• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penentuan Tegangan Terminal, Regulasi, Dan Efisiensi Generator Sinkron 3 Fasa Rotor Salient Pole Dengan Metode Blondel (Two Reaction Theory)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Penentuan Tegangan Terminal, Regulasi, Dan Efisiensi Generator Sinkron 3 Fasa Rotor Salient Pole Dengan Metode Blondel (Two Reaction Theory)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN

EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR

SALIENT POLE

DENGAN METODE BLONDEL (

TWO REACTION THEORY

)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada

Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

NIM : 100402023

SELAMAT ARYADI

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN

EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR

SALIENT POLE

DENGAN METODE

BLONDEL

(

TWO REACTION THEORY

)

Oleh:

NIM: 100402023 SELAMAT ARYADI

Disetujui oleh:

Pembimbing,

NIP : 1953.0622.198103.1002 Ir. Syamsul Amien,M.S

Diketahui oleh:

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,

NIP. 19540531 198601 1 002 Ir. SURYA TARMIZI KASIM, M.Si

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

i KATA PENGANTAR

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia

yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul :

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR SALIENT POLE DENGAN

MENGGUNAKAN METODE BLONDEL ( TWO REACTION THEORY )

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu Ayahanda

Muhammad Yakub dan Ibunda tercinta Etty Aryani yang senantiasa mencurahkan kasih sayang

dan doa yang tiada terhitung kepada penulis serta tiada bosan-bosannya mengasuh, mendidik,

dan membimbing penulis dari sejak lahir hingga sekarang.

Selama masa perkuliahan sampai masa penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak

memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan setulus hati penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir.Syamsul Amien , MS. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir penulis yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing, membantu, dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.si selaku Dosen Wali penulis yang telah membimbing

(4)

ii Elektro FT-USU, dan Bapak Rahmad Fauzi, ST, M.T. selaku Sekretaris Departemen Teknik

Elektro FT-USU.

3. Bapak Ir. Syamsul Amien, MS. selaku Kepala Laboratorium Konversi Energi Listrik

FT-USU yang telah memberi izin riset di PPPPTK.

4. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Teknik Elektro FT-USU.

5. Kepada staff-staff PPPPTK Bapak Hefri Yuliadi S.pd, dan Bapak Boas Aritonang S.pd.

Terima kasih telah membantu dalam pengambilan data.

6. Kepada adik-adikku tersayang Apriyana Pratiwi, Alwi Rahmanda, Siti Nurul Azahra

terimakasih telah mendukung abangda selama ini.

7. Kepada temenku yang baik hati Diky Ikhsan, Riky Ananda, Zulfahmi Dhuha, Bambang

Hidayat, dan Cahya Ramadani terimakasih banyak atas bantuannya dalam penyelesaian dan

pengambilan data tugas akhir ini.

8. Kepada temen anggota pencari sinyal terima kasih atas semua bantuannya sukses selalu

buat kita semua.

9. Kepada Anggota RJ dan Ardayaza yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa

semoga kelak impian-impiannya terwujud.

10. Sahabat-sahabat terbaikku Cahya Ramadani , Satria Yudha, Riki Ananda, Suhendri,

fransisko, Hadratul Hendra, Kevin Girsang, Nur Adilah, Dewi Riska Sari, Dwi Purnama

Sari, tari, mayang, angel, Sylvester, Andika, dan banyak lagi yang tak bisa disebutkan satu

persatu terimakasih atas semuanya.

11. Adetya Rahma Nst, terima kasih banyak atas semua bantuannya, motivasi dan dukungan

yang luar biasa serta doanya kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

(5)

iii 13. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis

baik secara langsung maupun tidak langsung selama menjalani masa perkuliahan di

Departemen Teknik Elektro FT-USU.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan Tugas

Akhir ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis pribadi dan juga semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, 18 April 2015 Penulis

(6)

iv

ABSTRAK

Dalam suatu sistem perubahan beban dapat terjadi sewaktu-waktu seiring meningkatnya

kebutuhan energi yang akibatnya beban yang dilayani oleh generator sinkron berubah-ubah yang

dapat mempengaruhi tegangan dan daya keluaran dari generator sinkron tersebut. Sehingga

menyebabkan perubahan tegangan terminal yang akan berpengaruh pada efisiensi serta

keandalan suatu sistem. Dalam Tugas Akhir ini dibahas mengenai analisa menentukan tegangan

terminal generator sinkron 3 fasa rotor salient pole menggunakan metode Blondel (two reaction

theory) , sebelumnya dilakukan perbaikan faktor daya untuk pembebanan induktif dan kapasitif

lalu dilakukan perhitungan regulasi tegangan dan efisiensi.

Didapat untuk mengatur perubahan tegangan terminal agar tetap konstan dapat dilakukan

dengan pengaturan tegangan induksi (Ea) yang diakibatkan karena adanya perubahan arus beban (Ia) yang mengalir pada tahanan jangkar (Ra) dan reaktansi sinkron (Xs) sehingga terjadi perubahan tegangan terminal. Untuk nilai pembebanan yang sama, semakin baik faktor daya dari

beban yang dilayani oleh generator sinkron semakin baik regulasi yang dihasilkan. Hal ini

disebabkan lebih baik faktor dayanya maka semakin kecil tegangan beban nol (Ef), semakin besar tegangan yang diterima oleh beban (Vt). Semakin baik faktor daya semakin baik pula

efisiensi sedangkan rugi-rugi daya (Pcl) dan arus beban (Ia) akan semakin kecil. Penentuan tegangan dapat dilakukan dengan metode Blondel (two reaction theory) sehingga didapat hasil

yg optimal.

Kata kunci : Generator Sinkron, Metode Two Reaction Theory, Penentuan Tegangan Terminal,

(7)

v DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah………. . 2

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Metode Penulisan ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II GENERATOR SINKRON 3 FASA 2.1 Umum ... 6

2.2 Konstruksi Generator Sinkron ... 7

2.3 Prinsip Kerja Generator Sinkron ... 13

2.4 Reaksi Jangkar ... 15

2.5 Sistem Eksitasi ... 17

2.6 Rangkaian Ekivalen ... 23

2.7 Rangkaian Belitan ... 27

(8)

vi

2.7.2 Belitan Rotor ... 29

2.8 Karakteristik Generator Sinkron 3 Fasa ... 30

2.8.1 Karakteristik Beban nol ... 30

2.8.2 Karakteristik Hubung singkat ... 32

2.8.3 Karakteristik Berbeban ... 34

2.9 Pengaturan Tegangan Terminal ... 35

2.10 Rugi-Rugi Generator Sinkron ... 37

2.11 Pengaruh Faktor daya terhadap regulasi tegangan dan efisiensi …….. .. 38

2.12 Faktor daya ……….. 39

2.13 Regulasi Tegangan ………. . 43

2.14 Penentuan Parameter Generator Sinkron 3 Fasa ………. .... 45

2.15 Metode Penentuan Tegangan Terminal Generator Sinkron ………….... 46

2.15.1 Metode Blondel (Two Reaction Theory) ……….. ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu ... 53

3.2 Metode pengumpulan data ... 53

3.3 Langkah-Langkah Penilitian ... 54

3.4 Peralatan yang digunakan ... 55

3.5 Rangkaian Pengambilan Data ... 56

3.5.1Percobaan Menentukan Tahanan Generator Sinkron ... 56

3.5.2 Reaktansi d-axis (Xd) ... 57

3.5.2.1 Percobaan Menentukan Tegangan dengan test beban nol ... 57

3.5.2.2 Percobaan Menentukan Arus dengan test hubung singkat .. 57

(9)

vii

3.5.3.1 Percobaan Arus dan Tegangan dengan Test Slip ……. ... 58

3.5.4 Percobaan Berbeban ... … 58

3.6 Prosedur Percobaan ... 59

3.6.1Percobaan Menentukan Tahanan Generator Sinkron ... 59

3.6.2 Reaktansi d-axis (Xd) ... 59

3.6.2.1 Percobaan Menentukan Tegangan dengan test beban nol ... 59

3.6.2.2 Percobaan Menentukan Arus dengan test hubung singkat .. 60

3.6.3 Reaktansi q-axis (Xd) ………. .. 60

3.6.3.1 Percobaan Arus dan Tegangan dengan Test Slip ……. ... 60

3.6.4 Percobaan Berbeban………. ... 61

3.7 Metode Pengolahan Data ... 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum ... 66

4.2 Hasil Penelitian ... 66

4.2.1 Data Pengujian ... 66

4.3 Analisis Data Pengujian ... 71

4.4 Grafik Hasil Pengujian ... 84

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 98

5.2 Saran ... .. 90

(10)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konstruksi generator sinkron secara umum Gambar 2.2 Rotor kutub menonjol generator sinkron Gambar 2.3 Rotor kutub tak menonjol generator sinkron Gambar 2.4 Inti dalam stator dan alur pada stator

