• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH EVOLUSI MANUSIA ANTHROPOGENESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEJARAH EVOLUSI MANUSIA ANTHROPOGENESIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH EVOLUSI MANUSIA (ANTHROPOGENESIS)

Oleh : Ukhti Wulung Pertiwi

(Kelas Evolusi A)

Charles Darwin sempat membuat heboh dunia ilmu pengetahuan dengan pernyatannya bahwa manusia berasal dari Kera. Pernyataan tersebut memang kontroversial, namun bila ditinjau lebih jauh, ternyata teori ini hampir benar. Bukannya kera berubah menjadi manusia, namun kera dan manusia memang berkerabat karena berasal dari satu nenek moyang, yang mengambil jalan evolusi yang terpisah jutaan tahun lalu.

PRIMATA

Primata (English: Primates) adalah ordo hewan tingkat tinggi dari kelas Mammalia. Bangsa ini terdiri lebihdari 350 spesies yang terbagi dalam 15 family. Sesuai dengan judul notes ini, primata menempati tinglatan evolusi tertinggi, karena terdapat manusia di dalamnya (Delson, dkk., 2000).

Ciri-ciri utama dari primata adalah Ibu jari yang berlawanan arah, volume otak yang besar dan pandangan mata yang fokus ke depan. Ya, tidak seperti makhluk vertebrata non-predator lainnya, primata memiliki sudut pandangan yang sempit. Konsekuensinya, primata dapat melakukan perhitungan jarak yang akurat yang sangat penting bagi hewan arboreal seperti mereka. Namun, mereka juga kehilangan kemampuan untuk melihat predator di sekitar mereka (Delson, dkk., 2000).

Salah satu ciri lainnya, pertumbuhan yang lambat serta ketergantungan anak pada induknya dalam masa yang cukup lama. Berbeda dengan mammalia lainnya, masa pertumbuhan primata untuk menjadi Dewasa kelamin cukup lambat, dan sampai saat itu, mereka akan tetap bergantung pada induknya. Hal ini dikarenakan anak-anak Primata perlu belajar banyak hal dari induknya sebelum mereka mandiri, mengingat volume otak mereka yang cukup besar,seperti manusia di sekolah. Hal ini juga menimbulkan hubungan sosial yang kompleks di dalam komunitas primata (Delson, dkk., 2000).

Pada awalnya, nenek moyang ordo ini mungkin adalah hewan arboreal kecil seperti tupai. Mereka kemudian mengalami tahapan evolusi yang cukup tinggi baik secara morfologis maupun sosial, hingga akhirnya terciptalah sebuah ordo besar yang terdiri atas hewan yang sering kita sebut sebagai Monyet, Kera, Lemur, Capuchin, Kukang atau Tarsius (Delson, dkk., 2000).

Primata di Indonesia

Indonesia memiliki banyak sekali spesies primata yang tersebar dari sabang sampai marauke. Mulai dari Orangutan Sumatra di Sumatra, Jenis-jenis Monyet Daun (Leaf-monkey) di Kalimantan, Monyet-kantung pipi/ Makaka (Macaquez) di Sulawesi, Hingga si imut Tarsius/Tangkasi di Papua. Klasifikasi primata cukup sulit untuk dimengerti. Maka itu, dalam notes ini, saya membagi mereka dalam 2 golongan, yakni: (Delson, dkk., 2000).

1. Sub-Ordo Prosimian

Terdiri dari Tarsius, Loris (Kukang), Lemur dan Primata Primitif lainnya

(2)

Loris (kukang) tersebar di Asia Tenggara. Terdapat 2 macam Kukang: Kukang lambat dan Kukang langsing. Kukang lambat (Slow-loris) mendapat namanya dari gerakan mereka yang lambat, namun mereka juga dapat bertindak cepat bila diganggu. Kata loris berasal dari bahasa belanda yang artinya badut, karena bentuk mereka yang lucu. Ada yang mengatakan liur mereka beracun, karena saat digigit, anda bisa bengkak dan demam karenanya. Hal tersebut dikarenakan infeksi bakteri. Kukang lambat bisa dijumpai di Indonesia di Sumatra (Nycticebus coucang/Kukang sumatra) dan Jawa. Kukang Langsing (Slender loris) terdapat di sebagian besar tanjung malaya, termasuk Myanmar, Kamboja dan Thailand. Berbeda dengan slow-loris, slender loris tampak lebih langsing. Slow-loris dan Slender loris memakan Buah-buahan dan terkadang serangga. Keduanya memiliki cakar(yang tidak umum dimiliki primata) utnuk mebersihkan diri bernama Toilet claw.

