• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DARI

C. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Eksekusi Objek

3. Eksekusi Objek Jaminan Dalam Hal Debitor Pailit

Latar belakang lahirnya eksekusi ini adalah disebabkan pemberi hak tanggungan atau debitor tidak melaksanakan prestasinya sebagaimana mestinya, walaupun yang bersangkutan telah diberikan surat peringatan atau somasi tiga kali berturut-turut oleh kreditor. Menurut Kamus Perbankan, yang dimaksud dengan somasi adalah peringatan tertulis melalui pengadilan dari kreditor kepada debitor yang cidera janji untuk memenuhi kewajibannya dalam batas waktu tertentu.135

Berdasarkan Pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan, menentukan bahwa: a. Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan:

1) Hak pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual obyek hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 atau,

133 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, LN Nomor 131 tahun 2004, TLN Nomor 4443, Pasal 61

134 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, LN Nomor 131 tahun 2004, TLN Nomor 4443, Penjelasan Pasal 61

135 Sujana Ismaya, Kamus Perbankan : Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, (Bandung: Pustaka Grafika, 2006), hlm.471.

2) Titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996. b. Atas kesepakatan pemberi dan pemegang hak tanggungan, penjualan obyek hak

tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan, jika dengan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.

c. Pelaksanaan penjualan dibawah tangan hanya dapat dilakukan setelah lewat jangka waktu satu (1) bulan sejak diberitahukannya secara tertulis oleh pemberi dan/atau pemegang hak tanggungan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikit-dikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang berada di daerah yang bersangkutan dan/atau media massa setempat, serta tidak ada pihak yang menyatakan keberatan.

d. Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi hak tanggungan dengan cara yang bertentangan dengan ketentuan pada ayat (1), ayat (2), dan (3) batal demi hukum. e. Sampai saat pengumuman untuk lelang dikeluarkan. Penjualan lelang dapat

dihindarkan dengan pelunasan utang yang dijamin dengan hak tanggungan itu beserta biaya-biaya eksekusi yang dikeluarkan.

Dari ketentuan Pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan tersebut dapat diketahui bahwa eksekusi hak tanggungan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : a. Hak pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual hak tanggungan atas

kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah. Hak untuk menjual

obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh pemegang hak tanggungan pertama. Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh pemberi hak tanggungan bahwa apabila debitor cidera janji, maka pemegang hak tanggungan berhak untuk menjual obyek hak tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan persetujuan lagi pemberi hak tanggungan dan selanjutnya mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan itu terlebih dahulu dari kreditor-kreditor yang lain. Sisa hasil penjualan tetap menjadi hak pemberi hak tanggungan. Eksekusi ini sering disebut juga sebagai parate executie, yaitu suatu cara dalam mengeksekusi barang jaminan tanpa melalui proses pengadilan. Ketentuanparate executieini sebelumnya telah diatur juga dalam Pasal 1178 ayat (2) KUHPerdata; atau,

b. Eksekusi atas titel eksekutorial yang terdapat pada sertipikat hak tanggungan berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah. Irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang dicantumkan pada sertipikat hak tanggungan dimaksudkan untuk menegaskan adanya kekuatan eksekutorial pada sertipikat hak tanggungan, sehingga apabila debitor cidera janji, maka siap untuk dieksekusi seperti halnya suatu putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Bank dalam hal ini mengajukan permintaan kepada Pengadilan untuk melakukan eksekusi atas obyek

jaminan kredit. Setelah memenuhi prosedur yang berlaku seperti pemberian teguran kepada debitor, penyitaan atas obyek jaminan kredit oleh juru sita dan pelelangan umum oleh kantor lelang, maka hasil penjualan obyek jaminan krdit diserahkan kepada bank untuk pelunasan hutang debitor. Penggunaan cara eksekusi ini banyak digunakan oleh bank yang terlihat antara lain dari iklan pelelangan umum di surat kabar,136atau,

c. Eksekusi di bawah tangan, adalah penjualan obyek hak tanggungan yang dilakukan oleh pemberi hak tanggungan berdasarkan kesepakatan dengan pemegang hak tanggungan, jika dengan cara ini akan diperoleh harga yang tertinggi.137 Pelaksanaan penjualan ini hanya dapat dilakukan setelah lewat satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan/atau pemegang hak tanggungan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikit-dikitnya dalam dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan dan/atau media massa setempat, serta tidak ada pihak yang menyatakan keberatan. Cara penjualan secara di bawah tangan ini sangat berkaitan dengan partisipasi dari debitor dan pemilik obyek jaminan kredit, akan tetapi sering kali kondisi tersebut sulit dicapai mengingat debitor kredit macet biasanya sudah enggan berhubungan dengan bank atau karena adanya alasan lainnya.138

136M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm.150.

137 Salim HS., Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2004), hlm.190-191.

Kemudian berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan, yang menentukan bahwa, apabila debitor cidera janji, pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

Menurut Salim HS, mengemukakan bahwa eksekusi hak tanggungan dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu:139

a. Hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri, merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan yang diutamakan yang dipunyai oleh pemegang hak tanggungan.

b. Eksekusi atas titel eksekutorial yang terdapat pada sertifikat hak tanggungan, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996. Irah-irah yang dicantumkan pada sertifikat hak tanggungan dimaksud untuk menegaskan adanya kekuatan eksekutorial pada sertifikat hak tanggungan, sehingga apabila debitor cidera janji, siap untuk dieksekusi seperti halnya suatu putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

c. Eksekusi di bawah tangan, adalah penjualan objek hak tanggungan yang dilakukan oleh pemberi hak tanggungan berdasarkan kesepakatan dengan pemegang hak tanggungan.

Eksekusi Hak Tanggungan dalam kepailitan terkait dengan proses pemberesan harta pailit setelah adanya keadaaninsolvencydari debitor.

Hak eksekusi kreditor pemegang hak tanggungan menurut ketentuan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan, yaitu hak untuk mengeksekusi hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan ditangguhkan pelaksanaanya (stay) untuk jangka waktu paling lama 90 hari terhitung sejak putusan pernyataan pailit diucapkan.

Setelah masa penangguhan tersebut berakhir Kreditor pemegang hak tanggungan harus melaksanakan haknya tersebut yaitu dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan setelah dimulainya keadaan insolvency, yaitu apabila dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan renacana perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.140 Pasal 59 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan menyatakan bahwa kreditor separatis sudah harus melaksanakan haknya dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak dimulainya keadaaninsolvency.