• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan dan Karakteristik komposit yang terdiri dari campuran Polietilen densitas rendah (LDPE ) dengan pengisi bentonit alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan dan Karakteristik komposit yang terdiri dari campuran Polietilen densitas rendah (LDPE ) dengan pengisi bentonit alam"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK KOMPOSIT YANG

TERDIRI DARI CAMPURAN POLIETILEN

DENSITAS

RENDAH

(LDPE) DENGAN PENGISI BENTONIT ALAM

TESIS

Oleh:

FITRI RAMADHANI 117026021/FIS

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK KOMPOSIT YANG TERDIRI DARI CAMPURAN POLIETILEN DENSITAS RENDAH (LDPE)

DENGAN PENGISI BENTONIT ALAM

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam program studi Magister Ilmu Fisika pada Program Pascasarjana

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh

FITRI RAMADHANI 117026021/FIS

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK KOMPOSIT YANG TERDIRI DARI CAMPURAN POLIETILEN DENSITAS RENDAH (LDPE) DENGAN PENGISI BENTONIT ALAM

Nama Mahasiswa : Fitri Ramadhani Nomor Induk Mahasiswa : 117026021

Program Studi : Magister Ilmu Fisika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Eddy Marlianto ,MSc. Dr.Anwar Darma Sembiring ,M.S.

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(4)

PERNYATAAN ORSINALITAS

PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK KOMPOSIT YANG TERDIRI DARI CAMPURAN POLIETILEN DENSITAS RENDAH (LDPE)

DENGAN PENGISI BENTONIT ALAM

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerjasaya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, Juli 2013

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fitri Ramadhani

NIM : 11 70 26 021

Program Studi : Magister Fisika Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive RoyaltyFree Right) atas Tesis saya yang berjudul :

PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK KOMPOSIT YANG TERDIRI DARI CAMPURAN POLIETILEN DENSITAS RENDAH (LDPE)

DENGAN PENGISI BENTONITALAM

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat,mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpameminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dansebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, Juli 2013

(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr.Eddy Marlianto ,MSc. Anggota : 1. Dr. Anwar Dharma Sembiring, M.S

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Fitri ramadhani

Tempat tanggal lahir : Kampung Durian, 1 Mei 1988 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Rantau, desa Durian, kec rantau, Aceh Tamiang Telepon / HP : 0812 6339 6711

Email : v_imud37@yahoo.co.id

` Nama Orang tua : Suyono alm (ayah) / Amsir Latifah (Ibu)

B. Riwayat Pendidikan

1994-2000 : MIN Kp. Durian

2000-2003 : SMP Negeri 1 Kuala Simpang 2003-2006 : SMA Negeri 1 Kejuruan Muda

(8)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

segala limpahan rahmad dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Pembuatan dan Karakteristik komposit yang terdiri dari campuran Polietilen densitas rendah (LDPE ) dengan pengisi bentonit alam” ini dapat diselesaikan.

Dengan diselesaikannya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister Studi Ilmu

Fisika di Universitas Sumatera Utara.

Dekan Fakultas Matematika Ilmu pengetahuan Alam, Dr. Sutarman, M.Sc,

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menjadi mahasiswa program

Magister Ilmu Fisika pada Program Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera

Utara.

Ketua Program Studi Magister Ilmu Fisika, Dr. Nasruddin MN, M.Eng,

Sc, dan Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Fisika Dr. Anwar Dharma

sembiring, M.S beserta staf edukatif dan administratif pada Program Studi

Magister Ilmu Fisika Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya

penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Prof. Dr.Eddy Marlianto, MSc. selaku Pembimbing Utama, Bapak

Dr.Anwar Dharma Sembiring ,MS. selaku Anggota Komisi Pembimbing,

yang telah memberikan perhatian, dorongan, bimbingan dan arahan

dengan penuh kesabaran dan juga Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku

pembimbing lapangan yang telah memberikan waktu dan dengan penuh

(9)

2. Bapak Dr. Nasruddin MN, M.Eng, Sc, Bapak Prof.Drs.Mohammad

Syukur, MS, dan Ibu Dr. Diana A. Barus, MS, selaku penguji yang telah

banyak memberikan masukan dan saran untuk menyelesaikan tesis ini.

3. Ayahanda Amsir, Ibunda Latifah dan Bapak, Ibu mertua, Nenek yang telah

memeberikan do’a-restu, motivasi serta dorongan moril maupun material

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan, semoga penulis dapat

membuatnya bangga, amin.

4. Suami tercinta Fitra Rahmat dan adik-adik tersayang Humaira Asra,

M.Arif Alfarizi dan Anisa Putri, serta sepupu yang membantu dalam

penelitian Nurul Haryati, Elvira agustina, Munzir halim dan Haris

Setiawan yang telah memberikan dorongan moril yang sangat besar

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

5. Sahabat-sahabat terbaik Evi, Endang, Winsyah, Ficky, Witri, Zoelkarnaen,

Edianto, Satria yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis selama dalam pendidikan dan waktu penulisan tesis ini.

Rekan-rekan seangkatan 2011 atas kekompakan dan kerjasamanya yang baik

selama perkuliahan maupun selama penelitian (satu untuk semua).

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih kurang sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca demi kesempurnaan

tesis ini. Akhirnya semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian dan kemajuan ilmu

pengetahuan untuk masa yang akan datang.

Hormat Penulis,

(10)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK KOMPOSIT YANG TERDIRI DARI CAMPURAN POLIETILEN DENSITAS RENDAH (LDPE)

DENGAN PENGISI BENTONIT ALAM ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan morfologi bentonit sebelum dan sesudah dikompositkan, menentukan sifat mekanik dan termal komposit LDPE dengan bahan pengisi bentonit alam setelah dilakukan pemurnian secara kimia. Metode penelitian dilakukan yaitu proses modifikasi bentonit alam dengan proses pengerusan menjadi ukuran 200 mest (µm) dimurnikan dengan HCl yang digunakan sebagai bahan pengisi. Adapun matrik yang digunakan adalah LDPE dan kompatibilizernya PE-g-MA dengan variasi bentonit alam (0,3,5,7, dan 10)% berat, kemudian dimasukkan kedalam internal mixer dengan suhu 140˚C selama 15 menit dengan kecepatan rotor 50 rpm karakteristik yang dilakukan untuk komposit yang dihasilkan untuk uji mekanik dengan universal tes mekanik (UTM) dan analisis termal TGA-DTA dengan alat stratam TAG 24. Dari hasil penelitian diperoleh dan pada uji mekanik sifat kekuatan tarik dan perpanjangan putus menurun dengan bertambahnya kandungan bentonit, akan tetapi modulus youngnya meningkat dengan bertambahnya bentonit alam. Dari hasil analisis termal diperoleh peningkatan suhu titik leleh dengan penambahan bentonit alam. Dari morfologi dihasilkan penyebaran bentonit tidak merata yang mengakibatkan uji tarik menurun.

(11)

PREPARATION AND CHARACTERISTICS OF COMPOSITE CONTAINING MIXED LOW DENSITY POLYETHYLENE (LDPE) WITH

NATURE BENTONITE CHARGER

ABSTRACT

This study aims to determine the morphology of composite bentonite before and after, to determine thermal and mechanical properties of LDPE composites with natural bentonite filler after chemical purification. The research method is that the process of natural bentonite modified with a size of 200 pengerusan process mest (lm) was purified by HCl is used as a filler material. The matrix used is kompatibilizernya LDPE and PE-g-MA with a variety of natural bentonite (0,3,5,7, and 10)% weight, and then inserted into the internal mixer with a temperature of 140 ˚ C for 15 min with a rotor speed of 50 rpm characteristics performed for resulting composites for mechanical tests with universal mechanical testing (UTM) and TGA-DTA thermal analysis with tools stratam TAG 24. The results were obtained and the mechanical properties of tensile strength test and elongation at break decreased with increasing bentonite content, but the Young modulus increased with increasing bentonite nature. Thermal analysis of the results obtained by an increase in temperature of the melting point with the addition of natural bentonite. Morphology resulting from the uneven spread of bentonite causing decreased tensile test.

