TESIS
Oleh
MAHYANI
117011153/MKn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
MAHYANI
117011153/MKn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Nomor Pokok : 117011153
Program Studi : MAGISTER KENOTARIATAN
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)
Pembimbing Pembimbing
(Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum.
2. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum 3. Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : MAHYANI
Nim : 117011153
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : PENYELESAIAN UTANG PERSEROAN TERBATAS
YANG DINYATAKAN PAILIT YANG OBJEK
JAMINANNYA MILIK PIHAK KETIGA
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
karena PT memiliki kedudukan mandiri dan memiliki tanggung jawab yang terpisah dari organ-organ perseroan. Penggunaan objek jaminan milik organ perseroan tersebut menimbulkan tumpang tindihnya tanggung jawab PT dengan masing-masing organ perseroan. Sehingga perlu dikaji mengenai latar belakang penggunaan objek jaminan milik pihak ketiga sebagai jaminan utang debitor, penyelesaian kredit bermasalah dari perseroan terbatas pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga, serta kendala-kendala dalam penyelesaian utang perseroan terbatas pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier serta didukung hasil wawancara. Data diolah, dianalisis dan ditafsirkan secara logis, sistematis dengan menggunakan metode deduktif.
Latar belakang penggunaan jaminan milik pihak ketiga sebagai jaminan utang debitor berbentuk perseroan terbatas disebabkan karena bermunculannya badan usaha PT yang sebenarnya merupakan usaha perseorangan yang tujuan awalnya memang diperuntukkan guna mengambil manfaat atas karakteristik PT yang akhirnya menyebabkan banyaknya harta pribadi dari pemegang saham yang dianggap sebagai asset dari PT, tanpa adanya upaya formal untuk menegaskan status dari harta kekayaan yang dimasukkan sebagai asset PT tersebut selain itu apabilaassettersebut berbentuk hak atas tanah dengan Hak Milik kemudian akan dibalik nama ke atas nama PT akan menimbulkan konsekuensi penurunan status hak atas tanah tersebut yang dianggap para pihak lebih memiliki keterbatasan dalam hal jangka waktu dan nilai ekonomisnya. Proses penyelesaian utang debitor pailit apabila objek jaminannya milik pihak ketiga pada dasarnya sama dengan penyelesaian utang debitor pailit yang objeknya milik debitor sendiri yaitu setelah tindakan pengurusan boedel pailit, selanjutnya kurator akan melakukan pemberesan harta pailit. Kendala-kendala dalam penyelesaian utang debitor pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga, adalah adanya gugatan perlawanan dari pemberi hak jaminan dengan alasan keberatan atas surat paksa, tanahnya telah disewakan sebelum dijaminkan, barang jaminan merupakan harta gono-gini, atau harga lelang terlalu rendah, sulit mencari pembeli lelang dan peminat pembeli lelang sedikit.
independent position and has responsibility which is separated from its organs. The use of collateral owned by its organs has caused overlapping responsibility of the corporation and its organs. Therefore, it is necessary to study the background of the use of collateral owned by the third party for guarantee the debtor’s debt, the paying off non-performing credit, bankrupt corporation whose collateral owned by the third party, and obstacles in solving bankrupt corporation’s credit in which the collateral owned by the third party.
The research used judicial normative with descriptive analysis approach. The secondary data consisted of primary, secondary, and tertiary legal materials, supported by interviews. The data were processed, analyzed, and interpreted logically and systematically by using deductive method.
The use of collateral owned by the third party as the guarantee for a corporation’s debt is caused by the existence of corporations owned by individuals. The initial purpose is to get benefit from the characteristics of a corporation which will eventually cause a lot of personal wealth of the shareholders to be considered as the corporation’s assets. It seems that there is no formal effort to confirm the status of the corporation’s assets. Besides that, when the assets are the land rights in the form of ownership and are transferred title to the corporation, it will cause the consequence of lowering the value of the land since it is considered that it has limitation in its period and in its economical value. The process of debt the debt of a bankrupt debtor when the collateral is owned by the third party is basically similar to that when it is owned by the debtor himself; that is, by using bankruptcy boedel, followed by the management by the curator for the bankrupted property. The obstacles in paying off debt by bankrupt debtor in which the collateral is owned by the third party are the claim from the giver of collateral who complains about the warrant, the land has been pawned before it becomes collateral, the collateral is joint property or the action price is too low, difficulty in finding auction buyer, and the auction buyer is not interested in buying it.
persyaratan untuk memperolah gelar Magister Kenotariatan di Universitas Sumatera
Utara Medan. Didalam memenuhi tugas inilah maka penulis menyusun dan memilih
judul : “Penyelesaian Utang Perseroan Terbatas Yang Dinyatakan Pailit Yang Objek Jaminannya Milik Pihak Ketiga”. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan didalam penulisan tesis ini, untuk itu dengan hati terbuka
menerima saran dan kritik dari semua pihak, agar dapat menjadi pedoman di masa
yang akan datang.
Dalam penulisan dan penyusunan tesis ini, penulis mendapat bimbingan dan
pengarahan serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tidak ternilai harganya
secara khusus kepadaBapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum., serta Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum., masing-masing selaku anggota komisi pembimbing yang banyak memberi masukkan dan bimbingan kepada
penulis selama dalam penulisan tesis ini dan kepada Bapak Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn., dan Bapak Dr. Dedi Harianto, SH, MHum., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan kritikan, saran serta masukan dalam penulisan
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MHum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN., Selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN., MHum., Selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
5. Bapak-Bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan Staf Pengajar dan juga para karyawan
Biro Administrasi pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus penulis menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada
ayahanda Muhammad dan Ibunda Nuraini, yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik ananda dengan penuh kasih sayang, serta Istri tercinta, Susi Aryani, yang selalu mendukung dan memberikan dukungan moril serta semangat, sehingga
abang selaku penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di Program
Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Serta
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang terus memberikan motivasi, semangat
dan kerjasama dan diskusi, membantu dan memberikan pemikiran kritik dan saran
dari awal masuk di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara sampai saat penulis menyusun tesis ini.
Saya berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis, mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, agar
selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rejeki yang melimpah.
Akhirnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi diri penulis dan juga bagi semua pihak
khususnya yang berkaitan dengan bidang kenotariatan.
Medan, Januari 2014 Penulis
dengan SUSI ARYANI pada tanggal 14 Februari 1998, dan telah dikarunia anak, RAISA LA TANZA QAFKA (20 Nopember 1998), AZZUMAR AZZA AKBAR (03 Februari 2000) dan GHIANNA LA TANZA FIRQAH (17 Juli 2003).
Menyelesaikan pendidikan pada Madrasah Ibtidayyah Negeri (MIN) Pulo Kiton Bireuen pada tahun 1979, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri-1 Bireuen pada tahun 1982, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri-1 Bireuen pada tahun 1985. Penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan menyelesaikan perkuliahan pada Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) di Medan pada tahun 1991, menyelesaikan pendidikan spesialisasi pada Kenoktariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan pada tahun 2002.
