ABSTRAK
MODEL PEMBELAJARANPROBLEM SOLVINGPADA MATERI
POKOK KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Oleh Andrian Saputra
menun-jukkan bahwa pembelajaran materi kesetimbangan kimia dengan modelproblem solvinglebih efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
MODEL PEMBELAJARANPROBLEM SOLVINGPADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
(Skripsi)
Oleh
ANDRIAN SAPUTRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MODEL PEMBELAJARANPROBLEM SOLVINGPADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Oleh
ANDRIAN SAPUTRA Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Prosedur pelaksanaan penelitian ... 32
2.
Rata-rataN-gainkemampuan berpikir kritisDAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9
B. ModelProblem Solving... 11
C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 13
D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 19
E. Konsep ... 20
F. Lembar Kerja Siswa ... 25
G. Kerangka Pemikiran ... .. 26
H. Anggapan Dasar ... 27
I. Hipotesis Umum ... 27
III. METODE PENELITIAN... 28
A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
B. Jenis dan Sumber Data ... 29
C. Metode dan Desain Penelitian ... 29
D. Variabel Penelitian ... 30
E. Instrumen Penelitian... 31
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 31
G. Analisis Data ... 32
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data... 38
B. Pembahasan ... 43
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 53
A. Simpulan ... 53
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
LAMPIRAN 1. Silabus dan Sistem Penilaian Kelas Eksperimen ... 59
2. Silabus dan Sistem Penilaian Kelas Kontrol ... 65
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 67
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 94
5. Lembar Kerja Siswa ... 100
6. SoalPretest ... 122
7. Rubrik Penilaian SoalPretest ... 124
8. SoalPostest ... 130
9. Rubrik Penilaian SoalPostest ... 135
10. Perhitungan ... 144
11. Data AktivitasOn TaskKelas Eksperimen ... 148
12. Data AktivitasOn TaskKelas Kontrol ... 154
13. Surat Izin Melaksanakan Penelitian ... 160
14. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 161
15. Daftar Hadir Seminar Proposal ... 162
16. Daftar Hadir Seminar Hasil ... 163
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Unsur-unsur kemaampuan berpikir kritis ... 15
2. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis... 17
3. Analisis konsep materi kesetimbangan kimia ... 21
4. Desain penelitian ... 30
5. KlasifikasiN-gain ... 33
6. Data kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen... 39
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka merubah keadaan mereka sendiri (Q.S. Ra’adu: 11)
Sesungguhnya kemarin adalah impian yang telah lewat, sementara esok adalah cita-cita yang indah dan sekarang adalahkenyataan yang sedang terjadi”
(Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni)
Merendahlah…engkau akan seperti bintang gemintang, yang berkilau dipandang orang dan sang bintang nun jauh tinggi ke angkasa. Janganlah engkau seperti
asap yang mengangkat diri tinggi ke atas namun sebenarnya ia rendah (Rahmat Abdullah)
Untukmu Ayah dan Ibu,
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ________________
Sekretaris: : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ________________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dra. Nina Kadaritna M.Si. ________________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. 196003151985031002
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya, didalamnya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya di atas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Bandar Lampung, Januari 2012
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya yang tak pernah henti engkau curahkan kepada hamba-Mu. Dengan kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:
1. Ayah dan Ibu. Terimakasih karena selalu mendoakanku, memberikan cinta, kasih sayang dan materi serta harapan atas keberhasilan studiku. Jerih payah dan kerja keras Ayah dan Ibu tidak akan terlupakan dan semoga Allah SWT berkenan membalas semua jasa dan pengorbananmu.
2. Kakakku dan Adikku yang selalu memberikan motivasi dan dorongan kepadaku. Semoga kesuksesan bisa kita raih untuk membahagiakan Ibu. 3. Sahabatku. Semoga Allah membalas budi baik kalian dan mari berjuang
Judul Skripsi : MODEL PEMBELAJARANPROBLEM SOLVINGPADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Nama Mahasiswa : Andrian Saputra Nomor Pokok Mahasiswa : 0813023016 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing
Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. Dr. Noor Fadiawati, M.Si. NIP 19660824 199111 2 002 NIP 19660824 199111 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Pandan pada tanggal 6 Desember 1990 sebagai putra kedua dari tiga bersaudara buah hati Ayah Sali Jalil, Alm. dan Ibu Rohima.
