• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Restrukturisasi

BAB III PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DARI

A. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Restrukturisasi

Kredit bermasalah seringkali dipersamakan dengan kredit macet, padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kolektibilitas macet ditambah dengan kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan yang mempunyai potensi untuk menjadi macet.91

Selanjutnya mengenai kriteria kolektibilitas kredit lancar apabila kredit tidak terdapat tunggakan, baik angsuran pokok maupun bunga, atau terdapat tunggakan angsuran pokok ataupun tunggakan bunga tetapi belum melampaui 1 bulan bagi kredit yang masa angsurannya 1 bulan, atau belum melampaui 3 bulan bagi kredit yang masa angsurannya 2 bulan sampai 3 bulan, atau belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang masa angsurannya 4 bulanan atau lebih.92

Kriteria kolektibilitas kredit kurang lancar apabila terdapat tunggakan angsuran pokok yang melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi kredit dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan, atau melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang masa angsurannya 2 bulanan atau 3 bulanan, atau melampaui 6 bulan dan belum melampaui 12 bulan bagi kredit yang masa

91H.R. Daeng Naja,Op.cit., hlm.329. 92Ibid., hlm.304.

angsurannya 6 bulanan atau lebih, terdapat tunggakan bunga yang melampaui 3 bulan bagi kredit yang masa angsurannya kurang dari 1 bulan, atau melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan.93

Kriteria kolektibilitas kredit diragukan apabila kredit tidak tidak memenuhi kriteria kredit lancar dan kurang lancar, yang berdasarkan penilaian dapat disimpulkan bahwa kredit masih bisa diselamatkan dan agunannya bernilai sekurang-kurangnya 75 % dari utang peminjam termasuk bunganya, atau kredit tidak dapat diselamatkan, tetapi agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100 % dari utang peminjam.94

Sedangkan kriteria kolektibilitas kredit macet, apabila tidak memenuhi kriteria kredit lancar, kurang lancar, dan diragukan, atau memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan sebagai kredit diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan kredit.95

Ekonomi suatu negara seharusnya merupakan suatu paduan yang efisien dan saling mendukung diantara kegiatan-kegiatan sektor riil. Saat ini dapat dikatakan bahwa penyediaan berbagai jasa keuangan (perbankan) merupakan sektor yang

strictly well regulated. Hal ini terjadi karena perbankan menyangkut kepentingan jumlah orang banyak. Situasi di Indonesia adalah suatu hal yang cukup memberi gambaran bahwa perbankan merupakan sektor yang sangat diatur. Meskipun

93Ibid., hlm.304-305. 94Ibid., hlm.305. 95Ibid.

perbankan merupakan sektor yang strictly well regulated, tetapi kredit macet masih dapat terjadi diantaranya disebabkan karena :96

a. Kesalahanappraisal;

b. Membiayai proyek dari pemilik/ terafiliasi;

c. Membiayai proyek yang direkomendasi oleh kekuatan tertentu; d. Dampak makro ekonomi/unforecasted variable;

e. Kenakalan nasabah.

Sedangkan Siswanto Sutojo mengatakan bahwa kredit bermasalah dapat timbul selain karena sebab-sebab dari pihak kreditor, sebagian besar kredit bermasalah timbul karena hal-hal yang terjadi pada pihak debitor, antara lain :97 a. Menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan yang disebabkan merosotnya

kondisi ekonomi umum dan/ atau bidang usaha dimana mereka beroperasi.

b. Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, atau karena kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka tangani.

c. Problem keluarga, misalnya perceraian, kematian, sakit yang berkepanjangan, atau pemborosan dana oleh salah satu atau beberapa orang anggota keluarga debitor.

d. Kegagalan debitor pada bidang usaha atau perusahaan mereka yang lain. e. Kesulitan likuiditas keuangan yang serius.

96 H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm.121.

97Siswanto Sutojo,The Management of Commercial Bank, (Jakarta: Damar Mulia Pustaka, 2007), hlm.171-172.

f. Munculnya kejadian di luar kekuasaan debitor, misalnya perang dan bencana alam.

g. Watak buruk debitor (yang dari semula memang telah merencanakan untuk tidak akan mengembalikan kredit).

