• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA INTERAKSI GURU DAN SISWA SEBAGAI PROSES PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA DI MTS. NURUL HIDAYAH TAPAAN SAMPANG TAHUN AKADEMIK 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA INTERAKSI GURU DAN SISWA SEBAGAI PROSES PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA DI MTS. NURUL HIDAYAH TAPAAN SAMPANG TAHUN AKADEMIK 2015/2016."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

POLA INTERAKSI GURU DAN SISWA SEBAGAI PROSES

PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA DI MTS. NURUL HIDAYAH

TAPAAN SAMPANG TAHUN AKADEMIK 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program

Strata Satu (S1)

Oleh:

HUSNI MUBAROK D01211054

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iv

ABSTRAK

Husni Mubarok, NIM. D01211054, 2017. Pola interaksi guru dan siswa sebagai proses peningkatan kedisiplinan siswa di MTs. Nurul Hidayah desa Tapaan

Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang tahun akademik 2015-2016. Skripsi.

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing: Moh. Faizin, M.Pd.I

Kata kunci: Pola Interaksi,guru dan siswa, peningkatan kedisiplinan

MTs. Nurul Hidayah merupakan sekolah yang bernaung di Yayasan Nurul Hidayah, dimana tujuan mengadakan MTs. untuk membangun sumber daya manusia di Tapaan, mengingat pada masa itu di Tapaan masih jarang lembaga sekolah untuk menuntut ilmu. Dan MTs. Nurul Hidayah merupakan satu-satunya sekolah yang ada di Kecamatan Banyuates yang mendapatkan bantuan dari pemerintah, dimana bantuan itu datang dari kemitraan Indonesia dan Australia yang juga dikenal dengan sebutan AIBEP (Ausralia Indonesia Basic Education Program). Yayasan Nurul Hidayah mendapatkan bantuan sebesar satu miliar untuk membangun sekolah lanjutan tingkat pertama atau Madrasah Tsanawiyah.

Pola interaksi merupakan bentuk-bentuk dalam proses terjadinya interaksi. Pola interaksi selalu dikaitkan dengan istilah sosial dalam ilmu sosiologi. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Adapun yang ingin dikaji dalam skripsi ini, adalah : Bagaimana pola interaksi guru dan siswa sebagai proses peningkatan kedisiplinan siswa di MTs. Nurul Hidayah desa Tapaan Kecamatan banyuates

kabupaten sampang tahun akademik 2015-2016

(7)

x

DAFTAR ISI

COVER ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii

ABSTRAK ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : Pendahuluan A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Penelitian Terdahulu ... 9

F. Difinisi Oprasional ... 9

G. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II : KajianTeori A. Pola Interaksi Guru dan Siswa ... 20

1. Interaksi Sosial Antar Individu ... 20

2. Interaksi Sosial Antar Indvidu dan Kelompok ... 20

(8)

xi

B. Kedisiplinan Siswa ... 29

1. Pengertian Kedisiplinan ………. 29

2. Tujuan Kedisiplinan ……… .. 33

3. Fungsi Kedisilnan ………... 35

4. Unsur Kedisiplinan ………. 38

BAB III : Metode Penelitian A. Pendekatan Penelitian ... 52

B. Jenis Penelitian .. ... 54

C. Lokasi Penelitian ... 54

D. Pemilihan Subyek Penelitian ... 55

E. Sumber Data ... 56

F. Tahap-Tahap Penelitian ... 58

G. Tehnik Pengumpulan Data ... 59

H. Tehnik Analisis Data ... 62

BAB IV: Laporan Hasil Penelitian A. Latar Belakang Obyek Penelitian………... 65

1. Sejarah Berdirinya MTs.Nurul Hidayah………. ... 65

2. Visi, Misi dan Tujuan MTs. Nurul Hidayah………. . 67

3. Struktur Organisasi MTs. Nurul Hidayah………. . 69

4. Keadaan Siswa-siswi MTs.Nurul Hidayah………. ... 70

(9)

xii

1. Pola Interakasi Guru dan Siswa Sebagai Proses Peningkatan Kedisiplinan Siswa Di MTs. Nurul Hidayah Tapaan Sampang

Tahun Akademik 2015/2016 ... . 72

a. Pola Interaksi sesama Guru ... 72

b. Pola Interaksi Guru dan Siswa ... . 74

c. Pola Interaksi Guru dengan Wali Siswa ... . 75

C. Tindakan Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di MTs. Nurul Hidayah Tapaan Sampang Tahun Akademik 2015/2016 1. Pendekatan Terhadap Siswa ... . 77

2. Tindakan Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan... .. 81

D. Pola Interaksi Guru dan Siswa Sebagai Proses Peningkatan Kedisiplinan Siswa Di MTs. Nurul Hidayah Tapaan Sampang Tahun Akademmik 2015/2016 ... 83

BAB V : Penutup A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91 Daftar Pustaka

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan untuk berinteraksi antara satu sama lain. Dari interaksi sosial ini timbul hubungan timbal balik yang akan tercapai sebuah tatanan hidup yang komplek dan memerlukan aturan hukum yang mengikat. 1 Dalam ilmu Sosiologi

interaksi selalu dikaitkan dengan istilah sosial. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial yang juga dapat dinamakan proses sosial. Oleh karena itu, interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara bahkan mungkin berkelahi, aktivitas semacam itu merupakan bentuk atau pola interaksi sosial.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang

1 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta: UII

(11)

2

berlangsung sepanjang hidupnya di dalam masyarakat. Secara teoritis, sekurang kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi.2

Pandangan lain tentang interaksi sosial dikemukakan juga oleh Astrid S. Susanto yang mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini. Sama halnya dengan pendapat Bonner, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antar individu, antar kelompok atau antara individu dan kelompok. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

Interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu:

1) Interaksi sosial yang bersifat assosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi seperti kerja sama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi.

(12)

3

a. Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

b. Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.

c. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu yang lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.

d. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusi dengan suatu kebudayaan tertentu diharapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudyaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri. 2) Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni mengarah pada

bentuk-bentuk pertentangan atau konflik seperti persaingan, kontroversi, konflik.

(13)

4

hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawanya

b. Kontroversi adalah bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan atau konflik. Wujud kontroversi antara lainsikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sifat tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.

c. Konflik adalah proses sosial antar perongan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial diantara mereka yang bertikai tersebut.3

Proses interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terkadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki bagi manusia, kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi malaui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretatif proses interaksi sosial dapat terja dibila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak

3 Paul Johnsondoyle, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, ( Gramedia Pustaka: Jakarta, 1980), hlm,

(14)

5

sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial, komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi yang disampaikan.

