• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DAYA TARIK TITIK PEMBELIAN (POINT OF PURCHASE) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PENGUNJUNG CHANDRA TOSERBA TELUK BETUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH DAYA TARIK TITIK PEMBELIAN (POINT OF PURCHASE) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PENGUNJUNG CHANDRA TOSERBA TELUK BETUNG"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DAYA TARIK TITIK PEMBELIAN (POINT OF PURCHASE) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PENGUNJUNG CHANDRA TOSERBA

TELUK BETUNG

Oleh

ANGGRENI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH DAYA TARIK TITIK PEMBELIAN (POINT OF PURCHASE) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PENGUNJUNG CHANDRA

TOSERBA TELUK BETUNG Oleh :

Anggreni

Pertumbuhan industri ritel di Bandar Lampung terus meningkat yang

ditandai dengan munculnya sejumlah toko yang berkonsep swalayan, salah

satunya adalah Chandra Toserba Teluk Betung.

Masalah dalam penelitian ini adalah persaingan bisni ritel yang semakin ketat,

selain itu meningkatnya kunjungan konsumen yang tidak semua kunjungan terjadi

pembelian karena saat ini swalayan bukan hanya berfungsi sebagai tempat

untuk berbelanja namun juga untuk tempat hiburan.. Permasalahan dalam

penelitian apakah penggunaan titik pembelian (point of purchase) di Chandra

Toserba Teluk Betung berpengaruh terhadap keputusan pembelian khususnya

pembelian tidak terencana konsumen Chandra Toserba teluk Betung.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh daya tarik

titik pembelian (point of purchase) terhadap keputusan pembelian tidak terencana

(3)

tarik titik pembelian (point of purchase) berpengaruh terhadap keputusan

pembelian tidak terencana.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa daya tarik titik pembelian (point of purchase)

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian tidak terencana

sebesar R2= 30,6% dan sisanya sebesar 69,4% dipengaruhi oleh faktor lain.

Keputusan pembelian tidak terencana konsumen Chandra Toserba Teluk Betung

secara parsial dipengaruhi oleh variabel bebas X1(Pajangan) = 43,7%, X2(Tanda

petunjuk) = 25,3% , dan X3(Media dalam toko) = 34,2%. Secara parsial dilakukan

dengan uji t, dengan nilai signifikansi variabel lebih kecil dibandingkan nilai

alpha penelitian 5%, dengan demikian hipotesis penelitian dapat teruji.

Chandra Toserba Teluk Betung sebaiknya mempertahankan kualitas pajangan

yang ada dengan cara menampilkan pajangan sesuai dengan karakteristik produk

dan dengan warna yang cerah mengingat pajangan mempunyai nilai tertinggi

yaitu 43,7%. Nilai terbesar kedua yaitu media dalam toko sebesar 34,2%,

sebaiknya Chandra Toserba mempertahankan kualitas pencahayaan, memutar

musik yang dapat memberikan kenyamanan ketika konsumen berada di dalam

toko. Tanda petunjuk sebagai nilai terkecil sebesar 25, 3% diharapkan Chandra

Toserba terus memperbarui informasi mengenai produk yg ada seperti harga, jenis

produk, ukuran, varian produk dan lain sebagainya agar konsumen tertarik dengan

produk dan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen.

Kata kunci :

(4)
(5)
(6)
(7)

iii

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Pembatasan Masalah ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.6 Kerangka Pemikiran ... 12

1.7 Hipotesis ... 14

II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran ... 15

2.2 Arti dan Pentingnya Promosi Penjualan ... 16

2.3 Titik Pembelian (Point of Purchase) ... 17

2.3.1 Bentuk Titik Pembelian (Point of Purchase) ... 19

2.3.2 Fungsi Pelaksanaan Titik Pembelian (Point of Purchase) ... 22

2.4 Pembelian Tidak Terencana ... 23

2.4.1 Elemen Pembelian Tidak Terencana ... 24

2.4.2 Jenis-jenis Pembelian Tidak Terencana... 25

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Tidak Terencana ... 26

2.5 Penelitian Terdahulu ... 28

(8)
(9)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Perbedaan Penelitian Dahulu dengan Penelitian Sekarang ... ... 31

Tabel 2 Operasionalisasi Variabel ... ... 34

Tabel 3 Hasil Uji Validitas Indikator Penelitian... . 39

Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas Indikator Penelitian... 40

Tabel 5 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Pajangan ... ... 57

Tabel 6 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Tanda Petunjuk .. ... 58

Tabel 7 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Media dalam Toko.. 59

Tabel 8 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Keputusan Pembelian Tidak Terencana ..…………... 60

Tabel 9 Hasil Uji Regresi ... ... 57

Tabel 10 Hasil Uji F... ... 58

(10)
(11)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Titik Pembelian (Point of Purchase)yang ada di Chandra

Toserba Teluk Betung……..……….………… 9

Gambar 2. Paradigma Penelitian……….………. 13

Gambar 3. Jenis Kelamin Responden ……….………. 44

Gambar 4. Usia Responden …...……….………. 45

Gambar 5. Pendidikan Terakhir Responden...……….………. 46

Gambar 6. Pekerjaan Responden …………...……….………. 46

Gambar 7. Pengeluaran per Bulan Responden...………. 47

Gambar 8. Tanggapan Responden terhadap Bentuk Display di Chandra Toserba Menarik Perhatian .……….………. 48

Gambar 9. Tanggapan Responden terhadap Pemilihan Warna Bentuk Display di Chandra Toserba Menarik Perhatian …………... 49

Gambar 10.Tanggapan Responden terhadap Penataan Produk di dalam Chandra Toserba Memudahkan untuk Mencari Produk yang Diinginkan ……….... 50

Gambar 11.Tanggapan Responden terhadap Ada Petunjuk Mengenai Harga dan Pilihan Produk di Chandra Toserba.………. 50

(12)

vii

Produk ………..……. 51

Gambar 13.Tanggapan Responden terhadap Informasi pada Papan

Petunjuk Membantu untuk Memilih Produk yang Diinginkan 52

Gambar 14.Tanggapan Responden terhadap Pencahayaan pada Point of Purchase Memudahkan dalam Melihat Produk yang

Ditampilkan di Chandra Toserba ………..……. 52

Gambar 15.Tanggapan Responden terhadap Ilustrasi yang DItampilkan

Point of Purchase Menggambarkan Ciri Khas Produk.……. 53

Gambar 16.Tanggapan Responden terhadap Musik yang Diputar

Memberikan Kenyamanan saat Melihat dan Memilih

Produk ………..…………. 54

Gambar 17.Tanggapan Responden terhadap Membeli Produk Secara

Tiba-tiba dan Tanpa Pemikiran yang Panjang.……….…….. 55

Gambar 18.Tanggapan Responden terhadap Ingin Segera Membeli Produk Setelah Melihat Display Produk .……….………….………. 55

Gambar 19.Tanggapan Responden terhadap Menjadi Senang dan

(13)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian

2. Rekapitulasi Jawaban Responden

3. Data Validitas dan Reliabilitas

4. Validitas dan Reliabilitas

5. Regresi

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya

pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

toko berkonsep swalayan banyak bermunculan, mulai dari toko berskala kecil

seperti minimarket sampai yang berskala besar. Perkembangan bisnis ritel ini

didukung oleh gaya hidup konsumen yang semakin modern. Konsumen lebih

memilih datang ke swalayan karena ditempat ini tersedia banyak jenis

barang yang dibutuhkan konsumen, mulai dari makanan, pakaian, peralatan

elektronik, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

Sebagai tempat untuk berbelanja, terkadang swalayan juga memilki kegunaan

lain yaitu sebagai tempat hiburan karena di swalayan disediakan tempat

bermain untuk anak-anak, selain itu yang membuat konsumen senang

berkunjung di swalayan karena pasar swalayan menawarkan tempat belanja

yang bersih, sejuk, dan tertata rapih, keramahan pramuniaga, kemudahan untuk

memilih barang tanpa harus berdesakan seperti di pasar tradisional, dan

kualitas barang yang cenderung lebih bagus. Kenyamanan, suasana

(15)

menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen sehingga konsumen lebih

betah untuk berbelanja.