Sebagian besar kredit bermasalah tidak muncul secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya kasus kredit bermasalah merupakan satu proses, yang diibaratkan api dalam sekam. Banyak gejala tidak menguntungkan yang menjurus kepada kasus kredit bermasalah, sebenarnya telah bermunculan jauh sebelum kasus itu sendiri timbul di permukaan. Bilamana gejala tersebut dapat dideteksi dengan tepat dan ditangani secara professional sedini mungkin, ada harapan kredit yang bersangkutan dapat dicegah. Sebaliknya bilamana api yang membara dalam sekam itu tidak dideteksi atau dibiarkan saja, transaksi kredit akan berakhir dengan bencana, terutama bagi pihak kreditor. Gejala-gejala yang muncul sebagai tanda akan terjadinya kredit bermasalah adalah :98

a. Penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian kredit; b. Penurunan kondisi keuangan perusahaan;

c. Frekuensi pergantian pimpinan dan tenaga inti; d. Penyajian bahan masukan secara tidak benar; e. Menurunnya sikap kooperatif debitor;

f. Penurunan nilai jaminan yang disediakan; g. Problem keuangan atau pribadi.

2. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Restrukturisasi Utang

Langkah pertama yang harus segera diambil setelah bank mendeteksi adanya gejala kredit bermasalah adalah menentukan seberapa besar masalah yang sedang dihadapi debitor. Hal itu diperlukan karena cara penanganan selanjutnya akan dipengaruhi oleh tingkat besar kecilnya masalah tadi.

Selain ditentukan oleh besar kecilnya masalah yang dihadapi oleh debitor, cara bank menangani kredit bermasalah juga dipengaruhi oleh :99

a. Jumlah dana milik debitor yang diharapkan dapat dipergunakan untuk mengembalikan kredit,

b. Jumlah kredit yang dipinjam debitor dari kreditor lain, c. Status dan nilai jaminan yang telah terikat, maupun d. Sikap debitor dalam menghadapi bank.

Dalam menyelesaikan kredit bermasalah menurut Siswanto Sutojo dapat dilakukan melalui :100

a. Organisasiinternbank.

Yang menjadi pertimbangan bank membentuk tim khusus untuk menangani kredit bermasalah adalah sebagai berikut :

1) Waktu yang dibutuhkan untuk menangani kredit bermasalah, dalam menangani kredit bermasalah biasanya diperlukan proses dan waktu yang lama, apabila penanganan kredit bermasalah tersebut dilakukan oleh organisasi intern bank

99Ibid., hlm.178. 100Ibid., hlm.181.

akan lebih efisien baik dari segi biaya yang harus dikeluarkan maupun dari segi jangka waktunya penyelesaiannya.

2) Obyektifitas penanganan, dengan penanganan kredit bermasalah oleh organisasi intern bank sendiri diharapkan penyelesaian kredit bermasalah akan lebih fokus dan objektif sesuai kondisi sesungguhnya mengenai prospek usaha, kondisi keuangan, dan kemampuan membayar dari debitor yang akhirnya akan menentukan tindakan yang akan dilakukan oleh pihak bank selanjutnya.

3) Pengalaman dan keahlian yang diperlukan, jumlah saldo kredit tertunggak dan tingkat beratnya masalah yang dihadapi. Dalam menyelesaikan kredit bermasalah agar tidak berlarut-larut serta menimbulkan kerugian lebih besar bagi bank, diperlukan penanganan oleh organisasi intern bank yang sesuai dengan pengalaman dan keahlian dalam menangani kredit bermasalah. Apabila upaya penanganan kredit bermasalah ini tidak membuahkan hasil karena rasio saldo kredit tertunggak terhadap modal debitor sangat tinggi, dan usaha debitor tidak lagi dapat diandalkan untuk memenuhi kewajiban debitor, maka akan dilakukan upaya lain melalui proses litigasi.

b. Penanganan kredit bermasalah melalui proses pengadilan dan di luar proses pengadilan.