Di dalam pembelajaran interaksi merupakan salah satu syarat terjadinya aktivitas berjalannya dalam sebuah lembaga atau sekolah. Sekolah merupakan tempat dimana siswa dapat belajar secara formal, serta tempat atau lembaga yang dirancang atau dibuat untuk pengajaran siswa disekolah, yang dibimbing oleh seorang guru. Ada beberapa tingkatan sekolah, yaitu SD, SMP, SMA dan Universitas.

Tujuan dari disiplin sekolah itu sendiri yaitu untuk menciptakan keamanan, kenyamanan bagi siswa serta kegiatan belajar disekolah. Disiplin sangatlah penting dalam proses pendidikan, maka dari itu sekolah pasti memiliki sebuah aturan yang harus di ikuti serta diterapkan oleh guru, siswa dan seluruh aparat sekolah, aturan yang diberlakukan bagi siswa, guru dan aparat sekolah menjadi landasan kedisiplinan disekolah. Kedisiplinan disekolah sangatlah penting, maka dari itu kedisiplinan harus diterapkan dalam setiap sekolah agar pembelajaran disekolah dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan serta sesuai dengan visi dan misi sekolah.

(15)

6

kedisiplinan bagi dirinya serta anak didiknya, dan seorang guru harus bisa memberikan contoh yang baik serta mampu menerapkan kedisiplinan dengan baik, maka dari itu guru sebagai tolak ukur terciptanya kedisiplinan bagi siswa harus mampu menerapkan kedisiplinan dengan baik, baik dalam kegiatan pembelajaran ataupun dalam perilaku siswa. Dengan hal ini di MTs. Nurul Hidayah Tapaan Banyuates Sampang pada tahun akademik 2015/2016 mengalami penurunan kedisiplinan sehingga membutuhkan penegakan untuk mencegah yang namanya penurunan kedisiplinan karena seperti yang kita ketahui kedisiplinan itu sangat penting untuk diterapkan di sekolah, karena dengan disiplin akan menjadikan siswa itu seperti yang kita harapkan, yaitu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Salah satu ketidakdisiplinan yang terjadi di sekolah MTs. Nurul Hidayah disini yaitu, datang terlambat, sering bolos dan tidak mengerjakan tugas.

Sekolah merupakan tempat dimana siswa dapat belajar secara formal, serta tempat atau lembaga yang dirancang atau dibuat untuk pengajaran siswa disekolah, yang dibimbing oleh seorang guru. Kedisiplinan siswa jelas akan mempengaruhi perilaku lainnya, di lingkungan manapun baik di lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu kedisiplinan siswa mencakup: 1. Kedisiplinan di rumah dan lingkungan masyarakat, seperti ketaqwaan

(16)

7

menyiapkan dan membenahi keperluan belajarnya, mematuhi tata tertib di rumah dan mempunyai kepedulian terhadap lingkungan. 2. Kedisiplinan di lingkungan sekolah dimana siswa sedang melakukan

kegiatan belajarnya. Di lingkungan sekolah kedisiplinan ini diwujudkan dalam pelaksanaan tata tertib sekolah.

Tujuan dari disiplin sekolah itu sendiri yaitu untuk menciptakan keamanan, kenyamanan bagi siswa serta kegiatan belajar disekolah. Oleh sebab itu, suatu tujuan akan tercapai apabila terjadi keharmonisan dalam suatu hubungan.4

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah dalam menganalisis obyek dan subyek penelitian maka dianggap perlu adanya pembatasan masalah dalam bentuk rumusan masalah, dan adapaun rumusan masalah tersebut yaitu :

1. Bagaimana pola interaksi guru dan siswa sebagai proses peningkatan kedisiplinan siswa di MTs. Nurul Hidayah Tapaan Banyuates Sampang tahun akademik 2015/2016 ?

2. Bagaimana tindakan guru dalam proses meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs. Nurul Hidayah Tapaan Banyuates Sampang tahun akademik 2015/2016 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah :

4 Abd. Wahab H.S & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual,

(17)

8

1. Untuk mengetahui Bagaimana pola interaksi guru dan murid sebagai proses peningkatan kedisiplinan siswa di MTs. Nurul Hidayah Tapaan Kabupaten Sampang tahun akademik 2015/2016.

2. Untuk mengetahui Bagaimana tindakan guru dalam proses meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs. Nurul Hidayah Tapaan Kabupaten Sampang tahun akademik 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi peneliti dan layak umum, lebih khususnya bagi para akademisi dan intelektualis dapat dijadikan sebagai rujukan konseptual dalam dunia keilmuan dan sebagai landasan awal untuk melakukan penelitian lanjutan nantinya. 2. Bagi Intsansi terkait dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

menentukan agenda kerja dan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan tema yang ditulis oleh peneliti.

E. Penelitian Terdahulu

Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Amirul Mu’minin, dalam

skripsi yang berjudul “ Setrategi Pengembangan Pendidikan Kedisiplinan Siswa di MA Nurul Khoir Rungkut Surabaya” Skripsi ini membahas

tentang langkah-langkah yang digunakan dalam mewujudkan pendidikan kedisiplinan siwa dengan maksud agar pelaksanaan pendidikan siswa dapat dijalankan dengan baik .5

5 Muhammad Amirul Mu’minin, Setrategi Pengembangan Pendidikan Kedisiplinan Siswa di MA

(18)

9

F. Definisi Operasional

1. Pola Interaksi

Kamus lengkap bahasa Indonesia M. Ali menyatakan bahwa pola adalah gambar yang dibuat contoh atau model. Jika dihubungkan dengan pola interaksi adalah bentuk-bentuk dalam proses terjadinya interaksi. Interaksi selalu dikaitkan dengan istilah sosial dalam ilmu sosiologi. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial yang juga dapat dinamakan proses sosial. Oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.6

Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saing menegur, berjabat tangan, saling berbicara bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk atau pola interaksi sosial.7

a. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial

6 Onong Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994),

hlm, 20.

7 West dan Tunner, Pengantar Teori Komunikasi, edisi 3, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008),

(19)

10

adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya di dalam masyarakat. Secara teoritis, sekurang kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi.8

Pandangan lain tentang interaksi sosial dikemukakan juga oleh Astrid S. Susanto yang mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini. Sama halnya dengan pendapat Bonner, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Menurut Soerjono Soekanto interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antar individu, antar kelompok atau antara individu dan kelompok. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.