Menjalankan karir pada Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) Cabang Balai Kota Medan, sejak 1990 s/d 1998, sebagai Kepala Bagian Umum, Kepala Bagian Credit dan Hukum serta Account Officer, bergabung dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Wilayah Sumbagut, Centre Medan, sejak 1998 s/d 2004 sebagai Kepala Bagian Hukum Komersial, dan bergabung dengan Perusahaan Pengelola Aset (PPA) Wilayah Sumbagut, Kantor Cabang Medan sejak 2004 s/d 2009 sebagai Kepala Kantor Cabang, Selanjutnya menjalankan profesi sebagai Notaris/PPAT Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.
Disamping pekerjaan rutin, penulis sempat menjalankan tugas sebagai pengajar pada Institut Bina Bisnis Indonesia (IBBI) Medan, sejak 1996 s/d 1999, pada Institut Bisnis & management (IBIMA) Medan, sejak 1998 s/d 2001, pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah Sumatera Utara (UMSU) Medan, sejak 1995 s/d 2005.
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR ISTILAH ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Permasalahan ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Keaslian Penelitian ... 8
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11
1. Kerangka Teori ... 11
2. Konsepsi ... 17
G. Metode Penelitian ... 19
1. Sifat Dan Jenis Penelitian ... 19
2. Sumber Data/ Bahan Hukum ... 20
3. Teknik Pengumpulan Data ... 22
4. Analisis Data ... 23
BAB II PENGGUNAAN OBJEK JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA SEBAGAI JAMINAN UTANG DEBITOR ... 26
A. Ketentuan Mengenai Perjanjian Kredit ... 26
1. Syarat Sah Perjanjian Kredit ... 26
2. Jaminan Perorangan ... 38
3. Jaminan Kebendaan ... 38
C. Latar Belakang Pemanfaatan Objek Jaminan Milik Pihak Ketiga Sebagai Jaminan Utang Debitor ... 50
BAB III PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DARI PERSEROAN TERBATAS PAILIT YANG OBJEK JAMINANNYA MILIK PIHAK KETIGA ... 58
A. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Restrukturisasi Utang ... 58
1. Pengertian Kredit Bermasalah ... 58
2. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Restrukturisasi Utang ... 62
B. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Lembaga Kepailitan 72 1. Pengertian dan Syarat-Syarat Pailit ... 72
2. Prosedur Permohonan Pailit ... 74
3. Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit ... 75
4. Pemberesan Harta Pailit ... 77
C. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Eksekusi Objek Jaminan ... 82
1. Pengertian Eksekusi Objek Jaminan ... 82
2. Kedudukan Kreditor Yang Dijamin Dengan Lembaga Jaminan ... 85
3. Eksekusi Objek Jaminan Dalam Hal Debitor Pailit ... 87
D. Kepailitan Perseroan Terbatas ... 92
1. Kemandirian Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum 92 2. Akibat Hukum Kepailitan Perseroan Terbatas ... 93
E. Penyelesaian Kredit Bermasalah dari Perseroan Terbatas Pailit
Yang Objek Jaminannya Milik Pihak ketiga ... 107
BAB IV KENDALA-KENDALA DALAM PENYELESAIAN UTANG PERSEROAN TERBATAS PAILIT YANG OBJEK JAMINANNYA MILIK PIHAK KETIGA ... 112
A. Terjadinya Perlawanan Pihak Ketiga, Objek Jaminan Dalam Status Sengketa atau Milik Orang Lain ... 112
B. Terbatasnya Dana Untuk Biaya Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit ... 117
C. Debitor Pailit Tidak Koorperatif ... 118
D. Debitor Pailit Menyembunyikan Asetnya Sebelum Putusan Pernyataan Pailt ... 120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122
A. Kesimpulan ... 122
B. Saran ... 123
3. Affirmative covenants = klausula yang memuat kesanggupan debitor untuk melakukan sesuatu hal demi kepentingan kreditor.
4. Akkoord= kesepakatan damai.
5. Anglo Saxon = sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya.
6. Appraisal= juru taksir.
7. Avalist= penjamin.
8. Bedrog= unsur penipuan.
9. Bevoegheid= aspek kewenangan.
10.Boedel= harta kekayaan.
11.Civil Law system = adalah sistem hukum yang awalnya berkembang di dataran Eropah, yang menekankan pada penggunaan aturan-aturan hukum yang sifatnya tertulis.
12.Collateral= agunan.
13.Conflict interest= konflik kepentingan.
14.Daden van beheer er daden van eigendom= tindakan pengurusan dan pemilikan.
15.Droit de preference= kedudukan yang lebih diutamakan.
16.Droit de suite= hak kebendaan yang mengikuti benda dimanapun benda tersebut berada.
17.Dwang = unsur paksaan.
18.Dwaling= unsur kekhilafan.
19.Duty of skill and care = prinsip yang merujuk pada kemampuan serta kehati-hatian tindakan direksi dalam menjalankan kegiatan perseroan.
20.Economic value= nilai ekonomi.
21.Equal= seimbang.
24.Faillieten boedel= harta pailit.
25.Fair and reasonableness= layak dan patut.
26.Fiduciary duty = prinsip kepercayaan yang diberikan perseroan kepada direktur perseroan.
27.Full responsibility= dengan penuh tanggung jawab.
28.Grosse akta = salinan akta untuk pengakuan utang dengan kepala akta “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang mempunyai kekuatan eksekutorial.
29.Imateriel= jaminan dengan benda tidak berwujud.
30.In good faith= dengan itikad baik.
31.Insolvent = suatu keadaan di mana seorang debitor tidak lagi mempunyai kemampuan finansial untuk membayar utang-utangnya kepada sebagian besar kreditornya, dan apabila dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian, atau rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.
32.Jus in rem= hak atas suatu benda.
33.Jus in personam= hak yang menuntut orang lain atas suatu perbuatan atau hak atas perbuatan orang lain.
34.Kreditor konkuren = kreditor-kreditor yang tidak mempunyai hak yang didahulukan dan mempunyai kedudukan yang sama antara yang satu sama lainnya.
35.Kreditor preferen= kreditor yang mempunyai hak didahulukan/diutamakan.
36.Kualitatif= secara kualitas.
37.Kuantitatif= secara jumlah.
38.Legal Right= hak hukum.
39.Litigasi= peradilan.
44.Negative covenants = klausula yang yang memuat kesanggupan debitor untuk tidak melakukan sesuatu hal selama masa perjanjian kredit.
45.Non-performing loan= kredit macet.
46.Novasi= pembaharuan utang.
47.On going concern= melanjutkan usaha debitor.
48.One man business= usaha perorangan.
49.Onderwerp Object = prestasi dan kontra prestasi, memberi, berbuat dan tidak berbuat sesuatu.
50.Onrechtmatige daad= perbuatan yang melanggar hukum.
51.Opeisbaarheid clause = klausula yang mengharuskan seorang debitor untuk melunasi kreditnya secara seketika dan sekaligus.
52.Outstanding credit = Baki Debet/saldo debet dari fasilitas kredit yang telah ditarik oleh debitor.
53.Pacta Sunt Servanda= asas daya mengikat kontrak.
