• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGENDALIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGENDALIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh:

ReskyPradhanaRomli

Kualitas udara di Kota Bandar Lampung semakin memprihatinkan, dari hasil pengujian sampel udara di empat ruas jalan padat kendaraan yang dilakukanoleh BPLH, DinasPerhubungan, dan Polresta ditemukan bahwa polusi udara sudah melebihi baku mutu udara ambein yang telahditetapkan dalam Lampiran I PP no 41 tahun 1999 yang berdampak pada memburuknya kualitas kesehatan masyarakat Kota Bandar Lampung. Polusi ini 80% disumbangkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung, sisanya disumbangkan oleh Limbah Pabrik sebesar 10%, dan limbah lainnya sebesar 10%. Dalam skripsi ini peneliti merumuskan masalah menjadi bagaimanakah pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung dan apa faktor-faktor penghambat dalam pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif empiris, dimana peneliti turun lapangan dan mensinkronisasi dengan teori dan undang-undang terkait yang menjadi dasar hukum penelitian ini diantaranya UU no 32 tahun 2009, UU no 22 tahun 2009, dan PP no 41 tahun 1999.

Dari hasil enelitian yang dilakukan pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung baik secara preventif dalam bentuk Program Langit Biru, Ruang Terbuka Hijau, Pengujian KendaraanBermotor, Kendaraan Berorientasi Transit maupun bentuk pengendalian secara represif dalam bentuk Pengujian Emisi Gas Buang secara acak di empat ruas jalan padat kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung masih sangat lemah sehingga menyebabkan terus meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor. Beberapa faktor yang menghambat dalam pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain karena kurangnya sosialisasi mengenai emisi gas buang, kurangnya sarana, fasilitas pendukung pengujianemisi gas buang kendaraan bermotor, dan tidak adanya tindaklanjut dalam pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung.

(2)

ABSTRACT

CONTROLOVER GAS EMISSION VEHICLES IN CITYOF BANDAR LAMPUNG

by:

RESKY PRADHANA ROMLI

Air quality in the city of Bandar Lampung is increasingly of concern, from the results of testing air samples in four solid road vehicles are carried out by the Department of transportation, BPLH, and Polresta found that air pollution has exceeded the air quality standard that has been established in ambein Annex I PP No. 41 of 1999 which resulted in the worsening of the quality of public health city of Bandar Lampung. This pollution 80% contributed by motor vehicle exhaust emissions in the city of Bandar Lampung, the rest was donated by Factory Waste by 10%, and other wastes by 10%. In this thesis the researcher formulates the problem becomes how does the control of motor vehicle exhaust emission in the city of Bandar Lampung and what barrier factors in the control of motor vehicle exhaust emission in the city of Bandar Lampung.

Approach used in this research is normative empirical, where researcher falling pitch and synchronize with theory and the Act of related that be legal basis this research are Act no.32 2009, Act no.22 / 2009, and Government Regulation No 41 1999.

From the results of research conducted by control gas emissions vehicles in city lampung both in preventive in the form of the blue sky program green open space, road-worthy test, vehicle oriented transit or form in repressive control in the testing gas emissions at random on four lanes solid vehicles in city lampung still very weak thus causing continued rise gas emissions motor vehicles. Several factors that inhibits in the control of exhaust gas emissions a motor vehicle among others due to lack of socialization regarding gas emissions, a lack of facilities, supporting facilities testing gas emissions motor vehicles, and the absence of a follow-up in the control of exhaust gas emissions a motor vehicle in the city of lampung.

(3)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tingkat pencemaran udara di Indonesia semakin memprihatinkan. Studi Bappenas

pada tahun 2010 melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat polusi

udara tertinggi ketiga di dunia. World Bank juga menempatkan Indonesia menjadi

salah satu negara dengan kadar polutan/partikulat tertinggi setelah China, India dan

Mexico. Pencemaran udara menjadi penyebab penyakit akut dan kronis pada

kesehatan manusia (WHO, 2000).Dalam lingkungan perkotaan dan terutama di

daerah yang kepadatan penduduk dan lalu lintas relatif tinggi, manusia yang terpapar

zat berbahaya secara signifikan meningkat. Hal ini sering terjadi di dekat jalur lalu

lintas sibuk di pusat kota, dimana situasi perkotaan dapat berkontribusi pada

penciptaan kondisi dispersi udara buruk dari tempat kontaminasi pencemaran udara

(Sotiris et al, 2003). Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang

terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran

pernapasan.Bukan hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini menempati urutan

pertama dalam pola penyakit diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga

meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan kanker paru-paru.

Kita semua sepakat bahwa udara yang bersih dan sehat sangatlah dibutuhkan oleh

setiap manusia dalam beraktivitas.Namun saat beraktivitas, manusia justru

melepaskan berbagai emisi atau zat yang berpotensi untuk mencemari

(4)

listrik, menghisap rokok, membakar sampah, dan lain sebagainya. Bahkan setiap

barang yang digunakan maupun dikonsumsi manusia juga menghasilkan emisi pada

saat proses produksi maupun distribusinya. Akibat yang ditimbulkan berbagai emisi

yang terus menerus dilepaskan ke udara berpotensi menyebabkan terjadinya

pencemaran udara.

Di kota-kota yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi dan arus lalu lintas

kendaraan yang tinggi pula, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber

polusi udara mencapai 60-80%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap

industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain,

misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll.

Sesuai fungsinya sebagai tempat pemusatan dan distribusi pelayananjasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi, maka di kawasan perkotaandi

Indonesia terjadi pemusatan penduduk dan aktivitasnya.Hal ini

menyebabkankemungkinan terjadinya pencemaran udara di kawasan tersebut sangat

besar.Salah satuaktivitas yang berpotensi menjadi sumber pencemar utama di

kawasan perkotaan adalahtransportasi, bila meningkatnya kebutuhan pergerakan

penduduk di kawasan tersebutterus dipenuhi dengan kendaraan bermotor.Salah satu

aktivitas yang berpotensi menjadi sumber pencemar utama di kawasan perkotaan

adalah transportasi, bila meningkatnya kebutuhan pergerakan penduduk di kawasan

(5)

Salah satu aktivitas yang berpotensi sebagai sumber pencemar utama di

kawasanperkotaan adalah transportasi.Namun, transportasi merupakan aspek penting

yangmendukung pertumbuhan ekonomi kawasan perkotaan.Sesuai fungsinya, di

kawasanperkotaan terjadi pertukaran barang, keahlian, ide, budaya, spiritual dan

lainnya, yangsemuanya memunculkan kebutuhan pergerakan. Berpindahnya orang

atau barang darisatu tempat ke tempat lain untuk mencapai suatu tujuan tersebut yang

didefinisikansebagai transportasi (Morlok, 1978).

Transportasi dapat dilakukan dengan beragam cara, mulai dari berjalan kaki,naik

sepeda atau kendaraan tak bermotor lainnya, sepeda motor, mobil pribadi, taksiatau

angkutan umum. Transportasi dengan menggunakan kendaraan bermotor

dapatmencemari udara bebas dengan emisi gas buangnya.Tapi justru transportasi ini

yang semakin banyak digunakan di kawasanperkotaan.Meningkatnya penggunaan

kendaraan bermotor di kawasan perkotaan tercermindari pemandangan antrian

panjang kendaraan bermotor yang semakin seringdijumpai. Tidak hanya di kota

metropolitan, kemacetan juga terjadi di beberapa kotabesar di Indonesia.

Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor tersebut sudah pasti berdampak pada

peningkatankebutuhan ruas jalan dan penurunan kualitas udara sebagaimana dapat

dilihat pada gambar 1 dibawah ini:

(6)

Aktivitas manusia Jumlah kendaraan meningkat Emisi meningkat

Sumber:Pedoman Rancangan Strategi Pengendalian Emisi Dari Sektor Transportasi Jalan di Kawasan Perkotaan KemenLH Tahun 2009

Data statistik menunjukkan jumlah kendaraanbermotor di Indonesia bertambah secara

eksponensial.Dalam 20 tahun terakhir, total jumlah kendaraan bermotor menjadi

hampir enam kali lipat.Laju pertumbuhannyalebih cepat daripada pertumbuhan

penduduk Indonesia.Pertumbuhan paling cepatterjadi untuk kategori sepeda motor

dan mobil. Secara rata-rata tingkat kepemilikan sepeda motor kendaraan bermotor

meningkat dari sekitar 34 sepeda motor per 1000 penduduk pada tahun 1990 menjadi

130 pada tahun 2005. Sementaramobil meningkat dari sekitar 7 menjadi 25 unit per

1000 penduduk.

Pertumbuhan laju kendaraan yang pesat ini menimbulkan

permasalahan-permasalahan baru, antara lain kemacetan dan menurunnya kualitas udara perkotaan.

Pada gambar dibawah ini dapat dilihat perkembangan jumlah kendaraan bermotor di

(7)

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Kendaraan di Indonesia

Sumber:Pedoman Rancangan Strategi Pengendalian Emisi Dari Sektor Transportasi Jalan di Kawasan Perkotaan KemenLH Tahun 2009

Bertambahnya jumlah kendaraan di Indonesia sejak tahun 1987 sekitar 8.700.000 unit

untuk sepeda motor, menjadi 48.200.000 unit dalam kurun waktu 10 tahun terhitung

sejak tahun 1997 sampai 2007. Bertambahnya kendaraan bermotor ini menyebabkan

(8)

masyarakat dalam suatu wilayah perkotaan.Akibatnya selain kemacetan yang terjadi,

emisi gas yang dikeluarkan oleh kendaraan menyebabkan kebersihan udara menjadi

semakin berkurang dan tercemar seperti yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3. Penurunan kualitas udara akibat pertambahan kendaraan bermotor

Sumber:Pedoman Rancangan Strategi Pengendalian Emisi Dari Sektor Transportasi Jalan di Kawasan Perkotaan KemenLH Tahun 2009

Penyebaran penduduk Indonesia yang terpusat di kawasan perkotaan akanmendorong

perilaku yang sama terhadap penyebaran kendaraan bermotor. Apalagitingkat

kepemilikan kendaraan bermotor di kawasan perkotaan bisa jadi lebih tinggidaripada

rata-rata nasional.Meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor juga tercermin dari

pemakaian bahan bakar minyak (BBM) oleh sektor transportasi juga turut

meningkat.Peningkatan total pemakaian BBM sektor transportasi mencapai lebih dari

(9)

pemakaianBBM sektor transportasi tersebut digunakan oleh transportasi

darat.Pemakaian BBM oleh sektor transportasi paling dominan dibandingkan dengan

sektor lainnya (industri,rumah tangga dan listrik). Proporsinya bahkan meningkat,

bila pada tahun 1990masih pada kisaran 45% pemakaian BBM nasional, maka pada

tahun 2007 mencapai 56% (Christiono, 2008).

Bandar Lampung merupakan salah satu kota di Indonesia yang mempunyai kepadatan

penduduk yang tinggi serta aktivitas lalu lintas kendaraan yang juga tinggi. Tercatat

oleh Badan Pusat Statistik jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung dapat dilihat di

bawah ini:

Tabel1.Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung Tahun 2010

Jumlah penduduk yang dapat dikatakan cukup tinggi tersebut tentu memiliki aktivitas

dan mobilitas yang tinggi dimana diikuti oleh aktivitas lalu lintas kendaraan yang

tinggi juga jumlahnya.Jumlah kendaraan yang ada di Kota Bandar Lampung dapat

dilihat padagrafik di bawah ini:

Grafik 1. Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Bandar Lampung

Tahun 1971 1980 1990 2000 2010 2030

Jumlah Penduduk

(10)

Sumber:Satuan Lalu Lintas Polresta Kota Bandar Lampung

Dapat kita lihat dalam grafik diatas bahwa jumlah kendaraan di Bandar Lampung

mengalami peninkatan dari tahun ke tahun. Hal ini diikuti dengan semakin

menurunnya kualitas udara kota Bandar Lampung akibat banyaknya jumlah

kendaraan di Bandar Lampung. Kendaraan-kendaraan yang digunakan masyaakat

mengeluarkan hasil pembakaran mesin ke udara yang kita sebut emisi gas buang

kendaraan bermotor.Emisi gas buang kendaraan bermotor mengandung gas-gas

polutan yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan sekitar.

Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, serta mudah merusak

harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel seperti timbal/timah hitam

(Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidro karbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor

menyumbang hampir 100% timbal, 13-44%suspended particulate matter(SPM), 71-89% hidro karbon, 34-73% oksida nitrogen (NOx), dan hampir seluruh karbon

monoksida (CO2) diemisikan ke udara oleh kendaraan bermotor. WHO 35.219 Unit35.992 Unit32.335 Unit

42.724 Unit45.152 Unit

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

(11)

memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor

akibat emisi kendaraan bermotor, sedangkan 10% sisanya menghirup udara yang

bersifat marginal. Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak, orang dewasa yang

berisiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah memiliki

riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Akibatnya para penderita

maupun keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut berasal

dari polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan.

Dampak kesehatan akibat emisi gas buang yang terhirup oleh masyarakat cukup

berbahaya bagi kesehatan masyarakat sendiri.Emisi gas buang berdampak langsung

kepada penderita Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) di Kota Bandar

Lampung.Masyarakat yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) di Kota

Bandar Lampung meningkat setiap tahunnya.Menurut data dari Dinas Kesehatan

Kota Bandar Lampung pada tahun 2011 penemuan suspek Tuberkulosis (Tb) paru di

Kota Bandar Lampung tahun 2011 sebanyak 8.424 suspek dari target yang ditetapkan

13.533 suspek (62,2%). Terdapat 1.259 total kasus penderita TB paru. Dari jumlah

tersebut total penderita baru dengan hasil BTA positif adalah 1.000 penderita, jumlah

total penderita dengan hasil BTA Negatif Rontgen positif adalah 231 kasus, dan

jumlah total penderita BTA positif kambuh adalah 28 kasus. Dari total 1.000

penderita BTA positif diatas, penderita yang berobat atau diobati sebanyak 750

penderita. Dengan rincian 673 kasus berhasil sembuh, 45 kasus gagal, 19 kasus tidak

periksa dahak, 8 kasus default, 3 kasus pindah, dan 2 kasus meninggal. (Sumber:

(12)

Selanjutnya berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas

Rajabasa Indah Lampung yang berpenduduk 35.128 jiwa, penemuan suspek TB paru

di wilayah ini sebanyak 213 suspek dari target 533 suspek (40%) pada tahun 2011

jumlah kasus TB paru total 52 kasus. Dengan rincian 31 kasus berhasil sembuh, 10

kasus masih dalam pengobatan, 9 kasus pengobatan drop out/tidak melanjutkan

pengobatan, dan 2 kasus meninggal dunia (Program P2PM, P2 TB Paru Puskesmas

Rajabasa Indah, 2011).

