• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadungetas Kabupaten Klaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadungetas Kabupaten Klaten"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian

ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di

Puskesmas Wonosari 1,Desa Wadungetas

Kabupaten Klaten

OLEH :

GHEAVITA CHANDRA DEWI

100100045

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI

Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas

Wonosari 1,Desa Wadungetas Kabupaten Klaten

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

OLEH :

GHEAVITA CHANDRA DEWI

100100045

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI

Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas

Wonosari 1, Desa Wadungetas Kabupaten Klaten

Nama

: Gheavita Chandra Dewi

NIM

: 100100045

Pembimbing Penguji I

(dr. Fitriani Lumongga, Sp. PA) NIP. 196912212002122001

(dr.Dhirajaya Dharma Kadar, Sp.U) NIP. 198003032008121004

Penguji II

(4)

ABSTRAK

Pendahuluan : ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi umur 0-6 bulan. Berdasarkan hasil survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, pemberian ASI pada usia 2 bulan pertama 67% kemudian menurun pada periode berikutnya pada umur 7-9 bulan menjadi 19%. Cakupan ASI Eksklusif pada umur 6 bulan di Indonesia hanya 32,3% yang masih dibawah dari rata – rata dunia yaitu 38%. Kabupaten Klaten adalah kabupaten pertama di Indonesia yang memiliki Peraturan Daerah tentang Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadunggetas Kabupaten Klaten.

Metode : Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung pada responden menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara deskriptif frekuensi, dan dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian berdasarkan teori dan kepustakaan yang ada.

Hasil : Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadunggetas Kabupaten Klaten, ibu yang berpengetahuan baik terdapat 38 responden (82,6%). Distribusi berdasarkan umur mayoritas umur 22-25 tahun sebanyak 13 responden (28,3%). Distribusi berdasarkan pendidikan mayoritas SMA sebanyak 25 responden (54,3%).

Kesimpulan : Dari hasil diatas penulis menyimpulkan bahwa ibu-ibu di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadunggetas Kabupaten Klaten memiliki pengetahuan baik tentang ASI eksklusif.

(5)

ABSTRACT

Introduction : Exclusive breastfeeding is breastfeeding without other additional foods and drinks in first 6 months of live. Based on the results of Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) in 2007, breastfeeding in the first 2 months of age is 67%, then decreased in subsequent periods at 7-9 months of age become 19%. The scope of exclusive breastfeeding at 6 months of age in Indonesia is only 32.3% which is still below from the world average 38%. Klaten district is the first district in Indonesia, which has a Regulation area on Early Initiation of Breastfeeding and exclusive breastfeeding. This study aims to determine the level of mother’s knowledge on exclusive breastfeeding in first 6 months of live in health center Wonosari 1, Wadunggetas village, regency of Klaten.

Methods: The study was descriptive cross-sectional approach. Data is collected by direct interview with respondents using a questionnaire. The data analysis conducted by descriptive frequencies, which was continued by discussing the results of research based on theory and existing literature.

Results : The results of mother’s level of knowledge about exclusive breastfeeding in first 6 months of live in health center Wonosari 1, Wadunggetas village, regency of Klaten, there are mothers that have good knowleadge is 38 respondents (82,6%). Distribution based on the age of majority is 22-25 years are 13 respondents (28,3%). Distribution based on the education majority is high school are 25 respondents (54,3%).

Conclusion : From the results the authors concluded that mothers in health center Wonosari 1, Wadunggetas village, regency of Klaten have good knowledge about exclusive breastfeeding.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadungetas Kabupaten Klaten” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Dalam kehormatan ini ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada:

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Fitriani Lumongga, Sp.PA selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang selalu memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. dr. M. Surya Husada, Sp,KJ selaku dosen penasihat akademik yang telah membimbing saya selama masa perkuliahan.

4. dr. Dhirajaya Dharma Kadar, Sp.U da telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan karya tulis ilmiah penulis.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

(7)

7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Stambuk 2010, Khususnya para sahabat Purwandari, Kevin Dilian, Anggi Arum, Rachmat Kurniawan, Dyah Wijayana, Derizkalia, Monika Ayuningrum, Charolina, Valensia, Shecia Vinka, Annisa Hazrina yang selalu mendampingi selama proses penulisan karya tulis ilmiah ini, dan dan rekan-rekan lain, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang juga telah memberi saran, kritik, dan dukungan materi dan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih. Dan semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita.

Medan, Desember 2013

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan... ii

Abstrak .... ... iii

Abstract ... ... iv

Kata Pengantar... . v

Daftar isi ... vii

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 . Latar Belakang ... 1

1.2 . Rumusan Masalah ... 3

1.3 . Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 . Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Bagi Peneliti ... 4

1.4.2 Bagi Ibu ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Pengetahuan ... 6

2.1.1 .Pengertian Pengetahuan ... 6

2.1.2 .Tingkat Pengetahuan ... 6

2.1.3 .Kriteria Pengetahuan ... 8

2.1.4 .Cara Memperoleh Pengetahuan ... 8

2.1.5 .Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 9

2.2Menyusui ... 11

2.2.1 .Pengertian Menyusui ... 11

2.2.2 .Persiapan Menyusui ... 12

(9)

2.2.4 .Posisi Menyusui ... 14

2.2.5 .Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui ... 14

2.2.6 .Manfaat Menyusui ... 15

2.3ASI Eksklusif ... 16

2.3.1 .Pengertian ASI Eksklusif ... 16

2.3.2 .Tujuan Pemberian ASI ... 17

2.3.3 .ASI Memenuhi Kebutuhan Cairan Bayi ... 17

2.3.4 .Stadium ASI ... 18

2.3.5 .Kandungan Gizi ASI ... 19

2.3.6 .Volume ASI ... 22

2.3.7 .Kebaikan ASI Sebagai Makanan Bayi ... 22

2.3.8 .Imunologi pada ASI ... 23

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 27

3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 27

3.2.Definisi Operasional ... 27

3.1.1 .ASI Eksklusif ... 27

3.1.2 .Pengetahuan ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 29

4.1 . Rancangan Penelitian ... 29

4.2 . Lokasi dan Waktu ... 29

4.2.1 .Lokasi Penelitian ... 29

4.2.2 .Waktu Penelitian ... 29

4.3 . Populasi dan Sampel ... 29

4.3.1 .Populasi ... 29

4.3.2 .Sampel ... 29

4.4 . Teknik Pengumpulan Data ... 29

4.5 . Pengolahan dan Analisis Data ... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

5.1Hasil Penelitian ... 31

5.1.1 Lokasi Penelitian ... 31

(10)