Tarsius (Infraorder: Tarsius, Family: Tarsidae)

Tarsius terdapat di daerah Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Filipina. Hewan kecil ini memiliki ekor yang panjang sebagai pengendali gerakan ketika ia melompat. Keistimewaan lainnya, hewan ini dapat memutar kepalanya hingga 180 derajat.

Lemur (Infraorder:Lemur, Family: Lemuridae/ lemur biasa, Cheirogaleidae/Mouse lemur,lepimuridae/sportive lemur,Indridae/Indri)

Lemur hanya terdapat di Madagaskar. Merupakan primata tua diurnal (aktif di siang hari) dengan moncong yang panjang dan sudut pandang yang melebar. Mouse lemur/Dwarf lemur panjangnya kurang dari 30cm, sepeti tupai dengan ibu jari berlawanan. Sportive lemur cukup uniuk dengan cara berjalannya di tanah yang melompat-lompat menyamping. Lemur biasa lebih seperti primata modern. Aye-aye merupakan primata nocturnal yang lucu dengan jari tengahnya yang panjang, untuk mencari larva serangga di dalam batang pohon. Lemur biasa dan lemur sportive memilki sistem sosial yang unik, dimana setiap anggota kelompok saling bekerja-sama dalam melakukan kegiatan. (Eurasia-afrika). Terdiri atas satu family (Cerchopithecidae)yang dibagi lagi menjadi 2 sub-family: Monyet Daun (Colubidae) dan Makaka (Cerchopitecinae). Monyet Daun (leaf monkey) terdiri atas hewan yang kita sebut sebagai Lutung, Surili, dan Simpai. Tersebar luas di Asia tenggara. Seperti namanya, monyet daun memakan dedaunan sebagai makanan utama mereka. Sistem pencernaan mereka telah termodifikasi untuk mencerna serat daun. Beberapa spesies terdapat di Indonesia, seperti Lutung Jawa (Trachippitecus auratus), Lutung Perak (T. cristatus), Surili (Prebystis comata), Simpai (P. melalophos),Bekantan (Narsalis larvatus)dan lain-lain.

(3)

Jenis primata inilah yang sering di-eksploitasi oleh manusia untuk pertunjukan. Kebanyakan Makaka hidup di atas tanah atau di kanopi rendah, memakan biji-bijan dan umbi. Salah satu ciri khas dari kelompok ini adalah gigi taringnya yang panjang mengerikan. Beberapa spesies tersebar luas dari aceh hingga sulawesi, seperti Monyek Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Monyet hidung-babi atau beruk (M. fuscata), Monyet Sulawesi/ Yaki (M. niga ) dan lain-lain.

Kedua sub-family tersebut telah mengalami tingkatan evolusi yang cukup signifikan yang menunjukan ciri-ciri primata modern, seperti sudut pandang yang sempit/fokus dan jari yang berkuku, bukan bercakar. Mereka juga mengalami evolusi kebiasaan, mereka berpindah dari satu kanopi ke kanopi lain dengan cara Leaping atau melompat. Berbeda dengan cara melompat tarsius, cara melompat mereka lebih terarah dengan perhitungan jarak yang akurat. Mereka juga memiliki sistem sosial yang unik dimana setiap kelompok di pimpin oleh pejantan alfa dan banyak betina dan remaja/juvenile. Sementara itu para pejantan yang belum memiliki kelompok tergabung dalam kelompok bujang.

