• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sinus Lifting Untuk Pemasangan Implan Pada Rahang Atas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sinus Lifting Untuk Pemasangan Implan Pada Rahang Atas"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

1. Grag KA. The historical development of dental implants. In: Grag KA. Implant dentistry a practical approach. Miami, Florida:Mosby Elsevier,2010:

1-13:203-207.

2. Miller M. Implant dental nursing. London:Blackwell Munksgaard, 2008:1-7:77-99: 120-142.

3. Tucker MR, Farrell BB,Farrell BC. Preprosthetic surgery. In : Hupp JR, Ellis E, Tucker MR ed. Contemporary oral and maxillofacial surgery.

Miami,Florida: Mosby Elseivier, 2008: 241-242: 261-262: 282-5.

4. Anonymous. Preparing the jaw for a dental implant: The sinus lift procedure.

<http

5. Sanchez-Recia C, Diago M, Diago M, Penarrocha-Diago D. Maxillary sinus lift performed using ultrasound. Evaluation of 21 patients. J Medical Oral Patology and Oral Surgery 2010 Mar 1;15(2):e371-4.

6. Anonymous. Dental implants:replacement teeth that look and feel like your

own

7. Anonymous. Dental implants purpose. <http://

8. Anonymous. Types of dental implants. <http:// dentalimplant411.com/dental-implants-problems.html> (22 Nov 2011).

(2)

10.B Srinivasan. Introduction to dental implantology. In : Textbook of oral and maxillofacial surgery. Delhi:India.Elseiver. 2005:472-486.

11.Anonymous. Implants indications and contraindications. <http:// www.laimplants.net/FredStalley_DI_Ind.htm > (22 Nov 2011). 12.Anonymous. Advantages of implants. <http://

www.webmd.com/oral-health/dental-implants > ( 22 Nov 2011).

13.Anonymous. Disadvantages of implants. < http://

dentalimplant411.com/dental-implants-problems.html >( 22 Nov 2011). 14.Anonymous. Advantages and disadvantages of dental implants. http://

ezinearticles.com/?Advantages-and-Disadvantages-of-Dental-Implants&id=1873673>

15.Tiwana PS,Kushner GM,Haug RH. Maxillary sinus augmentation. In:The dental clinic of North America. Kentucky, North America: Saunders Elsevier.

2006:409-424.

( 23 Nov 2011).

16.Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi,India:Elsevier. 2009:323-324, 335-336.

17.Jensen OT ed. The sinus bone graft. Warsaw:Quintessence Publishing Co,Inc. 1999:1-2,7-11,201-207.

18.John MA,Farish SE. Sinus lift for implants. In:Bagheri SC, Chris Jo eds. Clinical review of oral and maxillofacial surgery. USA:Mosby Elsevier.

(3)

19.Welch Todd. Types of maxillary sinus augmentation.< http://www. webdental.com/profiles/blogs/types-of-maxillary-sinus

20.Toffler M. Minimally invasive sinus floor elevation procedures for simultaneous and staged implant placement. New York Science Dental

Journal 2004 November:39-44.

> (2 Des 2011,20:56).

21.Wallace SS,Froum SJ. Pre-implant surgical interventions with focus on the maxilla. In: Jokstad A. Osseointegration and dental implants. Toronto,

Canada:Wiley-Blackwell.2009:167-171.

22.Soltan M,Smiler DG. Trephine bone core sinus elevation graft. J Implant Dentistry 2004;13(2):148-150.

23.Nelson Kim-Hung,Edmond Ho-Nang Pow. A Modified internal sinus-lift technique and simultaneous installatio of a wide-diameter implant:A case

report. Hong Kong Dent J 2009;6:98-120.

24.Samuel Lee, Grace Kang Lee, Kwang-bum Park,Thomas Han. Redefining perioplastic surgery. The Journal of Implant and Advanced Clinical Dentistry

2009 March;1(1):76-88.

25.Samuel Lee, Grace Kang Lee, Kwang-bum Park,Thomas Han. Crestal window sinus lift,”Minimally invasive,predictable, and systematic approach

to sinus grafting. <http://

(4)

27.Leon Chen, Jennifer Cha. An 8-year retrospective study:1.100 patients receiving 1.557 implants using the minimally invasive hydraulic sinus

condensing technique. J Periodontal 2005;76(3):482-491.

28.Abadzhiev M. Alternative sinus lift techniques. Journal of IMAB 2009;2:23-27.

29.Anonymous. Hydraulic sinus condensing.

<http://www.diiarcadia.com/default.asp?pid=8&l=1&s=17134> (2 Des 2011 12:02 PM).

30.Sotirakis EG, Gonshor A. Elevation of the maxillary sinus floor with hydraulic pressure. J Oral Implantology 2005;31(4):197-199.

31.Soltan M, Smiler DG. Antral membrane balloon elevation. J Oral Implantology 2005;31(2):85-87.

32.Rodriguez GN, Katayama AY, Cardoso RF. Subantral augmentation utilizing the zimmer sinus lift balloon technique.

2011).

33.Penarrocha-Diago M, Galan-Gill S, Carrillo-Garcia C, Penarrocha-Diago D, Penarrocha-Diago M. Transcrestal sinus lift and implant placement using the sinus balloon technique. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2012

(5)

34.Krennmair G, Krainhofner M, Schmid-Schwap M, Piehslinger E. Maxillary sinus lift for single implant-supported restorations:A clinical study. Int J Oral

Maxillofacial Implants 2007;22:351-358.

35.Ferrer JR, Penarrocha-Diago M, Carbo GJ. Analysis of the use of expansion osteotomes for the creation of implant beds. Technical contributions and

review of the literature. Med Oral Patol Oral Cir cBucal 2006;11:266-271.

36.Steigmann M. A comparative study of bilateral sinus lifts performed with platelet-rich plasma alone versus alloplastic graft material reconstructed with

blood. J Implant Dentistry 2005;14(3):261-266.