Saat konsumen berada di dalam toko, mereka senang untuk melihat,

mengamati, dan mencari produk yang menurut mereka unik dan menarik

baik dari segi kemasan maupun penataan produk, selain itu konsumen juga

memperhatikan kualitas produk. Namun tidak semua konsumen yang melihat

produk melakukan pembelian. Ada konsumen yang berkunjung hanya untuk

melihat-lihat produk atau mengantarkan temannya tanpa melakukan

pembelian. Selain itu ada juga konsumen yang berkunjung untuk mengantarkan

anaknya untuk bermain di arena permainan yang disediakan di swalayan. Hal

ini diamati oleh penulis saat menjadi pramuniaga magang bagian aksesoris

di Chandra Toserba Teluk Betung.

Menurut Michael R. Solomon (2002:299) mal merupakan titik fokus di

masyarakat. Di Amerika Serikat 94% orang dewasa mengunjungi mal

minimal sebulan sekali dan lebih dari setengah dari semua pembelian dibuat

di dalam mal. Hal ini menunjukkan bahwa ketika konsumen melakukan

kunjungan yang menjadi tujuan pertama adalah hanya untuk melihat-lihat

namun ketika mereka mendapat stimulus di dalam toko kemudian mereka

melakukan pembelian.

Kecenderungan perilaku seperti ini yang merupakan peluang dan tantangan

bagi peritel untuk mengembangkan strategi yang dapat menstimulus

(16)

3

tetapi juga melakukan pembelian. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh

peritel adalah dengan promosi. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai

media baik di dalam toko yaitu dengan pemberian diskon, event khusus saat

hari raya, dan pajangan (display) yang menarik ataupun dengan media di luar

toko yaitu dengan pemasangan banner yang berisi pesan-pesan yang dapat

menarik konsumen untuk memasuki toko.

Menurut Philip Kotler (2005), promosi adalah ramuan khusus dari iklan

pribadi, promosi penjualan dan hubungan masyarakat yang dipergunakan

untuk mencapai tujuan iklan dan pemasarannya. Promosi merupakan salah

satu kegiatan dalam pemasaran yang sangat penting yang harus dilakukan

oleh peritel. Tujuan dari promosi adalah mempengaruhi motivasi pembelian

konsumen, memberi informasi mengenai produk yang ada, dan membujuk

konsumen agar menggunakan produk-produk yang ditawarkan.

Solomon (2002:301) mengemukakan bahwa meskipun upaya pemasar untuk

mentimulus pembelian konsumen melalui iklan, namun banyak pembelian

dipengaruhi oleh lingkungan toko dan diperkirakan bahwa sekitar dua dari

setiap tiga pembelian yang terjadi diputuskan di dalam lorong toko. Hal ini

membuat proporsi pembelian yang tidak direncanakan lebih tinggi untuk

beberapa kategori produk.

Levy dan Weitz (2012:467) mengemukakan bahwa desain toko memiliki

efek besar terhadap pembelian konsumen, berapa lama mereka tinggal di

(17)

memiliki waktu dan pikiran yang sedikit untuk berbelanja dan memilih

barang di swalayan, keputusan untuk membeli sangat dipengaruhi oleh apa

yang dilihat oleh konsumen selama berkunjung dan apa yang mereka lihat

dipengaruhi oleh tata letak toko dan bagaimana barang disajikan. Hal ini

membuat peritel perlu untuk merancang toko dengan cara yang baik

sehingga dapat memotivasi pembelian yang tidak direncanakan oleh konsumen.

Promosi titik pembelian (point of purchase) dapat dilakukan oleh pemasar

ritel untuk menstimulus pembelian tidak terencana konsumen. Titik pembelian

merupakan salah satu media promosi yang ideal dan unik untuk

berkomunikasi dengan konsumen. Promosi titik pembelian dilakukan dengan

cara memajang dan menata rapi barang-barang ditempat-tempat yang strategis

sehingga dapat menarik perhatian konsumen. Titik pembelian (point of

purchase) mencakup pajangan (display), peraga produk, penataan produk yang

terletak di tempat pembelian, poster, pernak-pernik, tanda-tanda dari sebuah

produk (signage) yang ditata sedemikian rupa menarik dan mudah dipahami

serta diletakkan di tempat-tempat yang strategis sehingga mudah dilihat.

Dalam penelitian dengan judul “Point of Purchase Displays Swedish Retail

Environment” yang dilakukan oleh Sara Eriksson dan Jan Tryggvason

(2006) dikatakan bahwa desain point of purchase dan lingkungan belanja

berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen, diungkapkan juga

bahwa point of purchase yang disajikan dengan baik dan memiliki gaya khas

(18)

5

Ketika konsumen melihat titik pembelian (point of purchase) produk, maka

ini merupakan waktu yang ideal untuk berkomunikasi dengan kosumen

karena konsumen berada dalam kondisi yang paling represif mudah

menerima gagasan dan ide-ide baru serta berbagai alternatif merek. Suatu

produk yang didukung dengan point of purchase dapat mempengaruhi

konsumen di dalam memilih produk yang akan dibeli. Bila seorang

konsumen tertarik untuk melihat suatu produk, maka terbuka kemungkinan

terbentuk keinginannya untuk melakukan pembelian atas produk yang

dipromosikan.

Berbagai titik pembelian yang dilakukan oleh peritel maupun supplier di

dalam toko merupakan daya tarik yang secara langsung dapat mengingatkan

konsumen terhadap suatu produk. Point of purchase dapat menimbulkan

keinginan membeli konsumen walaupun sebelumnya konsumen tidak

merencanakan untuk membeli produk tersebut. Hal ini dapat disebut sebagai

pembelian impuls atau dorongan membeli yang tidak direncanakan

sebelumnya.

Menurut Tjiptono Fandy (dalam Maria Ulfah 2011:13) point of purchase

(POP) terdiri dari 3 komponen dasar yaitu: display, signage dan in-store

media.

1. Display (pajangan)

Pajangan (display) merupakan penataan produk di lantai dengan tanda

(19)

pembelian impulsif atau rangkaian promosi yang diprakarsai oleh

produsen, menambahkan daya pikat barang yang dijual atau

mengorganisir produk melalui sistem manajemen rak.

2. Signage (tanda petunjuk)

Tanda petunjuk (signage) merupakan perangkat dari point of purchase

(POP) yang berupa tanda-tanda petunjuk tentang suatu produk yang

berada di dalam toko seperti informasi harga, keunggulan produk, dan

lain-lain.

3. In store Media (media toko)

In store media adalah salah satu komponen point of purchase yang

memanfaatkan musik, video, atau radio di dalam toko yang

memainkan peran penting karena dapat mempengaruhi suasana hati

pengunjung toko.

Material titik pembelian (point of purchase) haruslah memiliki daya tarik

sehingga dapat membuat konsumen melihat produk kemudian melakukan

pembelian. Titik pembelian harus mampu memberikan pesan atau suatu

informasi yang ingin dikomunikasikan oleh pemasar kepada konsumen

mengenai suatu produk. Titik pembelian pada intinya adalah bagaimana

mengkomunikasikan pesan atau informasi yang ada di dalam toko.

Titik pembelian yang menarik dapat menimbulkan rasa ingin tahu konsumen

akan suatu produk, menggoda konsumen untuk mencobanya, kemudian akan

(20)

7

pembelian diharapkan mampu meningkatkan keinginan konsumen untuk

membeli suatu produk baik yang telah direncanakan sebelumnya maupun

yang tidak direncanakan (pembelian impuls).

