STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS
PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS
PROVINSI SUMATERA SELATAN
(PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis
Oleh :
Rahmalia Ratna Lestari
H 0306029
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program Sarjana :
Nama : Rahmalia Ratna Lestari
NIM : H 0306029
Jurusan/Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan
dengan / tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai Co-Author.
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr.Ir. Darsono, M.Si
NIP. 19660611 199103 1 002
Nuning Setyowati, SP. M.Sc NIP. 19820325 200501 2 001
STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN
(PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)
RAHMALIA RATNA LESTARI H 0306029
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis klasifikasi komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas, merumuskan alternatif strategi pengembangan komoditas perkebunan untuk jangka pendek, menengah dan panjang di Kabupaten Musi Rawas. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analisis. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh dari BPS dan BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas, Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen yang termasuk komoditas prima adalah kelapa sawit; komoditas potensial adalah karet; komoditas berkembang terdiri dari kopi, kelapa, pinang, aren, tebu, kakao, kemiri; komoditas terbelakang adalah kayu manis. Strategi pengembangan jangka pendek meliputi dua hal yaitu strategi untuk mempertahankan komoditas prima tetap menjadi komoditas prima (kelapa sawit) melalui upaya peningkatan mutu dan penyediaan bibit kelapa sawit. Strategi untuk mengupayakan agar komoditas potensial (karet) menjadi komoditas prima yaitu penyediaan lahan pembibitan. Strategi pengembangan jangka menengah untuk mengembangkan komoditas potensial menjadi komoditas prima adalah pembangunan penampung karet. Strategi untuk mengembangkan komoditas berkembang menjadi komoditas potensial yaitu peningkatan kemampuan dan kapasitas SDM subsektor perkebunan (kelapa dan aren); pengembangan kajian teknologi tepat guna (kopi dan kemiri); peningkatan produktivitas, daya saing dan nilai tambah produk perkebunan (tebu dan kakao); pengembangan sistem penyuluhan perkebunan yang secara intensif (kemiri dan pinang). Strategi untuk mengembangkan komoditas terbelakang (kayu manis) menjadi komoditas berkembang yaitu meningkatkan produksi dan kualitas perkebunan. Strategi pengembangan jangka panjang meliputi dua hal, yaitu strategi untuk mengembangkan agar komoditas terbelakang menjadi berkembang yaitu meningkatkan akses petani kebun terhadap modal usaha pengembangan komoditas kayu manis. Strategi untuk mempertahankan komoditas prima (kelapa sawit) salah satunya adalah pengembangan agribisnis perkebunan kelapa sawit.
Kata Kunci: Komoditas tanaman perkebunan, Tipologi Klassen, Klasifikasi, Strategi jangka
pendek, Strategi jangka menengah, Strategi jangka panjang, Kabupaten Musi Rawas
(KLASSEN’S TYPOLOGY APPROACH)
RAHMALIA RATNA LESTARI H 0306029
ABSTRACT
The objectives of research are to analyze the classification of plantation commodity in Musi Rawas Regency, to formulate development strategy of plantation commodity for the short,
medium and long terms in Regency Musi Rawas. The basic method in this research is analysis
descriptive. The research location was chosen purposively in Musi Rawas Regency. The data used were primary and secondary data are collected from Indonesian Statistic, BAPPEDA, Dinas Perkebunan Musi Rawas Regency.
The result of research shows that the classification of plantation commodity in Musi Rawas Regency based on the Klassen’s typology belonging to prime commodity is oil palm; potential commodity is rubber; developing commodity consists of coffee, coconut, areca nut, sugar palm, sugarcane, cocoa, candlenut; retarded commodity is cinnamon. The short term strategy of development is done with consist of two things : the one to keep the prime commodity as the prime commodity (oil palm) through the attempt of improving the quality of and provision of oil palm seed; the improvement of oil palm production. The strategy to make the potential commodity (rubber) into prime commodity is to provide the seeding land and to develop the rubber plantation. The medium-term development strategy consists of three types: the one to develop potential commodity into the prime commodity, that is, by developing the rubber accommodation. The strategy to develop the developing commodity into the potential one is to improve the human resource capability and capacity in the plantation (coconut and sugar palm) sub sector; the development of useful technology study (coffee and candlenut); the improvement of productivity, competitiveness and plantation product (sugarcane and cocoa value-added; the development of intensive plantation (candlenut and cocoa) illumination system. The strategy of developing retarded commodity (cinnamon) into the developing one is to improve the plantation production and quality. The long-term development strategy consists of two types: the one to develop retarded commodity into the developing one is to improve the plantation farmer’s access to the capital of cinnamon commodity development business. The strategy of maintaining the prime commodity (oil palm) includes the development of oil palm plantation agribusiness; the improvement of infrastructures in the plantation areas; the management of oil palm plantation agropolitan area; and the low-interest loan issuance.
Keywords: commodity of plantation, Klassen Typology, classification, short run strategy, middle run strategy, long run strategy, Musi Rawas Regency
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Pembangunan ekonomi dapat memberikan kepada masyarakat kemampuan yang lebih besar untuk menguasai alam sekitarnya dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu tindakan tertentu. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu pembangunan ekonomi harus dilaksanakan (Irawan dan Suparmoko, 2001).
Pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat harus dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki di daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Upaya tersebut dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan daerah tersebut dengan memperhatikan kondisi yang ada.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara.
Sektor perekonomian di Kabupaten Musi Rawas terdiri dari sembilan sektor yaitu sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air; bangunan; perdagangan, hotel & restoran; angkutan & komunikasi; keuangan, persewaan & jasa perusahaan; jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan Kabupaten Musi Rawas relatif tinggi dan berdasarkan visi Kabupaten Musi Rawas 2006-2010 sektor pertanian adalah sektor yang menjadi tumpuan dan harus terus dikembangkan. Data mengenai besarnya PDRB Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2004-2008 menurut lapangan usaha ADHK 2000 dapat dilihat pada Tabel (1).
(3,54) (3,47) (3,54) (3,77) (3,90)
Ket erangan : Angka dalam kurung m erupakan prosent ase kont ribusi sekt or.
Berdasarkan Tabel (1) di atas terlihat bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir, kontribusi dari sektor perekonomian mengalami peningkatan. Sektor pertanian memiliki kontribusi terbesar pertama yaitu 39,30% atau Rp 1.300.965.000.000 pada tahun 2008. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua setelah sektor pertanian yaitu sebesar 36,27% atau Rp 1.200.986.000.000 pada tahun 2008. Sektor industri pengolahan juga memberikan kontribusi terbesar ketiga yaitu sebesar 7,96% atau Rp 263.551.000.000 pada tahun 2008.
Kontribusi dari sektor listrik, gas & air minum merupakan sektor terkecil di Kabupaten Musi Rawas yaitu 0,10%. Kecilnya kontribusi ini dikarenakan masih banyak wilayah kecamatan di Kabupaten ini yang belum dialiri listrik. Total nilai PDRB Kabupaten Musi Rawas selama tahun 2004-2008 mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp 2.687.378.000.000 pada tahun 2004 dan Rp 3.310.371.000.000 pada tahun 2008. Hal ini menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang mempunyai peranan penting bagi Kabupaten Musi Rawas.
batas administratif di atas menunjukkan bahwa secara sosial – ekonomis Kabupaten Musi Rawas berada pada posisi strategis untuk jalur perdagangan sehingga berpotensi untuk tumbuhnya perekonomian melalui pengembangan pusat perdagangan yang dapat mengakses kegiatan perdagangan kawasan Barat Provinsi Sumatera Selatan ke Pelabuhan Tanjung Siapi-api.
Sekt or pert anian di Kabupat en M usi Raw as t erbagi dalam lim a subsekt or. Subsekt or
t ersebut adalah subsekt or t anam an bahan m akanan, subsekt or t anam an perkebunan,
subsekt or pet ernakan, subsekt or kehut anan dan subsekt or perikanan. Subsekt or t anam an
perkebunan m erupakan salah sat u subsekt or yang m engalam i pert um buhan paling
konsist en, baik dit injau dari areal m aupun produksi. M asing-m asing subsekt or pert anian
m em berikan kont ribusi PDRB dengan nilai yang berbeda-beda. Adapun besarnya kont ribusi
PDRB subsekt or pert anian t erhadap perekonom ian Kabupat en M usi Raw as dapat dilihat
pada Tabel (2).
Tabel 2. PDRB Subsekt or Pert anian Kabupat en M usi Raw as Tahun 2004-2008 m enurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (Jut aan Rupiah)
Subsekt or
Berdasarkan Tabel (2) dapat diket ahui kont ribusi prosent ase PDRB subsekt or
pert anian di Kabupat en M usi Raw as PDRB pada t ahun 2004-2008 m engalam i peningkat an.