Monyet Dunia baru (Pravorder: Platyrrhinii)

Monyet Dunia baru berasal dari dunia baru (Amerika). Terdiri atas monyet-monyet kecil hingga sedang dengan ciri khas hidung yang melebar. Berbeda dengan Monyet Dunia-lama dengan pembatas hidung yang tipis sehingga lubang hidung mengarah ke bawah, Monyet dunia baru memiliki pembatas hidung yang lebar sehingga lubang hidung mengarah ke samping. Ciri lainnya, Monyet Dunia baru memiliki ekor yang dapat berpegangan pada ranting pohon, tidak seperti monyet dunia lama yang hanya berfungsi sebagai penjaga keseimbangan saat melompat. Semua monyet dunia baru memiliki gigi molar (geraham) 12, bukan 8. Kelompok ini juga memiliki sistem sosial monogami (memiliki satu pasangan seumur hidup), dan sistem ini juga ditemukan pada family Hylobatidae yang terpisah jauh di pedalaman Asia Tenggara.

Gibbons (family: Hylobatidae)

Gibbons atau owa-owa (English: Gibbon/Lesser Apes) merupakan family anthropoidae yuang cukup tersebar luas di Asia tenggara. Ciri khas family ini adalah lengan panjang untuk berayun-ayun dari satu kanopi ke kanopi lainnya. Ciri khas inilah yang menandakan tingkatan evolusi Kera (Bukan monyet!!) ini,dari leaping (melompat) menjadi Branchiating yakni berayun-ayun dari satu ranting ke ranting lain. Kera ini juga tidak berekor, menandakan bahwa mereka bersaudara dengan Great Apes atau kera besar. Untuk menunjang cara berayun-nya, kera ini juga merubah sistem persendiannya menjadi lebih lentur, yang juga terdapat pada seluruh family Primata tanpa ekor/ Kera.

Kera besar (family: Pongidae)

(4)

memperjelas ekspresi muka mereka yang berguna dalam kegiatan sosial. Ya, hewan ini merupakan hewan yang sangat sosial dan cerdas, dimana interaksi antar individu dilakukan dengan menunjukan ekspresi muka yang berbeda.

Family Hominidae

Terdiri atas Manusia modern dan Manusia purba, merupakan tingkatan tertinggi dalam evolusi primata. Di jaman sekarang, hanya tersisa 1 spesies dari family ini, yakni Homo sapiens. Tinggi bervariasi, ada yang kurang dari 1 meter, ada pula yang mencapai 2 meter lebih. Berjalan tegap, tungkai depan lebih pendek dari tungkai belakang. Ibujari kaki tidak menghadap ke belakang. Kulit hampir tidak tertutup bulu, memiliki variasi warna yang beragam

ZAMAN AUSTRALOPHITECUS

Perbedaan Loris, Tarsius, Lemur, Apes, Old World Monkey dan NewWorld Monkey

1. Loris : Primata dari sub ordo Prosimian, famili : Lorisidae ; memiliki liur beracun; 2. Tarsius : Primata dari sub ordo Prosimian, famili :Tarsidae; berekor panjang; dapat

melompat; dapat memutar kepalanya hingga 180 derajat.

3. Lemur : Primata dari sub ordo Prosimian, famili : Lemuridae; moncong yang panjang dan sudut pandang yang melebar; nokturnal; seperti primata tingkat tinggi. 4. Apes : Primata dari sub ordo Anthropoidea, famili : Hylobatidae yang merupakan

golongan New World Monkey (Monyet Dunia Baru); lengan panjang untuk

berayun-ayun dari satu kanopi ke kanopi lainnya; tidak berekor; adapun great apes merupakan genus yang paling dekat dengan manusia, dengan 99% gen yang mirip dengan gen manusia. Genus ini meiliki ukuran tubuh yang sedang dengan bulu hitam legam di hampir seluruh tubuh.

5. Old World Monkey : Primata dari sub ordo Anthropoide; berasal dari dunia lama (Eurasia-afrika); berpindah dari satu kanopi ke kanopi lain dengan cara Leaping atau melompat. Berbeda dengan cara melompat tarsius, cara melompat mereka lebih terarah dengan perhitungan jarak yang akurat.