Menurut Rook (1987) pembelian impuls seringkali diasosiasikan sebagai

perilaku belanja yang tidak memiliki perencanaan, diwarnai oleh dorongan

yang kuat untuk membeli yang muncul secara tiba-tiba dan seringkali sulit

untuk ditahan yang dipicu secara spontan pada saat berhubungan dengan

produk, serta diiringi dengan perasaan menyenangkan serta penuh dengan

gairah .

Menurut Loudon dan Bitta (1993:567) pembelian tidak terencana atau pembelian

impuls merupakan pembelian yang terjadi pada saat konsumen berada dalam toko

yang tidak direncanakan sebelumnya.

Solomon (2002:302) mengungkapkan bahwa pembelian impuls meningkat

sebesar 10% ketika peritel menerapkan penataan produk yang tepat dan

setiap tahun perusahaan-perusahaan AS menghabiskan lebih dari 13 miliar

dolar untuk menerapkan stimulus titik pembelian (point of purchase), stimulus

titik pembelian dapat berupa mesin atau bahkan orang yang membagikan

sampel produk gratis di lorong toko. Point of purchase diharapkan dapat

meningkatkan keinginan konsumen untuk membeli suatu produk secara

tiba-tiba ketika konsumen melihat produk tersebut di dalam toko. Salah satu

contoh yang sering dijumpai adalah ketika kita membeli produk seperti

(21)

berdekatan dengan mesin kasir, tanpa disadari sebenarnya ini merupakan

strategi dari pemasar untuk mendorong seseorang dalam membeli suatu

produk yang sebelumnya tidak direncanakan.

Shimp (2003) mengungkapkan sebuah penelitian perilaku konsumen dengan

data yang dikumpulkan sebanyak 4200 konsumen berusia rata-rata 16 tahun

keatas yang berbelanja di 22 supermaret ternama di Amerika. Penelitian

tersebut menginformasikan tentang apa yang dilakukan oleh konsumen

sebelum dan sesudah masuk toko atau membeli suatu produk, kapan dan

pada saat mereka melakukan pembelian. Hasil penelitian mengungkapkan

bahwa sebagian besar pembelian yang terjadi adalah pembelian yang tidak

direncanakan sebelumnya (pembelian impuls). Agar hal tersebut dapat terjadi,

peritel dapat menggunakan point of purchase sebagai media untuk

mempengaruhi konsumen saat mereka berada di dalam toko.

Chandra Toserba Teluk Betung merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak di bidang ritel. Chandra Toserba Teluk Betung menjual barang

dengan jenis fast moving consumer goods (FMCG), yang di dalamnya ada

produk makanan, minuman, toiletries, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Segmen

pasar yang dibidik oleh Chandra Toserba Teluk Betung adalah pasar

menengah keatas yang memperhatikan kualitas dan gaya hidup dalam

pemilihan produk yang dikonsumsinya.

Chandra Toserba Teluk Betung menerapkan point of purchase sebagai salah

(22)

9

bagi konsumen, namun hal tersebut dilakukan jika ada perayaan-perayaan

khusus (Idul Fitri, Natal, Tahun Baru China, dan lain-lain). Program promosi

yang dilakukan oleh Chandra Toserba Teluk Betung dirasa masih kurang

maksimal dibanding dengan toko ritel lain. Tanda-tanda yang ada di dalam

toko cukup jelas, misalnya peletakan price card, papan penunjuk letak, tanda

diskon, dan lain-lain, namun ada beberapa media yang tidak dioptimalkan

penggunaannya sehingga. Kemudian dari segi lay out, tidak berbeda jauh

dengan supermarket pada umumnya, sebelum pintu masuk ada tempat

penitipan barang.

Gambar 1. Titik Pembelian (Point of Purchase) yang ada di Chandra Toserba Teluk Betung

Untuk mengetahui bagaimana point of purchase dapat mempengaruhi

perilaku konsumen saat berada di dalam toko, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Daya Tarik Titik Pembelian

(23)

1.2 Rumusan Masalah

Pertumbuhan industri ritel di Bandar Lampung terus meningkat yang

ditandai dengan munculnya sejumlah toko yang berkonsep swalayan baik

dalam skala besar maupun kecil. Hal ini disambut baik oleh masyarakat

yang memiliki gaya hidup modern. Berbagai kenyamanan yang ditawarkan

oleh swalayan membuat konsumen lebih senang untuk berbelanja di

swalayan. Selain itu barang-barang yang ditawarkan di swalayan memiliki

kualitas cenderung lebih baik serta ditata dengan sedemikian menarik yang

menjadi nilai lebih dari swalayan.

Saat ini swalayan bukan hanya berfungsi sebagai tempat untuk berbelanja

namun juga untuk tempat hiburan. Banyak konsumen berkunjung ke

swalayan untuk melihat-lihat atau menemani anak-anaknya bermain di area

permainan yang disediakan oleh swalayan. Keadaan ini merupakan tantangan

dan peluang bagi peritel untuk membuat konsumen tersebut melakukan

pembelian ketika mereka berada di dalam toko dan membuat persaingan bisnis

ritel semakin ketat. Salah satu cara untuk menarik perhatian konsumen adalah

dengan promosi titik pembelian (Point of Purchase). Promosi titik pembelian

dilakukan dengan cara memajang dan menata rapi barang-barang

ditempat-tempat yang strategis sehingga dapat menarik perhatian dan menstimulus

pembelian konsumen ketika di dalam toko.

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan permasalahan dalam penelitian

(24)

11

dari display, signage, dan in-store media mempengaruhi keputusan pembelian

tidak terencana pengunjung Chandra Toserba Teluk Betung?”

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu:

1. Ruang lingkup penelitian hanya pada titik pembelian (point of purchase)

dan keputusan pembelian yang belum direncanakan sebelumnya.

2. Penelitian dilakukan hanya pada satu outlet Chandra yaitu Chandra

Toserba Teluk Betung.

3. Data yang diperoleh berasal dari responden yang merupakan konsumen

Chandra Toserba Teluk Betung yang melakukan pembelian tanpa

direncanakan sebelumnya

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk “Mengetahui besarnya pengaruh

daya tarik titik pembelian (point of purchase) yang terdiri dari display, signage,

dan in-store media terhadap keputusan pembelian tidak terencana pengunjung

Chandra Toserba Teluk Betung”.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sumbangan pemikiran untuk perusahaan tentang pengaruh titik

pembelian (point of purchase) terhadap keputusan pembelian tidak

(25)

2. Sebagai saran untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan

untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

3. Sebagai refrensi dan kajian pustaka untuk penelitian mendatang.

1.6 Kerangka Pemikiran

Strategi kegiatan pemasaran diterapkan untuk mencapai tujuannya yaitu

menstimulus pembelian konsumen, meningkatkan volume penjualan, mencapai

laba dan dapat menjaga kelangsungan perusahaannya. Dalam strategi

kegiatan pemasaran tersebut dapat dilakukan dengan memaksimalkan media

titik pembelian (point of purchase) yang merupakan salah satu alat dalam

promosi untuk menarik perhatian konsumen dan mempengaruhi konsumen

untuk melakukan pembelian terutama pembelian tidak terencana.

Menurut Fandy (dalam Maria Ulfah 2011:13) point of purchase (POP) terdiri

dari 3 komponen dasar yaitu: pajangan (display), tanda petunjuk (signage) dan

media dalam toko (in-store media).

1. Pajangan (display)

Pajangan (display) adalah pemajangan atau tata letak yang sedemikian

rupa dan merukapaan unsur untuk mendorong perhatian dan

ketertarikan konsumen atas produk atau toko dan menimbulkan keinginan

untuk membeli atau berlangganan dengan toko melalui pendekatan

visual langsung.