5.1.3 Gambaran Pengetahuan Responden ... 33

5.1.4 Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengetahuan 35 5.2Pembahasan ... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

6.1Kesimpulan ... 40

6.2Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 32

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 33

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 33

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 34

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 35

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pendidikan Responden dengan Tingkat Pengetahuan Responden ... 36

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Ethical Clearance

Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 7 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian

Lampiran 8 Data Induk

(14)

ABSTRAK

Pendahuluan : ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi umur 0-6 bulan. Berdasarkan hasil survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, pemberian ASI pada usia 2 bulan pertama 67% kemudian menurun pada periode berikutnya pada umur 7-9 bulan menjadi 19%. Cakupan ASI Eksklusif pada umur 6 bulan di Indonesia hanya 32,3% yang masih dibawah dari rata – rata dunia yaitu 38%. Kabupaten Klaten adalah kabupaten pertama di Indonesia yang memiliki Peraturan Daerah tentang Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadunggetas Kabupaten Klaten.

Metode : Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung pada responden menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara deskriptif frekuensi, dan dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian berdasarkan teori dan kepustakaan yang ada.

Hasil : Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadunggetas Kabupaten Klaten, ibu yang berpengetahuan baik terdapat 38 responden (82,6%). Distribusi berdasarkan umur mayoritas umur 22-25 tahun sebanyak 13 responden (28,3%). Distribusi berdasarkan pendidikan mayoritas SMA sebanyak 25 responden (54,3%).

Kesimpulan : Dari hasil diatas penulis menyimpulkan bahwa ibu-ibu di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadunggetas Kabupaten Klaten memiliki pengetahuan baik tentang ASI eksklusif.

(15)

ABSTRACT

Introduction : Exclusive breastfeeding is breastfeeding without other additional foods and drinks in first 6 months of live. Based on the results of Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) in 2007, breastfeeding in the first 2 months of age is 67%, then decreased in subsequent periods at 7-9 months of age become 19%. The scope of exclusive breastfeeding at 6 months of age in Indonesia is only 32.3% which is still below from the world average 38%. Klaten district is the first district in Indonesia, which has a Regulation area on Early Initiation of Breastfeeding and exclusive breastfeeding. This study aims to determine the level of mother’s knowledge on exclusive breastfeeding in first 6 months of live in health center Wonosari 1, Wadunggetas village, regency of Klaten.

Methods: The study was descriptive cross-sectional approach. Data is collected by direct interview with respondents using a questionnaire. The data analysis conducted by descriptive frequencies, which was continued by discussing the results of research based on theory and existing literature.

Results : The results of mother’s level of knowledge about exclusive breastfeeding in first 6 months of live in health center Wonosari 1, Wadunggetas village, regency of Klaten, there are mothers that have good knowleadge is 38 respondents (82,6%). Distribution based on the age of majority is 22-25 years are 13 respondents (28,3%). Distribution based on the education majority is high school are 25 respondents (54,3%).

Conclusion : From the results the authors concluded that mothers in health center Wonosari 1, Wadunggetas village, regency of Klaten have good knowledge about exclusive breastfeeding.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang besar. Namun, pengetahuan yang lama yang mendasar seperti pengetahuan tentang pemberian ASI dan manfaat menyusui justru terlupakan. Padahal kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar, karena menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta – juta tahun mempunyai peran penting dalam mempertahankan kehidupan manusia. Sebenarnya menyusui, khususnya yang secara eksklusif merupakan cara pemberian makanan bayi yang alamiah. Namun, seringkali ibu – ibu kurang mendapat informasi tentang ASI eksklusif. Menyusui tidak saja memberikan kesempatan yang baik pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif dan sosial yang lebih baik (Roesli, 2009).

Pada waktu lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna sehingga paling tepat diberikan air susu ibu (ASI). ASI mampu memberikan perlindungan baik secara aktif maupun pasif. Dengan adanya zat kekebalan ini, bayi ASI eksklusif akan terhindar dari berbagai macam infeksi atau penyakit (Widodo,2010).

Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim serta dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan ( Roesli,2009).

(17)

ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Pada tahun 1999, rekomendasi terbaru dari UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif menjadi selama 6 bulan (Roesli, 2009).

Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi balita sekaligus mempercepat penurunan angka kematian bayi sehingga Indonesia dapat mencapai target Millenium Development Goals 4 (MDGs 4) yaitu, menurunkan angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Selain itu, ASI eksklusif juga dapat mencegah penyakit seperti diare dan pneumonia, yang menyebabkan 40% kematian balita di Indonesia. Pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama di Indonesia menurun 40% di tahun 2002 dan 32% pada tahun 2007 (UNICEF,2012)

Di Indonesia, terjadi penurunan pemberian air susu ibu khususnya daerah pedesaan karena kecendrungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang dianggap modern dari negara yang telah maju atau dari kota besar (Suraatmaja, 1997).

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007, data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi dibawah usia dua bulan hanya mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia 2-3 bulan dan pada bayi usia 7-9 bulan sebanyak 19%. Tahun 2007, angka cakupan ASI eksklusif pada usia 6 bulan di Indonesia hanya 32,3% yang jauh dari rata – rata dunia yaitu 38% (Roesli,2010).

(18)

Perda Nomor 7 tahun 2008 muncul dengan pertimbangan bahwa air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan paling sempurna bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam pasal 3 dijelaskan tentang maksud dan tujuan Inisiasi Menyusu ini (IMD) dan ASI Eksklusif. Serta dalam pasal 5 disebutkan bahwa ASI Eksklusif diberikan kepada bayi sejak bayi lahir sampai usia 6 (enam) bulan dan dilanjutkan pemberian ASI sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai (Perda,2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Jateng tahun 2009, cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya sekitar 40,21% sedangkan tahun 2008 sebesar 28,96% dan 2007 sebesar 27,35% (Pratiwi,2011). Sedangkan berdasarkan data Dari Profil Kesehatan Kabupaten Klaten diketahui bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2005 adalah 3,17%, tahun 2006 adalah 12,3%, tahun 2007 adalah 22,7%, tahun 2008 sebesar 43,4%, tahun 2009 sebesar 60,21% dan pada tahun 2010 sebesar 76,13%. Target nasional pencapaian ASI Eksklusif tahun 2010 adalah sebesar 80% (Asriani,2012).

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas serta menyadari pentingnya pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi pada umur 0-6 bulan, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di puskesmas Wonosari 1, Desa Wadungetas kabupaten Klaten.

