• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Leukosit Pada Persembuhan Fraktur Delayed Union Dengan Perlakuan Kombinasi Estradiol Dan Insulin Like Growth Factor I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Leukosit Pada Persembuhan Fraktur Delayed Union Dengan Perlakuan Kombinasi Estradiol Dan Insulin Like Growth Factor I"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA LEUKOSIT PADA PERSEMBUHAN FRAKTUR

DELAYED UNION

DENGAN PERLAKUAN KOMBINASI

ESTRADIOL DAN

INSULIN LIKE GROWTH FACTOR

I

NIA SARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Dinamika Leukosit pada Persembuhan Fraktur Delayed Union dengan Perlakuan Kombinasi Estradiol dan Insulin like Growth Factor I adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Nia Sari

(4)

ABSTRAK

NIA SARI. Dinamika Leukosit pada Persembuhan Fraktur Delayed Union dengan Perlakuan Kombinasi Estradiol dan Insulin like Growth Factor I. Dibimbing oleh RIKI SISWANDI & GUNANTI.

Fraktur delayed union adalah proses penyembuhan fraktur yang lebih lambat dari normal dengan pembentukan kalus yang dimulai pada minggu ke– 4 setelah fraktur terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika leukosit pada kelinci New Zealand White (NZW) yang mengalami DUF dan diobati dengan kombinasi estradiol (E2) 3% dan Insulin like Growth Factor I (IGF–I) 1%. Sebanyak enam kelinci NZW jantan dengan berat badan ± 3 kg dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberikan perlakuan kombinasi estradiol 3% sebanyak 0.4 ml dan IGF– I 1% sebanyak 1 ml sedangkan kelompok kontrol diberikan aquades 1 ml sebagai plasebo. Fraktur delayed union dilakukan pada tulang tibia bagian kanan dengan operasi secara aseptis. Sampel darah diambil dari vena aurikularis untuk menghitung jumlah total leukosit dan differensiasi leukosit (limfosit, monosit, eosinofil, neutrofil, dan basofil). Sampel diambil sebelum operasi (H0), hari ke–14, 28, dan 42 setelah operasi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Diharapkan kombinasi estradiol 3% dan IGF- I 1% tidak mempengaruhi dinamika leukosit selama penyembuhan DFU. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan kombinasi estradiol 3% dan IGF–I 1% dapat diterima dengan baik oleh tubuh.

(5)

ABSTRACT

NIA SARI. Leucocyte Dynamics on Delayed Union Fracture Healing with Combination of Estradiol and Insulin like Growth Factor I. Supervised by RIKI SISWANDI & GUNANTI.

Delayed union fracture (DUF) is a slower fracture healing process with callus formation starts on fourth weeks after the fracture occurred. We conducted this research to evaluate the leucocytes dynamics of NZW rabbits which suffered DUF and received combination of estradiol (E2) 3% and Insulin like Growth Factor I (IGF–I) 1%. Total of six NZW male rabbits with ± 3 kgs of body weight divided into two groups. The first group were received estradiol 0.4 ml and IGF– I 1 ml while the second group only injected with aquades 1 ml as a placebo. Delayed union fracture were initiated on right tibia bone under aseptic surgery. Blood samples were collected from auricularis vein for total leukocyte counts and differential leukocyte counts (lymphocyte, monocyte eosinophyls, and neutrophyls counts). Samples were taken before treatment and day 14, 28 and 42 post surgery. There were no significant different between groups. We suggested that estradiol 3% and IGF- I were unaffected to leucocyte dynamics during DFU healing. This indicated the treatment combination E2 3% and IGF–I 1% can be accepted by the body very well.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

NIA SARI

DINAMIKA LEUKOSIT PADA PERSEMBUHAN FRAKTUR

DELAYED UNION DENGAN PERLAKUAN KOMBINASI

ESTRADIOL DAN

INSULIN LIKE GROWTH FACTOR

I

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia– Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Dinamika Leukosit pada Persembuhan Fraktur Delayed Union dengan Perlakuan Kombinasi Estradiol dan Insulin like Growth Factor I”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Tulisan ini merupakan bagian dari Penelitian Disertasi Dr Aryadi Kurniawan, Sp.OT dibawah supervisi Dr Drh Hj. Gunanti, MS. Penelitian dilakukan di Divisi Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Penulisan karya ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada:

