Lampiran 1
Produksi kedelai di Sumatera Utara tahu 2004-2013 Tahun Produksi Kedelai Luas lahan
(Ha)
Sumber : diolah dari data sekunder, 2015
Konsumsi Kedelai di Sumatera Utara Tahun 2004-2013
Tahun Konsumsi 2001 40.888 2.144.949 11.247.958 6.741.914 10.265 2002 44.061 2.376.306 11.383.503 7.482.946 9.260 2003 31.199 2.200.513 11.591.182 8.672.097 8.570 2004 41.412 3.349.364 12.160.536 9.741.566 8.985 2005 55.200 2.777.740 12.326.678 11.326.516 9.705 2006 56.580 2.468.816 12.643.494 12.684.532 9.200 2007 56.580 3.031.310 12.834.371 14.166.626 9.125 2008 57.314 5.233.083 13.042.317 16.813.290 9.666 2009 58.111 4.374.414 13.248.386 18.381.013 9.447 2010 56.613 4.204.958 12.982.204 21.236.780 9.036 2011 59.993 5.200.902 13.103.596 23.778.381 9.113 2012 60.512 5.732.582 13.215.401 26.184.146 9.718 2013 61.316 7.492.145 13.326.307 29.722.268 12.250
Daftar pustaka
Badan Pusat Statistik. 2014. Sumatera Utara Dalam Angka. Jakarta: BPS. Baliwati, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Daniel, M. 2003. Pengantur Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Kusumosuwondo. 1981. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LP-FE UI).
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Mubyarto. 1989. Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES.
Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Ign Bayu Mahendra [penerjemah]. PT Penerbit Erlangga, Jakarta.
Nitisemito, Walter. 1991. Manajemen Personalia – Manajmen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia.
Puslitbang tanaman pangan. 2015. Sumatera Utara.
Rukmana, 2002. Kedelai dan Pengolahannya. Kanisius. Jakarta.
Simanjuntak, Payaman J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Singarimbun, M dan Efendi, S. 1989. Metode Penelitian Survey. PT pustaka LP3ES Indonesia: Jakarta.
Soekartawi, 1993. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudarman, J. H. 2013. Pembibitan Palawijaya dan Hortikultura. Bola Bintang:
Klaten.
Sukirno, S 2005. Teori Pengantar Mikro Ekonomi. Edisis Dua. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Suryana, 2001. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba Empat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Wilayah
Penelitian ini dilakukan di provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah yang prosfektif untuk mengetahui ketersediaan dan konsumsi kedelai. Adapun yang menjadi pertimbangan di dalam penentuan wilayah adalah atas terjadinya fluktuasi dari luas areal pertanaman, produktifitas, dan produksi dari tanaman kedelai di Sumatera Utara.
Tabel 2. Luas Areal Pertanaman, Produktifitas, dan Produksi Kedelai Sumatera Utara tahun 2004-2013
Tahun Luas Lahan(Ha) Produktivitas (ku/ha)
3.2 Metode Penentuan Sampel dan Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan range tahun 1999-2013 yang dianalisis dengan alat bantuan program SPSS.
sumber data ini lebih banyak sebagai data statistik atau data yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga siap digunakan. Data dalam bentuk statistik biasanya tersedia pada kantor-kantor pemerintahan, biro jasa data, perusahaan swasta, atau badan lain yang berhubungan dengan penggunaan data (Daniel, 2002).
3.3 Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya ditabulasi, kemudian dibuat hipotesis, dilanjutkan dengan metode analisis yang sesusai dengan hipotesis yang diambil. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara menggunakan model regresi linier berganda.
Untuk menguji identifikasi masalah (1) akan diuji dengan menggunakan regresi, dengan persamaan :
Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 +µ Keterangan :
Y = Produksi kedelai (ton) a0 = Konstan intersep
X1 = Luas lahan kedelai (ha)
X2 = Tenaga kerja (jiwa)
X3 = Harga pupuk (Rp)
µ = Standar error
Secara serempak hipotesis yang digunakan adalah :
H0 = luas panen, tenaga kerja, dan harga pupuk secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap produksi kedelai
H1 = luas panen, tenaga kerja, dan harga pupuk secara bersama-sama berpengaruh
terhadap produksi kedelai.
Secara parsial hipotesis yang digunakan adalah :
H0 = luas panen kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai.
H1 = luas panen kedelai berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai.
H0 = harga pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai
H1 = harga pupuk kedelai berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai
H0 = tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai.
H1 = tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai
Jika th ≤ t tabel, tolak H1 ; terima H0
Jika th ≥ t tabel, tolak H0 ; terima H1
Dan untuk menguji identifikasi masalah (2) akan diuji dengan menggunakan regresi, dengan persamaan :
Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 + µ
Keterangan :
Y = Konsumsi kedelai (ton) a0 = Konstanta intersept
X1 = Harga kedelai impor (Rp/ton)
X2 = Jumlah penduduk (jiwa)
X4 = Nilai tukar (Rp/$)
µ = Standar error
a1 – a4 = Koefesien variabel regresi
Secara serempak hipotesis yang digunakan adalah :
H0 = harga kedelai impor, jumlah penduduk, pendapatan dan nilai tukar secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap konsumsi kedelai.
H1 = harga kedelai impor, jumlah penduduk, pendapatan dan nilai tukar secara
bersama-sama berpengaruh terhadap konsumsi kedelai.
Secara parsial hipotesis yang digunakan adalah :
H0 = harga kedelai impor tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
H1 = harga kedelai impor berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
H0 = jumlah penduduk tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
H1 = jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
H0 = pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
H1 = pendapatan berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
H0 = nilai tukat tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
H1 = nilai tukar berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
Jika th ≤ t tabel, tolak H1 ; terima Ho
Jika th ≥ t tabel, tolak Ho ; terima H1
Uji Asumsi Klasik
misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linier, misalnya uji multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis regresi linier sederhana dan uji autokolerasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.