Untuk mengendalikan dan mengurangi polusi udara yang semakin memprihatinkan,

maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa instrumen yuridis yang dilegalitaskan

baik dalam bentuk undang-undang, Keppres, maupun Permenlh yang berisi

ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak terkait demi berkurangnya

polusi udara yang 80 % disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan

bermotor.Menurut aturan pemerintah, kendaraan bermotor di Indonesia yang

digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari haruslah dalam status “Laik

Jalan” dimana bahwa semua perangkat kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan

tidak menimbulkan polusi udara dan kerusakan lingkungan juga kesehatan.Mengenai

hal ini telah ditetapkan dengan jelas dalam Pasal 48 ayat (1), (2), (3) Undang-undang

No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Dalam hal ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor telah diatur dengan

jelas di pasal 210 ayat (1) dan (2) Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu

(13)

buang kendaraan bermotor diatur dalam pasal Pasal 53 ayat (1) sampai (3)

Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Batas emisi gas buang kendaraan bermotor yang dimaksud diatas telah diatur dalam

PP No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Standar baku udara

ambeien dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.Standar baku udara ambeien

N

1 SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer (Sulfur

Dioksida)

24 Jam 365 ug/Nm3

2 CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer (Karbon

Monoksida)

24 Jam 10.000 ug/Nm3 1 Tahun

-3 NO2 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer (Nitrogen

Dioksida)

24 Jam 150 ug/Nm3 1 Tahun 100 ug/Nm3

4 O3 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemilumines cent

6 PM10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol (Partikel < 10

um )

PM2,5 (*) 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi–Vol (Partikel < 2,5

um )

1 Thn 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi–Vol 7 TSP 24 Jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi–Vol

(Debu) 1 Thn 90 ug/Nm3

(14)

Pengabuan AAS

24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau

90 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Countinous Analyzer

11 Fluor Indeks 30 hari 40 u g/100 cm2 dari kertas limed

24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific Ion Electrode

Impinger atau Countinous

Analyzer 13 Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO3/100

cm3 Dari Lead

pembuangan emisi gas buang sebagaimana yang telah ditentukan diatas, maka akan

terkena sanksi tegas sebagaimana yang tertulis dalam pasal 286 Undang-undang No.

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan pidana kurungan

paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu

rupiah).

Bentuk aturan diatas adalah suatu bentuk produk hukum dengan maksud untuk

memberikan efek jera kepada pemilik kendaraan yang emisi gas buang kendaraannya

melebihi batas yang telah ditentukan oleh undang-undang. Dalam bidang

Pengendalian oleh pemerintah, efek jera diatas adalah bentuk Pengendalian represif

dimana penegakan hukum represif dilaksanakan dalam hal perbuatan melanggar

(15)

dalam hal penegakkan hukum mengenai emisi gas buang kendaraan bermotor

menjadi kewenangan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

Selain penegakkan hukum (law enforcement) secara represif, dikenal juga adanya penanggulangan pelanggaran hukum yang disebut tindakan preventif.Penegakan

hukum yang bersifat preventif berarti pengendalian aktif dilakukan terhadap

keputusan atas peraturan tanpa kejadian langsung yang menyangkut peristiwa konkrit

yang menimbulkan dugaan bahwa peraturan hukum telah dilanggar.Upaya ini dapat

dilakukan dengan penyuluhan, pemantauan, dan penggunaan kewenangan yang

bersifat pengendalian (pengambilan sample, penghentian mesin-mesin, dan

sebagainya).

Dalam upaya preventif membatasi emisi gas buang kendaraan bermotor, Dinas

Perhubungan Kota Bandar Lampung melakukan berbagai upaya salah satunya dengan

kegiatan pengujian kendaraan bermotor (KIR) dimana pengujian kendaran bermotor

menjadi langkah wajib yang harus dijalankan untuk membatasi dan mengontrol emisi

gas buang kendaraan bermotor yang digunakan masyarakat di Kota Bandar Lampung.

Di bawah ini adalah grafik mengenai jumlah kendaraan yang melalui Pengujian

Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung:

(16)

Sumber : UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Padagrafik diatas terlihat bahwa jumlah kendaraan yang beroperasi di Kota Bandar

Lampung lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang telah

melalui Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

Hal ini berarti ada lebih dari 3000 unit kendaraan per tahun yang tidak melewati

Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung namun

masih beroperasi dan menjalankan aktivitas keseharian di Kota Bandar Lampung.

Dari data diatas dapat kita lihat upaya preventif yang dilakukan oleh Dinas

Perhubungan Kota Bandar Lampung dengan melakukan pengujian kendaraan

bermotor terlihat tidak efektif dan tidak maksimal.Hal ini terlihat dari tidak

seimbangnya banyaknya jumlah kendaraan yang beroperasi di Kota Bandar Lampung

dengan banyaknya jumlah kendaraan yang diuji oleh Dinas Perhubungan Kota

Bandar Lampung.Hal ini berdampak pada kondisi udara yang ada di Kota Bandar

Lampung dimana kendaraan yang tidak diuji namun tetap beroperasi menimbulkan

polusi udara yang semakin buruk di Kota Bandar Lampung.

29.568 Unit 31.736 Unit

2006 2007 2008 2009 2010 2011

(17)

Buruknya kondisi udara Kota Bandar Lampung yang diakibatkan oleh emisi gas

buang kendaraan bermotor telah diuji oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Daerah Kota Bandar Lampung dengan melakukan pengambilan sampel di tiga ruas

jalan protokol di Kota Bandar Lampung. Tiga jalan protokol itu adalah:

1. Jalan Pangeran Antasari

2. Jalan Yos Sudarso

3. Jalan ZA Pagar Alam

Hasil dari pengujian kualitas udara dapat dilhat pada grafik di bawah:

Grafik 4. Hasil Pengujian Kualitas Udara

Sumber: Pemantauan Kualitas Udara jalan raya Badan PengelolaanLingkungan Hidup Kota Bandar Lampung Tahun 2011

Dari data diatas dapat dilihat bahwa kandungan zat berbahaya di udara sudah

melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oleh PP no.41 Tahun 1999.Melebihinya

jumlah zat berbahaya yang ada di udara yang diakibatkan oleh emisi gas buang

kendaraan bermotor mengancam masyarakat dan memperburuk kesehatan 179,69 177,52

P. Antasari Yos Sudarso ZA Pagar Alam Rata-rata Batas Baku Mutu Hasil Roadside Monitoring Tahun 2011 Kota Bandar Lampung

(18)

masyarakat.Pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor sangat

berbahaya bagi kesehatan masyarakat, padahal secara yuridis formil, baik peraturan

pemerintah maupun lembaga atau instansi yang berwenang telah ada.

Hal ini terlihat menjadi sebuah anomali hukum dimana perangkat hukum yang

mencakup secara formil dan materil telah jelas, namun pada kenyataan yang kita

alami, penegakkan terlihat minim dan kurang maksimal, sehingga kita masih sering

menghirup udara yang masih tercemar oleh emisi gas buang kendaraan bermotor

yang membahayakan kesehatan kita.