8 J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana,

(20)

11

b. Ciri Interaksi Sosial

Sistem sosial dalam masyarakat akan membentuk susatu pola hubungan sosial yang relatif baku atau tetap, apabila interaksi sosial yang terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu relatif lama dan diantara para pelaku yang relatif sama. Pola seperti ini dapat dijumpai dalam bentuk sistem nilai dan norma. Sejarah pola yang melandasi interaksi sosial adalah tujuan yang jelas, kebutuhan yang jelas dan bermanfaat, adnya kesesuaian dan berhasil guna adanya kesesuaian dengan kaidah sosial yang berlaku dan dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial itu memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang

2) Interaksi sosial selau menyangkut komunikasi diantara dua pihak yaitu pengirim dan penerima.

3) Interaksi sosial merupakan suatu usaha untuk menciptakan pengertian diantara pengirim dan penerima.

4) Ada tujuan-tujuan tertentu terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut. Interaksi sosial menekankan juga pada tujuan mengubah tingkah laku orang lain yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dari penerima.9

9 Zeitlin, Irving, Memahami Kembali Sosiologi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2001),

(21)

12

c. Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu: 1. Interaksi sosial yang bersifat assosiatif, yakni yang mengarah

kepada bentuk-bentuk asosiasi seperti kerja sama, akomodasi, asimilasi,akulturasi.

e. Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. f. Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam

interaksi antara pribadi dan kelompok dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.

g. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu yang lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.

(22)

13

2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni mengarah pada bentuk-bentuk pertentangan atau konflik seperti persaingan, kontroversi, konflik.

d. Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawanya

e. Kontroversi adalah bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan atau konflik. Wujud kontroversi antara lainsikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sifat tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.

f. Konflik adalah proses sosial antar perongan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial diantara mereka yang bertikai tersebut.10

d. Proses Interaksi Sosial

Proses sosial merupakan cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok saling bertemu dan

10 Paul Johnsondoyle, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, ( Gramedia Pustaka: Jakarta, 1980),

(23)

14

menentukan system serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan perkataan lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.11

Proses interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terkadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi malaui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu.

Proses tersebut disebut juga dengan interpretatif proses interaksi sosial dapat terja dibila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial, komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi yang disampaikan. (Karp dan Yoels) menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau

(24)

15

interaksi sosial. Sumber informasi tersebut dapat terbagi menjadi dua, yaitu ciri-ciri fisik dan penampilan.12

3. Kedisiplinan Siswa

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang mendapat awalan ke dan akhiran–an menurut kamus besar bahasa Indonesia disiplin

mempunyai arti ketaatan dan kepatuhan pada aturan, tata tertib dan lain sebagainya.13

Secara istilah disiplin oleh beberapa pakar diartikan sebagai berikut:

a. Keith Davis dalam Drs. R.A. Santoso Sastropoetra mengemukakan: Disiplin diartikan sebagai pengawasan terhadap diri pribadi untukmelaksanakan segala sesuatu yang telah disetujui atau diterima sebagaitanggung jawab.

b. Julie Andrews dalam Shelia Ellison and Barbara An Barnet PH. Dberpendapat bahwa “Discipline is a form of life training that, onceexperienced and when practiced, develops an individual’s

ability tocontrol themselves”. (Disiplin adalah suatu bentuk latihan kehidupan,suatu pengalaman yang telah dilalui dan dilakukan, mengembangkankemampun seseorang untuk mawas diri).

c. Mahmud Yunus dalam bukunya “At Tarbiyah wa Ta’lim” mengatakan “…Disiplin adalah kekuatan yang ditanamkan oleh para pendidik untukmenanamkan dalam jiwa tentang tingkah laku

12 Lipwijayanto, Realitas dan Moralitas Kaum Terpelajar, (Yogyakarta: 2005), hlm, 109

13 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

(25)

16

dalam pribadi muriddan bentuk kebiasaan dalam diri mereka, tunduk dan patuh dengansebenar-benarnya pada aturan-aturan yang sesuai dengan prinsippendidikan yang sesungguhnya yaitu inti yang dijalankan pada setiapaktivitas sekolah.14

d. Soegeng Prijodarminto, S.H. dalam buku “Disiplin Kiat Menuju

Sukses” mengatakan: Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta

dan terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.15

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses latihan yang dikembangkan menjadi serangkaian prilaku yang di dalamnya terdapat unsur-unsur ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban dan semua itu dilakukan sebagai tanggungjawab yang bertujuan untuk mawas diri.

Konsep populer dari “Disiplin“ adalah sama dengan “Hukuman”.Menurut konsep ini disiplin digunakan hanya bila anak

melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal. Halini sesuai dengan Sastrapraja yang berpendapat bahwa:

14 Mahmud Yunus dan Muhammad Qosim Bakri, At Tarbiyah wa Ta’lim Juz II, ( Darussalam

Pers: Ponorogo, 199 ), hlm, 36.

15 Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, (Pradnya Paramita: Jakarta, 1994), hlm,

(26)

17

Disiplin adalah penerapan budinya kearah perbaikan melalui pengarahan dan paksaan.16

Sementara itu Elizabet B. Hurlock dalam perkembangan anak menjelaskan bahwa disiplin berasal dari kata yang sama dengan

“disciple”,yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti

seorangpemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakanmurid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju kehidupan yangberguna dan bahagia jadi disiplin merupakan cara masyarakat (sekolah) mengajar anak prilaku moral yang disetujui kelompok.

G. Sistematika Pembahasan

Bab pertama, peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penlitian, penelitian terdahulu dan definisi oprasional.

Bab kedua, menjelaskan tentang teori apa yang akan digunakan untuk menganalisis penelitian. Kerangka teoritik merupakan suatu model konseptual tentang bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penelitian. Pada bab ini juga membahas tentang kajian pustaka.

Bab ketiga, mendeskripsikan rancangan penelitian, instrument penelitian, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data dan langkah-langkah analisis data, secara khusus bagian-bagian yang dimuat mengacu

16 Sastrapraja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Usaha Nasional: Surabaya, 1987), hlm,

(27)

18

pada pendekatan penelitian yang dibagi menjadi dua yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Bab ke empat, Pada bab ini memuat hasil laporan penelitian dan pemaparan yang sesuai dengan pendekatan penelitian.