Subsekt or t anam an perkebunan m em punyai kont ribusi rat a-rat a PDRB yang paling t inggi
dibanding dengan subsekt or yang lain yait u sebesar 21,59% at au Rp 654.558.000.000. Hal
ini m enunjukkan bahw a subsekt or t anam an perkebunan m erupakan subsekt or yang
m em punyai peranan pent ing dalam perekonom ian daerah Kabupat en M usi Raw as.
Kabupaten Musi Rawas merupakan wilayah yang berfungsi dan berperan cukup strategis dalam lingkup wilayah Sumatera Selatan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Selatan, pengembangan pertanian di Kabupaten Musi Rawas dalam arti luas dilakukan untuk mendukung pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja terutama di pedesaan, mendukung pertumbuhan ekonomi daerah sebagai Lumbung Pangan. Pengembangan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan produksi, produktivitas perkebunan dan pendapatan pekebun. Kegiatan yang akan dilakukan antara lain peningkatan mutu dan penyediaan bibit tanaman karet, kelapa sawit dan kakao; perlindungan lahan perkebunan; peningkatan produksi karet rakyat dan kelapa sawit. Peranan subsektor tanaman perkebunan dapat digunakan indikator lain yaitu dengan menggunakan laju pertumbuhan PDRB subsektor pertanian. Besarnya laju pertumbuhan PDRB subsektor pertanian dapat dilihat pada Tabel (3).
Tabel 3. Laju Pert um buhan PDRB Subsekt or Pert anian Kabupat en M usi Raw as Tahun 2004-2008 m enurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (%)
Subsekt or Pert anian Tahun Rat a-Rat a 2004 2005 2006 2007 2008
Tanam an Bahan M akanan 7,29 7,95 7,81 8,91 10,64 8,52
Tanaman Perkebunan 7,52 6,65 6,43 9,05 6,07 7,14
Pet ernakan 2,82 5,17 5,30 8,26 3,58 5,03 Kehut anan -2,78 13,93 -3,65 2,56 2,69 2,55 Perikanan 2,39 6,76 7,08 6,73 8,05 6,20 Tot al 17,24 15,25 22,97 35,51 31,03 29,44
Sum ber: BPS dan BAPPEDA Kabupat en M usi Raw as, 2009
Tabel (3) m enunjukkan bahw a nilai rat a-rat a laju pert um buhan subsekt or pert anian
t ersebut , subsekt or t anam an perkebunan m em punyai nilai laju pert um buhan peringkat
kedua set elah subsekt or t anam an bahan m akanan sbesar 7,14%. Dengan kondisi laju
pert um buhan yang berflukt uat if ini, m aka diperlukan st rat egi pengem bangan yang baik agar
laju pert um buhan subsekt or t anam an perkebunan dapat m eningkat dalam perekonom ian
daerah Kabupat en M usi Raw as.
St rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan dapat dianalisis dengan indikat or
besarnya kont ribusi dan laju pert um buhan dari kom odit as perkebunan m enggunakan
Pendekat an Tipologi Klassen. M elalui Pendekat an Tipologi Klassen, kom odit as pada
subsekt or t anam an perkebunan diklasifikasikan m enjadi kom odit as prim a, kom odit as
pot ensial, kom odit as berkem bang dan kom odit as t erbelakang yang selanjut nya dapat
dibuat st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan yang didasarkan pada periode
w akt u, baik jangka pendek, jangka m enengah maupun jangka panjang di Kabupat en M usi
Raw as.
B. Perumusan M asalah
Luasnya w ilayah sert a m endukungnya kondisi lahan di Sum at era Selat an t erhadap
kom odit as perkebunan m enyebabkan provinsi ini m em iliki pot ensi perkebunan yang cukup
m enjanjikan. Kom odit as perkebunan sepert i kelapa saw it , karet , kopi, dan kelapa
m erupakan kom odit as yang berproduksi secara signifikan dibandingkan kom odit as
perkebunan lainnya (BPS Provinsi Sum at era Selat an, 2009). Subsekt or t anam an perkebunan
di Kabupat en M usi Raw as m enghasilkan berbagai kom odit as ant ara lain karet , kelapa saw it ,
kelapa, kopi, cengkeh, kakao, kayu m anis, kem iri, pinang, aren, t ebu, jahe dan nilam .
M asing-m asing kom odit as perkebunan m em iliki nilai produksi yang beragam . Berikut ini
beberapa cont oh nilai produksi kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as t ahun
2004-2008 dapat dilihat pada Tabel (4).
Tabel 4. Nilai Produksi Kom odit as Perkebunan di Kabupat en M usi Raw as Tahun 2004-2008 (Rupiah)
Komoditas Tanaman Perkebunan
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008
Karet 967.769.099.530 1.139.641.233.27
Kelapa Saw it 71.082.927.651 85.863.176.239 114.883.140.663 245.721.230.414 202.151.909.427
Kelapa 874.753.684 1.752.156.730 2.838.837.161 2.133.966.908 1.947.308.888
Kopi 12.294.781.572 30.588.117.887 42.999.012.625 43.052.974.156 49.447.027.429
Kayu M anis 40.943.449 71.679.363 71.983.345 86.804.321 93.909.037
Kemiri 51.775.041 93.733.333 191.256.100 193.240.276 219.824.305
Kakao 36.868.981 37.222.745 32.907.910 37.947.764 41.646.616
Aren 193.467.460 325.139.965 368.722.266 745.056.748 607.165.668
Tebu 170.332.022 285.450.118 415.006.034 359.321.397 334.397.830
Pinang 616.555.431 1.052.991.336 1.190.667.150 1.309.181.458 409.466.731 Sum ber : Diadopsi dari Lam piran 10
Tabel (4) m enunjukkan bahw a nilai produksi kom odit as kayu m anis dan kem iri selam a
t ahun 2004-2008 m engalam i peningkat an. Hal ini dapat dilihat sepert i pada t ahun 2004 nilai
produksi kayu m anis adalah Rp 40.943.449 dan pada t ahun 2008 nilai produksinya m enjadi
Rp 93.909.037. Pada kom odit as karet m em iliki nilai produksi yang berflukt uat if , hal ini
dikarenakan fakt or lingkungan sepert i t erjadinya m usim hujan sehingga pekebun t idak bisa
m enyadap karet dan rendahnya kualit as karet yang dihasilkan. Kom odit as kelapa, kelapa
saw it , kakao, aren, t ebu dan pinang juga m em punyai nilai produksi yang berflukt uat if.
Adanya nilai produksi kom odit as perkebunan m aka dapat diket ahui besarnya kont ribusi
kom odit as perkebunan. Besarnya nilai produksi kom odit as perkebunan dapat m enunjukkan
kont ribusi kom odit as perkebunan. Sem akin besar nilai produksi perkebunan m aka sem akin
besar kont ribusi kom odit as perkebunan.
Peranan kom odit as perkebunan juga dapat dianalisis dengan indikat or lain yait u
dengan m elihat besarnya laju pert um buhan. Adapun laju pert um buhan beberapa cont oh
kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as dapat dilihat pada Tabel (5).
Tabel 5. Laju Pert um buhan Kom odit as Perkebunan di Kabupat en M usi Raw as 2004-2008 (%)
Komodit as Tanaman Perkebunan
Tahun
Rat a-Rat a
2004 2005 2006 2007 2008
Karet 24,6424 17,7596 -35,7660 -8,5991 1,7564 -0,0413
Kelapa Sawit 136,3258 20,7930 33,7979 113,8880 -17,7312 57,4147
Kelapa -32,0305 100,3029 62,0196 -24,8295 -8,7470 19,3431
Kopi -21,4286 148,7894 40,5742 0,1255 14,8516 36,5824
Kayu M anis -87,4359 75,0692 0,4241 20,5895 8,1847 3,3663
Kemiri 38,2948 81,0396 104,0428 1,0374 13,7570 47,6343
Aren 64,7900 68,0593 13,4042 102,0645 -18,5075 45,9621
Tebu -16,9319 67,5845 45,3865 -13,4178 -6,9363 15,1370
Pinang 1,257.9212 70,7862 13,0747 9,9536 -68,7235 256,6024 Sum ber : Diadopsi dari Lam piran 12
Tabel (5) m enunjukkan bahw a kom odit as perkebunan t ahun 2004-2008 m em punyai
nilai laju pert um buhan yang beragam yait u ada yang posit if dan ada yang negat if. Kom odit as
perkebunan kem iri m em punyai nilai laju pert um buhan yang selalu posit if. Nilai laju
pert um buhan yang posit if m enunjukkan bahw a nilai produksi kom odit as perkebunan
m engalam i peningkat an set iap t ahunnya. Nilai rat a-rat a laju pert um buhan kom odit as
t anam an perkebunan t ahun 2004-2008 pada kom odit as kem iri sebesar 47,63%. Art inya,
secara um um kom odit as perkebunan m em iliki peranan pent ing sebagai penyum bang
t erbesar sekt or pert anian di Kabupat en M usi Raw as.