Uji asumsi klasik yang digunkan yaitu uji miltikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas tidak ada ketentuan pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas adalah untuk melihat ada atau tidaknya kolerasi yang tinggi antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu.
Multikolinieritas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan melihat :
Jika nilai toleransi kurang dari 0,1 dan nilai VIF (Variance Inflation
Factor) melebihi 10.
Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8
2. Uji Heteroskedastitas
Uji heteroskedastitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas, pengambilan keputusan yaitu :
Jika ada pola tertentu,, seperti titik-titk yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Priyanto,2012)
3. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adallah memiliki nilai8 residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnnya. Sering terjadi kesapanen yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.
3.4 Defenisi dan batasan Operasional. 3.4.1 Defenisi
1. Produksi kedelai adalah jumlah kedelai yang tersedia untuk di konsumsi oleh masyarakat
2. Luas panen adalah luasan areal pertanian yang dui usahakan untuk memproduksi jenis tanaman produksi tertentu (Ha)
3. Tenaga kerja adalah kelompok penduduk usia kerja dimana yang mampu bekerja atau yang melakukan kegiatan ekonomi dalam menghasilkan suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Jiwa)
4. Harga pupuk adalah sangat berpengaruh bagi pendapatan petani untuk digunakan untuk produksi pertanian (Rp)
5. Konsumsi kedelai adalah sejumlah kedelai yang akan dimakan oleh masyarakat dengan tujuan pemenuhan kebutuhan hayati.
6. Harga kedelai impor adalah harga kedelai impor (Rupiah/ton) yang diperoleh dari perkalian harga kedelai impor dalam Dollar Amerika dengan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
7. Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan oleh aktifitasnya, kebanyakan dari penjual produk dan/atau jasa kepada pelanggan. 8. Jumlah penduduk adalah sejumlah penduduk yang mendiami dan beraktifitas di
suatu wilayah.
9. Nilai tukar mata uang adalah perbandingan suatu mata uang terhadap mata uang negara lain yang dinyatakan dalam satuan Rupiah per US$.
3.4.2 Batasan Operasional
1. Data yang diambil adalah data dalam kurun waktu 1999 sampai 2013 meliputi produksi dan konsumsi di Sumatera Utara.
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
4.1. Letak dan Keadaaan Geografi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian Barat Indonesia, terletak pada garis 1º - 4º LU dan 98º - 100º BT. Adapun batasan wilayah Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. - Sebelah Timur berbatasan dengan Negara Malaysia di Selat Malaka. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat. - Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 Km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias. Berdasarkan luas daerah menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing natal dengan luas 6.620,70 Km2 atau sekitar 9,23 persen dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km2 atau 8,74 persen, kemudian Kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km2 Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 Km2 atau sekitar 0,02 persen dari total luas wilayah Sumaetra utara. Jumlah pulau di Sumatera Utara sekitar 162 pulau yang terdiri dari 156 pulau berada di tepi pantai Barat dan 6 pulau berada di pantai Timur.
4.2. Kondisi Iklim dan Topografi
Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 30,1°C, sebagian daerah
berbukit dengan kemirigan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 21,4°C.
Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasaya terjadi pada bulan November sampai dengan Maret dan musim peghujan biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan bulan September, diantara kedua musim itu terdapat musim pancaroba.
4.3. Kondisi Demografi
Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah . Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, jumlah penduduk Sumatera Utara pada tanggal 11 Oktober 1990 (hari sensus) sebesar 10,26 juta jiwa, kemudian dari hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Selajutnya dari hasil Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara 12.982,204 jiwa.
6.678.117 jiwa perempuan atau dengan ratio jenis kelamin/sex ratio sebesar 99,55. Pada tahun 2013 penduduk Sumatera Utara lebih banyak tinggal di daerah pedesaan disbanding daerah perkotaan. Jumlah penduduk yang tinggal di pedesaan adalah 6,77 juta jiwa (51,83%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 6,55 juta jiwa (49,1%).
Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota tahun 2013
NO Kabupaten/ Kota Luas Wilayah (km2)
15 Humbang Hasundutan 2.297,20 176.429 77
16 Pakpak Barat 1.218,30 42.144 35
22 Labuhanbatu Selatan 3.116,00 289.655 93
23 Labuhanbatu Utara 3.545,80 337.404 95
Sumatera Utara 71.680,68 13.326.307 186
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin Kabupaten/Kota (jiwa) Tahun 2013
NO Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin
01 Nias 64.999 68.389 133.388 95,04
02 Mandailing Natal 203.017 210.458 413.475 96,46 03 Tapanuli Selatan 133.531 135.293 268.824 98,70 04 Tapanuli Tengah 162.605 161.401 324.006 100,75
05 Tapanuli Utara 141.418 144.700 286.118 97,73
06 Toba Samosir 86.924 88.145 175.069 98,61
07 Labuhanbatu 217.581 213.137 430.718 102,09
08 Asahan 342.337 339.457 681.794 100,85
15 Humbang Hasundutan 87.588 88.641 176.429 98,59
16 Pakpak Barat 21.242 20.902 42.144 101,63
17 Samosir 60.588 61.336 121.924 98,78
18 Serdang Bedagai 303.963 301.620 605.583 100,78
19 Batu Bara 192.710 190.250 382.960 101,29
20 Padang Lawas Utara 116.830 115.910 232.746 100,80
21 Padang Lawas 118.889 118.370 237.259 100,44
22 Labuhanbatu Selatan 147.688 141.967 289.655 104,03 23 Labuhanbatu Utara 170.316 167.088 337.404 101,93
24 Nias Utara 63.865 65.188 129.053 97,97
25 Nias Barat 39.628 43.226 82.854 91,68
71 Sibolga 43.100 42.881 85.981 100,51
72 Tanjung Balai 79.913 78.686 158.599 101,56
73 Pematang Siantar 115.787 121.647 237.434 95,18
74 Tebing Tinggi 73.680 75.385 149,065 97,74
75 Medan 1.048.451 1.074.759 2.123.210 97,55
76 Binjai 125.917 125.346 252.263 99,66
77 Padang Sidempuan 99.725 104.890 204.615 95,08
78 Gunungsitoli 53.298 56.105 129.403 95,75
Sumatera Utara 6.648.190 6.678.117 13.326.307 99,55
4.4 Pada Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini 4.4.1 Produksi Kedelai Sumatera Utara
Keadaan produksi kedelai di Sumatera Utara selalu mengalami fluktuasi. Terlihat bahwa jumlah produksi kedelai Sumatera Utara terbesar di sepanjang tahun 1999-2013 terjadi pada tahun 1999 sebesar 28.817 ton. dengan jumlah produksi terendah di tahun 2013 sebesar 3.229 ton.