Gambar 2.5 Bentuk-bentuk alur Gambar 2.6 Model reaksi jangkar

Gambar 2.7 Sistem eksitasi menggunakan generator arus searah Gambar 2.8 Sistem eksitasi statis

Gambar 2.9 Sistem eksitasi dengan menggunakan baterai

Gambar 2.10 sistem eksitasi dengan menggunakan permanen magnet generator Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen generator sinkron

Gambar 2.12 Penyederhanaan rangkaian ekivalen generator sinkron Gambar 2.13 Rangkaian ekivalen generator sinkron 3 fasa

Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen belitan stator generator sinkron 3 fasa (a). Belitan-Y, (b). Belitan-∆

Gambar 2.15 Belitan satu lapis (single layer winding) Gambar 2.16 Belitan berlapis ganda (double layer winding) Gambar 2.17 Bentuk rotor

Gambar 2.18 Rangkaian test tanpa beban

(11)

ix Gambar 2.21 Karakteristik hubung singkat (SCC)

Gambar 2.22 Rangkaian generator sinkron berbeban Gambar 2.23 Karakteristik generator sinkron berbeban Gambar 2.24 Prinsip Kerja Generator Sinkron 3 fasa Gambar 2.25 Diagram aliran daya generator sinkron Gambar 2.26 Segitiga daya

Gambar 2.27 Perbaikan faktor daya

Gambar 2.28 Perubahan fasor untuk berbagai beban yang berubah (a) Induktif, (b) Resistif, (c) Kapasitif

Gambar 2.29 Pengaruh perubahan beban terhadap tegangan terminal

Gambar 2.30 Diagram phasor teori dua reaksi dari mesin sinkron salient pole Gambar 2.31 Diagram phasor dua reaksi generator sinkron yang disederhanakan Gambar 2.32 Osilograph Test Slip

Gambar 3.1 Rangkaian percobaan Pengukuran Tahanan Jangkar

Gambar 3.2 Rangkaian percobaan menentukan tegangan untuk menghitung reaktansi sinkron d-axis (Xd) dengan test beban nol dan If tertentu.

Gambar 3.3 Rangkaian percobaan menentukan arus untuk menghitung reaktansi sinkron d-axis (Xd) dengan test hubung singkat dan If tertentu.

Gambar 3.4 Rangkaian percobaan menentukan arus dan tegangan untuk menghitung reaktansi sinkron q-axis (Xq) dengan test slip.

Gambar 3.5 Rangkaian Percobaan Berbeban

(12)

x Gambar 4.2 Grafik If vs Ea

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data pengujian tahanan generator sinkron (R). Tabel 4.2 Data pengujian test beban nol dan If tertentu Tabel 4.3 Data pengujian test hubung singkat dan If tertentu Tabel 4.4 Data pengujian test slip

(14)

iv

ABSTRAK

Dalam suatu sistem perubahan beban dapat terjadi sewaktu-waktu seiring meningkatnya

kebutuhan energi yang akibatnya beban yang dilayani oleh generator sinkron berubah-ubah yang

dapat mempengaruhi tegangan dan daya keluaran dari generator sinkron tersebut. Sehingga

menyebabkan perubahan tegangan terminal yang akan berpengaruh pada efisiensi serta

keandalan suatu sistem. Dalam Tugas Akhir ini dibahas mengenai analisa menentukan tegangan

terminal generator sinkron 3 fasa rotor salient pole menggunakan metode Blondel (two reaction

theory) , sebelumnya dilakukan perbaikan faktor daya untuk pembebanan induktif dan kapasitif

lalu dilakukan perhitungan regulasi tegangan dan efisiensi.

Didapat untuk mengatur perubahan tegangan terminal agar tetap konstan dapat dilakukan

dengan pengaturan tegangan induksi (Ea) yang diakibatkan karena adanya perubahan arus beban (Ia) yang mengalir pada tahanan jangkar (Ra) dan reaktansi sinkron (Xs) sehingga terjadi perubahan tegangan terminal. Untuk nilai pembebanan yang sama, semakin baik faktor daya dari

beban yang dilayani oleh generator sinkron semakin baik regulasi yang dihasilkan. Hal ini

disebabkan lebih baik faktor dayanya maka semakin kecil tegangan beban nol (Ef), semakin besar tegangan yang diterima oleh beban (Vt). Semakin baik faktor daya semakin baik pula

efisiensi sedangkan rugi-rugi daya (Pcl) dan arus beban (Ia) akan semakin kecil. Penentuan tegangan dapat dilakukan dengan metode Blondel (two reaction theory) sehingga didapat hasil

yg optimal.

Kata kunci : Generator Sinkron, Metode Two Reaction Theory, Penentuan Tegangan Terminal,

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring meningkatnya pembangunan dan perkembangnya industri.

Permintaan akan kebutuhan energi listrik akan meningkat pula dengan beban yang

bervariasi dan tidak stabil sehingga laju pertumbuhan industri terhadap kebutuhan

energi listrik meningkat pula untuk itu sangat diperlukan pengujian terhadap

generator sinkron.

Pada Generator sinkron energi mekanik yang diubah berupa putaran

menjadi energi listrik bolak balik (AC), Energi mekanis diberikan oleh penggerak

mulanya. Sedangkan energi listrik bolak balik (AC) akan pada rangkaian

jangkarnya. Kumparan medan pada generator sinkron berada di rotor (bagian yang

berputar) dan kumparan jangkar berada di stator (bagian yang tidak berputar).

Konstruksi umum dari suatu generator sinkron adalah pengerak mula,

Rotor atau bagian yang berputar, stator bagian yang diam dan celah udara antara

Stator dan Rotor. Rotor sendiri terdiri atas Rotor Silinder dan Rotor kutub sepatu

yang masing-masing memiliki fungsi berbeda. Disamping itu juga perlu rangkaian

eksitasi sebagai penghasil tegangan induksi pada terminal jangkar. Untuk

generator sinkron yang besar rangkaian jangkar berada pada bagian Rotor. Untuk

Rangkaian eksitasi yaitu eksitasi dengan sikat dan tanpa sikat.

Generator sinkron tiga fasa dituntut untuk bekerja stabil dalam tegangan

yang dihasilkan dan frekuensi. Ketidakstabilan kedua hal tersebut sangat

(16)

2 penyebab altenator bekerja tidak stabil adalah tegangan terminal. Untuk itu perlu

dilakukan pengujian Berupa analisis penentuan tegangan terminal, regulasi, dan

efisiensi generator sinkron 3 fasa salient pole dengan Metode Blondel (two

reaction theory).

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang akan dianalisa dalam tugas akhir ini adalah menentukan

tegangan terminal, regulasi, dan efisiensi generator sinkron 3 fasa rotor salient

pole. Pada tugas akhir ini dilakukan penentuan tegangan terminal dengan

menggunakan Metode Blondel (two reaction theory) sehingga dapat diketahui

regulasi dan efisiensinya.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui dan menentukan

tegangan terminal generator sinkron 3 fasa rotor salient pole dan menguji dengan

menggunakan Metode Blondel (two reaction theory) agar sesuai yang diinginkan.

Sebelumnya dilakukan perbaikan faktor daya untuk perhitungan regulasi dan

efisiensi.

Manfaat penelitian ini adalah untuk menentukan tegangan sumber (Ef)

generator sinkron sehingga diproleh hasil data yang akurat agar bisa dilakukan

pengaturan regulasi tegangan dan memperbaiki efisiensi generator sinkron 3 fasa

(17)

3 1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan tugas akhir ini terfokus pada pembahasan judul yang telah

disebutkan di atas, maka penulis harus membatasi permasalahan yang akan

dibahas. Adapun batasan masalahnya adalah :

1. Mesin sinkron yang digunakan adalah generator sinkron 3 fasa salient

pole.

2. Generator yang digunakan dalam keadaan baik.

3. Hanya membahas mengenai penentuan tegangan terminal, regulasi dan

efisiensi generator sinkron 3 fasa dengan menggunakan perhitungan

metode two reaction theory.

4. Hanya menggunakan beban induktif dan kapasitif.

5. Analisis perhitungan berdasarkan peralatan yang tersedia di PPPPTK .

6. Tidak membahas metode-metode lainnya.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Studi literatur

Dengan mempelajari buku-buku referensi, bahan perkuliahan, jurnal, artikel

dari internet yang berkaitan dengan pembahasan tugas akhir ini.

2. Metode diskusi

Dengan adanya tanya jawab dengan dosen pembimbing, asisten Laboratorium

Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro, staff PPPPTK, dan

teman-teman mengenai masalah-masalah selama penulisan tugas akhir ini

(18)

4 3. Studi Lapangan

Melakukan percobaan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik

dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK).