Dari penjelasan tersebut,penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai

bagaimanakah pemerintah bisa melaksanakan aturan-aturan dimana aturan tersebut

dimaksudkan untuk mengurangi polusi udara yang diakibatkan emisi gas buang pada

kendaraan bermotor, namun pada kenyatannya masih banyak kendaraan yang

beroperasi di jalan raya, dimana kendaraan-kendaraan tersebut sebenarnya bisa

dikatakan ”tidak laik jalan” sehingga menyebabkan polusi dan pencemaran udara.

Penelitian tersebut dituangkan dalam judul skripsi :Pengendalian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Bandar Lampung.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian 1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan dalam

(19)

a) Bagaimanakah pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota

Bandar Lampung?

b) Apa saja yang menjadi faktor-faktor penghambat dalam Pengendalianemisi gas

buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung?

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat luasnya permasalahan mengenai akibat emisi gas buang kendaraan

bermotor yang menyebabkan polusi udara, maka penulis membatasi ruang lingkup

penelitian pada bidang Hukum Administrasi Negara pada umumnya, yaitu mengenai

Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Penelitian ini bertujuan untuk :

1.3.1.1Untuk mengetahui bagaimana pengendalian pengeluaran emisi gas buang kendaraan bermotor di Bandar Lampung.

1.3.1.2Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung.

1.3.2 Kegunaan Penelitian 1.3.2.1 Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas juga memperdalam ilmu hukum

(20)

khususnya mengenai peran sentral pemerintah dalam Pengendalian emisi gas buang

kendaraan bermotor untuk mengurangi polusi udara dan pencemaran lingkungan.

1.3.2.2 Kegunaan Praktis

Memberikan masukan mengenai usaha dalam mengoptimalkan peran pemerintah

dalam Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor serta faktor-faktor

penghambat dalam dalam Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan

bermotor agar dapat bermanfaat bagi banyak orang dan mengetahui dengan lebih

jelas bagaimana bentuk Pengendalian pemerintah emisi gas buang kendaraan

bermotor. Secara lengkap mengenai kegunaan praktis dari penelitian ini adalah:

1) Memberikan masukan-masukan terhadap pelaksanaan dalam mengoptimalkan

Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor.

2) Sebagai rekomendasi strategis kepada instansi terkait dalam Pengendalian emisi

gas buang kendaraan bermotordan pemberian sanksi kepada pihak-pihak yang

melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

3) Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum

(21)

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengendalian

2.1.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian

Pengendalian atau pengawasan (controlling) adalah bagian akhir dari fungsi manajemen.Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Pengendalian ialah proses

pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut. Beda

pengendalian dengan pengawasan adalah pada wewenang dari pengembangan

kedua istilah tersebut.Pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak

dimiliki oleh pengawas.Pengawas hanya sebatas memberi saran, sedangkan

tindak lanjutnya dilakukan oleh pengendali.

Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “Pengendalian berasal dari kata kendali yang artinya mengekang, dalam arti mengekang sesuatu yang dapat merugikan dan berdampak negatif”.Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi definisi pengendalian adalah proses, cara, perbuatan mengendalikan; memiliki definisi

pengawasan atas kemajuan (tugas) dengan membandingkan hasil dan sasaran

secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan.

Pengendalian adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan

(22)

2 kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure desired results. Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan

apa yang telah direncanakan . The process of ensuring that actual activities conform the planned activities.

Pengendalianadalah segala usaha atau kegiatan untuk menjamindan mengarahkan

agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapatberjalan sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan atau hasil yangdikehendaki serta sesuai pula dengan segala

ketentuan dankebijaksanaan yang berlaku.Dengan rumusan yang lebih singkat di

nyatakan bahwa "Pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk

menjamin dan mengarahkan agarpekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat

berjalan dengan semestinya”.Memperhatikan pengertian di atas, maka

pengendalian" mempunyaiarti yang lebih luas dari pada "pengawasan”. Arti pengendalian tidak terbatashanya pada usaha untuk mengetahui dan menilai suatu

pekerjaan ataukegiatan, tetapi juga untuk "menjamin dan mengarahkan" agar pekerjaan ataukegiatan yang dilaksanakan itu dapat berjalan sesuai dengan

yangdirencanakan, serta sesuai pula dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Dalam pengendalian kewenangan untuk mengadakan tindakan korektif sudah terkandung di dalamnya, dalam pengertian Pengendalian tindakan korektif itu merupakan proses lanjutan.

Jelasnya pengendalianharusberpedoman terhadap:

1. Rencana (planning} yang telah diputuskan,

(23)

3 3. Tujuan dan/atau

4. Kebijaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dapat disimpulkan Pengendalian adalah suatu upaya yang sistematik untuk

menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan

balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah

ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut,

serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin

bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan

seefektif dan seefisien mungkin.

Di bawah ini digambarkan proses pengendalian sebagai berikut:

Gambar 4.Proses Pengendalian

STANDAR

Pedoman Hasil

Monitoring Koreksi

UMPAN BALIK (FEEDBACK)

Pengendalian pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya

kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai.

Melalui pengendalian diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang

telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif

dan efisien. Bahkan melalui pengendalian tercipta suatu aktifitas yang berkaitan

erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja

(24)

4 sudah dilaksanakan. Pengendalian juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan

pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam

pelaksanaan kerja tersebut.

Hasil pengendalian ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat

kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang

muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang

bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengendalian merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan

sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengendalian menjadi sama

pentingnya dengan penerapangood governanceitu sendiri.

Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengendalian merupakan salah satu

cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap

kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengendalian yang

efektif, baik pengendalian intern (internal control) maupun pengendalian ekstern (external control). Disamping mendorong adanya pengendalian masyarakat (social control).

Sasaran pengendalian adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan

atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:

a. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;

b. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;

(25)

5 Pengendalian bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara

berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang

telah ditentukan sebelumnya.

2.1.2 Asas dan Prinsip Pengendalian

Pengendalian adalah pengendalian ditambah tindakan korektif.Sedangkan Pengendalian adalah pengendalian tanpa tindakan korektif.Namun sekarang ini Pengendalian telah mencakup kegiatan pengendalian, pemeriksaan, dan penilaian terhadap kegiatan. Menurut Prayudi, dalam mencapai pelaksanaan pengendalianterhadap beberapa asas antara lain :

1) Asas tercapainya tujuan, ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan

mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan

atau deviasi perencanaan.

2) Asas efisiensi, yaitu sedapat mungkin menghindari deviasi dari perencanaan

sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain diluar dugaan.

3) Asas tanggung jawab, asas ini dapat dilaksanakan apabila pelaksana

bertanggung jawab penuh terhadap pelaksana perencanaan.

4) Asas pengendalian terhadap masa depan, maksud dari asas ini adalah

pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik di waktu

sekarang maupun di masa yang akan datang.

5) Asas langsung, adalah mengusahakan agar pelaksana juga melakukan

(26)

6 6) Asas refleksi perencanaan, bahwa harus mencerminkan karakter dan susunan

perencanaan.

7) Asas penyesuaian dengan organisasi, bahwa pengendalian dilakukan sesuai

dengan struktur organisasi dan kewenangan masing-masing.

8) Asas individual, bahwa pengendalian harus sesuai kebutuhan dan ditujukan

sesuai dengan tingkat dan tugas pelaksana.

9) Asas standar, bahwa pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan

standar yang tepat, yang akan digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan

tujuan.