Nilai laju pert um buhan yang negat if didom inasi pada t ahun 2008, sepert i kom odit as
kelapa saw it yang m em iliki nilai laju pert um buhan negat if pada t ahun 2006 yait u -17,73%.
Laju pert um buhan yang negat if disebabkan oleh t urunnya harga kom odit as dan jum lah
produksi kom odit as. Peranan subsekt or t anam an perkebunan m asih m engalam i beberapa
kendala dan ham bat an yang perlu segera diat asi, salah sat unya adalah kebanyakan t anam an
perkebunan yang ada adalah t anam an yang sudah t ua sehingga produkt ivit as rendah. Di sisi
lain, upaya unt uk m elakukan penanam an kem bali (replant ing) m asih m engalam i m asalah,
t erut am a dari sisi pendanaan.
Pengklasifikasian kom odit as perkebunan digunakan unt uk m enget ahui kom odit as
perkebunan yang dapat dipriorit askan dan dikem bangkan lebih lanjut dengan m erum uskan
st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan. Hal ini bert ujuan agar pem erint ah daerah
Kabupat en M usi Raw as dalam pem bangunan w ilayah berbasis kom odit as perkebunan di
m asa m endat ang dapat berjalan dengan baik dan t erarah.
Berdasarkan uraian di at as m aka perm asalahan dalam penelit ian ini dapat
dirum uskan sebagai berikut :
2. St rat egi apakah yang dapat digunakan unt uk pengem bangan kom odit as perkebunan
jangka pendek, m enengah dan panjang di Kabupat en M usi Raw as?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rum usan m asalah di at as, penelit ian ini bert ujuan unt uk :
1. M enganalisis klasifikasi kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as.
2. M erum uskan st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan unt uk jangka pendek,
m enengah dan panjang di Kabupat en M usi Raw as.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelit ian ini adalah :
1. Bagi penulis, m enam bah w aw asan dan penget ahuan t erut am a yang berkait an dengan
t opik penelit ian sert a m erupakan salah sat u syarat unt uk m enyelesaikan st udi di
Fakult as Pert anian Universit as Sebelas M aret Surakart a.
2. Bagi pem erint ah Kabupat en M usi Raw as, diharapkan dapat dijadikan m asukan sebagai
bahan pert im bangan dalam pengam bilan keput usan t erkait dengan kebijakan dalam
st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as.
3. Bagi pem baca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pust aka dalam m enam bah
w aw asan dan penget ahuan sert a sebagai bahan referensi unt uk penelit ian selanjut nya.
II. LANDASAN TEORI
Susilow at i (2009) dalam penelit iannya t ent ang “ St rat egi Pengem bangan Sekt or
Pert anian Di Kabupat en Sukoharjo” m engat akan bahw a perkebunan m erupakan sekt or
yang m engusahakan t anam an perkebunan baik t anam an t ahunan m aupun t anam an
sem usim . Tanam an perkebunan m em punyai peranan sebagai salah sat u sum ber devisa
sekt or pert anian, penyedia bahan baku indust ri sehingga dapat m engurangi ket ergant ungan
t erhadap luar negeri sert a berperan dalam kelest arian lingkungan hidup. Pada t ahun 2007
t anam an perkebunan di Kabupat en Sukoharjo yang m em iliki produksi t erbesar adalah t ebu
yait u sebesar 3.661,19 t on. Tanam an perkebunan di Kabupat en Sukoharjo yang produksinya
t erkecil adalah cengkeh. Pot ensi yang dim iliki Kabupat en Sukoharjo adalah t ersedianya
lahan yang cukup luas unt uk budidaya t anam an perkebunan. Adapun perm asalahan yang
dialam i oleh pet ani di Kabupat en Sukoharjo adalah rendahnya pendidikan pet ani dan
rendahnya perm odalan sehingga produksi perkebunan belum opt im al.
Penelit ian Handayani (2006) dengan judul penelit ian “ Analisis Ket erkait an Sekt or
Perkebunan Terhadap Sekt or Perekonom ian Lain Di Kabupat en Klat en” m engat akan bahw a
sekt or perkebunan di Kabupat en Klat en relat if rendah m enggunakan out put sekt or
perekonom ian lain dalam proses produksi at au relat if t idak t ergant ung t erhadap sekt or
perekonom ian lain. Sekt or perkebunan m em punyai nilai ket erkait an langsung ke belakang
sebesar 0,21697, nilai ket erkait an langsung dan t idak langsung ke belakang sebesar 1,32575
dengan koefisien penyebaran sebesar 0,93702. Sekt or perkebunan di Kabupat en Klat en
m em punyai out put yang relat if kurang digunakan oleh sekt or perekonom ian lain dalam
proses produksinya at au sekt or perekonom ian lain relat if t idak bergant ung pada sekt or
perkebunan. Nilai ket erkait an langsung ke depan sekt or perkebunan sebesar 0,04983, nilai
ket erkait an langsung dan t idak langsung ke depan sebesar 1,09897 dengan kepekaan
penyebaran kurang dari sat u yait u 0,77674.
Chasanah (2009) dalam penelit ianya yang berjudul “ Perencanaan Pem bangunan
Ekonom i Daerah Kabupat en karanganyar berbasis Kom odit as Tanam an Bahan M akanan
(Pendekat an Tipologi Klassen)” m engat akan bahw a klasifikasi kom odit as t anam an bahan
m akanan di Kabupat en Karanganyar berdasarkan pendekat an Tipologi Klassen t erdiri em pat
a. Komoditas prima (komoditas tanaman bahan makanan yang mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan kontribusi yang besar dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Karanganyar), terdiri dari komoditas padi, jagung dan pisang.
b. Komoditas potensial (komoditas tanaman bahan makanan yang mempunyai laju pertumbuhan yang lambat tetapi kontribusi yang besar dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Karanganyar), terdiri dari ubi kayu dan kacang tanah.
c. Komoditas berkembang (komoditas tanaman bahan makanan yang memiliki ciri laju pertumbuhan cepat tetapi kontribusi komoditas yang rendah dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Karanganyar), terdiri dari komoditas mangga, durian, wortel, bawang merah, rambutan, nangka/cempedak, melinjo, jamur, bawang daun, kedelai, duku/langsat, bawang putih, kubis, petsai/sawi, cabe besar, petai, sawo, buncis, jeruk siam/keprok, tomat, kembang kol, pepaya, salak, melon, cabe rawit, kacang panjang, ketimun, jambu biji, semangka, sukun, sirsak, manggis, terung, kentang, jambu air, jeruk besar, kangkung, labu siam, bayam.
d. Komoditas terbelakang (komoditas tanaman bahan makanan yang dicirikan dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat dan kontribusi yang lebih kecil dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Karanganyar), terdiri dari komoditas ubi jalar, alpukat, strawberry, belimbing, nanas, dan kacang merah.
Penelit ian-penelit ian di at as dijadikan referensi dalam penelit ian ini dengan alasan
adanya kesam aan alat analisis penelit ian, yait u Tipologi Klassen. Adapun penelit
ian-penelit ian di at as unt uk ke depannya dapat dijadikan sebagai sum ber inform asi dan
gam baran secara kom prehensif sehingga akan m em perm udah penelit i unt uk m enent ukan
st rat egi pengem bangan w ilayah di Kabupat en M usi Raw as.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pem bangunan dan Perencanaan Pem bangunan
Pem bangunan adalah upaya m ult idim ensional yang m eiput i perubahan pada
berbagai aspek t erm asuk di dalam nya st rukt ur sosial, sikap m asyarakat , sert a inst it usi
nasional t anpa m engesam pingkan t ujuan aw al yait u pert um buhan ekonom i,
penanganan ket im pangan pendapat an sert a perluasan kesem pat an kerja (Widodo,
Pem bangunan merupakan suat u kenyat aan fisik sekaligus t ekad suat u masyarakat
unt uk berupaya sekeras m ungkin m elalui serangkaian kom binasi proses sosial, ekonom i,
dan inst it usional dem i mencapai kehidupan yang serba lebih baik. Apapun kom ponen
yang spesifik at as “ kehidupan yang lebih baik” , bert olak dari t iga nilai pokok proses
perkembangan di sem ua masyarakat harus mem iliki t iga t ujuan int i yait u (Todaro, 2000):
a. Peningkat an ket ersediaan sert a perluasan dist ribusi berbagai m acam barang
kebut uhan hidup yang pokok sepert i pangan, sandang, papan, kesehat an, dan
perlindungan keam anan.
b. Peningkat an st andar hidup yang t idak hanya berupa peningkat an pendapat an, t et api
juga m eliput i penam bahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualit as pendidikan,
sert a peningkat an perhat ian at as nilai-nilai cult ural dan kemanusiaan yang
kesem uanya it u t idak hanya unt uk m em perbaiki jat i diri pribadi dan bangsa yang
bersangkut an.
c. Perluasan pilihan-pilihan ekonom is dan sosial bagi set iap individu sert a bangsa
secara keseluruhan yakni dengan m em bebaskan m ereka dari belit an sikap
m engham ba dan ket ergant ungan bukan hanya t erhadap orang at au negara bangsa
lain nam un juga t erhadap set iap kekuat an yang berpot ensi m erendahkan nilai-nilai
kem anusiaan m ereka.