4. Melakukan analisa seluruh data dan hasil perhitungan lalu membuat

kesimpulan

1.6 Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar

belakang masalah, tujuan dan manfaat penulisan, batasan

masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II GENERATOR SINKRON 3 FASA

Bab ini membahas generator sinkron secara umum, konstruksi,

prinsip kerja, jenis – jenis, metode Blondel (Two Reaction

Theory) , penentuan tegangan keluaran dan karakteristik

Generator sinkron.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Pada bab ini dibahas tentang metodelogi penelitian tugas akhir

(19)

5 penelitian, pelaksanaan penelitian, variabel yang diamati, dan

teknik pengukuran.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang jenis komponen dan spesifikasi peralatan

percobaan, rangkaian percobaan, prosedur percobaan, data

percobaan, analisis dan grafik hasil percobaan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari analisis data – data

(20)

6

BAB II

GENERATOR SINKRON 3 FASA

2.1 Umum

Banyak energi listrik yang dibangkitkan dengan menggunakan generator

sinkron. Oleh sebab itu generator sinkron memegang peranan penting dalam

sebuah pusat pembangkit listrik. Mesin Sinkron dapat bekerja sebagai generator

apabila kumparan jangkarnya (stator) menghasilkan daya arus bolak-balik.

Generator sinkron (alternator) merupakan sebuah mesin sinkron yang berfungsi

mengubah energi mekanik berupa putaran menjadi energi listrik bolak-balik (AC).

Definisi generator sinkron, mempunyai makna bahwa rotor generator

sinkron yang terdiri dari belitan medan dengan suplai arus searah akan

menghasilkan medan magnet yang diputar dengan kecepatan yang sama dengan

kecepatan putar rotor. Dikatakan generator sinkron karena jumlah putaran

rotornya sama dengan jumlah putaran medan magnet (medan putar) pada stator.

Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub

magnet yang berputar dengan kecepatan yang sama dengan medan putar pada

stator. Mesin sinkron tidak dapat start sendiri karena kutub-kutub yang berat dan

tidak dapat tiba-tiba mengikuti kecepatan medan putar pada waktu saklar

terhubung dengan jala-jala oleh sebab itu diperlukan suatu alat bantu start (prime

mover) .Generator sinkron dibagi menjadi dua jenis, yaitu generator sinkron 1 fasa

(21)

7 2.2 Konstruksi Generator Sinkron

Konstruksi generator sinkron sama dengan motor sinkron yaitu mesin

sinkron pada dasarnya generator sinkron mengkonversi energi mekanik menjadi

energi listrik bolak-balik . Secara umum, konstruksi generator sinkron terdiri dari

stator (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Keduanya merupakan

rangkaian magnetik yang berbentuk simetris dan silindris yang berkaitan. Selain

itu generator sinkron memiliki celah udara ruang antara stator dan rotor yang

berfungsi sebagai tempat berputarnya rotor dan tempat terjadinya fluksi atau

induksi energi listrik dari rotor ke stator.

Pada Gambar 2.1 dapat dilihat konstruksi dari sebuah generator sinkron

secara umum :

Gambar 2.1 Konstruksi generator sinkron secara umum

A. Rotor

Rotor merupakan bagian berputar yang berfungsi untuk membangkitkan medan

(22)

8 terdapat kutub-kutub magnet dengan lilitannya yang dialiri arus searah, melewati

cincin geser dan sikat. Generator sinkron memiliki dua tipe rotor, yaitu :

1.) Rotor yang berbentuk kutub sepatu (salient pole)

2.) Rotor yang berbentuk kutub dengan celah udara sama rata (cylindrical)

1. Rotor kutub menonjol (Salient Pole Rotor)

Rotor tipe ini mempunyai kutub yang jumlahnya banyak. Kumparan

dibelitkan pada tangkai kutub, dimana kutub-kutub diberi laminasi untuk

mengurangi panas yang ditimbulkan oleh rugi-rugi arus Eddy,

kumparan-kumparan medannya terdiri dari bilah tembaga persegi. Kutub menonjol ditandai

dengan rotor berdiameter besar dan panjang serta sumbunya pendek.

Selain itu jenis kutub salient pole, kutub magnetnya menonjol keluar dari

permukaan rotor. Belitan-belitan medan dihubung seri. Ketika belitan medan ini

disuplai oleh eksiter, maka kutub yang berdekatan akan membentuk kutub yang

berlawanan. Bentuk kutub menonjol generator sinkron tampak seperti Gambar 2.2

berikut :

(23)

9 Rotor kutub menonjol umumnya digunakan pada generator sinkron dengan

kecepatan putaran rendah dan sedang. Generator sinkron tipe seperti ini biasanya

dikopel oleh mesin diesel atau turbin air pada sistem pembangkit listrik. Rotor

kutub menonjol baik digunakan untuk putaran rendah dan sedang karena :

a. Konstruksi kutub menonjol tidak terlalu kuat untuk menahan tekanan

mekanis apabila diputar dengan kecepatan tinggi.

b. Kutub menonjol akan mengalami rugi-rugi yang besar dan bersuara bising

jika diputar dengan kecepatan tinggi.

2. Rotor kutub tak menonjol dengan celah udara sama rata (Rotor Silinder)

Rotor tipe ini dibuat dari plat baja berbentuk silinder yang mempunyai

sejumlah slot sebagai tempat kumparan. Karena adanya slot-slot dan juga

kumparan medan yang terletak pada rotor maka jumlah kutub pun sedikit yang

dapat dibuat. Belitan-belitan medan dipasang pada alur-alur di sisi luarnya dan

terhubung seri yang dienerjais oleh eksiter. Gambar bentuk kutub silinder generator

sinkron tampak seperti pada Gambar 2.3 berikut:

(24)

10 Dimana rotor terdiri dari beberapa komponen utama yaitu :

a. Slip Ring

Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi

dipisahkan oleh isolasi tertentu. Dibuat dari bahan kuningan atau tembaga yang

dipasang pada poros dengan memakai bahan isolasi. Terminal kumparan rotor

dipasangkan ke-slip ring ini kemudian dihubungkan kesumber arus searah melalui

sikat (brush) yang letaknya menempel pada slip ring.

b. Sikat

Sebagaian dari generator sinkron ada yang memiliki sikat ada juga yang

tidak memiliki sikat. Sikat pada generator sinkron berfungsi sebagai saklar putar

untuk mengalirkan arus DC ke-kumparan medan pada rotor generator sikron.

Sikat terbuat dari bahan karbon tertentu.

c. Kumpara rotor (kumparan medan)

Kumparan medan merupakan unsure yang memegang peranan utama

dalam menghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari

sumber eksitasi tertentu.

d. Poros Rotor

Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan, dimana pada

(25)

11 B. Stator

Stator adalah bagian generator yang diam dan berfungsi sebagai tempat

untuk menerima induksi magnet dari rotor. Arus bolak-balik (AC) yang menuju

ke beban disalurkan melalui armatur, komponen ini berbentuk sebuah rangka

silinder dengan lilitan kawat konduktor yang sangat banyak. Armatur selalu diam

(tidak bergerak). Oleh karena itu, komponen ini juga disebut dengan stator. Lilitan

armatur generator dalam wye dan titik netral dihubungkan ke tanah. Lilitan dalam

wye dipilih karena:

1. Meningkatkan daya output.

2. Menghindari dan meminimalisir tegangan harmonik, sehingga tegangan line

tetap sinusoidal dalam kondisi beban apapun.

Stator dari mesin sinkron terbuat dari bahan ferromagnetik yang berbentuk

dan di laminasi untuk mengurangi rugi-rugi arus pusar. Dengan inti ferromagnetik

yang bagus berarti permeabilitas dan resistivitas dari bahan tinggi. Pada Gambar

2.4 berikut memperlihatkan alur stator tempat kumparan jangkar

(26)

12 Stator terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:

a. Rangka stator

Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang menyangga inti jangkar

generator.

b. Inti Stator

Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetic khusus

terpasang ke rangka stator.

c. Alur (slot) dan Gigi

Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator. Ada 3 (tiga)

bentuk alur stator yaitu terbuka, setengah terbuka, dan tertutup seperti pada

gambar 2.5 berikut :

Gambar 2.5 Bentuk-bentuk alur

d. Kumparan Stator (Kumparan Jangkar)

Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga. Kumparan ini

(27)

13 2.3 Prinsip Kerja Generator Sinkron

Adapun prinsip kerja dari suatu generator sinkron adalah:

1. Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber

eksitasi tertentu yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan

medan. Dengan adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan

medan maka akan menimbulkan fluksi yang besarnya terhadap waktu

adalah tetap.