Tabel 5. Produksi Kedelai Sumatera Utara tahun (1999-2013)
No Tahun Produksi Kedelai (ton)
1 1999 28.817
Sumber : Badan Pusat Statistik (BFS)2014
Dari Tabel 5 di atas, terlihat bahwa jumlah produksi kedelai Sumatera Utara terbesar di sepanjang tahun 1999-2013 terjadi pada tahun 1999 sebesar 28.817 ton. dengan jumlah produksi terendah di tahun 2013 sebesar 3.229 ton.
4.4. Konsumsi Kedelai Sumatera Utara
ton dan tertinggi berada pada tahun 2013 yaitu 61.316 ton. Dari tahun ketahun mulai dari tahun 1999-2013 setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan.
Tabel 6. Konsumsi Kedelai di Sumatera Utara Tahun 1999-2013
Tahun Konsumsi Kedelai Ratio
1999 32.179 0,000
Sumber : BPS Sumatera Utara 2014
Dari tahun 2004 sampai dengan 2013 secara umum terjadi peningkatan di dalam konsumsi kedelai Sumatera Utara.
4.5 Luas Lahan kedelai
Tabel 7. Luas Lahan Tanaman Kedelai Di Sumatera Utara Tahun 1999-2013
Tahun Luas panen kedelai (Ha) Rasio
1999 27.171 0,00
Sumber : BPS Sumatera Utara, 2014
Dari tahun 1999 sampai dengan 2013 secara umum terjadi penurunan luas lahan kedelai di Sumatera Utara. Terjadi penurunan yang signifikan pada tahun 2013 yaitu 3.126 yang mungkin di akibatkan perubahan penggunaan lahan tanaman produksi tanaman kedelai kepada sektor lain.
4.6 Jumlah Tenaga Kerja di Bidang Pertanian
Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja di Bidang Pertanian di Sumatera Utara
Sumber : BPS Sumatera Utara, 2014
Dari tabel 8 diatas dapat kita lihat jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara, jumlah tenaga kerja paling sedikit yaitu pada tahun 2012 yaitu 3.834.093 jiwa. Dan tenaga kerja paling banyak pada tahun 2010 yaitu 4.468.816.
4.7 Jumlah Harga Pupuk
Tabel 9. Jumlah Harga Pupuk di Sumatera Utara Tahun 1999-2013
Tahun Harga Rata-Rata Pupuk Rp/Kg
1999
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
Dari tabel 9 diatas, dapat dilihat bahwa harga pupuk dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2013 selalu meningkat pertahunnya.
4.8 Pendapatan Penduduk
Tabel 10. Pendapatan Penduduk di Sumatera Utara Tahun 1999-2013
Sumber : BPS Sumatera Utara 2014
Dari tabel 10 diatas, pendapatan penduduk terendah berada pada tahun 1999 yaitu berkisar Rp 5.476.169 (juta). Dan pendapatan penduduk tertinggi berada pada tahun 2013 yaitu Rp 29.722.268 (juta).
4.9 Nilai Tukar
Tabel 11. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar di Indonesia tahun 1999-2013
Sumber : BPS Sumatera Utara 2014
Pada tabel 11 di atas, dapat dilihat nilai tukar rupiah terhadap dollar di Indonesia yang paling rendah pada tahun 1999 yaitu Rp 7.100 $. Nilai tukar rupiah terhadap dollar paling tinggi brada pada tahun 2013 yaitu Rp 12.250 $.
4.10 Harga Impor Kedelai
Tabel 12. Harga Kedelai Impor di Sumatera Utara 1999-2013
Tahun Harga kedelai (Rp/ton)
1999 1.383.657
Sumber : BPS Sumatera Utara 2014
Dari tabel 12 di atas, harga kedelai paling rendah pada tahun 1999 yaitu Rp 1.383.657 (ton). Dan harga kedelai impor paling tinggi berada pada tahun 2013 yaitu Rp 7.492.145 (ton).
4.11 Jumlah Penduduk
Tabel 13. Jumlah Penduduk di Sumatera Utara Tahun 1999-2013
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
1999 11.955.400
2000 11.513.973
2001 11.247.958
2002 11.383.503
2003 11.591.182
2004 12.160.536
2005 12.326.678
2006 12.643.494
2007 12.834.371
2008 13.042.317
2009 12.248.386
2010 12.982.204
2011 13.103596
2012 13.215.401
2013 13.326.307
Sumber : BPS Sumatera Utara 2014
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kedelai Di Sumatera Utara
Dari metode analisis data diketahui bahwa variabel-variabel yang dapat mempengaruhi produksi kedelai adalah luas lahan kedelai (X1), Tenaga Kerja
(X2), dan Harga Pupuk (X3). Dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat
seberapa besar pengaruhnya terhadap produksi kedelai sebagai variabel terikat. Namu sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu :
Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilihat dari gerak scatterplot hasil pengolahan dengan spss seperti berikut.