(12)

DAFTAR ISI

2.2.3 Polietilen/Low Density Polyethylene (LDPE) 12

2.2.4 Karakteristik LDPE 14

2.3 Sifat Mekanik 14

2.4 Bentonit 16

2.4.1 Komposisi Bentonit Alam Pahae 18 2.4.2 Sifat Fisik dan Kimia Bentonit 20

2.5 Pengujian dan Karakterisasi 22

2.5.1 Uji Mekanik 22

2.5.2 Analisis SEM (Scanning Elektron Microscopy) 23

(13)

BAB III METODE PENELITIAN

3.3.1 Proses Pengolahan Bentonoit alam 26 3.3.2 Aktivasi Bentonit Alam Secara Kimia 27 3.3.3 Pembuatan komposit dalam Internal Mixer 27

3.4 Karakterisasi Sampel 29

3.4.1 Analisis Penggunaan SEM 29

3.4.2 Kekuatan Tarik, perpanjangan Putus,

dan Modulus Young 30

3.4.3 Sifat Termal 31

3.5 Diagram Alir 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Analisis Uji Mekanik Komposit LDPE

dan bentonit Alam 33

4.1.1 Hasil dan Analisis Uji Tarik 33 4.1.2 Hasil dan Analisis pengujian

Perpanjangan Putus 35

4.1.3 Hasil dan Analisis Modulus young 36 4.2 Hasil dan Analisis Termal 38

4.2.1 Hasil dan Analisis DTA 38

4.2.2 Hasil dan Analisis TGA 39

4.3 Hasil dan Analisis Morfologi 41

4.3.1 Hasil dan Analisis Morfologi Bentonit Murni 41 4.3.2 Hasil dan Analisis Morfologi Bentonit

Pemurnian Kimia 42

4.3.3 Hasil dan Analisis Morfologi LDPE 43 4.3.4 Hasil dan Analisis Morfologi LDPE

(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 45

5.2 Saran 46

(15)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Pertimbangan pemilihan komposit 6

Tabel 2.2 Karakteristik Polietilen 12

Tabel 2.3 Kekuatan Tarik, Tekan dan lentur bahan Polimer 13

Tabel 2.4 Karakteristik LDPE dan sifat fisika, kimia LDPE 14

Tabel 2.5 Sifat Fisika dan Mekanika LDPE 14

Tabel 2.6 Perbedaan Sifat Na-Bentonit dan Ca-Bentonit 18

Tabel 2.7 Komposisi bentonit alam pahae 18

Tabel 2.8 Karakterisasi bentonit 21

Tabel 2.9 Komposisi kimia 22

Tabel 3.1 Komposisi campuran dalam persen 28

Tabel 3.2 Komposisi campuran Gram 28

Tabel 3.3. Urutan Pencampuran Komposit dalam Internal Mixer 29

Tabel 4.1. Nilai kuat tarik komposit LDPE-Bentonit 33

Tabel 4.2 Nilai perpanjangan putus komposit LDPE-Bentonit 35

Tabel 4.3 Nilai modulus young komposit LDPE-Bentonit 36

Tabel 4.4 Hasil pengujian DTA komposit LDPE-Bentonit 38

(16)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Komposit Serat, Komposit Partikel, Dan Komposit

Laminat 8

Gambar 2.2 Kantong Plastik Yang Dibuat Dari Polietilena. 10

Gambar 2.3 Model 3D Dari Rantai Polietilena. 11

Gambar 2.4 (a) Monomer Polietilena Dengan Tampilan Lebih Sederhana,

(b). Rumus Monomer Dari Polietilena, n Menunjukkan

Bahwa Polimer Dari Etena. 11

Gambar 2.5 (a) Simbol LDPE, (b). Produk LDPE Dalam Kebutuhan

Rumah Tangga 13

Gambar 2.6. Bentonit Alam Pahae 17

Gambar 2.7. Struktur montmorillonit 20

Gambar 2.8 Spesimen uji tarik dan perilaku polimer

termoplastiksaat mengalami pembebanan di mesin

uji tarik. 23

Gambar 2.9 Dalam SEM berkas elektron berenergi tinggi mengenai

permukaan material. 24

Gambar 3.1. Memperlihatkan gambar SEM model Zeiss dan model joe 31

Gambar 3.2 Universal Testing Machanic model Laryee Universal

Testing Mechine Wdw-10. 30

Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian 32

Gambar 4.1 Hasil pengujian kekuatan tarik komposit LDPE-Bentonit 34

Gambar 4.2 Grafik hubungan perpanjangan putus terhadap

komposisi Bentonit 35

Gambar 4.3 Modulus Young Terhadap Komposisi Bentonit 37

Gambar 4.4 Nilai DTA komposit LDPE-Bentonit 39

Gambar 4.5 Nilai TGA komposit LDPE-Bentonit 40

(17)

Gambar 4.7 Morfologi bentonit hasil pemurnian secara kimia

pembesaran 1000 kali 42

Gambar 4.8 Morfologi LDPE murmi pembesaran 500 kali 42

Gambar 4.9 Morfologi komposit LDPE+Bentonit pembesaran 500 kali 43

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Hasil Uji Mekanik L-1

Lampiran B Hasil Uji Termal L-2

(19)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK KOMPOSIT YANG TERDIRI DARI CAMPURAN POLIETILEN DENSITAS RENDAH (LDPE)

DENGAN PENGISI BENTONIT ALAM ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan morfologi bentonit sebelum dan sesudah dikompositkan, menentukan sifat mekanik dan termal komposit LDPE dengan bahan pengisi bentonit alam setelah dilakukan pemurnian secara kimia. Metode penelitian dilakukan yaitu proses modifikasi bentonit alam dengan proses pengerusan menjadi ukuran 200 mest (µm) dimurnikan dengan HCl yang digunakan sebagai bahan pengisi. Adapun matrik yang digunakan adalah LDPE dan kompatibilizernya PE-g-MA dengan variasi bentonit alam (0,3,5,7, dan 10)% berat, kemudian dimasukkan kedalam internal mixer dengan suhu 140˚C selama 15 menit dengan kecepatan rotor 50 rpm karakteristik yang dilakukan untuk komposit yang dihasilkan untuk uji mekanik dengan universal tes mekanik (UTM) dan analisis termal TGA-DTA dengan alat stratam TAG 24. Dari hasil penelitian diperoleh dan pada uji mekanik sifat kekuatan tarik dan perpanjangan putus menurun dengan bertambahnya kandungan bentonit, akan tetapi modulus youngnya meningkat dengan bertambahnya bentonit alam. Dari hasil analisis termal diperoleh peningkatan suhu titik leleh dengan penambahan bentonit alam. Dari morfologi dihasilkan penyebaran bentonit tidak merata yang mengakibatkan uji tarik menurun.

(20)

PREPARATION AND CHARACTERISTICS OF COMPOSITE CONTAINING MIXED LOW DENSITY POLYETHYLENE (LDPE) WITH

NATURE BENTONITE CHARGER

ABSTRACT

This study aims to determine the morphology of composite bentonite before and after, to determine thermal and mechanical properties of LDPE composites with natural bentonite filler after chemical purification. The research method is that the process of natural bentonite modified with a size of 200 pengerusan process mest (lm) was purified by HCl is used as a filler material. The matrix used is kompatibilizernya LDPE and PE-g-MA with a variety of natural bentonite (0,3,5,7, and 10)% weight, and then inserted into the internal mixer with a temperature of 140 ˚ C for 15 min with a rotor speed of 50 rpm characteristics performed for resulting composites for mechanical tests with universal mechanical testing (UTM) and TGA-DTA thermal analysis with tools stratam TAG 24. The results were obtained and the mechanical properties of tensile strength test and elongation at break decreased with increasing bentonite content, but the Young modulus increased with increasing bentonite nature. Thermal analysis of the results obtained by an increase in temperature of the melting point with the addition of natural bentonite. Morphology resulting from the uneven spread of bentonite causing decreased tensile test.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Polimer sudah banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, dalam

kebutuhan rumah tangga, pakaian, kebutuhan industri, dan masih banyak lagi.