Tujuan pajangan (display) adalah untuk menarik perhatian konsumen

agar melihat produk yang ditawarkan dan kemudian menimbulkan

(26)

13

2. Tanda Petunjuk (signage)

Tanda petunjuk (signage) berkaitan dengan tampilan gambar atau logo

produk, warna, tulisan dan pencahayaan. Selain menambah daya tarik

produk, tanda petunjuk juga memudahkan pengunjung untuk

memperoleh informasi mengenai produk yang ada di dalam toko.

3. Media Toko (in store Media)

Mencakup material iklan dan promosi sepert radio POP, iklan yang

tertera pada kereta belanja, tulisan di rak pajangan, serta mesin

penjual kupon, juga perusahaan pihak ketigayang menyelenggarakan

media in store tersebut.

Titik pembelian(point of purchase) diharapkan dapat meningkatkan keinginan

konsumen untuk membeli suatu produk secara tiba-tiba ketika konsumen melihat

produk tersebut di dalam toko (pembelian impuls).

Gambar 1. Paradigma Penelitian

Sumber : Fandi, Chandra, dan Adriana (2008) dan Terence A. Shimp (2003)

Titik Pembelian (Point of Purchase)

(X)

- Pajangan (Display) X1 - Tanda Petunjuk (Signage) X2 - Media dalam Toko X3

(Fandi, Chandra, dan Adriana, 2008) (Terence A. Shimp, 2003)

Keputusan Pembelian Tidak Terencana

(Y)

(27)

1.7 Hipotesis

Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang

kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa

yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang

diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat

fenomena dikenal dan merupakan dasar serta panduan dalam verifikasi.

Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang

kompleks. (Nazir, 2003 : 151).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut “Daya tarik titik

pembelian (point of purchase) yang terdiri dari pajangan (display), tanda petunjuk

(signage), dan media dalam toko mempengaruhi keputusan pembelian tidak

(28)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan dari kegiatan-kegiatan pokok yang

dilakukan oleh perusahaan dalam upaya untuk mempertahankan

kelangsungan hidup, untuk berkembang, dan mendapatkan keuntungan. Berhasil

tidaknya dalam pencapaian tujuan perusahaan tergantung pada keahlian di

bidang pemasaran yang juga ditunjang oleh bidang-bidang lain yang terkait

di dalamnya.

Menurut Philip Kotler (2005:10), pemasaran adalah sebuah proses sosial dan

manajerial dimana individu-individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran

produk-produk atau value, biaya dan kepuasan, pertukaran dan transaksi,

hubungan dan networks, pasar, dan para pemasar, serta prospek. Pemasaran

merupakan suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan

ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan

mendistribusikan barang dan jasa kepada pembeli. Pemasaran adalah proses

(29)

dengan menciptakan pertukaran sehingga memberikan kepuasan yang

maksimal.

Tujuan akhir pemasaran adalah membanu perusahaan mencapai tujuannya yaitu

laba yang maksimal dan mendapat dana yang memadai untuk melakukan

aktivitas-aktifitas sosial dan pelayanan publik. Seluruh kegiatan pemasaran dalam

perusahaan harus diarahkan agar mencapai tujuan tersebut. Penggunaan konsep

pemasaran yang baik dapat menunjang keberhasilan bisnis yang dilakukan.

2.2 Arti dan Pentingnya Promosi Penjualan

Sasaran utama seorang manajer pemasaran adalah menciptakan dan

memelihara strategi promosi yang merupakan kegiatan penting dalam dunia

pemasaran. Promosi melibatkan pemberian informasi kepada individu,

kelompok, atau organisasi tentang sebuah produk atau jasa dan mengajak

mereka untuk menerima produk dan jasa ini. Para pemasar berupaya

mendapatkan strategi promosi yang tepat guna memastikan bahwa sebuah

produk dapat diterima dengan baik. Promosi penjualan merupakan upaya

pemasaran yang bersifat media dan non media untuk merangsang keinginan

konsumen untuk mencoba produk yang ditawarkan, meningkatkan permintaan

konsumen atau untuk memperbaiki kualitas produk.

Menurut Shimp (2003: 319) promosi penjualan merupakan aktifitas pemasaran

yang bertujuan menstimulasi pembelian dengan menawarkan keuntungan

tambahan kepada konsumen. Promosi penjualan digunakan oleh perusahaan untuk

menambah nilai suatu produk dan merangsang konsumen untuk membeli dan

(30)

17

Menurut Kotler dan Armstrong (2006:442) promosi penjualan berkaitan

dengan insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan

dari suatu produk atau jasa. Insentif ini berkaitan dengan imbalan, apakah hal

itu berkaitan dengan pengembalian uang dalam bentuk diskon, jaminan, atau

dapat berupa sample produk dan sebagainya.

Alat promosi penjualan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Alat promosi konsumen termasuk di dalamnya kupon, pengembalian

uang tunai, paket harga, spesialisasi periklanan, penghargaan, titik

pembelian (point of purchase), demonstrasi, kontes, dan permainan.

2. Alat promosi perdagangan termasuk di dalamnya diskon dan

tunjangan.

3. Alat promosi bisnis yang digunakan untuk memimpin bisnis,

menstmulasi pembelian, memberikan penghargaan terhadap konsumen,

dan memotivasi tenaga penjual.

2.3 Titik Pembelian (Point of Purchase)

Perusahaan ritel modern yang semakin berkembang akan bersaing untuk

menarik konsumen baru dan berusaha mempertahankan pelanggan yang telah ada

sebanyak-banyaknya. Upaya yang dapat dilakukan oleh peritel adalah dengan

mengoptimalkan promosi penjualan yang memberikan suasana toko yang nyaman,

pelayanan, pengadaan dan penataan barang yang baik serta berbeda dengan toko

lain meskipun produk yang ditawarkan tergolong sama.

Media promosi dengan titik pembelian atau point of purchase (POP) merupakan

(31)

sebuah toko dengan tujuan untuk menarik perhatian konsumen. Point of purchase

(POP) dirancang untuk menarik perhatian pengunjung sehingga meningkatkan

kemungkinan terjadinya pembelian. POP merupakan media promosi lini bawah

yang sangat atraktif dan dapat mempengaruhi perilaku konsumen untuk

memutuskan membeli suatu produk yang tidak direncanakan sebelumnya. Selain

itu POP membantu peritel untuk mengefektifkan ruang toko dengan cara

menampilkan beragam produk dalam suatu rak yang menarik baik bentuk maupun

dekorasinya serta dengan berbagai informasi mengenai produk tersebut. Material

POP mencakup beragam tipe tanda, petunjuk bergerak, spanduk, gantungan di

rak-rak dengan tulisan, lampu-lampu, cermin, tiruan produk dari plastik, unit

pengecekan, pedagang yang berjajar, poster, dan item-item lainnya.

Media pajang titik pembelian (ooint of purchase display)didesain oleh produsen

dan didistribusikan kepada pengecer untuk mempromosikan merek atau kelompok

produk tertentu. Beberapa bentuk POP misalnya rak khusus, pajangan dengan

karton, baner, lambang, kartu harga atau bahkan mesin penjual produk.

Penggunaan POP sebagai teknik promoi penjualan sesuai dengan kebiasaan

konsumen dalam memutuskan merek produk dalam pembelianya.

POPAI (Point of Purchase Advertising Institude) mengklasifikasikan material titik

pembelian tersebut berdasarkan kategori sebagai berikut :

1. Titik Pembelian Permanen, mencakup display dan tanda-tanda yang

sengaja digunakan dalam jangka waktu enam bulan atau lebih.

