• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKOMODASI ANTAR ETNIK DI TELUK KILUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKOMODASI ANTAR ETNIK DI TELUK KILUAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE ACCOMADATION BETWEEN ETNIC AT TELUK KILUAN BY

WIHANGGA TRISUNU

Accomodation define as a process and accomodation as a condition, in other word accomodation explain the condition inside the society. This research aimed to explain the accomodation process among etnics, to understand the path and result of accomodation which located at Kiluan Negeri suburban. Sampling technique used in this research are intesive interview and documentation. The analisis method in this reseach are data reduction, data analysis and data interpretation. This research using kualitative methode, the process where started from taking assumtion from logical thinking of gethered datas and this research conducted at Kiluan Nagari, Kelubayan at Tanggamus district. This research analyzed Kiluan Negeri Vilagers inside the accomodation process among the etnics. According to the result of this research, accomodation processed happened among the etnics is a part of social interaction, and the forms of accomodation axisted are coercion, compromise, arbitration, cociliation, and toleration. Because of those existing accomodation models, vilagers social interactions are doing fine and well among the other. Accomodation result show social integration accomodation between vilagers, integration with nature accomodation, coordination as a different personality and changed institution in the society itself so as harmonize among the etnics at Kiluan Negeri.

(2)

ABSTRAK

AKOMODASI ANTAR ETNIK DI TELUK KILUAN Oleh

WIHANGGA TRISUNU

Akomodasi memiliki dua bagian yaitu akomodasi sebagai proses dan akomodasi sebagai keadaan sehingga di dalam masyarakat dapat diketahui bagaimanakah proses akomodasi yang ada. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasikan bentuk akomodasi dan menjelaskan hasil akomodasi yang berada di Pekon Kiluan Negeri. Penelitian dilakukan di Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisa data pada penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu usaha yang dilakukan mengambil simpulan berdasarkan pemikiran yang logis atas berbagai data yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh adanya proses akomodasi yang terjadi di masyarakat Pekon Kiluan Negeri merupakan rangkaian dari adanya interaksi sosial, sedangkan bentuk-bentuk dari akomodasi yang ada di Pekon tersebut adalah coercion, compromise, arbitration, conciliation dan toleration. Adanya bentuk-bentuk tersebut di masyarakat Pekon Kiluan Negeri menjadi erat satu sama lain. Hasil akomodasi, nampak terlihat pada akomodasi dan intergrasi masyarakat , akomodasi dan intergrasi masyarakat dengan alam, koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda dan perubahan-perubahan lembaga yang ada pada masyarakat sehingga terjadi keharmonisan antar etnik di Pekon Kiluan Negeri.

(3)

(Studi di Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus)

(Skripsi)

Oleh :

Wihangga Trisunu

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, dalam proses kehidupan selanjutnya manusia membutuhkan manusia lainnya. Hal ini menandakan bahwa

manusia itu makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup bersama. Seperti pendapat M Cholil Mansyur (1989 : 63) dengan mengutip ucapan dari Aristoteles bahwa manusia adalah zoon politikon yaitu makhluk sosial yang menyukai hidup

berkelompok atau setidak-tidaknya lebih suka mencari teman untuk hidup bersama daripada hidup sendiri.

Manusia harus berinteraksi maka kehidupan manusia dapat berkembang apabila

seorang manusia berhubungan dengan manusia lain, berbagai macam suku dan kebudayaan yang berbeda sehingga dapat menimbulkan interaksi yang baik.

Manusia di samping hidup di tengah-tengah lingkungan alam juga hidup di dalam lingkungan sosial, tidak hanya dengan secara pasif, akan tetapi secara aktif sehingga dapat mengenal satu sama lain. Dengan fitrahnya tersebut maka terciptan

pergaulan hidup manusia. Selanjutnya menurut Soekanto (1990, 105-107) , bahwa : “Di dalam diri manusia pada dasarnya telah terdapat suatu keinginan yaitu

(5)

Atas keinginan untuk menjadi satu manusia satu dengan yang lainnya, maka

manusia harus melakukan hubungan atau interaksi dengan manusia lain. Apabila seorang manusia yang selama hidupnya tidak melakukan interaksi dengan

manusia lainnya, maka jiwanya akan tumbuh dari satu sumber naluri saja seperti binatang yang bersama-sama hidup mengisi lingkungan alam yang mengelilinginya.