(5)

1. Australopithecus afarensis

Australopithecus afarensis ("Lucy") adalah seekor hominid punah yang hidup sekitar 3,9 dan 2,9 juta tahun yang lalu. Tak jauh berbeda dengan Australopithecus africanus, A. afarensis memiliki tubuh yang ramping. Para ilmuwan mempercayai bahwa A. afarensis adalah nenek moyang dari Homo, yang juga berarti nenek moyang dari manusia modern, Homo sapiens (Jones, 2004).

Klasifikasi Australopithecus afarensis

(Johanson & White, 1978

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata

Kelas: Mammalia

Ordo: Primata

Famili: Hominidae Upafamili: Homininae Genus: Australopithecus Spesies: A. afarensis

Persebaran

(6)

Hadar, Ethiopia. Di sanalah fosil "Lucy", seekor A. afarensis betina, ditemukan. Tempat lain di mana fosil A. afarensis ditemukan adalah di Omo, Maka, Fejej, dan Belohdelie di Ethiopia, dan Koobi Fora dan Lothagam di Kenya. Lucy meninggalkan ketergantungan dari pohon dan memulai gaya kehidupan berbasis di tanah. Fosil baru menegaskan anggota spesies Lucy sudah bisa membuat jejak kaki sebelum 3.6 juta tahun lalu yang ditemukan dalam abu vulkanik yang mengeras di Laetoli, Tanzania. A. afarensis dianggap merupakan peralihan primata bipedal (Mckie, 2000).

2. Australopithecus africanus

Australopithecus africanus pertama kali ditemukan pada 1924 di Desa Taung, Bechunaland, oleh Raymond Dart. Setelah itu, ditemukan lagi di Strekfontein pada 1935, Makapansgat pada 1948, dan Gladysvale pada 1992. Bagian tubuh dari manusia kera ini yang ditemukan hanyalah fosil tengkorak kepala. Australopithecus africanus adalah spesies hominid awal yang diperkirakan hidup sekitar 2 atau 3 juta tahun lalu di era Pliosen. Sisa fosil yang temukan memperlihatkan bahwa Australopithecus africanus ini lebih menyerupai manusia modern daripada Australopithecus afarensis

Ciri-Ciri Australopithecus africanus :

 Umur: 3,0-2,3 juta tahun

 Makanan: buah, kacang, biji dan umbi akar

Tengkorak A. afarensis betina

Rekonstruksi A. afarensis

betina

Spesimen A. afarensis

(7)

 Daerah: Afrika Selatan

 Lingkungan: semak-semak di hutan kayu

 Perbedaan: dimorfisme

 Ukuran tubuh: Perempuan: 115 cm/3’9”, 30 kg/67 lbs, Laki-laki: 138 cm/4’6”, 41 kg/91 lbs.

 Memiliki tubuh yang ramping

 Australopithecus jantan lebih besar dalam ukuran tubuh. 20-40% lebih tinggi, 30-40% lebih berat dari perempuan.

 volume otaknya sama dengan Apes (435-530 cm3).

 Beberapa bagian posorbital terdesak.

 Gigi taring kecil dan tidak memiliki diastema.

 Gigi geraham depan bagian bawah mempunyai dua puncak.

 Lapisan email gigi tebal. Barisan gigi rata.

 Tangannya relatif panjang.

 Tulang jari-jarinya agak melengkung, rata-rata jari-jarinya panjang seperti pada manusia.

 Lumbar melengkung.

 Penyambung tulang pendek dan lebar.

 Penyambung tulang membelit ke arah samping.

 Batang lengan femur bersudut, ada pada lutut di atas kaki

ZAMAN HOMO

(8)

Homo heidelbergensis, Homo rhodesiensis, atau Homo antecessor dan bermigrasi keluar benua Afrika sekitar 50.000 sampai 100.000 tahun yang lalu, menggantikan populasi lokal Homo erectus, Homo Denisova, Homo floresiensis, dan Homo neanderthalensis.