1. Drh Riki Siswandi, MSi dan Dr Drh Hj. Gunanti, MS selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam penulisan karya ini,

2. Dr Aryadi Kurniawan yang telah mengijinkan penulis untuk menjadi bagian dari penelitian ini,

3. Drh Wahono Esthi Prasetyaningtiyas selaku pembimbing akademik yang menjadi orang tua selama penulis menimba ilmu di IPB,

4. Ayah (Harzoni), ibu (Arbiah), adik (Arga Sanjaya), beserta keluarga besar yang selalu memberikan doa dan nasehat kepada penulis,

5. Teman– teman seperjuangan dalam penelitian (Delin, Atun, Cindi, Pangda, Benli) atas kebersamaan dan kerjasamanya,

6. Staf Divisi Bedah dan Radiologi Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi FKH IPB: Pak Katim,

7. Keluarga besar Ganglion 48 atas kebersamaannya selama ini,

8. Sahabat tercinta, Anggi, Erfiandini, Meilany, Rianti, Kharunia, Ghaida, Nana, dan Yasminers atas doa dan motivasi yang diberikan saat penulisan skripsi,

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih atas dukungannya.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua pihak yang terkait.

Bogor, September 2015

(10)
(11)

DAFTAR ISI

(12)

DAFTAR GAMBAR

1 Mekanisme kerja IGF–I 4

2 Cold box 5

3 Hematologi particel counter 5

4 Pelaksanaan operasi induksi fraktur 6

5 Pengambilan darah kelinci

7

6Tahapan penelitian 7

DAFTAR TABEL

1 Rataan Jumlah total leukosit 8

2 Persentase limfosit (%) 9

3 Persentase monosit (%) 9

4 Persentase eosinofil (%) 10

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tulang merupakan jaringan penghubung yang memiliki fungsi utama sebagai alat gerak, pembentuk rangka, dan pelindung organ internal. Berkurangnya kepadatan tulang dapat menimbulkan penyakit metabolik tulang seperti fraktur. Setiap tahun, jutaan orang di dunia menderita berbagai penyakit tulang yang diakibatkan oleh kasus fraktur yang dapat terjadi pada laki–laki maupun perempuan. Pada laki–laki kejadian fraktur biasanya umur dibawah 45 tahun disebabkan oleh aktifitas fisik dan olahraga. Sedangkan kejadian fraktur wanita sering terjadi pada usia diatas 45 tahun terkait pengaruh hormon pada masa menopause. Salah satu metode penyembuhan fraktur adalah delayed union (Sjamsuhidajat dan De Jong 2005). Delayed union adalah proses penyembuhan patah tulang yang lebih lama yaitu lebih dari 5 bulan (Rasjad 2007).

Kasus fraktur dapat dipengaruhi oleh kepadatan tulang. Hal yang dapat mempengaruhi kepadatan tulang yaitu aktifitas fisik, nutrisi, serta pengaruh estrogen dan Insulin like Growth Factor I (Gennari et al. 2004). Proses penyembuhan fraktur dapat dipercepat dengan pemberian growth factor. Insulin like Growth Factor I merupakan salah satu growth factor yang dapat menstimulir pertumbuhan tulang dan estradiol berperan mempercepat pembentukan jaringan tulang (Ogita et al. 2008). Telah ditemukan penelitian terhadap sinergi kombinasi antara estradiol dan IGF–I yang berkaitan dengan pencegahan menopause namun pada penyembuhan delayed union belum dilakukan penatalaksanaan secara sempurnasehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Penelitian ini menggunakan kelinci sebagai hewan model untuk mengetahui efektifitas terapi kombinasi estradiol dan IGF-I dengan melihat gambaran leukosit pada kelinci tersebut. Nilai yang diperoleh dalam perhitungan, dikaitkan dengan operasi patah tulang yang dilakukan. Kelinci yang digunakan pada penelitian yaitu kelinci New Zealand White (Oryctolagus cuniculus). Keuntungan menggunakan kelinci sebagai hewan penelitian yaitu memiliki karakteristik biologi yang baik, masa kebuntingan singkat, mudah dalam handling, dan memiliki persamaan terhadap perkembangan tulang pada manusia (Gilsanz et al. 1988).

Perumusan Masalah

(14)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati dinamika leukosit yang meliputi jumlah total dan differensial leukosit pada kelinci yang diberi terapi kombinasi estradiol dan IGF–I untuk proses penyembuhan fraktur delayed union.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi mengenai terapi kombinasi estradiol dan IGF–I pada proses penyembuhan fraktur delayed union.