Industri polimer mengembangkan polimer sintetik. Polimer sintetik dibuat melalui

cara polimerisasi, macam-macam polimer sintetik yaitu PE (polietilena), PP

(polipropilena), PVC (Poli Vinil klorida), PC (Polikarbonat), PS (Poli Sulfonat),

ABS (Akrilonitil Butadiena Stirena), dan lain-lain (Narkanti,1996). Salah satu

polimer sintetik yang paling banyak digunakan adalah Polietilen (PE), biasanya

sebagai bahan dasar untuk pembuatan berbagai jenis peralatan rumah tangga,

kemasan makanan maupun minuman. Pemanfaatannya yang sangat luas

dimungkinkan karena polimer ini memiliki banyak sifat-sifat yang bermanfaat

antara lain daya tahan terhadap zat kimia dan benturan yang baik, mudah dibentuk

dan dicetak, ringan dan harganya murah (Peacock , 2000)

Penelitian yang menggunakan polimer sintetik polietilena (PE) telah

banyak dilakukan oleh para peneliti, diantaranya dengan memadukan dua material

yang berbeda sehingga dapat meningkatkan sifat mekanik dari material tersebut.

Jika suatu polimer dikompositkan dengan suatu silika, maka material ini akan

menunjukan peningkatan yang sangat dramatis pada sifat-sifat seperti mekanik

dan thermal melebihi sifat polimer murninya. (Rosyadi I.I,dkk,2010)

Indonesia memiliki sumber daya alam mineral yang tersebar di beberapa

propinsi dengan jumlah yang cukup besar. Salah satu mineral yang banyak

terdapat di Indonesia adalah lempung. Berdasarkan kandungan mineralnya, tanah

dibedakan menjadi montmorilonit, kaolinit, haloisit, klorit dan illit. Salah satu dari

sumber bentonit alam yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara di daerah

Kecamatan Pahae Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara bentonit

atau clay adalah istilah yang digunakan untuk sejenis lempung yang Mengandung

(22)

Montmorillonite merupakan kelompok mineral filosilikat yang paling banyak menarik perhatian karena montmorillonit memiliki kemampuan untuk

mengembang serta kemampuan untuk diinterkalasi dengan senyawa organik

membentuk material komposit organik- anorganik. Montmorillonit juga memiliki

kapasitas penukar kation yang tinggi sehingga ruang antar lapis montmorillonit

mampu mengakomodasi kation dalam jumlah besar(Lubis, 2007).

Menurut labaik (2006) Bentonit adalah istilah pada lempung yang

mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok

dioktohedral. Bentonit atau montmorilonite sebagai meneral lempung yang terdiri

dari 85% montmorilonite dan mempunyai rumus kimia (AL2O3, 4SiO2 H2O), nama montmorilonit ini berasal dari lempung plastis yang ditemukan di

Montmorilonite, prancis pada tahun 1947. Struktur Montmorolonit adalah Mx(Al

4

xMgx)Si8O20(OH) Montmorilonit terdiri dari tiga unit lapian tetrahedral (mengandung ion slika) mengapit satu lapisan oktahedral (mengadung ion besi

dan magnesium). Struktur utama monmorilonite selalu bermuatan negatif

walaupun pada lapisan oktahedral ada kelebihan muatan positif yang akan di

kompensisasi oleh kekurangan muatan positif pada lapisan tetredral.

Bahan pengisi (filler) yang beasal dari bentonit dalam komposit atau polimer untuk perbaikan dan meningkatkan sifat-sifat fisik bahan, bahan pengisi

(filler) sering digunakan dalam pembuatan komposit seperti plastik namun penggunaan plastik memiliki beberapa masalah diantaranya, plastik sulit

terdegradasi ketika tidak digunakan lagi, karena itu perlu temukan alternatif bahan

yang akan digunakan sebagai Filler yaitu bentonit. Sifat fisik yang paling utama

dari bentonit adalah daya serap, derajat plasisasi, daya pembersih, daya

pengembang, derajat pengganti ion, warna, derajat kecerahan dan ukuran butiran

dari bentonit tersebut (Harjanto,2000)

Polimer dan bentonit merupakan material yang tidak kompatibel apabila

dipadukan, maka untuk memadukannya diperlukan compatibilizer, compatibilizer

(23)

polimer yang tidak kompatibel menjadi campuran yang stabil melalui ikatan

intermolekuler (Menta.dkk,2007)

Jumlah luas permukaan dapat ditinggkatkan dengan adanya permukaan

yang berpori pada permukaan bahan pengisi. Penelitian yang telah dilakukan oleh

beberapa peneliti yakni yang menggunakan bahan alam sebagai bahan pengisi

secara umum tidak kompatibel dengan bahan polimer ,hal ini disebabkan oleh

perbedaan kepolaran bahan-bahan tersebut di mana bahan polimer merupakan

bahan yang bersifat hidrofobik sedangkan bahan pengisi serat alam adalah bersifat hidrofilik. Oleh kerana itu beberapa langkah telah diambil dalam mengatasi masalah ini antaranya ialah dengan menggunakan zat kompatibiliser,

dan melakukan perlakuan terhadap bahan pengisi dengan bahan kimia yang

sesuai dan penggunaan. (Bukit, 2011)

Bedasarkan uraian di atas, penulis akan melanjutkan penelitian menggenai

penggunaan bentonit alam sebagai bahan pengisi dengan menggunakan bentonit,

pemurnian secara kimia dengan matrik LDPE dengan kompatibeliser PE-g-MA.

Dengan demikian judul penelitian ini adalah Pembuatan dan Karakteristik

komposit yang terdiri dari campuran Polietilen Low Density Polyethylene (LDPE )

dengan filler bentonit alam.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana morfologi Bentonit alam, Bentonit setelah dilakukan

pemurnian secara kimia dan komposit LDPE dengan Bentonit.

2. Bagaimana sifat mekanik komposit LDPE dengan pengisi bentonit setelah

dilakukan pemurnian secara kimia.

3. Bagaimana sifat termal (DTA dan TGA) komposit LDPE dengan pengisi

bentonit setelah dilakukan pemurnian secara kimia.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas,

(24)

1. LDPE yang digunakan merupakan produksi PT Tiatan Petrokimia

Indonesia,

2. Pengisi yang digunakan adalah bentonit alam setelah pemurnian secara

kimia yang berasal dari desa Pahae Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Kompatibilizer yang digunakan adalah PE-g-MA.

4. Pengujian yang dilakukan adalah analisis mekanik (Kekuatan tarik,

Perpanjangan putus, Modulus Young), Analisis termal (DTA dan TGA) dan morfologi (SEM) .

5. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penembahan bentonit

terhadap sifat fisis dan mekanik LDPE.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menentukan morfologi bentonit alam setelah dilakukan pemurnian

secara kimia.

2. Untuk menentukan sifat mekanik komposit LDPE dengan pengisi

bentonit alam setelah dilakukan pemurnian secara kimia.

3. Untuk menentukan sifat termal (DTA dan TGA) komposit LDPE dengan

pengisi bentonit alam setelah dilakukan pemurnian secara kimia.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Peningkatan nilai ekonomis bentonit alam modifikasi sebagai pengisi

pada termoplastik

2. Memberikan informasi dasar tentang sifat termal (DTA dan TGA), sifat

mekanik (Kekuatan tarik, perpanjangan putus dan modulus young), komposit LDPE dengan pengisi bentonit alam aktivasi kimia yang dapat

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KOMPOSIT POLIMER

Polimer merupakan bahan yang sangat bermanfaat dalam dunia teknik.

Polimer mudah dibuat dan penerapannya mencakup berbagai bidang industri,

seperti serat, karet, plastik, cat, perekat dan penambal. Polimer terdiri dari

beberapa bentuk yaitu cair-kental, karet-lunak, sampai padatan-keras. Meskipun

demikian, semua berstruktur dan bersifat (kima, mekanis, fisik) serupa.

Sifat-sifatnya yang ringan, tahan korosi dan kimia, dan murah, khususnya untuk

aplikasi-aplikasi pada temperatur rendah. Polimer adalah salah satu bahan

rekayasa bukan logam (non-metallic material) yang penting. Bahan polimer ada 2

jenis yaitu polimer biologis dan polimer bukan biologis. Bipolimer mendasari

segala bentuk kehidupan dan berbagai bahan pangan. Polimer bukan biologis,

termasuk yang sintetik, dibutuhkan untuk bahan industri sandang, papan,

transportasi, komunikasi, dan lain-lain.

Makin berkembangnya industri di bidang kimia polimer, tentu kita pernah

mendengar istilah komposit polimer. Komposit polimer adalah polimer yang

berfungsi sebagai matrik (Gibson,1994). Adapun definisi dari komposit adalah

bahan gabungan dua atau lebih yang terdiri dari komponen bahan utama (matriks)

dan bahan rangka (reinforcement) atau penguat. (Ginting,2006)

Matriks berfungsi sebagai pengikat dari isian (penguat), dan jika dikenai

beban ia akan terdeformasi dan mendistribusikan beban (tegangan) tadi keseluruh

unsur-unsur isian penguat,dan berfungsi sebagai unsur penguat struktur komposit.