Homo sapiens kuno, leluhur manusia modern secara anatomis, berevolusi antara 400.000 dan 250.000 tahun yang lalu. Bukti DNA terbaru menunjukkan bahwa beberapa haplotipe asal Neanderthal hadir di antara semua populasi non-Afrika; dan Neanderthal serta hominid lainnya, seperti Hominin Denisova mungkin telah berkontribusi hingga 6% dari genom mereka untuk manusia masa kini. Manusia beranatomi modern berevolusi dari Homo sapiens kuno di era pertengahan Paleolitikum sekitar 200.000 tahun yang lalu. Transisi ke perilaku modern dengan perkembangan budaya simbolik, bahasa, dan teknologi batu terjadi sekitar 50.000 tahun yang lalu menurut banyak antropolog meskipun ada beberapa antropolog meyakini perubahan kebiasaan tersebut terjadi bertahap dalam jangka waktu yang lebih lama.

3. Homo erectus

Hominid pertama yang meninggalkan Afrika menuju Eropa dan Asia adalah Homo erectus. Bukti menunjukkan bahwa Homo habilis Homo erectus diganti. Homo erectus adalah tentang ukuran manusia modern dan sepenuhnya disesuaikan untuk berjalan tegak. Otaknya jauh lebih besar daripada otak leluhurnya, tapi itu fitur yang memisahkannya dari manusia modern. Alat-alat Homo erectus yang lebih canggih dari alat-alat Homo habilis. Homo erectus mungkin yang pertama pemburu-pengumpul.

(9)

Penemuan fosil awal dari Jawa (dimulai pada tahun 1890-an) dan China (‘Peking Man’, dimulai pada tahun 1920) terdiri dari contoh klasik dari spesies ini. Umumnya dianggap telah menjadi spesies pertama yang telah berkembang di luar Afrika, Homo erectus dianggap sebagai spesies yang sangat bervariasi, tersebar di dua benua (itu tidak yakin apakah itu mencapai Eropa), dan mungkin spesies manusia awal terpanjang hidup – sekitar sembilan kali Selama spesies kita sendiri, Homo sapiens, telah ada.

 Tinggal: Utara, Timur, dan Afrika Selatan; Asia Barat (Dmanisi, Republik Georgia); Asia Timur (China dan Indonesia)

 Ketika Tinggal: Antara sekitar 1,89 juta dan 143.000 tahun yang lalu  Homo erectus hidup antara sekitar 1,89 juta dan 143.000 tahun yang lalu.

Tahun Penemuan: 1891

 Tinggi Badan: Berkisar dari 4 ft 9 in – 6 ft 1 in (145-185 cm)  Berat Badan: Berkisar 88-150 lbs (40-68 kg)

 Tinggi & Berat Informasi Tambahan: Ada sejumlah besar variasi dalam ukuran individu Homo erectus.

Berikut adalah beberapa pertanyaan masih belum terjawab tentang Homo erectus yang dapat dijawab dengan penemuan masa depan: Apakah Homo erectus nenek moyang langsung dari Homo sapiens, spesies kita sendiri? Data menunjukkan bahwa peningkatan ukuran tubuh, lebih mengandalkan sumber pangan hewani, dan peningkatan berbagai ukuran adalah bagian dari web faktor yang memfasilitasi penyebaran awal awal H. erectus dari Afrika. Adalah salah satu dari faktor-faktor ini lebih penting dari yang lain? Adalah fosil dari periode waktu sebelumnya di Afrika Timur, dan dari Georgia, semua bagian dari satu spesies (Homo erectus), regional variabel dalam ukuran dan bentuk? Atau ada Sejarah Penemuan:

Eugène Dubois, seorang ahli bedah Belanda, menemukan Homo erectus pertama individu (Trinil 2) di Indonesia pada tahun 1891. Pada tahun 1894, Dubois menamai spesies Pithecanthropus erectus, atau ‘tegak manusia-kera. “Pada saat itu,

Pithecanthropus (kemudian berubah menjadi Homo ) erectus adalah yang paling primitif dan terkecil berotak dari semua spesies manusia purba yang dikenal; ada fosil manusia purba bahkan telah ditemukan di Afrika belum.