Gambar 2. Grafik Normal Plot Produksi Kedelai
Uji heterokedastitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut :
Gambar 3. Scatterplot Uji Heterokedasititas produksi Kedelai
Dari grafik scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala hetertokedastitas dikarenakan pada grafik terlihat bahwa titik-titk menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolineraritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF masing-masing variabel seperti berikut ini :
Tabel 14. Nilai Tolerance dan VIF Produksi Kedelai
Variabel Tolerance VIF
Luas Lahan Kedelai 0,721 1,386
Tenaga Kerja 0,751 1,332
Harga Pupuk 0,720 1,388
Sumber : Analisis data sekunder dari lampiran 2
1,386: 1,332; 1,388. Dari perhitugan diatas tidak terdapat nilai VIF yang lebih besar dari 10. Sedangkan masing-masing nilai Tolerance-nya sebesar 0,721; 0,751; 0,720. Dari perhitungan di atas tidak terdapat nilai Tolerance-nya yang lebih kecil dari 0,1 dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalam model persamaan ini.
Analisis Regresi Linier Berganda
Produksi kedelai dipengaruhi variabel antara lain adalah luas lahan kedelai, tenaga kerja, dan nilai tukar. Untuk menguji pengaruhnya, maka perlu dilakukan pengujian dengan metode regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan SPSS 16,0 baik secara serempak maupun secara parsial. Hasil regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini :
Tabel 15. Hasil Analisis Produksi Kedelai
Variabel Koefisien
Sumber : Analisis data sekunder dari lampiran 2
Dari tabel 15 diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = -2187,199 + 1,093X1 + 0,001X2 – 0,050X3
Keterangan :
Y = Produksi Kedelai (Ton) X1 = Luas Lahan Kedelai (Ha)
X3 = Nilai Tukar
Kofesien Determinasi (R2)
Dari tabel 15 diporeh nilai R2 sebesar 0,988 yang berarti 98,8% variasi variabel terikat yaitu ketersediaan kedelai yang diminta dapat dijelaskan oleh viriasi variabel yaitu Luas Lahan Kedelai, Tenaga Kerja, dan Harga Pupu, sedangkan sisanya 11% lagi dijeleskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Uji F (Uji Serempak)
Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 305,442 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 sedangkan bahwa nilai F tabel 3,59 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05%. Dengan demikian F hitung ≥ F
tabel dan sig. F (0,000) ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya luas
lahan, tenaga kerja, dan harga pupuk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai di Sumatera Utara.
Uji T (Uji Parsial)
Dari tabel 15 dapat diinterprestasikan pengaruh variabel adalah luas lahan kedelai, tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap produksi kedelai di Sumatera Utara sebagai berikut :
1. Pengaruh Luas Lahan Kedelai Terhadap Produksi Kedelai
Nilai T hitung variabel luas lahan kedelai yang diperoleh adalah 26,386 dan nilai T tabel sebesar 2,201 maka T hitung > T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,000 maka sig. T (0,000) , 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak
H1 diterima yang artinya variabel luas lahan kedelai secara parsial berpengaruh
nyata terhadap produksi kedelai.
Keberadaan luas lahan kedelai berpengaruh terhadap produksi kedelai. Apabila luas lahan kedelai sedikit maka sangat berpengaruh terhadap produksi kedelai.
2. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Kedelai
Koefisien regresi tenaga kerja sebesar 0,001 dapat diartikan bahwa berpengaruh yang berbanding lurus (positif) antara tenaga kerja dengan produksi kedelai. Jika tenaga kerja naik sejumlah 1000 Jiwa, maka jumlah produksi kedelai akan berkurang sebanyak 1 ton.
Nilai T hitung variabel tenaga kerja yang diperoleh adalah 1,799 dan nilai T tabel sebesar 2,201 maka T hitung < T tabel dan tingkat signifikan T hitung sebesar 0,009 maka sig. T (0,009) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1
diterima yang artinya variabel tenaga kerja secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai.
3. Pengaruh Harga Pupuk Terhadap Produksi Kedelai
Koefisien regresi harga pupuk sebesar -0,050 dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang berbanding terbalik (negatif) antara harga pupuk denga produksi kedelai. Jika harga pupuk naik sebesar Rp 1, maka produksi kedelai akan menurun sebanyak 0,050 ton.
Nilai T hitung variabel nilai tukar yang diperoleeh adalah -0,055 dan nilai T tabel sebesar 2,201 maka T hitung < T Tabel dan tingkat signifikan T hitung sebesar 0,957 maka sig. T (0,957) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 diterima dan H1
ditolak yang artinya viriabel harga pupuk secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai.
Harga pupuk berpengaruh terhadap produksi kedelai. Apabila harga pupuk meningkat maka petani kedelai akan mengurangi pemberian pupuk terhadap produksi kedelai.
5.2 Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumai Kedelai di Sumatera Utara
Dari metode analisis data diketahui bahwa variabel-variabel yang dapat mempengaruhi konsumsi kedelai adalah harga kedelai impor (X1), jumlah
penduduk (X2), pendapatan (X3), dan nilai tukar (X4). Dari variabel-variabel bebas
tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap konsumsi kedelai sebagai variabel terikat.
Namun sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang harus dipenehui, yaitu :
Uji normalitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut :
Gambar 3. Grafik Normal Plot Konsumsi Kedelai
Berdasarkan tampilan grafik normal plot diatas terlihat bahwa titk menyebar dekat di sekitar garis diagunal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa model persamaan layak dipakai karena telah memenuhi aasumsi normalitas.
Uji Heterokedastisitas
Gambar 4. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Konsumsi Kedelai
Dari grafik scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dikarenakan pada grafik terlihat bahwa titk-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta terbesar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y.
Uji multikolinearitas
Uji multikolinaritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF masing-masing variabel seprti berikut ini :
Tabel 16. Nilai Tolarance danVIF Konsumsi Kedelai
Variabel Tolerance VIF
Harga Kedelai Impor 0,612 1,633
Jumlah Penduduk 0,193 5,172
Pendapatan 0,150 6,654
Nilai Tukar 0,501 1,998
Sumber : Analisis data sekunder dari lampiran 3
Berdasarkan tabel 16 diatas, dapat dilihat variabel harga kedelai (X1), jumlah
penduduk (X2), pendapatan (X3), dan nilai tukar (X4) masing-masing nilai
sebesar 0,163; 0,193; 0,150; 0,501. Dari perhitungan di atas tidak terdapat nilai
Tolerance-nya yang lebih kecil dari 0,1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalam model persamaan ini.