SANWACANA
Puji syukur hanyalah untuk-Mu Allah, Rabb semesta alam, yang senantiasa men-curahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “Model PembelajaranProblem SolvingPada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa” sebagaisalah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad SAW, seorang yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi penulis.
Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis haturkan kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. selaku Pembimbing I, terima kasih atas
kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi, meminjami segala fasilitas, sudi menjadi tempat berbagi.
4. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Pembimbing II, terima kasih atas kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi, meminjami segala fasilitas, sudi menjadi tempat berbagi.
5. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku Pembahas, terima kasih atas kritik dan saran untuk perbaikan skripsi, kesediaannya memberi bimbingan dan moti-vasi, meminjami segala fasilitas, sudi menjadi tempat berbagi.
6. Ibu Dra. M. Setyorini, M.Si., terima kasih atas bimbingan motivasi dan nasehatnya,
7. Bapak Drs. Sunyono, M.Si., terima kasih atas jurnal-jurnal ilmiahnya, serta dosen-dosen Program Studi Pendidikan Kimia lainnya, terima kasih atas ilmu yang telah kau bagi.
8. Segenap civitas akademik Jurusan Pendidikan MIPA.
9. Bapak Drs. Hendro Suyono selaku Kepala SMAN 9 Bandar Lampung, atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian. Terima kasih juga atas bimbingan dan masukannya.
10. Bapak Drs. Junaidi Ginting sebagai Guru Mitra atas waktu yang terluangkan yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. Terima kasih atas bimbingan saat tindakan kelas.
11. Bapak dan ibu dewan guru, staf TU SMAN 9 Bandar Lampung yang sudi menerima keberadaan penulis selama penelitian.
12. Ibu dan Ayah. Terima kasih atas restu dan doa yang tak henti-hentinya kau titipkan untuk kelancaran penelitian anakmu dan keberhasilan mengenyam studi ini.
13. Keluargaku, kak Eko, dek Juanda terima kasih atas semangat, dorongan, dan bantuan kalian.
14. Rekan-rekan seperjuanganku Mahfudz, Usep, Janwar, Diky, Devi, Vera, Susi, Titin, Agita, Sulas, Dita, Rina, Anggun, Ria, Ika, Hia, Esty, Elsa, Dela, Ena,
Qiqi, Indah, Khususiyah, Dena, Alan, Toro, Obed, Irma, Eti, Reli, Pipit, dan Joni terima kasih atas kesediaan kalian membantuku, semoga kita tetap solid dan tetap semangat.
15. Rekanku dan temanku di FPPI dan BIROHMAH, dimana pun kalian berada. 16. Murid-muridku pasukan XI IPA 5 dan XI IPA 6 SMAN 9 Bandar Lampung 17. Kakak dan adik tingkatku angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2009, 2010, dan
2011.
Akhirnya, penulis meminta maaf atas kesalahan ucap, tingkah yang menyakiti, dan prasangka yang kurang baik. Harapannya, semoga skripsi ini menjadi sebuah kenangan indah dan menjadi bahan rujukan penelitian selanjutnya. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, Oleh karena itu, diperlukan masukan oleh pembaca untuk perbaikan skripsi ini.
Bandarlampung, Januari 2012 Penulis,
Andrian Saputra
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun peradaban bangsa. Pendidikan yang berkualitas mencerminkan peradaban suatu bangsa juga berkualitas. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, dapat dikatakan bahwa dengan pendidikan, peserta didik tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan semata namun memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik agar dapat menjadi-kan mereka sebagai manusia yang mampu berpikir secara logis, kritis dan kreatif yang nantinya dengan kemampuan berpikir tersebut mereka dapat mengaplikasi-kannya di kehidupan nyata sehingga dapat memecahkan permasalahan di masya-rakat.