Banyak fosil tidak dapat dikaitkan dengan laki-laki atau perempuan, sehingga kami menyajikan seluruh rentang ukuran di sini. Fosil-fosil dari Afrika menunjukkan ukuran tubuh yang lebih besar daripada yang dari China, Indonesia, dan Republik Georgia. Kita tidak tahu segala sesuatu tentang awal kami leluhur-tapi kita terus belajar lebih banyak. Ahli paleoantropologi yang terus-menerus di lapangan, menggali daerah baru, menggunakan teknologi inovatif, dan terus mengisi beberapa kesenjangan dalam pemahaman kita tentang evolusi manusia.

Sebenarnya beberapa spesies manusia purba yang diwakili oleh apa yang sekarang kita panggil Homo erectus? Seberapa baik Homo erectus menguasai kontrol api dan seberapa luas itu api yang digunakan? Apa yang dikatakan tentang kemungkinan pergeseran makanan dalam spesies ini? Apakah Homo erectus tumbuh dalam pola yang lebih mirip manusia dan tingkat, atau yang mirip kera yang lebih? Apakah Homo erectus yang pertama spesies manusia awal untuk mengalami

(10)

Homo habilis (dari bahasa Latin yang berarti "manusia yang pandai menggunakan tangannya") adalah sebuah spesies dari genus Homo, yang hidup sekitar 2,5 juta sampai 1,8 juta tahun yang lalu pada masa awal Pleistocene. Definisi untuk spesies ini pertama kali diungkapkan oleh Jonassen Leakey, yang menemukan fosil spesies ini di Tanzania, Afrika Timur, antara tahun 1962 dan 1964. Homo habilis diperkirakan merupakan spesies dari genus Homo yang pertama kali muncul di bumi. Penampilan dan morfologi H. Habilis memiliki berbagai kemiripan dengan

semua manusia paling modern di genus Homo (kecuali, mungkin, Homo rudolfensis). Homo habilis memiliki tubuh yang pendek dengan lengan yang lebih panjang dari manusia modern. Diperkirakan spesies ini adalah keturunan dari hominid australopithecine. Homo habilis memiliki cranial capacity kurang dari setengah kapasitas manusia modern. Meskipun masih memiliki bentuk seperti-kera (ape-like), H. habilis diperkirakan telah mampu menggunakan peralatan primitif yang terbuat dari batu; hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peralatan-peralatan dari batu di sekitar fosil mereka. (misalnya peralatan yang ditemukan di Olduvai Gorge, Tanzania dan Lake Turkana, Kenya) (Lewin, 2005).

Homo habilis diduga merupakan nenek moyang dari Homo ergaster, yang kemudian menurunkan spesies lain yang memiliki bentuk tubuh s eperti manusia, Homo erectus. Sampai saat ini masih diperdebatkan apakah H. habilis ini adalah nenek moyang dari manusia (Lewin, 2005).

Spesies: Homo habilis (Leakey et al, 1964)

5. Homo florensiensis

Homo floresiensis ("Manusia Flores", dijuluki Hobbit) adalah nama yang diberikan oleh kelompok peneliti untuk spesies dari genus Homo, yang memiliki tubuh dan volume otak kecil, berdasarkan serial subfosil (sisa-sisa tubuh yang belum sepenuhnya membatu) dari sembilan individu yang ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores, pada tahun 2001. Kesembilan sisa-sisa tulang itu (diberi kode LB1 sampai LB9) menunjukkan postur paling tinggi sepinggang manusia moderen (sekitar 100 cm) (Jacob, dkk., 2006).

Para pakar antropologi dari tim gabungan Australia dan Indonesia berargumen menggunakan berbagai ciri-ciri, baik ukuran tengkorak, ukuran tulang, kondisi kerangka yang tidak memfosil, serta temuan-temuan sisa tulang hewan dan alat-alat di sekitarnya. Usia seri kerangka ini diperkirakan berasal dari 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu (Jacob, dkk., 2006).

Klasifikasi ilmiah

Rekonstruksi Homo habilis

(11)

Kerajaan: Animalia

Spesies: Homo floresiensis (Brown et al., 2004)

Liang Bua, tempat ditemukannya sisa-sisa kerangka ini, sudah sejak masa penjajahan menjadi tempat ekskavasi arkeologi dan paleontologi. Hingga 1989, telah ditemukan banyak kerangka Homo sapiens dan berbagai mamalia (seperti makhluk mirip gajah Stegodon, biawak, serta tikus besar) yang barangkali menjadi bahan makanan mereka. Di samping itu ditemukan pula alat-alat batu seperti pisau, beliung, mata panah, arang, serta tulang yang terbakar, yang menunjukkan tingkat peradaban penghuninya (Jacob, dkk., 2006).