37.Ye Lin, Hu Xiulian, Metzmacher AR, Haiyan Luo, Heberer S, Nelson K. Maxillary sinus augmentation following removal of a maxillary sinus

pseudocyst after a sortened healing period. J Oral Maxillofacial Surgery

2010;68:2856-2860.

38.Ardekian L, Oved Peleg E, Mactei EE,Peled M. The clinical significance of sinus membrane perforation during augmentation of the maxillary sinus. J

Oral Maxillofacial Surgery 2006;64:277-282.

39.Leon Chen, Jennifer Cha, Hsin-Chen Chen, Hong Liang Lin. Sinus

perforation:Treatment and classification. The Journal of Implant&Advanced

(6)

BAB 3

SINUS LIFTING

Proses pencangkokan tulang pada sinus maksilaris untuk tujuan prostodontik sangat jarang dilakukan. Pertama sekali diperkenalkan oleh Boyne (1980) dengan tujuan meningkatkan volume tulang dan penebalan jaringan tulang untuk pemasangan implan. Namun, beberapa pasien memiliki keadaan rongga mulut yang tidak dapat menerima protesa yang konvensional seperti tuberositas yang membesar sehingga mempersempit ruang antarrahang sehingga tidak memungkinkannya pemasangan gigitiruan penuh pada rahang atas dan bawah. Ada pula pasien yang memiliki anatomi sinus maksilaris yang besar dan meluas hingga apikal gigi posterior maksila yang menyebabkan tidak dapat dilakukannya pembuangan tulang demi mendapatkan ruang antarrahang yang cukup karena dekatnya sinus dengan tulang rahang. 15,16

(7)

Sebagai hasil dari resopsi tulang dan meningkatnya volume udara pada sinus maksilaris menyebabkan hanya sedikit ketinggian tulang yang tersisa antara batas tulang rahang dengan sinus maksilaris. Sehingga dalam perencanaan pemasangan implan pada posterior rahang atas, para dokter gigi harus menyisakan sekitar 1mm ketebalan tulang antara dasar sinus dengan implan. Hal ini diharapkan agar implan dapat terjangkar di dalam tulang kortikal. Jika ketinggian tulang tidak adekuat untuk pemasangan implan, maka diperlukan augmentasi tulang ke dalam sinus maksilaris yang biasa disebut dengan sinus lifting merupakan salah satu pertimbangan yang baik untuk mendapatkan kembal ketinggian tulang yang adekuat untuk pemasangan implan.17

Untuk memperbaiki keadaan tersebut, membran Schnederian diangkat dan kemudian dimasukkan bahan pencangkokan tulang pada dasar sinus. Setelah tiga bulan, ketinggian tulang bertambah tanpa adanya bahaya akan penembusan ke dalam sinus (perforasi). Prosedur unik inilah yang biasanya disebut dengan sinus lifting atau pengangkatan dasar sinus. 17

3.1Pengertian

Sinus lifting adalah suatu proses atau teknik pengangkatan dasar sinus

(8)

mengalami defisiensi, terutama pada bagian posterior maksila. Sinus lifting juga merupakan prosedur pembedahan yang relatif aman dan memiliki prevalensi komplikasi yang cukup rendah serta relatif mudah dilakukan dengan hasil yang bisa diprediksi. 2,3,4

3.2Macam-macam Sinus Lifting

Pengangkatan dasar sinus maksilaris telah menjadi strategi yang terkenal diantara para dokter gigi. Hal ini disebabkan oleh hasil dari teknik ini yang mudah diprediksi, memiliki prevalensi komplikasi yang rendah dan merupakan teknik yang sederhana.18

Pengangkatan dasar sinus dengan teknik sinus lifting dilakukan dengan tujuan untuk menambah volume tulang agar dapat dilakukan pemasangan implan. Namun, sinus lifting memiliki beberapa teknik yang dipilih berdasarkan anatomi, dan

kasus-kasus individual pasien. Secara garis besar, hal ini yang mengakibatkan teknik sinus lifting dibagi menjadi dua teknik, yaitu Internal Sinus Lifting dan External Sinus

Lifting (Lateral Window Approach). 19,20

3.2.1 External Sinus Lifting ( Lateral Window Approach )

(9)

sinus dengan membuat suatu jendela ( bony window ) pada sisi bukal ( lateral ) maksila untuk mendapatkan akses langsung ke dasar sinus, membran Schneiderian kemudian diangkat dan bahan pencangkokan tulang yang berupa campuran dari autogenous dan allograft dimasukkan dari jendela yang telah dibuat tersebut ke

dalam sinus hingga mencapai ketinggian yang diinginkan. 2,19,20

Teknik ini digunakan karena keuntungannya yang berupa pandangan kerja yang langsung bagi dokter gigi, peletakkan bahan pencangkokan tulang yang akurat, volume bahan pencangkokan yang diperlukan lebih terprediksi dan akurat, dan pembukaan membran lebih mudah untuk dilakukan serta memiliki derajat keberhasilan yang cukup tinggi. 19,22,23

Walaupun teknik ini memiliki derajat keberhasilan yang cukup tinggi serta penatalaksanaan yang relatif mudah, tetapi teknik ini memiliki tingkat komplikasi yang relatif tinggi juga seperti terjadinya perforasi saat dilakukannya pembukaan jendela dan saat pengangkatan sinus, pembengkakan dan adanya rasa sakit. Teknik ini pun melibatkan pembuatan flep yang cukup besar di bawah mucogingival junction sehingga memerlukan bidang pembedahan yang cukup luas, teknik ini juga meliputi prosedur pembedahan yang panjang. 22-25