Sedangkan material-material penguat pada umumnya merupakan unsur kekuatan

komposit. Selain itu, material juga tahan terhadap panas, reaksi kimia, tahanan,

atau konduktor listrik, dan sifat-sifat yang lain.(Sulaiman,1997) Dan bahan rangka

(penguat) yang sering digunakan adalah serat alam selulosa dan serat sintesis.

(26)

Adapun sifat maupun karakteristik dari komposit ditentukan oleh :

a. Material yang menjadi penyusun komposit

Karakteristik komposit ditentukan berdasarkan karakteristik material

penyusun menurut rule of mixture sehingga akan berbanding secara proporsional.

b. Bentuk dan penyusunan struktural dari penyusun

Bentuk dan cara penyusunan komposit akan mempengaruhi karakteristik

komposit.

c. Interaksi antar penyusun

Bila terjadi interaksi antar penyusun akan meningkatkan sifat dari komposit.

Pada umumnya komposit unggul mempunyai sifat-sifat yang tidak dimiliki

oleh kelompok material lain. Disamping itu, material komposit mempunyai

keistimewaan yaitu mudah dibentuk sesuai dengan keinginan. Pemilihan matriks

(material dasar) umumnya ditentukan oleh kondisi fisik dan mekanik, tempat

komposit tersebut akan digunakan.(Sulaiman,1997) Berikut adalah Tabel 2.1

pertimbangan pemilihan komposit

Tabel 2.1. Pertimbangan Pemilihan Komposit

Alasan Digunakan Material yang Dipilih Aplikasi Ringan, kaku, kuat Boron, semua karbon /

(27)

2.1.1 Bahan Komposit

Bahan komposit didefenisikan sebagai kombinasi dari dua atau lebih

unsur-unsur penyusun yang berbeda satu sama lain, baik dalam bentuk maupun

komposisinya. Manfaat utama dari penggunaan komposit adalah mendapatkan

kombinasi sifat kekuatan serta kekakuan tinggi dan berat jenis yang ringan.

Dengan memilih kombinasi material serat dan matriks yang tepat, kita dapat

membuat suatu material komposit dengan sifat yang sama untuk suatu struktur

tertentu dan tujuan tertentu (Hakim,2007).

Sifat mekanis bahan komposit sebagai berikut :

1. Kaku

Kaku adalah kemampuan dari satu bahan untuk menahan perubahan

bentuk jika dibebani dengan gaya tertentu didalam daerah elastik, (pada

pengujian tarik).

2. Tangguh

Tangguh adalah jika pemberian gaya atau yang menyebabkan bahan-bahan

tersebut sehingga menjadi patah, (pada pengujian tiga titik lentur).

3. Kokoh

Kondisi yang diperoleh akibat benturan atau pukulan serta proses kerja

yang mengubah struktur komposit sehingga menjadi keras, (pada

pengujian impak).

Secara garis besar ada tiga macam jenis komposit berdasarkan penguat

yang digunakan :

 Komposit serat ( fiber composite)

Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu

lapisan yang menggunakan penguat serat. Serat yang digunakan bisa

berupa serat gelas, serat karbon, serat aramid (poly aramide), dan

sebagainya. Serat ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi

tertentu bahkan bias juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti

(28)

 Komposit laminat (laminated composite)

Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang

digabung menjadisatu dan setiap lapisannya memiliki karakteristik sifat

tersendiri.

 Komposit partikel (partikulated Composite)

Merupakan komposit yang menggunakan partikel atau serbuk sebagai

pengguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriknya.

Komposit Serat Komposit Partikel Komposit Laminat

Gambar 2.1. Komposit Serat, Komposit Partikel, Dan Komposit Laminat

2.2 POLIMER

Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit yang

berulang sederhana (monomer). Perulangan unit-unit (monomer) dapat

membentuk susunan rantai linier, bercabang, dan jaringan. Polimer terbagi dalam

tiga kelompok umum yaitu polimer elastomer, polimer serat dan polimer plastik.

Polimer elastomer adalah polimer dengan sifat-sifat elastis seperti karet. Polimer

serat adalah polimer yang mirip benang seperti kapas, sutera atau nilon. Polimer

plastik adalah polimer yang berupa lembaran tipis.

Berdasarkan asal-mulanya polimer dapat dibagi dua, yaitu polimer alam

dan polimer sintetik. Polimer alam terbentuk di alam hasil metabolisme mahkluk

hidup, contohnya seperti pati, karet, selulosa, protein, dan sutera yang dihasilkan

oleh tanaman dan binatang. Keterbatasan tersedianya polimer alam untuk berbagai

keperluan, mendorong semakin banyak diproduksi polimer sintetik. Polimer

(29)

plastik (mudah dibentuk). Polimer plastik atau sintetik dapat dilelehkan dan

dibentuk menjadi bermacam-macam bentuk.

2.2.1 Sifat-sifat Bahan Polimer

Molekul polimer disusun dalam satu struktur rantai dalam struktur tiga

dimensi dengan ikatan kovalen, kebanyakan molekul rantai memberikan sifat

termoplastik dengan menaikan temperatur sehingga dapat mencair dan mengalir.

Bahan tersebut dinamakan polimer termoplastik. Sedangkan polimer yang struktur

tiga dimensi nya terkeraskan karena pemanasan tidak dapat mengalir lagi karena

pemanasan dinamakan polimer termoset. Sifat-sifat khas bahan polimer pada

umumnya sebagai berikut (Bukit, 2011).

1. Kemampuan cetak yang baik. Pada temperatur relatif rendah bahan dapat

dicetak dengan pernyuntikan, penekanan, ekstrusi dan seterusnya yang

menyebabkan ongkos lebih rendah dari pada logam dan keramik.

2. Produk yang ringan dan kuat dapat dibuat. Berat jenis polimer rendah

dibandingkan dengan logam dan keramik.

3. Banyak diantara polimer bersifat isolasi listrik yang baik. Polimer

mungkin juga dibuat konduktor dengan jalan mencampurkan dengan

serbuk logam, butiran karbon, dan sebagainya.

4. Baik sekali dalam ketahanan air dan ketahanan kimia. Pemilihan bahan

yang baik akan menghasilkan produk yang mempunyai sifat-sifat baik

sekali. (contoh : politetrafluoroetilen, dan sebagainya).

5. Produk-produk dengan sifat yang cukup berbeda dapat dibuat tergantung

pada cara pembuatannya. Dengan mencampur zat pemlastis, pengisi, dan

sebagainya sifat-sifat dapat berubah dalam daerah yang luas.

6. Umumnya bahan polimer lebih murah.

7. Kurang tahan terhadap panas, hal ini berbeda dengan logam dan keramik.

8. Kekerasan permukaan yang sangat kurang. Bahan polimer yang keras ada

(30)

9. Kurang tahan terhadap pelarut. Umumnya larut dalam pelarut tertentu

kecuali beberapa bahan khusus seperti politetrafluoroetilen. Jika tidak dapat larut, mudah retak karena kontak yang terus menerus dengan pelarut.

10. Mudah dimuati listrik secara elektro statis, kecuali beberapa bahan yang

khusus dibuat agar menjadi hantaran listrik, kurang higroskopik, dan dapat

dimuati listrik.

11. Beberapa ada yang tahan abrasi atau mempunyai koefisien gesek yang

kecil.

2.2.2 POLIETILEN (PE)

Polietilena (PE) adalah termoplastik yang kuat dan dapat dibuat dari yang

lunak sampai yang kaku. Polietilena adalah polimer yang terdiri dari rantai

panjang monomer etilena di industri polimer, polietilena ditulis dengan singkatan

PE. Molekul etena C2H4 adalah CH2=CH2. Dua grup CH2 bersatu dengan ikatan

ganda. Polietilena dibentuk melalui proses polimerisasi dari etena,Polietilena bisa

diproduksi melalu proses polimerisasi radikal, polimerisasi adisi anionik,

polimerisasi ion koordinasi, atau polimerisasi adisi kationik. Setiap metode

menghasilkan tipe polietilena yang berbeda.

Gambar 2.2.Kantong Plastik Yang Dibuat Dari Polietilena.