1.2Rumusan Masalah

(19)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadungetas Kabupaten Klaten.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui apakah pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pegetahuan tentang ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadungetas Kabupaten Klaten.

2. Untuk mengetahui apakah usia ibu berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadungetas Kabupaten Klaten.

3. Untuk mengetahui apakah Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2008 berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadungetas Kabupaten Klaten.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

1. Melatih penulis mengadakan penelitian langsung kemasyarakat sehingga penulis memiliki pengetahuan tentang pentingnya ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. 2. Mengetahui bahwa pendidikan ibu berpengaruh terhadap

tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadungetas Kabupaten Klaten.

(20)

1.4.2 Bagi Ibu

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah ilmu yang dimiliki seseorang untuk menciptakan suatu metode atau ideologi menjadi pengetahuan baru yang dapat berkembang menjadi berbagai ilmu seperti : musik, hukum, sastra dan falsafah (Hidayat, 2007).

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda seperti kepercayaan (beliefes), takhyul (superstition) dan penerangan yang keliru (miss informations). Manusia sebenarnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar. Kesadaran manusia dapat disimpulkan oleh kemampuannya untuk berpikir, berkehendak dan merasa (Sarwono, 2002).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :

a. Tahu (Know)

(22)

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai salah satu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi-materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk dapat menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori.

f. Evaluasi (Evaluation)

(23)

2.1.3 Kriteria Pengetahuan

Penilaian – penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada. Menurut Nursalam (2008), kriteria untuk menilai tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori:

a. Tingkat pengetahuan baik apabila skor atau nilai : (76-100%) b. Tingkat pengetahuan cukup apabila skor atau nilai : (56-75%) c. Tingkat pengetahuan kurang apabila skor atau nilai : (< 56%)

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005):

1. Cara Tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode penemuan statistik dan logis. Cara – cara penemuan pengetahuan pada priode ini meliputi :

a. Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak bisa dicoba kemungkinan yang lain

b. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

c. Melalui jalan fikiran

(24)

d. Cara Kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan sehari – hari, banyak sekali kebiasaan – kebiasaan dan tradisi – tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan – kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun – temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan – kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin – pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, dan pemegang pemeritahan. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan.

2. Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian yaitu :

a. Metode berpikir induktif

Mula – mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala – gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan atau diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum.

b. Metode berpikir deduktif

Metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

2.1.5 Faktor – Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

1) Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2003) : a) Pendidikan

(25)

menjadi kepribadian dan kemampuan didalam serta diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

b) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari seseorang, sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan. c) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali, suatu objek psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, dan pengalaman, sehingga akan lebih mendalam dan lama membekas.

d) Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).

2) Faktor Eksternal menurut Notoatmodjo (2003), antara lain :

a) Ekonomi

(26)

keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

b) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal serta memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pendekatan ini biasanya dilakukan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.

c) Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

2.2Menyusui

2.2.1 Pengertian Menyusui

(27)

Dengan menyusui tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik (Hidajati,2012)

Menyusui secara eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja

(exclusive breastfeeding) selama 4-6 bulan, atau paling tidak 4 bulan. Sejak lahir sampai bayi berusia 4 bulan bahkan 6 bulan, hanya ASI yang seharusnya diberikan. Bayi sebelum usia sampai dengan 6 bulan tidak dibenarkan memperoleh jenis makanan lain seperti buah, bubur susu, nasi lumat, gula merah, air gula, madu dan sebagainya. Sedangkan Ibu menyusui adalah seseorang wanita yang terkait penikahan dan telah melahirkan serta menyusui dengan proses alamiah (Roesli, 2009).

2.2.2 Persiapan Menyusui

Sebagai persiapan menyongsong kelahiran sang bayi, perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menentukan berhasilnya menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik. Juga dengan perawatan payudara yang baik puting tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi (Suraatmaja, 1997).

2.2.3 Langkah-langkah Menyusui yang Benar

1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

(28)

Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan putting susu atau areolanya saja.

4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks)

dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau, menyentuh sisi mulut bayi.

5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi (Roesli, 2009).

(29)

2.2.4 Posisi Menyusui

Posisi menyusui menurut Roesli (2009) ditinjau dari posisi badan ibu dan bayi :

1. Posisi cradle/madona

2. Posisi football/bawah lengan

3. Posisi double football/bawah lengan kanan dan kiri 4. Posisi cross cradle/transisi

5. Posisi Tidur miring 6. Posisi crisscross

Gambar 2.2 Posisi Badan Ibu dan Bayi (Roesli,2009)

2.2.5 Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI (Pendamping Air Susu Ibu).

2. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya.

(30)

4. Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (30-60 menit setelah lahir).

5. Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara).

6. Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman tambahan Iain sejak lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi.

8. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng.

10.Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan (Carlo,2011)

2.2.6 Manfaat Menyusui

1. Manfaat Menyusui bagi bayi

a. Bayi ASI lebih cerdas karena menyusui memberikan banyak stimulasi secara bersamaan pada bayi.

b. Menyusui meningkatkan kedekatan ibu dan bayi.

c. Setiap kali menyusui, bagian payudara yang masuk ke mulut bayi cukup besar sehingga pertumbuhan rahang cenderung bulat dan melebar untuk menyediakan tempat yang cukup bagi pertumbuhan gigi tetap dan mencegah pertumbuhan gigi yang tidak teratur.

d. Bagi Bayi asi berperan sebagai nutrisi, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan (Handy,2010 ; Roesli,2010)

2. Manfaat Menyusui bagi Ibu

a. Menyusui dapat membantu wanita mengurangi berat badan tambahan yang diperoleh sewaktu hamil.

b. Membantu rahim kembali ke ukuran normal dengan lebih cepat. c. Melindungi wanita dari kanker payudara kelak.

(31)

e. Melindungi kesehatan ibu (mengurangi pendarahan pasca persalinan, mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur, mengurangi anemia).

f. Memperpanjang kehamilan berikutnya.

g. Menghemat waktu (Handy,2010 ; Roesli,2010). 3. Manfaat Menyusui bagi Keluarga

a. Peningkatan status kesehatan, gizi ibu dan bayinya. b. Penghematan biaya (Handy,2010).

4. Manfaat Menyusui bagi Masyarakat

a. Berkontribusi untuk mengembangkan ekonomi.

b. Melindungi lingkungan (botol-botol bekas, dot, kemasan susu, dan lain-lain)

c. Menghemat sumber dana yang terbatas dan kelangkaan pangan. d. Berkontribusi dalam penghematan devisa negara (Handy,2010).

