• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci Hasil belajar matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kata Kunci Hasil belajar matematika"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Kata Kunci : Hasil belajar matematika, peraga Tulang Napier BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok , mata pelajaran wajib yang ada di setiap jenjang pendidikan dasar dan

menengah. Matematika juga menjadi salah satu dari tiga mata pelajaran yang mulai tahun ajaran 2009/2010 di masukkan dalam UASBN. Sampai sekarang masih ada siswa yang kurang berminat terhadap Matematika dan prestasi belajar Matematikapun belum menunjukkan hasil yang optimal.

Siswa sekolah dasar mulai mengenal operasi hitung perkalian ketika berada di kelas II. Seharusnya mereka sudah mengetahui konsep dasarnya ketika berada di kelas rendah dan sudah bisa mengaplikasikan konsep tersebut ke dalam materi yang lainnya ketika berada di kelas yang lebih tinggi yaitu kelas IV,V dan VI. Kenyataannya siswa kelas V yang termasuk kelas tinggi, banyak yang belum hafal perkalian dasar. Untuk mengerjakan perkalian dua angka atau lebih mereka masih kesulitan. Kesulitan itu terlihat pada operasi hitung

perkalian ketika tes akhir pembelajaran matematika, untuk materi operasi hitung perkalian di kelas V SD Negeri 1 Tlingsing Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Oleh sebab itu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk Standar Kompetensi 1 dan Kompetensi Dasar 3 belum tercapai karena nilai sebagian siswa masih di bawah KKM yaitu di bawah 60.

Masalah yang juga sering muncul adalah siswa dalam kondisi terpaksa harus menelan dan menghafal secara mekanis apa-apa yang telah di sampaikan oleh guru, sehingga menjadikan para siswa tidak memiliki keberanian untuk

mengemukakan pendapat, tak kreatif dan mandiri, apalagi untuk berfikir inovatif. Selain itu, pendekatan pembelajaran matematika masih menggunakan

pendekatan tradisional, yaitu duduk dengar catat dan hafal. Pembelajaran jadi membosankan, tidak menarik dan hasilnya tidak memuaskan. Waktu untuk mengerjakan soalpun terasa lebih lama, sehingga tidak semua soal dapat terjawab dengan cepat dan benar.

Mata Pelajaran Matematika pada diberikan kepada siswa kelas V SD pada semester satu (I) untuk membekali siswa berpikir logis , analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk menguasai mata pelajaran matematika secara baik, diperlukan pemahaman konsep dan prosedur (algoritma) secara baik pula.

(2)

sekolah secara formal yang paling dominan adalah pembelajaran. Berarti, praktik pembelajaran di sekolah idealnya dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Akan tetapi, ada sinyalemen bahwa sebagian praktik pembelajaran model pada pelajaran matematika belum secara serius dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang sahih untuk memberikan peluang siswa belajar cerdas, kritis, kreatif, dan memecahkan masalah. Sebagian besar praktik pengajaran di sekolah masih menggunakan cara-cara lama yang dikembangkan dengan menggunakan intuisi, atau berdasarkan pengalaman sejawat.

Mata Pelajaran Matematika tentang perkalian bilangan dilaksanakan semester gasal tahun 2009/2010, sehingga belum tahu kesenjangannya. Namun

kesenjangan tersebut dapat diasumsikan relevan dengan kesenjangan yang ada pada mata pelajaran matematika yang diupayakan guru kelas pada SD Negeri 1 Tlingsing Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten. Asumsi ini peneliti ambil, karena peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah yang berkolaborasi dengan guru kelas,guru kelas tersebut sama, materi ajar, sarana-prasarana dan lingkungan sekolah serta karakteristik siswanya tidak jauh berbeda.

