• Tidak ada hasil yang ditemukan

IZIN PEMASANGAN REKLAME DI WILAYAH KOTA SURABAYA “Prosedur pertimbangan pemberian izin sebagai dasar penindakan pelanggaran pemasangan reklame”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IZIN PEMASANGAN REKLAME DI WILAYAH KOTA SURABAYA “Prosedur pertimbangan pemberian izin sebagai dasar penindakan pelanggaran pemasangan reklame”."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

DENNY ASTRIANSYAH

NPM : 0671010115

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SURABAYA

(2)

pemasangan reklame

Disusun oleh :

DENNY ASTRIANSYAH NPM. 0671010115

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Mas Anienda Tien F, SH, MH

Mengetahui, DEKAN

Haryo Sulistiyantoro, SH, MM NIP. 19620625 199103 1 001 Haryo Sulistyantoro SH., MM.

(3)

Prosedur pertimbangan pemberian izin sebagai dasar penindakan

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh tim penguji skripsi program study ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 09 November 2010

Tim Penguji : Tanda Tangan,

(4)

Prosedur pertimbangan pemberian izin sebagai dasar penindakan pelanggaran

pemasangan reklame

Disusun oleh :

DENNY ASTRIANSYAH NPM. 0671010115

Telah direvisi dan diterima oleh tim penguji skripsi program studi ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 09 November 2010

1. Sutrisno SH, M.Hum. (...)

NIP. 19601212 198803 1001

2. Subani SH, M.si. (...)

NIP. 030174635

3. Haryo Sulistyantoro SH., MM. (...)

NIP. 19620625 199103 1 001

Mengetahui, DEKAN

(5)

atas kemurahan-Nya telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul IZIN PEMASANGAN REKLAME DI WILAYAH KOTA SURABAYA “prosedur pertimbangan pemberian izin sebagai

dasar penindakan pelanggaran pemasangan reklame”.

Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim.

Penyusunan skripsi ini, banyak memperoleh masukan, bimbingan, pengarahan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala rendah hati, perkenankanlah penyusun menyampaikan terima kasih disertai penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. lr Teguh Soedarto, MP selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur, atas dukungan yang beliau berikan kepada seluruh mahasiswa UPN. 2. Bapak Haryo Sulistyantoro S.H., M.M., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim serta Pembimbing utama dan Dosen Wali yang setia dalam membimbing dan mengarahkan hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Sutrisno S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim.

(6)

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim.

5. Ibu Mas Anienda Tien F, SH, MH selaku Dosen pembimbing Pendamping yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penyusun sampai selesainya skripsi ini.

6. Para dosen Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu hukum.

7. Dinas cipta karya dan tata ruang Pemkot Surabaya khususnya Ibu Via dan Bapak Muchlis yang sudah memberikan masukan berupa materi serta hasil wawancara untuk pemenuhan tugas skripsi saya.

8. Untuk Mama, Papa, Kakak Dini, adik Danur dan Mr.Yoyok tercinta yang tiada henti-hentinya memberi dukungan moral dan materiil serta doa sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Dari 1 hingga 10, dari a hingga z Dari huruf menjadi kata Hingga akhirnya kudapat merangkai kata-kata indah, Dan kini ku persembahkan untuk Yana Indawati, SH, M.kn. Yang tidak pernah kenal lelah untuk memberikan ilmu dan membantu sampai berakhirnya proses pembuatan skripsi ini.

10. Teman-teman mahasiswa Fakultas Hukum khususnya Angkatan 2006 yang semuanya yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

vi

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang bersifat membangun penyusun harapkan karena kurangnya pengalaman dan terbatasnya pengetahuan yang penyusun miliki.

Semoga Skripsi ini bisa berguna bagi rekan-rekan di Program Studi Ilmu Hukum serta para pihak yang berkepentingan.

Surabaya, Oktober 2010

Penyusun,

(8)

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...5

1.3 Tujuan Penelitian ...5

1.4 Manfaat Penelitian ...6

1.5 Kajian Pustaka...7

1.6 Metode Penelitian ...12

1.6.1 Jenis dan Tipe Penelitian...12

1.6.2 Sumber Data...13

1.6.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data...15

1.6.4 Metode Analisis Data...15

1.6.5 Lokasi Penelitian...16

1.6.6 Waktu Penelitian ...16

(9)

viii

2.1.1 Sumber Kewenangan Pemerintah Daerah dibidang Perizinan..23

2.1.2 Izin Pemasangan Reklame di Kota Surabaya ...24

2.2 Sistem dan Prosedur Perizinan Pemasangan Reklame 2.2.1 Sistem Perizinan satu atap (Sintap) ...27

2.2.2 Model Perizinan terpadu (Perdu)...29

2.2.3 Asas-asas umum bagi prosedur penerbitan izin ...30

2.2.4 Prosedur Perizinan pemasangan Reklame ...32

BAB III UPAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA DALAM MENERTIBKAN PELANGGARAN REKLAME ...35

3.1 Penegakan Hukum Perizinan ...35

3.2 Upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam melakukan penegakan Hukum Terhadap pelanggaran ...40

3.2.1 Upaya Preventif (pengawasan) ...40

3.2.2 Upaya Represif(Sanksi Administratif)...43

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 4.1 Kesimpulan ...52

(10)

Lampiran 3 : Pajak Reklame Lampiran 4 : Kop Perusahaan

Lampiran 5 : Surat Pernyataan (Pemilik Persil)

Lampiran 6 : Alur Permohonan Surat Izin Penyelenggaraan Reklame

(11)

Nama Mahasiswa : Denny Astriansyah

NPM : 0671010115

Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 10 Oktober 1988

Program Studi : Strata 1 (S1) Ilmu Hukum

Judul Skripsi :

IZIN PEMASANGAN REKLAME DI WILAYAH KOTA SURABAYA

“Prosedur pertimbangan pemberian izin sebagai dasar penindakan pelanggaran pemasangan reklame”

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan perizinan reklame serta dasar hukumnya dari segala permasalahan atau kendala yang terjadi di lapangan serta upaya Pemkot dalam penertiban pelanggaran-pelanggaran reklameyang terjadi di kota Surabaya. Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian Hukum Normatif yakni dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Pengumpulan data Hukum Primer yaitu bahan yang mengikat berupa peraturan perundang-undangan, data Sekunder bahan yang erat hubungannya dan membantu dalam menganalisis bahan Hukum Primer, putusan hakim dan rancangan Undang-Undang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tehnik library research yaitu metode pengumpulan data melalui telaah kepustakaan berupa buku/literatur dengan berdasar pada data Sekunder, sehingga dapat menjelaskan permasalahan yang ada secara lebih rinci. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan reklame merupakan suatu kewenangan otonomi yang didasarkan pada pelaksanaan asas desentralisasi dan dengan adanya pembagian unsur kewenangan antara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten atau Kota, yang telah dituangkan dalam Perda penyelenggaraan reklame dan pajak Reklame.

Kata kunci : Izin, Reklame, pelanggaran pemasangan

(12)

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintah mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengusahakan kesejahteraan bagi warganya. Oleh karena itu dibutuh sikap pemerintah yang proaktif. Salah satu peran serta pemerintah selaku penguasa terhadap aktivitas masyarakatnya adalah melalui mekanisme perizinan. Melalui perizinan pemerintah mengatur semuanya mulai dari mengarahkan, melaksanakan bahkan mengendalikan

Perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan publik. Kendatipun tidak dibutuhkan setiap hari tetapi sangat berperan penting bagi kehidupan kita, namun banyak yang tidak dapat kita lakukan karena izin adalah bukti penting secara hukum.

Tidak ada bagian lain dalam domain publik tempat interaksi antara pemerintah dan masyarakatnya begitu jelas dan langsung selain pada bagian pelayanan perizinan. Sebagai garda terdepan atas pelayanan pemerintah terhadap masyarakat, dapat dikatakan kinerja pemerintah secara keseluruhan benar-benar dinilai dari seberapa baik pelayanan unit perizinan ini.

Banyak aspek kehidupan sebagai warga Negara diatur melalui sistem perizinan. Demikian juga perizinan yang terkait dengan dunia usaha terkait investasi. Proses perizinan usaha yang tidak efisien tidak tepat

(13)

waktu dan berbiaya tinggi pada akhirnya akan menurunkan jumlah investasi dan kegiatan wiraswasta.