Untuk mencapai tujuan ini, terdapat beberapa aspek yang perlu dibenahi salah satunya adalah proses pembelajaran. Saat ini pendidikan di Indonesia memiliki banyak kelemahan pada berbagai sisi. Salah satu kelemahan pendidikan Indone-sia adalah pada beberapa sekolah, pembelajaran yang diterapkan masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Pada pembelajaran ini siswa cenderung hanya bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru, tanpa berusaha sendiri untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Mereka tidak dapat menjadi seorang pelajar mandiri yang dapat membangun konsep dan pemahamannya sendiri.
3
Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu sains yang memiliki karakteristik yang sama dengan IPA. Pembelajaran kimia di SMA dan MA memiliki tujuan dan fungsi tertentu, diantaranya adalah untuk memupuk sikap ilmiah yang mencakup sikap kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi, memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan dan fungsi tersebut maka diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah keterampilan berpikir kritis.
4
Namun, hingga saat ini kecakapan berpikir sebagian besar belum dilakukan secara terprogram oleh para guru di sekolah. Hal ini juga diperkuat dengan hasil pene-litian Rofi’udin (2000) yang menemukan bahwa terjadi keluhan tentang rendah-nya keterampilan berpikir kritis-kreatif yang dimiliki oleh lulusan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, penanganan kecakapan berpikir terutatama berpikir tingkat tinggi sangat penting diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran. Disamping itu, Basshamet al.(2007) menyatakan bahwa kebanyakan sekolah cederung menekankan kemampuan tingkat rendah dalam pembelajaran-nya. Siswa menyerap informasi secara pasif dan kemudian mengulanginya atau mengingatnya pada saat mengikuti tes. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa tidak memperoleh pengalaman untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dimana keterampilan ini sangat diperlukan untuk menghadapi kehidupan dan untuk berhasil dalam kehidupan (Redhana, 2007).
5
dan non contoh dari materi yang sedang dibahas. Tahap berikutnya siswa mem-buat jawaban sementara dari permasalahan. Melalui kegiatan ini, siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis yaitu mengemukakan hipotesis. Beri-kutnya siswa akan membuktikan kebenaran dari jawaban sementara tersebut. Pada tahap ini, siswa akan melakukan observasi, eksperimen, tugas, diskusi dan lain-lain untuk membuktikan jawaban sementara yang mereka kemukakan sehing-ga akan meningkatkan salah satu keterampilan berpikir kritis yaitu kemampuan untuk memberikan alasan. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk mengkomunikasikan hasilnya kepada siswa yang lain dan memberikan penjelasan mengapa siswa menjawab demikian sehingga dapat meningkatkan salah satu keterampilan berpikir kritis yaitu mengapa. Meskipun bukanlah model yang sama sekali baru, penerapan model tersebut mengalami kemajuan yang pesat di banyak sekolah dan perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu di negara-negara maju (Tan, 2003).
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana efektivitas model pembelajaranproblem solvingpada materi pokok kesetimbangan kimia untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaranproblem solvingyang efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu : 1. Siswa
Dengan diterapkannya modelproblem solvingdalam kegiatan belajar meng-ajar maka akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa karena siswa belmeng-ajar berdasarkan masalah dan temuannya sendiri.
2. Guru
Modelproblem solvingmerupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan produktif bagi guru.
3. Sekolah
7
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap istilah yang diguna-kan, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Modelproblem solvingyang digunakan pada penelitian ini adalah model problem solvingmenurut Depdiknas (2008) yaitu proses mental dan intelek-tual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Langkah-langkah model problem solving menurut Depdiknas (2008) adalah (a) ada masalah yang diberikan, (b) mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, (c) menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, (d) menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, dan (e) menarik kesimpulan
2. Siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6 SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 3. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti adalah keterampilan berpikir kritis
8
(contoh dan non contoh), dan (e) mengatur taktik dan strategi dengan indikator menentukan suatu tindakan yang berfokus pada sub indikator mendefinisikan masalah
4. Materi pembelajaran yang diberikan adalah kesetimbangan kimia dengan materi pokok konsep kesetimbangan dinamis, tetapan kesetimbangan dan stoikiometri kesetimbangan kimia serta pergeseran kesetimbangan (asas Le Chatelier)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) menyatakan bahwa:“Konstruktivisme merupakan salah satu aliranfilsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil kons-truksi (bentukan) kita sendiri”. Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat di-transfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mem-punyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya (Triyanto, 2007).
Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
10
pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaan-nya untuk selanjutperbedaan-nya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengeta-huannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain(selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben-tukan pengetahuannya.
Konstruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan memba-ngun pengetahuan dan pemahaman. Menurut Piaget dalam Rita L. Atkinson (1991) bahwa anak harus dipandang seperti seorang ilmuwan yang sedang men-cari jawaban dengan melakukan eksperimen terhadap dunia untuk melihat apa yang terjadi. Hasil dari eksperimen miniatur itu menyebabkan anak menyusun pengetahuannya sendiri. Piaget menyebutnya skema tentang bagaimana dunia fisik dan sosial beroperasi. Saat menemukan benda atau peristiwa baru, anak ber-upaya untuk memahaminya berdasarkan skema yang telah dimilikinya. Piaget menyebut hal ini proses asimilasi yaitu upaya anak untuk mengasimilasikan peris-tiwa baru ke dalam skema yang telah ada sebelumnya. Jika skema lama tidak cu-kup untuk mengakomodasi peristiwa baru, maka anak seperti layaknya seorang ilmuwan akan memodifikasi skema dan dengan demikian memperluas teori ten-tang dunia. Paradigma konstruktivisme oleh Jean Piaget melandasi timbulnya strategi kognitif yang disebut teorimeta cognition. Meta cognitionmerupakan keterampilan yang dimiliki oleh siswa-siswa dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya. Menurut Preisseisen (1985)meta cognitionmeliputi empat jenis keterampilan, yaitu:
11
2. Keterampilan pengambilan keputusan (decisión making), yaitu keteram-pilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengum-pulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alter-natif, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berda-sarkan alasan-alasan yang rasional.
3. Keterampilan berpikir kritis (critical thinking), yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya yang mencakup menganalisa argu-men, memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasio-nal, analisis asumsi, serta interpretasi logis.
4. Keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), yaitu keterampilan indi-vidu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: (1) penge-tahuan dibangun oleh siswa secara aktif, (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa belajar, (4) tekanan dalam pro-ses belajar lebih pada propro-ses bukan pada hasil akhir, (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan (6) guru adalah fasilitator.
B. ModelProblem Solving
12
tepat dan cermat. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri infor-masi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006).
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam proses pembelajaran dikemukakan oleh John Dewey (1920), yakni :
1. siswa menghadapi masalah, artinya dia menyadari adanya suatu masalah tertentu
2. siswa merumuskan masalah, artinya menjabarkan masalah dengan jelas dan spesifik
3. siswa merumuskan hipotesis, artinya merumuskan kemungkinan-kemungkinan jawaban atas masalah tersebut yang masih perlu diuji kebenarannya
4. siswa mengumpulkan dan mengolah data atau informasi
5. siswa menguji hipotesis berdasrkan data atau informasi yang telah dikumpulkan dan diolah
6. menarik kesimpulan berdasrkan pengujian hipotesis dan jika ujinya salah maka kembali ke langkah 3 dan 4 dan seterusnya
7. siswa menerapkan hasil pemecahan masalah pada situasi baru
Pemecahan masalah bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks daripada yang diduga. Pemecahan masalah memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi, meng-analisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesim-pulan, dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Untuk memecahkan masalah kita harus melokasi informasi, menampil-kannya dari ingatan lalu memprosesnya dengan maksud untuk mencari hubungan, pola, atau pilihan baru.
Langkah-langkah modelproblem solving(Depdiknas, 2008) yaitu meliputi : 1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari
13
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan kegiatan lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi (Nessinta, 2009).