Dengan hidup bermasyarakat, manusia dapat saling mengisi, belajar, meniru, dan saling mengembangkan pengertian dan kemampuan. Hidup bermasyarakat maka lebih mempererat dan memperkuat hubungan antar manusia, misalnya kekuatan

kasih sayang antar etnis. Saling membutuhkan, menghargai antar etnik dan menguntungkan satu sama lain, proses tersebut akan terjadi apabila ada suatu

persamaan seperti persamaan bahasa, kebudayaan, profesi, keturunan, ras, dan sebagainya. Dapat dilakukan walaupun berbeda bahasa, suku, kebudayaan, dan ras akan tercipta karena interaksi sosial yang bagus pada lingkungan tersebut karena

tidak semua masyarakat dihuni oleh satu Etnik.

Untuk memahami pentingnya hidup bermasyarakat dapat di lihat dari pendapat: Soeleman B. Taneko (1984 : 11) memberikan definisi tentang masyarakat sebagai berikut : “Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena itu manusia

hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan dari anggotanya, dengan kata lain masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia”.

(6)

manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat

mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”.

Dilihat dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka manusia

tidak akan terlepas dari fitrahnya sebagai bagian dari kesatuan sosial masyarakat. Selanjutnya Soekanto (1990: 20-21) menyatakan bahwa masyarakat pada

dasarnya mencakup beberapa unsur:

a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang pasti atau mutlak untuk menentukan beberapa jumlah manusia yang harus

ada.

b. Bercampur dalam waktu cukup lama, oleh karena itu dengan

berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia baru, manusia tersebut dapat bercakap-cakap, merasa, mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan pesan-pesan atau perasaan.

c. Mereka sadar bahwa mereka satu kesatuan.

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena itu setiap kelompok merasa dekat satu sama lain.

Pada dasarnya masyarakat merupakan sekelompok manusia yang saling berinteraksi atau bergaul disatukan oleh suatu ikatan pola tingkahlaku yang khas

mengenai semua faktor kehidupan dalam batas satu kesatuan, seperti masyarakat Indonesia sebagai salah satu contohnya. Struktur masyarakat Indonesia ditandai

(7)

a. Secara horizontal, ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan

sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan.

b. Secara vertical, ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertical antara

lapisan atas dan lapisan bawah.

Perbedaan lahir dari proses identifikasi yang terpacu oleh paham, ideologi serta agama itu, membuat kesatuan mulai terpecah-belah. Politik sebagai kesadaran

demokrasi berupa pancaran hak azasi. Maka fitrahnya manusia bisa berbeda, meskipun sepakat mengibarkan janji-janji yang satu tetapi masyarakat juga bisa terbelah, bukan hanya karena suku, keturunan atau budaya, tetapi karena “panutan/keyakinan”- Nya lain.

Adanya perbedaan, baik perbedaan kesatuan sosial maupun antar lapisan-lapisan, dapat menimbulkan perselisihan atau kecemburuan sosial yang mengakibatkan

ketimpangan sosial. Pada penjelasan diatas, masyarakat Indonesia adalah salah satu contoh yang struktur masyarakatnya ditandai oleh cirinya yang bersifat unik, adanya perbedaan tersebut dapat di fungsikan menjadi suatu kesatuan karena

suatu pengolahan budaya sehingga perbedaan tersebut tidak menjadi perselisihan atau kecemburuan sosial untuk setiap lapisan masyarakat.

Sebuah keadaan hubungan antara kedua belah pihak atau lebih yang menunjukan

keseimbangan. Keseimbangan disini bisa di sebut juga dengan akomodasi sebuah lingkungan yang memiliki beberapa karakter yang berbeda pada suatu tempat,

(8)

Dari pengertian di atas, masalah yang akan dibahas mengenai akomodasi, sebelum

peneliti menjelaskan lebih dalam ke masalah akomodasi yang ada di Pekon Kiluan Negeri sebaiknya peneliti akan memberikan contoh tentang adanya

pembauran yang menunjukan keseimbangan antar etnik yaitu tentang sejarah awal kehadiran etnis pendatang di Bandar Lampung.