Hal ini tentu saja berdampak serius terhadap upaya menciptakan lapangan kerja dan masalah-masalah ketenagakerjaan lainya. Izin pengolahan limbah, penggalian air tanah, lokasi industri, keamanan kerja, serta bahan beracun dan berbahaya semuanya berdampak pada dunia industri dan masyarakat sekitar yang beresiko mengalami bencana, kecelakaan, dan berdampak jangka panjang terhadap kesehatan mereka.

Pengurusan izin telah terdesentralisasi kepada Pemerintah Daerah, sehingga hambatan dan persoalan pun akan dirasakan oleh masing-masing Pemerintah Daerah. Lamanya pengurusan izin, rumitnya prosedur perizinan, mahalnya biaya yang harus dipikul oleh pemohon izin, dan berbagai persoalan lain, termasuk setelah surat izin terbit yang sering dirasakan oleh masyarakat.

Ada berbagai macam bentuk izin yakni pengurusan mendirikan tempat hiburan, izin mendirikan Rumah Makan, izin produksi makanan dan minuman, izin membuka warnet dan wartel serta izin pemasangan iklan atau Reklame atau spanduk. Iklan merupakan salah bentuk promosi yang seringkali dilakukan oleh suatu perusahaan agar produk tersebut dikenal oleh masyarakat.

(14)

dan menimbulkan efek mengagumkan1. Dalam perkembangannya kreativitas iklan telah melahirkan di berbagai media yang kemudian menjadi sub bisnis besar dalam periklanan. Setelah itu mulai berkembang pemasangan iklan bisa melalui media elektronik seperti melalui televise, radio, internet dan lain-lain maupun media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, brosur atau selebaran dan juga papan reklame. Apabila ditinjau dari etimologinya, reklame dan iklan mempunyai makna yang setara. Iklan dari kata i'lan (bahasa Arab) berarti pengumuman, dan reklame berarti seruan yang berulang; maka kedua istilah yang terkait dengan media periklanan ini mengandung makna yang setara yaitu untuk kegiatan penyampaian informasi kepada masyarakat atau khalayak sasaran pesan.

Penyelenggaraan Reklame di wilayah Kota Surabaya diatur tersendiri dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan reklame dan Pajak Reklame (selanjutnya disingkat dengan Perda Reklame). Dimana dalam ketentuan pasal 1 angka 12 menentukan mengenai apa yang dimaksud dengan Reklame, yakni

“ benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca/ didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah”.

Kasus-kasus dalam penyelenggaraan reklame di wilayah Kota Surabaya telah banyak kita jumpai pelanggarannya di berbagai media, dimana salah satu kasusnya adalah tumbangnya billboard (papan reklame)

1

(15)

dikarenakan angina kencang di depan lahan hotel JW Marriot. Tumbangnya billboard JW Marriot ternyata membawa korban nyawa seorang pengendara sepeda motor. Selain itu juga 3 orang pengendara motor luka berat. Billboard dari rangka ternyata hanya ditanam dengan kedalaman pondasi billboard ini cuma 1 meter.

Ketidak beraturan penataan reklame di wilayah kota Surabaya ini masih tetap berkembang. Hal ini bisa juga dikarenakan campur tangan pihak ketiga. Mereka bisa berasal dari tokoh masyarakat setempat, pelaku industri periklanan itu sendiri yang tergabung dalam Persatuan Perusahaan Periklanan dan Reklame Indonesia, kalangan eksekutif dan legislatif untuk mengeluarkan

katabelece. Dan mereka adalah momok tersendiri bagi aparat untuk

melakukan penertiban.

(16)

dalam ayat (1) kepada pimpinan unit terkait. Sehingga dalam hal ini untuk pengawasan di wilayah Kota Surabaya oleh Walikota Surabaya di limpahkan kepada Satpol PP.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengangkat permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai :

1. Mengapa pemasangan Reklame harus ada izin?

2. Bagaimana upaya Pemerintah Kota Surabaya (selanjutnya disingkat dengan Pemkot) dalam menangani papan-papan reklame yang ukurannya menyalahi aturan seperti yang diatur dalam Perda No. 8 tahun 2006?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ada 2 yakni :

1. Untuk mengetahui tentang mengapa pengaturan perizinan reklame serta dasar hukum beserta alasannya diperlukannya izin pemasangan reklame di wilayah Kota Surabaya beserta sistem maupun prosedur yang digunakan. 2. Untuk mengetahui segala permasalahan atau kendala yang terjadi di

(17)

1.4Manfaat Penelitian

Ada 2 (dua) manfaat yang bisa dikemukakan dalam penelitian ini, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan bisa memberikan wacana dan masukan akan perkembangan peraturan-peraturan yang mengatur tentang perizinan, sehingga bisa terwujud aturan yang lebih fleksibel sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi perusahaan Advertising atau yang memasang Iklan diharapkan bisa lebih mentaati aturan-aturan yang telah ditetapkan sehingga bisa mengurangi resiko dilapangan

b. Bagi masyarakat bisa berperan aktif dengan melaporkan kepada pihak yang berwenang apabila melihat iklan atau reklame yang terpasang akan menimbulkan akibat yang berbahaya terhadap masyarakat.

(18)

1.5Kajian Pustaka

1.5.1 Pengertian Izin

Menurut pengertiannya izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-Undang atau aturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundangan2. Pengertian diatas merupakan arti izin dalam arti sempit. Sehingga dalam kalimat tersebut dapat dipahami bahwa suatu pihak tidak dapat melakukan sesuatu kecuali diizinkan. Dalam hal ini izin didapat dari pihak pemerintah.

Izin merupakan keputusan yang memperkenankan dilakukannya perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh pembuat peraturan3. Sedang menurut Prajudi Atmosudirdjo, izin (vergunning) adalah suatu penetapan yang merupakan dispensasi pada suatu larangan oleh Undang-Undang. Pada umumnya pasal Undang-Undang yang bersangkutan berbunyi, “Dilarang tanpa izin …….(melakukan)…….dan seterusnya. Selanjutnya larangan-larangan tersebut diikuti dengan perincian syarat-syarat, kriteria dan sebagainya yang perlu dipenuhi oleh pemohon, untuk memperoleh dispensasi dari larangan, disertai dengan penetapan prosedur dan petunjuk pelaksanaan (juklak) kepada pejabat-pejabat administrasi Negara yang bersangkutan.

2

M.Hadjon, Philipus, Spelt.N.M,Ten Berg.J.BM, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridiks, 1993. h. 2

3

(19)

Izin adalah Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang digunakan bagi pemohon sebagai legitimasi terhadap kegiatan yang sebenarnya dilarang dan sebagai sarana bagi pemerintah untuk mengawasi kegiatan tertentu yang dilarang. Dengan pengertian tersebut, maka izin merupakan tindakan hukum pemerintah

Selain pengertian izin yang diberikan oleh beberapa sarjana tersebut, ada pengertian izin yang dimuat dalam peraturan yang berlaku, misalnya dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. Dalam ketentuan tersebut izin diberikan sebagai dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lain yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Sehingga pengertian izin dalam hal ini berbentuk tertulis yakni berupa dokumen, sehingga pemberian izin secara lisan tidak termasuk.

1.5.2 Ijin Penyelenggaraan Reklame

Secara garis besar persyaratan permohonan izin penyelenggaraan reklame meliputi :

a. Fotocopy KTP, surat kuasa dari Badan dan Foto Copy NPWPD

(20)

c. Desain reklame dan gambar konstruksi reklame dilampiri dengan perhitungan konstruksi yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan disertai Surat Pernyataan Pertanggungjawaban terhadap perencanaan

d. Sketsa titik lokasi Reklame

e. Surat Penunjukan Konsultan yang bertanggung jawab dalam pengawasan pekerjaan fisik bangunan Reklame (khusus reklame dengan konstruksi yang luas bidang reklamenya 8m2 keatas

1.5.3 Pengertian Iklan dan Reklame

Iklan berasal dari kata arab I'lan yg artinya memberitahukan. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan. Sedangkan menurut Paul Copley, “ advertising is by and large seen as an art, the art of persuasion and

can be defined as any paid for communication designed to informand

or persuade”4. Dari beberapa pengertian diatas, pada dasarnya iklan merupakan sarana komunikasi yang digunakan komunikator dalam hal ini perusahaan atau produsen untuk menyampaikan informasi tentang barang atau jasa kepada publik, khususnya pelanggannya melalui suatu media massa. Selain itu, semua iklan dibuat dengan tujuan yang sama yaitu untuk memberi informasi dan membujuk para konsumen untuk

4

(21)

mencoba atau mengikuti apa yang ada di iklan tersebut, dapat berupa aktivitas mengkonsumsi produk dan jasa yang ditawarkan.