Analisis Regresi Linier Berganda
Konsumsi kedelai dipengaruhi variabel antara lai adalah harga kedelai, jumlah penduduk, dan pendapatan. Untuk menguji pengaruhnya, maka perlu dilakukan pengujian dengan metode regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 baik secara serempakb maupun secara parsial. Hasil regresi linier dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini :
Tabel 17. Hasil Analisis Konsumsi Kedelai
Variabel Koefisien
Regresi
T Hitung Signifikan
(constant) -105097,674 -1,652 0,129
Harga kedelai impor(X1) -0,001 -1,263 0,235
Sumber : Analisis data sekunder dari lampiran 3
Dari tabel 17 diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = -105097,674–-0,001 (X1) + 0,010 (X2) + 0,000 (X3) + 3,175 (X4) Keterangan
Y = Konsumsi kedelai (ton/kap/thn) X1 = Harga kedelai impor (Rp/ton)
X2 = Jumlah penduduk (Jiwa)
X4 = Nilai tukar
Koefisien Determinan (R2)
Dari tabel 17 diperoleh nilai R2 sebesar 0,807 yang berarti 80,7% variasi variabel terkait yaitu konsumsi kedelai yang diminta dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas yaitu harga kedelai impor, jumlah penduduk, pendapatan dan nilai tukar sedangkan sisanya 23% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Uji F (Uji Serempak)
Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 10,453 dengan tingkat signifikan sebesar 0,001 sedangkan nilai F tabel sebesar 3,48 pada tingkat signifikan sebesar 0,05%. Dengan demikian F hitung ≥ F tabel dan sig F (0,001) ≤ 0,05, maka H0 ditolak H1 diterima yang artinya hargai kedelai
impor, jumlah penduduk, pendapatan, dan nilai tukar secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai di Sumatera Utara.
Uji T (Uji Parsial)
1. Pengaruh Harga Kedelai Impor Terhadap Konsumsi Kedelai
Koefisien regresi harga kedelai impor sebesar -0,001 dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang berbanding terbalik (negatif) antara harga kedelai impor dengan konsumsi kedelai. Jika harga kedelai impor naik sebesar Rp 1, maka konsumsi akan menurun sebanyak -0,001 ton.
Nilai T hitung variabel harga kedelai yang diperoleh adalah -1,263 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung < T tabel dan tingkat signifikan T hitung sebesar 0,235 maka sig. 0,235 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan H0 diterima dan
H1 ditolak yang artinya variabel harga kedelai impor secara persial berpengaruh
nyata terhadap konsumsi kedelai.
Kedelai merupakan komoditi pangan yang masih tergantung kepada impor di dalam pemenuhan konsumsi. Harga kedelai impor yang berfluktuasi pemenuhan konsumsi juga akan mengalami fluktuasi juga. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.
2. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Konsumsi Kedelai
Nilai T hitung variabel jumlah penduduk yang diperoleh 2,056 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung < T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,067 maka sig. T (0,067) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 diterima dan H1
ditolak yang artinya variabel jumlah penduduk secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
Jumlah penduduk berpengaruh terhadap jumlah konsumsi. Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relative rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
3. Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Kedelai
Koefisien regresi pendapatan sebesar 0,001 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang terbanding lurus (positif) antara pendapatan dengan konsumsi kedelai. Jika pendapatan naik sebesar Rp1, maka konsumsi kedelai akan bertambah sebanyak 0,015 ton.
Nilai T hitung variabel pendapatan yang diperoleh adalah 0,598 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung < T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,563 maka sig. T (0,563) > 0,05, sehinnga dapat disimpulkan H0 diterima dan H1
Pendapatan masyarakat berpengaruh terhadap kamampuan konsumsi dari masyarakat itu sendidiri. Fluktuasi dari jumlah pendapatan berpengaruh terhadap fluktuasi jumlah kedelai.
4. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Konsumsi Kedelai
Koefisien regresi nilai tukar sebesar 3,175 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara nilai tukar dengan konsumsi kedelai. Jika nilai tukar naik sebesar Rp 1./$, maka konsumsi kedelai akan bertambah sebanyak 3,175 ton.
Nilai T hitung variabel nilai tukar yang diperoleh sebesar 1,546 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung < T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,153 maka sig. T (0,153) > 0,05, sehinnga dapat disimpulkan H0 diterima dan H1
ditolak yang artinya variabel nilai tukar secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
Tabel 18. Rasio perbandingan produksi dan konsumsi kedelai di sumatera
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka pada penelitian ini dapat titarik kesimpulan sebagai berikut :
1. a. Produksi kedelai di Sumatera Utara secara agregat dipengaruhi nyata oleh luas panen, tenaga kerja, dan nilai tukar.
b. Produksi kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi nyata luas panen kedelai dan tenaga kerja.
c. Produksi kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi nyata oleh harga pupuk.
2. a. Konsumsi kedelai di Sumatera Utara secara agregat dipengaruhi nyata oleh harga kedelai impor, jumlah penduduk, pendapatan dan nilai tukar. b. Konsumsi kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi nyata oleh harga kedelai impor, jumlah penduduk, pendapatan, dan nilai tukar.
6.2 saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Diharapkan agar pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait dalam upaya peningkatan produksi kedelai Sumatera Utara membuat pencapaian target produksi kedelai yang selama ini tidak ada serta dapat membuat suatu strategi produksi untuk menjaga produksi kedelai, yakni dengan menjaga dan mengembangkan produktivitas laha kedelai dari setiap daerah di Sumatera Utara yang memiliki potensi besar untuk meghasilkan tanaman kedelai yang tinggi.