Kerja sama penggalian Indonesia-Australia dimulai tahun 2001 untuk mencari jejak peninggalan migrasi nenek moyang orang Aborigin Australia di Indonesia. Tim Indonesia dipimpin oleh Raden Pandji Soejono dari Puslitbang Arkeologi Nasional (dulu Puslit Arkenas) dan tim Australia dipimpin oleh Mike Morwood dari Universitas New England. Pada bulan September 2003, setelah penggalian pada kedalaman lima meter (ekspedisi sebelumnya tidak pernah mencapai kedalaman itu), ditemukan kerangka mirip manusia tetapi luar biasa kerdil, yang kemudian disebut H. floresiensis. Tulang-tulang itu tidak membatu (bukan fosil) tetapi rapuh dan lembap. Terdapat sembilan individu namun tidak ada yang lengkap. Diperkirakan, Liang Bua dipakai sebagai tempat pekuburan. Untuk pemindahan, dilakukan pengeringan dan perekatan terlebih dahulu (Jacob, dkk., 2006).

Individu terlengkap, LB1, diperkirakan adalah betina, ditemukan pada lapisan berusia sekitar 18.000 tahun, terdiri dari tengkorak, tiga tungkai (tidak ada lengan kiri), serta beberapa tulang badan. Individu-individu lainnya berusia antara 94.000 dan 13.000 tahun. Walaupun tidak membatu, tidak dapat diperoleh sisa material genetik, sehingga tidak memungkinkan analisis DNA untuk dilakukan. Perlu disadari bahwa pendugaan usia ini dilakukan berdasarkan usia lapisan tanah bukan dari tulangnya sendiri, sehingga dimungkinkan usia lapisan lebih tua daripada usia kerangka. Pendugaan usia kerangka dengan radiokarbon sulit dilakukan karena metode konservasi tulang tidak memungkinkan teknik itu untuk dilakukan (Jacob, dkk., 2006).

Perdebatan yang terjadi sempat memanas, bahkan sampai membuat Liang Bua dan beberapa gua di sekitarnya dinyatakan tertutup untuk peneliti asing. Sepeninggal Prof. Jacob (wafat 2007), lokasi penemuan kembali dapat diakses bagi penelitian (Jacob, dkk., 2006).

Pada bulan September 2007, para ilmuwan peneliti Homo floresiensis menemukan petunjuk baru berdasarkan pengamatan terhadap pergelangan tangan fosil yang ditemukan. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa Homo floresiensis bukan merupakan manusia modern melainkan merupakan spesies yang berbeda.

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia

(12)

Hal ini sekaligus menjadi jawaban terhadap tentangan sejumlah ilmuwan mengenai keabsahan spesies baru ini karena hasil penemuan menunjukkan bahwa tulang Homo floresiensis berbeda dari tulang Homo sapiens (manusia modern) maupun manusia Neandertal (Jacob, dkk.,2006).

Dua publikasi pada tahun 2009 memperkuat argumen bahwa spesimen LB1 lebih primitif daripada H. sapiens dan berada pada wilayah variasi H. erectus. Publikasi pertama yang dimuat di Anthropological Science membandingkan LB1 dengan spesimen H. sapiens (baik normal maupun patologis) dan beberapa Homo primitif. Hasil kajian morfometri ini menunjukkan bahwa H. floresiensis tidak dapat dipisahkan dari H. erectus dan berbeda dari H. sapiens normal maupun patologis karena mikrosefali.[7] Hasil analisis kladistika dan statistika morfometri terhadap tengkorak dan bagian tulang lainnya dari individu LB1 (betina), dan dibandingkan dengan manusia modern, manusia modern dengan mikrosefali, beberapa kelompok masyarakat pigmi di Afrika dan Asia, serta tengkorak hominin purba menunjukkan bahwa H. floresiensis secara nyata memiliki ciri-ciri berbeda dari manusia modern dan lebih dekat kepada hominin purba, sebagaimana dimuat dalam jurnal Significance.[8][9] Meskipun demikian, kedua kajian ini

tidak membandingkan H. floresiensis dengan kerangka manusia kerdil Flores yang menderita mikrosefali (Jacob, dkk., 2006).