Mata Pelajaran matematika yang diupayakan guru kelas atau guru matematika belum menunjukkan sebagai suatu proses peningkatan pemahaman konsep siswa. Proses pembelajaran masih sebatas sebagai proses transfer of

knowledge, bersifat verbalistik dan cenderung bertumpu pada kepentingan guru dari bukan pada kebutuhan siswa yang lazim disebut teacher centered. Hal ini didukung hasil pengamatan peneliti pada semester gasal tahun sebelumnya, yaitu adanya kecenderungan guru dalam memilih dan menggunakan metode mengajar bersifat spekulatif, yang berakibat kegiatan pengajaran kurang menarik, tidak menantang, dan sulit mencapai target prestasi yang ditentukan (KKM). Berdasarkan hal tersebut, peneliti menemukan kesenjangan-kesenjangan kemampuan pemahaman konsep siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dari kenyataan diatas, peneliti dengan bantuan teman sejawat untuk

berkolaborasi yaitu dengan guru kelas, bersama-sama mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil refleksi terungkap masalah – masalah dalam pembelajaran, antara lain :

1. Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep perkalian dua bilangan atau lebih dengan teknik menyimpan

2. Kurangnya alat peraga yang digunakan guru untuk menanamkan konsep perkalian

3. Pembelajaran kurang menarik dan tidak menyenangkan

C. Pembatasan Masalah

(3)

1. Peneliti hanya meneliti siswa kelas V SD Negeri 1 Tlingsing Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten, Semester I Tahun pelajaran 2009/2010 pada materi operasi hitung perkalian.

2. Penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan hasil belajar Matematika pada operasi hitung perkalian dengan teknik

menyimpan menggunakan peraga tulang napier.

3. Penelitian ini diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

”Apakah penggunanan peraga Tulang Napier dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada operasi hitung

perkalian siswa kelas V SD Negeri 1 Tlingsing Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2009/2010?”

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan

hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian dengan menggunakan peraga tulang napier sehingga dihasilkan proses pembelajaran yang aktif, kreatif,

menyenangkan dan pada akhirnya dapat mencapai hasil pembelajaran tuntas.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian dapat dilakukan dengan menggunakan peraga tulang napier.

2. Manfaat Praktis

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :

(4)

1) Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal matematika terutama pada indikator perkalian dua angka atau lebih dengan teknik menyimpan.

2) Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya dengan kemampuan menyelesaikan soal matematika pada operasi hitung perkalian dengan menggunakan peraga tulang napier

3) Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif , kreatif, dan menyenangkan.

b. Bagi guru/peneliti

1) Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki

pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas.

2) Peneliti mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.

3) Peneliti mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada operasi hitung perkalian.

4) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk penelitian selanjutnya

c. Bagi Sekolah

1) Sebagai masukan bagi guru SD dalam mengajarkan matematika pada operasi hitung perkalian dengan teknik menyimpan.

2) Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika melalui peraga tulang napier

3) Sebagai acuan untuk melakukan kegiatan yang sejenis.

DAFTAR PUSTAKA

, 2008, Modul Pembelajaran Diklat Peningkatan Profesi Guru Mata Pelajaran Matematika, Wonosobo :Pemerintah Kabupaten

,2008, Jurnal Pendidikan Widyatama , Jawa Tengah: Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

,Permendiknas RI No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta : CV Timur Putra Mandiri

(5)

, Google ///D:/ Pemberian persen 20 TUGAS.htm Darhim, 1992, Work Shop Matematika, Jakarta: Depdikbud Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-III

FR Yayah,2006, Proposal Upaya Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Matematika Melalui Pembelajaran Membaca Pemahaman Dan Menulis Karangan Dengan Gambar Seri, Wonosobo : tidak diterbitkan

Hairudin,dkk,2007, Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas

Handoko Tri, 2006, Terampil Matematika5, Jakarta : Yudhistira,

HP Mulyadi,2006 ,Permasalahan Dalam Penelitian Tindakan Kelas, Semarang : LPMP

Kurniawati Ira, 2007, upaya meningkatkan hasil belajar matematika operasi hitung bilangan bulat melalui pembelajaran dengan menggunakan peraga manik positif dan negatif, Wonosobo :tidak diterbitkan

Slameto, 1999, Faktor-Faktor Yang Terkait Dengan Rendahnya Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Matematika, Salatiga : Satya Widya

Slameto,2003,Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta

Slameto,2006, Pengembangan Karya Tulis Ilmiah, Salatiga: UKSW

Sobel Max A dan Maletsky Evan M, 2002, Mengajar Matematika: Sebuah buku sumber alat peraga,Aktiitas dan Strategi, Jakarta : Erlangga

(6)

A. Topik Penelitian

“Apakah dengan menerapkan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan anak terhadap mata pelajaran berhitung di kelas ?”