Polietilena adalah bahan termoplastik yang transparan, berwarna putih

mempunyai titik leleh bervariasi antara 1100C-1370C. Umumnya polietilena

bersifat resisten terhadap zat kimia. Pada suhu kamar, polietilena tidak larut dalam

(31)

yaitu polietilen densitas rendah (low-density polyethilen/LDPE) dan polietilen

densitas tinggi (High density polyethilen/HDPE) (Azizah, 2004).

Gambar 2.3.Model 3D Dari Rantai Polietilena.

a. b.

Gambar 2.4.(a) Monomer Polietilena Dengan Tampilan Lebih Sederhana, (b). Rumus Monomer Dari Polietilena, n Menunjukkan Bahwa Polimer Dari

Etena.

PE menjadi istimewa karena sifat-sifatnya yang menarik seperti murah,

inert, sifat listriknya yang bagus, dan pemrosesannya mudah. Umumnya

pengklasifikasian PE didasarkan pada densitas dan viskositas pelelehan atau

(32)

Tabel 2.2. Karakteristik Polietilen

Sifat Fisik dan Mekanik LDPE Rantai Cabang HDPE

Berat jenis (g/cm3) 0,91-0,94 0,95-0,97

Tegangan impak >16 0,8-14

Konstanta dielektrik 2,28 2,32

Resitivitas (Ohm cm) 6 × 1015 6 × 105

(Rafli.R,2008 )

2.2.3 Polietilen / Low Density Polyethylene (LDPE)

Low Density Polyethylene (LDPE) juga dikenal sebagai plastik dan dapat

dijumpai pada tas plastik, botol, kotak penyimpanan, mainan, perangkat komputer

dan wadah yang dicetak. LDPE adalah plastik yang mudah dibentuk ketika panas,

yang terbuat dari minyak bumi, dan rumus molekulnya adalah (-CH2- CH2-)n.

Dia adalah resin yang keras, kuat dan tidak bereaksi terhadap zat kimia lainnya,

kemungkinan merupakan plastik yang paling tinggi mutunya.

LDPE dicirikan dengan densitas 0.910–0.940 g/cm3. LDPE memiliki

derajat tinggi terhadap percabangan rantai panjang dan pendek, yang berarti tidak

akan berubah menjadi struktur kristal. Ini juga mengindikasikan bahwa LDPE

memiliki kekuatan antar molekul yang rendah. Ini mengakibatkan LDPE memiliki

kekuatan tensil yang rendah. LDPE diproduksi dengan polimerisasi radikal bebas.

LDPE bisa tembus cahaya ataupun pekat, dan sangat kuat, sangat lentur, kedap air

dan tidak dapat dihancurkan seperti plastik lain yang lebih keras. Di bawah ini

(33)

a b

Gambar 2.5.(a) Simbol LDPE, (b). Produk LDPE Dalam Kebutuhan Rumah Tangga

Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE,

yaitu plastik tipe cokelat (termoplastik/dibuat dari minyak bumi). Biasanya LDPE

dipergunakan untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang

lembek. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya,

fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten

terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan

tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Plastik ini dapat didaur

ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan

memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Barang berbahan LDPE ini

sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi

secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.

Besar kekuatan tarik, kekuatan tekan dan kekuatan lentur bahan polimer

dapat dilihat dari Tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3. Kekuatan Tarik, Tekan dan Lentur Bahan Polimer

(34)

2.2.4 Karakteristik LDPE

Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara

molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah, Berikut

Tabel 2.4, dan 2.5 tentang karakteristik LDPE dan sifat fisika, kimia, mekanika

LDPE.

Tabel 2.4. Karakteristik LDPE dan sifat fisika, kimia LDPE

Parameter Keterangan

Nama Kimia Low Density Polyethylen

Trade Name LDPE

Sinonim Polyethylen

Rumus Molekul (C2H4)n

Fisik Padat

Melting Point 105-1150C / 212-2750F

Spesific Gravity (at 200C)

(water = 1) 0,91-0,93

(Sitepu,I.W, 2009)

Tabel 2.5. Sifat Fisika Dan Mekanika LDPE Sifat fisika dan mekanik LDPE rantai Lurus

Titik leleh 105-1150C

Derajat kristalinitas 85-95 %

Berat jenis 0,95-0,96

Titik lunak 1240C

Kekuatan tarik 245 kgf/cm2

Perpanjangan 100 %

(Sitepu,I.W, 2009)

2.3 SIFAT MEKANIK

Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya,

(35)

pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai

respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa

gaya, torsi atau gabungan keduanya. Untuk mendapatkan sifat mekanik material,

biasanya dilakukan pengujian mekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat

merusak (destructive test), dari pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data

yang mencirikan keadaan dari material tersebut.

Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau

spesimen. Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal

dari jenis, komposisi dan perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya

didapatkan pada material uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran,

kemampuan mesin, kualitas atau jumlah cacat pada material dan ketelitian dalam

membuat spesimen. Sifat mekanik tersebut meliputi antara lain: kekuatan tarik,

ketangguhan, kelenturan, keuletan, kekerasan, ketahanan aus, kekuatan impak,

kekuatan mulur, kekeuatan leleh dan sebagainya. Pengujian sifat mekanik bahan

polimer sangat penting karena penggunaan bahan polimer sebagai bahan industri

sangat bergantung pada sifat mekanisnya. Sifat mekanik polimer merupakan salah

satu sifat yang sering digunakan untuk karakterisasi suatu bahan polimer

(Siagian,K.A,2009)

Sifar-sifat mekanik material yang perlu diperhatikan: tegangan yaitu gaya

diserap oleh material selama berdeformasi persatuan luas, regangan yaitu besar

deformasi persatuan luas, modulus elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan

material, kekuatan yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau

kemampuan material untuk menahan deformasi, kekuatan luluh yaitu besarnya

tegangan yang dibutuhkan untuk mendeformasi plastis, kekuatan tarik adalah

kekuatan maksimum yang berdasarkan pada ukuran mula, keuletan yaitu besar

deformasi plastis sampai terjadi patah, ketangguhan yaitu besar energi yang

diperlukan sampai terjadi perpatahan, kekerasan yaitu kemampuan material

menahan deformasi plastis lokal akibat penetrasi pada permukaan.

Sifat-sifat mekanik pada polimer dapat dinyatakan dalam beberapa

(36)

Pengukuran sifat mekanik meliputi yield strength (kekuatan luluh),tensile strength

(kekuatan tarik) dan elongation at break (perpanjangan putus) (Deswita.dkk,2007)

2.4 BENTONIT

Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit

dengan mineral-mineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars, dan mineral

lainnya. Montmorillonit merupakan bagian dari kelompok smectit dengan

komposisi kimia secara umum (Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O. Nama monmorilonit itu sendiri berasal dari Perancis pada tahun 1847 untuk penamaan

sejenis lempung yang terdapat di Monmorilon Prancis yang dipublikasikan pada

tahun (1853 – 1856) Mineral monmorillonit terdiri dari partikel yang sangat kecil

sehingga hanya dapat diketahui melalui studi mengunakan XRD (X-Ray

Difraction).

Lampung merupakan komponen salah satu komponen tanah yang tersusun

atas senyawa alumina slikat dengan ukuran partikel yang lebih kecil dari 2nm,

struktur dasar merupakan filoslikat atau lapisan slikat yang terdiri dari lembaran

tetrahedral silisiun-oksigan dan lembaran oktahedral aluminium-oksigen

hidroksida (Lestari.S, 2002).

Bentonit alam merupakan alumina slikat terhidrasi dengan unsur utama

yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah dari senyawa yang dikandung nya

Bentonit berarti Tanah liat yang mengadung senyawa hidrat alumino slikat dengan

unsur – unsur utama alkali tanah dan mempunyai sifat penukaran ion serta

kemampuan absopsi yang tinggi. Sehingga mineral bentonit terdiri dari beberapa

jenis mineral, berstuktur tiga dimensi dan mempunyai pori yang dapat diisi oleh

molekul air (Supeno.M, 2007).