10) Asas pengendalian terhadap strategis, bahwa pengendalian yang efektif dan

efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktor

yang strategis.

11) Asas kekecualiaan, bahwa efisiensi dalam pengendalian membutuhkan

perhatian yang di tujukan terhadap faktor kekecualian yang dapat terjadi

dalam keadaan tertentu, ketika situasi berubah atau tidak sama.

12) Asas pengendalian fleksibel bahwa pengendalian harus untuk

menghindarkan kegagalan pelaksanaan perencanaan.

13) Asas peninjauan kembali, bahwa pengendalian harus selalu ditinjau, agar

sistim yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.

14) Asas tindakan, bahwa pengendalian dapat dilakukan apabila ada ukuran –

ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi

(27)

7 Oleh karena pengendalian tersebut mempunyai sifat menyeluruh dan luas, maka

dalam pelaksanaanya diperlukan prinsip-prinsip pengendalian yang dapat

dipatuhi dan dijalankan, adapun prinsip-prinsip pengendalian itu adalah sebagai

berikut :

1) Objektif dan menghasilkan data. Artinya pengendalian harus bersifat objektif

dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan

berbagai faktor yang mempengaruhinya.

2) Berpangkal tolok dari keputusan pimpinan. Artinya untuk dapat mengetahui

dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan,

Pengendalian harus bertolak pangkal dari keputusan pimpinan yang

tercermin dalam:

a. Tujuan yang ditetapkan

b. Rencana kerja yang telah ditentukan

c. Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan

d. Perintah yang telah diberikan

e. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

3) Preventif. Artinya bahwa pengendalian tersebut adalah untuk menjamin

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif,

maka Pengendalian harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi

kesalahan-kesalahan berkembangnya dan terulangnya kesalahan-kesalahan.

4) Bukan tujuan tetapi sarana. Artinya pengendalian tersebut hendaknya tidak

dijadikan tujuan tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi

(28)

8 5) Efisiensi. Artinya pengendalian haruslah dilakuan secara efisien, bukan

justru menghambat efisiensi pelaksanaan kerja.

6) Apa yang salah. Artinya pengendalian haruslah dilakukan bukanlah

semata-mata mencari siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya

dan sifat kesalahan itu.

7) Membimbing dan mendidik. Artinya “Pengendalian harus bersifat

membimbing dan mendidik agar pelaksana dapat meningkatkan kemampuan

untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan.”

Proses pengendalian terbagi dalam empat tahap. Empat tahap pengendalian dapat

dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5. Tahap dalam Proses Pengendalian

2.1.3 Jenis-jenis Pengendalian

Pada dasarnya ada beberapa jenis Pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu:

1) Pengendalian Intern dan Ekstern

Pengendalian intern adalah Pengendalian yang dilakukan oleh orang atau badan

(29)

9 Pengendaliandalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengendalian atasan

langsung atau pengendalian melekat (built in control) atau pengendalian yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan

inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan

menempatkannya di bawah PengendalianKementerian Dalam Negeri.

Pengendalian ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengendalian

yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia

adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi

negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan

tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat

Pengendalian intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya

perlu terwujud harmonisasi dalam proses pengendalian keuangan negara. Proses

harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak

dan menilai secara obyektif aktivitas pemerintah.

2) Pengendalian Preventif dan Represif

Pengendalian preventif lebih dimaksudkan sebagai, “Pengendalian yang

dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga

dapat mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengendalian ini

dilakukan pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan

pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara

lebih besar. Di sisi lain, pengendalian ini juga dimaksudkan agar sistem

pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki.

(30)

10 atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan

terdeteksi lebih awal.

Di sisi lain, pengendalian represif ialah Pengendalian yang dilakukan setelah

adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud diadakannya pengendalian represif ialah

untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjan agar hasilnya sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan.Pengendalian Repressif ini dapat menggunakan

sistem-sistemPengendalian sebagai berikut:

a) Sistem Komperatif

1. MempeIajari laporan-laporan kemajuan (progress report) dari pelaksanaan pekerjaan, dibandingkan dengan jadwal rencana pelaksanaan.

2. Membandingkan laporan-laporan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan

rencana yang telah diputuskan sebelumnya.

3. Mengadakan analisa terhadap perbedaan-perbedaan tersebut, termasuk faktor

lingkungan yang mempengaruhinya.

4. Memberikan penilaian terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan, termasuk para

penanggung jawabnya.

5. Mengambil keputusan atas usaha perbaikannya atau penyempurnaannya.

b) Sistem verifikatif

1. Menentukan ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan prosedur

pemeriksaan.

2. Pemeriksaan tersebut harus dibuat laporan secara periodik atau secara

(31)

11 3. Mempelajari laporan untuk mengetahui perkembangan dari hasil

pelaksanaannya.

4. Mengadakan penilaian terhadap hasil pelaksanaannya.

5. Memutuskan tindakan-tindakan perbaikan atau penyempurnaannya.

c) Sistem inspektif.

Inspeksi dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari suatu laporan yang dibuat

oleh para petugas pelaksanaannya.Dalam pemeriksaan di tempat (on the spot inspection) instruksi-instruksi diberikan dalam rangka perbaikan dan pe-nyempurnaan pekerjaan.

d) Sistem investigatif

Sistem ini lebih menitikberatkan terhadap penyelidikan/penelitian yang lebih

mendalam terhadap sesuatu masalah yang bersifat negatif.

3) Pengendalian Aktif dan Pasif

Pengendalian dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “Pengendalian yang

dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan

pengendalian jauh (pasif) yang melakukan Pengendalian melalui “penelitian dan

pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan

bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.” Di sisi lain, pengendalian berdasarkan

pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan

hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan

(32)

12 “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi,

yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”

4) Pengendalian kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid).

Pengendalian dalam mengendalikan emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota

Bandar Lampung adalah salah satu bentuk dari penyelengaraan

negara.Pengendalian mengenai emisi gas buang kendaraan bermotor tidak hanya

oleh satu instansi melainkan melibatkan instansi lainnya.Dalam hal Pengendalian

baik preventif maupun represif menjadi kewenangan dari Dinas Perhubungan

Kota Bandar Lampung. Namun untuk mengetahui dari segi teknis untuk

memastikan kadar udara yang telah tercemar, maka yang memiliki kewenangan

untuk melakukan pengambilan sampel udara dan menguji tingkat polusi udara

adalah Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung. Kedua

instansi ini yang paling substansial untuk melakukan Pengendalian baik terhadap

kendaraan yang mengeluarkan emisi gas buang kendaraan bermotor maupun

akibat emisi gas buang kendaraan bermotor terhadap polusi udara di Kota Bandar

Lampung.

2.1.4. Pengendalian Pencemaran Udara

Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999

tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya

atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh

kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang

(33)

13 Pencemaran udara terjadi jika kadar zat berbahaya dalam udara telah melewati

batas baku lingkungan, dimana dalam Baku Mutu Lingkungan dalam

Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup pada Pasal 20 ayat (2) huruf d termasuk baku mutu udara ambein.

Baku mutu udara ambient secara nasional ditetapkan dengan MENLH, sedangkan

di daerah ditetapkan gubernur.Baku mutu emisi sumber tidak bergerak dan

ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor, ditetapkan Kepala Instansi

yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan.

Perlindungan mutu udara ambien didasarkan pada baku mutu udara ambien,

status mutu udara ambien, baku mutu emisi, ambang batas emisi gas buang, baku

tingkat gangguan, ambang batas kebisingan dan Indeks Standar Pencemar Udara.

Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan

pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu

udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber bergerak maupun

sumber tidak bergerak termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keadaan

darurat.

Menteri melakukan pengawasan terhadap penataan penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara.Dalam

hal wewenang pengawasan diserahkan kepada Pemerintah Daerah,

Gubernur/Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dapat melakukan

pengawasan terhadap penataan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang

(34)

14 Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari upaya pengendalian pencemaran

udara dan/atau gangguan dari sumber tidak bergerak yang dilakukan oleh

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dibebankan kepada penanggung

jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.Setiap orang atau penanggung

jawab usaha dan/atau kegiatan yang mengakibatkan terjadinya pencemaran udara

wajib menanggung biaya penanggulangan pencemaran udara serta biaya

pemulihannya.

Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, bahwa 80%

pencemaran udara disebabkan oleh jumlah lepasan zat dari emisi gas buang

kendaraan bermotor.Dalam mengendalikan pencemaran udara, pengendalian

dilakukan pemerintah melalui beberapa instrument hukum. Dalam

mengendalikan emisi gas kendaraan bermotor, Undang-undang No.22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 106 ayat (3)menjadi alat

untuk mengendalikan pencemaran udara dimana jika pemilik kendaraan yang

melanggar batas emisi gas yang telah ditentukan maka akan dikenakan sanksi

sesuai dengan Pasal 286 Undang-undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan.

Pengendalian pencemaran udara yang dimana telah diatur oleh PP No.41 Tahun

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara telah menetapkan bahwa Baku

mutu emisi sumber tidak bergerak dan ambang batas emisi gas buang kendaraan

bermotor ditetapkan dengan mempertimbangkan parameter dominan dan kritis,

kualitas bahan bakar dan bahan baku, serta teknologi yang ada sesuai dengan

(35)

15 80% disebabkan oleh pembuangan zat emisi gas buang kendaraan bermotor,

diketahui disebabkan oleh zat pembuangan kendaraan pada tipe kendaraan

lama.Tipe kendaraan lama menyumbang banyak emisi gas buang yang

mencemari udara dikarenakan mesin tipe lama yang belum ramah lingkungan.

Untuk mengendalikan pencemaran udara yang disebabkan oleh zat pembuangan

emisi gas buang kendaraan lama, pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang

Kendaraan Lama.Menurut Pasal 1 ayat (3) PerMENLH No. 5 Tahun 2006, yang

dimaksud dengan kendaraan bermotor lama adalah kendaraan yang sudah

diproduksi, dirakit atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik

Indonesia.Dalam Pasal 4, disebutkan bahwa emisi gas yang dikeluarkan oleh

kendaraan lama harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam Pasal 3

ayat (1) PerMENLH No. 5 Tahun 2006. Pengendalian dilakukan dalam bentuk

represif dilakukan dengan cara menguji kendaraan lama sesuai dengan Pasal 1

ayat (4) untuk memastikan zat emisi yang dikeluarkan kendaraan lama tidak

melebihi ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1) PerMENLH No. 5 Tahun 2006.

2.2. Kendaraan Bermotor

(36)

16

dalam ketentuan ini adalah terpasang pada tempat sesuai dengan fungsinya.Termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor adalah kereta gandengan atau kereta tempelan yang dirangkaikan dengan kendaraan bermotor sebagai penariknya.Berdasarkan PP No. 5 tahun 2012 ayat (1) dan (2), yang dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah:

1. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan

Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.

2. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan

mekanik.

Kondisi mesin kendaraan bermotor sangat menentukan emisi gas buang yang

dihasilkannya.Ada banyak faktor yang mempengaruhi kendaraan terhadap emisi

gas buang kendaraan bermotor. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah

(37)

17 Gambar 6.Faktor-faktor yang memengaruhi besarnya beban pencemar dari emisi gas buang kendaraan bermotor

(38)

18

2.3. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Transportasi telah menjadi sumber utama dari pencemaran udara khususnya daerah

perkotaan.Terlebih lagi dengan penambahan unit kendaraan bermotor yang melaju di jalan raya

dan buruknya sistem angkutan umum menyebabkan pencemaran udara yang terjadi. Bahan

pencemar yang berasal dari kendaraan bermotor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

kategori sebagai berikut:

a. Sumber

Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder.Polutan primer seperti sulfur oksida

(SOx), nitrogen oksida (NOx), dan Hidro karbon (HC) langsung dibuang ke udara bebas dan

mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan. Polutan sekunder ozon (O3) dan

peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia,

hidrolisis, atau oksidasi.

b. Komposisi Kimia

Polutan dibedakan menjadi organik dan anorganik. Polutan organik mengandung karbon dan

hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen, nitrogen, sulfur atau fosfor.

c. Bahan Penyusun

Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan dan cairan

seperti debu, asap, abu, kabut, dan spray; partikulat dapat bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas.

Kendaraan bermotor dalam pencemaran udara dikategoikan sebagai sumber bergerak. Sumber

(39)

19 1) Emisi Gas Buang

Sejumlah gas hasil pembakaran di ruang bakar mesin yang dikeluarkan melalui pipa saluran

buang (knalpot). Komponen dari gas buang ini terdiri dari Nitrogen (N2) dan uap 83% dan

sisanya 17% yang terbagi dari kabon dioksida (CO2), Hidro karbon (HC), dan Nitrogen oksida

(NOx). Emisi gas buang sangat dipengaruhi oleh jenis bahan bakar.

2) Blow by gas

Sejumlah gas yang keluar melalui celah-celah antara piston dengan lubang silinder. Komponen

blow by gas terdiri dari Nitrogen (N2), dan Oksigen (O2) sebesar 90% dan sisanya 10% terdiri

dari CO2, HC dan uap termasuk kandungan CO dan NOx.

3) Penguapan Emisi Gas Kendaraan

Timbulnya penguapan emisi gas terjadi pada tangki gasoline, karburator, dan saluran antara tangki ke karburator.Gas yang menguap berubah menjadi hido karbon (HC).Jumlahnya

tergantung dari jenis dan tipe kendaraan, dimana komponen/zat yang berbahaya pada gas yaitu

komponen CO dan COx, bertambahnya komponen ini akibat bertambahnya komponen HC.

Karakteristik emisi gas buang kendaraan bermotor berdasarkan bahan bakar yang

digunakan.Komponen utama dari gas buang kendaraan bermotor adalah CO2dan air, yaitu hasil

oksidasi sempurna bahan bakar dan nitrogen. Pada umumnya oksidasi atau pembakaran bahan

bakar dalam mesin tidak 100% sempurna sehingga gas CO dan Hidro karbon tidak terbakar

selalu ada, termasuk senyawa NOxdan SOx. Selain itu , partikulat-partikulat juga dilepaskan dari

gas buang kendaraan bermotor tersebut seperti partikulat organik (aldehida) dan partikulat timbal

(Pb), apabila menggunakan bahan bakar bensin bertimbal. Emisi Hidro karbon dari kendaraan

(40)

20 aromatik berint banyak (PNA, polynuclear aromatic) dan konsentrasinya tergantung pada komposisi bahan baka (Sidjabat, 2000). Komposisi gas buang atau emisi kendaraan bermotor

tergantung dari kondisi pengoperasian mesin kendaraan bermotor tersebut, misalnya dalam

kondisi diam, berjalan, model kendaraan (tua dan baru), tingkah laku mengemudi, dan juga jenis

atau formula bahan bakar yang digunakan.