3.2.2 Internal Sinus Lifting

Internal sinus lifting merupakan satu teknik yang paling konservatif. Teknik

(10)

yang diperlukan untuk mencegah terjadinya perforasi sinus. Prosedur ini cenderung memiliki trauma yang lebih kecil dibandingkan teknik external sinus lifting. Keuntungan lain dari teknik ini adalah dapat dilakukan bersamaan dengan pemasangan implan secara langsung tanpa memerlukan masa pasca pembedahan yang relatif panjang. 19,26

Internal sinus lift pertama sekali dikenalkan oleh Summer (1994), yang

merupakan prosedur transeptal. Sejak saat itu, banyak teknik yang merupakan modifikasi dari teknik ini seperti, Crestal Core Elevation (CCE) oleh Toffler pada tahun 2001, Hydraulic Sinus Condensing oleh Chen dan Cha pada tahun 2005, dan Balloon Sinus Elevation oleh Kfir pada tahun 2007. 21

3.2.2.1Crestal Core Elevation

Teknik ini merupakan salah satu modifikasi dari teknik internal sinus lifting dimana teknik ini cenderung lebih aman dibandingkan dengan teknik external sinus lifting yang memiliki banyak kekurangan. Teknik ini menawarkan

keuntungan-keuntungan yang lebih konvensional, augmentasi yang lebih terlokalisir, dan derajat komplikasi yang lebih rendah. 20,24

(11)

Tidak seperti teknik internal sinus lifting yang konvensional yang menggunakan trephine bur dengan kecepatan 700-1000 rpm dan irigasi yang banyak, teknik ini menggunakan trephine bur dengan kecepatan yang lebih rendah, 40-50 rpm tanpa irigasi yang terlalu banyak, sehingga kenyamanan pasien dan visualisasi dokter lebih terjaga. Jarak di antara alveolar crest dan dasar sinus ditandai sesuai dengan trephine bur. Kemudian trephine diposisikan pada alveolar crest dengan menyisakan

jarak setidaknya 2mm tulang kortikal pada bagian bukal dan palatal antara trephine dengan gigi tetangga. Trephine akan memisahkan inti tulang dari tulang alveolar.

Setelah inti tulang telah terpisah dari tulang alveolar, dari inti tulang akan

diintrusikan ke dalam atau diketuk secara perlahan dengan menggunakan jari atau dengan core osteotome ke dalam soket sinus untuk mengangkat membran Schneiderian. Setelah itu dilakukan pengisian dan pemadatan bahan pencangkokan

secukupnya tulang.20,22,25

Alat-alat yang digunakan pada teknik ini berupa pointed trephine pada keceptan 50 rpm untuk menandai lokasi yang akan dilakukan pengeburan dan hanya akan penetrasi hingga tulang kortikal, trephine dengan adjustable stopper yang digunakan untuk menandai kedalaman yang ingin dicapai, mushroom elevator sebagai probe untuk merasakan dasar sinus, cobra elevator untuk mengangkat dasar sinus lebih jauh, dan core osteotome untuk mengetuk inti tulang dengan ketebalan

(12)

Gambar 6. Teknik CCE, A. Preparasi CCE dengan diameter 5mm dan 4mm . B. Kedua inti tulang didorong masuk ke dalam rongga yang tercipta.

C. Pengisian bahan pencangkokan tulang hingga padat. D. Penyembuhan pasca operasi. (Michael Toffler. The crestal core elevation : An alternative to lateral window. J of Oral Surgery 7 May 2010;15(2):372.)

3.2.2.2Hydraulic Sinus Condensing Technique

Teknik Hydraulic Sinus Condensing ini merupakan modifikasi dari teknik internal sinus lifting yang menggunakan tekanan hidrolik yang konstan untuk

(13)

Keuntungan teknik ini dibandingkan dengan teknik lainnya adalah hanya diperlukannya satu lubang kecil tepat pada area yang dipersiapkan untuk pemasangan implan, merupakan one-visit procedure ( prosedur sekali kunjungan ), implan dapat langsung dipasangkan dan kenyaman pasien yang terjaga serta dengan tekanan hidrolik yang konstan,pengisian rongga sub-antral yang telah dibuat lebih mudah dengan hanya satu langkah.

Inti dari teknik ini adalah setelah dilakukannya osteotomi dengan bur hingga mencapai 2mm dari kavitas sinus, lubang tersebut akan diperbesar hingga mencapai dasar sinus dengan menggunakan bur berkalibrasi, kemudian dengan menggunakan suatu syringe titanium, akan diinjeksikan normal saline ke dalam hingga normal saline keluar sedikit dari rongga tersebut, yang berarti telah mencapai ketinggian

maksimum dengan harapan terjadinya tekanan hidrodinamik akan mendorong membran Schneiderian ke atas. Kemudian dilakukan pengisian dan pemadatan bahan pencangkokan tulang secukupnya ke dalam rongga yang terbentuk akibat naiknya membran Schneiderian tersebut. Setelah bahan pencangkokan tulang diisi hingga padat, telah dapat dipasangkan implan pada hari yang sama. 26-30

Gambar 7. Teknik Hydraulic Condensing. ( Anonymous. Hydraulic sinus

(14)

3.2.2.3Balloon Sinus Lifting

Teknik ini menawarkan pengangkatan membran Scheneiderian secara vertikal sehingga trauma yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan teknik-teknik lain. Teknik ini menggunakan kateter elastis (balon) yang akan diisi dengan cairan normal saline. Normal saline akan dimasukkan dengan tujuan untuk mengembangkan balon

tersebut sehingga mendorong membran Schnederian ke atas. 28,31,34

Sebelum pembedahan, balon dipompa dengan udara dan kemudain dikempiskan lagi guna meyakinkan bahwa balon tersebut benar-benar elastis. Syringe diisi dengan cairan normal saline secukupnya. Kemudian balon dimasukkan ke dalam lubang yang telah dipreparasi sebelumnya dalam keadaan kempis. Volume saline yang diperlukan harus sesuai dengan seberapa jauh membran akan diangkat, dimana 1cc saline sama dengan 5-6mm membran akan terangkat dan 1cc bahan pencangkokan yang diperlukan. Setelah membran telah terangkat, balon tersebut akan dikempiskan dan dikeluarkan dari kavitas dan kemudian diisi dengan bahan pencangkokan tulang. 31-33