(Arsyad, 1992) m engat akan bahw a perencanaan pem bangunan dit andai dengan
adanya usaha unt uk m em enuhi berbagai ciri t ert ent u sert a adanya t ujuan yang bersifat
pem bangunan t ert ent u. Ciri-ciri dari suat u perencanaan pem bangunan :
a. Usaha yang dicerm inkan dalam rencana unt uk m encapai perkem bangan sosial
ekonom i yang m ant ap ( st eady sosial econom ic grow t h). Hal ini dicerm inkan dalam
usaha pert um buhan ekonom i yang posit if.
b. Usaha yang dicerm inkan dalam rencana unt uk m eningkat kan pendapat an per kapit a.
c. Usaha unt uk m engadakan perubahan st rukt ur ekonom i. Hal ini sering kali disebut
sebagai usaha diversifikasi ekonom i.
e. Usaha pem binaan lem baga-lem baga ekonom i m asyarakat yang lebih m enunjang
kegiat an-kegiat an pem bangunan.
f. Usaha secara t erus-m enerus m enjaga st abilit as ekonom i.
Dengan m enget ahui t ujuan dan sasaran pem bangunan sert a kekuat an dan
kelem ahan yang dim iliki suat u daerah, m aka st rat egi-st rat egi pem bangunan akan
m enjadi pedom an bagi pem erint ah daerah at au siapa saja yang akan m elaksanakan
kegiat an usaha di daerah yang bersangkut an (Iraw an dan Suparm oko, 2002).
2. Pem bangunan Ekonom i
Pem bangunan ekonom i pada hakekat nya merupakan upaya m eningkat kan
kesejaht eraan m asyarakat m elalui peningkat an dan pem erat aan pendapat an
m asyarakat . Pelaksanaan pem bangunan ekonom i didasarkan pada sist em ekonom i
kerakyat an dan pengem bangan sekt or unggulan, t erut am a yang banyak m enyerap
t enaga kerja dan berorent asi pada ekspor yang didukung dengan peningkat an
kem am puan sum ber daya m anusia dan t eknologi unt uk m em perkuat landasan
pem bangunan yang berkelanjut an dan m eningkat kan daya saing sert a berorient asi pada
globalisasi ekonom i (Juoro, 2006).
Pem bangunan ekonom i bisa diart ikan sebagai kegiat an-kegiat an yang dilakukan
suat u negara unt uk m engem bangkan kegiat an ekonom i dan t araf hidup m asyarakat nya.
Dengan adanya pem bat asan di at as, m aka pem bangunan ekonom i pada um um nya
didefinisikan sebagai suat u proses yang m enyebabkan pendapat an perkapit a penduduk
m eningkat dalam jangka panjang. Dari definisi di at as jelas bahw a pem bangunan
ekonom i m em punyai t iga sifat pent ing. Pem bangunan ekonom i m erupakan:
a. Suat u proses yang berart i perubahan yang t erjadi t erus-m enerus.
b. Usaha yang dilakukan unt uk m eningkat kan pendapat an per kapit a.
c. Kenaikan pendapat an perkapit a it u berlangsung t erus-m enerus dalam jangka
panjang.
Jadi pem bangunan ekonom i harus dipandang sebagai suat u proses agar saling
ket erkait an dan saling m em pengaruhi ant ara fakt or-fakt or yang m enghasilkan
Pem bangunan ekonom i juga sering diukur berdasarkan t ingkat kem ajuan
st rukt ur produksi dan penyerapan sum ber daya yang diupayakan secara t erencana.
Biasanya, peranan sekt or pert anian akan t urun unt uk m em beri kesem pat an bagi
t am pilnya sekt or-sekt or m anufakt ur dan jasa-jasa yang selalu diupayakan unt uk
berkem bang (Todaro, 2000).
Usaha-usaha pem bangunan yang sedang giat dilaksanakan oleh negara-negara
sedang berkem bang (developing count ries) di dunia pada um um nya berorient asi kepada
bagaim ana m em perbaiki at au m engangkat t ingkat hidup (level of living) m asyarakat di
negara-negara t ersebut agar mereka bisa hidup sepert i masyarakat di negara-negara maju.
Pembangunan ekonom i m erupakan salah sat u jaw aban yang seakan-akan m enjadi
sem acam kunci keberhasilan suat u negara unt uk m eningkat kan t araf hidup w arga
negaranya (Suryana, 2000).
3. Pem bangunan Daerah
M asalah pokok dalam pem bangunan daerah adalah t erlet ak pada penekanan
t erhadap kebijakan-kebijakan pem bangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah
yang besangkut an (endogenous developm ent ) dengan m enggunakan pot ensi sum ber
daya m anusia, kelem bagaan, dan sum ber daya fisik secara lokal (daerah). Orient asi ini
m engarahkan kit a kepada pengam bilan inisiat if yang berasal dari daerah t ersebut dalam
proses pem -bangunan unt uk m encipt akan kesem pat an kerja baru dan m erangsang
peningkat an kegiat an ekonom i (Arsyad, 2004).
Set iap daerah m em punyai corak pert um buhan ekonom i yang berbeda dengan
daerah lain. Oleh sebab it u perencanaan pem bangunan ekonom i suat u daerah pert am
a-t am a perlu m engenali karaka-t er ekonom i, sosial dan fisik daerah ia-t u sendiri, a-t erm asuk
int eraksinya dengan daerah lain. Dengan dem ikian, t idak ada st rat egi pem bangunan
ekonom i daerah yang dapat berlaku unt uk sem ua daerah. Nam un di pihak lain, dalam
m enyusun st rat egi pem bangunan ekonom i daerah, baik jangka pendek m aupun jangka
panjang, pem aham an m engenai t eori pert um buhan ekonom i w ilayah, yang dirangkum
sat u fakt or yang cukup m enent ukan kualit as rencana pem bangunan ekonom i daerah
(Darw ant o, 2006).
Pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal juga diarahkan untuk lebih mengembangkan dan menyesuaikan laju
pertumbuhan antardaerah, antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan (Suyatno, 2000).
Perencanaan pem bangunan daerah dim aksudkan agar sem ua daerah dapat
m elaksanakan pem bangunan secara proporsional dan m erat a sesuai dengan pot ensi
yang ada di daerah t ersebut . M anfaat perencanaan pem bangunan daerah adalah unt uk
pem erat aan pem bangunan at au perluasan dari pusat ke daerah. Bila perencanaan
pem bangunan daerah dan pem bangunan daerah berkem bang dengan baik m aka
diharapkan bahw a kem andirian daerah dapat t um buh dan berkem bang sendiri (m andiri)
at as dasar kekuat an sendiri. Dengan dem ikian m aka kenaikan pendapat an dan
kesejaht eraan m asyarakat di daerah t ersebut t idak t erlalu bergant ung dari pusat t et api
relat if cukup didorong dari daerah yang bersangkut an (Soekart aw i, 1990).
4. Ot onom i Daerah
Ot onom i daerah adalah kew enangan daerah ot onom unt uk m engat ur dan
m engurus kepent ingan m asyarakat set em pat berdasarkan aspirasi m asyarakat sesuai
dengan perat uran perundang-undangan. Sedangkan daerah ot onom adalah kesat uan
m asyarakat hukum yang m em punyai bat as daerah t ert ent u berw enang m engat ur
m asyarakat set em pat . Ot onom i daerah t idak dipandang sem at a-m at a sebagai hak dan
w ew enang, t et api lebih m erupakan kew ajiban dan t anggung jaw ab, sehingga bagi
daerah dit unt ut m engem bangkan dan m eningkat kan Sum ber Daya M anusia (SDM ),
kelem bagaan ket at alaksanaan, birokrat , kelayakan organisasi, dan kecanggihan
adm inist rasi (Wijaya, 2004).