TINJAUAN PUSTAKA

Leukosit

Darah merupakan kandungan elektrolit dalam suspensi partikel suatu larutan koloid cair. Darah terdiri dari 55% plasma darah dan 45% sel darah. Plasma darah adalah bagian darah yang berupa cairan berwarna kuning. Sebesar 90% plasma darah tersusun atas air, dan 10% tersusun atas fibrinogen, protombin, kalsium, dan serum. Sel darah yang padat meliputi eritrosit, leukosit, dan keping darah. Darah memiliki tiga fungsi utama dalam tubuh, yaitu sistem transportasi, sistem regulasi, dan sistem pertahanan tubuh. Darah dalam sistem transportasi memiliki fungsi dalam membawa oksigen, karbondioksida, zat nutrisi, hasil sisa metabolisme dan hormon. Sistem regulasi yaitu menjaga homeostasis dan suhu tubuh, sedangkan dalam pertahanan tubuh berperan dalam melawan benda asing yang masuk (Colville dan Bassert 2008).

Leukosit merupakan sel yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh. Leukosit melindungi tubuh melalui dua mekanisme berbeda yaitu fagositosis dan melalui pembentukan antibodi. Leukosit mempergunakan medium darah sebagai sarana transportasi yang berasal dari sumsum tulang. Leukosit pada mamalia diklasifikasikan menjadi granulosit (neutrofil, eosinofil dan basofil) dan agranulosit (monosit dan limfosit).

(15)

3

yang berukuran lebih besar dan granul yang lebih pekat dibandingkan dengan neutrofil. Limfosit merupakan sel yang paling banyak rnengisi susunan leukosit total kelinci (Hrapkiewicz & Medina 2007). Limfosit memiliki sistem sirkulasi secara kontinu, bersama dengan aliran limfe dari limfonodus dan jaringan limfoid lain. Setelah beberapa jam limfosit keluar dari aliran darah dan kembali ke jaringan dengan cara diapedesis. Selanjutnya memasuki pembuluh limfe dan kembali ke dalam sirkulasi darah, demikian seterusnya.

Estradiol

Estrogen merupakan kelompok hormon steroid yang terdiri dari tiga jenis hormon yaitu estron (E1), estradiol (E2), dan estriol (E3). Efek estrogenik estradiol lebih aktif dibanding kedua hormon lainnya untuk proses pematangan kelamin pada wanita. Pada wanita normal, estradiol banyak diproduksi oleh folikel selama proses ovulasi dan korpus luteum selama kehamilan. Saat ovarium tidak memproduksi estrogen, maka akan diproduksi dari korteks adrenal (Nelson 2001).

Secara eksperimental, pemberian estradiol jangka pendek dapat meningkatkan aliran darah pada vascular bed. Selain berperan dalam sistem sirkulasi, estradiol juga berpengaruh terhadap tulang dan sendi. Rendahnya estradiol menyebabkan aktifitas osteoklastik meningkat, berkurangnya matriks tulang, berkurangnya deposit kalsium dan fosfat tulang dan dapat menyebabkan menopause pada wanita. Hal ini sesuai dengan penelitian Ogita et al. (2008) yang menyatakan bahwa persembuhan tulang dapat mengaktifkan aktifitas seluler yang dipengaruhi oleh estradiol.

Insulin like Growth Factor I/ IGF- I

Insulin like Growth Factor I merupakan suatu peptida yang terdiri dari 70 asam amino (Laron 2001). Hormon IGF- I diproduksi oleh hipotalamus dengan stimulasi dari hipotalamus yang menggertak kelenjar pituitari untuk memproduksi growth hormone. Growth hormone yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari melalui pembuluh darah akan menuju ke hati untuk diubah menjadi IGF–I (Velazquez et al. 2008). Selain menuju organ hati, target dari GH adalah otot, tulang, dan sel adiposit (Gambar 1). Insulin like Growth Factor I berfungsi untuk meningkatkan fungsi otot dan tulang pada saat terjadinya gangguan persembuhan (Durzynska et al. 2013)

(16)

4

diferensiasi dan pembentukan jaringan ikat selama pertumbuhan normal maupun regenerasi.