Ditinjau dari tujuannya, iklan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis iklan, yakni :

(1) Iklan Komersial (Comercial Advertising).

Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan untuk mendukung pemasaran atau mempromosikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan dari perusahaan/industri maupun personal. Ada 2 macam iklan komersial, yaitu:

a. Iklan Strategis. Iklan macam ini digunakan untuk membangun merek

(brand). Hal itu dilakukan dengan mengkomunikasikan nilai merek dan manfaat produk maupun jasa yang diiklankan. Perhatian utama dalam jangka panjang adalah memposisikan merek serta membangun pangsa pikiran dan pangsa pasar. Iklan macam ini mengundang konsumen untuk menikmati hubungan dengan merek serta meyakinkan bahwa merek ini ada bagi para pengguna.

b. Iklan Taktis. Iklan taktis adalah iklan yang memiliki tujuan yang

mendesak. Iklan macam ini dirancang untuk mendorong konsumen agar segera melakukan kontak dengan merek tertentu. Pada umumnya iklan ini memberikan penawaran khusus jangka pendek yang memacu konsumen memberikan respon pada hari yang sama.

(2) Iklan Korporat atau Iklan Perusahaan (corporate advertising).

Iklan korporat bertujuan untuk membangun citra suatu perusahaan yang pada akhirnya diharapkan juga membangun citra positif produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Iklan Korporat akan efektif bila didukung oleh fakta yang kuat dan relevan dengan masyarakat, mempunyai nilai berita dan biasanya selalu dikaitkan dengan kegiatan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Iklan Korporat merupakan bentuk lain dari iklan komersial yang bersifat strategis yaitu ketika sebuah perusahaan melakukan kampanye untuk mengkomunikasikan nilai-nilai korporatnya kepada masyarakat. Iklan korporat sering kali berbicara tentang nilai-nilai warisan perusahaan, komitmen perusahaan kepada pengawasan mutu, peluncuran merek dagang atau logo perusahaan yang baru atau mengkomunikasikan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitar.

(3) Iklan Layanan Masyarakat (Public Service Advertising).

Iklan Layanan Masyarakat merupakan bagian dari kampanye social

marketing yang bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan

(22)

terhadap perbedaan pendapat, keluarga berencana, dan sebagainya (dihimpun dari berbagai sumber)5.

Reklame adalah media periklanan besar, yang biasa ditempatkan pada

area yang sering dilalui, misalnya pada sisi persimpangan jalan raya yang padat. Reklame berasal dari kata re-clamare (bahasa Latin: Re=berulang,

clamare=seruan).

Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah6.

Termasuk dalam pengertian reklame adalah merek, simbol logo perusahaan yang merupakan tanda/inisial atau lambang perusahaan yang tidak dapat dipergunakan oleh setiap perusahaan, sehingga dengan simbol/logo tersebut dapat dengan mudah dikenal orang (umum).

Negara Indonesia, terdapat kecenderungan membedakan reklame dan iklan berdasarkan kategori penempatannya; sehingga reklame digunakan untuk menyebutkan media periklanan ruang luar , sedangkan iklan untuk menyebutkan media periklanan ruang dalam. Bila ditinjau dari etimologinya, reklame dan iklan mempunyai makna yang setara. Iklan dari kata i'lan (bahasa Arab) berarti pengumuman, dan reklame berarti seruan yang berulang; maka kedua istilah yang terkait dengan media periklanan ini mengandung makna

5

Gema Pariwara, Gema Aneka Iklan 3 juni 2010

6

(23)

yang setara yaitu untuk kegiatan penyampaian informasi kepada masyarakat atau khalayak sasaran pesan7

1.5.4 Tujuan dari Sistem Perizinan

Secara umum tujuan izin dimaksudkan untuk mencapai berbagai tujuan tertentu. Menurut Spelt dan ten berge tujuan untuk menggunakan system izin dapat berupa keinginan mengarahkan (mengendalikan/sturen) aktivitas-aktivitas tertentu misalnya pemerintah menggunakan instrument izin untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu yang dilakukan masyarakat seperti Izin mendirikan bangunan (IMB), izin bagi pedagang kaki lima (PKL), mencegah bahaya bagi lingkungan misalnya izin pengolahan limbah, melindungi objek-objek tertentu seperti izin pengelolaan peninggalan kepurbakalaan dan mengarahkan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas, misal Surat Izin Mengemudi (SIM).

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan penelitian hukum Normatif yakni mengkaji hukum yang

7

(24)

dikonsepkan sebagi Norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang8.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Hukum deskripstif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat.9

Sehingga bisa diperjelas bahawa penelitian ini jenisnya adalah penelitian hukum normatif dan tipe penelitian yag digunakan adalah menggunakan penelitian hukum deskriptif.

1.6.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer adalah data yang diambil langsung dari lapangan atau instansi terkait yaitu Pemkot Surabaya bagian Perizinan. Data primer yang di ambil langsung misalnya : skema dan prosedur perizinan penyelenggaraan reklame, wawancara dengan kepala bagian perizinan reklame khususnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perizinan reklame.

b. Data Sekunder adalah data normatif terutama yang bersumber dari perundang-undangan.”10 Dimana data sekunder meliputi bahan

8

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2004, h.52

9

Ibid, h.50 10

(25)

hukum primer dan bahan hukum sekunder, serta bila diperlukan juga menggunakan bahan hukum tersier. Adapun bahan-bahan hukum tersebut adalah :

(a) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan yang mengikat berupa peraturan perundang-undangan.Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak

Daerah

 Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pajak

Reklame

 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2006

tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame yang diubah dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 9 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Reklame.

(26)

(c) Bahan Hukum Tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus, Indeks, Ensiklopedia dan lain-lain11

1.6.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Teknik pengumpulan data sekunder yang digunakan adalah dengan menggunakkan teknik Library Research yaitu metode pengumpulan data melalui telaah kepustakaan berupa buku/literature ilmiah tentang studi permasalahan yang sesuai. Sedang data yang diolah dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berkenaan dengan topik permasalahan mengenai reklame sesuai dengan penelitian ini.

Sedang pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara kepada Kepala Bagian Perizinan reklame khususnya mengenai prosedur perizinan, syarat-syarat perizinan, kendala-kendala dalam pengajuan perizinan, serta hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan izin penyelenggaraan reklame.

1.6.4 Metode Analisis Data

Analis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yakni bentuk analisis yang diawali dengan mendeskripsikan fenomena yang menjadi isu hukum di masyarakat. Selanjutnya ditelaah menurut konsep-konsep yang mencakup

11

(27)

pengertian hukum, norma-norma hukum yang berkaitan dengan topik permasalahan dalam penelitian ini.

1.6.5 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam pencarian data di lapangan untuk penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kota Surabaya yang bertempat di Jalan Jimerto No 24-27 Surabaya serta pada Dinas Pendapatan Daerah yang bertempat di Jalan Raya Manyar Surabaya. Hal ini karena sesuai dengan topik permasalahan yang ada dalam penelitian ini yakni prosedur pemberian izin pemasangan reklame serta upaya dari Satpol PP dalam menindak pelanggaran.

1.6.6 Waktu Penelitian

(28)

1.7 Sistimatika Penulisan

Skripsi yang berjudul “IZIN PEMASANGAN REKLAME DI WILAYAH KOTA SURABAYA” terdiri atas 4 Bab dengan tiap-tiap bab terbagi atas sub bab- sub bab yang menjabarkan segala jawaban atas tiap pertanyaan yang terdapat pada bab I. Adapun susunan sistematika tiap bab tertulis sebagai berikut :

a) Bab Pertama merupakan Pendahuluan terdiri atas 7 Sub Bab yakni

Pertama menerangkan latar belakang masalah, Kedua Rumusan

Masalah, Ketiga Tujuan Penulisan, Keempat Manfaat Penulisan,

Kelima Kajian Pustaka, Keenam Metode Penelitian dan Ketujuh

Sistematika Penulisan yang berisi gambaran mengenai tiap-tiap bab dalam skripsi ini.