Ot onom i daerah adalah keleluasan daerah unt uk m enyelenggarakan kew enangan
pem erint ah di bidang t ert ent u yang dapat t um buh, hidup, berkem bang di suat u daerah.
pert anggungjaw aban sebagai konsekuensi pem berian hak dan kew enangan t erhadap
daerah dalam w ujud t ugas dan kew ajiban yang harus dipikul oleh Daerah dalam
m encapai t ujuan pem berian ot onom i, berupa peningkat an pelayanan dan kesejaht eraan
yang sem akin baik, pengem bangan kehidupan dem okrasi, keadilan, dan pem erat aan,
sert a pem eliharaan hubungan yang serasi ant ara Pusat dan Daerah sert a ant ar -Daerah
dalam rangka m enjaga keut uhan Negara Kesat uan Republik Indonesia (Deddy dan
Dadang, 2004).
Pelaksanaan otonomi daerah menuntut tiap daerah agar bisa melakukan
optimalisasi semua sumber dayanya. Oleh karena itu tiap daerah harus bisa cermat dalam memberdayakan potensi alam daerah setempat supaya lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah. Daerah memiliki keunggulan tertentu yang berbeda dengan daerah lain sehingga daerah perlu melakukan antisipasi dengan menentukan sektor apa yang menjadi basis ekonomi dan kemungkinan bisa dikembangkan pada masa yang akan datang (Suyatno, 2000).
Otonomi daerah harus dilihat dalam bingkai yang positif dan akseleratif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menciptakan pelayanan publik yang lebih prima. Kemampuan anggaran masih tetap dinilai sebagai unsur yang sangat essensial tanpa menghilangkan persoalan sumber daya manusia, sehingga langkah-langkah strategis penigkatan pendapatan asli daerah (PAD) menjadi orientasi dalam pembangunan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Sudantoko, 2003)
5. Pem bangunan Pert anian
Peran pert anian dalam pem bangunan ekonom i hanya sebagai sum ber t enaga kerja
dan bahan-bahan pangan yang m urah unt uk berkem bangnya sekt or indust ri yang
berfungsi sebagai unggulan dinam is dalam st rat egi pem bangunan secara keseluruhan
(Todaro, 2000).
Pem bangunan pert anian diart ikan sebagai proses yang dit ujukan unt uk selalu
m enam bah produk pert anian unt uk t iap konsum en sekaligus m em pert inggi pendapat an
dan produkt ivit as usaha pet ani dengan jalan m enam bah m odal dan skill unt uk
hew an. Penam bahan produksi, pendapat an m aupun produkt ivit as it u berlangsung t erus,
sebab apabila t idak, berart i pem bangunan t erhent i (Surahm an dan Sut risno, 1997).
Pem bangunan pert anian t idak dapat t erlaksana hanya oleh para pet ani sendiri.
Pert anian t idak dapat berkem bang m elam paui t ahap subsist en (t radisional) t anpa
adanya perkem bangan yang sesuai pada bidang-bidang kehidupan nasional lainnya dari
m asyarakat dim ana pert anian it u dilaksanakan. Unt uk m eningkat kan produkt ivit as
pert anian, set iap pet ani sem akin lam a sem akin t ergant ung pada pada sum ber-sum ber
dari luar lingkungan. Ada 3 t ahap perkem bangan pem bangunan pert anian. Tahap
pert am a adalah pert anian t radisional yang produkt ivit asnya rendah. Tahap kedua
adalah penganekaragam an produk pert anian sudah ada yang dijual ke sekt or kom ersial,
t et api pem akaian m odal dan t eknologi m asih rendah. Tahap yang ket iga adalah t ahap
yang m enggam barkan pert anian m odern yang produkt ivit asnya sangat t inggi yang
disebabkan oleh pem akaian m odal dan t eknologi yang t inggi (Arsyad, 1992).
Pem bangunan pert anian harus m am pu m em anfaat kan dalam m eningkat kan
keunggulan sum ber daya w ilayah dan dapat berkelanjut an, m aka kebijaksanaan
pem bangunan pert anian harus dirancang dalam perspekt if ekonom i w ilayah. Dalam
kebijaksanaan pem bangunan pert anian saat ini secara im plisit dirancang dalam
perspekt if ekonom i w ilayah. Hal ini t erlihat jelas dari peran daerah dalam
m erencanakan dan m engim plem ent asikan program -program . Pem er int ah Pusat dalam
hal ini hanya m erancang pelaksanaan yang bersifat m akro, sedangkan Pem erint ah
Daerah m erancang pelaksanaan pencapaian t arget sesuai dengan kondisi w ilayah. Dalam
perspekt if kebijakan yang dem ikian, m aka Pem erint ah Daerah benar-benar dit unt ut agar
m am pu m elaksanakan kebijakan t ersebut secara m aksim al, unt uk m engelola sum ber
daya spesifik lokasi. Sebagai bahan perencanaan diperlukan analisis pot ensi w ilayah baik
dalam aspek biofisik maupun sosial ekonom i. Pem anfaat kan pot ensi t ersebut , peran
sert a m asyarakat secara part isipat if perlu didorong dan dikem bangkan (Sudaryant o
et .al., 2002).
Tanam an perkebunan m em iliki dua pot ensi pasar yait u di dalam dan di luar
negeri. Tanam an perkebunan di dalam negeri dapat dikonsum si langsung oleh
m asyarakat , diperlukan sebagai bahan baku indust ri. Hal ini m enunjukkan bahw a
t anam an perkebunan m em iliki art i ekonom i yang pent ing. Art inya, bila diusahakan
secara sungguh-sungguh at au profesional bisa m enjadi suat u bisnis yang m enjadikan
keunt ungan besar (Rahardi et al., 1993).
Pem erint ah secara berangsur m engurangi pet ani yang t idak m em punyai t anah
m enjadi pem ilik t anah dalam pem bangunan sub sekt or perkebunan. Pem ilikan lahan
secara bert ahap dilakukan dengan program Perkebunan Int i Rakyat (PIR). Tujuan
dilaksanakannya pem bangunan PIR adalah unt uk m eningkat kan t araf hidup para pet ani
at au pengebun dengan jalan pem bukaan arel-areal baru kurang produkt if at as lahan
krit is, sert a m enghent ikan perladangan berpindah-pindah. Dengan proyek Perkebunan
Int i Rakyat m aka pet ani dapat m enjual kom odit as hasil kebunnya kepada pem erint ah
dengan harga pasaran ekspor sert a kualit as kom odit as t erjam in st andart nya
(Depart em en Penerangan, 1998)
Pot ensi sub sekt or perkebunan unt uk dijadikan ekspor di m asa-m asa m endat ang
sebenarnya sangat besar. Prasyarat yang diperlukan hanyalah perbaikan dan
penyem purnaan iklim usaha dan st rukt ur pasar kom odit as perkebunan dari sekt or hulu
sam pai ke hilir. M ust ahil kinerja ekspor akan lebih baik jika kegiat an produksi di sekt or
hulu, pola perdagangan dan dist ribusi kom odit as perkebunan dom est ik m asih
m engalam i banyak ham bat an (Arifin,2001).
7. M et ode Analisis Pot ensi Relat if Perekonom ian Wilayah
Penent uan pot ensi relat if perekonom ian suat u w ilayah dapat m enggunakan
beberapa m et ode analisis. Adapun m et ode analisis it u diant aranya adalah:
a. M et ode Analisis Locat ion Quant ient (LQ)
Locat ion quot ien (kuosien lokasi) at au disingkat LQ adalah suat u
perbandingan t ent ang besarnya peranan suat u sekt or/ indust ri disuat u daerah
ist ilah yang bisa diperbandingkan, t et api yang um um adalah nilai t am bah (t ingkat
pendapat an) dan jum lah lapangan kerja (Tarigan, 2007).
M enurut Widodo (2006) dengan analisis Locat ion Quot ient (LQ) dapat
dit ent ukan kapasit as ekspor perekonom ian daerah dan derajat kem andirian suat u
sekt or. Dalam analisis LQ, kegiat an ekonom i suat u daerah dibagi m enjadi 2
golongan, yait u:
1. Kegiat an sekt or yang m elayani pasar di daerah it ui sendir m aupun di luar daerah
yang bersangkut an. Indust ri sepert i ini dinam akn indust ri basis.
2. Kegiat an sekt or yang m elayani pasar di daerah t ersebut , jenis ini dinam akan
indust ri non basis at au indust ri lokal.
M et ode Locat ion Quot ient (LQ) m erupakan perbandingan ant ara pangsa
relat if pendapat an (t enaga kerja) sekt or i pada t ingkat w ilayah t erhadap
pendapat an (t enaga kerja) t ot al w ilayah dengan pangsa relat if pendapat an (t enaga
kerja) sekt or i pada t ingkat nasional t erhadap pendapat an (t enaga kerja) nasional.
Apabila LQ suat u sekt or ≥ 1, m aka sekt or t ersebut m erupakan sekt or basis. Sedangkan bila LQ suat u sekt or < 1, m aka sekt or t ersebut m erupakan sekt or non
basis. Asum si m et ode LQ iniadalah penduduk di w ilayah yang bersangkut an
m em punyai pola perm int aan w ilayah sam a dengan pola perm int aan nasional.