2. Unit penggerak mula (Prime Mover) yang sudah terkopel dengan rotor

segera dioperasikan sehingga memutar rotor pada kecepatan nominalnya

persamaan (2.1) dimana :

=

120�

…………(2.1)

n = Kecepatan putar rotor (rpm)

p = Jumlah kutub rotor

f = frekuensi (Hz)

3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang

dihasilkan oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor,

akan diinduksikan pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan

jangkar yang terletak di stator akan dihasilkan fluks magnetik yang

berubah-ubah besarnya terhadap waktu. Adanya perberubah-ubahan fluks magnetik yang

melingkupi suatu kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada

ujung-ujung kumparan tersebut, hal tersebut sesuai dengan persamaan berikut

dimana : �= −��∅

��

………. (2.2)

� =−��∅���� sin��

(28)

14

� =−��∅���� ����� ….. (2.4)

� = 2�� ……… (2.5)

�=−�(2��)Ø���� cos�� …. (2.6)

� = ��

120 ……….. (2.7)

�=−� �2�120���Ø���� cos�� ……… (2.8)

����� = � �2.3,14.120���Ø���� … (2.9)

….. (2.10)

…….. (2.11)

…………. …(2.12)

���� =��Ø ………(2.13)

Dimana:

E = ggl induksi (Volt) N = Jumlah belitan

C = Konstanta p = Jumlah kutub

n = Putaran (rpm) f = Frequensi (Hz)

(29)

15 Untuk generator sinkron tiga phasa, digunakan tiga kumparan

jangkar yang ditempatkan di stator yang disusun dalam bentuk tertentu,

sehingga susunan kumparan jangkar yang sedemikian akan

membangkitkan tegangan induksi pada ketiga kumparan jangkar yang

besarnya sama tapi berbeda fasa 1200 satu sama lain. Setelah itu ketiga terminal kumparan jangkar siap dioperasikan untuk menghasilkan energi

listrik [2].

2.4 Reaksi Jangkar

Bila generator sinkron (alternator) melayani beban yang terhubung ke

terminal generator maka pada belitan stator akan mengalir arus, sehigga timbul

medan magnet pada belitan stator yang akan berinteraksi dengan medan rotor.

Medan magnet ini akan mendistorsi medan magnet yang dihasilkan belitan rotor

sehingga menghasilkan fluks resultan. Seperti yang dijelaskan pada Gambar 2.6 :

(30)

16 Pada Gambar 2.6.a. Medan magnet yang berputar akan menghasilkan

tegangan induksi E

a. Bila generator melayani beban dengan induktif, maka arus pada stator akan tertinggal seperti pada Gambar 2.6.b. Arus stator tadi akan

meghasilkan medan magnet sendiri B

s dan tegangan stator Estat, seperti pada Gambar 2.6.c. Vektor penjumlahan antara BS dan BR akan menjadi Bnet dan penjumlahan Estat dan Ea, akan menghasilkan Ø, V pada terminal jangkar.

Saat beban terhubung ke beban induktif, arus jangkar akan tertinggal

terhadap tegangan jangkar. Arus pada belitan stator akan menghasilkan medan

magnet B

s, yang kemudian kan menghasilkan tegangan stator Estat. Dua tegangan yaitu tegangan jangkar E

a dan tegangan reaksi jangkar Estat akan menghasilkan Vt , dimana ditunjukkan pada persamaan (2.14)

V

t = Ea + Estat ...(2.14)

Tegangan Reaksi Jangkar E

stat = - j X Ia

Sehingga persaman 2.14 dapat ditulis kembali pada persamaan (2.15).

V

t = Ea-jXIa ...(2.15)

Selain pengaruh reaksi jangkar ini, pengurangan tegangan induksi generator

sinkron juga karena adanya tahanan R

a dan Induktansi belitan stator Xa, ,dan penjumlahan X dan Xa sering disebut Reaktansi Sinkron Xs, sehingga persamaan

(2.15) dapat ditulis kembali sebagai persamaan (2.16).

V

(31)

17 V

t = Ea-jXsIa- IaRa...(2.17) Dimana:

Vt = Tegangan terminal jangkar Ra = Tahanan Jangkar Ea = Tegangan Jangkar BS = Medan Magnet Stator Estat = Tegangan Reaksi Jangkar BR = Medan Magnet Rotor Xs = Reaktansi Sinkron

Ia = Arus Jangkar [4].

2.5 Sistem Eksitasi

Berdasarkan cara penyaluran arus searah pada rotor generator sinkron,

sistem eksitasi terdiri dari dua sistem yaitu sistem eksitasi dengan menggunakan

sikat (brushless excitation) dan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat

(brushless).

Ada dua jenis sistem eksitasi dengan menggunakan sikat yaitu :

1. Sistem eksitasi konvensional (menggunakan generator arus searah).

2. Sistem eksitasi statis.

Sedangkan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat terdiri dari :

1. Sistem eksitasi dengan menggunakan baterai.

2. Sistem eksitasi dengan menggunakan Permanen Magnet Generator (PMG).

Berikut sistem eksitasi menggunakan sikat:

(32)

18 Untuk sistem eksitasi yang konvensional, arus searah diperoleh dari sebuah

generator arus searah berkapasitas kecil yang disebut eksiter. Generator sinkron dan

generator arus serah tersebut terkopel dalam satu poros, sehingga putaran generator

arus searah sama dengan putaran generator sinkron.

Tegangan yang dihasilkan oleh generator arus searah ini diberikan kebelitan

rotor generator sinkron melalui sikat karbon dan slip ring. Akibatnya arus searah

mengalir ke dalam rotor atau kumparan medan dan menimbulkan medan magnet

yang diperlukan untuk dapat menghasilkan tegangan arus bolak-balik pada

kumparan utama yang terletak di stator generator sinkron.

Pada generator konvensional ini ada beberapa kerugian yaitu generator arus

searah merupakan beban tambahan untuk penggerak mula. Penggunaan slip ring

dan sikat menimbulkan masalah ketika digunakan untuk mensuplai sumber arus

searah padabelitan medan generator sinkron. Terdapat sikat arang yang menekan

slip ring sehingga timbul rugi gesekan pada generator utamanya. Selain itu pada

generator arus searah juga terdapat sikat karbon yang menekan komutator. Selama

pemakaian slip ring dan sikat harus diperiksa secara teratur, generator arus searah

juga memiliki keandalan yang rendah. Karena hal-hal seperti diatas dipikirkan

hubungan lain dan dikenal apa yang dikenal sebagai generator sinkron static exciter

(penguat statis). Gambar 2.7 adalah sistem eksitasi yang menggunakan generator

(33)
[image:33.595.227.432.100.253.2]

19 Gambar 2.7 Sistem Eksitasi Menggunakan Generator Arus Searah

2 Sistem Eksitasi Statis

Sistem eksitasi statis menggunakan peralatan eksitasi yang tidak bergerak

(static), artinya peralatan eksitasi tidak ikut berputar bersama dengan rotor

generator sinkron. Sistem eksitasi statis (static excitation sistem) atau disebut juga

dengan self excitation merupakan sistem eksitasi yang tidak memerlukan

generator tambahan sebagai sumber eksitasi generator sinkron. Sumber eksitasi

pada sistem eksitasi statis berasal dari tegangan output generator itu sendiri yang

disearahkan terlebih dahulu dengan menggunakan penyearah thyristor.

Pada mulanya pada rotor ada sedikit magnet sisa, magnet sisa ini akan

menimbulkan tegangan pada stator tegangan ini kemudian masuk dalam

penyearah dan dimasukkan kembali pada rotor akibatnya medan magnet yang

dihasilkan makin besar dan tegangan AC naik demikian seterusnya sampai dicapai

tegangan nominal dari generator AC tersebut. Biasanya penyearah itu mempunyai

pengatur sehingga tegangan generator dapat diatur konstan. Bersama dengan

(34)

20 Dibandingkan dengan generator yang konvensional generator dengan

sistem eksitasi statis memang sudah jauh lebih baik yaitu tidak ada generator arus

searah (yang keandalannya rendah) dan beban generator arus searah pada

penggerak mula hilang. Eksiter diganti dengan eksiter yang tidak berputar yaitu

penyearah karena itu disebut eksiter statis. Gambar 2.8 berikut adalah sistem

[image:34.595.256.436.286.462.2]

eksitasi statis.

Gambar 2.8 Sistem eksitasi statis

Untuk keperluan eksitasi awal pada generator sinkron, maka sistem eksitasi statis

dilengkapi dengan field flashing. Hal ini dibutuhkan karena generator sinkron

tidak memiliki sumber arus dan tegangan sendiri untuk mensuplai kumparan

medan. Penggunaan slip ring dan sikat pada eksitasi ini menyebabkan sistem

(35)

21 Sedangkan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat :

1. Sistem Eksitasi Menggunakan Baterai

Sistem eksitasi tanpa sikat diaplikasikan pada generator sinkron, dimana

suplai arus searah kebelitan medan dilakukan tanpa melalui sikat. Arus searah

untuk suplai eksitasi untuk awal start generator digunakan suplai dari baterai,

yang sering dinamakan penguat mula, dimana arus ini selanjutnya disalurkan ke

belitan medan AC exiter. Tegangan keluaran dari generator sinkron ini

disearahkan oleh penyearah yang menggunakan dioda, yang disebut rotating

rectifier, yang diletakkan pada bagian poros ataupun pada bagian dalam dari rotor

generator sinkron, sehingga rotating rectifier tersebut ikut berputar sesuai dengan

[image:35.595.214.450.413.609.2]

putaran rotor, seperti pada gambar 2.9 berikut:

Gambar 2.9 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Baterai

Dari Gambar 2.9 diatas, untuk menghindari adanya kontak geser pada

bagian rotor generator sinkron, maka penguat medan generator dirancang

(36)

22 disalurkan kebagian belitan medan dari generator utama. Hal ini dimungkinkan

karena dioda penyearah ditempatkan pada bagian poros yang dimiliki

bersama-sama oleh rotor generator utama dan penguat medannya. Arus medan pada

generator utama dikontrol oleh arus yang mengalir pada kumparan medan penguat

(eksiter).