(28)

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pola Interaksi Guru dan Siswa

Dalam dunia pendidikan pola-pola interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar itu sangatlah penting untuk menciptakan apa yang diinginkan sekolah. Dengan demikian akan menciptkan dorongan dari guru terhadap siswa akan timbul sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Ada selain karena faktor kebutuhan yang timbul dari dalam dirinya yang tercakup dalam kebutuhan mendasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan integratif. Manusia juga mempunyai naluri untuk selalu hidup berkelompok atau bersama dengan orang lain. Hal ini disebut dengan naluri gregariousness. Dengan demikian, faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bersama dengan orang lain sebagai berikut :

1. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya 2. Dorongan untuk mempertahankan diri

3. Dorongan untuk meneruskan generasi atau turunan

4. Dorongan untuk hidup bersama yang di wujudkan dalam bentuk hasrat untuk menjadi satu dengan manusia sekelilingnya, dan hasrat untuk menjaadi satu dengan suasana alam sekitarnya.17

Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mendasar, sosial dan integratif dilakukan melalui suatu proses yang disebut dengan

17 Narwoko, J. Dwi Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana,

(29)

20

interaksi sosial. Menurut Kinball Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu, tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Menurut Gillin, interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang dinamis antara perorangan, antara individu, dan antar kelompok manusia. Dari pengertian tersebut, kita dapat membedakan pola-pola interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam wujud sebagai berikut:

a. Interaksi Sosial antar Individu

Apabila dua individu bertemu, proses interaksipun dimulai pada saat mereka saling menegur, berjabat tangan, dan berkomunikasi. Walaupun dua individu yang bertatap muka itu tidak saling mengadakan aktivitas, sebenarnya interaksi telah terjadi karena masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain lain yang menyebabkan perubahan perasaan dan syaraf orang-orang yang bersangkutan.

b. Interaksi Sosial antar Individu dan Kelompok

(30)

21

kelompok siswa.18 Sedangkan dipandang dari segi psikologi melihat bahwa ada bermacam-macam pendapat yang dikemukakan oleh ahli-ahli psikologi tentang pengertia sikap, dunia psikologi akan sedikit mengulas tentang apa sih yang dinamakan sikap, Seperti yang dikatakan oleh ahli psikologi W.J Thomas yang memberikan batasan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif maupun negatif, yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi disini meliputi: simbol, kata-kata, slogan, lembaga, ide dan sebagainya.

Menurut Sarnoff mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi secara positif atau secara negatif terhadap obyek-obyek tertentu. D. Krech dan R.S Crutchfield berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.

Sedangkan La Pierre memberikan sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Lebih lanjut soetarno memberikan definisi sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada

18 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1980),

(31)

22

sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peristiwa, pandangan, lembaga dan norma.19

Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situsi. Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya.20

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya di dalam masyarakat. Secara teoritis, sekurang kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi.21

19 H. Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm, 155.

20 Turner dan West, Pengantar Teori Komunikasi, edisi 3, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008),

hlm,17.

21 J. dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, ( Jakarta: Kencana,

(32)

23

Pandangan lain tentang interaksi sosial dikemukakan juga oleh Astrid S. Susanto yang mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini. Sama halnya dengan pendapat bonner, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

(33)

24

1. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang

2. Interaksi sosial selalu menyangkut komunikasi diantara dua pihak yaitu pengirim dan penerima

3. Interaksi sosial merupakan suatu usaha untuk menciptakan pengertian diantara pengirim dan penerima

4. Ada tujuan-tujuan tertentu terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut. Interaksi sosial menekankan juga pada tujuan mengubah tingkah laku orang lain yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dari penerima.22

Bentuk interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu: 1. Interaksi sosial yang bersifat assosiatif, yakni yang mengarah

kepada bentuk-bentuk asosiasi seperti kerja sama, akomodasi, asimilasi,akulturasi.

a. Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. b. Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam

interaksi antara pribadi dan kelompok dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.

c. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu yang lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah

22 M. Zeitlin, Irving, Memahami Kembali Sosiologi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

(34)

25

sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.

d. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusi dengan suatu kebudayaan tertentu diharapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudyaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni mengarah pada bentuk-bentuk pertentangan atau konflik seperti persaingan, kontroversi, konflik.

a. Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawanya b. Kontroversi adalah bentuk proses sosial yang berada

(35)

26

kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.

c. Konflik adalah proses sosial antar perongan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial diantara mereka yang bertikai tersebut.23

Proses interaksi sosial merupakan cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan perkataan lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.24

Proses interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terkadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi malaui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu.

Proses tersebut disebut juga dengan interpretatif proses interaksi sosial dapat terja dibila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak

23

Paul Johnson doyle, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1980), hlm, 59.

(36)

27

sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial, komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi yang disampaikan. (karp dan yoels) menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial.

Sumber informasi tersebut dapat terbagi menjadi dua, yaitu ciri fisik dan penampilan.25

1. Ciri fisik

Adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia dan ras

2. Penampilan

Penampilan dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusaana dan wacana.

B. Kedisiplinan Siswa

1. Pengertian Kedisiplinan Siswa

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang mendapat awalan ke dan akhiran–an menurut kamus besar Bahasa Indonesia disiplin mempunyai arti ketaatan dan kepatuhan pada aturan, tata tertib dan lain sebagainya.26

Secara istilah disiplin oleh beberapa pakar diartikan sebagai berikut: a. Keith Davis dalam Drs. R.A. Santoso Sastropoetra

mengemukakan, “…Disiplin sebagai pengawasan terhadap diri

25 Lipwijayanto, Realitas dan Moralitas Kaum Terpelajar, (Yogyakarta 2005), hlm, 109. 26 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

(37)

28

pribadi untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah disetujui atau diterima sebagai tanggung jawab

b. Julie Andrews dalam Shelia Ellison and Barbara An Barnet Ph.

D berpendapat: “…Disiplin adalah suatu bentuk latihan

kehidupan, suatu pengalaman yang telah dilalui dan dilakukan, mengembangkan kemampun seseorang untuk mawas diri). c. Mahmud Yunus dalam bukunya “At Tarbiyah wa Ta’lim”

mengatakan: “…Disiplin adalah kekuatan yang ditanamkan oleh

para pendidik untuk menanamkan dalam jiwa tentang tingkah laku dalam pribadi murid dan bentuk kebiasaan dalam diri

mereka, tunduk dan patuh dengan sebenar-benarnya pada aturan-aturan yang sesuai dengan prinsip pendidikan yang sesungguhnya yaitu inti yang dijalankan pada setiap aktivitas sekolah.

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.27 Dari

definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses latihan yang dikembangkan menjadi serangkaian prilaku yang di dalamnya terdapat unsur-unsur ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban dan semua itu dilakukan sebagai tanggung jawab yang bertujuan untuk mawas diri.