(15)

Gambar 8. Teknik balon sinus lifting. (Metodi Abadzhiev. Alternative sinus lift techniques literature review. J IMAB 2009;2:25)

3.3Indikasi

Meskipun teknik sinus lifting dikatakan mudah untuk dilakukan dan memiliki hasil yang cukup memuaskan, namun pengertian akan indikasi teknik sinus lifting secara umum adalah suatu hal yang penting dan harus dilakukan. Ada dua faktor utama yang harus diperhatikan dalam sinus lifting, yaitu keadaan umum pasien dan faktor lokal seperti keadaan jaringan periodontal, keadaan tulang alveolar, dan lain-lain. Berikut merupakan indikasi untuk sinus lifting 4,20,35,36 :

a. Tulang rahang pada gigi yang berdekatan dengan daerah tidak bergigi telah mengalami resopsi yang hebat yang disebabkan oleh karena penyakit periodontal, ekstraksi gigi sebelumnya dan pembedahan sebelumnya yang mengakibatkan kurangnya tempat yang cukup untuk pemasangan implan. b. Telah dilakukannya rekonstruksi tulang alveolar akibat kanker untuk

kepentingan protesa kranifasial.

(16)

3.4Kontraindikasi

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum dilakukannya prosedur sinus lifting ini guna mencapai keberhasilan yang diinginkan. Salah satu yang

merupakan hal yang harus diperhatikan adalah kontraindikasi dari prosedur ini. Pasien yang telah diketahui memiliki keadaan yang merupakan kontraindikasi dari teknik ini harus diketahui terlebih dahulu dan dihilangkan kontraindikasi tersebut atau bahkan mereka tidak dibenarkan untuk menjalani prosedur sinus lifting tersebut. Beberapa kontraindikasi untuk sinus lifting adalah sebagai berikut2,3,20,35-38 :

a. Terdapatnya patologi pada sinus seperti sinusitis kronis atau adanya sisa akar gigi yang tertinggal dalam sinus.

b. Penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti Diabetes Mellitus atau Hipertensi merupakan kontraindikasi bagi sinus lifting karena akan menimbulkan komplikasi pada saat pembedahan atau pasca-pembedahan. c. Adanya infeksi sinus (empyema)

d. Adanya sinusitis kronis e. Adanya infeksi odontogenik

f. Adanya lesi patologi atau lesi inflamasi pada sinus seperti mukokel yang dapat mengakibatkan perforasi, kista, ujung akar gigi yang tertinggal, tumor. Hal-hal ini harus dihilangkan terlebih dulu sebelum dilakukan sinus lifting

(17)

h. Adanya riwayat terapi radiasi yang mengakibatkan menipisnya tulang alveolar dan kemungkinan efek terhadap sinus. Hal ini dapat diperiksa lebih lanjut dengan menggunakan foto rontgent

i. Kecanduan tembakau dan alkohol yang berlebihan karena tembakau dan alkohol dapat mempengaruhi metabolisme tulang dimana menurunnya metabolisme tulang dapat mengakibatkan gagalnya pencangkokan tulang serta dapat meningkatkan insiden infeksi

3.5Komplikasi

Kebanyakan komplikasi yang terjadi pasca-pembedahan sinus lifting sangat jarang terjadi dan apabila terjadi pun hanyalah bersifat sementara. Rencana perawatan yang tidak sesuai juga merupakan pemicu terjadinya komplikasi pada saat dilakukannya prosedur sinus lifting. Inti dari prosedur ini adalah pengangkatan dasar sinus (membran Schneiderian) dan peletakkan bahan pencangkokan tulang ke dalam ruang yang tercipta. Namun, prosedur ini memerlukan insisi, pembukaan flep, pembuangan tulang untuk mengekspos kavitas sinus, pengangkatan dasar sinus, peletakkan bahan pencangkokan tulang, dan penutupan kembali flep yang telah dibuka. Hal-hal inilah yang mengakibatkan rasa tidak nyaman baik pada saat dilakukannya prosedur pembedahan maupun pasca-pembedahan yang merupakan komplikasi dari prosedur ini.

(18)

a. Perforasi pada membran Schneiderian merupakan komplikasi yang paling umum terjadi. Biasanya terjadi pada saat dilakukannya prosedur pembedahan karena pemakaian alat yang tajam secara tidak hati-hati atau dengan kekuatan yang berlebihan pada saat pengangkatan membran Schneiderian. Bila perforasi yang terjadi kecil (1-2mm), maka dapat

ditutup dengan suatu membran kolagen dengan diameter 3mm untuk menutupi perforasi tersebut. Tapi bila perforasi yang terjadi cukup besar, maka membran yang rusak ditarik dan kemudian dilipat untuk menutupi daerah yang rusak tadi dan kemudian ditutup lagi dengan membran kolagen.

b. Rasa sakit biasanya karena pemasangan implan yang kurang baik sehingga akan menekan jaringan lunak diantara abutment dengan implan. Rasa sakit bisa juga karena rusaknya atau terlukanya saraf akibat operator yang kurang hati-hati atau karena adanya lesi periapikal akibat implan.

c. Adanya pembengkakan yang terjadi biasanya hanya berlangsung 2 hari sampai 1 minggu. Pembengkakan yang terlalu lama, dapat juga menjadi tanda adanya infeksi.

(19)

e. Paresthesia atau perubahan sensasi. Hal ini biasa diakibatkan karena pengeburan tulang yang berlebihan sehingga terlukanya saraf atau karena pemasangan implan yang salah.

f. Infeksi dapat terjadi bila alat-alat yang digunakan pada prosedur pembedahan tidak steril.