54.Paritas Creditorium= seluruh harta kekayaan debitor baik yang berupa barang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi jaminan seluruh utangnya.
55.Pari Passu Prorata Parte = seluruh harta kekayaan debitor tersebut merupakan jaminan bersama untuk para kreditornya dan hasilnya harus dibagikan secara proporsional di antara kreditor, tanpa ada yang didahulukan kecuali jika di antara kreditor itu ada yang harus didahulukan menurut undang-undang dalam penerimaan pembayaran tagihannya.
56.Partij verzet= perlawanan pihak.
57.Persona standy in judicio = kehilangan hak untuk melakukan pengurusan dan penguasaan atas harta bendanya.
58.Persoonlijke aandeelhoudersrechten = hak yang berkaitan dengan kepemilikan perorangan.
59.Privilege= kedudukan yang istimewa.
60.Privity of Contract = asas kepribadian/pihak ketiga atau pihak di luar perjanjian tidak dapat ikut menuntut suatu hak berdasarkan perjanjian tersebut.
64.Rescheduling= penjadwalan kembali pembayaran kredit.
65.Restrictive clauses = klausula yang mewajibkan debitor selama masa berlakunya perjanjian kredit, tidak melakukan suatu tindakan tertentu.
66.Schuld= kewajiban menyerahkan prestasi kepada kreditor.
67.Secured = jaminan kredit tersebut dapat diadakan pengikatannya secara yuridis formal, sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
68.Set off= pengimpasan pinjaman.
69.Stay = lembaga penangguhan/hak untuk mengeksekusi hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan ditangguhkan pelaksanaannya selama 90 hari sejak putusan pernyataan pailit.
70.Strictly well regulated= yang sangat diatur/sangat teratur.
71.Ten uitvoer legging van vonnisen= menjalankan putusan pengadilan.
72.The five C of credit analysis = prinsip 5 C’s, yang meliputi, penilaian watak (character), penilaian kemampuan (capacity), penilaian terhadap modal (capital), penilaian terhadap agunan (collateral), penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitor (condition of economy).
73.Trigger clause = syarat batal/ syarat yang apabila dipenuhi akan menghentikan perikatan.
74.Ultra Vires = perbuatan yang merupakan perbuatan di luar kewenangan dari pembatasan-pembatasan kewenangan direksi perseroan.
75.Unforecasted variable= faktor yang sulit diprediksi.
76.Verification= rapat pencocokan utang.
77.Vermogensrechts =hukum harta kekayaan.
78.Vrijwilig, Voluntary= secara sukarela.
79.Zaakwaarneming = perikatan yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan.
3. BUPLN = Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara.
4. BW =Burgelijk Wetboek.
5. DIR = Direktur.
6. FV =Faillsement Verordening.
7. HIR =Het Herziene Indonesische Reglement.
8. HM = Hak Milik.
9. HGU = Hak Guna Usaha.
10. HGB = Hak Guna Bangunan.
11. HT = Hak Tanggungan.
12.Jo.=Juncto.
13. KEP = Keputusan.
14. Kepres = Keputusan Presiden.
15. KPKNL = Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang.
16. KUHD = Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
17. KUHPerdata = Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
18. LN = Lembaran Negara.
19. MA = Mahkamah Agung.
20. NBW =Nieuw Burgelijk Wetboek.
21. NIM = Nomor Induk Mahasiswa.
22. No. = Nomor.
23. Perpu = Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
24. PPAT = Pejabat Pembuat Akta Tanah.
25. PUPN = Panitia Urusan Piutang Negara.
26. PT. = Perseroan Terbatas.
32. Stb. =Staatsblad.
33. Tbk = Terbuka.
34. USU = Universitas Sumatera Utara.
35. UU = Undang-Undang.
36. UUKPKPU = Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang.
37. UUHT = Undang-Undang Hak Tanggungan.
38. UUPA = Undang-Undang Pokok Agraria.
39. UU Perkawinan = Undang-Undang Perkawinan.
karena PT memiliki kedudukan mandiri dan memiliki tanggung jawab yang terpisah dari organ-organ perseroan. Penggunaan objek jaminan milik organ perseroan tersebut menimbulkan tumpang tindihnya tanggung jawab PT dengan masing-masing organ perseroan. Sehingga perlu dikaji mengenai latar belakang penggunaan objek jaminan milik pihak ketiga sebagai jaminan utang debitor, penyelesaian kredit bermasalah dari perseroan terbatas pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga, serta kendala-kendala dalam penyelesaian utang perseroan terbatas pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier serta didukung hasil wawancara. Data diolah, dianalisis dan ditafsirkan secara logis, sistematis dengan menggunakan metode deduktif.
Latar belakang penggunaan jaminan milik pihak ketiga sebagai jaminan utang debitor berbentuk perseroan terbatas disebabkan karena bermunculannya badan usaha PT yang sebenarnya merupakan usaha perseorangan yang tujuan awalnya memang diperuntukkan guna mengambil manfaat atas karakteristik PT yang akhirnya menyebabkan banyaknya harta pribadi dari pemegang saham yang dianggap sebagai asset dari PT, tanpa adanya upaya formal untuk menegaskan status dari harta kekayaan yang dimasukkan sebagai asset PT tersebut selain itu apabilaassettersebut berbentuk hak atas tanah dengan Hak Milik kemudian akan dibalik nama ke atas nama PT akan menimbulkan konsekuensi penurunan status hak atas tanah tersebut yang dianggap para pihak lebih memiliki keterbatasan dalam hal jangka waktu dan nilai ekonomisnya. Proses penyelesaian utang debitor pailit apabila objek jaminannya milik pihak ketiga pada dasarnya sama dengan penyelesaian utang debitor pailit yang objeknya milik debitor sendiri yaitu setelah tindakan pengurusan boedel pailit, selanjutnya kurator akan melakukan pemberesan harta pailit. Kendala-kendala dalam penyelesaian utang debitor pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga, adalah adanya gugatan perlawanan dari pemberi hak jaminan dengan alasan keberatan atas surat paksa, tanahnya telah disewakan sebelum dijaminkan, barang jaminan merupakan harta gono-gini, atau harga lelang terlalu rendah, sulit mencari pembeli lelang dan peminat pembeli lelang sedikit.
independent position and has responsibility which is separated from its organs. The use of collateral owned by its organs has caused overlapping responsibility of the corporation and its organs. Therefore, it is necessary to study the background of the use of collateral owned by the third party for guarantee the debtor’s debt, the paying off non-performing credit, bankrupt corporation whose collateral owned by the third party, and obstacles in solving bankrupt corporation’s credit in which the collateral owned by the third party.
The research used judicial normative with descriptive analysis approach. The secondary data consisted of primary, secondary, and tertiary legal materials, supported by interviews. The data were processed, analyzed, and interpreted logically and systematically by using deductive method.