27 Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, (Pradnya Paramita: Jakarta), 1994,

(38)

29

Konsep populer dari “Disiplin “ adalah sama dengan “Hukuman”. Menurut konsep ini disiplin digunakan hanya bila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal. Hal ini sesuai dengan Sastrapraja yang berpendapat bahwa: “…Disiplin adalah penerapan budinya kearah perbaikan melalui

pengarahan dan paksaan.28 Sementara itu Elizabet B.Hurlock dalam

perkembangan anak menjelaskan bahwa disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple”, yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju kehidupan yang berguna dan bahagia jadi disiplin merupakan cara masyarakat (sekolah) mengajar anak prilaku moral yang disetujui kelompok.29

Lebih lanjut Subari menegaskan bahwa disiplin adalah penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya tujuan peraturan itu.Sedangkan menurut Jawes Draver “Disiplin “ dapat diartikan kontrol terhadap kelakuan, baik oleh suatu keluasan luar ataupun oleh individu sendiri. Adapun Made Pidarta mendefinisikan “Disiplin” adalah tata kerja seseorang yang sesuai dengan aturan dan norma yang telah disepakati sebelumnya. Jadi, seorang guru dikatakan berdisiplin bekerja, kalau ia bekerja dengan waktu yang tepat, taat pada petunjuk

(39)

30

atasan, dan melakukan kewajiban sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam mendidik dan mengajar dari berbagai pendapat diatas jelaslah bahwa disiplin terkait dengan peraturan yang berlaku di lingkungan hidup seseorang, dan seseorang dikatakan berdisiplin jika seseorang itu sepenuhnya patuh pada peraturan atau norma-norma.

Disiplin mencakup totalitas gerak rohani dan jasmani massa yang konsisten terus menerus tunduk dan patuh tanpa reserve melaksanakan segala perintah atau peraturan. Totalitas kepatuhan meliputi niat, akal pikiran, katakata dan perbuatan di dalam diri setiap insan. Penyelewengan atas garis-garis haluan manusia yang telah ditetapkan, pasti akan mengakibatkan kekeroposan dan ketidakstabilan dalam keseluruhan sistem dan struktur massa tersebut. Seseorang dikatakan menjalankan ketertiban jika orang tersebut menjalankan peraturan karena pengaruh dari luar misalnya guru, kepala sekolah dan orang tua. Sedang seseorang dikatakan bersiasat jika orang tersebut menjalankan peraturan yang harus dijalankan dengan mengingat kepentingan umum dan juga kepentingan diri sendiri.

(40)

31

maupun tidak menjamin bahwa kegiatan yang dihentikan akan digantikan prilaku yang lebih dapat diterima. Konsep positif dari disiplin sama dengan pendidikan dan bimbingan karena menekan pertumbuhan di dalam, disiplin diri dan pengendalian diri. Ini kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam. Disiplin negative memperbesar ketidakmatangan individu, sedangkan disiplin positif menumbuhkan kematangan. Disiplin positif akan membawa hasil yang lebih baik dari pada disiplin negatif.

2. Tujuan Disiplin Siswa

Penanaman dan penerapan sikap disiplin pendidikan tidak dimunculkan sebagai suatu tindakan pengekangan atau pembatasan kebebasan siswa dalam melakukan perbuatan sekehendaknya, akan tetapi hal itu tidak lebih sebagai tindakan pengarahan kepada sikap yang bertanggung jawab dan mempunyai cara hidup yang baik dan teratur. sehingga dia tidak merasakan bahwa disiplin merupakan beban tetapi disiplin merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya menjalankan tugas sehari-hari.

(41)

32

yang sama, yaitu mengajar anak bagaimana berprilaku dengan cara yang sesuai dengan standar kelompok sosial (sekolah), tempat mereka diidentifikasikan.

Adapun tujuan disiplin menurut Charles adalah:

a. Tujuan jangka panjang yaitu supaya anak terlatih dan terkontrol dengan ajaran yang pantas.

b. Tujuan jangka panjang yaitu untuk mengembangkan dan pengendalian diri anak tanpa pengaruh pengendalian dari luar. 30

Disiplin memang seharusnya perlu diterapkan disekolah untuk kebutuhan belajar siswa. Hal ini perlu ditanamkan untuk mencegah perbuatan yang membuat siswa tidak mengalami kegagalan, melainkan keberhasilan. Disiplin yang selalu terbayang adalah usaha untuk menyekat, mengontrol dan menahan. Sebenarnya tidak hanya demikian, disisi lain juga melatih, mendidik, mengatur hidup berhasil dan lebih baik dalam keteraturan.

Segala kegiatan atau aktivitas akan dapat terselesaikan dengan mudah, rapi dan dalam koridor tanggung jawab secara utuh. Soekarto Indra Fachrudin menegaskan bahwa tujuan dasar diadakan disiplin adalah: a. Membantu anak didik untuk menjadi matang pribadinya dan

mengembangkan diri dari sifat-sifat ketergantungan ketidak bertanggung jawaban menjadi bertanggung jawab.

30Charles Schaefer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplin Anak, (Mitra Utama: Jakarta, 1980),

(42)

33

b. Membantu anak mengatasi dan mencegah timbulnya problem disiplin dan menciptakan situasi yang favorebel bagi kegiatan belajar mengajar di mana mereka mentaati peraturan yang ditetapkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin adalah untuk membentuk prilaku seseorang ke dalam pola yang disetujui oleh lingkungannya.

3. Fungsi Disiplin Siswa

Pada dasarnya manusia hidup di dunia memerlukan suatu norma aturan sebagai pedoman dan arahan untuk mempengaruhi jalan kehidupan, demikian pula di sekolah perlu adanya tata-tertib untuk berlangsungnya proses belajar yang tinggi maka dia harus mempunyai kedisiplinan belajar yang tinggi. Berdisiplin akan membuat seseorang memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan pembentukan yang baik, yang akan menciptakan suatu pribadi yang luhur.31

Menurut Singgih D. Gunarsah disiplin perlu dalam mendidik anak supaya anak dengan mudah dapat :

1. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain hak milik orang lain

2. Mengerti tingkah laku baik dan buruk

(43)

34

3. Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain.32

Jika kita cermati lebih lanjut, nampaknya memang benar sekali suatu tata tertib atau aturan bagi pengendalian tingkah laku siswa memang harus dilakukan. Tata tertib disertai pengawasan akan terlaksananya tata tertib, dan pemberian pengertian pada setiap pelanggaran tentunya akan menimbulkan rasa keteraturan dan disiplin diri.

