• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada tahun 1999 Pemerintah Kota Surabaya sudah mulai melakukan pembenahan dan perombakan manajemen dalam meperoleh izin, yakni dengan mulai dilakukannya Sistem Pelayanan Satu Atap (selanjutnya disingkat dengan sintap). Hal ini didasarkan pada Surat Keputusan Walikota Nomor 68 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelayanan Satu Atap kepada masyarakat di lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya.

Tujuan dikeluarkannya kebijakan ini adalah untuk mempermudah masyarakat dalam mengurus segala keperluan yang berkait dengan perizinan. Karena dalam Sintap proses perizinannya relativ sederhana, lebih cepat, transparan, hemat waktu dan biaya dengan cara menyederhanakan prosedur dan menempatkan berbagai penyedia pelayanan (service provider) yang berwenang mengeluarkan berbagai perizinan pada satu tempat pelayanan (service point)15.

15

Pada prakteknya sintap berjalan kurang optimal, hal ini dikarenakan beberapa hal yang menyebabkan kurang berjalannya sintap, yakni :

a. Layanan satu atap tidak diberlakukan untuk semua izin yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota

b. Layanan satu atap hanya untuk mengajukan dan mengambil izinnya, sedangkan pemrosessannya masing-masing dinas yang memiliki ketentuan yang berbeda-beda

c. Layanan satu atap belum dapat menjamin kepastian terhadap waktu perolehan izin.

d. Kantor Pelayanan satu atap dinilai masyarakat sebagai kantor yang penuh calo, baik dari orang luar maupun16.

Berdasarkan pada faktor-faktor diatas maka sintap mulai mengadakan pengidentifikasian serta penyesuaian yang dibutuhkan atau biasa dikenal dengan modifikasi dari sintap yakni Model Perizinan Terpadu (selanjutnya disingkat Perdu).

16

Lilik Pudjiastutik, Penataan dan Pengendalian Reklame melalui Mekanisme Perizinan, Unair, 2005, Surabaya

2.2.2 Model Perizinan Terpadu (PERDU)

Perdu pada dasarnya merupakan model sitap yang dikembangkan khususnya dari aspek cara memproses perizinan bersama-sama dengan penyedia lainnya. Ciri dari Perdu adalah adanya tanggungjawab bersama semua instansi yang berkaitan dengan perizinan dan pelaporan dan supervisi yang simultan untuk perdu dan instansi penyedia pelayanan. Dimana Pelaporan yang simultan kepada Kepala Daerah akan berfungsi sebagai mekanisme kontrol dalam perdu. Jadi intansi yang mengeluarkan perizinan tidak bertanggung jawab kepada perdu, melainkan kepada Kepala Daerah.

Efektifitas perdu bergantung pada jenis perizinan yang akan didelegasikan. Hal ini karena tiap daerah mempuyai kebutuhan yang berbeda-beda dan pendekatan yang berbeda pula dalam memungut pajak dan retribusi daerah.

Karakteristik positif perdu adalah ketepatan waktu, informasi yang akurat, biaya dan faktur yang konsisten, proses jelas dan transparan, integritas proses verifikasi dan kelayakan, dokumentasi dan pengarsipan, pelayanan dan simpatik, mekanisme pengaduan dan pelayanan purna jasa17.

17

2.2.3 Asas-asas umum bagi prosedur penerbitan izin

Pengajuan permohonan merupakan permulaan dari acara perizinan. Di mana permintaan harus datang dari yang berkepentingan, yakni pihak yang kepentingannya langsung berhubungan dengan suatu putusan. Bila permintaan tidak dilakukan oleh pihak yang berkepentingan maka penolakan untuk memberikan izin, tidak merupakan keputusan TUN.

Pada prinsipnya permohonan diajukan secara tertulis, kecuali bila diatur lain oleh ketentuan Undang-Undang. Syarat formal isi permohonan izin harus memuat membuat tanda tangan, Nama dan alamat pemohon, petunjuk mengenai izin yang diminta beserta tanggalnya selain syarat formal diatas pemohon selanjutnya harus memberikan data dan surat-surat (dokumen-dokumen,bukti surat-surat). Yang diperlukan untuk mengajukan permohonan. Organ pemerintahan tidak boleh meminta data secara acak, tetapi data yang relevan bagi penilaian permohonan. Dalam peraturan perundang-undangan khusus dapat ditentukan lebih lanjut data mana yang diperlukan18.

Acara persiapan dan peran serta merupakan hal utama dalam mengeluarkan izin. Di mana di dalamnya terkandung asas ketelitian dan kewajiban mendengar. Asas ketelitian sebagai asas pemerintahan yang baik, dalam hukum administrasi menduduki

18

tempat yang penting. Dalam rangka persiapan teliti suatu keputusan maka bila diperlukan melakukan musyawarah dengan yang berkepentingan. Dalam proses musyawarah mendengar pendapat yang berkepentingan adalah penting. Hal ini dapat menunjang penetapan fakta yang benar. Selanjutnya adalah pemberian keputusan.