2. Titik Pembelian Temporer, mencakup display dan tanda-tanda yang

(32)

19

3. In Store Media, mencakup material iklan dan promosi seperti radio POP,

iklan yang tertera pada kereta belanja, tulisan di rak pajangan, serta mesin

penjual kupon, juga perusahaan pihak ketiga (misalnya perusahaan lain

selain produsen merek dan pengecer) yang menyelenggarakan media in

store tersebut.

POP merupakan display yang mendukung penjualan. Bentuk berbagai display

yang menarik merupakan sebuah media perklanan yang dapat dengan segera

menarik perhatian konsumen.

2.3.1 Bentuk Titik Pembelian (Point of Purchase)

Menurut Tjiptono Fandy (dalam Maria Ulfah 2011) point of purchase (POP)

terdiri dari 3 komponen dasar yaitu: display, signage dan in-store media.

1. Pajangan (Display)

Pajangan (display) merupakan tata letak produk yang sedemikian rupa guna

menarik perhatian konsumen dan tercipta keinginan untuk membeli.

Menurut Shultz (dalam Foster 2008) display merupakan unsur untuk

merangsang perhatian dan ketertarikan konsumen atas produk atau toko dan

menimbulkan keinginan untuk membeli atau berlangganan dengan toko

melalui pendekatan visual langsung.

Display merupakan penataan produk di lantai dengan tanda yang

menyatakan karakteristiknya digunakan untuk mendorong pembelian

impulsif atau rangkaian promosi yang diprakarsai oleh produsen,

menambahkan daya pikat barang yang dijual atau mengorganisir produk

(33)

Tujuan display adalah untuk menarik perhatian konsumen agar melihat

produk yang ditawarkan dan kemudian menimbulkan minat beli konsumen

pada barang produk yang dipajang.

Menurut Wibowo (dalam Maria Ulfa 2011) tujuan display digolongkan

sebagai berikut:

a. Attention dan interest customer, yaitu untuk menarik perhatian

pengunjung yang dilakukan dengan cara menggunakan warna-warna,

lampu-lampu, dan lain sebagainya pada penyusunan produk.

b. Desire dan action customer, yatu menimbulkan keinginan untuk

memiliki produk yang dipamerkan setelah masuk ke toko dan kemudian

melakukan pembelian.

Menurut Shimp (2003:323) terdapat beberapa jenis display, yaitu:

a. Mobile display, merupakan display yang dapat diletakkan

berpindah-pindah tempat sesuai dengan keinginan peritel.

b. Cut case display, merupakan penataan produk tanpa menggunakan

gondola, melainkan dengan menggunakan kotak atau karton kemasan

besar yang dipotong sedemikian rupa dan disusun dengan rapi.

c. Rack display, merupakan penataan produk pada rak dengan sedemikian

rupa yang bertujuan untuk menarik perhatian konsumen.

d. Floor display, merupakan penataan bermacam-macam produk pada

lantai toko.

e. Shelf display, merupakan penataan produk pada tempat yang agak

(34)

21

2. Tanda Petunjuk (Signage)

Tanda petunjuk (signage) merupakan perangkat dari point of purchase

(POP) yang berupa tanda-tanda petunjuk tentang suatu produk yang berada

di dalam toko seperti informasi harga, keunggulan produk, dan lain-lain.

Tanda petunjuk (signage) berkaitan dengan tampilan gambar atau logo

produk, warna, tulisan dan pencahayaan. Selain menambah daya tarik

produk, signage juga memudahkan pengunjung untuk memperoleh

informasi mengenai produk yang ada di dalam toko.

Tanda petunjuk terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

a. Poster, merupakan media gambar yang memliki sifat persuasif

tinggi karena menampilkan suatu tema yang menimbulkan

perasaan yang kuat terhadap pengunjung. Tujuan poster adalah

menarik perhatian pengunjung dan menunjang penataan produk

agar lebih menarik.

b. Label harga adalah informasi tentang harga suatu produk yang

membuat konsumen dapat mempertimbangkan dengan mudah

untuk membeli.

c. Papan promosi, digunakan untuk mengumumkan sesuatu yang

biasanya diletakkan di depan toko.

d. Papan petunjuk letak produk, merupakan papan petunjuk yang

berisi informasi yang memudahkan konsumen dalam menemukan

(35)

3. Media dalam Toko

In store media adalah salah satu komponen point of purchase yang

memanfaatkan musik, video, atau radio di dalam toko yang

memainkan peran penting karena dapat mempengaruhi suasana hati

pengunjung toko.

Musik, jingle, atau nada-nada popular yang digunakan bertujuan untuk

menarik perhatian, menyalurkan pesan penjualan, dan menimbulkan

suasana yang menyenangkan bagi pengunjung, sehingga mereka lebih

lama berbelanja.

Musik yang diputar dapat bertempo cepat atau lambat. Namun

keduanya memiliki pengaruh yang berbeda. Musik yang bertempo

lambat menimbulkan kesan santai sehingga pengunjung berbelanja

lebih lama. Musik bertempo cepat cocok diputar ketika sedang ada

bazar atau event tertentu di dalam toko.

2.3.2 Fungsi Pelaksanaan Titik Pembelian (Point of Purchase)

Salah satu keberhasilan yang dicapai dengan titik pembelian adalah menarik

perhatian konsumen untuk melihat produk yang ditawarkan kemudian akan

menimbulkan rangsangan kepada konsumen untuk melakukan pembelian di

dalam toko, yang beberapa diantaranya merupakan pembelian yang tidak

terencana (pembelian impuls).

Menurut Shimp (2003:323) ada beberapa fungsi dari pelaksanaan titik

pembelian, yaitu:

(36)

23

Tanda-tanda, poster display, serta material point of purchase lainnya

memberikan sinyal kepada konsumen untuk menuju item-item spesifik

dan menyediakan informasi yang bermanfaat.

2. Mengingatkan konsumen atas merek-merek yang sebelumnya telah

mereka ketahui dan pelajari melalui media elektronik, cetak atau

media iklan lainnya. Peran pengingat ini melengkapi tugas yang telah

ditampilkan oleh iklan sebelum konsumen memasuki toko.

3. Mendorong konsumen untuk membeli suatu merek produk

Mateial titik pembelian yang efektif mempengaruhi pilihan produk dan

merek pada titik pembelian yang kemudian akan memberikan

rangsangan untuk membeli.

4. Tempat berdagang (mernchandising)

Memunginkan peritel untuk memanfaatkan ruang secara efektif serta

memicu penjualan eceran dengan mendampingi konsumen dalam

melakukan seleksi terhadap produk.

2.4 Pembelian Tidak Terencana

Pembelian tidak terencana didefinisikan sebagai tindakan membeli yang

dilakukan tanpa memiliki rencana sebelum memasuki toko. Dapat dijelaskan

bahwa pembelian pembelian tidak terencana atau pembelian impuls didasari

perasaan positif yang kuat mengenai suatu produk yang terbentuk saat konsumen

(37)

Menurut Salomon (2002:301) pembelian impuls terjadi ketika seseorang

mengalami dorongan secara tiba-tiba dan tidak bisa ditolak atau

kecenderungan untuk melakukan pembelian secara spontan dan konsumen

percaya bahwa tindakan mereka tepat

2.4.1 Elemen Pembelian Tidak Terencana

Loudon dan Bitta (1993:567) mengemukakan lima elemen penting yang

membedakan tingkah laku konsumen yang impulsif dan yang tidak.

Elemen-elemen tersebut adalah:

1. Konsumen merasakan adanya suatu dorongan yang tiba-tiba dan

spontan untuk melakukan suatu tindakan yang berbeda dengan

tingkah laku sebelumnya.

2. Dorongan tiba-tiba untuk melakukan suatu pembelian menempatkan

konsumen dalam ketidakseimbangan secara pskologis, dimana untuk

sementara waktu ia merasa kehilangan kendali.

3. Konsumen akan mengalami konflk psikologis dan ia berusaha untuk

menimbang antara pemuasan kebutuhan langsung dan konsekuensi

jangka panjang dari pembelian.