Bank menangani penyelesaian kredit bermasalah melalui proses pengadilan dilakukan antara lain bilamana bank mendapat bukti ada unsur penipuan atau kesengajaan di pihak debitor, atau apabila proses penyelesaian di luar pengadilan tidak membawa hasil seperti yang diharapkan. Sedangkan penanganan penyelesaian

kredit bermasalah di luar proses pengadilan dilakukan bank apabila mereka masih mempunyai harapan dalam satu masa tertentu (dengan bimbingan bank) debitor mampu mengumpulkan dana untuk melunasi kredit dan bunga tertunggak. Adapun yang lazim dilakukan bank adalah melalui :101

1) Penjadwalan kembali pembayaran kredit (rescheduling);

Jangka waktu perpanjangan masa pembayaran kembali kredit tidak boleh terlalu lama. Apabila bank merasa perlu mengadakan perpanjangan masa pembayaran kembali yang kedua dan seterusnya (yang disertai syarat perjanjian lebih ketat), hal tersebut hanya dapat diberikan apabila bank yakin bahwa kondisi keuangan debitor telah menjadi lebih baik dari masa sebelumnya.

2) Peninjauan kembali isi perjanjian kredit (reconditioning);

Baik sebagian maupun seluruhnya dilakukan seiring dengan keputusan bank menjadwalkan kembali pembayaran kredit. Tujuan utama dari peninjauan kembali isi perjanjian kredit adalah memperkuat kedudukan bank dalam ikatan perjanjian dengan debitor. Isi perjanjian yang dapat ditinjau kembali adalah :

a) Jumlah angsuran,

b) Jadwal pembayaran angsuran,

c) Affirmative covenants, yang memuat kesanggupan pihak pimpinan perusahaan melakukan sesuatu hal demi kepentingan kreditor. Hal-hal yang biasa dimasukan dalam affirmative covenants antara lain adalah kesanggupan perusahaan debitor untuk menyerahkan daftar keuangan perusahaan, sesuai dengan jadwal yang

ditentukan, kewajiban perusahaan debitor untuk memelihara tingkat likuiditas keuangan, kesanggupan perusahaan debitor untuk melaporkan perubahan susunan atau personalia Dewan Komisaris dan atau Dewan Direksi.

d) Negative covenants, yang memuat kesanggupan debitor untuk tidak melakukan sesuatu hal selama masa perjanjian kredit, kecuali bilamana memberitahukan dan mendapat persetujuan dari kreditor terlebih dahulu.

e) Restrictive clauses, Isirestrictive clauseshampir sama dengannegative covenants

yaitu mewajibkan debitor selama masa berlakunya perjanjian kredit, tidak melakukan tindakan tertentu, perbedaannya hanya terletak pada tingkat pembatasannya. Pada negative convenants kesanggupan debitor bersifat mutlak, yaitu tidak boleh melakukan sesuatu hal tanpa persetujuan kreditor terlebih dahulu. Sedangkan pada restrictive clauses debitor masih diperkenankan melakukan sesuatu yang dilarang dalam negative covenants tetapi dalam batas-batas tertentu. Sebagai contoh, debitor diperkenankan membagikan deviden maksimal sebesar satu jumlah prosentase tertentu dari laba sesudah pajak.

f) Event of defaults, yang dimaksud Event of defaults adalah hal-hal yang bilamana terjadi (atau syarat tertentu yang bilamana tidak dipenuhi), menyebabkan debitornya dinyatakan tidak memenuhi janji, sehingga secara otomatis bank dapat menyatakan bahwa perjajian kredit batal. Akibatnya debitor wajib secepatnya membayar kembali saldo kredit yang masih terutang. Klausula ini diadakan dengan tujuan melindungi bank dari bahaya terseret pada persoalan kredit bermasalah secara berlarut-larut.

3) Penataan kembali (reorganizationandrecapitalization);

Upaya penataan kembali struktur kepemilikan, organisasi, dan operasi bisnis perusahaan debitor secara profesional dapat menyehatkan operasi bisnis debitor. Dalam rangka penataan kembali operasi bisnis dan memperkuat kondisi keuangan perusahaan debitor, diperlukan rekapitalisasi yang dapat berbentuk upaya memasukkan modal saham baru atau mengkonversi saldo kredit berikut bunga tertunggak menjadi saham.

c. Penanganan kredit bermasalah dengan jalan penagihan;

Selain dengan cara-cara seperti di atas, bank juga dapat melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara melakukan penagihan. Penagihan dapat dilakukan baik oleh pihak bank sendiri maupun melalui jasa pihak ketiga. Untuk melakukan penagihan, bank harus mengirimkan surat tagihan resmi kepada debitor yang didalamnya mencantumkan batas waktu terakhir pelunasan tunggakan kredit. d. Penyelesaian kredit macet melalui PUPN dan BUPLN (Sekarang KPKNL);

Jika kredit bermasalah sudah dapat digolongkan sebagai kredit macet, maka untuk bank-bank milik negara di Indonesia harus menyerahkan penyelesaian kredit macetnya kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN). Sekarang Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).102

102Landasan hukum dalam mengurus piutang Negara adalah Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara, Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 tentang Panitia Urusan Piutang Negara dan BUPN, dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 61/KMK.08/2002 tentang Panitia Urusan Piutang Negara.