2. Diharapkan agar pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait menerapkan kebijakan-kebijakan yang ada tentang Swasembada Pertanian di Sumatera Utara. Perlu diadakan kerjasama antara Kelompok tani seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kota Medan dengan Dinas Pertanian Sumut untuk program ke depan agar produksi kedelai di Sumatera Utara dapat meningkat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia setelah jagung dan beras. Komoditas ini juga mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dalam pengambilan kebijakan pangan nasional. Kedelai mengandung berbagai macam gizi yang sangat penting, seperti protein, lemak, dan vitamin. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi yang tinggi, kedelai pun banyak dikonsumsi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Singarimbun,1989).
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada ketinggian antara 0-600 m dpl (diatas permukaan laut). Derajat pH tanah yang dikehendaki oleh tanaman kedelai adalah berkisar antara 5,8-7,0. Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Intnesitas curah hujan yang dibutuhkan adalah 1.200-3.000 mm/tahun, dengan curah hujan ideal sekitar 100-400 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai berkisar antara 21-34o C. Namun, Suhu udara optimum untuk pertumbuhan kedelai adalah 23-27o C dengan kelembaban 60-70%. Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh didaerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Iklim yang kering lebih disukai tanaman kedelai daripada iklim yang lembab (Umar,2008).
sedangkan yang dijadikan untuk benih dipanen pada saat umur 100-110 hari, agarmatangnya biji sempurna dan merata (Sudarman,2013).
Rata-rata tanaman kedelai di Sumatera Utara dapat dipanen hanya dua kali dalam satu tahun. Artinya dalam satu tahun hanya ada dua musim tanam kedelai. Sebenarnya dalam satu tahun, kedelai dapat dipanen selama 3 kali musim tanam, mengingat umur panen kedelai berkisar 75-110 hari. Namun, penerapan pola tanam dari petani yang kerap menyandingkan tanaman kedelai dengan tanaman lain seperti jagung atau padi membuat kebanyakan di Sumatera Utara kedelai hanya dapat dua kali musim tanam dalam satu tahun. Biasanya para petani menerapkan pola tanam seperti kedelai-kedelai-padi atau kedelai-kedelai-jagung.
Sebagian besar konsumsi kedelai di Indonesia masih digunakan untuk bahan makananan manusia dalam bentuk olahan, seperti tahu, tempe, kecap dan minuman sari kedelai. Jadi, sebagian besar kedelai yang dikonsumsi oleh industri makanan olahan. Industri tahu dan tempe merupakan pengguna kedelai terbesar, dimana pada tahun 2000, kebutuhan kedelai untuk tahu dan tempe mencapai 1,78 juta ton atau 88% dari kebutuhan nasional (Puslitbang Tanaman Pangan, 2005).
sosial budaya berarti fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang seduai dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kabiasaan, dan pendidikan masnyarakat tersebut. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut pemilihan jenis bahan pangan, pengolahan, serta persiapan dan penyajiannya (Baliwati,2014).
2.2 Landasan Teori
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 2 input produksi seperti tenaga kerja, harga pupuk merupakan satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, luas lahan dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno,2005).
Kenaikan hasil yang semakin berkurang (Law of diminishing return) merupakan suatu hasil yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari perkiraan antara tingkat produksi dan input produksi yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of diminishing return
(LDR) menyatakan apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya terus-menerus ditambah sebanyak 1 unit, maka mulanya produksi tolal akan semakin banya pertambahannya, tetapi sesudah mencapai tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat maksimum kemudian menurun (Sukirno,2005).
Panen sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya panen yang digunakan (Mubyarto,1989).
Meskipun demikian, soekartawi (1993) menyatakan bahwa bukan berarti semakin luas panen pertanian maka semakin efesien panen tersebut. Bahkan panen yang sangat luas dapat terjadi inefisien panen tersebut, bahkan panen yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi yang disebabkan oleh :
1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja.
2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja di sekitar daerah itu yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.
Sebaliknya dengan panen yang luasnya relatif sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal dibutuhkan tidak terlalu besar.
Tenaga kerja adalah semua penduduk dalam suatu negara ataupun daerah yang dapat memproduksi barang ataupun jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan merekapun berpartisipasi dalam kegiatan tersebut (Kusumosuwondo,1981).
Menurut (Simanjuntak, 1998) tenaga kerja adalah kelompok penduduk usia kerja dimana yang mampu bekerja atau yang melakukan kegiatan ekonomi dalam menghasilkan suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Nilai tukar (exchange rate) digunakan sebagai perbandingan nilai atau harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar dijadikan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap harga, tingkat suku bunga, neraca pembayaran dan transaksi berjalan. Kurs pertukaran valuta asing adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara lain adalah “lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang yang di produksi
dalam negeri (sukirno,2006).
2.3 Konsumsi Pangan
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan penndapatan nasional (pendapatan disposabel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan :
C = a + By
Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, c adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.
Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan intropeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal krusial bagi rekomendasi kebijakan keynes untuk menurunkan penggangguran yang kian meluas. Kebijikan kekuatan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.
Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebtas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari pengaruh tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi keynes sering ditulis sebagai berikut :
C = a + Cy, C > 0, 0 < c < 1 Keterangan :
C = konsumsi
Y = pendapatan disposebel a = konstanta
c = kecenderungan mengkonsumsi marginal (N.G Mankiw, 2003)
Harga merupakan hal yang terpenting dalam sebuah bisnis, barang yang di jual harus ditentukan harganya sehingga seluruh pihak akan memperoleh keuntungan dari pemberian harga yang pas, dari mulai karyawan, pemilik perusahaan, sampai para pemegang saham juga mendapatkan hasil yang memuaskan karena strategi penetapan harga yang pas, berikut ini adalah beberapa pengertian tentang harga:
Harga dibentuk oleh pasar yang mempunyai dua sisi,yaitu penawaran dan permintaan.Harga merupakan sinyal kelangkaan (scarcity) suatu sumberdaya yang mengarahkan pelaku ekonomi untuk alokasi Sumberdayanya.Perpotongan kurva penawaran dengan kurva permintaan suatu komoditi dalam suatu pasar menentukan harga pasar komoditi tersebut,dimana jumlah komoditi yang diminta sama dengan jumlah komoditi yang ditawarkan.Dengan kata lain,keseimbangan harga pasar merupakan hasil interaksi kekuatan penawaran dan permintaan komoditi di pasar (Nicholson,2002).