Bentonit mempunyai potensi untuk di kembangkan pemanfaatnya menjadi

bahan unggulan yang bernilai komunitas tinggi, baik dalam bidang industri

(Farmasi, Kosmetik, Katalis, cat) agrobisnis maupun lingkungan selain dari

penggunaannya di bidang pertanian, perternakan, perikanan, proses penjernihan

air, penyerap logam – logam berat dan diterjen, berikut adalah Gambar bentonit

(37)

Gambar 2.6.Bentonit Alam Pahae

Berdasarkan kandungan alumino silikat hidrat yang terdapat dalam

bentonit, maka bentonit tersebut dapat dibagi menjadi dua golongan :

a. Activated clay, merupakan lempung yang mempunyai daya pemucatan

yang rendah.

b. Fuller’s earth, merupakan lempung yang secara alami mempunyai sifat

daya serap terhadap zat warna pada minyak, lemak, dan pelumas

Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Na-bentonit

Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila

dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam

keadaan kering berwarna putih atau kream, pada keadaan basah dan terkena sinar

matahari akan berwarna mengkilap. Suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8.

2. Ca-bentonit

Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air,

tetapi secara alami setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik.

Suspensi koloidal mempunyai pH: 4-7. Dalam keadaan kering berwarna abu-abu,

biru, kuning, merah, coklat.

Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi, lampur bor,

sesuai sifatnya mampu membentuk suspensi koloidal setelah bercampur dengan

air. Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap. -Bentonit

(38)

Tabel.2.6. Perbedaan Sifat Na-Bentonit Dan Ca-Bentonit No Sifat fisik Na-Bentonit Ca-Bentonit 1 Daya mengembang Sangat baik Tidak baik

2 Kekuatan dalam keadaan basa Sedang Tinggi

3 Perkembangan daya ikat Sedang Cepat

4 Kekuatan takan tinggi Sedang

5 daya tekan terhadap penusutan Tinggi Rendah

6 Daya mengalirkan pasir Sedang Sangat baik

7 Warna dalam keadaan kering Putih atau Kerem

2.4.1. Komposisi Bentonit Alam Pahae

Bentonit merupakan suatu kelompok mineral yang di hasilkan dari proses

hidrotermal pada batuan baku basa, mineral ini biasanya dijumpai mengisi

celah-celah ataupun rekatan dari batuan tersebut, selain itu bentonit juga merupakan

endapan dari aktivitas vulkanik yang banyak mengadung unsur slikat.

Adapun Komposisi bentonit alam pahae adalah sebagai berikut:

Tabel 2.7. Komposisi bentonit Alam pahae

Komposis Kimia - CaO, MgO, Al2O3, Fe2O3, Sio2, K2O,

TiO

- SiO2 = 60,18%

- Al2O3 = 14,25 %

Sifat fisik - Warna hijau kebiru-biruan, putih, dan coklat

- Kekerasan 1-2

(39)

Kegunaan - Bahan banggunan dan ornament

- Semen pozzolan, dan bahan agregat ringgan

- Bahan pengembang dan pengisi pasta gigi

- Bahan pencernih air

- Campuran makanan ternak

Keterdapatan Kecamatan Pahae, Tapanuli Utara

Cadangan +/- 6000.000 Ton

Sumber: (Distampropus, 2004)

Struktur montmorillonite terdiri dari 3 layer (lapisan T-O-T) yang terdiri

dari 1 lapisan Alumina (AlO6) bentuk pada bagian tengah diapit oleh 2 lapisan

silika (SiO4) berbentuk tetrahedral. Diantara lapisan T-O-T atau lapisan

interlayer terdapat kation monovalent maupun bivalent, seperti Na, Ca2dan

Mg2

dan memiliki jarak (d-spacing) sekitar 1,2-1,5 nm (salim,2012).

Lepisan-lapisandalam bentonit ini teralogmerasi (menggumpal) karna adanya gaya tarik

menarik antar partikel. Dengan teknik tertentu seperti surface treatment gaya tersebut dapat dikurangi sehingga jarak antar layar dalam struktur monmorilonit

akan bertambah besar (>15).(syuhada dkk,2009).

Dengan rumus kimia bentonit adalah (Mg, Ca) xAl2 O

3. ySiO2. n H2O dengan nilai n sekitar 8, x,y adalah nilai perbandingan antara Al2O3. dan SiO2, dan ( Mg, Ca ) adalah M,. Fragmen sisa bentonit umumnya terdiri dari campuran

kristoballit, feldspar, kalsit, gipsum, kaolinit, plagioklas.

Setiap struktur kristal bentonit mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan

oktahedral dari alumunium dan oksigen yang terletak antara dua lapisan

tetrahedral dari silikon dan oksigen. Penyusun terbesar bentonit adalah silikat

dengan oksida utama SiO2 (silika) dan Al2O3 (aluminat) yang terikat pada molekul air. Penggabungan pada satu lapisan tetrahedral silika dengan satu

(40)

Gambar 2.7. Struktur montmorillonit

Adanya atom-atom yang terikat pada masing-masing lapisan struktur

montmorillonit memungkinkan air atau molekul lain masuk di antara unit lapisan.

Akibatnya kisi akan membesar pada arah vertikal. Selain itu karena adanya

pergantian atom Si oleh Al menyebabkan terjadinya penyebaran muatan negatif

pada permukaan bentonit.

2.4.2 Sifat Fisik dan Kimia Bentonit

Dalam keadaan kering bentonit mempunyai sifat fisik berupa partikel

butiran yang halus berbentuk rekahan-rekahan atau serpihan yang khas seperti

tekstur pecah kaca (concoidal fracture), kilap lilin, lunak, plastis, berwarna kuning

muda hingga abu-abu, bila lapuk berwarna coklat kekuningan, kuning merah atau

coklat, bila diraba terasa licin, dan bila dimasukan ke dalam air akan menghisap

air.

a. Sifat fisik bentonit

Sifat fisik bentonit yang sangat penting adalah sebagai Kapastitas Tukar

Ion (KTK), daya luas permukaan, reologi sifat mengikat dan melapas serta

palstisitas

1. Kapasitas Tukar Ion

Sifat ini untuk menentukan jumlah kadar air yang terserap dalam

bentonit (dalam hal ini mineral monmorollonit) dalam keseimbangan

(41)

monmollonit serta adanya unsur (ion atau kation) yang mudah terbuka dan

menarik air, kation atau ion Na mempunyai daya serap air yang lebih baik

dari ion lainya seperti: Mg,Ca, K dan H dengan demikian maka bentonit

yang dimasukkan dalam air akan mengembang dan akan membentuk

larutan koloid, bila air tersebut di keluarkan dari larutan koloid tersebut

maka akan terbentuk suatu massa, liat, keras dan tidak tembus air serta

bersifat lembut atau tahan terhadap reaksi kimia, sifat ini di terapkan

dalam pengeboran dan tekik sipil

2. Luas permukaan

Yang dimaksud dengan luas permukaan adalah jumlah kristal atau

butir-butir bentonit dinyatakan dalam m/gram, sifat ini sangat penting

karena semakin besar jumlah luas permukaan, makin banyak zat kimia

yang dapat terbawa ( melekat ) atau makin sempurna pori-pori yang dapat

tersisa sifat ini dimanfaatkan dalam industri kimia misalnya sebagai

katalis, pembawa racun dan jamur serta digunakan sebagai bahan pengisi

dan pengembangannya di dalam industri kertas, cat dan lain sebagainya.

3. Daya serap

Sifat ini di sebabkan oleh ketidak seimbangan muatan listrik dalam ion

serta adanya pertukaran ion, dalam mineral lampung daya serap terjadi

pada ujung dan permukaan kristal serta ruang diantara kation butir

lampung, bentonit mempunyai sifat mengadsorbsi karena ukuran partikel

koloidnya sangat kecil mempunyai kapasitas pertukatan ion yang angat

tinggi.

Tabel 2.8 Karakterisasi Bentonit

Karakterisasi Nilai

Massa jenis 2,2 – 2,8 gram/ L

Massa molekul relatif 549,07 gram/ L

(42)

Titik leleh 1330– 1430 C

b. Sifat- sifat kimia

Bentonit mineral yang memiliki gugus aluminoslikat unsur-unsur kimia

yang terkandung di dalam bentonit diperlihatkan pada Tabel 2.9

Tabel 2.9 Komposisi kimia

Senyawa Na- Bentonit (% ) Ca-Bentonit (% )

SiO2 61,3-61,4 62,12

Al2O3 19,8 17,33

Fe2O3 3,9 5,30

CaO 0,6 3,68

MgO 1,3 3,30

Na2O 2,2 0,50

K2O 0,4 0,55

H2O 7,2 7,22

2.5 PENGUJIAN DAN KARAKTERISASI

Dari hasil pembuatan sampel komposit yang terdiri dari campuran

polietilen/ low density polyethelene (LDPE) dengan pengisi bentonit alam, dilakukan beberapa karakterisasi : yakni sifat mekanik (kekuatan tarik ,

perpanjangan putus, dan Modulus Young), analisis termal dengan TGA dan DTA

, dan analisis morfologi.