Asum si lainnya adalah bahw a perm int aan w ilayah akan sesuat u barang akan
dipenuhi t erlebih dahulu oleh produksi w ilayah, kekurangannya diim por dari
w ilayah lain (Budiharsono, 2005).
b. M et ode Analisis Shift Share
Analisis Shift Share adalah salah sat u t eknik kuant it at if yang bisa digunakan
unt uk m enganalisis perubahan st rukt ur ekonom i daerah relat if t erhadap st rukt ur
ekonom i w ilayah adm inist rat if yang lebih t inggi sebagai pem banding at au referensi.
Unt uk t ujuan t ersebut analisis ini m enggunakan t iga inform asi dasar yang
berhubungan sat u sam a lain, yait u: Pert am a, pert um buhan ekonom i referensi
provinsi at au nasional (nat ional grow t h effect ), yang m enunjukkan bagaim ana
pergeseran proporsional (proport ional shift ), yang m enunjukkan perubahan relat if
kinerja suat u sekt or di daerah t ert ent u t erhadap sekt or yang sam a di referensi
propinsi at au nasional. Ket iga, Pergeseran diferensial (different ial shift ) yang
m em berikan inform asi dalam m enent ukan seberapa jauh daya saing indust ri daerah
(lokal) dengan perekonom ian yang dijadikan referensi (W idodo, 2006).
M enurut Tarigan (2007) Analisis Shift -Share juga m em bandingkan perbedaan
laju pert um buhan berbagai sekt or di daerah dengan ilayah nasional. Akan t et api
m et ode ini lebih t ajam dibandingkan dengan m et ode LQ. M et ode LQ t idak
m em berikan penjelasan at as fakt or penyebab perubahan sedangkan m et ode shift
-share m em perinci penyebab perubahan at as beberapa variabel. Analisis ini
m enggunakan pengisolasian beberapa fakt or yang m enyebabkan perubahan
st rukt ur indust ri suat u daerah dalam pert um buhannya dari sat u kurun akt u ke
kurun akt u berikut nya.
Keragam an dalam st rukt ur indust ri m enim bulkan perbedaan per-t um buhan
out put produksi dan kesem pat an kerja. Wilayah yang t um buh cepat disebabkan
karena st rukt ur indust ri/ sekt ornya m endukung dalam art i lain sebagian besar
sekt ornya m em punyai laju pert um buhan yang cepat . Sedangkan bagi w ilayah yang
pert um buhannya lam ban, sebagian besar sekt ornya m em punyai laju pert um buhan
lam ban. Unt uk m engident ifikasi sum ber at au kom ponen pert um buhan w ilayah
lazim digunakan analisis Shift Share (Budiharsono, 2005).
c. M et ode Analisis Input -Out put (I-O)
Analisi input -out put (analisis m asukan-keluaran) adalah suat u analisis at as
perekonom ian w ilayah secara kom prehensif karena m elihat ket erakait an ant ar
sekt or ekonom i di w ilayah t ersebut secara keseluruhan. Dengan dem ikian, apabila
t erjadi perubahan t ingkat produksi at as sekt or t ert ent u, dam paknya t erhadap
sekt or lain dapat dilihat . Selain it u, analisis ini juga t erkait dengan t ingkat
kem akm uran m asyarakat di w ilayah t ersebut m elalui input prim er (nilai t am bah).
Art inya, akibat perubahan t ingkat produksi sekt or-sekt or t ersebut , dapat dilihat
Analisis IO dipergunakan unt uk perencanaan ekonom i nasional m aupun
regional. M odel IO m em berikan inform asi yang perlu m engenai koefisien st rukt ural
berbagai sekt or perekonom ian selam a suat u jangka w akt u at au suat u w akt u
t ert ent u yang dapat dipergunakan seopt im al m ungkin m engalokasikan sum
berdaya-sum berdaya ekonom i m enuju cit a-cit a yang diinginkan. Selain dapat m enget ahui
besarnya ket erkait an ant arsekt or baik ke depan m aupun ke belakang, perencana
juga dapat m enget ahui besarnya angka pengganda dari set iap sekt or produksi
dalam perekonom ian t ersebut . Angka pengganda yang dihasilkan dari m odel IO
m encakup angka pengganda out put , t enaga kerja sert a pendapat an. Dari keduanya
(angka pengganda dan koefisien ket erkait an ant arsekt or) dapat diket ahui sekt or
apa yang m enjadi unggulan daerah sert a yang m am pu m em acu pert um buhan
ekonom i regional (Widodo, 2006).
Teknik Input -Out put digunakan unt uk m enelaah ket erkait an ant ar-indust ri
dalam upaya unt uk m em aham i kom pleksit as perekonom ian sert a kondisi unt uk
m em pert ahankan keseim bangan ant ara penaw aran dan perm int aan. Beberapa
penerapan m odel Input -Out put di dalam perencanaan pem bangunan : (Arsyad,
2005)
a. M odel Input -Out put m em berikan kepada set iap sekt or perekonom ian perkiraan
t ent ang t ingkat produksi dan im por yang sesuai sat u sam a lain dan sesuai
dengan perkiraan perm int aan akhir.
b. Solusi m odel ini m em bant u pengalokasian invest asi yang dibut uhkan unt uk
m encapai t ingkat produksi dan m odel ini m em berikan pengujian yang lebih
t ajam m engenai cukup t idaknya sum ber invest asi yang t ersedia.
c. Kebut uhan akan t enaga kerja t erdidik juga dapat dievaluasi dengan cara yang
sam a.
d. Dengan adanya penget ahuan t ent ang penggunaan bahan baku im por dan
buat an dalam negeri dalam berbagai bidang dalam perekonom ian, analisis
e. Sebagai t am bahan t erhadap kebut uhan langsung akan m odal, t enaga kerja, dan
im por; kebut uhan t idak langsung pada sekt or-sekt or lain perekonom ian juga
dapat diperkirakan.
f. M odel Input -Out put secara regional juga dapat dibuat unt uk t ujuan
perencanaan, unt uk menjajagi implikasi program pem bangunan w ilayah t ert ent u,
at aupun unt uk perekonom ian secara keseluruhan.
d. M et ode Analisis Tipologi Klassen
Teknik Tipologi Klassen dapat digunakan unt uk m enget ahui gam baran
t ent ang pola dan st rukt ur pert um buhan sekt oral daerah. Analisis ini m endasarkan
pengelom pokkan suat u sekt or dengan m elihat pert um buhan dan kont ribusi sekt or
t ert ent u t erhadap t ot al PDRB (Pendapat an Dom est ik Regional Brut o) suat u daerah.
Dengan m enggunakan analisis Tipologi Klassen, suat u sekt or dapat dikelom pokkan
ke dalam 4 kat egori, yait u: sekt or prim a, sekt or pot ensial, sekt or berkem bang, dan
sekt or t erbelakang. Penent uan kat egori suat u sekt or ke dalam em pat kat egori di
at as didasarkan pada laju pert um buhan kont ribusi sekt oral dan rerat a besar
kont ribusi sekt oralnya t erhadap PDRB, sepert i yang dit unjukkan pada Tabel (6).
Tabel 6. M at rik Tipologi Klassen
Rerat a Kont ribusi Sekt oral
Terhadap PDRB
Rerat a Laju
Pert um buhan Sekt oral
Y sekt or > Y PDRB Y sekt or < Y PDRB
r sekt or > r PDRB Sekt or Prim a Sekt or Berkembang
Sum ber : Widodo, 2006
Ket erangan :
Y sekt or = nilai kont ribusi sekt or ke i Y PDRB = rat a-rat a PDRB
r sekt or = laju pert um buhan sekt or ke i r PDRB = laju pert um buhan PDRB
Pengelom pokan kom odit as perkebunan yang didasarkan pada laju
pert um buhan dan besarnya kont ribusi di Kabupat en M usi Raw as dapat
m enghasilkan suat u st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan dalam jangka
pendek, jangka m enengah dan jangka panjang. Hal ini dilakukan agar produkt ivit as
hasil perkebunan m eningkat dan pendapat an pet ani kebun juga m eningkat . Unt uk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel (7).