The use of collateral owned by the third party as the guarantee for a corporation’s debt is caused by the existence of corporations owned by individuals. The initial purpose is to get benefit from the characteristics of a corporation which will eventually cause a lot of personal wealth of the shareholders to be considered as the corporation’s assets. It seems that there is no formal effort to confirm the status of the corporation’s assets. Besides that, when the assets are the land rights in the form of ownership and are transferred title to the corporation, it will cause the consequence of lowering the value of the land since it is considered that it has limitation in its period and in its economical value. The process of debt the debt of a bankrupt debtor when the collateral is owned by the third party is basically similar to that when it is owned by the debtor himself; that is, by using bankruptcy boedel, followed by the management by the curator for the bankrupted property. The obstacles in paying off debt by bankrupt debtor in which the collateral is owned by the third party are the claim from the giver of collateral who complains about the warrant, the land has been pawned before it becomes collateral, the collateral is joint property or the action price is too low, difficulty in finding auction buyer, and the auction buyer is not interested in buying it.
A. Latar Belakang
Dalam sistem kepailitan yang berlaku di Indonesia, tidak membedakan secara
substantif antara kepailitan atas subjek hukum orang (natuurlijke persoon) dengan
kepailitan atas subjek hukum badan hukum (rechtspersoon).1 Hal tersebut sangat
disayangkan mengingat penyelesaian kepailitan bagi suatu pihak partikulir, yang
mempunyai pekerjaan tetap atau tunjangan yang nilainya tidak lebih besar dari
perlengkapan rumah tangga, akan sangat berbeda dengan penyelesaian kepailitan bagi
perusahaan besar yang dijalankan secara seragam dan dalam struktur kelompok
yuridis dimana kepentingan-kepentingan finansialnya lebih besar dan
problem-problemnya seringkali lebih rumit.2 Di samping dalam praktik, kepailitan lebih
banyak menimpa perseroan terbatas, terdapat juga implikasi yuridis atas kepailitan
perseroan terbatas yang berbeda dengan kepailitan orang-manusia kendatipun rezim
hukum yang berlaku sama.3
Pentingnya pengkajian terhadap kepailitan perseroan terbatas, di samping
untuk kepentingan para pelaku bisnis itu sendiri, juga ada kaitannya dengan pengaruh
ekonomi makro, bahwa pelaku bisnis dalam skala besar hampir dapat dipastikan
1M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan: Prinsip, Norma, dan Praktik diPeradilan, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.12.
2Sunarmi,Prinsip Keseimbangan Dalam Hukum Kepailitan Di Indonesia Edisi 2, (Jakarta: PT. Sofmedia, 2010), hlm. 6
adalah badan hukum perseroan terbatas, maka jika perseroan terbatas mengalami
kendala dalam kiprahnya, akan berdampak tidak baik terhadap perekonomian karena
akan menjadi beban dari sistem ekonomi itu sendiri.4 Pemilihan badan hukum
perseroan terbatas (PT) oleh para pelaku bisnis untuk menjalankan roda bisnisnya
antara lain karena karakteristik pertanggung-jawaban terbatas dari PT, manakala
dilakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama PT, maka dipandang sebagai
perbuatan PT itu sendiri, bukan sebagai perbuatan orang-orang yang menjalankan
perbuatan yang bersangkutan, sebagai konsekuensinya segala akibat dan utang yang
timbul dari perbuatan tersebut harus ditanggung oleh PT itu sendiri, yaitu dengan
harta kekayaan PT yang bersangkutan, bukan dari harta kekayaan pribadi yang
melakukan perbuatan, sekalipun yang melakukan perbuatan adalah pemegang saham
PT.5
Dalam menjalankan usahanya, suatu PT tidak akan terlepas dari
utang-piutang, kecenderungan yang ada menunjukkan proporsi perusahaan yang
mempergunakan pinjaman dari pihak ketiga atau modal dari luar perusahaan semakin
besar. Salah satu motif utama suatu badan usaha memakai modal dari pihak ketiga
adalah keinginan untuk meningkatkan keuntungan yang dapat diraih, sedang bagi
pihak kreditor atau pemberi pinjaman salah satu motif utamanya adalah keinginan
4Ibid,hlm.14-15.
untuk memperoleh balas jasa atas pemberian pinjaman tersebut, misalnya berupa
bunga.6
Modal dari pihak ketiga ini salah satunya adalah berasal dari lembaga
perbankan, penjanjian pinjam meminjam ini akan dituangkan dalam perjanjian kredit
yang diikuti dengan pengikatan jaminan kredit. Sebagaimana lazimnya suatu
perjanjian, setidak-tidaknya terdapat dua pihak yang terikat oleh hubungan hukum
itu, yaitu kreditor dan debitor. Masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban,
yaitu prestasi dan kontra prestasi, memberi, berbuat dan tidak berbuat, atau oleh
Undang-Undang disebut dengan istilah “Onderwerp object”.7
Dalam pelaksanaannya tidak selalu perjanjian tersebut dapat berjalan
sebagaimana diharapkan. Adakalanya terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh salah
satu pihak dalam perjanjian. Untuk menyelesaikan permasalahan utang piutang
tersebut biasanya pihak kreditor mengambil langkah-langkah sebagai upaya agar
kredit macet yang terjadi dapat ditanggulangi. Apabila langkah-langkah penyelesaian
kredit macet tersebut tidak bisa dilaksanakan, maka upaya pihak kreditor adalah
melakukan haknya sebagai kreditor pemegang hak jaminan kebendaan, yakni dengan
melelang objek jaminan atau mempailitkan debitor.
6 Rudhi A. Lontoh, ed., Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit Atau Penundaan Kewajiban Pembayaran utang,(Bandung: Alumni, 2001), hlm.203-204.
Kepailitan merupakan jalan keluar untuk proses pendistribusian harta
kekayaan debitor yang nantinya merupakan boedel pailit secara pasti dan adil.8
Penggunaan hukum kepailitan merupakan tindakan hukum yang terakhir yang dapat
dilakukan apabila langkah-langkah yang berupa perdamaian ataupun restrukturisasi
utang ternyata telah gagal untuk dilaksanakan.
Kepailitan merupakan suatu lembaga hukum perdata sebagai realisasi 2 (dua)
asas pokok yang terdapat dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata.9 Pasal 1131
KUHPerdata menyatakan bahwa: “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di
kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.” Pasal
1132 KUHPerdata menyatakan bahwa:
“Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar-kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.”