Gambar 1 Mekanisme kerja IGF–I (Fanciulli 2009)

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari – Juni 2014. Pemeliharaan kelinci dilakukan di Kandang Kelinci, Kandang Fasilitas Hewan Coba, Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL) Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian dilakukan di Laboratorium Bedah Eksperimental, Divisi Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi FKH IPB. Pemeriksaan darah dilakukan di Laboratorium klinik komersial.

Alat dan Bahan

(17)

5

Bahan yang digunakan untuk melakukan pengambilan dan pemeriksaan darah antara lain kapas, alkohol 70%, dan Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid (EDTA) vacuum tube ukuran 3 ml. Bahan lain yang digunakan yaitu sejumlah bahan dalam operasi ortopedik, sediaan anestesi yang meliputi Xylazine HCl 10% (Ilium Xylazil®, Ilium) dan Ketamine HCl 10% (Ketamil®, Ilium). Bahan yang digunakan dalam perawatan hewan setelah operasi, yaitu antibiotik Enrofloxacine 10% (Roxine®, SANBE), analgesik Ketoprofen 10% (Ketoprofen®, Hexpharm Jaya), alkohol 70% (Alkohol®, OneMed), Iodine Povidone 10% (Betadine®, OneMed), perban, plester, dan kapas. Penelitian ini telah mendapatkan perizinan dari komisi kode etik FKH IPB dengan nomor 23-2015.

Gambar 2 Cold box

Gambar 3 Hematologi particel counter

Tahap Persiapan

(18)

6

yang telah disiapkan, diperiksa kondisi kesehatannya dan diaklimatisasi selama 7 hari di dalam kandang individual untuk adaptasi dan diberikan antibiotik, anthelmintik, dan antiektoparasit. Kelinci diberi pakan yang cukup berupa pelet, dan diberi minum dengan botol plastik secara ad libitum.

Tahap Perlakuan

Kelinci dilakukan screening sebelum dilakukan operasi induksi fraktur dengan tes darah dan pengamatan terhadap gejala klinis. Apabila kelinci memenuhi persyaratan, dilakukan operasi terhadap kelinci tersebut. Operasi induksi fraktur pada kelinci dilakukan secara aseptik. Kelinci dianastesi sebelum dilakukan operasi dengan kombinasi Xylazine HCl dan Ketamine HCl secara intramuskular. Operasi induksi fraktur pada kelinci dilakukan pada tulang tibia dextra bagian medial (Gambar 4).

Tungkai kanan belakang kelinci dicukur, dibersihkan, dan didesinfeksi dengan alkohol dan iodine povidone. Dilakukan insisi posterolateral tungkai atas, kemudian diseksi untuk mencapai tulang tibia. Dilakukan stripping periosteum sejauh 0.5 cm dari garis tibia, tulang dipatahkan pada pertengahan tibia. Fraktur direposisi, lalu difiksasi dengan Kirschner wire intramedular ukuran 1.8. Setelah itu dilakukan penjahitan periosteum, otot, jaringan subkutan serta kulit. Digunakan kapas dengan iodine povidone untuk menutup bagian yang luka. Dilakukan penyuntikan selama tiga hari setelah operasi induksi fraktur, analgesik Ketoprofen dan antibiotik Enrofloxacine pada kedua kelompok kelinci.

Kelompok perlakuan diobati dengan kombinasi estradiol 3% dengan dosis 3 mg/kg BB secara subkutan dan IGF–I 1% dengan dosis 3 mg/kg BB secara intramuskular. Kelompok kontrol diinjeksikan water for injection berupa akuades 1 ml secara intramuskular sebagai plasebo. Sebanyak enam ekor kelinci dipilih secara acak dan dibagi ke dalam dua kelompok, perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan diobati menggunakan kombinasi estradiol 3% dan IGF–I 1% sedangkan kelompok kontrol diberikan water for injection sebagai plasebo. Pemberian perlakuan kombinasi terapi obat dan aquades dilakukan sampai minggu ke- 6.

(19)

7

Tahap Pengambilan Darah

Pengambilan darah dilakukan pada vena aurikularis menggunakan syringe 3 ml (Gambar 5). Darah dimasukkan kedalam EDTA vacuum tube 3 ml. Darah dihomogenkan dengan EDTA. Darah harus disimpan dalam kondisi dingin agar komponen darah tidak mengalami kerusakan.