Sedangkan Muhamad Djumhana, mengemukakan bahwa penyelesaian kredit bermasalah secara administrasi perkreditan dapat dilakukan melalui:103

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), b. Pensyaratan kembali (reconditioning), dan

c. Penataan kembali (restructuring) sebelum dilakukan penyelesaian melalui lembaga yang lebih bersifat yudisial.

Penyelesaian kredit bermasalah menurut Johannes Ibrahim dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :104

a. Pengimpasan Pinjaman (set off).

Mark B. Hapgood memberikan pengertian pengimpasan pinjaman sebagai: “Prosedur dimana sebuah tuntutan dan utang atau ganti rugi diajukan dengan jalan membebaskan sebuah tuntutan utang atau ganti rugi lainnya”. Pengimpasan pinjaman di dalam perjanjian kredit bank dirumuskan baik secara tersurat ataupun tersirat, yang tercantum dalam sejumlah fasilitas kredit. Pengimpasan pinjaman dikenal pula dengan pengertian kompensasi diatur dalam Pasal 1425 sampai dengan Pasal 1435 KUHPerdata. Pengimpasan pinjaman merupakan perjumpaan utang antara dua pihak yang masing-masing bertindak sebagai kreditor dan debitor, dan dalam statusnya masing-masing mempunyai kewajiban silang di mana kewajiban tersebut sudah jatuh tempo dan dapat dibayarkan, dihapuskan karena bekerjanya hukum baik dengan sendirinya atau setelah diajukan pemberitahuan dari satu pihak kepada pihak yang

103Muhamad Djumhana,Op.cit.,hlm.430. 104Johannes Ibrahim,Op.cit., hlm.118.

lain. Setiap pengimpasan pinjaman hanya dapat menghasilkan satu atau dua solusi, pertama, semua kewajiban kedua belah pihak hapus, kedua, semua kewajiban salah satu pihak hapus dengan meninggalkan saldo yang harus dibayar oleh pihak yang lain.

b. Akta Penyelesaian Pinjaman.

Penyelesaian kredit bermasalah dapat juga dilakukan melalui pembuatan akta penyelesaian utang-piutang, yaitu dengan dibuatnya suatu perjanjan baru mengenai penyelesaian utang. Konsep penyelesaian utang melalui pembuatan perjanjian kredit baru ini dikembalikan kepada kehendak kedua belah pihak untuk menutup perjanjian.

Penyelesaian kredit menggunakan lembaga kepailitan melalui Pengadilan Niaga ditempuh apabila upaya penyelamatan kredit melalui restrukturisasi atau penyelesaian secara damai sudah diupayakan secara maksimal tetapi belum memberikan hasil yang positif atau debitor tidak menunjukkan itikad baik.

Dalam praktek perbankan di PT. Bank Bukopin Tbk, terhadap debitor yang dipandang masih mempunyai prospek usaha dan itikad baik dalam menyelesaikan kewajibannya, penyelamatan kredit dapat dilakukan dengan cara :105

a. Rescheduling(penjadwalan kembali);

Adalah upaya penyelamatan kredit dengan melakukan perubahan syarat-syarat kredit berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali atau jangka waktu pelunasan termasuk jumlah setoran pelunasan dan/atau pembayaran bunga kredit.

105 Hasil wawancara dengan Dian Oktria, Legal Officer PT. Bank Bukopin Tbk Cabang Medan, tanggal 15 Juli 2013

Dasar pertimbangan bagi pihak PT. Bank Bukopin Tbk melakukan

rescheduling adalah masih adanya keyakinan dari pihak PT. Bank Bukopin Tbk bahwa debitor hanya mengalami kesulitan likuiditas sementara, debitor masih kooperatif serta masih beritikad baik dan masih memiliki prospek usaha.