Tabel 7. M at riks St rat egi Pengembangan
Jangka Pendek (1-5th)
Jangka M enengah (5-10th)
Jangka Panjang (10-25th)
- sekt or prim a - sekt or berkem bang m enjadi sekt or prim a
- sekt or t erbelakang m enjadi sekt or berkem bang
- sekt or berkem bang m enjadi sekt or prim a
Sum ber : Widodo, 2006
Tipologi Klassen juga m erupakan salah sat u alat analisis ekonom i regional,
yait u alat analisis yang digunakan unt uk m enget ahui gam baran t ent ang pola dan
st rukt ur pert um buhan ekonom i suat u daerah. Pada pengert ian ini, Tipologi Klassen
dilakukan dengan m em bandingkan pert um buhan ekonom i daerah dengan
pert um buhan ekonom i daerah yang m enjadi acuan at au nasional dan
m em bandingkan pert um buhan PDRB per kapit a daerah dengan PDRB per kapit a
C. Kerangka Teori Pendekatan M asalah
Pem bangunan daerah ekonom i m aupun pem bangunan non ekonom i yang dilakukan
bert ujuan unt uk m eningkat kan kesejaht eraan m asyarakat . Disam ping it u, sem akin luas
ot onom i diberikan pada suat u daerah, m aka akan sem akin besar t anggung jaw ab daerah
dan besar biaya penyelenggaraannya. Pem berlakuan ot onom i daerah di Indonesia
m erupakan suat u langkah dari pem erint ah pusat yang st rat egis guna m engopt im alkan
kem am puan suat u daerah. Adanya pelaksanaan ot onom i daerah t ersebut m em ungkinkan
suat u daerah unt uk m engat ur dan m engem bangkan daerahnya m asing-m asing (BAPPEDA
Kabupat en M usi Raw as, 2009).
Perm asalahan-perm asalahan yang di hadapi sekt or pert anian di Kabupat en M usi
Raw as ant ara lain : rendahnya kapasit as sum berdaya m anusia pet ani; rendahnya
produkt ivit as pert anian, pendapat an dan kesejaht eraan pet ani; lem ahnya kelem bagaan
pet ani sert a rendahnya akses pet ani t erhadap perm odalan. Hal ini m enunjukkan bahw a
belum opt im alnya dalam pem anfaat an pot ensi ekonom i daerah di Kabupat en M usi Raw as.
Oleh sebab it u, pem erint ah daerah perlu m enget ahui sekt or-sekt or apa saja yang
berpot ensi unt uk dikem bangkan (BAPPEDA Kabupat en M usi Raw as, 2009).
Pem bangunan daerah Kabupat en M usi Raw as m encakup dua sekt or yait u sekt or
perekonom ian dan sekt or non perekonom ian. Sekt or perekonom ian dibagi m enjadi sekt or
pert anian dan sekt or non pert anian dim ana m asing-m asing sekt or t ersebut m em berikan
sum bangan yang beragam bagi Kabupat en M usi Raw as. Dalam pengelolaannya, sekt or
pert anian t erdiri dari subsekt or t anam an bahan, subsekt or t anam an perkebunan, subsekt or
pet ernakan, subsekt or kehut anan dan subsekt or perikanan. Sekt or non pert anian t erdiri
dari sekt or pert am bangan dan penggalian; sekt or indust ri pengolahan; sekt or list rik, gas dan
air m inum ; sekt or bangunan; sekt or perdagangan, hot el dan rest oran; sekt or angkut an dan
kom unikasi; sekt or keuangan, persew aan dan jasa; dan sekt or jasa-jasa.
Subsekt or t anam an perkebunan m erupakan salah sat u subsekt or pert anian yang
m enghasilkan berbagai jenis kom odit as sepert i karet , kelapa saw it , kelapa, kopi, cengkeh,
kakao, kayu m anis, kem iri, pinang, aren, t ebu, jahe dan nilam . Keseluruhan kom odit as
kom odit as t erhadap t ot al nilai produksi kom odit as pert anian. Besarnya laju pert um buhan
kom odit as perkebunan dapat dilihat selisih ant ara nilai produksi kom odit as t anam an
perkebunan i pada t ahun t dengan nilai produksi kom odit as perkebunan i t ahun
sebelum nya (t ahun t -1), hasilnya dibagi dengan nilai produksi kom odit as perkebunan i
t ahun sebelum nya (t ahun t -1), dan kem udian dikalikan 100%.
Besarnya kont ribusi dan laju pert um buhan kom odit as perkebunan di Kabupat en
M usi Raw as dapat dijadikan sebagai indikat or unt uk m enent ukan klasifikasi dengan
m enggunakan analisis Tipologi Klassen. Dengan analisis Tipologi Klassen ini, m asing-m asing
kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as diklasifikasikan m enjadi em pat kat egori
yait u kom odit as prim a, kom odit as pot ensial, kom odit as berkem bang, dan kom odit as
t erbelakang. Berdasarkan hasil klasifikasi, m aka Pem erint ah Daerah Kabupat en M usi Raw as
dapat m enent ukan st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan. St rat egi pengem bangan
t ersebut dapat dilakukan dalam beberapa periode w akt u yait u periode jangka pendek (1-5
t ahun), periode jangka m enengah (5-10 t ahun) dan periode jangka panjang (10-25 t ahun).
Gam baran alur pem ikiran dan kerangka penelit ian St rat egi Pengem bangan Kom odit as
Perkebunan Di Kabupat en M usi Raw as dengan Pendekat an Tipologi Klassen dapat dilihat
pada Gam bar (1).
Ot onomi Daerah
Sekt or Perekonom ian Sekt or Non Perekonom ian
Kom odit as Perkebunan
Pembangunan Daerah Kabupaten M usi Raw as
Sekt or Perekonom ian : Sekt or Pert anian
Sekt or Pert am bangan dan Penggalian Sekt or Indust ri Pengolahan
Sekt or List rik, Gas dan Air Sekt or Bangunan
Sekt or Perdagangan, Hot el dan Rest oran Sekt or Angkut an dan Kom unikasi Sekt or Keuangan, Persew aan dan Jasa Sekt or Jasa-jasa
Gambar 1. Alur Pemikiran dan Kerangka Penentuan Klasifikasi Komoditas Perkebunan di
Kabupaten Musi Rawas.
D. Pembatasan M asalah
1. Alat analisis yang dapat digunakan unt uk m enent ukan pot ensi relat if perekonom ian
suat u w ilayah m eliput i Locat ion Quot ient , Shift Share Analysis, input -out put analysis,
linear program ing, analisis sist em neraca sosial ekonom i m aupun pendekat an Tipologi
ini dikarenakan Tipologi Klassen dapat m engklasifikasi suat u kom odit as perkebunan dan
m erum uskan suat u st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan.
2. Kom odit as perkebunan yang dit elit i adalah karet , kelapa saw it , kelapa, kopi, kayu m anis,
kem iri, kakao, aren, t ebu dan pinang di Kabupat en M usi Raw as selam a t ahun 2004-2008
yang dat anya t ersedia, dipublikasikan, dan kont inuit asnya t erjaga.
3. Pengklasifikasian kom odit as perkebunan dalam penelit ian ini m enggunakan dat a nilai
produksi kom odit as perkebunan, laju pert um buhan dan kont ribusi kom odit as
perkebunan, laju pert um buhan dan kont ribusi PDRB Kabupat en M usi Raw as selam a
t ahun 2003-2008.
4. Harga kom odit as perkebunan yang digunakan dalam penelit ian ini adalah harga rat
a-rat a kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as pada t ahun 2003-2008 at as dasar
harga konst an (ADHK 2000).
5. Perum usan st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as
m engacu pada RKPD (Rencana Kegiat an Pembangunan Daerah), RPJM D (Rencana
Pem bangunan Jangka m enengah Daerah) dan RPJP (Rencana Pem bangunan Jangka
Panjang).
E. Definisi Operasional Dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Klasifikasi adalah proses pengelom pokan, art inya m engum pulkan objek dat a at au
ident it as yang sam a sert a m em isahkan objek dat a at au ident it as yang t idak sam a. Pada
penelit ian ini, pengklasifikasian dilakukan pada kom odit as t anam an perkebunan dengan
alat analisis Tipologi Klassen yang m em bagi kom odit as t anam an perkebunan m enjadi
em pat kat egori yait u kom odit as prim a, kom odit as pot ensial, kom odit as berkem bang,
dan kom odit as t erbelakang.
2. Sekt or adalah lapangan usaha yang m encakup beberapa unit produksi yang t erdapat
dalam suat u perekonom ian yait u lapangan yang t erdapat dalam perekonom ian
Kabupat en M usi Raw as.
3. Sekt or t anam an perkebunan adalah sekt or yang dalam proses produksinya
4. Ot onom i Daerah adalah kew enangan daerah ot onom unt uk m engat ur dan m engurus
kepent ingan m asyarakat set em pat m enurut aspirasi m asyarakat sesuai dengan
perat uran perundang-undangan.
5. Kom odit as adalah sesuat u benda nyat a yang relat if m udah diperdagangkan, dapat
diserahkan secara fisik, dapat disim pan unt uk jangka w akt u t ert ent u dan dapat
dipert ukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sam a.