Proses pembakaran bahan bakar yang menggerakan mesin kendaraan bermotor menghasilkan gas

buang yang mengandung pencemar karbon monoksida (CO), oksida nitrogen (NOx), sulfur

dioksida (SO2), hidrokarbon (HC), dan partikulat (PM) (Soedomo, 2001). Lebih lanjut reaksi

oksida nitrogen dan hidrokarbon yang diinisiasi sinar matahari berpotensi menghasilkan oksidan

fotokimia (O3).Sementara bila bahan bakar yang digunakan mengandung zat aditif seperti

timbel, maka zat tersebut dapat ditemui pula di dalam gas buangnya.Bahkan pada saat

pembakaran terjadi secara sempurna sekalipun,kendaraan bermotor masih mengemisikan karbon

dioksida (CO2) yang berpotensi mengakibatkan pemanasan global.Perlu digarisbawahi bawah

tidak seluruh emisi gas buang kendaraan bermotor tersebut dapat terlihat (kasatmata).Walaupun

tidak kasat mata, emisi gas buang tersebut tetap sangat berbahaya bagi kesehatan.Dibawah ini

adalah daftar zat yang terkandung dalam emisi gas buang kendaraan bermotor dan dampaknya

terhadap kesehatan.

Tabel 3.Dampak kesehatan akibat emisi gas buang kendaraan bermotor

Nama Zat Dampak Bagi Kesehatan

Karbon monoksida(CO) Zat memiliki kemampuan untuk

berikatan dengan hemoglobin (Hb), pigmen sel darah merah yang

mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan

(41)

21

dengan oksigen (oksihemoglobin). Akibatnya fungsi Hb yang membawa

oksigen ke seluruh tubuh terganggu. Kondisi seperti ini bisa berakibat

serius, bahkan fatal, karena bisa sampai menyebabkan kematian.

Hidrokarbon(HC) Hidrokarbon(HC) di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan

akan membentuk ikatan baru yang disebut

plycyclic aromatic hydrocarbon

(PAH). Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan

merangsang terbentuknya sel-sel kanker.

Oksida nitrogen(NOx) Oksida nitrogen(NOx) seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia.

Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO.

Di udara ambien yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2

yang bersifat racun terutama terhadap paru. Pemajanan NO2 dengan kadar

5 ppm selama 10 menit mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

Sulfur dioksida(SO2) Sulfur dioksida(SO2) menimbulkan iritasi pada sistem penafasan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada

kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih. Bahkan pada beberapa individu yang

(42)

22

SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah.

Ozon(O3) Ozon(O3) pada kadar 0,3 ppm mulai menyebabkan terjadinya iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kontak dengan ozon pada kadar 1,0–3,0 ppm

Kota di persimpangan jalan 17

selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing

dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon

berkadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan gejala

pembengkakan paru (edema pulmonari).

Partikulat(debu) Partikulat(debu) berpengaruh terhadap kesehatan, tergantung pada

ukurannya. Partikulat yang berbahaya berukuran antara 0,1-10 mikron.

Pada umumnya partikulat berukuran sekitar 5 mikron dapat langsung

masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Sementara yang

lebih besar dari 5 mikron dapat mengganggu saluran pernafasan bagian

atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan dapat menjadi lebih parah bila

terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga.

Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin

akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (visibility).

Timbel(Pb) Timbel(Pb) yang berikatan dengan partikulat di udara berbahaya bagi

(43)

23

bereaksi dengan senyawa dalam protein yang menyebabkan pengendapan

protein dan menghambat pembuatan hemoglobin. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi, lelah, sakit kepala,

anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang, dan gangguan penglihatan.

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

Dari data diatas dapat diihat dampak kesehatan dari zat-zat yang dikeluarkan oleh emisi gas

buang kendaraan bermotor yang sangat berbahaya bagi kesehatan.Inilah yang menjadi salah satu

sebab pentingnya Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor harus

dilaksanakan secara efektif.

2.4 Dasar Hukum

Penetapan satu standar yang berupa undang-undang atau surat keputusan diperlukan sebagai

upaya untuk pengendalian pencemaran. Sampai saat ini sudah ada beberapa peraturan mengenai

pencemaran udara, antara lain:

a) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

b) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup,

c) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara,

d) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 04 Tahun 2009 Tentang Ambang Batas

Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru,

e) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas

(44)

24 f) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 141 Tahun 2003 Tentang Ambang Batas

Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang

Diproduksi (Current Production),

g) Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 108 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Organisasi dan tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengujian Kendaraan Bermotor

pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

Saat ini pemerintah Indonesia telah berusaha melakukan pengendalian emisi dari kendaraan

bermotor dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 141 Tahun 2003.

Dengan adanya peraturan ini diharapkan emisi kendaraan akan menurun disebabkan adanya

pengendalian dalam penurunan laju emisi. Untuk melihat besarnya emisi pencemar kendaraan

bermotor dengan adanya peraturan ini, maka dapat dilakukan model yang dinamis.Dalam

pemodelan ini dibuat skenario, yaitu:

a) Tanpa usaha pengendalian dan Pengendalian. Dalam skenario ini akan menggambarkan

kualitas udara di perkotaan bila usaha pengendalian dan Pengendalian tidak dilakukan.

b) Pengendalian dengan penerapan peraturan baru secara efektif. Dalam skenario ini akan

memberikan gambaran mengenai kualitas udara yang akan memberikan gambaran mengenai

kualitas udara yang akan terjadi bila emisi kendaraan bermotor tetap berada dalam ambang

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Dalam memperoleh data untuk penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa

pendekatan yaitu :

a. Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif dilakukan dengan cara menelaah, mengutip dan

mempelajari ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan dan

literatur yang berkaitan dengan Pengendalian pemerintah terhadap emisi gas

buang kendaraan bermotor.

b. Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung

dilapangan, berdasarkan fakta yang ada.

3.2 Sumber Data

Untuk mendapat data yang diperlukan dan sesuai dengan permasalahan yang

diteliti, maka peneliti menggunakan dua sumber data, yaitu :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil studi lapangan dengan cara

(46)

dan instansi-instansi terkait mengenai Pengendalian emisi gas buang kendaraan

bermotor di Kota Bandar Lampung.Dalam studi lapangan ini, peneliti melakukan

penelitian studi lapangan pada dinas-dinas maupun instansi terkait emisi gas

buang kendaraan bermotor. Dinas-dinas maupun instansi tersebut adalah:

1. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

2. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara

mengumpulkan data dari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan

permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. Data sekunder terdiri

dari:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa

Peraturan Perundang-Undangan, meliputi Undang-Undang No. 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-UndangNo. 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup,Peraturan Pemerintah

No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 04 Tahun 2009 Tentang Ambang Batas Emisi

Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru, Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor Lama, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

141 Tahun 2003 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

(47)

Tentang Pembentukan Organisasi dan tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

2) Bahan Hukum Sekunder

Untuk memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang terdiri dari

buku-buku ilmu pengetahuan hukum, buku-buku yang berkaitan dengan hukum

lingkungan (khususnya yang berkaitan dengan emisi gas buang kendaraan

bermotor).