C. Keterampilan Berpikir Kritis
14
proses mental untuk memperoleh pengetahuan. Walaupun demikian, aspek kog-nitif berkaitan dengan cara-cara bagaimana mengenal sesuatu seperti persepsi, penalaran, dan intuisi. Kemampuan berpikir menitikberatkan pada penalaran se-bagai fokus utama dalam aspek kognitif. Menurut Costa dalam Liliasari (2007) membagi keterampilan berpikir menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi. Berpikir kompleks atau tingkat tinggi dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Diantara proses berpikir tingkat tinggi, salah satu yang digunakan dalam pembentukan sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis. Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi permasalahan kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat bertindak lebih cepat. Seseorang di-katakan berpikir kritis, apabila ia mencoba untuk membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan menggunakan berbagai kriteria. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan.
Presseisen dalam Costa (1985) mengatakan bahwa berpikir kritis diartikan sebagai keterampilan berpikir yang menggunakan proses berpikir dasar, untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, me-mahami asumsi yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model
presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan.
”Ennis menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara
15
Terdapat enam komponen atau unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1989) yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada tabel 2.1.
Tabel 1. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis
No Unsur Keterangan
1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut.
2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat
mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir.
3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan
4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial). 5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau
pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan 6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang
telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.
Moore dan Parker (dalam Liliasari, 2011) menyatakan bahwa berpikir kritis memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1. Menentukan informasi mana yang tepat atau tidak tepat. 2. Membedakan klaim yang rasional dan emosional. 3. Memisahkan fakta dari pendapat.
4. Menyadari apakah bukti itu terbatas atau luas.
5. Menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam suatu argumentasi orang lain. 6. Menunjukkan analisis data atau informasi.
7. Menyadari kesalahan logika dalam suatu argumen.
8. Menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah dan informasi.
16
10. Membangun argumen yang meyakinkan. 11. Memilih data penunjang yang paling kuat. 12. Menghindari kesimpulan yang berlebihan.
13. Mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan informasi tambahan.
14. Menyadari ketidakjelasan.
15. Mengusulkan pilihan lain dan mempertimbangkannya dalam pengambilan keputusan.
16. Mempertimbangkan semua pemangku kepentingan atau sebagiannya dalam pengambilan keputusan.
17. Menyatakan argumen dan kontek untuk apa argumen itu. 18. Menggunakan bukti secara benar.
19. Menyusun argumen secara logis dan kohesif.
20. Menghindari unsur-unsur luar dalam penyusunan argumen.
21. Menunjukkan bukti untuk mendukung argumen yang meyakinkan. Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelom-pok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta stra-tegi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas indikator tersebut adalah:
1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen.
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan. 4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber.
5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10. Mengidentifikasi asumsi.
17
Tabel 2. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis
No Kelompok Indikator Sub Indikator
1
a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban c. Menjaga kondisi berpikir
Menganalisis argumen
a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi
kalimat-kalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi
kalimat-kalimat bukan bukan pertanyaan
d. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan e. Melihat struktur dari suatu
argumen
f. Membuat ringkasan Bertanya dan
menjawab pertanyaan
a. Menyebutkan contoh
b. Mengapa? Apa ide utamamu? Apa yang anda maksud..? Apa yang membuat perbedaan....?