(29)

asas-asas umum bagi prosedur penerbitan Izin serta Prosedur Perizinan pemasangan Reklame.

c) Bab Ketiga menguraikan mengenai Upaya Pemkot Surabaya dalam menertibkan pelanggaran reklame. Bab ini terdiri atas dua Sub Bab yakni, Pertama menjelaskan tentang Penegakan Hukum Perizinan khusunya Izin Reklame, Kedua menjelaskan mengenai Upaya Pemkot Surabaya dalam melakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, dimana dalam Sub Bab ini terbagi atas dua Sub sub Bab yakni menjelaskan mengenai Upaya Preventif dan Upaya Represifnya.

(30)

BAB II

IZIN PEMASANGAN REKLAME

2.1 Tinjauan Umum tentang Izin di wilayah Kota Surabaya

Izin dikeluarkan sebagai bentuk persetujuan dari pemerintah berdasarkan peraturan Perundang-Undangan untuk menyimpang dari ketentuan peraturan Perundang-Undangan tersebut.12 Dengan memberi izin pemerintah memperkenankan orang yang memohon untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang, hal ini menyangkut perkenan bagi tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan. Sehingga izin merupakan tindakan hukum pemerintah yang bertujuan sebagai instrumen dalam mengendalikan aktivitas masyarakat dengan cara mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara-cara yang dianjurkan guna mencapai suatu tujuan. Dalam arti kata bahwa izin merupakan salah satu tindakan pemerintahan yang bersifat formal dengan menetapkan suatu produk keputusan yang berisi penetapan terhadap seseorang atau badan hukum untuk melakukan tindakan yang boleh menyimpang dari norma larangan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Sebagai suatu tindakan pemerintah, maka penepatan izin harus memenuhi unsure-unsur keabsahan, yang meliputi : wewenang, prosedur dan substansi.

12

(31)

Wewenang merupakan konsep inti dalam Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi sebagai Hukum publik. Wewenang lazimnya dideskripsikan sebagai kekuasaan hukum (rechstmacht) sehingga wewenang senantiasa berkaitan dengan kekuasaan (Negara). Wewenang terdiri atas 3 (tiga) komponen yaitu : pengaruh, dasar hukum dan konformitas hukum. Komponen pengaruh berarti penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subyek hukum, Komponen dasar hukum bermakna setiap wewenang harus selalu dapat ditunjuk dasar hukumnya. Komponen konformitas hukum beresensi adanya standar wewenang, baik standar umum u ntuk setiap jenis wewenang maupun standar khusus bagi jenis wewenang tertentu.

(32)

(1) Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah,

(2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

(3) Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. politik luar negeri; b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi;

e. moneter dan fiskal nasional; dan f. agama.

(4) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat Pemerintah atau wakil Pemerintah di daerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa

(5) Dalam urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di luar urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah dapat:

a. menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan;

b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah; atau

c. menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.

Berdasar pada ketentuan diatas maka UU pemerintahan Daerah telah telah membagi kewenangan dengan Pembagian Urusan Pemerintahan, yaitu pembagian urusan pemerintah (pusat), pemerintahan provinsi sebagai daerah otonom dan urusan pemerintahan daerah untuk Kabupaten atau Kota dengan rincian sebagai berikut :

(33)

2. Urusan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi tercantum dalam ketentuan pasal 13 ayat (1) UU Pemerintahan Daerah meliputi : a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat d. Penyediaan sarana dan prasarana umum

e. Penanganan bidang kesehatan

f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial

g. Penangggulangan masalah social lintas kabupaten atau kota h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten atau kota

i. Fasiltas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten atau kota

j. Pengendalian lingkungan hidup

k. Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten atau kota l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil

m. Pelayanan adminitrasi umum pemerintahan

n. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten atau kota

o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten atau kota dan

p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

3. Urusan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk kabupaten atau Kota tercantum dalam ketentuan pasal 14 ayat (1) UU Pemerintahan Daerah yakni13:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan

b. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat d. Penyediaan sarana dan prasana umum

e. Pengangan bidang kesehatan f. Penyelenggaraan pendidikan g. Penanggulahan masalah social h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan

i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah j. Pengendalian lingkungan hidup

k. Pelayanan pertanahan

l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan n. Pelayanan administrasi penanaman modal

13

(34)

Dengan adanya pembagian urusan kewenangan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten atau kota, maka dapat disimpulkan bahwa penataan dan penyelenggaraan reklame merupakan urusan pemerintah kabupaten atau kota karena berkaitan dengan perencanaan pembangunan, penataan ruang dan pengendalian aktivitas masyarakat serta ketertiban umum.

2.1.1 Sumber kewenangan Pemerintah Daerah dalam Bidang

Perizinan

Secara etimologis, kata wewenang berasal dari kata dasar “wenang” dan merupakan terjemahan dari competentie (Bahasa Inggris) atau bevoegheid serta gezag (Bahasa Belanda), yang berarti menyusun supaya baik atau dengan kata lain “mengatur”.

Sumber kewenangan bersumber pada 4 hal yakni : atribusi, delegasi, dan mandat. Kewenangan yang bersumber pada atribusi diberikan secara langsung oleh UUD ataupun UU dan tanggung jawab dan tanggung gugat ada pada badan atau jabatan yang bersangkutan. Apabila ada gugatan dari pihak tertentu maka yang bertanggung jawab adalah pemegang kewenangan itu. Kewenangan yang bersumber pada delegasi adalah penyerahan wewenang. Jadi kewenangan bersumber dari organ pemerintahan yang diserahkan pada organ lain dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Jadi pemberi delegasi tidak dapat menggunakan wewenang itu kecuali setelah ada pencabutan dengan berdasarkan asas contrarius actus. Sumber kewenangan berdasarkan mandat yakni pelimpahan wewenang, dimana hal ini terjadi dalam hubungan rutin antara atasan dan bawahan14.

Landasan hukum dari kewenangan Pemerintahan di daerah menetapkan produk hukum diatur dalam ketentuan pasal 18 UUD

14

(35)

1945 jo amandemen keempat Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 jo. Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan maupun konsep otonomi pada UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diganti dengan UU Pemerintah Daerah. Pada Ketentuan pasal 18 UUD 1945 setelah amandemen keempat kewenangan pembentukan peraturan daerah oleh pemerintah di daerah dapat disimak pada ketentuan ayat (2) dan (6) yang menyatakan sebagai berikut :

a. Pasal 18 ayat (2) menetapkan “Pemerintah Daerah provinsi, daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”

b. Pasal 18 ayat (6) menetapkan “Pemerintahan Daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonnomi dan tugas pembantuan”.

Jadi berdasarkan kedua ketentuan diatas maka terdapat adanya pemberian wewenang kepada daerah-daerah untuk mengatur rumah tangganya. Ketentuan pasal 1 angka 5 jo pasal 136 ayat (2) UU Pemerintah Daerah menetapkan bahwa otonomi daerah sebagai suatu “hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat.

2.1.2 Izin Pemasangan Reklame di Kota Surabaya

(36)

desentralisasi, asas dekonsentrasi dan asas tugas pembantuan. Pengertian Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah atau Kepala Wilayah atau Kepala Instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabatnya didaerah, sedang Tugas Pembantuan adalah tugas untuk turut serta dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pemerintah atau pemerintah daerah.tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan. Berdasarkan ketiga pengertian asas diatas maka penerbitan izin dibedakan menjadi izin daerah dan izin pusat.

Pengaturan penyelenggaraan reklame sesuai dengan UU Pemerintah Daerah merupakan suatu kewenangan otonomi yang didasarkan pada pelaksanaan asas desentraliasasi. Oleh karena itu pengaturan dan penyelenggaraan reklame di kota Surabaya ,diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame Pajak Reklame (selanjutnya disingkat dengan Perda Penyelenggaraan dan Pajak Reklame).