Setelah itu, darah diperiksa menggunakan instrument hematologi Particle Counter (ERMA Inc., Jepang) (Gambar 3) untuk menghitung jumlah total leukosit dan pemeriksaan differensial leukosit (Limfosit, monosit, eosinofil, neutrofil, basofil). Kelompok perlakuan dan kontrol diambil sampel darah secara acak pada 3 ekor kelinci, yaitu hari ke–0, dan beberapa hari setelah operasi induksi fraktur (Gambar 4) yaitu hari ke–14, 28, dan 42. Tahapan penelitian secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6Tahapan penelitian

Analisis Data

Data hasil pemeriksaan darah diolah dengan aplikasi Statistical Products and Solution Services version 21.0 (SPSS v. 21.0) dengan menggunakan sistem analisis One Way Analysis of Variance (One Way ANOVA). Data dianalisa pada taraf nyata (p<0.05) dengan menggunakan sistem lanjutan, yaitu uji Duncan.

(20)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah total leukosit

Dinamika leukosit pada kelompok perlakuan berkisar antara 9.00–11.46 x 103 sel/µl dan kelompok kontrol 5.37–10.47x 103 sel/µl (Tabel 1) . Terjadi fluktuasi jumlah total leukosit pada kedua kelompok namun masih berada dalam kisaran normal. Menurut Milas et al. (2009) kisaran normal jumlah total leukosit yaitu 4.20–12.30 x 103 sel/µl.

Kelompok yang diberikan perlakuan terapi kombinasi estradiol dan IGF-I berkisar pada nilai yang lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol berdasarkan hari perlakuan (Tabel 1). Perbedaan antara kedua kelompok menunjukkan bahwa kombinasi estradiol dan IGF–I dapat mempengaruhi jumlah total leukosit namun tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Banyak faktor yang dapat memengaruhi dinamika leukosit. Menurut Jeklova et al. (2009), faktor yang mengakibatkan tingginya jumlah total leukosit dalam sirkulasi yaitu stres, inflamasi, paparan benda asing, dan variasi umur.

Tabel 1 Rataan Jumlah total leukosit

Hari Leukosit (x 10 yang nyata (p<0.05) antar waktu pengambilan data. Huruf superscript (x) yang sama pada baris yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan.

Persentase limfosit

Persentase limfosit kelompok perlakuan berkisar antara 26–45% sedangkan kelompok kontrol antara 42–64% dari jumlah total leukosit (Tabel 2). Terjadi fluktuasi persentase limfosit namun masih dalam kisaran normal (Tabel 2). Menurut Milas et al. (2009) kisaran normal dinamika limfosit yaitu 16–70% dari total jumlah leukosit.

(21)

9 perbedaan nyata (p<0.05) antar waktu pengambilan data. Huruf superscript (x) yang sama pada baris yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan

Peningkatan limfosit juga dapat disebabkan oleh umur kelinci yang masih muda. Kelinci berumur muda masih memiliki timus yang berfungsi untuk menghasilkan limfosit (Weiss dan Wardrop 2010). Sehingga pada kelinci yang masih muda jumlah limfosit dalam sirkulasi lebih banyak dibandingkan pada hewan tua.

Persentase monosit

Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kedua kelompok perlakuan hari ke– 42. Persentase monosit hari ke– 42 (Tabel 3). Kelompok kontrol tidak berada dalam kisaran normal dan bernilai lebih tinggi dibandingkan kelompok perlakuan. Persentase monosit normal menurut Milas et al. (2009) adalah 0–3%. Peningkatan monosit kelompok kontrol minggu ke- 6 (Tabel 3) sinergis dengan penelitian Kurniawan (2015) melalui gambaran radiologi pada minggu ke- 6 kelompok kontrol, pertumbuhan tulang yang belum sempurna. Pertumbuhan tulang masih dibawah kisaran normal pertumbuhan tulang. Pada minggu awal terjadinya perlukaan, maka tubuh akan memperbaiki jaringan yang rusak dan neovaskularisasi (Liberman JR dan Friedlaender GE 2005). Jaringan yang rusak dapat meningkatkan jumlah monosit disebabkan salah satu fungsi monosit yaitu memperbaiki jaringan yang rusak (Voigt dan Swiss 2011).

(22)

10

Persentase monosit sangat rendah dalam jumlah total leukosit namun dapat meningkat dalam waktu singkat apabila terjadi infeksi. Hal ini akan mempengaruhi persentase monosit dalam sirkulasi. Mekanisme kerja monosit hampir sama seperti neutrofil namun monosit memiliki aktivitas fagositik yang lebih lama (McCurnin dan Bassert 2006).