Pemberian keputusan oleh pemerintah atas permohonan izin dapat terdiri atas pernyataan tidak dapat diterima, penolakan izin dan pemberian izin. Pernyataan tidak dapat diterima akan diberikan, bila izin yang diminta tidak dapat diberikan karena alasan formal yang terletak diluar dasar-dasar penolakan dalam sistem perizinan, misal : permohonan diajukan bukan oleh yang berkepentingan; permohonan yang diajukan setelah lewatnya jangka waktu yang ditetapkan dan instansi yang diminta untuk memberi izin jelas tidak berwenang. Sedang penolakan izin terjadi bila ada keberatan-keberatan mengenai isi terhadap pemberian izin. Asas-asas yang menjadi dasar suatu izin ditolak harus dicantumkan dalam keputusan penolakan sebagai pengingat atas kemungkinan- kemungkinan keberatan bagi yang berkepentingan. Pemberian izin bisa diberikan bila syarat-syarat formal dan mengenai isi dipenuhi. Pengumuman keputusan-keputusan yang ditujukan pada satu atau lebih yang berkepentingan seperti keputusan perizinan terjadi dengan mengirimkannya atau menyerahkannya pada mereka

yang dituju oleh keputusan. Hal ini dimaksudkan hanya yang berkepentingan yang dapat dianggap sebagai yang dialamatkan pada keputusan.

2.2.4 Prosedur perizinan pemasangan Reklame

Prosedur merupakan salah satu keabsahan suatu tindakan

pemerintah, sehingga prosedur merupakan salah satu kriteria keabsahan penetapan izin. Dalam prosedur penetapan izin terdapat beberapa asas umum yang harus dipenuhi, yaitu : permohonan, acara persiapan atau peran serta, penetapan keputusan dan pengumuman keputusan.

Prosedur perolehan perizinan di pemerintahan kota Surabaya masih tersebar dalam berbagai peraturan daerah yang mengatur masing-masing izin tersebut. Demikian halnya dengan izin reklame yang diatur dalam perda penyelenggaraan dan pajak Reklame.

Penyelenggaraan atau pemasangan reklame harus memenuhi beberapa ketentuan yakni 19:

a. Memenuhi syarat keindahan dan tidak bertentangan dengan norma agama, kesopanan, ketertiban, keamanan, kesusilaan, kepribadian/budaya bangsa dan sesuai dengan rencana kota b. Tidak mengganggu lalu lintas umum, baik keamanan pejalan

kaki maupun kelancaran lalu lintas kendaraan.

c. Tidak mengganggu fungsi dan merusak konstruksi sarana dan prasarana kota serta tidak mengganggu pemeliharaannya.

d. Tidak mengganggu keindahan, kebersihan dan kesehatan lingkungan.

e. Konstruksi reklame dapat dipertanggung jawabkan menurut persyaratan tehnik yang ditentukan.

19

Lilik Pudjiastutik, Penataan dan pengendalian Reklame melalui mekanisme perizinan, LPPM UNair, 2005

f. Segala bentuk kejadian atau kerusakan akibat pemasangan reklame menjadi tanggung jawab penyelenggara reklame.

Adapun alur permohonan surat izin penyelenggaraan reklame sebagai berikut :

1. Pemohon mengajukan permohonan ijin penyelenggaraan reklame 2. Permohonan diajukan di Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap

(selanjutnya disingkat UPTSA). Kelengkapan berkas yang harus dilengkapi oleh pemohon adalah kelengkapan administrasi dan kelengkapan Teknik.

3. Kemudian segala kelengkapan dokumen sebagai persyaratan dimasukkan atau di entry dan direkap berkas, yang dilampiri dengan Berita Acara dari Tim Reklame serta Lembar Asistensi atau surat ijin penyelenggaraan reklame, setelah semua data administrasi sudah lengkap maka di foto copy untuk dikirim ke 5 (lima) dinas dibawah Pemkot Surabaya yakni : Seksi pengendalian bangunan, Dinas Bina Marga dan pematusan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas perhubungan, serta Dinas Pendapatan dan Pengelolahan Keuangan. 4. Setelah berkas-berkas dikirmkan pada tiap-tiap dinas maka hasil

catatan dari tiap-tiap Dinas segera dirapatkan oleh Tim Reklame. 5. Hasil Rapat dari Tim Reklame segera di masukkan atau dientry

dengan dicantumkan bahwa surat pemberitahuan ijin penyelenggaraan reklame pemohon bisa diterima atau ditolak.

6. Dari hasil Rapat kemudian ditetapkan dan diberikan persetujuan oleh Ketua Tim Reklame lalu direkap dan ditembuskan pada ke lima dinas

tersebut. Disamping itu Ketua Tim Reklame juga memberitahukan kepada Pemohon melalui surat pemberitahuan.

7. Pembuatan Berita Acara Cek lokasi dimana reklame akan di pasang. 8. Setelah ditetapkan tempat pemasangan Reklame maka dilanjutkan

Proses pembayaran retribusi IMB dan pajak reklame. Pelunasan Retribusi dan pajak wajib dilakukan, serta pembayaran Asuransi dan segera melengkapi persyaratan-persyaratan yang kurang.

9. Mencetak surat ijin penyelenggaraan reklame (SIPR)

10. Pengambilan peneng yaitu dengan cara di foto, setelah itu di tempel di reklame untuk diserahkan ke pemkot sebagai bukti kalau reklame tersebut sudah terpasang.

11. Dan yang terakhir pengambilan surat ijin penyelenggaraan reklame (SIPR)

Dokumen terkait