Fungsi disiplin ada dua yaitu : 1. Fungsi yang Bermanfaat

a. Untuk mengajarkan bahwa prilaku tentu selalu akan diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti dengan pujian

b. Untuk mengajar anak suatu tindakan penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut suatu konformitas yang berlebihan

c. Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka.

2. Fungsi yang tidak Bermanfaat a. Untuk menakut nakuti anak

b. Sebagai pelampiasan agresi orang yang mendisiplin.33

32Singgih D Gunarso, Psikologi untuk Membimbing, (PT. Gunung Mulia: Jakarta, 2000), hlm, 58.

(44)

35

Fungsi pokok disiplin adalah mengajar anak untuk menerima pengekangan yang dilakukan dan membentuk, mengarahkan energi anak ke dalam jalur yang benar dan diterima secara sosial.

Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa dengan adanya disiplin dalam mentaati tata tertib, siswa akan merasa aman karena dapat mengetahui mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik untuk dihindari.

Dan hal ini sangat menunjang pada kelancaran proses belajar mengajar di sekolah yang berarti akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini senada dengan ungkapan The Liang Gie bahwa “ Pokok pangkal yang pertama dan cara belajar yang baik adalah keteraturan. Kebiasaan teratur dalam aktifitas belajar baik di rumah maupun di sekolah adalah kewajiban siswa agar belajarnya berjalan efektif. Kepatuhan dan disiplin harus ditanamkan dan dikembangkan dengan kemauan dan kesungguhan. Dengan demikian maka kecakapan akan benar-benar dimiliki dan ilmu yang sedang dituntut dapat dipelajari dan dimengerti secara sempurna.

(45)

36

peraturan dan konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang di gunakan untuk mengajar dan melaksanakannya.

4. Unsur Disiplin Siswa

Disiplin diharapkan mampu mendidik siswa untuk berprilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosialnya (sekolah), Hurlock EB, menjelaskan bahwa disiplin harus mempunyai empat unsur pokok apapun cara mendisiplin yang harus digunakan, yaitu: peraturan sebagai pedoman prilaku, hukuman untuk pelanggaran peraturan, penghargaan untuk prilaku yang baik sejalan dengan peraturan dan konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang di gunakan untuk mengajar dan melaksanakannya.

a. Peraturan

Pokok peraturan disiplin adalah peraturan. Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan orang tua, guru, atau teman bermain. Tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman prilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Peraturan dan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur prilaku34 yang diharapkan yang terjadi pada diri siswa. Dilingkungan sekolah gurulah yang yang diberi tanggung jawab untuk

(46)

37

menyampaikan dan mengontrol kelakuannya dan tata tertib bagi sekolah yang bersangkutan.35

Menurut Suharsimi Arikunto, semua peraturan yang berlaku umum maupun khusus meliputi tiga unsur yaitu :

a. Perbuatan atau prilaku yang diharuskan dan yang dilarang contohnya, jika terlambat datang harus lapor kebagian pengajar untuk memperoleh surat keterangan terlambat yang harus diserahkan kepada guru yang sedang mengajar

b. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau yang melanggar peraturan contohnya, jika terlambat dan tidak melapor kebagian pengajar dianggap tidak masuk sekolah, dan setibanya dikelas tidak diizinkan mengikuti pelajaran

c. Cara dan prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subyek yang dikenai peraturan tersebut contohnya, peraturan tentang keterlambatan datang ke sekolah dikomunikasikan kepada siswa dan orang tua secara tertulis pada waktu mereka mendaftarkan kembali sesudah dinyatakan diterima di sekolah yang bersangkutan.

Menurut Suharsimi Arikunto ada beberapa cara dan prosedur yang dapat dipilih oleh sekolah untuk menyusun peraturan dan tata tertib sekolah, yaitu:

35Suharsimi Arikunto, Menejemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Rineka Cipta: Jakarta,

(47)

38

a. Disusun melalui diskusi yang diselenggarakan oleh sekolah, guru, dan siswa baik secara umum tapi dilakukan secara bertahap maupun perwakilan dan kelompok–kelompok siswa misalnya

menurut kelas, jenis kelamin, atau gabungannya.

b. Disusun oleh pihak sekolah, kemudian dibicarakan dalam rapat BP3 untuk mendapatkan saran–saran dan pengesahan peraturan dan tata tertib yang dihasilkan dengan cara ini akan dipandang sebagai milik sekolah dan orang tua sehingga berlakunya peraturan dan tata tertib tersebut dapat dukungan dan bantuan dari pihak ketiga.

c. Disusun oleh pihak sekolah sendiri, dapat dilanjutkan dengan langkah meminta saran– saran tertulis orang tua dan siswa.

d. Disusun oleh kelompok siswa yang dipilih sebagai wakil mereka, lalu konsepnya dikonsultasikan kepada pihak sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan lalu diberlakukan secara umum oleh sekolah.

e. Disusun oleh pihak sekolah sendiri tanpa melibatkan pihak siswa sebagai subyek sasaran maupun orang tua siswa yang dapat dijadikan sebagai penopang berlakunya hasil susunan yang berupa peraturan dan tata tertib.

(48)

39

itu dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan belajar itu sendiri.

Peraturan mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk bermoral. Pertama, peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak prilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut. Misalnya, anak belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolah, bahwa menyerahkan tugas yang dibuatnya sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat di terima di sekolah untuk menilai prestasinya. Kedua, peraturan membantu mengekang prilaku yang tidak diingikan. Bila merupakan peraturan keluarga bahwa tidak seorang anak pun boleh mengambil mainan atau milik saudaranya dan izin sipemilik, anak segera belajar bahwa hal ini dianggap prilaku yang tidak diterima karena mereka dimarahi atau dihukum bila melakukan tindakan terlarang ini.

(49)

40

hukumhukum kemasyarakatan, yang mungkin tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai dan kepentingan yang bersifat individual dan bersumber dari kata hati masing-masing.