Etnis Banten merupakan etnis luar pertama yang masuk Lampung sejak zaman

Sultan Agung Tirtayasa pada abad ke 17 dengan menepatkan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut Jenang atau Gubernur (sebutan sekarang). Keberadaan Wakil Sultan Banten di Lampung adalah untuk menguasai dan

memonopoli hasil-hasil bumi terutama lada (www.kongesbud.budsar.go.id diakses tanggal 05 Agustus 2010).

Selain etnis Banten, adapula etnis Bugis yang masuk ke Lampung pada abad ke

19. salah satu buktinya adalah berdirinya Masjid Jami Al-Anwar di Teluk Betung yang dibangun oleh keturunan etnis bugis pada tahun 1883. pada mulanya, masjid ini berupa Surau, namun hancur karena meletusnya Gunung Krakatau kemudian

di bangun kembali pada tahun 1888.

Pada abad ke 19, diperkirakan etnik Bengkulu juga telah masuk ke wilayah Bandar Lampung. Hal itu terlihat dari adanya Masjid Jami Al-Yaqin di jalan

Raden Intan yang dibangun etnis Bengkulu, semula Masjid tersebut terletak di dekat pos polisi pasar bawah, namun kemudian dipindahkan di depan BRI jalan

(9)

Setelah beberapa tahun berjalan terjadi adanya konflik yang membuat ketidak

nyamanan penduduk asli sehingga oleh Sultan di bagi lagi menjadi beberapa wilayah untuk memberikan bentuk keseimbangan yang akan menjadi satu

sehingga dapat diredah dan menjadi sebuah desa-desa, di dalam proses ini juga masih terjadi konflik antara penduduk lokal dan pendatang terutama dari Banten (www.kongesbud.budsar.go.id diakses tanggal 05 Agustus 2010).

Setelah beberapa tahu pemerintahan mempunyai inisiatif yang dapat melakukan akomodasi atau keseimbangan untuk daerah-daerah tertentu dengan cara gotong-royong yang melibatkan semua etnis yang ada pada suatu desa tersebut.

Gotong-royong di lakukan pertama kali di desa Labuhan Ratu tidak hanya itu yang di lakukan yaitu tentang adanya ronda malam kegiatan memperingati perayaan HUT

kemerdekaan RI maupun seterusnya. Dengan kegiatan ini tentu menunjukan bahwa telah muncul kesadaran masyarakat terhadap kehidupan bersama dan peduli terhadap lingkungan sekitar sehingga tidak harus mementingkan kelompok

atau etnik.

Keseimbangan itu bisa terjadi karena adanya kesadaran masyarakan akan menjaga lingkungan sekitar sehingga akan terbentuk suatu pertahanan untuk lingkungan itu

sendiri dan tidak akan mementingkan kelompok atau etnis lagi yang ada hanya menjaga keseimbangan di dalah hidup bermasyarakat. Sebagaimana akomodasi yang menujukan pada suatu keadaan berarti adanya suatu keseimbangan dalam

interaksi antara orang-perorangan atau kelompol-kelompok manusia dalam kaitanya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam

(10)

Dari contoh diatas selanjutnya peneliti menjelaskan tentang masalah yang menjadi

pembahasan utama yaitu akomodasi antar etnik di Pekon Kiluan Negeri yang ada di Teluk Kiluan. Sebagian besar masyarakat di Pekon Kiluan Negeri bersuku Lampung (40%), sisanya (60%) adalah campuran dari berbagai etnik, seperti

Jawa, Bali, Sunda, Bugis. Kelurahan Pekon Kiluan Negeri terbagi atas enam (6) lingkungan, dan penduduknya tersebar dalam 6 lingkungan, terbagi oleh beberapa

etnik yang ada (Sekertaris Pekon Kiluan Negeri). Banyaknya etnik yang terdapat di Pekon Kiluan Negeri, maka terjadi interaksi antar warga sehingga menimbulkan bentuk-bentuk interaksi. Seperti yang diungkapkan oleh Soekanto

(1990: 200), “Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama, persaingan, akomodasi dan bahkan bentuk pertentangan”.