BAB 4

PROSEDUR SINUS LIFTING

Dalam keadaan dimana terdapatnya tulang yang tidak adekuat untuk pemasangan implan, dapat ditanggulangi dengan dilakukannya sinus lifting yang dapat dilakukan dengan dua cara dimana pilihan ditentukan oleh volume tulang yang tersedia, panjangnya implan yang akan dipasangkan, dan volume bahan pencangkokan tulang yang dibutuhkan.1-3,26,35

Beberapa teknik, pencangkokan tulang dengan tujuan untuk mengangkat membran Schneiderian ke atas sehingga mengurangi ukuran sinus maksilaris, dapat membantu menanggulangi kurangnya ketinggian tulang alveolar untuk pemasangan implan, melalui teknik external sinus lifting ataupun internal sinus lifting.26,35

4.1 Prosedur External Sinus Lifting (Lateral Window Approach)

(20)

tulang alveolar yang ingin ditambahkan untuk mengaugmentasikan tulang alveolar. Teknik ini juga digunakan untuk mendapatkan akses secara langsung ke dalam sinus yang biasanya disebut dengan direct technique.1,2,3

Pasien diberikan antibiotik (amoxicillin 500mg) selama 5 hari sebelum menjelang dilakukannya pembedahan untuk mencegah terjadinya infeksi. Pembedahan dilakukan dibawah anastesi lokal.1-3

Insisi dibuat pada bagian lateral (dari bukal) dari rahang atas, di atas tempat pemasangan implan dan sedikit di atas dasar sinus. Pembukaan flep ke atas hingga terbentuk seperti pintu yang menggantung di atas untuk mengekspos tulang dan sinus. Kemudian dibuat suatu jendela (bony window) pada tulang rahang dimana dengan bentuk yang sama dengan flep yang dibuat. Tulang tersebut akan dipatahkan dan didorong secara perlahan ke dalam dengan gerakan mendorong ke dalam dan ke atas kavitas sinus dimana tulang ini yang akan menjadi atap bagi bahan pencangkokan tulang. Gerakan dari tulang yang didorong ini akan membawa membran Schneiderian ke atas dan mengangkat dasar sinus. 1-3,5,18

(21)

Gambar 9. Teknik External Sinus Lifting. 1. Area edentulus dipersiapkan sebagai tempat pemasangan implan. 2. Jaringan lunak dikuakan untuk mengekspos dinding lateral dari sinus maksilaris. 3. Pembuangan tulang hingga mengekspos membran Schneiderian. 4. Membran dilepaskan dari kavitas sinus. 5. Membran telah dilepaskan dari kavitas sinus, terlihat dasar sinus tanpa ada membran. 6. Ruangan baru yang ter- cipta antara kavitas tulang dengan sinus diisi dengan bahan pencangkokan tulang yang kemudian dipadatkan . (Anonymous. Externalsinus lifting

1 Jan 2012)

4.2 Prosedur Internal Sinus Lifting

(22)

Pasien diberikan antibiotik (amoxicillin 500mg) selama 5 hari sebelum menjelang dilakukannya pembedahan untuk mencegah terjadinya infeksi. Pembedahan dilakukan dibawah anastesi lokal.1-3

Insisi dibuat pada bagian palatal dari daerah tidak bergigi yang diikuti insisi intrasulkular dan kemudian dilakukan pembukaan flep dengan hati-hati. Pengeburan tulang dengan menggunakan trephine bur di tempat yang akan dipasangkan implan hingga kedalaman 1-2mm sebelum dasar sinus hingga terbentuklah suatu soket.1,2,26,28

Kemudian dengan menggunakan osteotome yang tajam untuk memperlebar soket dengan cara mendorong osteotome ke dalam soket. Sisa 1-2mm tulang tadi akan didorong secara perlahan-lahan dan sangat hati-hati dengan sinus lift osteotome untuk mengangkat dasar sinus ke atas hingga mencapai ketinggian yang diinginkan untuk pemasangan implan. Setelah mencapai ketinggian yang diinginkan, ruang kosong yang tercipta akan diisi dengan bahan pencangkokan tulang secukupnya dan kemudian dapat langsung dilakukannya pemasangan implan. 26,28

(23)
(24)

BAB 5

KESIMPULAN

Dental implan dapat didefinisikan sebagai suatu alat atau benda yang diletakkan di antara gusi dan tulang alveolar (pada maksila atau mandibula), yang dapat dipasangkan secara permanen atau sebagai gigi tiruan untuk mendukung rekonstruksi prostetik yang dapat dilepaskan satu per satu atau keseluruhan. Dental implan merupakan pilihan yang ideal bagi mereka dengan keadaan rongga mulut yang sehat namun kehilangan satu gigi atau beberapa gigi yang disebabkan oleh penyakit periodontal, terluka atau kecelakaan, atau alasan-alasan lainnya.

Meskipun dental implan memberikan kenyamanan yang tinggi, namun ada beberapa kondisi dari rongga mulut pasien yang tidak memungkinkan pasien untuk memasang restorasi implan. Salah satu keadaan yang tidak memungkinkan dilakukannya pemasangan implan pada posterior rahang atas adalah luasnya sinus maksilaris.

(25)

Teknik sinus lifting ini secara umum dibagi menjadi dua teknik yaitu teknik External sinus lifting atau lebih dikenal dengan teknik Lateral Window Approach dan

teknik Internal sinus lifting.