2.3ASI Eksklusif

2.3.1 Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim dari mulai lahir sampai berusia 4-6 bulan (Roesli, 2009).

(32)

pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI diteruskan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih. Pada keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan, misalnya terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif tidak berjalan dengan baik (Roesli, 2009).

Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi balita sekaligus mempercepat penurunan angka kematian bayi sehingga Indonesia dapat mencapai target Millenium Development Goals 4 (MDGs 4) yaitu, menurunkan angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Selain itu, ASI eksklusif juga dapat mencegah penyakit seperti diare dan pneumonia, yang menyebabkan 40% kematian balita di Indonesia. Pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama di Indonesia menurun 40% di tahun 2002 dan 32% pada tahun 2007 (UNICEF,2012).

2.3.2 Tujuan Pemberian ASI

1. ASI nilai gizinya, baik dalam jumlah maupun macamnya, sesuai dengan kebutuhan bayi.

2. Tidak memberatkan kerja pencemaan dan ginjal bayi. 3. Terhindar dari pencemaran kuman.

4. Memberikan kehangatan hubungan bayi dengan ibunya (Widodo, 2010).

2.3.3 ASI Memenuhi Kebutuhan Cairan Bayi

Rata-rata kebutuhan cairan bayi sehat sehari berkisar 80-100 ml/kg dalam minggu pertama usianya hingga 140-160 ml/kg pada usia 3-6 bulan. Jumlah ini dapat dipenuhi cukup dari ASI saja jika dilakukan pemberian ASI eksklusif dan tidak dibatasi (sesuai ‘permintaan’ bayi, siang dan malam), karena dua sebab (Lingkages,2002) :

1.ASI terdiri dari 88% air

(33)

bayi. Bahkan bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum — cairan kental kekuningan), tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan ‘keluar’ pada hari ketiga atau keempat.

2. ASI mempunyai kandungan bahan larut yang rendah

Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia tiga bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena ASI mengandung sedikit bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak anak-anak atau orang dewasa.

2.3.4 Stadium ASI

1. ASI Stadium I

(34)

kolesterol. Kandungan hidrat arang kolesterol lebih rendah dibandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi pada 3 hari pertama masih sedikit dan tidak memerlukan banyak kalori. Total kalori kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum (Roesli,2009).

2. ASI Stadium II

ASI stadium II adalah ASI peralihan.ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu (Roesli,2009).

3. ASI Stadium III

ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI (Roesli,2009).

2.3.5 Kandungan Gizi ASI

Pemberian ASI secara penuh dianjurkan oleh para ahli gizi di seluruh dunia. Tidak satu pun susu buatan manusia (formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi. ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi. Komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI (Krisnatuti, 2003) adalah:

1. Lemak

(35)

selaput isolasi yang mengelilingi serabut syaraf yang akan membantu rangsangan menjalar lebih cepat. Lemak berikutnya adalah kolesterol. Kolesterol juga meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Kandungan kolesterol ASI tergolong tinggi. ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi, yaitu sekitar 3,5%. Namun keduanya memiliki susunan asam lemak yang berbeda. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan asam lemak jenuh. Selain itu ASI mengandung asam lemak omega-3 yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Alat pencernaan bayi akan lebih cepat menyerap asam lemak tak jenuh dibandingkan menyerap asam lemak jenuh. Oleh karena itu, lemak ASI lebih cepat diserap oleh usus bayi dibandingkan lemak susu sapi.

2. Protein

Kualitas protein dalam makanan tergantung pada susunan asam amino dan mutu cernanya. Berdasarkan hasil penelitian, protein susu, telur, daging, dan ikan memiliki nilai gizi yang paling tinggi. Protein susu dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu kasein (casein) dan whey (laktalbumin, laktogobulin, dll). Kebutuhan protein ASI pada bayi sekitar 1,8 gram per Kg berat badan. Susu sapi mengandung 3,3% protein sehingga dengan pemberian susu sapi sebanyak 150-175 ml per Kg berat badan, paling sedikit bayi akan memperoleh 5 gram protein per Kg berat badan. Jumlah ini jauh melampaui kebutuhan standar sehingga akan merugikan bayi. Sekitar 80% susu sapi terdiri atas kasein, dimana sifat kasein sangat mudah menggumpal di dalam lambung sehingga sulit untuk dicerna oleh enzim proteinase.

3. Karbohidrat

(36)

laktosa yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan Lactobacillus dalam usus yang dapat mencegah terjadinya infeksi.

4. Mineral

Kandungan mineral dalam susu sapi empat kali lebih banyak dibanding kandungan mineral dalam ASI. Kandungan mineral yang tinggi pada susu sapi akan menyebabkan terjadinya beban osmolar, yaitu tingginya kadar mineral dalam tubuh. Akibatnya bayi sering kencing. Selain itu, kadar mineral yang tinggi akan memberi beban berlebihan pada ginjal bayi yang fungsinya belum sempurna sehingga keeimbangan air dalam tubuh akan terganggu.

5. Vitamin

Vitamin merupakan zat gizi yang esensial. Kekurangan vitamin tertentu dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan dan dapat menimbulkan penyakit tertentu. Sebaliknya pemberian vitamin yang berlebihan dalam jangka panjang akan mengakibatkan keracunan dan gangguan kesehatan. Kadar vitamin dalam ASI dan susu sapi agak berbeda. Apabila asupan makanan ibu cukup seimbang, kebutuhan vitamin untuk bayi dapat dipenuhi oleh ASI selama 4-6 bulan pertama.

6. Nutrien

Nutrien dalam ASI merupakan nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung nutrien – nutrien khusus diperlukan dalam otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien – nutrien tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat dalam susu sapi, antara lain (Roesli,2009)

a. Taurin

(37)

b. Laktosa

Merupakan hidrat arang utama dalam ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam susu sapi.

c. Asam Lemak Ikatan Panjang (DHA, AA, Omega-3, Omega-6) Merupakan asam lemak utama dari ASI yang hranya terdapat sedikit dalam susu sapi.