(PTK Siswa Kelas III SDN Parungjaya 2)

B. Latar Belakang Masalah

Pelajaran berhitung adalah pelajaran yang banyak memerlukan keterampilan berpikir dan berkonsentrasi, sebab materi-materi berhitung yang sangat padat (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, geometri dan sebagainya) maka perlu adanya rumusan tujuan pelajaran berhitung yang terinci.

Dalam kenyataannya masih banyak sekali anak didik yang lemah dalam pelajaran berhitung. Kadang-kadang mereka sangat pintar dalam

pelajaran hafalan, tetapi nilainya rendah pada pelajaran berhitung. Masalah ini memang paling banyak menimpa pada anak SD N Parung Jaya 2..

Sebagai anak didik bahkan berpendapat bahwa pelajaran berhitung adalah “momoknya” pelajaran. Karena itulah, diperlukan suatu metode belajar yang tepat sehingga dapat meningkatkan daya serap anak didik pada pelajaran berhitung.Berdasarkan hal di atas, maka penulis berusaha membuat suatu metode yang tepat, dan sekaligus melakukan penelitian, sampai seberapa jauhkah daya serap anak terhadap pelajaran berhitung dengan menggunakan metode diskusi. Dari hasil penelitian ini, nantinya dapat diketahui peningkatan prestasi dan nilai yang diperolah anak didik. Karena seperti diketahui, dengan menggunakan metode ini , anak didik dituntut untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga nantinya anak didik terbiasa untuk berfikir dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Pada dasarnya, pendidikan berhitung pada siswa SD N Parung Jaya 2. mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.

2. Menumpuk dan mengembangkan kemampuan berfikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik pada masa sekarang dan masa mendatang.

3. Mengembangkan kemampuan dan sikap nasional, ekonomis dan menghargai waktu.

4. Meletakkan landasan berhitung yang kuat untuk mempelajari pengetahuan lebih lanjut.

(7)

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Permasalahan mendasar dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Bagaimana maningkatkan kemampuan berhitung pada siswa kelas SD N Parung Jaya 2.Bertolak dari pemasalahan ini, maka dibutuhkan suatu metode yang tepat yang mampu meningkatkan daya serap anak terhadap mata pelajaran berhitung. Pada dasarnya masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

“Apakah dengan menerapkan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan anak terhadap mata pelajaran berhitung di kelas III?”

D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk menigkatkan prestasi belajar siswa kelas III khususnya melalui penerapan metode diskusi.

b. Untuk menigkatkan daya serap anak terhadap mata pelajaran berhitung di kelas III.

2. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Guru

Mempermudah dalam penyampaian mata pelajaran kepada peserta didik,

karena peserta didik telah aktif ikut dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Bagi Siswa

- Dapat meningkatkan prestasi daya serap siswa dalam pelajaran berhitung.

- Dapat menumbuhkan semangat dan kecerdasan belajar yang tinggi dikalangan peserta didik

- Melatih siswa untuk mengeluarkan pendapatnya.

- Siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

E. Kerangka Teoritis/ Landasan Teoritis 1. Pengertian

Metode diskusi adalah cara menyimpan pelajaran dimana guru bersama-sama siswa saling mengadakan tukar menukar informasi, pendapat dan

pengalaman dalam rangka memecahkan persoalan yang dihadapi. Menurut Winarno Surachmad dalam bukunya Pengantar Interaksi Mengajar Belajar, Persoalan atau pertanyaan yang mempunyai kelayakan untuk didiskusikan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :

(8)

b. Mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari sebuah yang dapat dipertahankan kebenarannya.

c. Pada umumnya, tidak menanyakan “manakah jawaban yang benar”, tetapi lebih mengutamakan penalaran yang mempertimbangkan dan membandingkan.

2. Klasifikasi

Dalam melaksanakan metode diskusi pimpinan diskusi dapat dipegang oleh guru atau meminta salah satu siswa / peserta didik. Sedangkan berdasarkan tehnik pelaksanaannya menurut Moh. Ali diklasifikasikan menjadi dua yaitu

a. Debat

Dalam hal ini terjadi dua kelompok yang mempertahankan pendapatan masing-masing yang bertentangan, sehingga pendengaran dijadikan sebagai kelompok yang memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam keputusan akhir.

b. Diskusi

Pada dasarnya merupakan musyawarah untuk mencari titik pertemuan pendapat, tentang suatu masalah. Ditinjau dari segi pelaksanaannya diskusi dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu :

1. Diskusi kelas

Diskusikan kelas adalah semacam “brainstorming”(pertukaran pendapat).Dalam hal ini guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Jawaban dari siswa diajukan lagi kepada siswa lain sehingga terjadi pertukaran pendapat secara serius dan wajar.