Teknik External sinus lifting telah digunakan untuk mengaugmentasikan tulang pada sinus maksilaris dengan derajat kesuksesan yang cukup tinggi dan hasil yang mudah diprediksi. Namun demikian, teknik ini melibatkan prosedur pembedahan yang relatif lama dengan insiden terjadinya komplikasi yang cukup tinggi juga seperti terjadinya pembengkakan, sakit, terjadi perforasi membran Schneiderian dan lain-lain. Karena hal inilah diciptakan suatu modifikasi dari teknik

ini, yaitu teknik Internal sinus lifting. Berbeda dengan teknik External sinus lifting yang dapat melihat membran Schneiderian secara langsung, teknik ini tidak dapat melihat membran Schneiderian secara langsung. Teknik ini menggunakan osteotome yang menimimalisir kemungkinan terjadinya perforasi membran Schneiderian karena keterbatasannya dalam pengangkatan dasar sinus. Teknik ini juga dapat dilakukan dengan flep mukoperiosteal yang lebih kecil dibandingkan dengan teknik External sinus lifting dan komplikasi seperti adanya rasa sakit, terjadinya pembengkakan dan

rasa tidak nyaman lebih kecil.

(26)

mengalami defisiensi, terutama pada bagian posterior maksila. Sinus Lifting juga merupakan prosedur pembedahan yang relatif aman dan memiliki prevalensi komplikasi yang cukup rendah serta relatif mudah dilakukan dengan hasil yang bisa diprediksi.2,3,4

BAB 2

IMPLAN

Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah membuka banyak kesempatan bagi para pasien yang kehilangan satu gigi atau beberapa gigi. Dental implan memiliki arti bahwa pasien-pasien yang telah kehilangan satu gigi atau lebih masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengganti gigi geligi mereka yang sama seperti yang mereka miliki dulu, dengan demikian, dental implan dapat meningkatkan kembali kualitas hidup mereka. 1

(27)

implan dan merupakan pilihan yang mudah dilakukan pada kasus kehilangan gigi geligi yang pada saat ini telah menjadi standar perawatan bagi dokter gigi.3

2.1 Pengertian

Dental implan adalah suatu alat atau benda yang diletakkan di antara gusi dan tulang alveolar (pada maksila atau mandibula), yang dapat dipasangkan secara permanen atau sebagai gigi tiruan untuk mendukung rekonstruksi prostetik yang dapat dilepaskan satu per satu atau keseluruhan. Dental implan merupakan pilihan yang ideal bagi mereka dengan keadaan rongga mulut yang sehat namun kehilangan satu gigi atau lebih yang disebabkan oleh penyakit periodontal, terluka atau kecelakaan, atau alasan-alasan lainnya. Secara umum, hanya ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam dental implan, yaitu fungsi dan estetik dari gigi geligi pasien. Maka dari itu, perkembangan dental implan tidak dapat dipisahkan dari sejarah dari ilmu kedokteran gigi yang mengutamakan fungsi dan estetik dari gigi geligi pasien. 1,2,5

2.2TujuanImplan

(28)

juga telah diusahakan menanamkan kembali gigi yang telah dicabut dari seorang pendonor untuk menggantikan gigi yang telah hilang.2

Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan tentang implan, maka tujuan atau fungsi implan pun berkembang, bukan hanya sekedar menggantikan gigi yang hilang melainkan sebagai jangkar yang ditanamkan ke dalam tulang rahang sebagai tempat berdirinya gigi tiruan yang akan dipasangkan dan agar gigi tiruan tersebut tetap berada pada tempatnya serta memberi dukungan bagi gigi tiruan agar terasa lebih nyaman seperti gigi asli.5,6

2.3 Pembagian Implan

Dental implan mulai berkembang dan banyak digunakan pada pertengahan abad ke-20. Sejak beberapa waktu yang lalu, beberapa konsep lain dari dental implan telah berkembang dan telah menjadi dasar dari implantologi modern. Dental implan yang digunakan sekarang ini bervariasi dalam beberapa aspek, seperti dari bentuk, tempat penjangkaran (di dalam tulang atau di atas tulang), lapisan dan komposisi dari bahan yang digunakan.1,2

Pembagian dental implan pertama kali didasari pada kondisi tulang rahang yang akan diletakan implan tersebut, apakah bisa diletakkan di atas tulang atau di dalam tulang. Maka dari itu, dental implan dapat dikategorikan menjadi tiga kategori besar, yaitu : 2,5,7

1. Implan Subperiosteal

(29)

dipasangkan sedikit menonjol dari gusi untuk mempertahankan protesa yang akan dipasangkan.

Implan jenis ini dapat digunakan pada rahang atas ataupun pada rahang bawah. Namun, lebih sering pada rahang bawah. Implan jenis ini dibuat secara individu dengan kerangka logam yang telah dimodifikasi sedemikian rupa berdasarkan anatomi rahang pasien dan dimasukkan ke dalam jaringan periodonsium secara operasi.

Implan subperiosteal dipasangkan pada pasien yang memiliki tulang rahang yang mengalami resobsi sehingga memiliki ketinggian atau kelebaran tulang yang tidak adekuat untuk meletakkan bahan implan di atasnya.

Gambar 1. Implan subperiosteal. (Anonymous. Subperios- teal implant. <httpwwww.google.co.id> (20 Nov 2011).

2. Implan Endoseous

(30)

mendukung mahkota dari gigi tiruan yang akan dipasangkan atau implan jembatan ( bridge ).

Implan endoseous dapat dikelompokan ke dalam tiga kelompok, yaitu : • Root -form implants

Implan tipe ini merupakan tipe yang paling umum dipakai dan paling terkenal diantara semua tipe-tipe implan yang ada. Tipe ini berbentuk kerucut atau seperti sekrup sehingga menyerupai bentuk akar yang asli yang didesain agar dapat ditanamkan ke dalam tulang rahang.

Root-form implants dapat digunakan sebagai basis dari suatu restorasi, satu

atau seluruh lengkung gigi, dimana hanya jika tulang rahang memiliki ketinggian, ketebalan, dan struktur yang adekuat.

(31)

Gambar 2. Root form implant. (Anonymous. Root form implant. <httpwwww.google.co.id> (20 Nov 2011).