Dalam suatu daerah biasanya ditempati oleh satu etnik atau kelompok tetapi untuk

daerah Lampung ini sudah beraneka ragam etnik yang tinggal dalam suatu daerah, karena itu dapat timbul suatu konflik yang membawa etnik sehingga memunculkan perang suku yang dapat memecah kesatuan. Akomodasi merupakan

proses yang menyebabkan setiap kumpulan etnik menyadari serta menghormati norma dan nilai dari etnik lain serta tetap mempertahankan budayanya

masing-masing.

Sebagai kumpulan etnik yang hidup secara harmonis dan menghormati antara satu dengan yang lain. Pada tingkat pemerintahan pusat, setiap kumpulan etnik

(11)

(http://www.pdfbar.com/free-ppt-download/akomodasi-ppt-Lau.html diakses

tanggal 05 Agustus 2010).

Saat ini yang dilakukan peneliti adalah meneliti tentang keharmonisan beberapa etnik yang tinggal dalam satu daerah selama 32 tahun yang sampai sekarang tidak

ada konflik antar etnik yang membawa perpecahan etnik, untuk itu peneliti tertarik mengkaji tentang proses akomodasi pada masyarakat Pekon Kiluan

Negeri.

Akomodasi antar etnik yang ditelaah oleh peneliti adalah bagaimana cara masyarakat Pekon Kiluan Negeri melakukan proses akomodasi sehingga menjadi

satu untuk memajukan pekon bersama-sama, yang didalamnya terdapat beberapa budaya dan adat istiadat yang berbeda tetapi mereka saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Semua dapat terjawab setelah dilakukan penelitian dengan observasi langsung

kelapangan. Peneliti tertarik mengangkat masalah ini dan mengambil judul ”Akomodasi antar Etnik di Teluk Kiluan” studi kasus pada Pekon Kiluan Negeri

Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus, dimana terdapat sebuah

pembauran etnik yang ada di masyarakat Pekon Kiluan Negeri itu sendiri, sehingga peneliti tertarik mengangkat judul tentang etnik dan pembauran yang

(12)

B. Perumusan Masalah

Berdasakan uraian yang terdapat di dalam latar belakang, maka permasalahannya sebagai berikut: “Apa saja bentuk dan hasil akomodasi antar etnik yang terdapat

di Pekon Kiluan Negeri”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasikan bentuk-bentuk akomodasi di dalam interaksi sosial antar etnik di Pekon Kiluan Negeri.

2. Untuk menjelaskan hasil akomodasi yang ada di Pekon Kiluan Negeri sehingga dapat terjadi pembauran yang harmonis antar etnik.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat disumbangkan baik secara teoritis maupun praktis kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun kegunaan dari

penelitian ini :

1. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan konsep ilmu sosiologi kebudayaan dan manajemen konflik,

khususnya dalam menganalisis tentang interaksi dan pengelolahan konflik yang ada pada masyarakat, menerapkan teori-teori yang menyangkut

(13)

2. Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dijadikan sumber penelitian

lebih mendalam dalam ruang lingkup yang luas, serta dapat membantu untuk pengelolaan konflik guna mewujudkan harmonisasi sosial di dalam

(14)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka terdapat beberapa kesimpulan antara lain:

1. Bentuk–bentuk akomodasi yang berada di Pekon Kiluan Negeri yaitu coercion merupakan suatu bentuk akomodasi yang dilakukan karena adanya paksaan seperti yang terjadi di Pekon Kiluan Negeri. Paksaan

terhadap masyarakat untuk tidak mengadakan hiburan pada hari–hari besar agama, compromise merupakan bentuk akomodasi dimana pihak–pihak

yang terlibat saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada, saat masyarakat menuntut adanya pemberlakuan trayek supaya merata tidak menguntungkan satu pihak saja,

arbitration merupakan suatu cara untuk mencapai compromise itu sendiri apabila pihak–pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapai kesepakatan sendiri makadilakukan suatu tindakan dimana pihak yang

bersangkutan saling mengurangi tuntutan agar tercapai tujuan yang sama seperti adanya konflik tentang perebutan mesin diesel dan generator

pembangkit listrik yang terjadi bulan Agustus tahun 2010 kemarin, concilitation suatu usaha untuk mempertemukan keinginan–keinginan dari

(15)

sehingga bisa disebut dengan toleransi seperti yang dilakukan oleh

masyarakat Pekon Kiluan Negeri.