Bentuk rescheduling yang dilakukan oleh PT. Bank Bukopin Tbk kepada debitor adalah perpanjangan jangka waktu pelunasan hutang. Rescheduling ini dilakukan oleh PT. Bank Bukopin Tbk kepada debitor selama jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Apabila rescheduling ini belum memberikan hasil, maka PT. Bank Bukopin Tbk melakukan tindakan selanjutnya, yaitureconditioning.

b. Reconditioning(persyaratan kembali)

Adalah tindakan penyelamatan kredit dengan cara melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh syarat yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran angsuran dan/atau jangka waktu kredit saja, namun perubahan tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau perubahan maksimum saldo kredit.

Tindakan reconditioning ini diberikan oleh PT. Bank Bukopin Tbk kepada debitor yang dianggap masih mempunyai itikad baik untuk melunasi kewajibannya. Tindakan ini dilakukan oleh PT. Bank Bukopin Tbk karena debitor mengalami kekurangan modal kerja dan jaminan yang dikuasai PT. Bank Bukopin Tbk cukup untuk mengcover utang kreditnya. Pada saat pelaksanaan reconditioning ini, kolektibilitas kredit menjadi diragukan dan mengarah pada kolektibilitas macet. Oleh karena itu bentukreconditioningyang dilakukan oleh PT. Bank Bukopin Tbk kepada

debitor adalah memberikan keringanan tunggakan bunga kepada debitor dengan nilai yang menurut pertimbangan dan perhitungan pihak PT. Bank Bukopin Tbk merupakan yang paling menguntungkan baginya.

Reconditioning ini dilakukan oleh PT. Bank Bukopin Tbk kepada debitor selama jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Rescheduling dan Reconditioning atas suatu kredit merupakan tindakan yang dilakukan PT. Bank Bukopin Tbk dalam upaya memperbaiki posisi kredit dan keadaan keuangan debitor yang menuju ke arah macet dengan jalan mendudukkan kembali kredit tersebut dengan persyaratan-persyaratan baru yang lebih disesuaikan dengan kondisi debitor tanpa mengurangi keamanan posisi PT. Bank Bukopin Tbk. Tujuan yang ingin dicapai dengan pelaksanaan

reschedulingdanreconditioningini adalah :

1) Memperbaiki keadaan kredit debitor yang menuju ke arah macet sehingga aktif kembali dan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya, tanpa harus mengeksekusi obyek jaminan untuk penyelesaian kreditnya.

2) Perbaikan pinjaman, yang berarti mencari upaya yang dapat menyehatkan keuangan debitor sehingga memungkinkan terdapatnya sumber-sumber baru bagi pengembalian kredit disamping memberikan kesempatan kepada debitor untuk kembali berusaha secara aktif.

3) Membina debitor dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan kedua belah pihak. 4) Apabila reconditioning ini belum memberikan hasil juga, maka PT. Bank

c. Restructuring(penataan kembali);

Adalah tindakan penyelamatan dengan melakukan perubahan persyaratan-persyaratan perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit atau melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru. Dasar pertimbangan bagi pihak PT. Bank Bukopin Tbk melakukan restructuring

adalah masih adanya keyakinan dari pihak PT. Bank Bukopin Tbk bahwa debitor masih mempunyai itikad baik, prospek usaha debitor masih bisa berjalan baik, debitor mengalami kesulitan keuangan dan beban bunga yang diberikan terlalu berat.

Bentuk restructuring yang dilakukan oleh PT. Bank Bukopin Tbk kepada debitor adalah perubahan tingkat suku bunga dan perhitungannya. Faktor-faktor yang mendukung untuk dapat dilaksanakannya restructuring adalah dalam hal usaha debitor masih baik, sarana produksi masih baik, pengelolaan usaha ada pada tingkat

professionaldan hal ini merupakan faktor penentu debitor bahwa dapat meningkatkan kemampuan debitor untuk membayar kembali kredit yang diterimanya.

Tindakan restructuring ditempuh karena pembiayaan terhadap obyek kredit melebihi kemampuan debitor (over financing) dan obyek jaminan hak tanggungan yang dikuasai PT. Bank Bukopin Tbk masih dapat mengcover hal tersebut.

Restructuring ini dilakukan oleh PT. Bank Bukopin Tbk kepada debitor selama jangka waktu 12 (dua belas) bulan.

B. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Lembaga Kepailitan