Harga impor turut dalam fungsi permintaan impor karena faktor harga merupakan faktor utama dalam fungsi permintaan ceteris paribus.Harga impor sejalan dengan fungsi permintaan memiliki hubungan negatif dengan permintaan impor itu sendiri.Dimana pada umumnya impor dilakukan dikarenakan tidak mempunyai kebijakan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga harus turut menerima bantuan dari negara lain khususnya dalam perdagangan international itu sendiri.Jadi,meskipun harga barang impor naik,apabila impor dilakukan karena tingkat kebutuhan yang bersifat penting maka permintaan akan tetap naik.(Sukirno,2005:97)
Sehingga apabila pertambahan pendapatan nasional lebih besar dari pada tingkat pertambahan penduduk, maka tingkat pendapatan penduduk maningkat,. Sebaliknya apabila tingkat pertambahan pendapatan nasional lebih kecil dari pertambahan penduduk, maka pendapatan perkaoita mengalami prenurunan (Suryana, 2001).
Pendapata perkapita sering kali digunakan sebagai indikator pembangynan selain untuk membadakan tingkat kemajuan ekonomi antar negara-nefgara maju dengan negara sedang berkembang. Dengan kata lain, pendapatan perkapita selain bisa memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan nasyarakat di berbagai negara juga dapat menggambarkan perubahan corak tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi diantara berbagai negara.
2.4 Penelitian Terdahulu
penelusuran (Accedental). Metode analisis yang digunakan yaitu metode regresi liner berganda dan kolerasi rank spearman.
Ester B.A Purba (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen membeli sayuran di pasar tradisional (study kasus : pasar tradisional di kota Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen membeli sayuran di pasar tradisional dan untuk mengetahui hubungan antara karateristik konsumen (umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan) dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli sayuran di pasar tradisional. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di lima pasar tradisional yang ada di kota Medan. Metode penentuan sampel untuk sampel konsumen adalah penelusuran (Accedental) dengan jumlah sebanyak 50 orang.
2.5 Kerangka Pemikiran
Produksi kedelai diantaranya dapat dipengaruhi oleh luas panen kedelai, tenaga kerja, dan nilai harga pupuk. Luas panen dan tenaga kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan produksi pertanian. Luas panen kedelai adalah luas areal tanaman kedelai yang berproduksi atau menghasilkan. Tenaga kerja adalah sejumlah orang yang bekerja yang melakukan kegiatan ekonomi dalam menghasilkan suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan mastarakat. Harga pupuk berpengaruh untuk produksi untuk tanaman kedelai.
Keterangan :
= menyatakan pengaruh = menyatakan hubungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Produksi kedelai
Konsumsi kedelai
Harga kedelai impor
Pendapatan Jumlah penduduk Tenaga kerja
Luas Lahan kedelai
Nilai tukar
Rasio produksi dan konsumsi kedelai
2.6 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada pengaruh yang signifikan dari luas panen kedelai, tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap produksi kedelai baik secara parsial maupun secara agregat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang strategis bagi masyarakatnya. Kedelai yang banyak sekali diolah menjadi berbagai macam makanan seperti, tahu, tempe, susu kedelai, ataupun kecap merupakan bahan makanan pokok bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia, tak terkecuali bagi masyarakat di daerah Provinsi Sumatera Utara.
Kemampuan produksi domestik yang rendah dalam penyediaan kedelai bila dibandingkan dengan laju permintaan kedelai, maka diperlukan upaya untuk memperkecil kesenjangan tersebut. Upaya yang dapat ditempuh yaitu dengan cara intensifikasi di sentra produksi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang tertumpu pada potensi sumberdaya seperti pemanfaatan lahan, tenaga kerja, modal dan lainnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efesiensi usahatani guna mengurangi impor yang pada gilirannya dapat menciptakan nilai tambah dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat banyak (Rukmana, 2002).
Utara belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kedelai, bahkan produksi kedelai di Sumatera Utara cenderung turun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Produksi, Konsumsi Dan Impor Sumatera Utara (1999-2013)
No Tahun Produksi Konsumsi Impor (Ton)
Sumber : Badan Pusat Statistika (BPS) 2014
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan produksi tanaman kedelai dari tahun ketahun. Penurunan derastis kedelai di Sumatera Utara terjadi pada tahun 2007 yaitu 4.345 ton dan tahun 2013 yauitu 3.229 ton. Terjadinya fluktuasi dari keadaan produksi kedelai terasebut salah satunya dapat di pengaruhi oleh keberadaan luas lahan pertanaman kedelai di Sumatera Utara. Penyusutan lahan pertanaman kedelai pada umumnya diakibatkan oleh alih fungsi lahan. Sedangkan konsumsi kedelai di Sumatera Utara setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan.
Ketimpangan di dalam kemampuan untuk memenuhi konsumsi kedelai dan penurunan jumlah produksi kedelai setiap tahunnya dapat mempengaruhi stabilitas keadaan pangan kedelai di Sumatera Utara.
Dari uraian permasalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi di Sumatera Utara.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi produksi kedelai di Sumatera Utara?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi konsumsi kedelai di Sumatera Utara?
3. Bagaimana rasio perbandingan Produksi dan Konsumsi kedelai di Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi kedelai di Sumatera Utara.
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi kedelai di Sumatera Utara.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran bagi lembaga pemerintahan
terkait membuat kebijakan yang berhubungan dengan kedelei.