Fungsi estradiol dan IGF–I yaitu meningkatkan proliferasi seluler pada tulang dan otot (Durzynska et al. 2013). Pemberian kombinasi estradiol dan IGF- I akan mempercepat persembuhan terhadap operasi induksi fraktur yang dilakukan sehingga akan mempercepat persembuhan terhadap kelompok yang diberikan terapi. Makrofag berfungsi untuk melepas growth factor sehingga mempercepat pembentukan jaringan granulasi dan proses persembuhan (Voigt dan Swiss 2011).

Persentase eosinofil

Berdasarkan Tabel 4, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Perbedaan yang signifikan terjadi pada hari perlakuan kelompok kontrol. perbedaan nyata (p<0.05) antar waktu pengambilan data. Huruf superscript (x,y) yang sama pada baris yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan.

Dinamika eosinofil masih dalam kisaran normal yaitu 0–2% dari jumlah total leukosit (Milas et al. 2009). Pemberian anhelmintik pada masa aklimatisasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tidak adanya eosinofil dalam darah saat sebelum perlakuan. Cacing yang berada di dalam tubuh akan meningkatkan produksi eosinofil. Immunoglobulin E yang berikatan dengan permukaan cacing akan diikat oleh eosinofil dan merangsang perkembangan dan aktivasi eosinofil. Kemudian eosinofil akan diaktifkan dan menyekresi granul enzim yang menghancurkan cacing (Underwood 1992).

(23)

11

Persentase neutrofil

Berdasarkan hasil pengamataan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan dan waktu pengambilan sampel darah pada persentase neutrofil (Tabel 5). Dinamika neutrofil masih dalam kisaran normal. Pada kelompok perlakuan berkisar antara 49–80%, sedangkan kelompok kontrol 27– 80%. Menurut Milas et al. (2009), persentase neutrofil normal yaitu 27–94% dari jumlah total leukosit.

Neutrofil merupakan Polymorphonuclear (PMN) yang berperan sebagai early inflamation apabila terjadi perlukaan di jaringan. Sel tersebut membantu proses penyembuhan luka dan memakan sisa benda asing. Jumlah neutrofil akan menurun dengan cepat apabila sudah tidak terjadi infeksi. Ketika ada stimulasi oleh infeksi dan inflamasi, neutrofil dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada kondisi normal, neutrofil akan keluar pada hari ke- 7 hingga 10. Namun apabila terjadi infeksi akan dilepaskan menuju sirkulasi pada hari ke- 2 (Thrall et al. 2004). Menurut Voigt dan Swist (2011) neutrofilia dapat terjadi karena perpindahan neutrofil yang sangat cepat dari storage pool dan marginal pool ke circulating pool. Perpindahan neutrofil dari storage pool dapat terjadi karena respon inflamasi yang disebabkan oleh benda asing dan kerusakan jaringan akibat operasi induksi fraktur. Inflamasi merupakan respon alami tubuh untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Pada saat terjadi inflamasi, neutrofil akan keluar dari sirkulasi dan bermigrasi menuju jaringan yang mengalami inflamasi. Jika kebutuhan neutrofil tidak mencukupi, sumsum tulang akan melepaskan cadangan neutrofil ke dalam sirkulasi.

Persentase neutrofil pada kelompok yang diberikan perlakuan estradiol dan IGF- I menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 5) berdasarkan hari pengambilan data. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian terapi hormon berpengaruh terhadap persentase neutrofil. Sesuai dengan pernyataan Thrall et al. (2004) yaitu salah satu fungsi growth hormone adalah menginduksi proliferasi myeloblast sehingga akan meningkatkan produksi neutrofil.

Keterangan : Huruf superscript (a,b) yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak adanya

(24)

12

Tidak adanya basofil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi estradiol dan IGF–I tidak menimbulkan hipersensitivitas anafilaktik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hoffbrand and Pettit (1996) bahwa fungsi dari basofil yaitu berperan dalam respon hipersensitivitas anafilaktik.

Terapi kombinasi estradiol dan IGF–I yang digunakan pada penelitian merupakan terapi hormon yang berfungsi dalam pertumbuhan sel tulang dan otot. Kedua kombinasi hormon ini telah dilakukan penelitian pada kasus menopause namun belum dilakukan penelitian dengan metode yang sempurna pada kasus fraktur delayed union. Sinergisme antara kedua hormon ini memungkinkan dapat mempercepat proses persembuhan dari fraktur delayed union yang dilakukan.