Dilingkungan suatu kelas atau sekolah dengan murid-murid yang berasal dari bermacam-macam suku bangsa, maka sifat pluralistis itu menyebabkan munculnya bermacam-macam tingkah laku.36 Karena di dalam lingkungan belajar guru dan siswa ikut terlibat termasuk sebagai lingkungan yang meliputi suatu pengaturan. Sehubungan dengan hal ini yang perlu di lihat dan diperhatikan secara teliti adalah; Pertama, tingkat keikut sertaan (partisipasi ) para siswa. Kedua,

nilai-nilai intrinsic (intrinsic value). Ketiga, efisien tidaknya proses belajar (efficiency of learning process). Keempat,Sejauh mana proses belajar atau lingkungan belajar dapat membantu guru dan siswa, mencapai tujuan.37

b. Hukuman

Hukuman berasal dari bahasa latin (kata kerja) “punire” dan berarti menjatuhkan hukuman pada seorang karena kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Dari pengertian tersebut, walaupun tidak diungkapan secara jelas, tersirat di dalamnya bahwa kesalahan, perlawanan atau pelanggaran ini disengaja dalam arti bahwa orang itu mengetahui perbuatan itu salah tetapi tetap

36Hadari Nawawi, Organisasi dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan, ( Jakarta: PT

Tema Baru, 1989 ), hlm, 44.

37 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996 ), hlm,

(50)

41

melakukannya. Hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau yang ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan.38

Hukuman adalah perbuatan secara intensional diberikan, sehingga menyebabkan penderitaan lahir batin, diarahkan untuk menggugah hati nurani dan penyadaran si penderita akan kesalahannya. 39 Hukuman adalah penyajian stimulus tidak

menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku siswa yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar. Hukuman berarti suatu bentuk kerugian atau kesakitan yang ditimpakan kepada orang yang berbuat salah tersebut.

Menurut Athiyah Al-Abrasy bahwa hukuman sebagai tuntunan dan perbaikan (melindungi siswa dari kesalahan yang sama), bukan sebagai hardikan atau balas dendam. Bila kita ingin sukses dalam pengajaran guru harus memikirkan setiap siswa dan memberikan hukuman yang sesuai dengan pertimbangan kesalahanya dan merasakan kasih sayang guru dengan adanya keadilan, hingga siswa punya ketetapan hati untuk bertaubat. Dengan jalan ini akan sampailah kepada maksud utama dari hukuman sekolah yaitu perbaikan.

Hukuman dapat berfungsi untuk menghindari pengulangan tindakan yang tidak diinginkan, mendidik, memberi motivasi untuk

38Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1993), hlm, 236

39 Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, (Bandung: Mandar Maju, 1992),

(51)

42

menghindari prilaku yang tidak diterima. Hukuman merupakan alat pendidikan yang ragamnya bermacam-macam. Perlu diketahui ada alat pendidikan yang sangat penting bagi pelaksanaan pendidikan, yaitu: pembiasaan, perintah, larangan, hukuman dan anjuran.

Hukuman mempunyai tiga peran penting dalam pendidikan (kedisiplinan):

1. Fungsi hukuman untuk menghalangi dalam pengulangan tindakan yang tidak diinginkan.

2. Fungsi hukuman sebagai mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman karena melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman apabila mereka melakukan tindakan yang benar.

3. Fungsi memberi motivasi untuk menghindari prilaku yang tidak dibenarkan (diterima).

Hukuman suatu perbuatan yang tidak menyenangkan kepada anak dari orang yang lebih tinggi kedudukannya atas kesalahan dan pelanggarannya, sehingga terbentuklah dalam hatinya untuk tidak mengulanginnya lagi. Karena hukuman akan menghasilkan disiplin pada taraf yang lebih tinggi akan menginsyafkan anak didik.

(52)

43

kekerasan dalam mendidik, diantara bentuk kekerasan itu hukuman.40 Adapun menurut Amir Da’im bahwa hukuman adalah tindakan yang

dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa. Dengan demikian anak akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulangi.41 Hukuman adalah tindakan yang paling akhir terhadap adanya pelanggaran-pelanggaran yang sudah berkali-kali dilakukan setelah diberitahukan, ditegur dan diperingati.42

Ada dua macam teori tentang hukuman yaitu: 1. Menghukum karena kesalahan

2. Menghukum supaya keadaan tidak diulangi lagi.43

Dalam hukuman mempunyai nilai yang positif juga mempunyai nilai yang negatif dalam pendidikan:

a. Nilai Positif Hukuman

1. Secara psikologis hukuman dapat mengarahkan anak dari perbuatan yang cenderung untuk melanggar ketertiban

2. Hukuman dapat menguatkan kemauan anak yang masih lemah, malas, dan sebagainya.

3. Dengan adanya hukuman anak mengasosiasikan dengan pelanggaran ketertiban, sehingga timbulah pengertian baru terhadap perbuatan baik dan buruk.

40Muhammad Qutb, Sistem Pendidikan Islam, (PT Al-Ma’arif: Bandung, 1993), hlm, 343.

41Amir Da’ien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Usaha Nasional: Surabaya, 1993),

hlm, 147.

42Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Usaha Nasional Surabaya, 1983), hlm, 69.

(53)

44

4. Berdasarkan pengalaman, apabila melanggar tata tertib akan mendapatkan hukuman

b. Nilai Negatif Hukuman

1. Karena hukuman, hubungan antara guru dan murid menjadi renggang

2. Karena hukuman, anak merasa harga dirinya terlanggar.44 Syarat-syarat Memberikan Hukuman:

1. Hukuman harus selaras dengan kesalahan 2. Hukuman harus seadil-adilnya

3. Hukuman harus lekas dijalankan agar anak mengerti benar apa sebabnya ia dihukum dan apa maksud hukuman itu

4. Memberi hukuman harus dalam keadaan yang tenang, jangan pada saat marah

5. Hukuman harus sesuai dengan umur anak Hukuman bukan pula tindakan yang pertama yang diberikan oleh seorang pendidik, dan hukuman bukan cara yang diutamakan, tetapi nasehat yang harus diberikan terlebih dahulu sebelum pendidik memberikan hukuman.

Dalam Al-Qur’an surat An- Nahl ayat 125:

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik.” (QS. An-Nahl:125)

44Abu Ahmadi, Pengantar Metodik Didaktif untuk dan Calon Guru, (Armiko: Bandung,

(54)

45

Dalam Al-Qur’an ini dijelaskan bahwa untuk mengajak manusia ke jalan yang lurus dengan cara yang hikmah maksudnya adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan batil. Maksudnya pelajaran yang baik adalah nasehat-nasehat yang baik, jadi sebelum kita menjatuhkan sebuah hukuman kita harus mengingatkan dan memberikan nasehat-nasehat kepada orang lain agar tidak melanggar peraturan atau tata tertib.

c. Ganjaran atau Penghargaan

Ganjaran merupakan hadiah terhadap hasil baik dari anak dalam proses pendidikan. Menurut Hafi Anshari ganjaran adalah alat pendidikan yang repsesif yang bersifat menyenangkan, ganjaran diberikan pada anak yang mempunyai prestasi-prestasi tertentu dalam pendidikan, memiliki kemajuan dan tingkah laku yang baik sehingga dapat menjadikan contoh tauladan bagi kawan-kawannya.45 Adapun ahli filsafat Jeremy Benthan dalam Charles Schaefer mengatakan bahwa dalam diri manusia ada dua tenaga pendorong kesenangan dan kemaksiatan, kita cenderung untuk mengulangi tingkah laku kesenangan dan hadiah serta menghindari tingkah laku atau perbuatan yang menimbulkan ketidaksenangan. Penghargaan dalam Islam biasanya disebut dengan pahala.

Dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 11 Allah berfirman:

45Amir Da’ien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan Teoritis

(55)

46

Artinya: Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana) dan

mengerjakan amal-amal shaleh, mereka itu beroleh ampunan dan

pahala yang besar”.(QS. Hud:11) 46

Ayat di atas menunjukkan bahwa masalah pahala diakui keberadaannya dalam rangka pembinaan disiplin. Mereka para siswa akan memperoleh penghargaan khusus atas prestasi maupun ketaatanya dalam berdisiplin. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto ganjaran adalah:salah satu alat pendidikan, jadi dengan sendirinya maksud alat untuk mendidik anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ganjaran adalah segala sesuatu berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan dan diberikan kepada anak didik, karena mendapatkan hasil baik yang telah dicapai dalam proses pendidikannya. Dengan tujuan agar anak senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji. ganjaran dapat diwujudkan dalam bentuk pujian, penghormatan, hadiah dan tanda penghargaan. Akan tetapi perlu diingat bahwa tujuan pendidikan adalah membawa anak dalam pertumbuhannya menjadi manusia yang tahu akan kewajiban, mau mengerjakan dan berbuat yang baik bukan karena mengharapkan suatu pujian atau ganjaran serta yang telah diuraikan

(56)

47

diatas. Oleh karena itu jangan memberi ganjaran, jika tidak ada alasan yang dapat dipertanggung jawabkan tidak baik memberi ganjaran.47 d. Konsistensi

Konsistensi adalah tingkat keseragaman atau stabilitas yang mempunyai nilai mendidik, memotivasi, memperbaiki penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa. Semua unsur-unsur disiplin tersebut setelah disusun dan disetujui hendaknya dijalankan sesuai dengan tata tertib yang ada, karena semuannya itu bagian dari alat-alat pendidikan dan berfungsi sebagai alat motivasi belajar siswa.

Konsistensi menjadi ciri dari semua aspek disiplin, karena dengan konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman prilaku, konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan dan dipaksakan, dalam hukuman yang diberikan kepada mereka yang tidak menyesuaikan pada peraturan. Dengan adanya motivasi anak mempunyai keinginan untuk mentaati peraturan dengan tujuan untuk mendapatkan penghargaan ataupun hadiah, motivasi ini erat kaitannya dengan konsistensi terhadap sesuatu yang dilakukan dan bertanggung jawab, agar tidak mendapatkan hukuman.

Menurut Elizabet. B. Hurlock bahwa konsistensi dalam disiplin mempunyai beberapa peran penting, yaitu :

(57)

48

1. Mempuyai nilai mendidik yang besar. Bila peraturan konsisten, ia memacu proses belajar (prestasi). Ini disebabkan karena nilai pendorongnya.

2. Mempunyai nilai motivasi yang kuat. Anak menyadari bahwa anak akan mempunyai keinginan yang jauh lebih besar untuk menghindari tindakan yang dilarang dan melakukan tindakan yang disetujui.

C. Pola Interaksi Guru dan Siswa sebagai Proses Peningkatan

Kedisiplinan Siswa

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwasanya interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin akan ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal atau saling mempengaruhi anatar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya di dalam masyarakat. Secara tioritis, sekurang-kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Dan dalam suatu kedisiplinan merupakan suatu kondisi yang tercipta dann terbentuk melalui peroses dari serangkaian prilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetian, keteraturan dan ketertiban.

(58)

49

(59)

50

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan tuntutan tentang bagaimana secara berurut penelitian dilakukan, menggunakan alat dan bahan apa, prosedurnya bagaimana.48

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian I. Pendekatan penelitian

Sesuai dengan judul yang di angkat peneliti yaitu, “Pola interaksi guru dan murid sebagai proses peningkatan kedisiplinan siswa di MTs. Nurul Hidayah Tapaan Kabupaten Sampang tahun akademik 2015/2016”, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena dengan melakukan pendekatan ini peneliti lebih mudah untuk mendapatkan informasi yang ingin di peroleh, dan untuk dapat mendeskripsikan hasil penelitian di perlukan hasil informasi yang maksimal. Informasi ini di dapatkan melalui wawancara dan observasi langsung pada objek penelitian. Penelitian menggunakan pendekatan ini agar peneliti dapat langsung ikut serta dalam kegiatan-kegiatan objek yang akan di teliti di lapangan, ini dilakukan agar peneliti dapat menguaraikan dengan jelas hasil penelitian yang ingin di capai.

48Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian; Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah

Referensi

Dokumen terkait

1. Setelah berhasil login ke Aplikasi SPAD, silahkan masuk ke Tab “Admin” kemudian klik pada “Semua Arsip”. Akan ditampilkan data rekapitulasi arsip untuk semua unit kerja.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tekanan darah pada anak tingkat Sekolah Menengah Pertama karena berada pada rentang usia 12-14

- “prinsip-prinsip asas yang mengasaskan sesebuah negara, memastikan bagaimanakah sesuatu keputusan kerajaan itu akan dibuat, bagaimana kuasa akan diagih-agihkan

Hasil dari penelitian ini adalah adanya perkawinan melalui wali a ḍ al di Pengadilan Agama Kabupaten Flores Timur dikarenakan wali nasab enggan untuk menikahkan

Beberparekomendasi tersbut paling tidak adalah sebagai berikut; (1) Pengembangan industri di Indonesia harus tetap berbasis agro industri dan industri padat tenaga

Kegiatan Usaha Penunjang telekomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui Anak Perusa- haan, yang antara lain meliputi penyediaan, pengelolaan dan penyewaan

Polantas tidak mengadakan razia kendaraan bermotor atau beberapa pengendara tidak kena tilang5. Polantas tidak mengadakan razia kendaraan bermotor atau semua pengendara tidak