6. Homo sapiens

Klasifikasi

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mamalia

Ordo: Primata

Famili: Hominidae

Upafamili: Homininae

Bangsa: Hominini

Genus: Homo

(13)

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan. Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua (Robins, 1991)

Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya (Robins, 1991)

Ciri-ciri Fisik

Dalam biologi, manusia biasanya dipelajari sebagai salah satu dari berbagai spesies di muka Bumi. Pembelajaran biologi manusia kadang juga diperluas ke aspek psikologis serta ragawinya, tetapi biasanya tidak ke kerohanian atau keagamaan. Secara biologi, manusia diartikan sebagai hominid dari spesies Homo sapiens. Satu-satunya subspesies yang tersisa dari Homo Sapiens ini adalah Homo sapiens sapiens. Mereka biasanya dianggap sebagai satu-satunya spesies yang dapat bertahan hidup dalam genus Homo. Manusia menggunakan daya penggerak bipedalnya (dua kaki) yang sempurna. Dengan adanya kedua kaki untuk menggerakan badan, kedua tungkai depan dapat digunakan untuk memanipulasi objek menggunakan jari jempol (ibu jari) (Jablonski dan Chaplin, 2000).

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Delson, E., I. Tattersall, J.A. Van Couvering & A.S. Brooks (eds.), ed. 2000. Encyclopedia of human evolution and prehistory (2nd ed.). Garland Publishing, New York.

Jablonski, N.G. & Chaplin, G. 2000. Evolusi pewarnaan kulit manusia." Catatan Teratur Evolusi Manusia 39 (2000) 57-106.

Jacob, T., E. Indriati, R. P. Soejono, K. Hsü, D. W. Frayer, R. B. Eckhardt, A. J. Kuperavage, A. Thorne, and M. Henneberg. 2006. Pygmoid Australomelanesian Homo sapiens skeletal remains from Liang Bua, Flores: Population affinities and pathological abnormalities. PNAS USA103: 13421–13426.

Jones, S. Martin; & R. Pilbeam (ed.) (2004). The Cambridge Encyclopedia of Human Evolution (8th ed.).Cambridge University Press. ISBN 0-521-46786-1: Cambridge.

Lewin, R. 2005. Human Evolution: An Illustrated Introduction. Wiley-Blackwell

Mckie, Robin. 2000. BBC – Dawn of Man: The Story of Human Evolution. Dorling Kindersley. ISBN0-7894-6262-1.

Referensi

Dokumen terkait

“Kisah ini pasti sudah kerap terdengar di telinga kita, sebagian masyarakat pada masa lalu mempercayai jika malam 1 Suro merupakan lebaran bagi makhluk gaib

n waktu de erbaikan tes s kepada pa aktu maksim permohonan at dan lokasi rtutup bagi maksimal n mahasisw hasiswa yan PETUNJ berkas-berka rtutup akan ruang, over daftar honor

bahwa guna menjamin ketersediaan pupuk dengan harga wajar sampai pada tingkat petani sebagai tindak lanjut Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 90 Tahun 2011 tentang Alokasi

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar

Sehingga asumsi yang menyatakan perubahan iklim yang mewujudkan timbulnya virus-virus baru seperti covid-19 karena disebabkan oleh pemanasan global yang akhirnya

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, banyak faktor yang mempengaruhi nilai informasi pelaporan keuangan antara lain : kompetensi sumber daya manusia, sistem

1) Melakukan penataan ruang aktivitas yang bertujuan untuk memperkecil dampak kerusakan habitat sumberdaya pesisir dan lautan. 2) Melakukan penataan alokasi lahan dan

Dalam pengembangan wilayah maupun dalam pertambangan, lereng dapat merupakan masalah terutama pada lereng rawan longsor. Untuk mengantisipasi keruntuhan lereng