3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Untuk membantu dalam proses penelitian, maka peneliti menggunakan dua

macam teknik pengumpulan data, yaitu :

a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca,

mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan,

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

b. Studi lapangan

Studi lapangan yang dimaksud adalah data primer yang didapat dengan cara

membuat daftar pertanyaan yang dipersiapkan terlebih dahulu berupa

pokok-pokoknya saja yang dikembangkan pada saat wawancara berlangsung.

Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti adalah jenis wawancara bebas

terpimpin. Wawancara bebas terpimpin adalah jenis wawancara dimana

pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang diteliti, dan

(48)

suasana interviewer tanpa kehilangan fokus/menyimpang dari topik yang menjadi

fokus pembicaraan.

3.3.2 Teknik Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun data

sekunder dilakukan pengolahan data dengan cara :

a. Seleksi Data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok

permasalahan yang akan dibahas.

b. Pemeriksaan Data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai

kelengkapannya serta kejelasan dan kebenaran jawaban.

c. Klasifikasi Data, yaitu pengelompokan data menurut pokok bahasan agar

memudahkan dalam mendeskripsikannya.

d. Penyusunan Data, yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai

hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang

diajukan.

3.4 Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis

kualitatif, yaitu dengan cara menginterprestasikan data dan memaparkan dalam

bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan

melalui pembahasan tersebut diharapkan permasalahan tersebut dapat terjawab

(49)

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

1. Pengendalian emisi gas buang di Kota Bandar Lampungdilakukan dalam

bentuk represif dan preventif. Pengendalian preventif dilakukan melalui

Program Langit Biru, Ruang Terbuka Hijau, Pengujian Kendaraan Bermotor,

dan Angkutan Umum Berorientasi Transit. Pengendalian represif dilakukan

dengan pemeriksaan secara acak kendaraan di empat ruas jalan padat di Kota

Bandar Lampung yang dilakukan oleh tiga instansi pemerintah yaitu Dinas

Perhubungan Kota Bandar Lampung, BPPLH, dan Polresta.

Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung

baik secara preventif maupun represif masih lemah..Penegakkan

hukumterhadap pelaku pelanggaran ketentuan baku udara ambien masih sulit

ditegakkan sehingga Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor masih

sangat lemah.

2. Beberapa faktor penghambat dalam Pengendalian emisi gas buang kendaraan

(50)

49 a) Kurangnya Sosialisasi Mengenai Emisi Gas Buang

b) Kurangnya Sarana dan Fasilitas Pendukung Pengujian Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor

c) Tidak Adanya Tindak Lanjut Dalam Pengendalian Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor

1.2. Saran

1. Untuk mengatasi faktor penghambat yang paling utama adalah pemerintah

harus mulai mengadakan sosialisasi mengenai semua hal mengenai emisi gas

buang kendaraan bermotor. Masyarakat sebagai pemilik kendaraan adalah

subjek yang paling utama dalam penegakkan hukum mengenai emsi gas buang

kendaraan bermotor, sehingga sosialisasi mengenai pemahaman akan ambang

batas emisi gas buang kendaraan bermotor, kewajiban mengenai pengujian

kendaraan bermotor secara berkala dan teratur, dan hal-hal lain yang terkait

dengan emisi gas buang kedaraan bermotor mulai disosialisasikan secara aktif

dan berkelanjutan oleh pemerintah agar kesadaran akan kebersihan udara dan

kondisi kendaraan menjadi kesadaran masyarakat yang diikuti semakin

mudahnya instansi dan lembaga dalam melakukan tugasnya untuk mengawasi

semua hal terkait emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar

Lampung.

2. Dalam melakukan fungsi yang telah diberikan undang-undang, instansi dan

lembaga memerlukan sarana dan fasilitas yang mendukung dan memadai

(51)

50 kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung, instansi dan lembaga yang

berwenang melakukan pPengendalian tidak memiliki sarana dan fasilitas

mendukung. Pemerintah harus terus memantau perkembangan alat-alat dan

sarana penunjang Pengendalian tersebut. Selain daripada memantau,

pemerintah harus terus meremajakan alat yang digunakan, mengganti

alat-alat yang rusak, dan menyediakan alat-alat-alat-alat tambahan atau sarana lain yang

diperlukan untuk melakukan pengendalian emisi gas buang kendaraan

bermotor di Kota Bandar Lampung. Hal ini dimaksudkan agar kendala dan

masalah yang terjadi dapat diminimalisir dan pelaksanaan pengendalian emisi

gas buang kendaraan bermotor dapat berjalan dengan baik.

3. Sebuah tindak lanjut berupa pemberian sanksi menjadi hal yang sangat penting

dalam melakukan pengendalian emisi gas buang sebagaimana yang telah

diberikan undang-undang. Pengendalian yang diikuti tindak lanjut berupa

penegakkan hukum yang berjalan dengan baik, tegas, dan tidak memihak

menjadi sebuah hal yang mutlak diperlukan dalam mewujudkan suatu

masyarakat yang patuh terhadap hukum dalam pengendalian emisi gas buang

kendaraan bermotor, penegakkan hukum harus lebih dipertegas oleh pihak

yang berwenang. Sanksi yang dikenakan dimaksudkan agar menimbulkan efek

jera kepada pelaku penggaran ketentuan aturan perundang-undangan sehingga

diharapkan untuk waktu kedepan pelanggaran tersebut tidak akan terjadi lagi.

Selain dari sanksi yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, ada

baiknya pemerintah Kota Bandar Lampung memberikan sanksi dalam bentuk

(52)

51 pemilik kendaraan tidak diperbolehkan membayar pajak kendaraan. Sanksi ini

diikuti oleh diberikannya sebuah sertifikat atau surat yang menyatakan

kendaraan tidak lulus uji emisi gas buang. Hal ini merupakan tindak lanjut

dalam sebuah Pengendalian emisi gas buang dengan maksud agar pemilik

kendaraan dapat merawat kendaraan sebagaimana yang telah diatur dalam

peraturan perundang-undangan.Dengan sanksi yang diterapkan kepada

pelanggar aturan oleh pihak yang berwenang, maka pengendalian emisi gas

Gambar

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Kendaraan di Indonesia
Gambar 3. Penurunan kualitas udara akibat pertambahan kendaraan bermotor
Tabel 2. Standar baku udara ambeien
Grafik 4. Hasil Pengujian Kualitas Udara
+5

Referensi

Dokumen terkait

yang digunakan untuk membuat tampilan User interface dan batasan akses tombol command pada User interface ini tidak berbeda dengan kode program User interface lihat data

indicator, some students can finish the test because they familiar to count proportion formula, and geometric volume when they took mathematic course. In representation

mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,306 yang berarti beban kerja individu mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan (Y), yaitu jika terjadi kenaikan

Hal tersebut membuat Kafka dihadapkan pada cermin yang membentuk bayangan dirinya melalui penglihatannya akan Nona Saeki, yaitu membuat Kafka memendam

Istilah sains normal atau “ normal science ” bagi Kuhn dimaknai sebagai “penelitian yang berdasarkan pada satu atau lebih temuan sains, yang untuk sementara

PEMERINTAH KABUPATEN TAKALAR UNIT LAYANAN PENGADAAN.. TAHUN

By applying the Lilien index to the Italian context, this paper analyses the relative importance of sectoral regional and national factors in the explanation of changes in

MEMBAWA dan menyerahkan salinan Dokumen Kualifikasi sesuai yang telah di upload , bila TIDAK membawa tidak akan dilakukan pembuktian.. ULP melakukan klarifikasi