2.5.1 Uji Mekanik.

Perilaku mekanika maupun sifat-sifat mekanik polimer termoplastik

sebagai respon terhadap pembebanan secara umum dapat dijelaskan dengan

mempelajari hubungan antara struktur rantai molekulnya dan fenomena yang

teramati. sifat mekanik meliputi kekuatan tarik , perpanjangan putus, Modulus

(43)

tergantung pada waktu (time-dependent) , ada dua mekanisme yang terjadi pada

daerah elastis, yaitu:

1. Distorsi keseluruhan bagian yang mengalami deformasi

2. Regangan dan distorsi ikatan-ikatan kovalennya. (Bukit, 2011).

Gambar 2.8 Spesimen Uji Tarik dan Perilaku Polimer TermoplastikSaat Mengalami Pembebanan di Mesin Uji Tarik.

Pengujian tarik (tensile test) adalah pengujian mekanik secara statis

dengan cara sampel ditarik dengan pembebanan pada kedua ujungnya di mana

gaya tarik yang diberikan sebesar P (Newton). Tujuannya untuk mengetahui

sifat-sifat mekanik tarik (kekuatan tarik) dari komposit yang diuji. Tegangan

perpatahan adalah perbandingan gaya perpatahan mula-mula. Modulus Young

adalah ukuran suatu bahan yang diartikan ketahanan material tersebut terhadap

deformasi elastik. Makin besar modulusnya maka semakin kecil regangan elastik

yang dihasilkan akibat pemberian tegangan .

2.5.2 Analisis SEM (Scanning Elektron Microscopy)

SEM merupakan pencitraan material dengan mengunakan prinsip

mikroskopi. SEM dipakai untuk mengetahui struktur mikro suatu material

meliputi tekstur, morfologi, komposisi dan informasi kristalografi permukaan

partikel. Morfologi yang diamati oleh SEM berupa bentuk, ukuran dan susunan

(44)

Gambar 2.9 Dalam SEM berkas elektron berenergi tinggi mengenai permukaan material.

Untuk material bukan logam seperti isolator ,agar profil permukaan dapat

diamati dengan jelas dengan SEM maka permukaan material tersebut harus

dilapisi dengan logam. Film tipis logam dibuat pada permukaan material tersebut

sehingga dapat memantulkan berkas elektron. Metode pelapisan yang umumnya

dilakukan adalah evaporasi dan sputtering. Logam pelapis yang umumnya

digunakan adalah emas. (Frida, 2011).

2.5.3 Analisa Sifat Termal

Pada bahan polimer analisis termal digunakan untuk penentuan kontrol

kualitas suatu bahan. Analisa teramal secara umum didefinisikan sebagai

sekumpulan teknik yang mengukur sifat fisis suatu bahan dan atau hasil-hasil

reaksi yang diukur sebagai fungsi temperatur (Frida, 2011). Tanpa adanya

pengetahuan data-data termal, pemrosesan suatu bahan akan sangat sulit

dilakukan. Sifat termal suatu bahan menggambarkan kelakuan dari bahan tersebut

jika dikenakan perlakuan termal (dipanaskan / didinginkan). Dengan demikian

pengetahuan tentang sifat termal suatu bahan menjadi sangat penting dalam

kaitannya dengan pemrosesan bahan menjadi barang jadi maupun sebagai control.

Differential Thermal Analysis (DTA)

DTA adalah tehnik yang mencatat perbedaan antara suhu sampel dan

senyawa pembanding, baik terhadap suhu saat kedua specimen dikenali kondisi

suhu yang sama dalam sebuah lingkungan yang dipanaskan atau didinginkan pada

(45)

Analisis Termal Gravimetri (TGA)

Analisis Termal Gravimetri merupakan metoda analisis yang

menunjukkan sejumlah urutan dari lingkungan termal, kehilangan berat dari bahan

disetiap tahap, dan suhu awal perosotan (Hamid ,2008). Analisa termogravimetri

(TGA) dilakukan untuk menentukan kandungan pengisi dan kestabilan termal dari

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Dasar UNIMED untuk

pengolahan Bentonit alam dan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Bandung untuk pembuatan, pencetakan, dan pengujian sampel. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Februari – Juni 2013.

3.2 Alat Dan Bahan 3.2.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Erlenmeyer, gelas ukur,

spatula, neraca analitik, laboplastomill model 30RI50 Volume chember 60 cc, alat

cetakan, tekan panas dan tekan dingin , ayakan 200 mesh (74 µm), mesin uji tarik

(UTM) model Laryee Universal Testing Mechine Wdw-10, analisa termal

(TGA-DTA) Setaram TAG 24, Scaning electron Mikroscop (SEM ) model Zeiss dan Joel, pemotong Dumb Bell dengan standar JIS K6781.

3.2.2 Bahan Penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. LDPE dari PT Tiatan Petrokimia Indonesia,

2. Bentonit alam modifikasi sebagai bahan pengisi,

3. PE-g-MA sebagai kompatibeliser.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3. 1 Proses Pengolahan Bentonoit alam

Bentonit yang digunakan pada penelitian ini adalah Bentonit yang berasal

dari Tapanuli Utara tepatnya di Pahae dimana Bentonit alam tersebut masih dalam

(47)

3.3. 2 Aktivasi Bentonit alam Secara Kimia

Proses pengolahan bentonit dengan aktivasi secara kimia dilakukan

melalui prosedur sebagai berikut :

1. Bentonit alam yang masih dalam bentuk bongkahan terlebih dahulu di

hancurkan, kemudian digerus atau diremukan dengan menggunakan gilingan.

2. Bentonit yang telah digiling diuji menggunakan SEM.

3. Bentonit yang sudah digerus tersebut diayak dengan menggunakan ayakan

200 mesh (74 µm)

4. Bentonit alam yang berukuran 200 mesh (74 µm) dicampur dengan larutan

HCl dengan kadar 2 M dengan perbandingan 1:10 dalam waktu 2 jam dengan

magnetik stirer.

5. Setelah itu larutan HCL dengan bentonit alam dipisahkan dengan kertas

saring, kemudian dicuci dengan air aquades dan kembali dipisahkan antara

bentonit alam dengan aquades, sampai diperoleh pH netral.

6. Kemudian hasil bentonit yang telah disaring dimasukkan kedalam oven

selama 5 jam pada suhu 1400C.

7. Hasil Bentonit dianalisa dengan SEM.

3.3. 3 Pembuatan Komposit dalam Internal Mixer

Proses pembuatan mikrokomposit dilakukan melalui prosedur sebagai

berikut:

1. Masukan LDPE, PE-g-MA dan Bentonit aktivasi secara kimia kedalam

internal mixer jenis Labo Plastomill volume chamber 60 cc sesuai dengan

(48)

Tabel 3.1 Komposisi Campuran Dalam Persen

Tabel 3.2 Komposisi Campuran Dalam Gram Sampel LDPE

2. Campurkan secara berturut-turut LDPE, PE-g-MA dan Bentonit aktivasi

secara kimia tersebut pada suhu blending 140°C dan kecepatan rotor 50 rpm

selama 15 menit dengan urutan pencampuran seperti yang ditunjukkan pada

Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Urutan Pencampuran Komposit dalam Internal Mixer Waktu

(49)

3. Hasil sampel dari internal mixer dimasukkan kedalam alat cetakan dengan

yang berbentuk empat persegi dengan ketebalan plat 1mm.

4. Kemudian dilakukan pencetakan sampel dengan cetak tekan panas yang

dilaksanakan selama 15 menit yang terdiri dari waktu pemanasan cetakan 5

menit, waktu pemanasan bahan 5 menit dan waktu tekan 5 menit. Adapun

tekanan yang digunakan 37 ton dengan suhu pencetakan 1800 C,

5. Selanjutnya dilakukan tekanan dingin selama 5 menit dengan tekanan yang

sama sebesar 37 ton.