2
a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan
kemenarikan konflik
c. Mempertimbangkan kesesuaian sumber
d. Mempertimbangkan reputasi e. Mempertimbangkan
penggunaan prosedur yang tepat
f. Mempertimbangkan resiko untuk reputasi
g. Kemampuan untuk memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati
Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi
a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan
c. Melaporkan hasil observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti
18
f. Menggunakan akses yang baik g. Menggunakan teknologi h. Mempertanggungjawaban
a. Siklus logika-Euler b. Mengkondisikan logika c. Menyatakan tafsiran Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
a. Mengemukakan hal yang umum
b. Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta
b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan akibat c. Menerapkan konsep yang
dapat diterima
d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
a. Membuat bentuk
definisi(sinonim, klasifikasi, rentang ekivalen, rasional, contoh, bukan contoh) b. Strategi membuat definisi c. Membuat isi definisi Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
a. Penjelasan bukan pernyataan b. Mengkonstruksi argumen
5
a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang mungkin
c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan
sementara
e. Mengulang kembali f. Mengamati penerapannya Berinteraksi
denganorang lain
a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi retorika d. Menunjukkan posisi, orasi,
19
Pada penelitian ini, indikator yang dikembangkan adalah
No Kelompok Indikator Sub Indikator
1 Memberikan dipercaya atau tidak
Kemampuan untuk memberikan alasan
3 Menyimpulkan menginduksi dan mempertimbangkan
membuat isi definisi (contoh dan non contoh)
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini merupakan hasil penelitian terkait model pembelajaranproblem solving :
1. Hasil penelitian Sulistiana (2008) yang menemukan bahwa model pembela-jaran paduanproblem solvingdan kooperatif tipe STAD dalam meningkat-kan keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA memberimeningkat-kan hasil yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Hasil penelitian Baer (1993) yang menemukan bahwa proses pembelajaran yang melatih siswa untuk memecahkan masalah (problem solving) dapat meningkatkan kecakapan berpikir kritis-kreatif siswa.
20
divergen, melakukan eksplorasi, semua ini dapat melatih keterampilan ber-pikir kritis siswa.
4. Hasil penelitian Widyastuti (2010) yang menemukan bahwa model pembela-jaranproblem solvingdapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis Siswa.
E. Konsep
20
Tabel 3. Analisis konsep materi kesetimbangan kimia. No Label Konsep Definisi Konsep Jenis
Konsep
Atribut Konsep Konsep
Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1. Kesetimbangan kimia
Keadaan yang ter-jadi saat reaksi maju sama dengan reaksi balik, dapat berupa reaksi homogen dan hete-rogen yang memi-liki suatu tetapan (harga K) dan dapat mengalami perge-Laju reaksi
maju sama dengan laju reaksi balik. Dapat
meng-alami perge-kimia yang secara makroskopis tidak terjadi reaksi, tetapi secara mikroskopis kan akan ter-urai menjadi gas NO2yang
berwarna cokelat. Seba-liknya bila gas NO2
21
No Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep
Atribut Konsep Konsep
Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
daan setim-bang, secara mikroskopis reaksi ini ber-langsung terus menerus 3. Kesetimbangan
homogen
Reaksi kesetim-bangan yang terdiri atas satu fase
Konsep abstrak
Kesetimbang an homogen Reaksi kese-timbangan bangan yang terdiri atas dua fase atau lebih
Konsep abstrak
Kesetimbang an heterogen Reaksi
kese-timbangan produk dan kon-sentrasi reaktan dipangkatkan dengan koefisien reaksinya yang
Konsep duk dan
22
No Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep
Atribut Konsep Konsep
Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
menghasilkan harga konstan pada suhu dan volum tetap.
sentrasi reak-tan dipang-katkan koefi-seian reaksi-nya.
Hasil perban-dingan
kons-6. Kc Tetapan
kesetim-bangan yang dinyatakan dengan konsentrasi spesi zat yang bereaksi
Konsep
7. Kp Tetapan
23
No Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep
Atribut Konsep Konsep
Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
8. Pergeseran kesetimbangan
Pergeseran arah kesetimbangan yang terjadi akibat sistem kesetim-bangan yang diganggu/diberi aksi berupa kon-sentrasi, tekanan dan volum, suhu, dan katalis, sebagai tindakan untuk mengurangi pengaruh aksi ter-sebut
25
F. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk me-nyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembe-lajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Menurut Ismail (2003), Lembar Ker-ja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengeta-huan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain: 1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar
2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep
3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar
4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran
5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran
6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar
7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis
26
1. LKS eksperimen
LKS eksperimen merupakan suatu media pembelajaran yang tersusun secara kronologis yang berisi prosedur kerja, hasil pengamatan, soal-soal yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang dapat membantu siswa dalam menemukan kon-sep klasifikasi zat, serta kesimpulan akhir dari praktikum yang dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan.