Dinamika leukosit setelah operasi induksi fraktur yang dilakukan dengan pemberian terapi kombinasi estradiol dan IGF–I masih dalam kisaran normal. Hal ini menunjukkan bahwa terapi kombinasi hormon ini dapat diterima dengan baik oleh tubuh. Jumlah total leukosit pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan namun pada kelompok kontrol mengalami penurunan (Tabel 1). Hal ini disebabkan oleh fungsi dari IGF–I yang dapat menginduksi pembentukan neutrofil dari myeloblas sehingga jumlah total leukosit meningkat (Thrall et al. 2004).

Peningkatan jumlah total leukosit dapat disebabkan karena tubuh bereaksi terhadap proses peradangan dari operasi induksi fraktur yang dilakukan. Sesuai dengan fungsinya dalam pertahanan tubuh, leukosit akan bermigrasi dari lumen pembuluh darah ke tempat yang mengalami radang untuk memfagosit benda asing dan agen infeksi. Sehingga jumlah leukosit dalam darah akan mengalami peningkatan. Peningkatan leukosit dalam darah disebut leukositosis (Thrall et al. 2004). Semakin tinggi jumlah total leukosit menandakan bahwa proses peradangan yang semakin hebat dan luas daerah peradangan (Voigt dan Swiss 2011).

Penurunan jumlah total leukosit atau leukositopenia disebabkan karena terjadinya perlukaan akibat operasi induksi fraktur yang dilakukan. Leukosit akan menuju ke jaringan yang mengalami perlukaan. Perlukaan akan membentuk neovaskularisasi dalam tubuh sebagai upaya persembuhan jaringan mengganti jaringan yang rusak. Macfarlane et al. (2000) menyatakan bahwa neovaskularisasi akan menarik makrofag, neutrofil dan fibroblas menuju perlukaan sehingga akan menurunkan jumlah total leukosit dalam darah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(25)

13

pemberian perlakuan kombinasi estradiol dan IGF–I dapat mempengaruhi jumlah total leukosit namun tidak signifikan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek terhadap pemberian hormon estradiol dan IGF–I terhadap hewan lain yang memiliki struktur tubuh hampir sama dengan manusia pada fraktur delayed union.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell NA, Reece JB, Mitchel LG. 2004. Biologi. Manalu W, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari Biologi.

Colville T, Bassert JM. 2008. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary Technicians. Philadelphia (US): Mosby.

Curi RA, HN Oliveira, AC Silveira, CR Lopes. 2005. Association between IGF–I, IGF–IR and GHRH gene polymorphism and growth and carcass traits in beef cattle. J Livest Prod Sci. 94:159–167.

Durzynska J, Philippou A, Brisson BK, McCarty MN, Barton ER. 2013. The pro– forms of Insulin–Like Growth Factor I (IGF–I) are predominant in skeletal muscle and alter IGF–I receptor activation. J Endocriol. 154: 1215–1224. Epa VC. 2006. Model for the complex between the insulin–like growth factor and

its receptor. J Epub. 19(8):377–384.

Fanciulli G. 2009. Growth hormone, menopause and ageing: no definite evidence for rejuvenation with growth hormone. J of Hum Reprod. 15(3):341–358. Gennari L, Nuti R, Bilezikian JP, 2004. Aromatase activity and bone homeostasis

in men. J Clin Endocrinol Metab. 89:5898–5907.

Gilsanz V, Roe TF, Gibbens DT, Schulz EE, Carlson ME, Gonzalez O, Boechat MI. 1988. Effect of sex steroids on peak bone density of growing rabbits. Am J Physiol. 255(4):416–421.

Harvey JW. 2001. Atlas of Veterinary Hematology : Blood and Bone Marrow of Domestic Animals. Philadelphia (US): WB Saunders.

Hoffbrand AV, Pettit JE. 1996. Hematologi (Essential Haematology). 2nd Ed. Jakarta (ID) : EGC.

Hrapkiewicz K, Medina L. 2007. Laboratory Animal. Ames (US): Blackwell Publishing.

Jeklova E, Leva L, Knotigova P, Faldyna M. 2009. Age related changes in selected haematology parameters in rabbits. J Vet Sci. 86:525–528.