(37)

memperoleh izin tertulis atau pengesahan dari Kepala Daerah”. Sehingga dalam hal ini tegas telah disebutkan dalam Perda tersebut mewajibkan adanya izin yang tertulis terlebih dahulu sebelum dipasangnya reklame. Selain itu dalam Perda Penyelenggaraan dan Pajak Reklame diatur pula mengenai sanksi administrasi yang terdapat dalam ketentuan pasal 31 yakni pencabutan izin penyelenggaraan reklame

Ada beberapa alasan diperlukannya izin pemasangan Reklame di wilayah kota Surabaya, yakni :

(1) Berdasarkan UU Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 21 disebutkan bahwa salah satu sumber pendapatan asli daerah adalah pajak dan retribusi, sehingga setiap kota atau kabupaten memiliki kewenangan untuk menarik beberapa pajak dan retribusi di daerahnya dan salah satu pajak daerah yang dapat dipungut oleh pemerintah kota atau kabupaten adalah Pajak Reklame.

(2) Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Perda Pajak Reklame Nomor 9 Tahun 1999 dirumuskan bahwa setiap penyelenggaraan reklame harus memiliki izin reklame dan setiap penerbitan izin akan dikenakan pajak reklame.

(38)

dimana pengenaan pajak reklame merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah.

2.2 Sistem dan Prosedur Perizinan Pemasangan Reklame

2.2.1 Sistem Pelayanan Satu Atap (SINTAP)

Pada tahun 1999 Pemerintah Kota Surabaya sudah mulai melakukan pembenahan dan perombakan manajemen dalam meperoleh izin, yakni dengan mulai dilakukannya Sistem Pelayanan Satu Atap (selanjutnya disingkat dengan sintap). Hal ini didasarkan pada Surat Keputusan Walikota Nomor 68 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelayanan Satu Atap kepada masyarakat di lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya.

Tujuan dikeluarkannya kebijakan ini adalah untuk mempermudah masyarakat dalam mengurus segala keperluan yang berkait dengan perizinan. Karena dalam Sintap proses perizinannya relativ sederhana, lebih cepat, transparan, hemat waktu dan biaya dengan cara menyederhanakan prosedur dan menempatkan berbagai penyedia pelayanan (service provider) yang berwenang mengeluarkan berbagai perizinan pada satu tempat pelayanan (service point)15.

15

(39)

Pada prakteknya sintap berjalan kurang optimal, hal ini dikarenakan beberapa hal yang menyebabkan kurang berjalannya sintap, yakni :

a. Layanan satu atap tidak diberlakukan untuk semua izin yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota

b. Layanan satu atap hanya untuk mengajukan dan mengambil izinnya, sedangkan pemrosessannya masing-masing dinas yang memiliki ketentuan yang berbeda-beda

c. Layanan satu atap belum dapat menjamin kepastian terhadap waktu perolehan izin.

d. Kantor Pelayanan satu atap dinilai masyarakat sebagai kantor yang penuh calo, baik dari orang luar maupun16.

Berdasarkan pada faktor-faktor diatas maka sintap mulai mengadakan pengidentifikasian serta penyesuaian yang dibutuhkan atau biasa dikenal dengan modifikasi dari sintap yakni Model Perizinan Terpadu (selanjutnya disingkat Perdu).

16

(40)

2.2.2 Model Perizinan Terpadu (PERDU)

Perdu pada dasarnya merupakan model sitap yang dikembangkan khususnya dari aspek cara memproses perizinan bersama-sama dengan penyedia lainnya. Ciri dari Perdu adalah adanya tanggungjawab bersama semua instansi yang berkaitan dengan perizinan dan pelaporan dan supervisi yang simultan untuk perdu dan instansi penyedia pelayanan. Dimana Pelaporan yang simultan kepada Kepala Daerah akan berfungsi sebagai mekanisme kontrol dalam perdu. Jadi intansi yang mengeluarkan perizinan tidak bertanggung jawab kepada perdu, melainkan kepada Kepala Daerah.

Efektifitas perdu bergantung pada jenis perizinan yang akan didelegasikan. Hal ini karena tiap daerah mempuyai kebutuhan yang berbeda-beda dan pendekatan yang berbeda pula dalam memungut pajak dan retribusi daerah.

Karakteristik positif perdu adalah ketepatan waktu, informasi yang akurat, biaya dan faktur yang konsisten, proses jelas dan transparan, integritas proses verifikasi dan kelayakan, dokumentasi dan pengarsipan, pelayanan dan simpatik, mekanisme pengaduan dan pelayanan purna jasa17.

17

(41)

2.2.3 Asas-asas umum bagi prosedur penerbitan izin

Pengajuan permohonan merupakan permulaan dari acara perizinan. Di mana permintaan harus datang dari yang berkepentingan, yakni pihak yang kepentingannya langsung berhubungan dengan suatu putusan. Bila permintaan tidak dilakukan oleh pihak yang berkepentingan maka penolakan untuk memberikan izin, tidak merupakan keputusan TUN.

Pada prinsipnya permohonan diajukan secara tertulis, kecuali bila diatur lain oleh ketentuan Undang-Undang. Syarat formal isi permohonan izin harus memuat membuat tanda tangan, Nama dan alamat pemohon, petunjuk mengenai izin yang diminta beserta tanggalnya selain syarat formal diatas pemohon selanjutnya harus memberikan data dan surat-surat (dokumen-dokumen,bukti surat-surat). Yang diperlukan untuk mengajukan permohonan. Organ pemerintahan tidak boleh meminta data secara acak, tetapi data yang relevan bagi penilaian permohonan. Dalam peraturan perundang-undangan khusus dapat ditentukan lebih lanjut data mana yang diperlukan18.

Acara persiapan dan peran serta merupakan hal utama dalam mengeluarkan izin. Di mana di dalamnya terkandung asas ketelitian dan kewajiban mendengar. Asas ketelitian sebagai asas pemerintahan yang baik, dalam hukum administrasi menduduki

18

(42)

tempat yang penting. Dalam rangka persiapan teliti suatu keputusan maka bila diperlukan melakukan musyawarah dengan yang berkepentingan. Dalam proses musyawarah mendengar pendapat yang berkepentingan adalah penting. Hal ini dapat menunjang penetapan fakta yang benar. Selanjutnya adalah pemberian keputusan.

(43)

yang dituju oleh keputusan. Hal ini dimaksudkan hanya yang berkepentingan yang dapat dianggap sebagai yang dialamatkan pada keputusan.

2.2.4 Prosedur perizinan pemasangan Reklame

Prosedur merupakan salah satu keabsahan suatu tindakan

pemerintah, sehingga prosedur merupakan salah satu kriteria keabsahan penetapan izin. Dalam prosedur penetapan izin terdapat beberapa asas umum yang harus dipenuhi, yaitu : permohonan, acara persiapan atau peran serta, penetapan keputusan dan pengumuman keputusan.

Prosedur perolehan perizinan di pemerintahan kota Surabaya masih tersebar dalam berbagai peraturan daerah yang mengatur masing-masing izin tersebut. Demikian halnya dengan izin reklame yang diatur dalam perda penyelenggaraan dan pajak Reklame.

Penyelenggaraan atau pemasangan reklame harus memenuhi beberapa ketentuan yakni 19:

a. Memenuhi syarat keindahan dan tidak bertentangan dengan norma agama, kesopanan, ketertiban, keamanan, kesusilaan, kepribadian/budaya bangsa dan sesuai dengan rencana kota b. Tidak mengganggu lalu lintas umum, baik keamanan pejalan

kaki maupun kelancaran lalu lintas kendaraan.

c. Tidak mengganggu fungsi dan merusak konstruksi sarana dan prasarana kota serta tidak mengganggu pemeliharaannya.

d. Tidak mengganggu keindahan, kebersihan dan kesehatan lingkungan.

e. Konstruksi reklame dapat dipertanggung jawabkan menurut persyaratan tehnik yang ditentukan.

19

(44)

f. Segala bentuk kejadian atau kerusakan akibat pemasangan reklame menjadi tanggung jawab penyelenggara reklame.