2.3.6 Volume ASI

Beberapa bulan terakhir dari masa kehamilan, kelenjar susu mulai memproduksi air susu. Air susu yang keluar pertama kali disebut kolostrum. Kolostrum berwarna kekuning-kuningan, sangat baik dikosumsi oleh bayi karena mengandung zat-zat yang berfungsi untuk kekebalan tubuh bayi. Apabila seorang bayi mengisap putting susu ibunya, segera setelah melahirkan, maka suplai air susu akan meningkat dengan cepat. Pada keadaan normal, sekitar 100 ml air susu akan tersedia pada hari kedua setelah bayi dilahirkan. Selanjutnya akan terus meningkat menjadi 500 ml pada minggu kedua setelah melahirkan. Produksi ASI yang paling optimal akan tercapai pada hari ke 10-14 setelah bayi dilahirkan. Jumlah ASI yang dikonsumsi oleh setiap bayi bervariasi. Artinya kebutuhan ASI antara individu bayi yang satu dengan yang lain berbeda. Selama 6 bulan pertama, volume ASI pada ibu sekurang-kurangnya sekitar 500-700 ml per hari, 6 bulan kedua sekitar 400-600 ml per hari dan 300-500 ml per hari setelah bayi berusia satu tahun (Krisnatuti, 2003).

2.3.7 Kebaikan ASI Sebagai Makanan Bayi

Kebaikan-kebaikan dari ASI sebagai makanan bayi adalah (Haryati,2009): 1) ASI cukup mengandung zat-zat makanan yang diperlukan bayi selama

(38)

2) ASI mengandung antibodi yang berasal dari ibunya sehingga bayi dapat mempertahankan tubuhnya dari gangguan beberapa jenis penyakit.

3) ASI sedikit sekali berhubungan dengan udara luar, maka kemungkinan masuknya bakteri sedikit sekali.

4) Temperatur ASI sesuai dengan temperature tubuh bayi.

5) Karena bayi sendiri yang mengatur jumlah susu yang akan diminum, maka bayi tidak mudah tersedak.

6) Dengan menyusu, maka rahang bayi terlatih menjadi kuat. 7) Menyusui bayi berarti memperat rasa kasih antara ibu dan anak.

8) ASI tidak usah dimasak atau diolah terlebih dulu, sehingga sangat memudahkan bagi ibu.

2.3.8 Imunologi pada ASI

Pengaruh imunologis berhubungan dengan kenyataan bahwa ASI kaya dengan berbagai faktor aktif khususnya antibodi. Sekretori IgA (sIgA) melindungi membran mukosa saluran pencernaan dan pernafasan, antibodi IgG dan IgM, hormon, antioksidan, vitamin, sitokin, faktor pertumbuhan, komponen, prostaglandin, granulosit, makrofag, serta limfosit B dan T (Aldy,2009).

Di dalam ASI terdapat 2 macam pertahanan, yaitu :

1. Pertahanan nonspesifik ASI a. Sel Makrofag

Sel makrofag ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat multiplikasi bakteri pada infeksi usus. Selain sifat fagositik, sel makrofag juga memproduksi lisozim, C3 dan C4, laktoferin, monokin seperti IL-1 serta enzim lainnya. Makrofag ASI dapat mencegah enterokolitis nekrotikans pada bayi (Aldy,2009).

b. Laktoferin

(39)

patogen. Kadar dalam ASI 1–6 mg/ml dan tertinggi pada kolostrum (600 mg/dL). Laktoferin juga terbukti menghambat pertumbuhan kandida (Aldy,2009).

c. Lisozim

Suatu enzim yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara, dapat memecah dinding sel bakteri Gram positif yang ada pada mukosa usus dan menambah aktifitas bakterisid sIgA terhadap E.coli dan beberapa Salmonella. Kadar dalam ASI 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua laktasi, bahkan sampai penyapihan. Dibandingkan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan volume (Aldy,2009).

d. Komplemen

Berupa komplemen C3 yang dapat diaktifkan oleh bakteri melalui jalur alternatif sehingga terjadi lisis bakteri. Juga mempunyai sifat opsonisasi sehingga memudahkan fagosit mengeliminasi mikroorganisme pada mukosa usus yang terikat dengan C3 aktif. Kadar C3 dan C4 dalam kolostrum sekitar 50%–70% kadar serum dewasa. Pada masa laktasi dua minggu, kadar komplemen menurun dan kemudian menetap, yaitu kadar C3 dan C4 masing-masing 15 mg/dL dan 10 mg/dL (Aldy,2009).

e. Granulocyte Colony – Stimulating Factor (G-CSF)

Merupakan sitokin spesifik yang dapat menambah pertahanan anti bakteri melalui efek proliferasi, diferensiasi dan ketahanan neutrofil. Mengeluarkan reseptornya dalam vili usus bayi dan kadar meningkat pada dua hari post partum (Aldy,2009).

f. Oligosakarida

(40)

g. Musin

Melapisi membran lemak susu dan mempunyai sifat antimikroba, dengan cara mengikat bakteri dan virus serta segera mengeliminasi dari tubuh. Musin dapat menghambat adhesi E.coli dan rotavirus. Disamping itu ASI mengandung enzim PAF-hidrolase yang dapat memecah PAF yang berperan pada enterokolitis nekrotikans. Lactadherin protein globule fat pada ASI dapat merusak membran pembungkus virus. Kvistgaard dkk mendapatkan bahwa PAF-hidrolase dapat melindungi bayi dari infeksi Rotavirus (Aldy,2009).

h. Lipase

Membentuk asam lemak dan monogliserida yang menginaktivasi organisme, sangat efektif terhadap Giardia lamblia dan Entamoeba histolytica (Aldy,2009).

i. Interferon dan Fibronektin

Mempunyai aktifitas antiviral dan menambah sifat lisis dari leukosit susu (Aldy,2009).

j. Protein Pengikat Vitamin B12 dan Asam Folat

Menjadi antibakteri dengan menghalangi bakteri seperti E.coli dan

bacteroides untuk mengikat vitamin bebas sebagai faktor pertumbuhan (Aldy,2009).

k. Probiotik

Bayi yang mendapat ASI mempunyai kandungan Lactobacilli yang tinggi, terutama Lactobacillus bifidus (Bifidobacterium bifidum). Glikan merupakan komponen ASI yang menstimulasi pertumbuhan dan kolonisasi L. bifidus. Kuman ini akan mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat, situasi asam dalam cairan usus akan menghambat pertumbuhan E. Coli (Aldy,2009).

l. Faktor Protektif Lainnya

(41)

sehingga dapat menghambat penetrasi mikroorganisme maupun makromolekul. Fraksi asam ASI mempunyai aktifitas antiviral. Monogliserida dan asam lemak tak jenuh yang ada pada fraksi ini dapat merusak sampul virus. Dalam ASI terdapat faktor ketahanan terhadap infeksi stafilokokus yang dinamakan faktor antistafilokokus dan komponen yang menyerupai gangliosid yang dapat menghambat

E.coli dan mengikat toksin kolera dan endotoksin yang menyebabkan diare (Matondang, 2010).