2. Diskusi kelompok

Dalam hal ini guru menyampaikan masalah, setelah kemudian dibagi menjadi beberapa sub masalah setelah itu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas masing-masing sub, yang selanjutnya hasilnya dilaporkan di depan kelas untuk ditanggapi.

3. Panel

Merupakan diskusi yang dilakukan oleh beberapa orang saja (3 sampai 7 orang) sedangkan siswa yang lain bertindak sebagai pendengar

(audiens). Ciri yang lain terdapat dalam panel ini dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar ahli memahami seluk beluk masalah yang didiskusikan, yang tidak bertujuan untuk memperoleh kesimpulan akan tetapi merangsang

berpikiran agar siswa mendiskusikan lebih lanjut.

(9)

Dalam konferensi ini anggota duduk saling menghadap, mendiskusikan sesuatu masalah, sehingga setiap peserta harus memahami bahwa kehadirannya harus sudah mempersiapkan pendapat yang akan diajukan.

5. Symposium

Dalam pelaksanaannya dapat menempuh dua cara yaitu :

a. Mengundang dua pembicara atau lebih, dan setiap

pembicara diminta untuk menyajikan prasarana yang sama, namun dari sudut pandang yang berbeda-beda.

b. Membagi masalah dalam beberapa aspek, setiap aspek dibahas oleh seorang pemrasaran, selanjutnya disiapkan penyanggah umum yang akan menyoroti prasaran-prasaran. Setelah selesai penyanggah umum memberikan sanggahan, barulah pemrasaran diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban atas sanggahan tersebut.

6. Seminar

Merupakan pembahasan ilmiah yang dilaksanakan dalam

meletakkan dasar-dasar pembinaan tentang masalah yang dibahas. Ciri-ciri yang ada di dalamnya adalah :

a. Pembahasan bertolak dari kertas kerja yang disusun oleh

pemrasarana, yang berisi uraian teoritas sesuai dengan tujuan dan maksud yang terkandung dalam pokok seminar (tema).

b. Pelaksanaannya sering kali diawali dengan pandangan umum atau pengarahan dari pihak tertentu yang berkepentingan.

F. Kerangka Konseptial / Definisi Operasional A. Prinsip-prinsip Pengajaran Berhitung

Dengan pedoman pada ketujuh prinsip itu pengajar bisa manyampaikan materi pelajaran berhitung dengan baik, jelas dan benar. Apabila dalam penyampaian materi bisa baik, jelas dan benar, anakpun bisa memahami, mengerti dan

mengerjakan tugas dengan baik dan benar pula. Dengan demikian anakpun bisa mengeterapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Pencapaian nilai hasil evaluasi akan meningkat.

B. Menggunakan Metode Yang Tepat

Pendidikan harus tau bahwa tidak ada satupun metode yang paling baik, tanpa didukung oleh metode yang lain dalam proses belajar mengajar. Misalnya dalam kegiatan pendidikan akan menggunakan metode ceramah. Maka akan

(10)

Metode-metode itu antara lain Metode-metode ceramah, Metode-metode tanya jawab, Metode-metode

pemberian tugas, metode problem solving, metode eksperimen dan sebagainya.

Dalam penggunaan metode hendaknnya disesuaikan dengan kebutuhan

sehingga kemungkinan siswa tertarik dengan pelajaran dan menimbulkan minat untuk belajar lebih aktif dan kreatif.

C. Hambatan-hambatan Pelajaran Berhitung

Pelajaran hitung adalah pelajaran yang menurut sejumlah individu serta berbagai unsur pendidikan lainnya yang memiliki kemampuan berpikir, latar belakang pendidikan karakter dan temperamen yang berbeda. Sehingga suatu system hambatan-hambatan pelajaran berhitung pada dasarnya terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksi didalamnya.