2. LKS non eksperimen
LKS noneksperimen digunakan untuk membantu siswa mengkonstruksi konsep pada submateri pokok yang tidak dilakukan praktikum.
G. Kerangka Pemikiran
27
dibuat. Pada tahap kelima yakni menarik kesimpulan, ketika siswa telah menda-patkan kesimpulan dari permasalahan diharapkan siswa dapat mengkomunikasi-kan hasilnya dengan yang lain dan memberimengkomunikasi-kan penjelasan sederhana dari data yang didapat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model pembelajaranproblem solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
H. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
Faktor - faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan berpikir kritis materi pokok kesetimbangan kimia siswa kelas XI semester ganjil SMA Negeri 2 Bandar Lampung TP 2011-2012 pada kedua kelas diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.
I. Hipotesis Umum
Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum dengan perumusan sebagai berikut:
28
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 192 siswa. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:
a. Siswa-siswa tersebut merupakan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Bandar Lampung.
b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester ganjil. c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan kurikulum
yang sama (KTSP), dan jumlah jam belajar yang sama (enam jam pelajaran dalam setiap minggu).
2. Sampel
29
solving, sedangkan kelas berikutnya adalah kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan pertimbangan dari peneliti dan guru mitra maka diambil 2 kelas sampel yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6 kemudian ditentu-kan kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 6 sebagai kelas kontrol.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif. Data primer yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pre-test), hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (postest) siswa dan data aktivitason task.
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebutpretestdan sesudah perlakuan disebut postest. Kegiatan dalam tahap pelaksanaan ini meliputi:
a. Pelaksanaan pretes untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis awal siswa. Soalpretestterdiri dari 10 soal essay
b. Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal penyajian materi pokok dan dilaksanakan dalam rentang waktu yang telah ditentukan.
30
2. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakanNon Equivalence Pretest-Postest Control Group Design (Creswell, 1997). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu :
Tabel 4. Desain penelitian
Pretest Perlakuan Postest
Kelas kontrol O1 X1 O2
Kelas eksperimen O1 X2 O2
O1adalahpretestyang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O2adalahpostest yang diberikan setelah diberikan perlakuan. X1adalah pembelajaran konvensional dan X2adalah perlakuan berupa penerapan modelproblem solving. Soal pada pre-tesdanpostestberbeda tetapi indikator yang diukur pada masing-masing nomor sama.
D. Variabel Penelitian
31
E. Instrumen Penelitian
Adapun bentuk instrumen penelitian yang digunakan adalah :
1. Soalpretestdanpostestyang masing-masing berisi 10 soal essay 2. Lembar observasi aktivitas siswa.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan
a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 9 Bandar Lampung untuk melaksanakan penelitian.
b. Peneliti menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas. 2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan, peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen tes.
32
Analisis konsep-konsep pada materi kesetimbangan kimia
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Validasi instrumen
• Rencana pembelajaran problem solving
• Pembuatan kisi-kisi butir soal • Butir soal tes
Pembelajaran konvensional Problem Solving
Pretest Pretest
Validasi instrumen • Rencana pembelajaran
konvensional
• Pembuatan kisi-kisi butir soal • Butir soal tes
Postest Postest
Analisis data
Kesimpulan
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini:
Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
G. Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
Skorpretestdanpostestdirumuskan sebagai berikut:
33
Data yang diperoleh kemudian dicarigainternormalisasinya kemudian dianalisis menggunakan uji homogenitas dua varians.
1.Gainternormalisasi
Setelah sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasilpretest danpostest, dianalisis untuk mengetahui besarnya perolehan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Meltzer besarnya peroleh-an dihitung dengperoleh-an rumusnormalized gain, yaitu :
N-gain
=
...(2)Hasil perhitunganN-gainkemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake seperti terdapat pada tabel berikut:
Tabel 5. KlasifikasiN-gain( g )
DataN-gainternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya kemudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.