2. Sistem Eksitasi Menggunakan Pemanen Magnet Generator

Suatu generator sinkron harus memiliki sebuah medan magnet yang

berputar agar generator tersebut menghasilkan tegangan pada statornya. Medan

magnet ini dapat dihasilkan dari belitan rotor yang disuplai dengan sumber listrik

arus searah. Cara lain untuk menghasilkan medan magnet pada rotor adalah

dengan menggunakan magnet permanen sebagai sumber eksitasinya ini disebut

dengan Permanen Magnet Generator (PMG).

Generator sinkron yang berkapasitas besar biasanya menggunakan sistem

eksitasi brushless yang dilengkapi dengan permanen magnet generator. Hal ini

dimaksudkan agar sistem eksitasi dari generator sama sekali tidak tergantung pada

sumber daya listrik dari luar mesin itu. Pada Gambar 2.10 dapat dilihat bentuk

(37)
[image:37.595.226.447.92.244.2]

23 Gambar 2.10 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Permanen Magnet Generator

Dari Gambar 2.17, bahwa pada bagian mesin yang berputar (rotor)

terdapat magnet permanen, kumparan jangkar generator eksitasi, kumparan medan

generator utama. Hal ini memungkinkan generator tersebut tidak menggunakan

slip ring dan sikat dalam pengoperasiannya sehingga lebih efektif dan efisiensi

[9].

2.6 Rangkaian Ekivalen

Stator terdiri dari belitan-belitan. Suatu belitan konduktor akan terdiri dari

tahanan R

a dan induktansi XIamaka rangkaian ekivalen suatu generator sinkron dapat

dibuat seperti Gambar 2.11

[image:37.595.198.419.587.684.2]
(38)

24 Dengan melihat Gambar 2.11 maka tegangan generator sinkron dapat ditulis pada

persamaan (2.18).

E

a = V + jXarIa + jXLaIa + Ra Ia………...(2.18) Dan persamaan terminal generator sinkron dapat ditulis pada persamaan (2.19)

Vt = Ea – jXarIa – jXLaIa – Ra Ia ...(2.19)

Dengan menyatakan reaktansi reaksi jangkar dan reaktansi fluks bocor sebagai

reaktansi sinkron, atau X

s = Xar + XLa, maka menjadi persamaan (2.20).

Vt = Ea – jXsIa – RaIa [Volt]…..…...(2.20)

Dimana:

[image:38.595.215.417.501.592.2]

Vt = Tegangan Terminal Ia = Arus Jangkar Ea = Tegangan Induksi Ra = Tahanan Jangkar Xs = Reaktansi Sinkron Xar = Reaktansi Jangkar XLa = Reaktansi Fluks Bocor

Gambar 2.12 Penyederhanaan rangkaian ekivalen generator sinkron

Karena tegangan yang dibangkitkan oleh generator sinkron adalah

(39)

25 tegangan induksi perfasa dengan tegangan terminal generator akan ditunjukkan

pada Gambar 2.13 berikut:

Gambar 2.13 Rangkaian ekivalen generator sinkron 3 fasa Sementara itu, rangkaian ekivalen generator sinkron tiga fasa untuk tiap jenis

hubungan ditunjukkan oleh Gambar 2.14 berikut ini:

Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen belitan stator generator sinkron 3 fasa (a). Belitan-Y, (b). Belitan-∆

(40)

26 2.7 Rangkaian Belitan

2.7.1 Belitan Stator

Ada dua jenis belitan stator yang banyak digunakan untuk generator sinkron 3

phasa, yaitu:

1. Belitan satu lapis (Single Layer Winding).

2. Belitan berlapis ganda (Double Layer Winding).

1. Belitan satu lapis (Single Layer Winding).

Gambar 2.15 Belitan satu lapis (Single Layer Winding).

Gambar 2.15 memperlihatkan belitan satu lapis karena hanya ada satu sisi

lilitan di dalam masing - masing alur. Bila kumparan tiga phasa dimulai pada Sa,

Sb, dan Sc dan berakhir di Fa, Fb, dan Fc bisa disatukan dalam dua cara, yaitu

hubungan bintang dan segitiga. Antar kumparan phasa dipisahkan sebesar 120

derajat listrik atau 60 derajat mekanik, satu siklus ggl penuh akan dihasilkan bila

rotor dengan 4 kutub berputar 180 derajat mekanis. Satu siklus ggl penuh

(41)

27 2. Belitan berlapis ganda (Double Layer Winding).

Kumparan jangkar yang diperlihatkan pada Gambar 2.15 hanya

mempunyai satu lilitan per kutub per phasa, akibatnya masing – masing kumparan

hanya dua lilitan secara seri. Bila alur-alur tidak terlalu lebar, masing-masing

penghantar yang berada dalam alur akan membangkitkan tegangan yang sama.

Masing – masing tegangan phasa akan sama untuk menghasilkan tegangan per

penghantar dan jumlah total dari penghantar per phasa.

Dalam kenyataannya cara seperti ini tidak menghasilkan cara yang efektif dalam

penggunaan inti stator, karena variasi kerapatan fluks dalam inti dan juga

melokalisir pengaruh panas dalam daerah alur dan menimbulkan harmonik. Untuk

mengatasi masalah ini, generator praktisnya mempunyai kumparan terdistribusi

dalam beberapa alur per kutub per phasa. Gambar 2.16 memperlihatkan bagian

dari sebuah kumparan jangkar yang secara umum banyak digunakan [5].

(42)

28 2.7.2 Belitan Rotor

Rotor berfungsi untuk membangkitkan medan magnet yang kemudian

tegangan dihasilkan dan akan diinduksikan ke stator. Generator sinkron memiliki

dua tipe rotor, yaitu :

1).Rotor berbentuk kutub sepatu (salient pole)

2).Rotor berbentuk kutub dengan celah udara sama rata (cylindrical)

Perbedaan utama antara keduanya adalah salient pole rotor digerakkan

oleh turbin hidrolik kecepatan rendah sedangkan cylindrical rotor digerakkan oleh

turbin uap berkecepatan tinggi. Bentuk rotor yang terdapat pada generator sinkron

dapat dilihat pada Gambar 2.17 berikut

(a) Rotor Kutub Menonjol (b) Rotor Silinder

Gambar 2.17 Bentuk Rotor

2.8 Karakteristik Generator Sinkron 3 Fasa 2.8.1 Karakteristik Beban Nol

Karakteristik tanpa beban (beban nol) pada generator sinkron dapat

ditentukan dengan melakukan test beban nol (open circuit) yang memiliki

(43)

29 a.) Generator diputar pada kecepatan nominal (n)

b.) Tidak ada beban yang terhubung pada terminal

c.) Arus medan (If) dinaikkan dari nol hingga maksimum secara bertahap

d.) Catat harga tegangan terminal (Vt) pada setiap harga arus medan (If)

yang terlihat pada gambar 2.18 di bawah ini:

Gambar 2.18 Rangkaian Test Tanpa Beban

Dari Gambar dapat diperoleh persamaan umum generator pada persamaan (2.21).

E

0 = Vt + Ia (Ra + jXs)...(2.21) Pada hubungan generator terbuka (beban nol), I

a = 0. Maka persamaannya menjadi persamaan (2.22).

E0 = Vt = CnØ …...…..(2.22)

Karena tidak ada beban yang terpasang, maka Ø yang dihasilkan hanya Øf. Sehingga menjadi persamaan (2.23)

E0 = CnØf ...(2.23)

Dari persamaan (2.23) menjadi persamaan (2.24)

E0 = CnIf... (2.24)

Nilai Cn adalah konstan sehingga persamaan menjadi persamaan (2.25)

(44)

30 Dimana:

E0 = Tegangan pada saat beban nol Ia = Arus Jangkar C = Konstanta n = Jumlah Putaran

If = Arus Medan Ra = Tahanan Jangkar Xs = Reaktansi Sinkron

Pengujian beban nol terkait dengan karakteristik beban nol yaitu hubungan

antara tegangan induksi Ea dengan arus penguat /eksitasi If . pada pengujian beban nol, rotor generator diputar pada kecepatan nominal dan terminal jangkar dalam

keadaan terbuka. Arus medan If diatur bertahap nol hingga diperoleh harga tegangan induksi Ea. bersekitar kurang lebih 125% dari tegangan nominal generator. Pada kondisi ini arus jangkar Ia = 0 dan tegangan induksi Ea = Vt. sehingga pembacaan tegangan induksi jangkar dengan pengaruh variasi medan

eksitasi digambarkan karakteristik hubung terbuka dari generator atau OCC

(Open-Circuit Characteristic). Yang terlihat pada gambar 2.19 dibawah:

Gambar 2.19 Karakteristik Hubung Terbuka (OCC)

Dari Gambar 2.19 di atas terlihat bahwa pada awalnya kurva berbentuk

(45)

31 bentuk kurva mulai terlihat saturasi. Inti besi yang tidak jenuh dalam bingkai

mesin sinkron memiliki reluktansi beberapa ratus kali lebih rendah daripada

reluktansi air gap. Sehingga pertama-tama hampir seluruh MMF melewati celah

udara dan peningkatan fluksi yang terjadi linear. Ketika inti besi mengalami

saturasi, reluktansi besi meningkat secara drastis dan fluksi meningkat lebih

lambat dengan peningkatan nilai MMF. Bentuk linear dari grafik OCC disebut

karakteristik air gap line [5].