• Implan bilah ( blade/plate implants )

Pertama kali diperkenalkan oleh Linkow di akhir 1960. Implan tipe ini sudah jarang digunakan sekarang, dimana hanya digunakan ketika tulang rahangnya sangat sempit sehingga tidak memadai untuk root-form implants dan area yang diperlukan tidak memungkinkan untuk dilakukan pencangkokan tulang.

Implan ini terdiri dari sebuah plat datar dan panjang yang akan dipasangkan secara vertical pada tulang rahang yang sempit sebagai jangkar untuk restorasi akhir.

Gambar 3. Implan bilah. (Anonymous. Blade implants. <httpwwww.sciencedirect.co.id> (20 Nov 2011).

• Implan oseointegrasi (osseointegrated implants )

(32)

telah bekembang sangat pesat, dengan material yang berbeda seperti aluminiun oksida, titanium murni, atau campuran titanium, telah banyak digunakan pada pembuatan implan. Material ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat integrasi dari tulang rahang yang dipasangkan implan tersebut.

3. Implan Transoseous

Implan transoseous didesain hanya untuk digunakan pada rahang bawah dan ditanamkan ke dalam tulang rahang; namun, akan terjadi penetrasi ke seluruh rahang. Dua buah sekrup panjang akan ditanamkan ke dalam tulang rahang dan muncul pada jaringan gingival.

Tipe ini memerlukan teknik bedah ekstra oral dan biasanya perlu digunakan anastesi umum. Pada umumnya, implan transoseous ini termasuk ke dalam implan endoseous karena implan tipe ini ditanamkan ke dalam tulang rahang.

(33)

2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Implan

Dental implan digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang, yang mana sering menyebabkan masalah fungsional dan psikososial yang berhubungan dengan masalah estetis. Penggantian gigi yang telah hilang menjadi begitu penting untuk mempertahankan penampilan seseorang, fungsi dan kesehatan rongga mulut dengan mencegah berpindahnya gigi geligi tersebut. 95% dari hal yang diharapkan di atas dapat dicapai oleh dental implan.8

Namun begitu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika seorang dokter gigi memilih dental implan sebagai pilihannya untuk mendapatkan hasil fungsional dan estetis yang diharapkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dan menjadi indikasi dari dental implan adalah sebagai berikut : 8,9

1. Riwayat medis

Riwayat medis yang menjadi kontraindikasi untuk implan harus menjadi perhatian agar tidak menjadi penghalang bagi implan. Pasien harus dalam keadaan sehat. Pasien yang dalam keadaan menderita diabetes yang tidak terkontrol, pasien yang mengalami atypical pain dan dalam keadaan depresi bukanlah kandidat yang baik untuk implan.

(34)

Pasien yang mengalami kehilangan gigi geligi mereka karena penyakit periodontal ataupun karena kecelakaan merupakan pasien yang dapat dipasangkan implan.

3. Gigi yang dijadikan abutmen tidak dapat direstorasi lagi

4. Gigi yang dijadikan abutmen terlalu lemah atau tidak kuat sehingga diperlukannya implan sebagai penjangkar untuk memasangkan gigi tiruan 5. Hilangnya gigi posterior dan tidak adanya gigi abutmen pada bagian distal 6. Terjadinya resopsi tulang yang hebat pada tulang rahang

Tulang rahang yang akan dibuatkan gigi tiruan terlalu kecil akibat resobsi tulang yang terjadi setelah pencabutan gigi sehingga tidak terdapatnya ketinggian dan kelebaran tulang yang adekuat.

Secara umum, implan merupakan pilihan yang baik untuk mengatasi kehilangan gigi geligi. Namun, ada beberapa hal yang menjadi kontraindikasi untuk pemasangan implan, yaitu :

1. Pasien yang tidak termotivasi

Pasien yang tidak termotivasi akan sadarnya pentingnya mengganti gigi geligi yang telah hilang tidak dapat dipasangkan implan. Hal ini dikarenakan perlunya kerja sama antara dokter gigi dengan pasien.

2. Adanya penyakit sistemik

(35)

perhatian bagi dokter gigi dalam hal proses penyembuhan bagi pasien penderita penyakit sistemik.

3. Adanya kelainan pada tulang

Adanya kelainan pada tulang seperti Paget’s Disease atau Fibrous Dyplasia bukanlah kandidat yang baik untuk pemasangan implan karena tingginya kemung-kinan gagal pada pemasangan implan dan tidak dapat terjadinya osseointegrasi.

4. Oral higiene yang buruk

Pasien yang tidak memiliki kebersihan rongga mulut yang baik tidak dapat dipasangkan implan. Hal ini dikarenakan implan tetap memerlukan perawatan lebih dibandingkan dengan gigi asli untuk mencegah rusaknya badan implan akibat debris-debris yang masih tertinggal di badan implan.

5. Kebiasaan buruk

Kebiasaan buruk seperti bruksism dan parafungsional menjadi kontraindikasi pada pemasangan implan dan memiliki tingkat keberhasilan yang relatif rendah. Hal ini dikarenakan implan akan menerima beban yang terlalu besar akibat kebiasaan buruk tersebut.

2.5 Keuntungan dan Kerugian Implan

Dental implan dikatakan sebagai solusi yang lebih baik untuk menggantikan gigi geligi yang hilang karena dental implan memiliki beberapa keunggulan, yaitu : 5,12

(36)

Dental implan dibuat menyerupai gigi asli dan ditanamkan ke dalam tulang sehingga dapat mencegah kehilangan tulang dan resesi gingiva. Maka, tidak akan ada yang mengetahui bahwa seseorang memakai gigi tiruan.

2. Psikososial

Dengan dental implan, kita akan mendapatkan kembali senyum dan dapat makan dengan nyaman. Hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri sehingga dapat meningkatkan kembali kualitas hidup seseorang.

3. Fonetik

Dental implan memberikan kenyamanan dalam berbicara tanpa harus mengkhawatirkan lepasnya gigi tiruan lepasan atau sebagainya.