Untuk meniadakan hambatan-hambatan itu harus mengetahui kelemahan yang terdapat pada unsur-unsur tersebut :

1. Guru menguasai materi

Dengan daya perubahan kurikulum yang baru, mau tidak mau guru harus bisa menyesuaikan diri. Akhirnya juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Dengan latar pendidikan yang mayoritas hanya SLTA, guru kurang begitu mampu menguasai materi yang begitu banyak. Sehingga guru yang menguasai materi pelajaran bahasa, mungkin kurang begitu menguasai materi pelajaran berhitung. Guru yang menguasai materi pelajaran berhitung kurang begitu menguasai pelajaran lainnya dan sebagainya. Akibatnya dalam menyampaikan materi pada anak kurang jelas, akhirnya daya serap anak kurang baik sekali.

2. Potensi anak kurang terbina

Menurut teori tabolarasa, anak diibaratkan kertas putih yang bersih, jadi

tergantung apa yang kita goreskan, itulah nanti hasilnya. Disini orang tua, guru, lingkungan memegang peranan yang penting. Bagaimana kita mengembangkan potensi anak secara baik.

3. Pendidikan orang tua rendah

Dengan latar belakang pendidikan orang tua yang mayoritas hanya tamatan SD akan berpengaruh besar pada anak. Orang tua adalah guru yang utama, sebab waktu yang terbanyak adalah dengan orang tua (di rumah). Misalnya, anak kurang paham dengan mata pelajaran, kemana dia akan bertanya, sedang orang tuanya tidak mengerti. Pendidikan orang tua yang rendah dalam pendidikan anak sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan orang tua yang

pendidikannya lebih tinggi.

4. Lingkungan sosial kurang mendukung

(11)

2. bergaulnya masih didesa yang disitu banyak tamatan SD yang tidak melanjutkan sekolah, yang akhirnya mengganggu anak-anak yang masih sekolah. Anak yang tidak melanjutkan sekolah hanya bermain kesana-kesini, sebab selain masih kecil tenaganya pun belum mampu untuk bekerja seperti orang dewasa.

Akibatnya hanya mengganggu di lingkungannya.

D. Upaya Upaya Peningkatan Daya Serap TerhadapPelajaran Berhitung

Menyadari akan kenyataan dan kelemahan-kelemahan tersebut diatas maka dituntut adanya upaya peningkatan gaya serap pelajaran berhitung.

Upaya-upaya nyata untuk mengatasi hambatan-hambatan pelajaran berhitung antara lain :

1. Mengadakan penataran-penataran bagi guru untuk mata pelajaran berhitung. Dengan penataran pengetahuan guru akan bertambah dan penguasaan materipun bertambah pula.

2. Pertemuan di KKG secara rutin untuk memecahkan masalah-masalah yg dihadapi di lapangan.

3. Guru lebih sering membaca buku, Koran, majalah untuk meningkatkan kemampuan dalam mengajar.

4. Guru memahami perbedaan bakat dan minat anak

5. Guru rajin mengadakan evaluasi yang selanjutnya mengadakan perbaikan dan pengayaan.

6. Guru melakukan bimbingan dan penyuluhan pada anak.

7. Guru mau melakukan komunikasi dengan wali murid dan lingkungan sekolah mengenai pendidikan.

Pada akhirnya, betapapun sempurnanya system dan mutu guru dalam mengajar yang mengarah pada peningkatan mutu pendidikan tetapi sebenarnya

keberhasilan pendidikan di sekolah tidak hanya ditentukan oleh guru, melainkan ditentukan oleh semua pihak. Sekolah adalah lembaga yang terintregasikan dalam masyarakat.

G. Asumsi / Anggapan Dasar dan Hipotesis atau Premis dan Pertanyaan Penelitian (kuantatif)

1. Asumsi / Anggapan Dasar

(12)

1. Persiapan / perencanaan diskusi

a. Tujuan diskusi harus jelas, agar pengarahan diskusi lebih terjamin.

b. Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu dan jumlahnya disesuakan dengan sifat diskusi itu sendiri.

c. Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berlarut-larut.

2. Pelaksanaan diskusi

a. Membuat struktur kelompok (ketua / pimpinan, sekretaris, anggota).

b. Membagi-bagi tugas dalam diskusi

c. Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi

d. Mencatat ide-ide / sarana-sarana yang penting

e. Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta

f. Menciptakan situasi yang menyenangkan

3. Tindak lanjutan diskusi

a. Membuat hasil-hasil / kesimpulan dari diskusi

b. Memberikan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi seperlunya

c. Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan datang.