Adapun alur permohonan surat izin penyelenggaraan reklame sebagai berikut :

1. Pemohon mengajukan permohonan ijin penyelenggaraan reklame 2. Permohonan diajukan di Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap

(selanjutnya disingkat UPTSA). Kelengkapan berkas yang harus dilengkapi oleh pemohon adalah kelengkapan administrasi dan kelengkapan Teknik.

3. Kemudian segala kelengkapan dokumen sebagai persyaratan dimasukkan atau di entry dan direkap berkas, yang dilampiri dengan Berita Acara dari Tim Reklame serta Lembar Asistensi atau surat ijin penyelenggaraan reklame, setelah semua data administrasi sudah lengkap maka di foto copy untuk dikirim ke 5 (lima) dinas dibawah Pemkot Surabaya yakni : Seksi pengendalian bangunan, Dinas Bina Marga dan pematusan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas perhubungan, serta Dinas Pendapatan dan Pengelolahan Keuangan. 4. Setelah berkas-berkas dikirmkan pada tiap-tiap dinas maka hasil

catatan dari tiap-tiap Dinas segera dirapatkan oleh Tim Reklame. 5. Hasil Rapat dari Tim Reklame segera di masukkan atau dientry

dengan dicantumkan bahwa surat pemberitahuan ijin penyelenggaraan reklame pemohon bisa diterima atau ditolak.

(45)

tersebut. Disamping itu Ketua Tim Reklame juga memberitahukan kepada Pemohon melalui surat pemberitahuan.

7. Pembuatan Berita Acara Cek lokasi dimana reklame akan di pasang. 8. Setelah ditetapkan tempat pemasangan Reklame maka dilanjutkan

Proses pembayaran retribusi IMB dan pajak reklame. Pelunasan Retribusi dan pajak wajib dilakukan, serta pembayaran Asuransi dan segera melengkapi persyaratan-persyaratan yang kurang.

9. Mencetak surat ijin penyelenggaraan reklame (SIPR)

10. Pengambilan peneng yaitu dengan cara di foto, setelah itu di tempel di reklame untuk diserahkan ke pemkot sebagai bukti kalau reklame tersebut sudah terpasang.

(46)

BAB III

UPAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA DALAM

MENERTIBKAN PELANGGARAN REKLAME

3.1 Penegakan Hukum Perizinan

Penegakan hukum merupakan serangkaian aktivitas, upaya, atau tindakan dengan mengorganisasi berbagai instrumen untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan pembentuk hukum. Penegakan hukum bukan merupakan tindakan memaksa orang atau pihak untuk mentaati ketentuan yang berlaku. Akan tetapi diperuntukan tindakan yang lebih bersifat represif20. Penegakan hukum di bidang perizinan dalam arti luas dapat berupa sosialisasi, penyuluhan, pendidikan, dan pemberian pemahaman di bidang perizinan dan masyarakat.

Penegakan hukum secara umum membedakan antara penegakan hukum preventif dan penegakan hukum represif. Penegakan hukum preventif dapat dilakukan dengan memberikan bekal pemahaman bekal kesadaran masyarakat maupun pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah perizinan agar memahami apa yang diinginkan oleh pembuat peraturan perundang-undangan. Bentuk penegakan hukum dapat dilakukan dengan penyuluhan, sosialisasi dan motifasi tentang pelaksanaan ketentuan perizinan yang ada. Serta dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan baik secara sistematis maupun tidak. Jadi sebelum dilakukan pengambilan keputusan terlebih dahulu diberikan

20

(47)

kesempatan pada masyarakat sekitar untuk memberikan pendapat, saran, masukan atau keberatan dan menolak keputusan dimaksud. Sehingga penyimpangan dalam praktek pelaksanaanya dapat diperkecil.

Penegakan hukum preventif dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran hukum, khususnya menyangkut soal perizinan, hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menanggulangi jika ada persoalan hukum, terutama jika ada pelanggaran. Bentuk penegakan hukum dapat berupa penegakan hukum administrasi, penegakan hukum pidana atau penegakan hukum perdata, penegakan hukum dapat dilakukan untuk aparatur peradilan dan adapula yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah.

Penegakan hukum administrasi merupakan bagian dari kewenangan pemerintah. Jadi yang melakukan penegakan hukum administrasi adalah organ pemerintah, bukan peradilan atau di luar aparatur pemerintah. Penegakan hukum administrasi merupakan salah satu jenis penegakan hukum yang banyak dilakukan di bidang perizinan. Tujuan penegakan hukum administrasi adalah menghindari adanya pelanggaran hukum supaya tidak terjadi lagi.

Ada 4 hal pokok yang berkaitan dengan penggunaan wewenang penegakan hukum administrasi, yaitu21 :

21

(48)

a. Legitimasi adalah persoalan kewenangan yaitu wewenang pengawasan dan wewenang penerapan sanksi. Keduanya bersifat mutlak. Wewenang itu harus ditetapkan baik melalui atribusi maupun delegasi. b. Instrumen yuridis

c. Norma hukum administrasi d. Kumulasi sanksi

Penegakan hukum tindak pidana di bidang perizinan tidak terlepas dari ketentuan pidana baik yang diatur dalam peraturan perundang undangan di bidang perizinan, subyek penegakan hukum pidana di bidang perizinan dapat dikenakan terhadap aparatur pemerintah maupun pihak pemegang izin. Tindak pidana oleh aparatur pemerintah dapat diancam dengan sangsi pidana, misalnya apabila terjadi kolusi antara aparatur pemerintah dan pihak pemohon izin dimana aparatur pemerintah meloloskan saja permohonan tersebut dengan imbalan sejumlah uang.

(49)

Ketentuan Pidana. Penegakan Hukum Administrasi meliputi 2 hal penting, yaitu :

a. Pengawasan

Pengawasan merupakan bagian dari penegakan hukum administrasi yang bersifat preventif. Hal ini sesuai dengan sifat dan fungsi pengawasan untuk melakukan pengawasan terhadap ketaatan dan kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan peraturan. Pengawasan dalam Hukum Administrasi dikenal sebagai salah satu instrument penegakan Hukum Administrasi (Administrative Law Enforcement

Instrument). pengawasan adalah langkah preventif untuk memaksakan

kepatuhan (monitoring oe observance of prescription set by or pursuant

to individual obligations imposed by decision). Wewenang pengawasan

dilakukan oleh instasi yang bertanggungjawab melaksanakan perda. Sesuai dengan tujuannya pengawasan tidak selalu diikuti dengan penerapan sanksi kecuali telah melalui prosedur tertentu, tetapi sesuai dengan tujuannya pengawasan selalu diikuti dengan upaya yang mendorong masyarakat untuk mentaati peraturan, dalam praktek disebut dengan pembinaan22.

b. Penerapan Sanksi Administrasi

Langkah represif untuk memaksakan kepatuhan (the use of

administrative sanctioning powers). Merupakan instrument yang

dimiliki pemerintah agar masyarakat tidak melanggar norma hukum

22

(50)

administrasi, sehingga sifat dan tujuan sanksi administrasi adalah untuk mengendalikan, menghentikan pelanggaran dan memulihkan keadaan. Wewenang penerapan sanksi administrasi dimiliki oleh Kepala Daerah tanpa melalui prosedur peradilan, namun tetap harus didukung oleh bukti-bukti yang akurat serta terdapat upaya perlindungan hukum berupa banding, atau gugatan ke Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disingkat dengan PTUN). Kewenangan yang dimiliki oleh Kepala Daerah ini dan dapat dilimpahkan kepada instansi yang bertanggung jawab melaksanakan peraturan daerah23.

Sanksi administrasi dalam kepustakaan Hukum Administrasi dikenal dengan berbagai jenis sanksi adminitrasi yaitu : paksaan nyata, uang paksa, denda administrasi, pancabutan Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) yang menguntungkan (izin) dan benruk-bentuk khusus. Dalam pelaksanaan penerapan sanksi administrasi ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu :

1. Legitimasi

2. Instrumen Yuridis

3. Norma Hukum Administrasi 4. Kumulasi Sanksi24

23

Ibid, h. 26 24

(51)

3.2 Upaya Pemerintah kota Surabaya dalam melakukan Penegakan Hukum

terhadap Pelanggaran

Pada kenyataannya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi atas penyelenggaraan reklame sering terjadi, baik itu pelanggaran atas izinnya maupun pelanggaran ukurannya. Secara garis besar ada 2 (dua) upaya yang bisa dilakukan oleh Pemkot Surabaya dalam melakukan penegakan hukum atas pelanggaran penyelenggaraan reklame yakni Upaya preventif dan upaya represif.