2. Pertahanan Spesifik ASI

a. Limfosit T

Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat pada ASI dan mempunyai fenotip CD4 dan CD8 dalam jumlah yang sama. Sel limfosit T ASI responsif terhadap antigen K1 yang ada pada kapsul

E.coli. Sel limfosit T ASI, merupakan subpopulasi T unik yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sistem imun lokal juga dapat mentransfer imunitas selular tuberkulin dari ibu ke bayi yang disusuinya.

b. Limfosit B

(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2Definisi Operasional 3.2.1 ASI eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan.

3.2.2 Pengetahuan

Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif.

Cara ukur : wawancara

Alat ukur : Kuesioner sebanyak 15 pertanyaan. Pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban - jawaban yang benar diberi skor 1 - jawaban yang salah diberi skor 0 Hasil ukur : (Baik, Cukup, Kurang)

Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan :

- Pendidikan Ibu - Usia Ibu

Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6

(43)

Aspek kategori pengukuran pengetahuan yaitu:

a. Baik : Apabila responden menjawab dengan benar dengan skor 76-100 %, dengan nilai 11-15.

b. Cukup : Apabila responden menjawab dengan benar dengan skor 60-75%, dengan nilai 9-10.

c. Kurang : Apabila responden mendapat skor < 60 %, dengan nilai < 9

(44)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional).

4.2Lokasi dan Waktu

4.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadungetas Kabupaten Klaten.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu untuk melakukan penelitian yang digunakan dalam meneliti dimulai dari bulan Juli - Agustus 2013.

4.3Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadungetas Kabupaten Klaten bulan Juli – Agustus 2013.

4.3.2 Sampel

Menurut Nursalam (2008) jika populasi < 100 orang, maka pengambilan sampel dilakukan secara total sampling, yaitu seluruh populasi diambil sebagai sampel sebanyak 46 orang

4.4Teknik Pengumpulan Data

(45)

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010).

4.5Pengolahan dan Analisa Data

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

5.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 bulan dilakukan di Puskesmas Wonosari 1, Desa Wadungetas Kabupaten Klaten. Puskesmas Wonosari 1 mempunyai wilayah kerja yang meliputi 9 (sembilan) desa, yaitu Tegalgondo, Wadungetas, Bolali, Sukorejo, Sekaran, Boto ,Bentangan, Duwet, dan Bulan dengan batas – batas sebagai berikut: (Gambar 5.1)

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo

b.Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Juwiring c. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Delanggu d.Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pandanan

(47)

Desa Wadungetas sendiri memiliki luas wilayah 126,935 HA serta memiliki 20 RT (Rukun Tetangga) dan 5 RW (Rukun warga) dengan batas – batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tegalgondo b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kepanjen c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sidomulya d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sekaran

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi penelitian ini adalah ibu – ibu yang berkunjung ke Posyandu Desa Wadungetas Kabupaten Klaten dan memiliki bayi usia 0-6 bulan sebanyak 46 orang. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya meliputi : usia, pendidikan, pekerjaan. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel – tabel dibawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi (F) Persentase (%)

18 -21 tahun 6 13 22 - 25 tahun 13 28,3 26 - 29 tahun 9 19,6 30 -33 tahun 9 19,6 34 - 37 tahun 4 8,7 38 - 41 tahun 4 8,7 42 - 45 tahun 1 2,1

Total 46 100

(48)

(8,7%), usia 38-41 tahun sebanyak 4 responden (8,7%), sedangkan yang berusia 42-45 tahun sebanyak 1 responden (2,1%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Frekuensi (F) %(Persentase)

SD 1 2,2

SMP 15 32,6

SMA 25 54,3

Perguruan Tinggi 5 10,9

Total 46 100,0

Pada Tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa pendidikan SMA memberikan persentase terbesar sebesar 54,3% sebanyak 25 responden.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi (F) Persentase (%)

Ibu Rumah Tangga 26 56,5 Pegawai Swasta 10 21,7 Petani 2 4,3

PNS 4 8,7

Wiraswasta 4 8,7

Total 46 100

Pada Tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa pekerjaan Ibu Rumah Tangga memberikan persentase terbesar 56,5% sebanyak 26 responden.

5.1.3 Gambaran Pengetahuan Responden

(49)

frekuensi jawaban kuesioner responden dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

No. Pengetahuan

Skorsing

Benar Salah

F % F %

1. Pengertian Asi Eksklusif 41 89,1 5 10,9 2. Pengertian Asi Eksklusif 20 43,5 26 56,5 3. Warna ASI pertama keluar

(Kolostrum) 36 78,3 10 21,7 4. Peranan Kolostrum 41 89,1 5 10,9 5. Manfaat menyusui bagi bayi 40 87 6 13 6. Sifat ASI 33 71,7 13 28,3 7. Manfaat menyusui bagi bayi 36 78,3 10 21,7 8. Langkah menyusui yang benar 23 50 23 50 9. Langkah menuju keberhasilan

menyusui 34 73,9 12 26,1 10. Manfaat Menyusui bagi Ibu 39 84,8 7 15,2 11. Kandungan gizi ASI 28 60,9 18 39,1 12. Kandungan ASI 45 97,8 1 2,2 13. Kebaikan ASI sebagai makanan

bayi 41 89,1 5 10,9 14. ASI memenuhi kebutuhan cairan

bayi 38 82,6 8 17,4 15. Perda nomor 7 tahun 2008 37 80,4 9 19,6

(50)

Distribusi Frekuensi jawaban responden berdasarkan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat diketahui bahwa responden yang menjawab pertanyaan – pertanyaan yang paling dijawab benar sebanyak 41 responden (89,1%) sedangkan responden yang menjawab pertanyaan – pertanyaan yang paling dijawab salah sebanyak 26 responden yaitu 56,5%.

Distribusi Frekuensi jawaban responden berdasarkan pengetahuan ibu tentang kandungan ASI Eksklusif dapat diketahui bahwa responden yang menjawab pertanyaan – pertanyaan yang paling dijawab benar sebanyak 41 responden yaitu sebesar 89,1% sedangkan responden yang menjawab pertanyaan – pertanyaan yang paling banyak dijawab salah sebanyak 18 responden yaitu sebesar 39,1%.

Distribusi Frekuensi jawaban responden berdasarkan pengetahuan ibu tentang Manfaat ASI Eksklusif dapat diketahui bahwa responden yang menjawab pertanyaan – pertanyaan yang paling banyak dijawab benar sebanyak 40 responden yaitu sebesar 87% sedangkan responden yang menjawab pertanyaan – pertanyaan yang paling banyak dijawab salah sebanyak 10 responden yaitu sebesar 21,7%.