2.8.2 Karakteristik Hubung Singkat

Untuk menentukan karakteristik dan parameter generator sinkron yang

dihubung singkat terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain :

a.) Generator diputar pada kecepatan nominal

b.) Atur arus medan (I

f) pada nol c.) Hubung singkat terminal

d.) Ukur arus armatur (I

a) pada setiap peningkatan arus medan (If)

Dimana, rangkaian test hubung singkat pada generator sinkron akan diperlihatkan

pada Gambar 2.20 berikut.

(46)

32 Dari Gambar, persamaan umum generator sinkron dihubung singkat adalah

persamaan (2.26)

Ea = Vt + Ia (Ra + jXs)... (2.26)

Pada saat generator sinkron dihubung singkat, V

t = 0 dan Ia = Isc . Maka persamaan menjadi persamaan (2.27)

Ea = Isc (Ra + jXs) ... (2.27)

Ea = CnØ maka persamaan nya menjadi persamaan (2.28). CnØ = I

sc (Ra + jXs)... (2.28) Karena Cn dan (R

a + jXs ) bernilai konstan, maka persamaan nya menjadi persamaan (2.29)

Cn = k

1... (2.29) sehingga menjadi persamaan (2.30)

(R

a + jXs) = k2... (2.30) Sehingga menjadi persamaan (2.31)

k

1.If = Isc. k2... (2.32) sehingga menjadi persamaan (2.33)

��� =�1 2��

... (2.34)

Pengujian hubung singkat terkait dengan karakteristik hubung singkat yaitu

hubungan antara arus jangkar Ia dengan arus penguat/eksitasi If. Pada pengujian hubung singkat mula-mula arus medan dibuat menjadi nol dan terminal jangkar

dihubung singkat. Lalu arus jangkar diperbesar dengan menaikkan secara bertahap

(47)

33 Pada karakteristik generator hubung singkat bentuk kurva adalah linear. Hal ini

disebabkan oleh medan magnet yang terjadi sangat kecil sehingga inti besi tidak

mengalami saturasi. Gambar 2.21 berikut ini akan memperlihatkan karakteristik

hubung singkat pada generator sinkron [5].

Gambar 2.21 Karakteristik Hubung Singkat

Ketika generator dihubung singkat, arus armatur pada persamaan (2.35)

�� =��� = ��

�+�� ... (2.35)

Harga Mutlaknya adalah pada persamaan (2.36)

�� = ��

���2+��2

...(2.36)

Dimana:

Isc =Arus Hubung Singkat Ia = Arus Jangkar C = Konstanta n = Jumlah Putaran

If = Arus Medan Ra = Tahanan Jangkar Xs = Reaktansi Sinkron Ea = Tegangan Induksi

(48)

34 2.8.3 Karakteristik Berbeban

Beberapa langkah untuk menentukan parameter generator sinkron berbeban

antara lain sebagai berikut :

a.) Generator diputar pada kecepatan nominal (n)

b.) Beban (Z

L) terpasang pada terminal generator sinkron c.) Arus medan (I

f) dinaikkan dari nol hingga maksimum secara bertahap d.) Catat tegangan terminal (V

t) pada setiap peningkatan arus medan (If) yang terlihat pada gambar 2.22 berikut:

Gambar 2.22 Rangkaian Generator Sinkron Berbeban

Dari Gambar 2.22 diperoleh persamaan umum generator sinkron berbeban pada

persamaan (2.37)

E

a = Vt + Ia (Ra + jXs)... (2.37) Sehingga menjadi persamaan (2.38)

V

t = Ea - Ia (Ra + jXs) ... (2.38) Dimana :

(49)

35 Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan

terjadinya reaksi jangkar. Reaksi jangkar bersifat reaktif karna itu dinyatakan

sebagai reaktansi, dan disebut reaktansi magnetisasi (Xm). reaktansi ini bersama-sama dengan reaktansi fluks bocor (Xa) yang dikenal dengan reaktansi sinkron (Xs). Pada generator berbeban, Ia = IL bernilai konstan karena beban (ZL)

tetap.terlihat pada gambar 2.23 di bawah ini:

Gambar 2.23 Karakteristik Generator Sinkron Berbeban

Watak berbeban suatu generator sinkron merupakan penggambaran dari hubungan

antara tegangan terminal (Vt) dan arus medan (Ia) dimana beban generator tetap, dan jumlah putaran tetap [5].

[image:49.595.213.412.254.428.2]

2.9 Pengaturan Tegangan Terminal

(50)

36 Dimana tegangan terminal dituntut untuk bekerja stabil dalam sistem.

Seperti pada gambar 2.24 Seiring perubahan beban maka akan mengalir arus

beban (Ia) yg berubah-ubah sesuai dengan perubahan beban. Yang berpengaruh pada tahanan (Ra) dan reaktansi sinkron (Xs) atau yang disebut dengan impedansi sinkron (Zs). arus beban akan merubah harga tegangan induksi jangkar (Ea) sesuai dengan persamaan (2.20) yaitu V

t = Ea - Ia (Ra + jXs). oleh sebab itu untuk menjaga tegangan terminal agar tetap stabil seiring dengan perubahan arus beban yaitu

dengan mengatur tegangan induksinya (Ea). dimana tegangan induksi seperti persamaan (2.13) dimana Ea=CnØ pada beban nol. Sehingga untuk mengatur tegangan induksi dilakukan dengan mengatur jumlah putaran (n) dan fluksi

magnetik (Ø).

Pengaturan jumlah putaran mengakibatkan Penggerak mula (Prime

Mover). karena kecepatan putaran rotor diputar dengan menggunakan energi

mekanis yang berasal dari penggerak mula. Penggerak mula dioperasikan dengan

menggunakan energi primer (Ep) dan energi sekunder (Es) yang berhubungan

dengan bahan bakar.

Sedangkan pengaturan fluksi magnetik berdasarkan eksitasi yang

diberikan. Yaitu dengan memberikan tegangan DC (Vf) pada kumparan medan. Pada rangkaian tertutup akan mengalir arus DC (If). Arus DC yang mengalir pada kumparan medan akan menimbulkan medan magnet (B) yang menghasilkan

Fluksi yang besarnya sama terhadap waktu. Ketika rotor diputar oleh penggerak

mula maka fluks akan ikut berputar sehingga akan timbul medan putar yang akan

memotong kumparan jangkar sehingga dihasilkan ggl induksi pada kumparan

(51)

37 2.10 Rugi-Rugi Generator Sinkron

Rugi-rugi yangterdapat pada generator sinkron dibagi menjadi beberapa

bagian diantaranya :

1. Rugi-rugi tembaga rotor dan stator (copper losses)

2. Rugi-rugi inti (core losses)

3. Rugi-rugi mekanik (mechanical losses)

4. Rugi-rugi nyasar (stray losses)

Rugi-rugi angin dan gesekan dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari

bagian yang berputar, rancangan sudu kipas rotor, desain bantalan (bearing) dan

susunan rumah (housing) mesin. Rugi yang hilang tersebut berupa daya yang

diperlukan untuk memutarkan kipas guna mensirkulasi udara pendingin dan

gesekan bantalan dan sikat.

Rugi-rugi inti dan besi (P

i ) disebabkan oleh fluksi utama mesin dan terjadi terutama pada gigi-gigi stator (jangkar), pada bagian inti jangkar dekat gigi-gigi

stator dan pada permukaan kutub rotor. Inti stator umumnya dibentuk dari

laminasi tipis baja silikon yang terisolasi satu sama lain untuk membatasi

rugi-rugi histeresis dan arus eddy pada baja.

Rugi-rugi mekanik dan inti sering digabung bersama yang disebut dengan

rugi-rugi beban nol pada mesin. Pada keadaan beban nol, daya input mesin

digunakan untuk mengatasi rugi-rugi ini. Oleh karena itu pengukuran daya input

stator.