4. Tahan lama

Dental implan lebih tahan lama jika dibandingkan dengan gigi tiruan jembatan dan lepasan karena dental implan langsung ditanamkan pada tulang rahang.

5. Meningkatkan kebersihan rongga mulut

Karena dental implan berdiri sendiri, berbeda dengan gigi tiruan jembatan, sehingga akses di antara gigi geligi lebih mudah terjangkau sehingga dapat mening-katkan kebersihan rongga mulut.

(37)

prosedur-prosedur yang diperlukan seperti perlunya pencangkokan tulang atau tidak, kualitas dan kuantitas dari tulang yang masih sehat dan semua keadaan kesehatan dari pasien yang akan dipasangkan implan.

Berikut beberapa kerugian dari pemasangan implan :

1. Membutuhkan biaya yang cukup besar untuk pemasangan implan. 2. Memerlukan waktu yang lama atau panjang dalam pembuatannya.

3. Bukan merupakan solusi yang cukup baik bagi pasien dengan tingkat penyembuhan yang rendah dan mereka yang sangat sensitif pada rasa sakit.

(38)

BAB 1

PENDAHULUAN

Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah membuka banyak kesempatan bagi para pasien yang kehilangan satu gigi atau lebih. Dental implan memiliki arti bahwa pasien-pasien yang telah kehilangan satu gigi atau lebih masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengganti gigi geligi mereka yang sama seperti yang mereka miliki dulu, dengan demikian, dental implan dapat meningkatkan kembali kualitas hidup mereka.1

(39)

perkembangan dental implan tidak dapat dipisahkan dari sejarah dari ilmu kedokteran gigi yang mengutamakan fungsi dan estetik dari gigi geligi pasien.1,2,3

Secara garis besar, dental implan dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu implan subperiosteal (yang bersandar di atas tulang alveolar, di bawah ginggiva dan biasanya tidak melekat pada tulang rahang yang telah mengalami resopsi), dan im-plan endoseus (diletakkan di bawah tulang alveolar). Namun,dengan berkembangnya ilmu kedokteran gigi, dental implan yang digunakan sekarang ini bervariasi dalam berbagai aspek, seperti berdasarkan bentuk, tempat penjangkaran (di dalam tulang atau di atas tulang), prosedur serta komposisi dari material dental implan tersebut. Dari hal tersebut, sekarang dental implan dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :1,2

1. Implan Subperiosteal 2. Implan Endoseous 3. Implan Transoseous

Tahap operasi dari perawatan implan mencakup semua prosedur-prosedur yang diperlukan untuk mendapatkan letak yang paling tepat sebagai tempat melekatnya prostetik tersebut, baik di atas tulang maupun di dalam tulang. Beberapa teknik operasi untuk mempersiapkan pembuatan implan antara lain adalah Ridge Expansion (ridge splitting), augmentasi dasar sinus, guided bone regeneration,dan

augmentasi jaringan lunak.4

(40)

SINUS LIFTING UNTUK PEMASANGAN IMPLAN

PADA RAHANG ATAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

s

Oleh :

Kaya Kalyana

NIM : 080600108

(41)

MEDAN

2012

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 23 April 2012

Pembimbing Tanda Tangan

Indra Basar Siregar,drg.,M.Kes

(42)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 23 April 2012

TIM PENGUJI

KETUA : Abdullah Oes, drg

ANGGOTA : 1. Hendry Rusdy, drg., M.Kes., Sp.BM 2. Gostry Aldica Dohude, drg

(43)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedoktean Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Eddy Anwar Ketaren, drg.,Sp. BM, selaku kepala Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Indra Basar Siregar, drg,, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dosen pembimbing akademik, Yati Roesnawi, drg., yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sejak awal semester kuliah di FKG USU.

(44)

5. Orang tua serta kakak-kakak penulis atas segala doa, nasihat, kasih sayang dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis hingga saat ini.

6. Sahabat terbaik penulis : Fernando, drg., yang selalu mendukung penulis selama ini. Teman-teman lain yang selalu memberikan dukungan pada penulis : Vincilia’08, Lulu’08, Ryanda’08, Bella’08, Winda’08, Steven Pardamean, drg., Emerson, drg., serta teman-teman stambuk 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini kurang sempurna, tetapi penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan, dan masyarakat.

Medan, 20 Maret 2012 Penulis,

(45)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

2.3 Pembagian Implan ... 5

2.4 Indikasi dan Kontraindikasi ... 10

2.5 Keuntungan dan Kerugian Implan ... 12

Bab 3 Sinus Lifting ... 15

3.1Pengertian ... 16

3.2Macam-macam Sinus Lifting ... 17

3.3 Indikasi ... 24

3.4 Kontraindikasi ... 25

3.5 Komplikasi ... 26

Bab 4 Prosedur Sinus Lifting ... 28

4.1 External Sinus Lifting ... 28

4.2 Internal Sinus Lifting ... 30

Bab 5 Kesimpulan ... 33

(46)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Implan subperiosteal ... 6

2 Root form implant ... 7

3 Implan bilah ... 8

4 Implan transoseous ... 9

5 Letak sinus maksilaris terhadap akar gigi ... 15

6 Teknik CCE ... 21

7 Teknik hydraulic condensing ... 22

8 Teknik balloon sinus lifting ... 24

9 Teknik external sinus lifting ... 30

Gambar

Gambar 5. Letak sinus maksilaris terhadap akar gigi.
Gambar 6. Teknik CCE, A. Preparasi CCE dengan diameter 5mm dan  4mm .  B. Kedua inti tulang didorong masuk ke dalam rongga yang tercipta
Gambar 7. Teknik Hydraulic Condensing. ( Anonymous.  Hydraulic sinus  lifting. www.dentaldinamicsonline.com ( 11 April 2012
Gambar 8. Teknik balon sinus lifting. (Metodi Abadzhiev. Alternative sinus lift techniques literature review
+6

Referensi

Dokumen terkait