2. Hasil–hasil akomodasi yang ada adalah akomodasi dan intergrasi

masyarakat dimana adanya perkawinan campur dari masing–masing etnik seperti perkawinan etnik Jawa dengan Lampung, etnik Lampung dengan Sunda, dan Etnik Sunda dengan Bugis. Untuk akomodasi dan intergrasi

masyarakat dengan alam dapat dilihat dari adanya larangan untuk menangkap dan memelihara hewan seperti kera yang disebut oleh

masyarakat Pekon Kiluan Negeri adalah kera hitam (Nyamang) karena dapat menimbulkan sutau masalah yang besar sehingga masyarakat tetap

menjaga hewan tersebut untuk tetap di hutan. Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda merupakan hasil yang berada pada Pekon Kiluan Negeri yang dipakai pada saat pemilihan Kepala Pekon untuk

saling melengkapi serta bersama–sama untuk memajukan Pekon itu sendiri. Perubahan lembaga–lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan yang baru terlihat dari peresmian Pekon Kiluan Negeri sebagai

peralihan dari dusun menjadi Pekon pada tahun 2007 sehingga lembaga– lembaga kemasyarakatan yang ada otomatis akan berubah. Hasil

akomodasi itu sendiri nampak terlihat pada akomodasi dan intergrasi masyarakat, akomodasi dan intergrasi masyarakat dengan alam, koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda dan perubahan-perubahan lembaga

yang ada pada masyarakat itu sendiri sehingga didapat keharmonisan antar etnik yang berada di Pekon Kiluan Negeri. Dari adanya hasil akomoadi

(16)

yang dimiliki oleh masyarakat untuk saling hidup berdampingan satu sama

lain dan dapat menyesuaikan diri dengan alam agar menjadi seimbang dalam kehidupan kesehari-hari.

B. Saran

1. Agar tetap harmonis maka masyarakat Pekon Kiluan Negeri bisa

mempertahankan cara penyelesaiaan masalah dengan musyawarah sehingga tidak terjadi perselisihan yang lebih besar, karena musyawarah yang berada pada Pekon Kiluan Negeri merupakan tradisi dari dulu,

sehingga harus bisa dipertahankan dan masyarakat Pekon Kiluan Negeri diharapkan dapat membangun solidaritas yang lebih tinggi untuk

kedepannya, sehingga akan lebih menjadi harmonis yang lebih tinggi dari sekarang.

2. Dari adanya bentuk dan hasil akomodasi yang ada di Pekon Kiluan Negeri

merupakan bagian dari proses akomodasi, sedangkan akomodasi merupakan salah satu bentuk dari adanya interaksi sosial sehingga

teman-teman mahasiswa untuk selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut tentang adanya interaksi sosial yang ada di masyarakat Pekon Kiluan Negeri tersebut, sehingga pada pembahasan yang ada di penelitian ini dapat di

Referensi

Dokumen terkait

1) Interaksi sosial yang bersifat assosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi seperti kerja sama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi.. Kerjasama

Bentuk interaksi sosial menjadi kebutuhan utama dalam menjalani kehidupan bermasyarakat secara damai yaitu dalam bentuk sosial seperti kerja sama dan akomodasi

Peneliti akan memfokuskan kajian pada kebijakan Kepala Pekon dalam proses Integrasi sosial setelah penyelesaian konfllik antar masyarakat (studi di Pekon

Interaksi sosial dalam komunikasi antarbudaya yang terjadi antara santri Jawa dan Madura di pondok pesantren Darul Falah Bangsri Jepara menunjukkan tidak adanya

Identitas sosial menentukan posisi subyek di dalam relasi atau interaksi sosialnya, sedangkan identitas politik menentukan posisi subyek di dalam suatu komunitas melalui suatu

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara perkembangan yang terjadi pada usaha pendukung akomodasi dengan penginapan di Prawirotaman. Adanya

Tindakan rasional instrumental yang terjadi dalam pola interaksi sosial antara Etnik Jawa terhadap masyarakat lokal yaitu seperti yang diungkapkan oleh informan mas

Bentuk interaksi sosial yang dilakukan siswa ABK di sekolah inklusi SD Negeri 136 Pekanbaru sudah berjalan dengan baik, karena Kerjasama dan bentuk akomodasi seperti mediasi,kompromi