ABSTRAK
JULI YANTI (110304018) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Konsumai Kedelai di Sumatera Utara”. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir.Rahmanta Ginting, M.Si serta Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec.
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder tentang produksi dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara dari tahun 2004-2013. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian berasal dari instansi-instansi terkait seperti BPS, BKP Prov. Sumatera Utara, dan Dinas Pertanian Prov. Sumatera Utara.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa produksi kedelai di Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh luas lahan, tenaga kerja, harga pupuk. Produksi kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi oleh luas panen kedelai dan tenaga kerja. Konsumsi kedelai di Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh harga impor kedelai, jumlah penduduk, pendapatan dan nilai tukar kedelai. Konsumsi kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi harga kedelai impor, jumlah penduduk, pendapatan, dan nilai tukar kedelai. Rasio produksi dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara mengalami fluktuasi 2004-2013
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
DAN KONSUMSI KEDELAI DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
OLEH:
JULI YANTI 110304018 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
DAN KONSUMSI KEDELAI DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
OLEH :
JULI YANTI
110304018
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Dr.Ir Rahmanta Ginting, M.si ) (Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP: 196309281998031001 NIP: 196302041997031001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
JULI YANTI (110304018) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Konsumai Kedelai di Sumatera Utara”. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir.Rahmanta Ginting, M.Si serta Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec.
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder tentang produksi dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara dari tahun 2004-2013. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian berasal dari instansi-instansi terkait seperti BPS, BKP Prov. Sumatera Utara, dan Dinas Pertanian Prov. Sumatera Utara.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa produksi kedelai di Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh luas lahan, tenaga kerja, harga pupuk. Produksi kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi oleh luas panen kedelai dan tenaga kerja. Konsumsi kedelai di Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh harga impor kedelai, jumlah penduduk, pendapatan dan nilai tukar kedelai. Konsumsi kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi harga kedelai impor, jumlah penduduk, pendapatan, dan nilai tukar kedelai. Rasio produksi dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara mengalami fluktuasi 2004-2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat, nikmat serta limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dalam bentuk dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan yang membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr.Ir Rahmanta Ginting, M.Si Selaku ketua komisi pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Dr.Ir Satia Negara Lubis, M.Ec Selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian.
tersayang Nanda Rahmi dan Rini Agustina serta keponakan tercinta Dara Adiba yang telah memberikan bantuan, doa dan begitu banyak perhatian,semangat cinta dan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di waktu yang tepat. 6. Teman-teman seperjuangan yang luar biasa, Siti Puspa Indah,SP, Latifah
Khairani,SP, Sri Wahyuni,SP, Chairia,SP dan semua yang telah mendukung dan mendoakan selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agribisnis stambuk 2011 serta abang dan kakak stambuk yang telah banyak memberikan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhirnya penulis mendoakan agar Allah SWT menerima seluruh amal dan ibadah mereka dengan membalas budi baik mereka dengan pahala berlipat ganda, semoga segala usaha dan niat baik yang telah dilakukan mendapat Ridho Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun redaksinya oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya
rabbal’alamin.
Medan, Januari 2016
DAFTAR ISI
2.4 Penelitian Terdahulu . ... 13
2.5 Kerangka Pemikiran . ... 15
2.6 Hipotesis Penelitian ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Wilayah. ... 18
3.2 Metode Penentuan Sampel dan Pengumpulan Data. ... 18
3.3 Metode Analisis Data. ... 19
3.4 Definisi dan Batasan Operasional . ... 24
3.4.1 Definisi. ... 24
3.4.2 Batasan Operasional. ... 25
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaaan Geografi Sumatera Utara. ... 26
4.2 Kondisi Iklim dan Topografi . ... 26
4.3 Kondisi Demografi . ... 27
4.4.1 Produksi Kedelai Sumatera Utara... 21
4.4.2 konsumsi Kedelai Sumatera Utara... 31
4.5 Luas lahan Kedelai ... 32
4.6 Jumlah Tenaga Kerja di Bidang Pertanian ... 33
4.7 Jumlah Harga Pupuk ... 33
4.8 Pendapatan Penduduk ... 34
4.9 Nilai Tukar ... 34
4.10 Harga Kedelai Impor ... 35
4.11 Jumlah Penduduk ...35
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis Fktor-Faktor Yang Mempengarugi Produksi Kedelai di Sumatera Utara. ... 36
5.2 Hasil Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Kedelai Di Sumatera Utara ... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan . ... 51
6.2 Saran. ... 52
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
1 Produksi, konsumsi, dan impor kedelai Sumatera Utara 2004-2013
2 2 Luas Areal Pertanaman, produktivitas dan produksi
kedelai Sumatera Utara
18 3 Luas wilayah, Jumlah penduduk, dan kepadatan
penduduk menurut kabupaten/kota 2013. 29 4 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, Rasio jenis
kelamin kabupaten/kota (Jiwa) 2013 30
5 Produksi kedelai Sumatera Utara 2004-2013 31 6 Konsumsi kedelai Sumatera Utara 2004-2013 32 7
Luas Lahan Tanaman Kedelai Sumatera Utara 2004-2013 Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian di Sumatera Utara
Jumlah harga pupuk di Sumatera Utara Pendapatan Penduduk di Sumatera Utara
Nilai tukar rupiah terhadap dollar di indonesia tahun 2004-2013
Harga Kedelai impor di Sumatera Utara
Jumlah penduduk di Sumatera Utara tahun 2004-2013 Nilai Tolerance dan VIF produksi kedelai
Hasil analisis produksi kedelai
Nilai tolerance dan VIF konsums kedelai Hasil analisis konsumsi kedelai
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal
1 2
Skema krangka pemikiran
Grafik normal plot produksi kedelai
16 37 3 Scatterplot uji heterokedasititas produksi kedelai 38
4 Grafik normal plot konsumsi kedelai 43
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Judul
1 Produksi Dan Konsumsi Kedelai di Sumatera Utara Tahun 2004-2013
2 Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kedelai di Sumatera Utara Tahun 2004-2013