6. Hasil cetakan dalam bentuk lembaran dipotong menjadi sampel uji dengan

mengunakan mesin potong sampel dumbell, untuk sampel uji tarik dibuat

dengan standar JIS K 6781,

7. Dilakukan karakterisasi terhadap masing-masing sampel yang telah dirancang

sebelumnya.

3.4 Karakterisasi Sampel

3.4. 1 Analisis menggunakan SEM (Scanning Elektron Microscopy)

Bentonit sebelum dan sesudah diaktivasi kimia, LDPE dan komposit

dianalisa dengan SEM. Scanning Electron Microscope menggunakan metode Secondary Electron Image (SEI). SEM digunakan untuk mengkarakterisasi morfologi permukaan. Alat buatan zeiss ini menghasilkan foto polaroid dan

mampu memfoto dengan perbesaran dari 35 x sampai 10000x. Sampel yang difoto

sebaiknya berukuran kecil, tidak lebih dari 5 mm x 5 mm untuk luas permukaan

(50)

Gambar 3.1 memperlihatkan gambar SEM model Zeiss dan Model Joel

3.4. 2 Kekuatan Tarik, Perpanjangan Putus dan Modulus Young.

Sampel dengan ketebalan 1mm dipotong berbentuk dumbell dengan alat

pemotong Dai wallace dengan JIS K 6781 sebanyak tiga sampel diambil dari

setiap variasi komposisi yang diuji dan diambil nilai rata-ratanya , selanjutnya uji

tarik dilakukan dengan menggunakan mesin ,(Universal Testing Machanic) model

Laryee Universal Testing Mechine Wdw-10. uji tarik (tensile Strength),

perpanjangan putus (elongation at break) dengan kecepatan penarikan sebesar 50

mm/menit dilakukan pada suhu kamar, sifat- sifat uji tarik dan perpanjangan putus

didapat dari pembacaan pada skala yang diperoleh dari mesin uji dengan print out

(51)

Gambar 3.2 Universal Testing Machanic model Laryee Universal Testing Mechine Wdw-10.

3.4.3 Analisa Sifat Termal

Pada bahan polimer analisis termal digunakan untuk penentuan kontrol

kualitas suatu bahan. Tanpa adanya pengetahuan data-data termal, pemrosesan

suatu bahan akan sangat sulit dilakukan. Analisis termal yang di gunakan adalah

DTA dan TGA Setaram TAG 24. DTA (Differential Thermal Analysis) adalah

tehnik yang mencatat perbedaan antara suhu sampel dan senyawa pembanding,

baik terhadap suhu saat kedua specimen dikenali kondisi suhu yang sama dalam

sebuah lingkungan yang dipanaskan atau didinginkan pada laju terkendali.

Analisa termogravimetri (TGA) dilakukan untuk menentukan kandungan pengisi

(52)

3.5 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian

Aktivasi secara kimia

Internal Mixer laboplastomil dengan kecepatan rotor 50 rpm pada suhu 1400C

LDPE PE-g-MA

Pencetakan sampel Sampel

Karakterisasi

Sifat Mekanik :

Kekuatan tarik

Perpanjangan putus

Analisis Termal (DTA/TGA)

Analisis Data

Hasil

pengrusan 200 mesh

SEM

Bongkahan Bentonit Alam

(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Analisis Uji Mekanik Komposit LDPE dan Bentonit Alam Pengujian sifat mekanik yang dilakukan pada komposit LDPE dengan

bentonit alam meliputi pengujian kekuatan tarik, perpanjangan putus dan modulus

young. Untuk memperoleh data yang akurat, maka pengujian dilakukan sebanyak lima kali pengulangan untuk setiap sampel penelitian.

4.1.1 Hasil dan Analisis Uji Tarik

Pengujian kuat tarik dilakukan untuk mengetahui kekuatan sampel

terhadap gaya tarik yang akan diberikan. Pengujian kuat tarik mengacu kepada

prosedur yang telah ditetapkan pada metodologi penelitian. Pengujian telah

dilakukan terhadap semua jenis sampel menggunakan alat penguji Universal Testing Machanic (UTM) model Laryee Universal Testing Mechine Wdw-10,Hasil pengujian besarnya kuat tarik sampel dapat dilihat pada pada Tabel

berikut:

Tabel 4.1. Nilai Kuat Tarik Komposit LDPE-Bentonit

(54)

10.837

Gambar 4.1. Hasil Pengujian Kekuatan Tarik Komposit LDPE-Bentonit

Dari Gambar 4.1 menunjukkan bahwa penambahan bentonit sebagai bahan

pengisi pada LDPE berpengaruh terhadap nilai kekuatan tarik LDPE. Terlihat

Bahwa nilai kekuatan tarik LDPE murni memberikan kekuatan tarik lebih tinggi

dari pada LDPE dengan bahan pengisi bentonit. Nilai kekuatan tarik terbesar

adalah pada komposisi bentonit 0% yaitu LDPE tanpa bahan pengisi dengan

kekuatan tarik sebesar 10,837 MPa. Sedangkan nilai kekuatan tarik terendah

terjadi pada komposisi bentonit 10% dengan kekuatan tarik sebesar 8,5749 MPa.

Penurunan nilai kuat tarik ini kemungkinan disebabkan oleh gaya tarik

antar molekul komposit jauh lebih lemah dengan penambahan bentonit. Karena

permukaan bentonit yang bersifat hidrofilik sehingga tidak berinteraksi efektif dengan LDPE maka penambahan bentonit sebagai bahan pengisi pada LDPE

menurunkan nilai kekuatan tarik. Hasil yang sama juga dilakukan Susilawati ,dkk

(2011) polietilen kerapatan rendah (LDPE) yang ditambahkan dengan bahan

pengisi, didapatkan hasil bahwa semakin besar konsentrasi bahan pengisi (ubi

kayu) yang ditambahkan maka kekuatan tarik dan kemuluran akan semakin

(55)

257.29

4.1.2 Hasil dan Analisis Pengujian Perpanjangan Putus

Pengujian perpanjangan putus dilakukan untuk mengetahui kekuatan

sampel terhadap perpanjangan putus. Pengujian perpajangan putus mengacu

kepada prosedur yang telah ditetapkan pada metodologi penelitian. Pengujian

telah dilakukan terhadap semua jenis sampel menggunakan alat penguji Universal

Testing Machanic (UTM) model Laryee Universal Testing Mechine Wdw-10, Hasil pengujian besarnya perpanjangan putus sampel dapat dilihat pada pada

Tabel berikut:

Tabel 4.2. Tabel Nilai perpanjangan putus Komposit LDPE-Bentonit

(56)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Perpanjangan Putus terhadap Komposisi Bentonit

Dari Gambar 4.2 terlihat dengan bertambahnya kandungan bentonit

menyebabkan perpanjangan putus menurun. Nilai perpanjangan putus terbesar

pada komposit LDPE tanpa bahan pengisi bentonit dengan perpanjangan putus

sebesar 257,29 mm hal ini disebabkan karena komposit yang tidak menggunakan

bahan pengisi bentonit sehingga komposit yang dihasilkan kaku atau keras, dan

menjadikan komposit mudah untuk direnggangkan.

Nilai perpanjangan putus terkecil pada komposit LDPE dengan bahan

pengisi bentonit 10% dengan perpanjangan putus sebesar 28,36 mm hal ini

disebabkan dengan penambahan bentonit menurunkan sifat kaku atau keras.

Sehingga campuran yang dihasilkan nilai perpanjangan putus yang rendah. Hasil

yang sama diperoleh oleh Hamid (2008) semakin tinggi kandungan pengisi (TK)

didalam komposit LDPE maka perpanjangan putus berkurang dan menurut Raj

(1990) penambahan pengisi akan menimbulkan pengaruh sifat perpanjangan

komposit.

4.1.3 Hasil dan Analisis Modulus Young

Dari rangkaian pengujian yang dilakukan, diperoleh nilai modulus young seperti tabel berikut:

Tabel 4.3. Nilai Modulus young komposit LDPE-Bentonit

Gambar

Gambar 2.2.Kantong Plastik Yang Dibuat Dari Polietilena.
Gambar 2.3.Model 3D Dari Rantai Polietilena.
Tabel 2.2. Karakteristik Polietilen
Tabel 2.3. Kekuatan Tarik, Tekan dan Lentur Bahan Polimer
+7

Referensi

Dokumen terkait