Dari dua ketentuan Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata tersebut di atas,
ditegaskan bahwa debitor diwajibkan untuk membayar kewajiban utangnya dengan
seluruh harta kekayaan yang dimilikinya, baik berupa benda bergerak maupun tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari. Debitor
dipaksa untuk memenuhi prestasinya kepada kreditor, apabila debitor lalai sehingga
terjadi wanprestasi, maka seluruh harta kekayaannya menjadi jaminan seluruh
utangnya (prinsip paritas creditorium).10 Jika debitor memiliki kewajiban utang
kepada lebih dari satu kreditor maka seluruh harta kekayaan debitor tersebut
merupakan jaminan bersama untuk para kreditornya dan hasilnya harus dibagikan
secara proporsional di antara kreditor, tanpa ada yang didahulukan kecuali jika di
antara kreditor itu ada yang harus didahulukan menurut undang-undang dalam
penerimaan pembayaran tagihannya (prinsippari passu prorata parte).11
Setiap debitor mempunyai kewajiban menyerahkan prestasi kepada kreditor,
dalam bahasa asing kewajiban itu disebut Schuld. Di samping itu, seorang debitor
juga memiliki kewajiban lain yaitu guna pelunasan utangnya, debitor berkewajiban
untuk membiarkan harta kekayaannya diambil oleh kreditor sebanyak utang debitor,
apabila debitor tidak memenuhi kewajiban membayar utang kepada kreditor.12
Secara umum orang memberikan jaminan atas utangnya dengan menggunakan
tanah miliknya sendiri, namun dalam praktek kadangkala pihak ketiga menjaminkan
tanahnya untuk jaminan utang debitor. Jika pihak ketiga menyerahkan barangnya
untuk dipergunakan sebagai jaminan utang oleh debitor kepada kreditor, maka
walaupun dalam hal ini pihak ketiga tidak mempunyai utang kepada kreditor, akan
tetapi ia bertanggung jawab atas utang debitor dengan barang yang dipakai sebagai
jaminan.13 Menurut ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Hak Tanggungan tidak
disebutkan objek Hak Tanggungan tersebut dimiliki oleh siapa, sehingga dengan
10Ibid.
11M. Hadi Shubhan,Op.Cit., hlm.69-71. 12Ibid., hlm.8.
demikian penggunaan objek jaminan milik pihak ketiga dalam lembaga Hak
Tanggungan adalah diperbolehkan.
Demikian juga dalam ketentuan Undang-Undang Kepailitan tidak diatur
mengenai tanggung jawab pihak ketiga pemberi jaminan kebendaan dalam hal debitor
dinyatakan pailit. Lebih lanjut mengenai sejauhmana tanggung jawab pihak ketiga
terhadap jaminan kebendaan yang dijadikan jaminan utang debitor juga tidak diatur
secara tegas dalam Undang-Undang Kepailitan.
Penggunaan objek jaminan milik pihak ketiga dalam pelaksanaan kegiatan
usaha yang melibatkan suatu badan hukum berbentuk perseroan terbatas
menimbulkan permasalahan tersendiri terkait dengan kedudukan mandiri dan
tanggung jawab terbatas yang dimiliki oleh perseroan terbatas dimana harta kekayaan
perseroan terbatas telah dipisahkan dari harta kekayaan para pendirinya, sehingga
dengan demikian segala tindakan organ perseroan terbatas selama tetap berpedoman
pada anggaran dasar dan rumah tangga perseroan merupakan tanggung jawab
perseroan terbatas itu sendiri bukan merupakan tanggung jawab direksi maupun
komisaris perseroan, oleh karena itu penggunaan objek jaminan milik direktur
maupun komisaris guna menjamin utang perseroan menimbulkan akibat
tumpang-tindihnya tanggung jawab perseroan dengan masing-masing organ perseroan.
Hal tersebut karena perseroan terbatas memiliki kedudukan mandiri dan
memiliki tanggung jawab yang terpisah dari organ-organ perseroan, namun di sisi
lain dengan penggunaan objek jaminan milik organ perseroan yang digunakan guna
menjadi ikut bertanggung jawab terhadap utang perseroan sebesar nilai objek jaminan
yang dijadikan jaminan utang perseroan terbatas.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, perlu suatu penelitian lebih lanjut
mengenai perlunasan utang debitor pailit yang akan dituangkan ke dalam judul tesis
“Penyelesaian Utang Perseroan Terbatas Yang Dinyatakan Pailit Yang Objek
Jaminannya Milik Pihak Ketiga”.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut dalam tesis ini adalah:
1. Apa yang menjadi latar belakang penggunaan objek jaminan milik pihak ketiga
sebagai jaminan utang debitor?
2. Bagaimana penyelesaian kredit bermasalah dari perseroan terbatas pailit apabila
objek jaminannya milik pihak ketiga?
3. Bagaimana kendala-kendala dalam penyelesaian utang perseroan terbatas pailit
yang objek jaminannya milik pihak ketiga?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukan di atas maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang penggunaan objek jaminan milik pihak ketiga
sebagai jaminan utang debitor.
2. Untuk mengetahui penyelesaian kredit bermasalah dari perseroan terbatas pailit
3. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam penyelesaian utang perseroan terbatas
pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga.
D. Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian merupakan satu rangkaian yang
hendak dicapai bersama, dengan demikian dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat menambah bahan pustaka/literatur
dalam penggunaan objek jaminan milik pihak ketiga dalam kepailitan, selain itu
penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi dasar bagi penelitian pada bidang
yang sama.
2. Secara praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah penyelesaian utang
perseroan terbatas yang dinyatakan pailit yang objek jaminannya milik pihak
ketiga.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan yang
ada dilingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Magister
Kenotariatan dan Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, belum
ada penelitian sebelumnya yang berjudul “Penyelesaian Utang Perseroan Terbatas
ada beberapa penelitian yang yang menyangkut perkara kepailitan dan lembaga Hak
Tanggungan antara lain penelitian yang dilakukan oleh :
1. Saudari Herlina Sihombing (NIM. 047011029), Mahasiwa Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Kedudukan Kreditor
Separatis Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan Dikaitkan Dengan Objek Hak
Tanggungan”, dengan permasalahan yang diteliti adalah:
a. Bagaimanakah pengaruh kepailitan terhadap objek Hak Tanggungan dalam
praktek pelaksanaan eksekusi?
b. Bagaimana Undang-Undang Kepailitan memberikan jaminan kepastian
hukum terhadap pelunasan piutang kreditor separatis yang dijamin dengan
Hak Tanggungan dari Debitor yang dinyatakan pailit?
2. Saudari Belinda (NIM. 077011009), Mahasiwa Magister Kenotariatan Universitas
Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Akibat Hukum Putusan Pernyataan
Pailit Debitor Terhadap Kreditor Pemegang Hak Tanggungan”, dengan
permasalahan yang diteliti adalah :
a. Bagaimana ketentuan hukum pelaksanaan kepailitan kreditor terhadap
debitor?
b. Bagaimana kedudukan kreditor pemegang hak tanggungan dalam keputusan
kepailitan?
c. Bagaimana akibat hukum kepailitan debitor terhadap kreditor pemegang hak
3. Saudara Zulfikar (NIM. 077011075), Mahasiwa Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Efektivitas Perlindungan
Hukum Terhadap Para Kreditor Dalam Hukum Kepailitan”, dengan permasalahan
yang diteliti adalah:
a. Bagaimanakah golongan kreditor dalam hukum kepailitan?
b. Bagaimanakah kedudukan para kreditor dalam hukum kepailitan?
c. Bagaimanakah efektivitas perlindungan hukum terhadap para kreditor dalam
hukum kepailitan?