4. Konsumen akan mengurangi evaluasi kognitif dari produk.

5. Konsumen seringkali membeli secara impuls tanpa memperhatikan

konsekuensi yang akan datang.

Elemen-elemen tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kurangnya

(38)

25

dilakukan secara impuls dan adanya respon emosi yang muncul sebelum,

bersamaan, ataupun sesudah pembelian impuls.

2.4.2 Jenis-jenis Pembelian Tidak Terencana

Menurut Loudon dan Bitta (1993:567) pembelian tidak terencana atau

pembelian impuls merupakan pembelian yang terjadi pada saat konsumen

berada dalam toko yang tidak direncanakan sebelumnya.

Terdapat beberapa jenis pembelian tidak terencana (pembelian impuls), yaitu

sebagai berikut:

1. Pembelian impuls murni (pure impulse buying)

Merupakan suatu pembelian impuls yang murni disebabkan oleh

suatu pola pembelian yang menyimpang dari pembelian normal. Pada

proses pembelian impuls murni, maka calon pembeli langsung

mengarahkan kepada suatu merek tertentu dan kemudian melakukan

pembelian secara cepat. Kebutuhan akan kategori produk tersebut

mungkin timbul di bawah sadar, dimana tidak ada informasi yang

dicari dan tidak ada merek lain yang dipertimbangkan.

2. Pembelian impuls karena pengalaman masa lalu (reminder impulse

buying)

Pembelian ini terjadi ketika seorang konsumen diingatkan oleh sebuah

stimulus di dalam toko atau membutuhkan barang ketika dia melihat

toko atau teringat iklan tentang suatu barang dan keputusan

(39)

membeli produk yang didasarkan pada pengalaman atau ingatan

sebelumnya.

3. Pembelian impuls karena sugesti (suggestion impulse buying)

Pada pembelian tipe ini, konsumen tidak mempunyai pengetahuan yang

cukup terlebih dahulu tentang produk baru, konsumen melihat produk

tersebut untuk pertama kali dan memvsualkan sebuah kebutuhan untuk

benda tersebut dan seringkali konsumen terpengaruh karena diyakinkan

oleh penjual atau teman yang ditemuinya pada saat belanja.

4. Pembelian karena situasi tertentu (planned impulse buying)

Tipe pembelian ini terjadi setelah melihat dan mengetahui kondisi

penjualan. Misalnya penjualan produk tertentu dengan harga khusus,

pemberan kupon dan lain-lain.

5. Pembelian impuls barang pengganti

Pada pembelian impuls jenis ini, konsumen melakukan pembelian

karena sebenarnya sudah direncanakan untuk membeli namun karena

produk yang dimaksud habis atau tidak sesuai dengan apa yang

diinginkan maka pembelian dilakukan dengan membeli produk sejenis

tetap dengan merek atau ukuran yang berbeda.

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Tidak Terencana

Menurut Loudon dan Bitta (1993:568) beberapa faktor yang mempengaruhi

seseorang untuk melakukan pembelian tidak terencana yaitu sebagai berikut:

1. Karakteristik produk

(40)

27

b. Adanya sedkit kebutuhan terhadap produk tersebut.

c. Siklus kehidupan produknya pendek.

d. Ukurannya kecil dan ringan.

e. Mudah simpan.

2. Pemasaran produk

a. Distribusi massa pada self-service outlet terhadap pemasangan iklan

besar-besaran yang akan didiskon.

b. Posisi barang yang dipamerkan dan lokasi toko yang menonjol.

3. Karakteristk konsumen

a. Kepribadian konsumen

b. Demografis, yang terdri dari gender, usia, status perkawinan,

pekerjaan, dan pendidikan.

c. Karakteristik sosial-ekonomi yang dihubungkan dengan tingkat

pembelian impuls.

Selain faktor di atas terdapat faktor lain yang mempengaruhi pembelian

impuls, yaitu:

1. Spontanitas

Pembelian ini tdak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli

sekarang, hal ini terjadi sebagai respon terhadap stimulus visual yang

langsung di tempat penjualan

2. Kekuatan, kompulsi (tekanan), dan intensitas

Terdapat motivasi untuk mengenyampingkan hal lainnya dan tidak

bertindak secepatnya dan tanpa penundaan. Dorongan psikologis

(41)

dapat mendesak dan intens. Seringkali terdapat perasaan ingin memiliki

atau membeli dengan segera, dan dapat membuat konsumen merasa

desakan untuk membeli.

3. Kegairahan dan stimulasi

Dorongan untuk membeli dapat begitu tidak terhindarkan sampai

kemungkinan konsekuensi negatif yang mungkin muncul diabaikan.

Sebuah dorongan ke arah tindakan segera mencegah pertimbangan

mengenai potensi konsekuensi dari tindakan tersebut. Sebuah

dorongan yang kuat menjadi tak tertahankan, mengalah pada dorongan

tersebut walaupun sadar akan potensi konsekuensi negatif.

2.5 Penelitian Terdahulu

Untuk memahami variabel dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka

peneliti menggunakan beberapa rujukan dari jurnal ilmiah dan skripsi yang cukup

relevan dengan tema penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Rujukan pertama adalah penelitian dengan judul “Respons Lingkungan

Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian Tidak Terencana Pada Toko Serba Ada

(Toserba)” yang dilakukan oleh Hatane Samuel (2005). Populasi dalam penelitian

ini adalah pelanggan yang pernah dan sedang berbelanja di Carrefour dengan

batasan usia antara 18-55 tahun sebagai pelanggan dewasa yang dapat

berpengaruh terhadapa pengambilan keputusan pembelian. Sampel dalam

penelitian ini adalah 200 pelanggan Carefour Surabaya. Penarikan sampel

menggunakan metode probability sampling. Variabel yang diteliti adalah

(42)

29

pengalaman belanja hedonic (resources expenditure, hedonic shooping value,

utilitarian shooping value) sebagai variabel mediasi, dan impulsive buying sebagai

variabel dependen. Variabel peneltian ini diukur dengan memodifikasi skala

pengukuran dengan model Semantic Differential Scale, menggunakan lima poin

tingkatan perasaan dari sangat tidak setuju sampai dengan dengan sangat setuju.

Alat analisis menggunakan Structural Equation Model (SEM). Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa variabel respons lingkungan belanja dominance

berpengaruh positif terhadap pembelian tidak terencana. Terungkap juga bahwa

variabel pengalaman belanja resources expenditure merupakan variabel mediator

antara respons lingkungan belanja dan variabel pengalaman belanja lainnya, serta

berpengaruh negatif terhadap pembelian tidak terencana.

Rujukan kedua adalah penelitian dengan judul “Point of Purchase Displays

Swedish Retail Environment” yang dilakukan oleh Sara Eriksson dan Jan

Tryggvason (2006). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan

bagaimana desain point of purchase dan lingkungan di dalam toko bekerja untuk

mempengaruhi keputusan pembelian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

studi literatur, wawancara dengan ahli dan melakukan focus group discussion.

Populasi dalam penelitian ini adalah sebuah ritel besar di kota Storheden, Swedia

yaitu supermarket ICA Maxi dan forum koperasi setempat.

Hasil penelitian dari variabel desain point of purchase menunjukkan bahwa :Point

of purchase tidak perlu harus bergerak atau diberikan pencahayaan secara khusu

asalkan produk dipajang dengan baik dan memiliki gaya khas sehingga pesan

(43)

Rujukan Ketiga adalah penelitian berjudul “Pengaruh Point of Purchase (POP)

Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Luwes Mojongso Surakarta” yang

dilakukan oleh Maria Ulfah (2011). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana variabel Point of Purchase yang terdiri atas display,

signage, dan in-store media mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di

Luwes Mojongso Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kuantitatif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah

pengunjung Luwes Mojongso dengan teknik pengambilan sampel quota sampling

dan accidental sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh Point of Purchase terhadap keputusan pembelian konsumen.