5.1.4 Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 tingkatan yaitu baik, cukup dan kurang. Tingkat pengetahuan baik apabila responden menjawab 11-15 pertanyaan dengan benar. Cukup apabila responden menjawab dengan nilai 9-10 pertanyaan dengan benar. Kurang apabila responden hanya dapat menjawab <9 pertanyaan dengan benar.

(51)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Tingkat

Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)

Kurang 3 6,5

Cukup 5 10,9

Baik 38 82,6

Total 46 100,0

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa ibu dengan pengetahuan baik memiliki persentase 82,6% sebanyak 38 orang, ibu dengan pengetahuan cukup 10,9% sebanyak 5 orang dan ibu dengan pengetahuan kurang 6,5% sebanyak 3 orang. Jadi, dapat disimpulkan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1 Desa Wadungetas Kabupaten Klaten adalah baik.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pendidikan Responden dengan Tingkat Pengetahuan Responden

Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Kurang Cukup Baik Total (F) (%) (F) (%) (F) %)

SD 1 100 0 0 0 0 1 SMP 1 6, 67 3 20 11 73,3 15 SMA 1 4 2 8 22 88 25 Perguruan

Tinggi 0 0 0 0 5 100 5

(52)

Pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa persentase terbesar dengan tingkat pengetahuan baik adalah ibu yang mendapatkan pendidikan diperguruan tinggi yaitu sebanyak 5 responden (100%), sedangkan persentase terbesar dengan tingkat pengetahuan cukup adalah ibu yang mendapatkan pendidikan diSMP yaitu sebanyak 3 orang (20%), dan persentase terbesar dengan tingkat pengetahuan kurang adalah ibu yang mendapatkan pendidikan diSD yaitu sebanyak 1 responden(100%).

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Usia Responden dengan Tingkat Pengetahuan Responden

Usia

Tingkat Pengetahuan

Total Kurang Cukup Baik

(F) (%) (F) (%) (F) (%)

18 -21 tahun 0 0 2 33,3 4 66,7 6 22 - 25 tahun 1 7,7 1 7,7 11 84,6 13 26 - 29 tahun 1 11,1 0 0 8 88,9 9 30 -33 tahun 0 0 1 11,1 8 88,9 9 34 - 37 tahun 1 25 0 0 3 75 4 38 - 41 tahun 0 0 0 0 4 100 4 42 - 45 tahun 0 0 1 100 0 0 1

Total 3 6,5 5 10,9 38 82,6 46

(53)

5.2 Pembahasan

Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1 Desa Wadungetas Kabupaten Klaten adalah baik, yaitu sebanyak 38 orang (82,6%). Sementara itu, sebanyak 5 orang responden (10,9%) memiliki gambaran pengetahuan cukup, sedangkan untuk gambaran pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (6,5%).

Menurut analisa peneliti, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam menerima dan menambah pengetahuan. Seseorang akan lebih cepat menanggapi suatu pengetahuan jika didukung oleh tingkat pendidikan yang memadai. Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat diketahui bahwa persentase terbesar dengan tingkat pengetahuan baik adalah responden yang mendapatkan pendidikan diperguruan tinggi yaitu sebanyak 5 responden (100%), sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan cukup adalah responden yang mendapatkan pendidikan diSMP yaitu sebanyak 3 orang (20%), dan ibu dengan tingkat pengetahuan kurang adalah responden yang mendapatkan pendidikan diSD yaitu sebanyak 1 responden (100%). Kesimpulan peneliti, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah memperoleh pengetahuan atau wawasan tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Namun, pada penelitian ini didapatkan distribusi sampel yang tidak merata yaitu, kurangnya responden dari tingkat pendidikan SD dan perguruan tinggi.

Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo.S (2005) bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan adalah suatu proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

(54)

pengetahuan baik dimiliki pada rentang usia 38 - 41 tahun yaitu sebanyak 1 responden (100%), sedangkan tingkat pengetahuan cukup dimiliki pada rentang usia 42-45 tahun yaitu sebanyak 1 responden (100%), tingkat pengetahuan kurang dimiliki pada rentang usia 34 - 37 tahun yaitu sebanyak 1 responden (25%). Kesimpulan peneliti, bahwa umur tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini. Masih banyak faktor – faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan seperti pendidikan, minat, pengalaman, ekonomi, Informasi dan kebudayaan atau lingkungan.

(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan pada ibu tentang tingkat pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1 Desa Wadungetas Kabupaten Klaten, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari 46 responden didapati bahwa ibu dengan pengetahuan baik sebanyak 38 responden (82,6%), Sementara itu, sebanyak 5 orang responden (10,9%) memiliki gambaran pengetahuan responden tergolong cukup, sedangkan untuk ibu dengan gambaran pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (6,5%). Jadi disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Wonosari 1 Desa Wadungetas Kabupaten Klaten adalah baik.

2. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan baik mendapatkan pendidikan diperguruan tinggi yaitu sebanyak 5 responden (100%), tingkat pengetahuan cukup mendapatkan pendidikan diSMP yaitu sebanyak 3 orang (20%), dan tingkat pengetahuan kurang mendapatkan pendidikan diSD yaitu sebanyak 1 responden(100%). Jadi, disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah memperoleh pengetahuan atau wawasan tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan

(56)

responden (25%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa umur tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini. Masih banyak faktor – faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan seperti pendidikan, minat, pengalaman, ekonomi, Informasi dan kebudayaan atau lingkungan

4. Berdasarkan penelitian, responden mayoritas mengetahui tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan namun tidak seluruhnya mengetahui tentang Peraturan Daerah tentang ASI Eksklusif. Namun, atas dasar terbentuknya Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2008 dikabupaten Klaten, Pihak pemerintah (Posyandu serta Puskesmas) menjadi lebih giat memberikan penyuluhan kepada para ibu melalui kader – kader serta para bidan.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu seperti informasi, sosial budaya, sosial ekonomi, dan pengalaman, karena semakin banyak informasi yang diperoleh maka akan semakin tinggi pemahaman dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Aldy, Omar S, dkk. 2009. Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi. Sari Pediatri.

Asriani, Desintha Dwi,dkk. 2012. Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian

ASI Eksklusif Kabupaten Klaten. Available form :

Azwar, Saifuddin.2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Carlo,Waldemar.2011. The Fetus and The Neonatal Infant. Dalam : Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia:Elsevier Saunders

Handy,Fransisca.2010. Panduan Menyusui & Makanan Sehat Bayi. Jakarta:Pustaka Bunda

Haryati, Aslis W. 2009. Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta:EGC

Hidayat,A.Aziz alimul.2007. Metode penelitian kesehatan dan teknik analisa data. Jakarta:Salemba medika

Hidajati, Arini. 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui?. Yogyakarta:Flashbooks.