3.2.1 Upaya Preventif (Pengawasan)

Upaya Preventif merupakan upaya tindakan yang dimaksudkan sebagai pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran atau penyimpangan ketentuan yang ada25. Upaya ini dapat dilakukan dengan memberikan bekal pemahaman dan kesadaran bagi masyarakat maupun pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah perizinan agar memahami apa yang diinginkan oleh pembuat peraturan perundang-undangan. Hal itu dapat dilakukan dengan cara penyuluhan, sosialisasi, dan motivasi tentang pelaksanaan ketentuan perizinan yang ada dengan keinginan pembuat peraturan perundang-undangan.

25

(52)

Ada 2 upaya preventif yang dilakukan oleh Pihak Pemerintah Kota yaitu :

1. Pengawasan merupakan bagian dari penegakan hukum administrasi yang bersifat preventif, hal ini sesuai dengan sifat dan fungsi pengawasan untuk melakukan pengawasan terhadap ketaatan dan kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan peraturan. Wewenang pengawasan dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab mengeluarkan izin. Berkaitan dengan peraturan daerah tentang reklame, maka instansi yang berwenang melakukan pengawasan adalah dinas pendapatan untuk reklame insidentil dan reklame tetap yang luasnya kurang dari 8m2 sedangkan reklame tetap yang lebih dari 8m2 dilakukan oleh dinas bangunan. Sesuai dengan tujuanya pengawasan tidak selalu diikuti dengan penerapan sanksi kecuali telah melalui prosedur tertentu, tetapi sesuai dengan tujuannya pengawasan selalu diikuti dengan upaya yang mendorong masyarakat untuk mentaati peraturan, dalam praktek disebut dengan pembinaan.

(53)

memiliki izin tetapi ternyata dilapangan ukuran reklamenya tidak sesuai dengan izin pada waktu mengajukan permohonan maka akan dikenakan biaya kurang bayar (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar)26.

Kendala-kendala dalam upaya hukum ini diantaranya :

Ternyata waktu survey didapatkan reklame-reklame liar yaitu reklame tidak berizin atau ukurannya tidak sesuai dengan izinnya, rekonstruksi bangunan yang menyalahi aturan, lewat masa berlaku/kadaluwarsa. maka pihak pemkot terkadang mengalami kesulitan untuk mengetahui siapa pemilik reklame tersebut. Sehingga langkah yang diambil adalah dengan membongkar reklame tersebut.

Adanya reklame-reklame liar yang tidak berijin masih tetap memenuhi wajah kota dan mengakibatkan pihak pemkot (Satpol PP) kesulitan untuk mengetahui siapa pemilik reklame tersebut.

26

(54)

3.2.2 Upaya Represif (Sanksi Administratif)

Upaya Hukum represif dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran Hukum, khususnya menyangkut soal perizinan. Maksud dari penegakan Hukum represif adalah sebagai upaya untuk menanggulangi apabila ada persoalan Hukum terutama jika terjadi pelanggaran. Penegakan Hukum represif dapat berupa penegakan Hukum Administrasi, penegakan Hukum Pidana atau penegakan perdata. Penegakan Hukum ada yang dilakukan oleh aparatur peradilan dan aparatur pemerintahan.

1. Penegakan Hukum Administrasi

Penegakan Hukum Administrasi merupakan bagian dari kewenangan pemerintahan. Penegakan Hukum Administrasi diartikan sebagai penerapan sanksi administrasi yang merupakan salah satu jenis penegakan hukum yang banyak dilakukan dibidang perizinan27.

Sanksi administrasi adalah instrumen yang dimiliki pemerintah agar masyarakat tidak melanggar norma hukum administrasi, sehingga sifat dan tujuan sanksi administrasi adalah untuk mengendalikan, menghentikan pelanggaran dan memulihkan keadaan. Wewenang penerapan sanksi administrasi dimiliki oleh kepala daerah tanpa melalui prosedur peradilan. Namun tetap harus didukung oleh bukti-bukti yang akurat serta

27

(55)

terdapat upaya perlindungan hukum berupa banding atau gugatan ke Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Kewengangan yang dimiliki oleh kepala daerah ini dan dapat dilimpahkan kepada instansi yang bertanggung jawab melaksanakan peraturan daerah atau yang mengeluarkan izin.

Jenis sanksi administrasi yang dapat diterapkan bermacam-macam sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan, khusus dalam pengaturan peraturan daerah tentang izin gangguan jenis sanksi administratif yang dapat diterapkan meliputi :

a) Paksaan pemerintahan (bestursdwangs).

Paksaan pemerintah dalam pengaturan izin reklame dapat diterapkan untuk pelanggaran berupa :

- Menyelenggarakan & memasang reklame tanpa memiliki izin.

- Melanggar kewajiban izin yang telah ditetapkan. - Menyalahgunakan izin yang telah dikeluarkan.

Sesuai dengan tujuan sanksi administratif, paksaan pemerintah yang dapat diterapkan berupa :

- Penghentian kegiatan sementara - Pembongkaran reklame.

- Memenuhi kewajiban yang dilanggar. - Pemutihan/legalisasi.

(56)

b) Uang paksa (dwansom)

Dalam penerapan sanksi administratif dimungkinkan adanya kumulasi sanksi, oleh karena itu penerapan sanksi administrasi berupa penggunaan uang paksa bertujuan agar pelanggar mentaati perintah atau sanksi administrasi lainnya yang telah ditetapkan. Sebagai contoh seorang pelanggar yang dikenai paksaan pemerintah untuk memulihkan kondisi yang rusak akibat perbuatannya, namun tidak segera memenuhi kewajiban tersebut. Maka akan dikenai uang paksa apabila sampai melewati batas waktu yang ditetapkan. c) Denda administrasi.

Denda administrasi dapat diterapkan berkaitan dengan pelanggaran atas kewajiban pembayaran uang. Baik terhadap pembayaran pajak dan/atau retribusi. Dalam pengaturan reklame keterlambatan pembayaran pajak dan/atau retribusi izin yang disyaratkan dapat dikenai denda administrasi. Namun ketidaktaatan masyarakat terhadap pembayaran pajak atau retribusi dapat dikenai paksaan pemerintah.

d) Pencabutan izin.

(57)

kemungkinan sanksi ini dikenakan, apabila setelah melalui pertimbangan yang matang dan didukung alasan yang tepat.  

2. Penegakan Hukum Pidana

Sifat dan fungsi sanksi pidana adalah memberikan nestapa kepada pelanggar, agar pelanggar jera dan tidak lagi melakukan pelanggaran. Dalam penetapan sanksi pidana harus melalui prosedur peradilan dengan sanksi berupa denda dan kurungan. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah ditetapkan bahwa sanksi pidana yang dapat ditetapkan dalam peraturan daerah adalah kurungan 6 bulan atau denda Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Dalam kegiatan usaha denda yang terlalu ringan seringkali tidak membuat jera para pelanggar, oleh karena itu sanksi ini tidak mendorong masyarakat untuk mematuhi ketentuan tentang perizinan yang bersifat pembatasan terhadap kegiatan, walaupun bertujuan untuk pengendalian. Dengan kelemahan tersebut, maka dalam peraturan daerah tentang pengaturan izin gangguan perlu diatur penerapan sanksi administrasi yang dapat dilaksanakan secara efektif.

(58)

pemasangan reklame. Dengan demikian berdasarkan pasal 26 dan 27 penegak hukum yang diatur dalam perda tersebut hanya penegakan hukum kepidanaan yang berupa :

a. Ancaman pidana penjara 1(satu) tahun atau denda 2 kali pajak terutang bagi wajib pajak yang karena kelalaiannya tidak menyampaikan SPTTPD atau mengisi dengan tidak benar/lengkap, melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah.

b. Ancaman pidana penjara 2 (Dua) tahun atau denda 4 kali pajak terutang bagi wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTTPD atau mengisi dengan tidak benar/lengkap, melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah.