Rujukan keempat adalah penelitian berjudul “Pengaruh Daya Tarik Point of

Purchase Terhadap Keputusan Pembelian Impuls Produk Minuman Berkarbonasi

di Carefour MT Haryono Jakarta tahun 2012” yang dilakukan oleh Dewanto

Triaji. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh

daya tarik point of purchase terhadap keputusan pembelian impulsive. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 100

konsumen produk minuman berkarbonasi di Carrefour MT Haryono dengan syarat

telah membeli produk tanpa perencanaan sebelumnya dengan menggunakan

metode non-probability sampling serta teknik purposive. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa daya tarik point of purchase memilki pengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian impuls. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa

dimensi daya tarik pesan dan daya tarik visual point of purchase mempunyai

(44)

31

Tabel 1 Perbedaan Penelitian Dahulu dengan Penelitian Sekarang No

.

Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. Hatane - Lingkungan toko ritel (Y)

- Variabel desain point

(45)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Objek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

explanatory. Penelitian explanatory bermaksud menjelaskan hubungan kausal

antar variable-variabel penelitian dan menguji hipotesis.

3.1.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Chandra Toserba Teluk Betung. Segmen yang diteliti

dalam penelitian ini adalah pengunjung yang melakukan pembelian tanpa

direncanakan sebelumnya di Chandra Toserba Teluk Betung.

3.2 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung diambil dari sumbernya.

Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui kuesioner yang

ditujukan kepada pengunjung Chandra Toserba Teluk Betung yang

(46)

33

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber pustaka

seperti buku-buku, jurnal, maupun penelitian lain yang berhubungan

dengan materi kajian titik pembelian dan keputusan pembelian tidak

terencana. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder berupa

informasi pendukung lainnya yang diperoleh melalui berbagai media

seperti surat kabar dan internet.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah gabungan dari sekelompok orang yang memiliki karakteristik

yang serupa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Chandra

Toserba Teluk Betung.

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian. Penelitian

ini tidak melibatkan seluruh individu dalam populasi karena mengingat

populasi terlalu besar dan sampel yang dambil dianggap telah mampu

mewakili populasi secara keseluruhan, sehingga digunakan non probability

sampling yaitu purposive sampling. Teknik ini dilakukan karena karakteristik

populasi tidak dapat diketahui dengan pasti. Sampel dalam penelitian ini adalah

pengunjung Chandra toserba Teluk Betung yang memenuhi kriteria yang

dibutuhkan dalam penelitian ini. Menurut Maholtra (2004:103) besarnya jumlah

sampel dengan populasi yang tidak terbatas paling sedikit empat atau lima kali

(47)

Jumlah sampel minimum untuk penelitian ini adalah:

Sampel minimum = jumlah indikator x 5

= 12 x 5

= 60 sampel dibulatkan menjadi 100 responden

3.4 Konsep dan Variabel Operasional Penelitian

Konsep merupakan definisi yang bersifat abstrak yang menggambarkan objek

penelitian tertentu. Oleh karena sifatnya yang abstrak, agar suatu konsep dapat

diteliti maka harus dioperasionalkan dengan cara menjabarkan menjadi

variabel-variabel tertentu. Variabel merupakan sesuatu yang mempunyai variasi nilai.

Diperoleh dua konsep dalam penelitian ini, yaitu konsep daya tarik titik pembelian

(point of purchase) dan konsep keputusan pembelian tidak terencana. Sedangkan

variabel-variabel operasonal yang akan diteliti yaitu :

 Variabel titik pembelian (point of purchase) sebagai variabel bebas/

independent variabel (X) yang memiliki tiga sub variabel yaitu pajangan

(display), tanda petunjuk (signage), dan media dalam toko.

 Variabel keputusan pembelian tidak terencana sebagai variabel terikat/

dependent variabel (Y).

(48)

35

Tabel 2 Operasionalisasi Variabel Variabel Sub

Variabel

Definisi Operasional Indikator Skala Pengukura perangkat dari point of purchase (POP) yang

terencana didefinisikan sebagai tindakan

membeli yang dilakukan tanpa memiliki rencana sebelum memasuki toko

1. Tingkat spontanitas

Di dalam melakukan peneltian, peneliti memberikan skala untuk mengukur

variabel-variabel daya tarik point of purchase dan keputusan pembelian tidak

terencana yang akan diteliti melalui anggapan responden dengan menggunakan

skala likert. Dengan skala ini responden diminta untuk memberikan tanggapan

terhadap setiap pertanyaan dengan memilih satu dari lima jawaban yang tersedia

(49)

ditentukan skornya. Pemberian skor pada skala ini dimulai dari angka 1 sampai

dengan 5 dengan perincian sebagai berikut :

1. Sangat setuju (SS) diberi nilai = 5

2. Setuju (S) diberi nilai = 4

3. Cukup Setuju (CS) diberi nilai = 3

4. Tidak Setuju (TS) diberi nilai = 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai = 1

3.6Uji Validitas dan Reliabilitas 3.6.1 Uji Validitas

Valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak

diukur. Kuesioner dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur dengan menggunakan kuesioner tersebut. Pengujian validitas yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor. Analisis faktor

dapat digunakan untuk mengetahui pengelompokan individu sesuai

karakteristiknya. Pengujian dilakukan untuk melihat seberapa besar korelasi antara

faktor satu dengan faktor lainnya dalam membentuk variabel. Besarnya matriks

yang lazim digunakan adalah 0,5.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas atau kepercayaan mengandung pengertian apakah sebuah

instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu

ke waktu. Jadi kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukuran

(50)

37

penelitian ini menggunakan teknik pengujian dengan metode Alpha

Cronbach. Sebuah instrumen dikatakan reliabel jika nilai dari Cronbach alpha

lebih besar dari 0,6. Rumus reliabilitas adalah :

r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan

2

Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran secara deskriptif

tentang tanggapan yang diberikan responden pada kuisioner atau daftar

pertanyaan yang diberikan.

3.7.2 Analisis Kuantitatif

Dalam penelitian ini analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis

regresi linier berganda. Analisis regresi adalah hubungan secara linear antara dua

atau lebih variabel independen (X1, X2, …,Xn) dengan variabel dependen (Y).

Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen berhubungan positif atau negatif. Dalam

(51)

antar variabel, besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen,

dan kekuatan variabel independen.

Persamaan regresi linier berganda yaitu sebagai berikut :

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+e

Keterangan :

Y = variabel dependen yatu keputusan pembelian tidak terencana

a = konstanta

b = koefisien regresi

e = standar eror

X1 = pajangan (display)

X2 = tanda petunjuk (signage)

X3 = media toko (in-store media)

3.7.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji nilai-nilai statistik, mean dan

proporsi dari sampel yang diteliti. Pengujian hipotesis pada penelitian ini dengan

menggunakan uji hipotesis peubah bersama-sama (uji F) dan uji hipotesis secara

parsial (uji t).

1. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji kesesuaian model secara serentak apakah

variable X secara bersama-sama mempengaruhi Y. Langkah pengujiannya

adalah sebagai berikut:

a. Menentukan formulasi hipotesis

Ho= (Daya tarik titik pembelian (point of purchase) tidak

(52)

39

Ha = Daya tarik titik pembelian mempengaruhi keputusan pembelian

tidak terencana.

b. Menentukan kriteria pengujian

Variabel X mempengaruhi Y jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel

atau nilai probabilitas hitung lebih kecil dari alpa.