4. Saudara Samanto Tarigan (NIM. 087011113), Mahasiwa Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Tanggung Jawab Penjamin
(Avalist) Terhadap Utang Debitor Yang Wanprestasi (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 1436.K/Pdt.2001”, dengan
permasalahan yang diteliti adalah:
a. Bagaimana penjamin (avalist) tanggung jawabnya terhadap utang debitor
yang merupakan perseroan terbatas yang belum mendapatkan pengesahan
sebagai badan hukum oleh Menteri Kehakiman bila debitor tersebut
wanprestasi ?
b. Apakah yang menjadi dasar hukum pengikatan terhadap seorang penjamin
(avalist) dalam perikatan pemberi jaminanaval?
c. Bagaimana kekuatan hukum perjanjian pemberian jaminan terhadap
eksekusi/sita jaminan terhadap benda jaminan yang diserahkan penjamin
Permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam penelitian-penelitian
tersebut berbeda dengan permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini. Dengan demikian penelitian ini adalah asli baik dari segi substansi
maupun dari permasalahan, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan
secara akademik.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis,
teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu
terjadi.14
Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam
membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.
Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,
tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.15
Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya
mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis
yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. Teori yang digunakan
sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori tanggung jawab hukum
sebagaimana dikemukakan oleh Hans kelsen :
14 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986), hlm.122.
“Suatu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa ia memikul tanggung jawab hukum, berarti bahwa ia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan hukum yang bertentangan. Biasanya yakni dalam hal sanksi ditujukan kepada pelaku langsung, seseorang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.”16
Lebih lanjut menurut Hans Kelsen, tiap-tiap manusia memiliki kebebasan,
tetapi dalam hidup bersama ia memikul tanggung jawab menciptakan hidup bersama
yang tertib, oleh karena itu dibutuhkan pedoman-pedoman yang objektif yang harus
dipatuhi secara bersama pula. Pedoman inilah yang disebut hukum. Jika hukum telah
menentukan pola perilaku tertentu, maka setiap orang seharusnya berperilaku sesuai
pola yang ditentukan itu.17
Tanggung jawab hukum terkait dengan konsep hak dan kewajiban hukum.
Konsep kewajiban biasanya dilawankan dengan konsep hak, istilah hak yang
dimaksud di sini adalah hak hukum (legal right). Penggunaan linguistik telah
membuat dua perbedaan hak yaitujus in rem dan jus in personam. Jus in remadalah
hak atas suatu benda, sedang jus in personam adalah hak yang menuntut orang lain
atas suatu perbuatan atau hak atas perbuatan orang lain. Pembedaan ini sesungguhnya
juga bersifat ideologis berdasarkan kepentingan melindungi kepemilikanprivatdalam
16Hans Kelsen, Teori Hukum Murni dengan judul buku asli “General Theory of Law and State”alih bahasa Somardi, (Jakarta: Rumidi Pers, 2001), hlm.65.
hukum perdata.Jus in remtidak lain adalah hak atas perbuatan orang lain untuk tidak
melakukan tindakan yang mengganggu kepemilikan.18
Suatu hak hukum menimbulkan kewajiban hukum orang lain. Kreditor
memiliki suatu hak hukum untuk menuntut bahwa debitor harus membayar sejumlah
uang, jika debitor diwajibkan secara hukum atau memiliki kewajiban hukum untuk
membayar sejumlah uang. Sebagaimana dimaksud oleh Hans Kelsen yang dikutip
oleh Jimly Asshiddiqie :
“Pernyataan bahwa saya memiliki hak melakukan perbuatan tertentu, mungkin hanya memiliki makna negatif, yaitu bahwa saya tidak diwajibkan untuk melakukan suatu perbuatan. Namun demikian, saya secara hukum tidak bebas melakukan apa yang ingin saya lakukan jika orang lain tidak diwajibkan secara hukum membiarkan saya melakukan apa yang ingin saya lakukan. Kebebasan hukum saya selalu terkait dengan urusan hukum orang lain. Hak hukum saya selalu merupakan kewajiban hukum orang lain.”19
Terkait dengan teori tanggung jawab hukum, dalam suatu peristiwa hukum
utang piutang antara kreditor dan debitor menimbulkan adanya hak dan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Pihak kreditor berkewajiban untuk
menyerahkan sejumlah dana untuk kepentingan debitor, pihak debitor memiliki
kewajiban untuk mengembalikan sejumlah dana yang digunakannya kepada kreditor.
Apabila debitor mengalami kemunduran usaha yang menyebabkannya tidak dapat
mengembalikan dana yang seharusnya dikembalikan kepada kreditor maka langkah
terakhir yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan lembaga kepailitan
sebagai upaya terakhir penyelesaian utang-utangnya.
18 Jimly Asshiddiqie, dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta: Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), hlm.66-67.
Lembaga kepailitan sebagai upaya penyelesaian utang debitor menggunakan
lembaga kepailitan ini sesuai pendapat Rudhy A. Lontoh yang dikutip oleh J.
Djohansah, “Kepailitan merupakan suatu proses dimana seorang debitor yang
mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh
Pengadilan, dan selanjutnya seluruh harta debitor tersebut dibagikan kepada para
kreditor.”20
Lembaga kepailitan merupakan suatu sistem yang mengatur bagaimanakah
hukum harus bertindak manakala seorang debitor tidak dapat membayar
utang-utangnya dan bagaimana pertanggung-jawaban debitor tersebut dalam hubungannya
dengan harta kekayaan yang masih ada atau akan dimilikinya.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, tujuan kepailitan antara lain :
1. Melindungi para Kreditor Konkuren.
2. Menjamin pembagian harta kekayaan debitor diantara para kreditornya. 3. Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat
merugikan kepentingan para kreditor.
4. Menghukum pengurus yang karena kesalahannya telah mengakibatkan perusahaan insolvensi.21
Lembaga Kepailitan ini diharapkan berfungsi sebagai lembaga alternatif untuk
penyelesaian kewajiban-kewajiban debitor terhadap kreditor secara lebih efektif,
efisien, dan proporsional. Mengapa lembaga kepailitan ini dibutuhkan dalam
penyelesaian kewajiban-kewajiban debitor terhadap para kreditor M. Hadi Shubhan
mengatakan bahwa :
20J. Djohansah,Pengadilan Niaga Di Dalam Penyelesaian Utang Melalui Pailit, (Bandung: Alumni, 2001), hlm.23.
“Dalam hal debitor mempunyai banyak kreditor dan harta kekayaan debitor tidak cukup untuk membayar lunas semua kreditor, maka para kreditor akan berlomba dengan segala cara, baik yang sesuai dengan prosedur hukum maupun yang tidak sesuai dengan prosedur hukum, untuk mendapatkan pelunasan tagihannya terlebih dahulu. Kreditor yang datang belakangan sudah tidak dapat lagi pembayaran karena harta debitor sudah habis diambil oleh kreditor yang lebih dahulu. Hal ini sangat tidak adil dan merugikan baik kreditor maupun debitor sendiri. Berdasarkan alasan tersebut, timbullah lembaga kepailitan yang mengatur tata cara yang adil mengenai pembayaran tagihan-tagihan para kreditor.”22
Penelitian pelunasan utang debitor pailit yang objek jaminannya milik pihak
ketiga didasarkan kepada tanggung jawab hukum debitor terhadap pelunasan
utang-utangnya kepada kreditor pemegang hak tanggungan. Hal ini sesuai dengan salah satu
ciri-ciri dari hak tanggungan bahwa hak tanggungan memberikan kedudukan yang
diutamakan (droit de preference) dimana apabila debitor cidera janji/wanprestasi,
maka kreditor pemegang hak tanggungan berhak untuk menjual objek jaminan
melalui lelang dan mengambil pelunasan piutangnya, dengan hak mendahului dari
kreditor lainnya.23
Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata disebutkan bahwa, “Semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”, hal ini berarti bahwa semua perjanjian yang dibuat menurut hukum
atau secara sah, sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, adalah mengikat
sebagai undang-undang terhadap para pihak.24 Menurut ahli-ahli Hukum Perdata,
22M. Hadi Shubhan,Op.Cit., hlm.4.