3. Penegakan Hukum Perdata

(59)

kerugian pada pihak lain. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang menyatakan “Tiap perbuatan melanggar Hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut”. Untuk dapat memperoleh ganti kerugian

Dengan demikian penegakan hukum yang diatur dalam peraturan daerah Nomor 9 tahun 2009 tentang pajak reklame hanya mengatur penegakan hukum terhadap pelanggaran pembayaran pajak, sedangkan pelanggaran terhadap kewajiban kepemilikan izin sebagai upaya pengendalian terhadap penyelenggaraan dan pemasangan reklame tidak diatur. Hal ini disebabkan perda tersebut hanya mengatur pajak reklame, namun tidak mengatur izin reklame, sedangkan izin yang diatur dalam keputusan walikota dan sesuai dengan teori dan peraturan perundang-undangan sanksi atau pembatasan hak tidak boleh diatur dalam keputusan walikota. Karena sanksi harus diatur dalam produk hukum yang mendapat persetujuan wakil rakyat (DPR atau DPRD).

(60)

memiliki izin terdapat beberapa analisis terhadap jenis sanksi, yaitu :

Sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 yang menjadi dasar Hukum pembentukan Perda, berdasarkan pasal 71 telah ditetapkan bahwa perda hanya memuat sanksi berupa ancaman kurungan paling lama 6 bulan atau denda Rp. 5.000.000,- sehingga perda ini bertentangan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang tentang pajak dan retribusi daerah, pemerintah daerah berwenang melakukan pemungutan sejumlah uang, namun tetap tidak melupakan fungsinya sebagai penguasa pemerintahan yang mengatur dan mengendalikan aktivitas masyarakatnya, agar tidak mengganggu atau membahayakan hak dan kehidupan orang lain, lingkungan, keselamatan, keindahan, gangguan, dan bahaya bagi masyarakat.

(61)

usaha masyarakat yang sangat pesat dapat menimbulkan gangguan dan bahaya bagi kehidupan masyarakat dan lingkunganya.

Khusus dengan penyelenggaraan kegiatan pemasangan reklame yang bertujuan ekonomis, pengusaha jarang memperhatikan kepentingan lingkungan, keselamatan dan keamanan bagi kehidupan masyarakat disekitarnya. Hal ini membawa dampak negatif bagi masyarakat, karena setiap penyelenggaraan reklame dapat menimbulkan ancaman, gangguan, dan bahaya bagi lingkungan dan keamanaan masyarakat sekitar.

Dengan latar belakang ini, maka permasalahan utama yang dihadapi dan harus diselesaikan oleh pemerintah daerah adalah mengendalikan penyelenggaraan reklame yang dapat memberikan ancaman, gangguan dan bahayaya bagi lingkungan dan keamanan masyarakat sekitar. Salah satu upaya pengendalian yang dapat oleh pemerintah daerah adalah dengan mmengeluarkan izin terhadap penyelenggaraan reklame yang fungsinya untuk meneliti dan menyeleksi apakah penyelenggaraan reklame tersebut tidak membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

(62)

kegiatan usaha tersebut agar tidak telah melanggar peraturan atau izin yang telah ditetapkan.

c. Penyelesaian sengketa.

Penyelenggaraan dan pemasangan reklame disatu sisi dapat menguntungkan pemohonnya tapi di sisi lain dapat merugikan masyraakat, oleh karena itu perlu juga diatur tentang upaya penyelesaian sengketa akibat kerugian yang ditimbulkan atas penyelenggaraan dan pemasangan reklame. Penyelesaian sengketa dilakukan oleh pihak yang menimbulkan kerugian dan pihak yang menderita kerugian, sehingga penyelesaian ini dapat dilakukan oleh pengusaha penyelenggara reklame, pemerintah dengan masyarakat penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui 2 jalur, yaitu : jalur peradilan dan jalur di luar peradilan (mediasi).

(63)

4.1 Kesimpulan

1. Sesuai dengan UU Pemerintah Daerah maka penyelenggaraan reklame merupakan suatu kewenangan otonomi yang didasarkan pada pelaksanaan asas Desentralisasi dan dengan adanya pembagian urusan kewenangan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten atau kota maka izin penyelenggaraan reklame beserta penataannya merupakan urusan pemerintah kabupaten atau kota. Dalam hal ini menjadi kewenangan Pemerintah Kota Surabaya yang telah dituangkan dalam Perda penyelenggaraan reklame dan pajak reklame.

2. Berdasar pada ketentuan Pasal 2 ayat (1) Perda Penyelenggaraan dan pajak reklame mewajibkan adanya izin tertulis atau pengesahan dari Kepala Daerah sebelum dipasang reklame. Izin penyelenggaraan reklame diwilayah Kota Surabaya dikeluarkan oleh Pemkot Surabaya dalam bentuk Surat Ijin Penyelenggaraan Reklame kepada pemohon setelah menyelesaikan administrasi Retribusi dan pajak. Karena pajak dan retribusi reklame merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah

(64)

3. Upaya Pemkot Surabaya dalam menertibkan pelanggaraan reklame bisa melalui 2 bentuk upaya yakni Upaya Preventif dan Upaya Represif. Upaya Preventif bisa dilakukan dengan melalui pengawasan ketaatan dan kepatuhan masyarakat dalam mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah. Pengawasan dilakukan dengan survey dan operasi keliling didaerah-daerah yang terpasang reklame sehingga bisa diketahui reklame mana yang melakukan pelanggaran. Sedang Upaya Represif yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya dilakukan dalam bentuk sanksi administrasi yang meliputi yakni : pencabutan izin dan juga denda administrasi yang sesuai dengan retribusi dan pajak reklame yang harus dibayar.

4.2 Saran

1. Bagi Pihak Pemkot Surabaya hendaknya lebih menegakkan Perda penyelenggaraan reklame agar pelanggaran yang terjadi bisa di minimalisasi serta lebih digalakkan menegakkan sanksi yang bersifat pidana. Agar para pelanggar bisa memiliki rasa kepatuhan akan aturan yang dibuat oleh Kepala Daerah.

(65)

3. Bagi pemohon penyelenggara reklame hendaknya lebih disiplin dalam mentaati segala prosedur yang telah ditetapkan dalam Perda yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah.

4. Perlunya pajak reklame dimasukkan dalam pengawasan yang terdapat dalam Upaya Preventif

(66)

BAB II

IZIN PEMASANGAN REKLAME

2.1 Tinjauan Umum tentang Izin di wilayah Kota Surabaya

Izin dikeluarkan sebagai bentuk persetujuan dari pemerintah berdasarkan peraturan Perundang-Undangan untuk menyimpang dari ketentuan peraturan Perundang-Undangan tersebut.12 Dengan memberi izin pemerintah memperkenankan orang yang memohon untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang, hal ini menyangkut perkenan bagi tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan. Sehingga izin merupakan tindakan hukum pemerintah yang bertujuan sebagai instrumen dalam mengendalikan aktivitas masyarakat dengan cara mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara-cara yang dianjurkan guna mencapai suatu tujuan. Dalam arti kata bahwa izin merupakan salah satu tindakan pemerintahan yang bersifat formal dengan menetapkan suatu produk keputusan yang berisi penetapan terhadap seseorang atau badan hukum untuk melakukan tindakan yang boleh menyimpang dari norma larangan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Sebagai suatu tindakan pemerintah, maka penepatan izin harus memenuhi unsure-unsur keabsahan, yang meliputi : wewenang, prosedur dan substansi.

12

(67)

Wewenang merupakan konsep inti dalam Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi sebagai Hukum publik. Wewenang lazimnya dideskripsikan sebagai kekuasaan hukum (rechstmacht) sehingga wewenang senantiasa berkaitan dengan kekuasaan (Negara). Wewenang terdiri atas 3 (tiga) komponen yaitu : pengaruh, dasar hukum dan konformitas hukum. Komponen pengaruh berarti penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subyek hukum, Komponen dasar hukum bermakna setiap wewenang harus selalu dapat ditunjuk dasar hukumnya. Komponen konformitas hukum beresensi adanya standar wewenang, baik standar umum u ntuk setiap jenis wewenang maupun standar khusus bagi jenis wewenang tertentu.

Referensi

Dokumen terkait