan ekonomi kreatif,

sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94. ayat (1) huruf b, dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan dalam Pasal

Sikap masyarakat terhadap gerakan dakwah Muhammadiyah di desa Pattongko menunjukkan bahwa gerakan dakwah Muhammadiyah melalui kajian, ceramah, khutbah, pembangunan

Pada siklus ini Model Pembelajaran ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assessment Satisfaction ) diuji keefektifannya. Fokus yang dinilai pada pembelajaran ini berdasarkan