2. Hipotesis Statistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Hipotesis :
1. Berpikir kritis
H0 : rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok kesetim-bangan kimia yang diterapkan model pembelajaranproblem solvinglebih
Besarnya g Interpretasi
g > 0.7 Tinggi
0,3 < g≤0,7 Sedang
34
rendah atau sama dengan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran konvensional.
H0: µ1x≤µ2x
H1 : rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok kesetim-bangan kimia yang diterapkan model pembelajaranproblem solvinglebih tinggi dari pada rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa dengan pembe-lajaran konvensional.
H0: µ1x> µ2x Keterangan :
µ1 : rata-rata keterampilan berpikir kritis dengan pembelajaran menggunakan modelproblem solving.
µ2 : rata-rata keterampilan berpikir kritis dengan pembelajaran konvensional x : keterampilan berpikir kritis
3. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian ber-awal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilaku-kan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut: H0= 2 2
1 2
σ =σ (data penelitian mempunyai variansi yang homogen)
H1= 2 2
1 2
σ ≠σ (data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen) Untuk menguji kesamaan dua varians dalam Sudjana (2002)
35
Kriteria : Pada taraf 0,05, tolak H0hanya jika F hitung≥F ½α(υ1,υ2)
Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak, maka Fhitung dikon-sultasikan dengan Ftabel menggunakanα= 5 % dengan dk pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut = banyaknya data yang terkecil diku-rangi satu. Jika Fhitung< Ftabelmaka H0diterima. Yang berarti kedua kelompok ter-sebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.
4. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perlakuan terhadap sampel dengan melihatN-gainternormalisasi keterampilan berpikir kritis kesetimbangan kimia yang lebih tinggi antara pembelajaran dengan modelproblem solvingdengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 9 Bandar Lampung.
Rumusan hipotesis
H0 : rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok kesetim-bangan kimia yang diterapkan model pembelajaranproblem solvinglebih rendah atau sama dengan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran konvensional.
H1 : rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok kesetim-bangan kimia yang diterapkan model pembelajaranproblem solvinglebih tinggi dari pada rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa dengan pembe-lajaran konvensional.
36 thitung= koefisien t
1
X =N-gainrata-rata kelas eksperimen
2
X =N-gainrata-rata kelas kontrol s2 = varians
n1 = jumlah siswa kelas eksperimen n2 = jumlah siswa kelas kontrol
2 1
s = varians kelas eksperimen
2 2
s = varians kelas kontrol
Dengan kriteria pengujian: terima H0jika t< t1-αdengan derajat kebebasan d(k) = n1+
n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).
Namun jika kedua sampel berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka penguji-an menggunakpenguji-an uji statistik parametrik, yaitu melalui uji-t’ dengpenguji-an rumus perhi-tungan (Sudjana, 2002):
37
Keterangan:
1
X = Nilai rata-rata kelas eksperimen
2
X = Nilai rata-rata kelas kontrol n1= Jumlah siswa kelas eksperimen n2= Jumlah siswa kelas kontrol
2 1
s = varians kelas eksperimen
2 2
s = varians kelas kontrol
Dengan kriteria pengujian: tolak H0jikat’≥ dan terima H0jika terjadi sebaliknya, dengan :
= ; =
= , ( ) dan = , ( )
54
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pembelajaran dengan modelproblem solvinglebih efektif untuk
mening-katkan keterampilan berpikir kritis siswa daripada dengan pembelajaran konvensional
2. Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dengan sub indikator mengapa, kemampuan untuk memberikan alasan, mengemukakan hipotesis, membuat isi definisi (contoh dan non contoh), dan mendefinisikan masalah pada materi pokok kesetimbangan kimia yang diberi pembelajaran menggunakan model problem solvinglebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pembelajaran konvensional pada siswa SMA Negeri 9 Bandar Lampung.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Lemari asam sangat diperlukan untuk membelajarkan materi kesetimbangan kimia sehingga diharapkan kepada setiap sekolah menengah atas untuk memiliki lemari asam.
54