Kannan G, Terril TH, Kouakou B, Gazal OS, Gelaye S, Amoah EA, Samake S. 2000. Transportation of goats: effects on physiological stress responses and live weight loss. J animal sci. 78(6):1450–1457.

(26)

14

Laron Z. 2001. Insulin like growth factor I (IGF–I): a growth hormon. J Clinical Pathol. 54:311–316.

Lieberman JR, Friedlaender GE. 2005. Biology and Clinical Aplication. 1st Edition. New Jersey(US): Humana Press.

Macfarlane PS, Reid R, Callander R. 2000. Pathology Illustrated. 5th Ed. London (UK): Churchill Livingstone.

Milas NP, Skelin IK, Vudan M, Marenjak TS, Perharic AB, Milas Z. 2009. Blood cell count analyses and erythrocyte morphometry in New Zealand white rabbits. Vet Arhiv. 79(6):561–571.

Nelson NL, Bulun SE. 2001. Estrogen Production and Action. J Am Acad Dermatol. 45(3):116–124.

Ogita M, Rached MT, Dworakowski D, Bilezikian JP, dan Kousteni S. 2008. Differentiation and proliferation of perioteal osteoblast progenitors are differentially regulated by estrogens and intermittent parathyroid hormone administration. J Endocriol. 149(11):5713–5723.

Rasjad C. 2007. Buku Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ke–3. Jakarta (ID): Yarsif Watampone.

Sjamsuhidajat R, De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta (ID): EGC. Thrall MA, Baker DC, Campbell TW, Nicola DN, Fettman MJ, Lassen ED, Rebar

A, Weiser G. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Ames (US): Lippincott Williams & Wilkins.

Underwood JCE. 1992. General and Systemic Pathology. New York (US): Churchill Livingstone.

Velazquez MA, Spicer LJ, Wathes D.C. 2008. The role of endocrine insulin–like growth factor–I (IGF–I) in female bovine reproduction. J of Domestic Anim Endocrinol. 35:325–342.

Voigt GL, Swist SL. 2011. Hematology Techniques and Concepts for Veterinary Technicians. 2nd Ed. Iowa (US): Willey-Blackwell.

(27)
(28)
(29)

17

Persentase neutrofil

PERLAKUA N

Subset for alpha = .05

1 2

42,00 3 26,33

22,00 3 46,66 46,66

31,00 3 49,00 49,00

32,00 3 53,66 53,66

41,00 3 64,33 64,33

21,00 3 70,33 70,33

11,00 3 80,00

12,00 3 80,00

(30)
(31)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangkalpinang pada tanggal 10 Februari 1994. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Harzoni dan Ibu Arbiah. Riwayat pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1998 di TK Asyiah Pangkalpinang dan lulus pada tahun 1998, SDN 040 Pangkalpinang dan lulus pada tahun 2005, SMPN 2 Pangkalpinang dan lulus pada tahun 2008, serta SMAN 1 Pangkalpinang dan lulus pada tahun 2011.

Gambar

Gambar 1 Mekanisme kerja IGF–I (Fanciulli 2009)
Gambar 2 Cold box
Gambar 5 Pengambilan darah kelinci
Tabel 1 Rataan Jumlah total leukosit
+3

Referensi

Dokumen terkait

Gültaş, D.(2008); Raimondo D’Aronco: İstanbul’daki Yapılarında Cephe Biçimlenişi ve Detayları, Yüksek lisans Tezi, Yıldız Teknik Üniversitesi, İstanbul.

Program acara variety show di net ini menampilkan sosok laki-laki yang berambut panjang, badan yang tidak atletis, dan cara berbicara yang kurang tegas, sedangkan

Definisi Perlindungan Varietas Tanaman Perlindungan Varietas Tanaman menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman adalah

Pembentukan citra melalui berfikir unggul dan menciptakan kreatifitas pada anak jalanan ini memberikan potensi tersendiri dalam pandangan orang lain, yang mana orang tersebut

1) Menggunakan masalah kontekstual, yaitu matematika sebagai kegiatan sehari- hari, sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dialaminya menggunakan matematika. Siswa

Pejabat eselon III yang membidangi kepegawaian pada unit kerja Kabupaten/Kota yang membidangi penyuluhan kehutanan kepada Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atau pejabat eselon

[r]

Likuiditas Terhadap Struktur Modal dan Kebijakan Dividen yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2010-2014 ” bertujuan sebagai salah satu persyaratan yang harus