Rugi-rugi tembaga rotor (P

RCL = If 2

.R

f) dihitung dari arus medan dan

(52)

rugi-38 rugi penguat. Rugi-rugi tembaga kumparan jangkar (P

SCL = 3IA 2

.R

A) pada

[image:52.595.169.508.174.306.2]

umumnya dihitung dari tahanan arus searah kumparan jangkar pada suhu 750

Gambar 2.25 Diagram Aliran daya Generator sinkron

Dari gambar 2.25 dapat dilihat bahwa persamaan (2.39) di bawah ini:

���� =√3���������…….. (2.39)

Maka semakin baik faktor daya yang dihasilkan maka daya out put juga semakin

besar, dengan kata lain rugi – rugi yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Maka dari

Persamaan 2.39 dapat disimpulkan semakin baik faktor daya, maka efisiensi yang

dihasilkan juga semakin baik [1].

2.11 Pengaruh Faktor Daya Terhadap Regulasi dan Efisiensi

Adapun faktor yang menjadi keunggulan generator sinkron dibandingkan

dengan generator yang lain adalah tingkat regulasi tegangan (VR) adalah suatu

ukuran kemampuan dari sebuah generator untuk menjaga tegangan terminal tetap

konstan walaupun terjadi perubahan beban. Regulasi tegangan dapat didefenisikan

(53)

39

��= ��−��

�� �100%...(2.40)

Dimana:

E

f = Tegangan terminal generator pada saat beban nol

Vt = Tegangan terminal generator pada saat beban penuh [volt]

Seperti halnya dengan mesin-mesin listrik lainnya, maupun transformator, maka

efisiensi generator sinkron dapat dituliskan sebagai persamaan (2.41).

� = ����

����+��� �100% ...(2.41)

dimana :

P

in = Pout + Σ rugi P

P

out = daya keluaran

P

in = daya masukan

2.12 Faktor Daya

Dalam sistem listrik AC/Arus Bolak-Balik ada tiga jenis daya yang

dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu:

• Daya semu (S), VA (Volt Amper)

• Daya aktif (P), Watt

• Daya reaktif (Q), VAR (Volt Amper Reaktif)

Untuk rangkaian listrik AC, bentuk gelombang tegangan dan arus

sinusoida, besarnya daya setiap saat tidak sama. Maka daya yang merupakan daya

rata-rata diukur dengan satuan Watt. Daya ini membentuk energi aktif persatuan

waktu dan dapat diukur dengan kwh meter dan juga merupakan daya nyata atau

(54)

40 Sedangkan daya semu dinyatakan dengan satuan Volt-Ampere (disingkat,

VA), menyatakan kapasitas peralatan listrik, seperti yang tertera pada peralatan

generator dan transformator. Pada suatu instalasi, khususnya di pabrik/industri juga

terdapat beban tertentu seperti motor listrik, yang memerlukan bentuk lain dari daya,

yaitu daya reaktif (VAR) untuk membuat medan magnet atau dengan kata lain daya

reaktif adalah daya yang terpakai sebagai energi pembangkitan flux magnetik

sehingga timbul magnetisasi dan daya ini dikembalikan ke sistem karena efek induksi

elektromagnetik itu sendiri, sehingga daya ini sebenarnya merupakan beban

[image:54.595.224.392.335.455.2]

(kebutuhan) pada suatu sistim tenaga listrik.

Gambar 2.26 Segitiga Daya

Faktor daya atau faktor kerja adalah perbandingan antara daya aktif (watt)

dengan daya semu/daya total (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya

semu/daya total (lihat Gambar 2.26). Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan

sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya

selalu lebih kecil atau sama dengan satu. Faktor daya menggambarkan sudut

phasa antara daya aktif dan daya semu. Faktor daya yang rendah merugikan

karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan faktor daya ini menggunakan

(55)

41 Besarnya daya reaktif yang diperlukan untuk mengubah faktor daya dari

cos φ1 menjadi cos φ2 dapat ditentukan dengan persamaan (2.42)

ΔQ = PTan (φ1 – φ

[image:55.595.203.401.187.314.2]

2) VAR ... (2.42)

Gambar 2.27 Perbaikan Faktor Daya

Kemudian besar nilai kapasitornya dapat dihitung dengan persamaan (2.43)

∆�������� =3∆�22�� =�� ………. (2.43)

Dimana :

φ1 : adalah faktor daya sebelum diperbaiki

φ2 : adalah faktor daya sesudah diperbaiki

ΔCperfasa : Besar nilai kapasitor perfasa

ΔQ : Jumlah daya reaktif yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor daya (VAR)

Bertambahnya beban yang dilayani generator identik dengan bertambahnya daya

nyata atau daya reaktif yang mengalir dari generator. Maka pertambahan beban

akan menambah arus saluran yang mengalir dari generator, pertambahan arus

saluran ini akan mempengaruhi nilai tegangan terminal Vt. hal yang berpengaruh

terutama oleh factor daya beban, seperti pada Gambar 2.28 , diperlihatkan

(56)

42 satu, dan faktor daya terdahulu, dimana Vt' adalah tegangan terminal setelah

beban dengan faktor daya yang sama ditambahkan, dan Vt menyatakan tegangan

terminal pada saat awal.

(a)

(b)

[image:56.595.212.418.177.634.2]

(c)

(57)

43 Terlihat bahwa untuk beban induktif, pertambahan beban akan

mengurangi tegangan terminal akan mengecil. Begitu juga jika beban resistif

ditambahkan maka tegangan terminal juga akan mengecil. Jika beban kapasitif

ditambahkan, maka tegangan terminal cenderung membesar [8].

2.13 Regulasi Tegangan

Jika pada sebuah generator dilakukan pengukuran tegangan dalam keadaan

tanpa beban dan berbeban, ternyata terdapat perbedaan dari hasil pengukuran

tersebut. Dimana terlihat bahwa dengan berubahnya beban maka tegangan terminal

dari generator juga akan berubah. Perubahan besarnya (magnitude) tegangan tidak

hanya tergantung dari besarnya beban, tetapi juga dipengaruhi cos φ beban.

Pengaturan tegangan (voltage regulation) dari suatu generator sinkron

dapat didefinisikan sebagai perubahan tegangan terminal dari beban nol (no-load)

ke beban penuh (full-load) dengan menjaga eksitasi medan dan putaran tetap,

dibagi dengan tegangan beban penuh (full-load). Dimana tegangan pada terminal

dari generator sinkron tergantung dari beban yang terpasang dan juga faktor daya

(power factor) beban tersebut. Pengaturan tegangan ini dinyatakan dalam persen

(%) dari tegangan nominal dan perbedaan tegangan bukan secara vektor, tetapi

besaran yang dinyatakan dalam persamaan (2.44)

��=��−��

�� �100% ………(2.44)

diketahui:

VR = Regulasi Tegangan Vt = Tegangan Terminal

(58)

44 Perlu dicatat bahwa E

0 - VFL adalah selisih aritmatik bukan selisih fasor.

Faktor – faktor yang mempengaruhi regulasi tegangan sebuah generator sinkron

antara lain :

a.) Jatuh tegangan akibat I

aRapada belitan jangkar b.) Jatuh tegangan akibat I

aXL

[image:58.595.182.445.337.513.2]

c.) Perubahan tegangan akibat reaksi jangkar

Gambar 2.29 menunjukkan pengaruh perubahan beban terhadap perubahan

tegangan terminal dengan faktor daya (power factor) yang berbeda.

Gambar 2.29 Pengaruh Perubahan beban terhadap tegangan terminal

Dari Gambar 2.29 dapat dilihat bahwa perubahan tegangan terminal karena

reaksi jangkar bergantung pada arus beban (I

L) dan faktor daya (PF) dari beban.

Untuk beban dengan faktor daya mendahului (leading), tegangan terminal tanpa

beban lebih kecil daripada tegangan terminal beban penuh. Oleh karena itu, regulasi

tegangan bernilai negatif. Untuk beban dengan faktor daya tertinggal (lagging),

(59)

45 Maka, regulasi tegangan bernilai positif. Sedangkan untuk beban dengan faktor daya

1 (unity), nilai tegangan terminal tanpa beban hampir sama dengan nilai tegangan

terminal beban penuh. Oleh karena itu, regulasi tegangan bernilai mendekati 0 persen

[5].

2.14 Penentuan Parameter Generator Sinkron 3 Fasa Dari test :

- Ea dari test beban nol (Open Circuit)

- Ia dari test hubung singkat (Short Circuit)

Diperoleh Reaktansi Xd (d-axis) sehinga di dapat persamaan

�� = ������������ℎ����������������������������������������������������������������

Dari test :

- tegangan dan arus dari Test Slip

Diperoleh Reaktansi Xq (q-axis) sehinga di dapat persamaan

�� =�������������������������������

(����)

������������������������� (�����)

�� =������������������������������

(����)

�������������������������� (�����)

Dari Test Berbeban :

(60)

46 2.15 Metode Penentuan Tegangan Terminal Generator Sinkron

2.15.1 Metode Blondel (Two Reaction Theory)

Dalam pengaturan tegangan dengan metode EMF, Reaksi jangkar dihitung

dengan cara diekivalensikan terhadap tegangan reaktansi jangkar, dalam bentuk

ini adalah pengembangan dari konsep reaktansi sinkron. Ini memungkinkan hanya

digunakan pada mesin non salient pole. Dimana celah udaranya dianggap uniform

dan reluktansi rangkaian magnetik adalah benar-benar konstan.