4. Tujuan metode diskusi

a. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa

b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi, berbicara dan mengajukan pendapat sesuai dengan kemampuannya.

c. Membina sikap toleransi terhadap pendirian orang lain atau menghargai pendapat korang lain.

d. Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri.

e. Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang “dilihat”, baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajar

(13)

f. Mempertinggi rasa tanggung jawab untuk melaksanakan keputusa diskusi.

2. Hipotesis atau Premis

Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut :

“Apabila dalam proses belajar mengajar khususnya pelajaran berhitung

diterapkan metode diskusi, maka daya serap anak terhadap pelajaran berhitung akan meningkat”.

1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode diskusi 1. Prinsip-prinsip metode diskusi

a. Prinsip mengikutsertakan anak-anak dalam diskusi.

Pembicaraan jangan sampai diborong oleh beberapa orang anak.

Perhatikan anak yang selalu diam, kadang-kadang ia mempunyai pendapat yang baik. Dalam hal anak terus diam, guru hendaknya menyuruh anak itu mengemukakan pendapatnya.

b. Diskusi yang baik tidak asal berbicara, ramai, diperlukan suatu ketertiban, baik dalam bergilir mengemukakan pendapat maupun

memperhatikan orang yang sedang berbicara.

c. Pertanyaan atau persoalan hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengalaman anak.

d. Guru sebagai pemimpin yang memberi kepercayaan kepada anak untuk turut serta dalam diskusi guna mendorong dan merangsang anak untuk melakukan sumbangan pikiran.

e. Menyetujui atau menentang pendapat orang lain, anak-anak supaya tetap berlaku sopan dan hormat, pendapat jangan hanya menang dan menyakiti atau mematahkan semangat orang.

3. Pertanyaan Penelitian

1. Langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi

Secara umum langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan metode diskusi adalah :

a. Menemukan masalah yang layak untuk didiskusikan.

b. Menjelaskan masalah tersebut.

(14)

d. Memberi kesempatan kepada orang-orang yang akan berbicara secara bergiliran.

e. Mengembalikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa kepada peserta diskusi.

f. Mengarahkan pembicaraan pada rel yang sebenarnya bila terjadi penyimpangan pembicaraan.

g. Memimpin siswa dalam mengambil keputusan atau kesimpulan.

Dengan demikian peranan guru sebagai pemimpin diskusi adalah :

a. Sebagai pengatur lalu pembicaraan.

b. Sebagai dinding penangkis, artinya menerima pertanyaan dari anggota dan melemparkannya kembali kepada anggota yang lain.

c. Sebagai petunjuk jalan (guide) yang memberikan pengarahan kepada anggota tentang masalah yang sedangkan didiskusikan, sehingga tidak menyimpang dari pokok pembicaraan.

2. Keuntungan-keuntungan dan kelemahan metode diskusi

a. Keuntungan-keuntungan metode diskusi

1. Mempertinggi partisipasi anggota secara individu

2. Mempertinggi partisipasi kelompok secara keselurahan

b. Kelemahan-kelemahan metode diskusi

1. Tidak mudah bagi pemimpin diskusi untuk meramaikan arah penyelesaian diskusi.

2. Tidak selalu mudah bagi anggota kelompok diskusi untuk mengatur cara berpikir secara rapi, apalagi secara ilmiah.

H. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi :

Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu seputar ruang kelas SD N Parung Jaya 2 Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka..dengan jumlah siswa yaitu 21 anak pada semester genap tahun pelajaran genap.

(15)

2. Pengalaman-pengalaman sosial anak dan penggunakan benda konkrit perlu diperlukan guru untuk membantu pemahaman anak-anak terhadap pengertian-pengertian dalam hitungan.

3. Setiap langkah dalam pengajaran berhitung hendaknya diusahakan melalui penyajian yang menarik untuk menghindarkan terjadinya tekanan atau tegangan pada diri anak.

4. Setiap anak belajar dengan kesiapan dan kecepatan sendiri-sendiri. Tugas guru selain memotivasi kesiapan juga memberikan pengalaman yang bervariasi.