6. Kom odit as Perkebunan adalah kom odit as yang berasal dari subsekt or t anam an
perkebunan yang dapat diolah m enjadi bent uk lain sehingga dapat dikonsum si oleh
m asyarakat . Dalam penelit ian ini kom odit as perkebunan t erdiri dari karet , kelapa saw it ,
kelapa, kopi, kayu m anis, kem iri, kakao, aren, t ebu dan pinang yang dihasilkan oleh
Kabupat en M usi Raw as.
7. Kom odit as Prim a adalah kom odit as yang m em iliki laju pert um buhan cepat dan
kont ribusi yang besar t erhadap PDRB Kabupat en M usi Raw as.
8. Kom odit as Pot ensial adalah kom odit as yang mem iliki laju pert um buhan lam bat dan
kont ribusi yang besar t erhadap PDRB Kabupat en M usi Raw as.
9. Kom odit as Berkem bang adalah kom odit as yang m em iliki laju pert um buhan cepat dan
kont ribusi yang kecil t erhadap PDRB Kabupat en M usi Raw as.
10.Kom odit as Terbelakang adalah kom odit as yang m em iliki laju pert um buhan lam bat dan
kont ribusi yang kecil t erhadap PDRB Kabupat en M usi Raw as.
11.Nilai Produksi Kom odit as Perkebunan adalah im balan yang dit erim a suat u kom odit as
perkebunan, yang diperoleh dari perkalian ant ara jum lah produksi suat u kom odit as
perkebunan dalam sat u t ahun dengan harga rat a-rat a kom odit as perkebunan di t ingkat
produsen dalam sat u t ahun di Kabupat en M usi Raw as yang dinyat akan dalam sat uan
rupiah (Rp).
12.Kont ribusi adalah besarnya sum bangan dari suat u kegiat an ekonom i. Dalam penelit ian
ini kont ribusi kom odit as perkebunan dit unjukkan dengan perbandingan ant ara
kont ribusi nilai produksi kom odit as perkebunan i dengan t ot al nilai produksi kom odit as
dapat dihit ung dengan m em bandingkan kont ribusi PDRB Kabupat en M usi Raw as
t erhadap PDRB Provinsi Sum at era Selat an. Adapun krit erianya adalah:
Kont ribusi besar : apabila kont ribusi kom odit as perkebunan i lebih besar daripada
kont ribusi PDRB Kabupat en M usi Raw as
Kont ribusi kecil : apabila kont ribusi kom odit as perkebunan i lebih kecil daripada
kont ribusi PDRB Kabupat en M usi Raw as
13.Laju Pert um buhan Kom odit as Perkebunan adalah perubahan perkem bangan nilai
kom odit as perkebunan dari t ahun ke t ahun. Dalam penelit ian ini yang dim aksud laju
pert um buhan kom odit as perkebunan adalah perubahan dari nilai produksi kom odit as
perkebunan i (kem ajuan at au kem unduran) yang dit unjukkan oleh selisih ant ara nilai
produksi kom odit as perkebunan i pada t ahun t dengan nilai produksi kom odit as
perkebunan i t ahun sebelum nya (t ahunt -1), hasilnya dibagi dengan nilai produksi
kom odit as perkebunan i t ahun sebelum nya (t ahunt -1), dikalikan 100%. Krit eria yang
digunakan unt uk m enget ahui cepat lam bat nya laju pert um buhan kom odit as
perkebunan adalah:
Tum buh cepat : apabila laju pert um buhan kom odit as perkebunan i m em iliki nilai
lebih besar daripada laju pert um buhan PDRB Kabupat en M usi
Raw as
Tum buh lam bat : apabila laju pert um buhan kom odit as perkebunan i m em iliki nilai
lebih kecil daripada laju pert um buhan PDRB Kabupat en M usi
Raw as
14.St rat egi adalah suat u t indakan yang m enunt ut sebuah m anajem en unt uk m engelola
berbagai sum berdaya guna m erealisasikan t ujuannya. Berdasarkan pengert ian t ersebut
m aka definisi dari st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi
Raw as dalam penelit ian ini adalah serangkaian rencana yang m encakup perkebunan
berdasarkan pola pert um buhan dan kont ribusi sekt or pert anian dalam jangka w akt u
t ert ent u. Jangka w akt u t ersebut adalah jangka pendek (1-5 t ahun), jangka m enengah
III. M ETODE PENELITIAN
A. M etode Dasar Penelitian
M et ode yang digunakan dalam penelit ian ini adalah m et ode deskript if analit is yait u
kom binasi dari m et ode deskript if dan m et ode analit is. M et ode analit is bert ujuan m enguji
kebenaran hipot esis dan m et ode deskript if bert ujuan m em peroleh deskripsi yang
t erpercaya dan berguna. Penelit ian deskript if yang baik m erupakan bahan yang sangat
diperlukan unt uk penelit ian analit is. Penelit ian analit is t ent ulah akhirnya unt uk m em buat
deskripsi baru yang lebih sem purna (Soerat no dan Arsyad, 1995).
B. M etode Pengambilan Daerah Penelitian
M et ode pengam bilan daerah dilakukan secara purposive, yait u pengam bilan daerah
penelit ian dengan m em pert im bangkan alasan yang diket ahui dari daerah penelit ian
t ersebut (Singarim bun, 1995).
Daerah penelit ian yang diam bil adalah Kabupat en M usi Raw as dengan pert im bangan
sebagai berikut :
1. Sekt or pert anian di Kabupat en M usi Raw as m em berikan kont ribusi yang t ert inggi
t erhadap Produk Dom est ik Regional Brut o (PDRB) pada t ahun 2004-2008 (Tabel 1).
2. Subsekt or t anam an perkebunan m em punyai nilai dist ribusi persent ase PDRB yang paling
t inggi dibanding dengan subsekt or yang lain (Tabel 2), nam un dalam laju pert um buhan
kom odit as t anam an perkebunan pada t ahun 2004-2008 m asih bersifat flukt uat if (Tabel
3).
C. Jenis dan Sumber Data
Dat a yang dipergunakan dalam penelit ian ini berupa dat a prim er dan dat a sekunder.
Dat a prim er adalah dat a yang diperoleh sat au digali dari sum ber ut am anya (Teguh, 2001).
Dat a prim er diperoleh dengan cara m elakukan w aw ancara dan pencat at an kepada dinas
at au inst ansi t erkait yait u Dinas Pert anian Tanam an Pangan dan Hort ikult ura Kabupat en
M usi Raw as, Dinas Perkebunan Kabupet en M usi Raw as, Dinas Kehut anan Kabupat en M usi
Raw as, Dinas Pet ernakan dan Perikanan Kabupat en M usi Raw as t ent ang kondisi w ilayah
Dat a sekunder adalah dat a yang diperoleh dengan cara m engut ip dat a laporan
m aupun dokum en dari lem baga at au inst ansi yang ada hubungannya dengan penelit ian.
Dat a sekunder m erupakan dat a yang t erlebih dahulu t elah dikum pulkan dan
dilaporkan oleh orang di luar penelit i (Surakhm ad, 2001). Dat a sekunder ini berupa
Produk Dom est ik Regional Brut o (PDRB) Kabupat en M usi Raw as ADHK 2000 Tahun
2004-2008, Produk Dom est ik Regional Brut o (PDRB) Provinsi Sum at era Selat an ADHK 2000 Tahun
2004-2008, M usi Raw as Dalam Angka 2009, Sum at era Selat an Dalam Angka 2009, jum lah
produksi dan harga kom odit as t anam an perkebunan dari t ahun 2003-2008, Indeks Harga
Konsum en (IHK) Kabupat en M usi Raw as t ahun 2003-2008, Rencana St rat egis (RENSTRA),
Rencana Kegiat an Pem bangunan Daerah (RKPD), Rencana Pem bangunan Jangka M enengah
Daerah (RPJM D), Rencana Pem bangunan Jangka Panjang (RPJP), yang diperoleh dari Badan
Pusat St at ist ik (BPS) Kabupat en M usi Raw as, Badan Perencanaan Pem bangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupat en M usi Raw as, Dinas Pert anian Tanam an Pangan dan Hort ikult ura
Kabupat en M usi Raw as, Dinas Perkebunan Kabupet en M usi Raw as, Dinas Kehut anan
Kabupat en M usi Raw as, Dinas Pet ernakan dan Perikanan Kabupat en M usi Raw as.
D. M etode Analisis Data
1. Penent uan Harga Konst an
Indeks harga adalah harga rata-rata tertimbang dari berbagai jenis barang dan jasa yang masuk dalam pendapatan nasional. Indeks harga yang dipergunakan untuk mengabaikan laju inflasi atau untuk memotong angka GNP disebut faktor penyesuaian GNP (GNP Deflator). Adapun rumus untuk mencari GNP Deflator adalah (Suryana, 2000):
GNP Deflator atau Indeks Harga = min x100
GNPRiil al No GNP