Dalam mesin salient pole, mmf jangkar tidak dapat ditentukan hanya

dengan mengandalkan reaktansi ekivalennya, karena celah udaranya tidak uniform

dan reluktansi sepanjang kutub d-axis lebih kecil dari q-axis [3].

Perbedaaan harga reluktansi dalam kutub dan antar kutubnya membuat

analisa mesin rotor salient pole benar-benar berbeda dari mesin rotor silinder.

Disini pengaruh salient pole dapat dihitung dengan bantuan two reaction theory

seperti yang diusulkan oleh BLONDEL. Teori ini menyatakan bahwa arus jangar I

harus diselesaikan dalam bentuk dua komponen, yakni Fad (Id), dalam waktu q-axis dengan Ef (sebagai komponen magnetising atau demagnetising) yang hanya menghasilkan perubahan kekuatan fluksi medan. Komponen yang kedua, adalah

(61)

47 Gambar 2.30 Diagram fasor teori dua reaksi dari mesin sinkron salient pole komponen mmf jangkar Fad dan Faq dapat diambil sebagai komponen yang dihasilkan oleh arus jangkar I yang sefasa denga Fad dan Faq, misalnya masing-masing Id dan Iq.

Dimana : Id= I sin θ ... (2.45) Iq= I cos θ... (2.46)

Θ = sudut fasa internal

ingat bahwa banyaknya d-axis adalah satu, sehingga efek magnetiknya sepanjang

sumbu kutub medan. Dalam hal ini, Fad dan Id berada pada d-axis. Banyaknya sumbu q-axis juga adalah satu dimana Faq dan Iq berada pada q-axis tersebut.

Pada metode EMF, mmf jangkar ditempatkan oleh q-axis yang lagging

terhadap tegangan induksi. Dengan demikian, komponen mmf jangkar dapat

diuraikan menjadi Ead dan Eaq dengan lagging 90o, terhadap masing-masing Fad dan Faq (Id dan Iq).

Dari gambar 2.30 diatas , Ead adalah tegangan induksi dari kumparan jangkar ke d-axis dari reaksi jangkar Fad, sehingga dapat ditulis:

(62)

48 Disini Xad dan Xaq adalah sebanding dengan konstanta dan dapat didesain sebagai reaktansi jangkar pada masing-masing d-axis dan q-axis.

Drop tegangan reaktansi Xat pada kumparan dapat ditulis: -j.I.Xat = -j ( Id + Iq ).Xat = -j. Id. Xat . j . Iq . Xat ... (2.49)

Disini drop tersebut boleh dikombinasikan dengan ekivalen reaksi jangkar emd

untuk menentukan reaktansi sinkron d dan q-axis.

Dengan demikian, Xd = Xat + Xad = reaktansi sinkrin pada d-axis ... (2.50) Xq = Xat + Xaq = reaktansi sinkrin pada q-axis ... (2.51) Reaktansi leakage jangkar Xat sudah dianggap sama pada d-axis dan q-axis.

[image:62.595.111.501.359.533.2]

a. diagram fasor dua reaksi generator sinkron b. Versi yang disederhanakan

Gambar 2.31 Diagram fasor dua reaksi generator sinkron disederhanakan Jadi yang perlu diingat dan dicatat perbedaan metode emf dengan metode dua

reaksi, metode emf memperkenalkan konsep reaktansi sinkron (Xs) yang dihitung untuk seluruh reaktansi jangkar, sedangkan metode dua reaksi memperkenalkan

konsep dua reaksi, satu diasosiasikan dengan d-axis komponen dari mmf jangkar,

dan satu lagi dengan q-axis komponen mmf jangkar.

(63)

49 Ef = Vt + Ia.R + j . Id . Xd + j . Iq . Xq ... (2.52)

Dalam menggunakan diagram fasor gambar 2.30 arus jangkar I, harus

diselesaikan dalam komponen d-axis dan q-axis. Prosedur ini seperti yang telah

dianalisa dalam mengambil persamaan dimana diproleh harga Ef. Dengan demikian, pengaturan tegangan untuk generator sinkron salient pole dapat dicari

[3].

Dimana:

Vt = Tegangan Terminal R = Tahanan jangkar Xq = Reaktansi q-axis Ef = Tegangan Induksi Id = Arus pada d-axis Xd = Reaktansi d-axis Ia = Arus Jangkar Iq = Arus pada q-axis

1. Menghitung Xd

Pengukuran reaktansi sinkron pada d-axis (Xd), dapat ditentukan dari test beban nol dan test hubung singkat. Dimana persamaannya adalah :

�� = ������������ℎ���������������������������������������������������������������� ……. (2.53)

2. Menghitung Xq

Sedangkan untuk mengukur reaktansi sinkron pada q-axis (Xq) dapat ditentukan dengan beberapa cara, yakni:

• Dengan metode test slip

• Test arus lagging maksimum

a. Dengan metode test slip

(64)

50 Kumparan medannya, tetap dibiarkan dalam keadaan terbuka, kemudian

kumparan jangkar dihubungkan ke sumber tegangan yang direduksi 20% bsampai

40% dari harga ratingnya, dan rate frekuensinya dipengaruhi melalui terminal

jangkar. Pada kondisi ini kecepatan relatif konstan antara kutub medan dengan

mmf jangkar, adalah sama dengan perbedaan antara kecepatan sinkronnya dengan

kecepatan rotornya. Sehingga dikenal juga dengan test slip. Pada suatu keadaan

dimana bentuk gelombang mmf jangkar segaris dengan sumbu kutub medan.

Maka reluktansi yang diberikan oleh mmf jangkar adalah minimum, dan pada

keadaan ini tegangan terminal jangkar sefasa dibagi oleh arus yang dihasilkannya,

[image:64.595.220.404.358.575.2]

akan memberikan harga Xd.

Gambar 2.32 Osilograph Test Slip

Setelah ¼ siklus gelombang slip, bentuk gelombang mmf jangkar berada pada

q-axis , dimana reluktansinya yang yang dihasilkan mmf jangkar adalah

maksimum. Pada keadaan ini perbandingan antara tegangan terminal jangkar

perfasa dengan hubungannya arus jangkar perfasa akan memberikan harga Xq.

(65)

51

�� =������������ �������������������������������������������� (����� (����)) ……….(2.55)

Karena tegangan terminal jangkar yang digunakan adalah kecil (tidak

menghasilkan harga saturasi), maka harga reaktansi yang ditentukanpun harga

yang belum mencapai saturasi.

Dalam test ini harga slip dibuat sekecil mungkin sehingga harga yang diperoleh

kurang sesuai, karena harga reaktansi yang diperoleh tergantung dari kejenuhan

inti dan slip. Dengan demikian test ini hanya cocok digunakan untuk menentukan

perbandingan antara Xd dan Xq. Jadi harga Xd yang digunakan adalah dari test beban nol dan hubung singkat [3].

Maka Xq dapat dicari dengan :

Misalkan : Xd’ = reaktansi d-axis dari test slip Xq’ = reaktansi q-axis dari test slip

Xd = reaktansi d-axis dari test beban nol dan hubung singkat

Maka: �� �� =

��′

��′ …………..(2.56)

�� =��′

�′.��………

Gambar

Gambar 2.7 Sistem Eksitasi Menggunakan Generator Arus Searah
Gambar 2.8 Sistem eksitasi statis
Gambar 2.9 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Baterai
Gambar 2.10 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Permanen Magnet Generator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk merubah besarnya torsi awal yang dihasilkan motor induksi tiga fasa jenis rotor belitan agar dapat menggerakkan beban dan arus awal yang dihasilkan kecil, maka dapat

Bab ini membahas tentang konstruksi motor induksi tiga fasa, prinsip kerja, rangkaian ekivalen motor induksi, serta arus dan daya pada motor induksi, Faktor daya, Torsi

ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR SINKRON 3 FASA DENGAN MENGGUNAKAN METODE.. POTIER DAN METODE

Dalam Tugas Akhir ini dibahas mengenai analisis perbandingan penentuan regulasi tegangan generator sinkron 3 fasa dengan menggunakan metode potier dan metode new asa,

Manfaat penelitian ini adalah diperolehnya hasil dari dua metode yang berbeda untuk menentukan tegangan sumber (Ef) generator sinkron sehingga diproleh hasil

Arus magnetisasi ( � ) yang dibutuhkan dapat dicari dengan mengoperasi mesin induksi sebagai motor induksi pada keadaan tanpa beban dan mengukur tegangan statornya sebagai

Gambar 4.2 Kurva Perbandingan Cos θ dengan Regulasi Tegangan Motor Induksi Sebagai Generator Induksi Tiga Fasa Keluaran Satu

Pada pengujian ini dilakukan pengujian plant secara close loop, dimana pada percobaan ini tegangan output diharapkan dapat tetap konstan pada saat beban berubah,