5. Latihan-latihan sangat penting untuk memantapkan pengertian dan ketrampilan. Karena latihan-latihan harus dilandasi dengan pengertian. Latihan akan sangat efektif apabila dilakukan dengan melakukan prinsip-prinsip

penciptaan suasana yang baik. Latihan yang terlalu rumit, padat dan melelahkan hendaknya dihindari untuk mencegah terjadinya ketegangan. Berlatih secara berkala, teratur dan mengulang kembali secara ringkas, akan mendorong kegiatan belajar karena timbul rasa menyenangi dan menghindari kelelahan.

b. Waktu Penelitian

Bulan Januari Minggu ke I (3 siklus).

2. Obyek Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu seputar ruang kelas III SD N Parung Jaya 2.dengan jumlah siswa yaitu 21 anak pada semester genap tahun pelajaran genap.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Partisipan

b. Dokumen

c. Wawancara terstruktur.

4. Jenis Data

Analisis Data, yaitu hasil obsrvasi , dokumen, dan wawancara, praktek dan analisa untuk kemudian diambil kesimpulan.

I. Jadwal / Langkah-langkag Penelitian

a. Tahap Pra Lapangan

- Menyusun rancangan, mempersiapkan perijinan sekolah, membaca situasi lapangan, mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan.

b. Memahami latar belakang sekolah yang akan dilakukan diskusi

(16)

- Konsep dasar analisis data

- Menemukan tema dan merumuskan hipotesis

- Menganalisis berdasarkan hipotesis.

J. Daftar Pustaka

Triantoro M. 1996. Strategi Belajar Mengajar, Blitar : STKIP PGRI Blitar Kasbolah, Kasihani 1999.Penelitian Tindakan Kelas, Malang : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Jurnal pendidikan 1992. Beberapa Inovasi Pendidikan. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia

Istifiadah, 1998. PelajaranBerhitung Media Pembinaan Pendidikan. Edisi April No 1.

SMP NEGERI 2 TERISI Jl. Sumur Watu No. 523 No. Telp. (0234) 7009655 Nomor : 016/SMP.4.6/XII/2013

Indramayu, 20 Oktober 2013 Lampiran : 1 Lembar

Perihal : Pemberitahuan

Kepada

Yth, Bapak/Ibu/Orang Tua/Wali Murid Di Indramayu

Dengan Hormat,

Agar terwujudnya keinginan anak-anak kami semua yaitu lulus dengan nilai yang sempurna, kami telah membuat suatu langkah agar anak-anak Ibu dan Bapak semua dapat lulus dengan hasil yang maksimal.

Harapan kami Bapak dan Ibu berkenan memberikan motivasi demi kesuksesan program belajar kami yaitu sukses mencapai UN. Acara ini akan kami

selenggarakan pada:

Hari, tanggal : Sabtu, 20 Oktober 2013 Waktu : 08.00-12.00 WIB

(17)

Tujuan dari acara ini adalah agar Bapak dan Ibu dapat memberikan motivasi dan dukungan semangat belajar kepada siswa. Dengan dukungan dari Bapak dan Ibu sekalian, kami berharap anak murid dapat lebih efisien mempergunakan waktu yang singkat ini untuk rajin belajar.

Sekian pemberitahuan dari kami. Atas perhatianyya kami ucapkan terima kasih.

Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Terisi,

SAHRUDIN, S,Ag., MMPd. NIP. 196107071981091003

Tembusan :

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan yang dimaksud dengan interpersonal trust adalah kepercayaan terhadap seorang provider kesehatan, seperti terhadap seorang dokter yang dibangun melalui pengulangan

[r]

Segala Puji Syukur dipanjatkan untuk kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga atas Rahmat dan Karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu

Laju perkembangan per lapangan usaha berdasarkan harga berlaku, maka sektor jasa menempati urutan tertinggi dalam pertumbuhan lapangan usaha selama 5 tahun terakhir,

pengalaman berupa cv, ijazah pendidikan, data sttpp diklat TOT dan 5x SK Penyelenggaraan) dalam satu file untuk masing-masing tenaga pengajar dan besar file

Medium oral, untuk menyampaikan mesej anda, adalah berkesan apabila mesej anda adalah penting, peribadi atau apabila maklum balas segera yang dikehendaki. Walaupun, apabila mesej

Core shear stress yang dimaksud adalah tegangan geser dari core honeycomb kardus BC-flute pada komposit. sandwich serat cantula yang didapat dengan

Adapun karakteristik dari lumpia buah legit ini adalah produk makanan khas Semarang yang berupa lumpia, namun lumpia yang akan dihasilkan berbeda dari produk lumpia yang sudah