F sig≤ Fα ini berarti Ho ditolak dan Haditerima

F sig > Fα ini berarti Ho diterima dan Haditolak

2. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji parameter koefisien regresi setiap variabel

bebas secara parsial. Hal ini berarti bahwa uji t dapat mengetahui apakah

setiap variabel bebas memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel

terikat. Pengambilan keputusan untuk uji t adalah variabel X mempengaruhi

Y jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel atau nilai probabilitas hitung

lebih kecil dari alpha.

t sig ≤ tα ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima jika nilai probabilitas hitung

lebih kecil dari alpha.

t sig > t α ini berarti Ho diterima dan Ho ditolak jika nilai probabilitas

(53)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan permasalahan dan pembahasan tentang Pengaruh Titik Pembelian

(Point of Purchase) Terhadap Keputusan Pembelian Tidak Terencana Konsumen

Ritel, maka dapat ditarik kesimpulan titik pembelian (point of purchase)

berpengaruh terhadap keputusan pembelian tidak terencana. Hal ini didasarkan

pada:

1. Keputusan pembelian tidak terencana konsumen Chandra Toserba Teluk

Betung dipengaruhi oleh variabel bebas titik pembelian (point of

purchase).Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar

30,6%, sedangkan sisanya 69,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

teridentifikasi.

2. Hasil pengujian hipotesis secara menyeluruh dengan uji F pada tingkat

kepercayaan 95% atau dengan nilai σ = 5 % diperoleh probabilitas

hitung = 0,000 < probabilitas alpha penelitian (0,05) berarti Ho ditolak dan

Ha diterima. Hal ini menunjukkan secara statistik bahwa semua variabel

(54)

68

X1= Pajangan (display), X2 = Tanda Petunjuk (signage) , X3= Media dalam

Toko, secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian tidak

terencana konsumen Chandra Toserba Teluk Betung.

3. Hasil pengujian hipotesis secara parsial dengan uji t pada α 0,05

menunjukkan bahwa probabilitas hitung Pajangan (X1), Tanda Petunjuk (X2),

dan Media dalam Toko (X3) lebih kecil dari probabilitas alpha penelitian yang

berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Dari ketiga variabel titik pembelian (point of purchase) tersebut variabel yang

paling dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian tidak terencana

konsumen Chandra Toserba Teluk Betung adalahPajangan atau Display (X1)..

5.2 Saran

Hasil penelitian menunjukkan terdapat keterkaitan yang signifikan dari daya tarik

titik pembelian (point of purchase) dalam merangsang keputusan pembelian tidak

terencana. Namun demikian berdasarkan hasil penelitian, peneliti melihat bahwa

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Chandra Toserba Teluk Betung,

antara lain:

1. Dapat dijadikan referensi dan perhatian lebih bagi Chandra Toserba Teluk

Betung mengenai pajangan (display) yang memiliki nilai tertinggi dalam

mempengaruhi keputusan pembelian tidak terencana. Bentuk pajangan

yang tersusun rapi, unik, dan menarik dapat berperan dalam menarik

perhatian konsumen dan memudahkan konsumen untuk mengenali dan

menemukan produk. Penggunaan warna-warna cerah juga dapat menarik

perhatian konsumen dari kejauhan sehingga konsumen ingin mendekati

(55)

2. Kecenderungan konsumen yang selalu membeli barang tambahan tanpa

direncanakan sebelumnya dapat dimanfaatkan oleh Chandra Toserba

Teluk Betung dengan menciptakan suasana nyaman sehingga konsumen

berbelanja lebih lama di dalam toko. Media dalam toko memiliki nilai

terbesar kedua dalam mempengaruhi keputusan pembelian tidak terencana.

Chandra Toserba sebaiknya mempertahankan kualitas media dalam toko

yang telah ada serta lebih mendengarkan pendapat pengunjung mengenai

media yang mereka harapkan.

3. Chandra sebaiknya memberikan informasi mengenai segala aspek dari

produk dalam titik pembelian (point of purchase) secara berimbang

mengingat tanda petunjuk mempunyai nilai terkecil dalam mempengaruhi

keputusan pembelian tidak terencana. Hal ini terlihat dari aspek tanda

petunjuk yang kurang menarik perhatian konsumen dan merangsang

keputusan pembelian, serta kurangnya informasi harga terbaru produk

yang ditampilkan dalam titik pembelian. Chandra Toserba Teluk Betung

harus lebih memahami opini yang dimiliki konsumen. Pada dasarnya

sebagian besar konsumen memutuskan membeli produk bukan

semata-mata hanya karena harga produk, akan tetapi juga karena aspek-aspek

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Jefkins, Frank. 1996. Periklanan, Edisi 3. Jakarta: Erlangga

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT.Indeks Kelompok Gramedia

Kotler, Philip & Gary Armstrong. 2006. Principles of Marketing. Pearson Prentice Hall. America

Levy, M., & Weitz, B.A. (2012). Retailing Management. (8th ed.).New York: McGraw-Hill.

Loudon, D.L. & Bitta, A.J.D. 1993. Consumer Behavior Concept and Application (4thEdition).Singapore: McGraw Hill

Maholta, K.Naresh. 2004. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan, Jilid 1. Jakarta: PT.Indeks

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Puspitasari, Devi. 2008. Penjualan untuk Sekolah Menengah Kejuruan, Jilid III. Klaten: Macanan Jaya Cemerlang

Solomon, Michael R. 2002. Consumer Behaviour, Edisi 5.

Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jilid I dan II Edisi 5. Jakarta: Erlangga

(57)

Retail Environment. Bachelor Thesis Marketing Departement of Business Administration and Social Science Lulea University of Technology

Herabadi, Astrid Gisela. 2003. Buying Impulses : A Study on Impulsive Consumption. Doctoral Thesis University of Nijmegen

POP Sharpens Its Focus. 2003. Brandweek. Vol.44, Issue 24, p.31.

Point-of-Purchase Develops Audience Gauge. 2003.Advertising Age.Vol. 74 Issue 26, p6-6. 1/2p.

Semuel, Hatane. 2005. Respon Lingkungan Belanja Sebagai Stimulus Pembelian Tidak Terencana pada Toko Serba Ada (Toserba). Surabaya

Triaji, Dewanto. 2012. Pengaruh Daya Tarik Point of Purchase Terhadap Keputusan Pembelian Impuls Produk Minuman Berkarbonasi. Jakarta Ulfah, Mariah. 2011. Pengaruh Point of Purchase Terhadap Keputusan

Gambar

Gambar 1. Titik Pembelian (Point of Purchase) yang ada di Chandra Toserba
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Tabel 1 Perbedaan Penelitian Dahulu dengan Penelitian Sekarang

Referensi

Dokumen terkait

Lampung”... Implementasi manajemen kelas dalam proses pembelajaran PAI di SMPN 18 Bandar Lampung meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian, sehingga apa

Tugas dan fungsi organisasi Bidang Cipta Karya di Kabupaten karimun sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi, salah satu tugasnya adalah melaksanakan

nlrdpifid iuu nniLkj k cid 4i j&amp;i@inh@rmr

dinyatakan lalai berdasarkan Perjanjian Perwaliamanatan dengan mana seluruh kewajiban Perseroan berdasarkan Obligasi menjadi jatuh tempo, maka Perseroan wajib untuk sekarang dan

Intervensi dan investasi sosial awal dilakukan melalui pendidikan dalam bentuk upaya peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat desa tentang tata kelola dan tata pemerintahan

Dari histogram pada gambar 15, terlihat bahwa perlakuan H1D1, H1D2, H1D3 (parakuat) menunjukkan kepadatan spora paling rendah, Selain itu, terdapat perbedaan nyata antara

RPP yang dibuat seseuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), materi yang relevan, format penilaian proses pembelajaran serta tujuan pembelajaran yang

Laju kecepatan reaksi telah diasumsikan mengikuti orde pertama dan d alam hal ini pada menit 45 konstanta laju reaksi paling besar menandakan bahwa reaksi berjalan efektif pada