Lingkages. 2002. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI saja: Satu – Satunya Sumber

Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Available from :

http://www.gizi.depkes.go.id/asi/download/linkages-asi1.pdf (accessed 10 April 2013)

Krisnatuti, D., & Yenrina, R. ( 2003 ). Menyiapkan makanan pendamping ASI. Jakarta : Puspa Swara.

(58)

Nursalam, 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.Jakarta: salemba medika

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Riset Kesehatan. Jakarta rineka cipta 2003. Pendidikan dan prilaku kesehatan. Jakarta rineka cipta

Perda Klaten. 2008. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun

2008.Available from :

Pratiwi, Rini. 2011. Analisis Formulasi dan Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Kabupaten Klaten. Masters thesis, UNIVERSITAS DIPONEGORO. Available form :

Roesli, Utami. 2009. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya. 2009. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda

2010. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Suraatmaja,S; 1997. Aspek Gizi Air Susu Ibu. Dalam: ASI: Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:EGC.

UNICEF.2012. Mari jadikan ASI eksklusif prioritas nasional, kata UNICEF. Available form :

Sastroasmoro,Sudigdo. 2011. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:Sagung Seto

10 April 2013).

Wahyuni, Arlinda Sari, 2007. Stastitika Kedokteran(Disertai Aplikasi dengan SPSS). Jakarta:Bamboedoea Communication.

Widodo, Rahayu. 2010. Pemberian Makanan, Suplemen, & Obat Pada Anak.

(59)

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Gheavita Chandra Dewi Tempat / Tanggal Lahir : Pontianak/ 5 Januari 1993 Agama : Islam

Alamat : Perumahan Taman Cemara no.A3, Klaten Orang Tua (Ayah) : Dr. Haryono, SE, Msi, Ak

Orang Tua (Ibu) : Rusmiyati, SpD, Mpd Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1996-1998 : TK Al-Fitroh Surabaya 2. Tahun 1998-2004 : SD Negeri 27 Pontianak 3. Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 1 Delanggu 4. Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 1 Klaten 5. Tahun 2010-sekarang : Fakultas Kedokteran

USU Medan (2010) Riwayat Pelatihan :

1. Workshop on Basic Emergency Skills Emergency Rescue Committee (MER-C) (2010)

2. RJPO TBM PEMA FK USU (2010)

3. Workshop Hewan Coba SCORE PEMA FK USU (2010)

4. LKMM Lokal PEMA FK USU (2011) 5. BLS & Traumatology TBM FK USU (2011) Riwayat Organisasi :

(60)

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif

pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Wonosari 1,

Desa Wadungetas Kabupaten Klaten

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Bacalah pertanyaan yang ada dengan baik.

2. Pilih jawaban menurut pendapat saudara dengan memberi tanda centang (√) pada kolom jawaban yang terdiri dari 2 pilihan : benar ( + ) atau salah ( - ) 3. Jawaban akan dijaga kerahasiannya dan hanya akan digunakan untuk

penelitian ini.

4. Mohon kuesioner ini diisi dengan sejujur-jujurnya.

5. Terima kasih atas kesediaan ibu dalam menjawab pertanyaan ini dan jika telah selesai dalam mengisi jawaban mohon dikembalikan kepada kami.

A. IDENTITAS RESPONDEN :

1. No. Responden : ... (Diisi oleh peneliti) 2. Nama : ... (Diisi oleh peneliti) 3. Umur : ...

4. Pendidikan

(61)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI

PADA BAYI USIA 0 – 6 BULAN

NO PERTANYAAN

BENAR ( + )

SALAH ( - ) 1. ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang

diberikan kepada bayi tanpa makanan dan minuman tambahan lain sejak bayi lahir sampai bayi berusia 6 bulan (sesuai dengan Perda no.7 tahun 2008)

2. Bayi usia 0-6 bulan dapat diberi madu

3. ASI yang keluar pada hari pertama sampai hari ketiga atau keempat yang biasanya berwarna kuning atau kekuning- kuningan disebut Kolostrum

4. Kolostrum mengandung zat kekebalan lebih banyak dari susu setelah 1 minggu

5. ASI dapat mempengaruhi kecerdasan, perkembangan dan pertumbuhan bayi

6. ASI bersifat praktis dan mudah diberikan kepada bayi tetapi tidak bersih

7. Manfaat pemberian ASI Ekslusif pada bayi yaitu hanya untuk menghilangkan rasa haus saja

8. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan ke puting

(62)

10. Menyusui dapat membantu ibu mengurangi berat badan tambahan yang diperoleh sewaktu hamil.

11. Laktosa adalah salah satu sumber karbohidrat pada ASI dan berfungsi mencegah terjadinya infeksi di usus bayi

12. ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi

13. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang berasal dari ibunya sehingga bayi dapat mempertahankan tubuhnya dari gangguan beberapa jenis penyakit.

14. Kebutuhan cairan pada bayi usia 0-6 bulan dapat tercukupi hanya dari ASI Eksklusif saja 15. Kabupaten Klaten mempunyai Peraturan

Gambar

Gambar 2.1 Posisi mulut bayi saat menyusui (Roesli, 2009)
Gambar 2.2 Posisi Badan Ibu dan Bayi (Roesli,2009)
Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari 1
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
+5

Referensi

Dokumen terkait

Secara berkelompok dan dengan bimbingan fasilitator berdiskusi terkait konsep dan prinsip komunikasi efektif dalam pembelajaran serta kegunaan pengetahuannya

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kematangan buah mentimun berbasis citra digital menggunakan algoritma jaringan syaraf tiruan backpropagation berdasarkan tekstur

Nilai Taksiran/ Biaya Pembelian baru diisi dengan nilai &#34;Biaya Pembelian baru&#34; yang diambil dari Standarisasi Harga Barang dan Jasa yang diterbitkan oleh

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pemerolehan acqusition bahasa adalah suatu teori siasat yang dimiliki dan dibutuhkan oleh anak-anak untuk

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. LEMBAR

Hasil uji Friedman pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai tekstur tahu interaksi antara lama simpan dan jenis konsentrasi

EVALUASI KONSUMEN TERHADAP RANCANGAN DESAIN WEBSITE ATHA SHOP BERDASARKAN KRITERIA ‘7C’ WEBSITE

menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas tes termasuk dalam kategori (0,800-1,000), maka instrument dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian dapat