23 Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Edisi Revisi, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2010), hlm.336.
debitor yang tidak memenuhi kewajibannya dihukum untuk membayar ganti rugi,
biaya dan bunga kepada kreditor.25
Setiap debitor mempunyai kewajiban menyerahkan prestasi kepada kreditor,
dalam bahasa asing kewajiban itu disebut Schuld. Di samping itu, seorang debitor
juga memiliki kewajiban lain yaitu guna pelunasan utang, debitor kewajiban untuk
membiarkan harta kekayaannya diambil oleh kreditor sebanyak utang debitor, apabila
debitor tidak memenuhi kewajiban membayar utang kepada kreditor.26
Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan bahwa walaupun debitor
berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang memiliki kedudukan mandiri dan
tanggung jawab terbatas namun penggunaan objek jaminan milik organ perseroan
terbatas sebagai jaminan utang dimungkinkan dalam ketentuan perundang-undangan.
Masalah timbul ketika perseroan terbatas tersebut dipailitkan. Pemasukkan benda
jaminan milik pihak ketiga ke dalam hartaboedelpailit bertentangan dengan teori dan
ajaran badan hukum perseroan terbatas yang secara tegas memisahkan harta yang
dimiliki sendiri dan dipisahkan dari kekayaan para pemilik dan pengurus perseroan.
Namun demikian berdasarkan teori tanggung jawab hukum, maka pihak
ketiga pemilik objek jaminan tidak dapat menolak harta kekayaannya yang dijadikan
objek jaminan utang perseroan terbatas untuk dimasukkan dalam boedel pailit dan
dijual lelang dalam upaya penyelesaian utang perseroan terbatas.
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi
dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori dengan observasi, antara abstrak dan
kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang
digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.27
Menurut Burhan Ashshofa, suatu konsep merupakan abstraksi mengenai suatu
fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari jumlah karakteristik kejadian,
keadaan, kelompok atau individu tertentu.28
Adapun uraian dari pada konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
a. Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah
uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara
langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul
karena perjanjian atau Undang-Undang.29
b. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau
Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.30
c. Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau
Undang-Undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.31 Debitor
27
Samadi Suryabrata,Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm.31. 28
Burhan Ashshofa,Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm.19. 29 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepalilitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 1 angka 6
30 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepalilitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 1 angka 2
dimaksud dalam hal ini adalah debitor pailit yang berbentuk badan hukum
perseroan terbatas.
d. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
undang-undang perseroan terbatas serta peraturan pelaksanaannya.32
e. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang
berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi.33
f. Hak Tanggungan adalah suatu lembaga hak jaminan, dimana objek yang menjadi
jaminan suatu utang adalah benda yang berupa tanah.34
g. Objek jaminan adalah hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan utang dengan
dibebani Hak Tanggungan yaitu Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna
Bangunan.35
h. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor pailit yang pengurusan
dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan Hakim
Pengawas.36
32Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 1.
33
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepalilitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 1 angka 11
34J. Satrio,Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, Buku I, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), hlm.59.
35Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, Penjelasan Umum angka 5
i. Pemberi Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang
mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek Hak
Tanggungan.37
j. Milik adalah kepunyaan atau hak seseorang.
k. Pihak Ketiga adalah pihak lain sebagai pemilik yang sah dari objek jaminan yang
dijaminkan oleh debitor pailit.
l. Pemegang Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang
berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.38
G. Metode Penelitian
1. Sifat dan Jenis Penelitian
Sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis, bersifat deskriptif
analisis maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci
dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan
berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat
untuk menjawab permasalahan.39
Penelitian ini termasuk ruang lingkup penelitian yang menggambarkan,
menelaah dan menjelaskan serta menganalisa teori hukum yang bersifat umum dan
peraturan perundang-undangan mengenai penyelesaian utang debitor pailit yang
37Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, Pasal 8 ayat (1)
38Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, Pasal 9
objek jaminannya milik pihak ketiga, sehingga dapat diperoleh penjelasan bagaimana
latarbelakang penggunaan objek jaminan milik pihak ketiga dan proses penyelesaian
utang debitor pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga, dan sebagai hasilnya
diharapkan dapat menjelaskan bagaimana kendala dan penyelesaian objek jaminan
milik pihak ketiga dalam kepailitan debitor tersebut.
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum dengan metode
pendekatan yuridis normatif, yang disebabkan karena penelitian ini merupakan
penelitian hukum doktriner yang disebut juga penelitian kepustakaan atau studi
dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis
atau bahan hukum yang lain.40 Meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum,
sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah
serta dapat menganalisis permasalahan yang dibahas,41 serta menjawab pertanyaan
sesuai permasalahan-permasalahan dalam penulisan tesis ini, yaitu penyelesaian
utang debitor pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga.
2. Sumber Data/ Bahan Hukum
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk menghimpun
data sekunder, maka dibutuhkan bahan pustaka yang merupakan data dasar yang
digolongkan sebagai data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tertier.
40 Bambang Waluyo,Metode Penelitian Hukum, (Semarang: PT. Ghalia Indonesia, 1996), hlm.13.
a). Bahan hukum primer.42
Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan utama
yang dipakai dalam rangka penelitian ini di antaranya adalah Undang-Undang
No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang serta peraturan pelaksanaannya, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah,
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 serta peraturan-peraturan lain yang
berkaitan dengan perkara kepailitan dan objek jaminan berupa tanah.
b). Bahan hukum sekunder.43
Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan
dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti
hasil-hasil penelitian, hasil-hasil seminar, hasil-hasil karya dari kalangan hukum, serta
dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan penyelesaian utang perseroan terbatas yang
dinyatakan pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga.
c). Bahan hukum tertier.44
Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.
42Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Juritmetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hlm.53.
Selain data sekunder sebagai sumber data utama, dalam penelitian ini juga
digunakan data primer sebagai data pendukung yang diperoleh dari wawancara
dengan pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan atau narasumber.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data dilakukan
melalui tahap-tahap penelitian antara lain sebagai berikut :
a. Studi Kepustakaan (Library Research).
Studi Kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau mencari
konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian ini.
b. Wawancara.
Hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data penunjang dalam
penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan
sebagai informan atau narasumber yang dianggap mengetahui permasalahan yang
berkaitan dengan penyelesaian utang perseroan terbatas yang dinyatakan pailit
yang objek jaminannya milik pihak ketiga yaitu Kurator Swasta dan Kurator BHP
di Kota Medan, dan pihak yang mewakili debitor berupa badan hukum PT yang
menggunakan objek jaminan milik pihak ketiga, serta pihak Bank Bukopin
Cabang Medan yang biasa bertindak sebagai kreditor sehingga dianggap
mengetahui secara detail prosedur dan peraturan di bidang perkreditan terkait
Alat yang digunakan dalam wawancara yaitu menggunakan pedoman wawancara
bebas sehingga data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan lebih mendalam
sehingga dapat dijadikan bahan guna menjawab permasalahan dalam tesis ini.
4. Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna
untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan menggunakan
metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang
bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun
penuh dengan variasi (keragaman).45 Dalam praktek kepailitan terdapat implikasi
yuridis yang berbeda antara kepailitan subjek hukum orang dengan kepailitan badan
hukum PT walaupun sistem kepailitan di Indonesia tidak membedakannya secara
substantif. Selain itu, walaupun pada asasnya pihak ketiga yang menyerahkan
barangnya sebagai jaminan utang debitor kepada kreditor bertanggung jawab atas
utang debitor sebesar nilai objek jaminan tersebut, namun terhadap debitor pailit
berbentuk badan hukum PT yang menggunakan objek jaminan milik pihak ketiga
menyebabkan pemasukan objek jaminan milik pihak ketiga tersebut ke dalamboedel
pailit, di mana hal itu bertentangan dengan teori dan ajaran badan hukum PT yang
secara tegas memisahkan harta yang dimiliki sendiri dan dipisahkan dari kekayaan
para pendiri dan pengurus perseroan terkait kedudukan mandiri dan tanggung jawab
terbatas dari badan hukum PT.
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.46 Sedangkan metode kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan dan
pengelompokan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dan menghubungkan
tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan ataupun asas-asas
hukum yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.
Data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research)
dan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan (field research) kemudian
disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran secara menyeluruh
tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah penyelesaian utang perseroan
terbatas yang dinyatakan pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga.
Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode berpikir deduktif, yaitu
cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal
yang khusus, dengan menggunakan ketentuan berdasarkan pengetahuan umum
seperti teori-teori, dalil-dalil, atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-proposisi
untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus,47 guna
menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.
A. Ketentuan Mengenai Perjanjian Kredit 1. Syarat Sah Perjanjian Kredit
Perjanjian adalah persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua
pihak atau lebih yang masing-masing berjanji akan mentaati apa yang tersebut di
persetujuan itu.48Perjanjian menurut Subekti adalah “suatu peristiwa di mana seorang
berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal”.49
Perjanjian diatur dalam Buku III KUHPerdata yang mengatur tentang
perikatan. Yang dimaksud dengan perikatan dalam Buku III KUHPerdata, adalah
“suatu perhubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang atau
dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak
yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut”.
Perikatan memiliki arti yang lebih luas dari perjanjian, sebab dalam Buku III
KUHPerdata tersebut juga diatur perihal hubungan hukum yang sama sekali tidak
bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul
dari perbuatan yang melanggar hukum (onrechtmatige daad) dan perihal perikatan
48W.J.S. Poerdwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm.402.
yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan
persetujuan (zaakwaarneming).50
Mengenai syarat sah perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata adalah:51
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
Dimaksudkan bahwa kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus
bersepakat atau setuju mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan.
Kedua belah pihak dalam suatu perjanjian harus mempunyai kemauan yang bebas
untuk mengikatkan diri dan kemauan tersebut harus dinyatakan, baik secara tegas
dengan mengucapkan kata atau tertulis, maupun secara diam-diam dengan suatu
sikap atau dengan isyarat. Kemauan yang bebas sebagai syarat pertama suatu
perjanjian yang sah tersebut dianggap tidak ada dan karenanya kesepakatan itu tidak
sah mengikat apabila perjanjian tersebut terjadi oleh karena adanya unsur paksaan
(dwang), kekhilafan (dwaling), atau penipuan (bedrog).
b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian;
Dalam dunia hukum, kecakapan atau cakap hukum untuk membuat perjanjian
terkait dengan subjek hukum. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum pada
umumnya diukur dari suatu standar, yaitu untuk manusia (natuurlijke persoon) diukur
dari standar usia kedewasaan (meerderjarig), sedangkan untuk badan hukum (recht
persoon) diukur dari aspek kewenangan (bevoegheid). Dalam ketentuan Pasal 1330
KUHPerdata dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan tidak cakap membuat
perjanjian adalah orang-orang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh di bawah
pengampuan, dan orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh
undang-undang (telah dihapus dengan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)
Nomor 3 Tahun 1963 dan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan). Sedangkan ketentuan Pasal 330 KUHPerdata menyatakan bahwa :
”Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin.
Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun, maka mereka tidak kembali berstatus belum dewasa.
Mereka yang belum dewasa dan tidak di bawahkekuasaan orang tua, berada di bawah perwalian atas dasar dan dengan cara sebagaimana teratur dalam bagian ketiga, keempat, kelima dan keenam bab ini.”
Beranjak dari penafsirana-contrarioterhadap substansi ketentuan Pasal 1330
jo. Pasal 330 KUHPerdata tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa syarat
cakap bertindak bagi orang perorangan adalah telah berusia 21 tahun atau telah lebih
dahulu menikah, serta tidak ditaruh di bawah pengampuan.52Syarat cakap melakukan
perbuatan hukum bagi badan usaha yang berbadan hukum didasarkan pada
kewenangan yang melekat pada pihak yang mewakilinya, karena itu badan hukum
dianggap cakap untuk melakukan perbuatan hukum ketika badan hukum tersebut
telah didirikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
telah mendapat pengesahan dari menteri, sehingga badan hukum ini memiliki
hak dan kewajiban-kewajiban serta dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum
seperti manusia.53
c. Mengenai sesuatu hal tertentu;
Suatu hal tertentu terkait dengan objek perjanjian atau prestasi yang wajib
dipenuhi. Prestasi dalam perjanjian harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat
ditentukan. Kejelasan objek perjanjian sangat diperlukan dalam pemenuhan prestasi
(hak dan kewajiban). Artinya sifat dan luasnya hak-hak dan kewajiban kedua belah
pihak yang telah tentukan dalam perjanjian dapat dilaksanakan.
d. Suatu sebab yang halal;
Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang,
kesusilaan, dan ketertiban umum. Dalam pengertian ini pada benda (objek hukum)
yang menjadi pokok perjanjian itu harus melekat hak yang pasti dan diperbolehkan
menurut hukum sehingga perjanjian itu kuat.54
Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati antara pihak kreditor dan
debitor wajib dituangkan dalam perjanjian kredit (akad kredit) secara tertulis. Format
dan bentuk dari perjanjian itu pada umumnya diserahkan pada bank, namun isi dari
perjanjian itu harus jelas sehingga juga harus memperhatikan keabsahan dan
persyaratan secara hukum. Isi perjanjian sekurang-kurangnya mencakup persetujuan
para pihak, besar kredit, bunga, denda, jangka waktu kredit dan persyaratan lain yang
53H.R. Daeng Naja,Hukum Kredit dan Bank Garansi, The Banker Hand Book,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005), hlm.35.