• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivasi Bentonit Alam Sebagai Bahan Pengisi Pada Komposit Polietilen/High Density Polyethylene (HDPE) Untuk Bahan Teknik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aktivasi Bentonit Alam Sebagai Bahan Pengisi Pada Komposit Polietilen/High Density Polyethylene (HDPE) Untuk Bahan Teknik"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVASI BENTONIT ALAM SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA KOMPOSIT POLIETILEN/HIGH DENSITY POLYETHYLINE (HDPE)

UNTUK BAHAN TEKNIK

TESIS

Oleh : EVI JULIANI 117026027/FIS

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

AKTIVASI BENTONIT ALAM SEBAGAI BAHAN PENGISI

PADA KOMPOSIT POLIETILEN/HIGH DENSITY

POLYETHYLINE (HDPE) UNTUK BAHAN TEKNIK

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam program studi Magister Ilmu Fisika dan Program Pascasarjanan

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh EVI JULIANI 117026027/FIS

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis :AKTIVASI BENTONIT ALAM SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA KOMPOSIT POLIETILEN/HIGH DENSITY POLYETHYLINE (HDPE) UNTUK BAHAN TEKNIK

Nama Mahasiswa : EVI JULIANI Nomor Induk : 117026027

Program Studi : MAGISTER ILMU FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Prof. Dr. Eddy Marlianto, MSc. Dr. Anwar Darma Sembiring, M.S.

Ketua Program Studi, Dekan,

Dr. Nashruddin MN,M.Eng.Sc.

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

AKTIVASI BENTONIT ALAM SEBAGAI BAHAN PENGISI

PADA KOMPOSIT POLIETILEN/HIGH DENSITY

POLYETHYLINE (HDPE) UNTUK BAHAN TEKNIK

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerjasaya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, Juli 2013

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Evi Juliani NIM : 11 70 26 027 Program Studi : Magister Fisika Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive RoyaltyFree Right) atas Tesis saya yang berjudul :

AKTIVASI BENTONIT ALAM SEBAGAI BAHAN PENGISI

PADA KOMPOSIT POLIETILEN/HIGH DENSITY

POLYETHYLINE (HDPE) UNTUK BAHAN TEKNIK

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat,mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpameminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dansebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, Juli 2013

NIM 117026027 EVI JULIANI

Telah diuji pada

(6)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr.Eddy Marlianto ,MSc. Anggota : 1. Dr. Anwar Dharma Sembiring, M.S

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : EVI JULIANI Tempat tanggal lahir : Medan, 16 Juli 1978 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karikatur, No 46, Komplek Wartawan, Medan Telepon / HP : 081376844395

Email : evijulianihsb@ymail.com ` Nama Orang tua : Syaruddin Hsb alm (ayah)

Hj. Rostiani Simatupang, S.Pd (Ibu)

B. Riwayat Pendidikan

1985-1991 : SD Negeri 3 Padang Sidempuan 1991-1994 : SMP Negeri 3 Padang Sidempuan 1994-1997 : SMA Negeri 1 Padang Sidempuan 1997-2002 : S1 FPMIPA UNIMED Medan 2011-2013 : Pasca Sarjana Fisika USU Medan

C. Pengalaman Kerja sebagai guru:

2002-sekarang : SMA Nurul Islam Indonesia Medan

(8)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa atas segala limpahan dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul

Aktivasi Bentonit Alam Sebagai Bahan Pengisi Pada Komposit Polietilen/High

Density Polyethylene (HDPE) Untuk Bahan Teknik ini dapat diselesaikan.

Dengan diselesaikannya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan

terimakasih sebesar-besarnya kepada:

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Kepala Dinas Tk.1 dan Tk.2 yang

telah memberikan bantuan dana sehingga penulis dapat melaksanakan Program

Studi Magister Ilmu Fisika Program Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera

Utara.

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sumatera Utara, Dr. Sutarman, M.Sc atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis menjadi mahasiswa Program Magiter pada Program Pascasarjana Fakultas

MIPA Universitas Sumatera Utara.

Ketua Program Studi Magister Fisika, Dr. Nasruddin MN, M.Eng.Sc, dan

Sekretaris Program Studi Magister Fisika Dr. Anwar Dharma Sembiring, MS atas

kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya

penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Eddy Marlianto,MSc. , selaku Pembimbing Utama dan Bapak

Dr. Anwar Dharma Sembiring, M.S, selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang telah memberikan perhatian, dorongan, bimbingan dan arahan dengan

penuh kesabaran menuntun dan membimbing penulis sehingga selesainya

(9)

2. Bapak Prof.Drs.Mohammad Syukur,MS,Ibu Dr.Diana A.Barus,MSc dan

Bapak Dr. Nasruddin MN,M.Eng.Sc selaku penguji yang telah banyak

memberikan masukan dan saran untuk menyelesaikan tesis ini.

3. Kedua orang tua penulis (ayah : (Almarhum) Syaruddin Hasibuan, Ibu : Hj.

Rostiani Simatupang, SP.d) dan Mertua penulis ( I. Hj.Nurbayani Harahap)

yang telah memberikan doa restu serat dorongan moril maupun material

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

4. Suami terkasih Muchsin Lubis, SE yang telah memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis selama dalam pendidikan dan waktu penulisan tesis

ini.

5. Adinda Ade linda hanum,Muhammad gani,ST yang selalu mendoakan dan

memberikan semangat kepada penulis.

6. Rekan-rekan seangkatan 2011 atas kekompakan dan kerjasamanya yang baik

selama perkuliahan maupun selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih kurang sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca demi kesempurnaan

tesis ini. Akhinya semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian dan kemajuan ilmu

pengetahuan untuk masa yang akan datang.

Hormat Penulis,

(10)

PEMANFAATAN SERAT DAUN NENAS (PINEAPPLE-LEAF FIBRES) DENGAN CAMPURAN PCC (PORTLAND

UNTUK PEMBUATAN PAPAN PROFIL GIPSUM COMPOSITE CEMENT)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan serat daun nenas (pineapple-leaf fibres) untuk pembuatan profil gipsum dengan campuran PCC (portland composite cement). Profil gipsum dibuat dengan menambahkan serat daun nenas ke dalam campuran gipsum dan PCC yang telah dilarutkan ke dalam air. Variasi yang dilakukan adalah antara serat daun nenas dan gipsum. Pembanding yang digunakan yaitu standar SNI 03-2105 (papan partikel) dan gipsum merek Jaya Board yang komersial. Variasi paling optimum gipsum, serat daun nenas, dan PCC yaitu (89:1:10). Untuk karakteristik sifat fisik diperoleh Densitas maksimum 1,25gr/cm3 dan penyerapan air maksimum 42,56% (87,5:2,5:10), namun hasil ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan densitas 1gr/cm3 dan penyerapan air maks 50% dari SNI 03-2105 (papan partikel). Untuk Karakterisasi sifat panas diperoleh suhu ke arah endothermiknya sebesar 140oC dan nilai maksimum arah eksothermiknya sebesar 420o dan menunjukkan bahwa campuran hanya terjadi ikatan secara fisis. Untuk karakterisasi sifat mekanik dihasilkan MOE) dengan nilai maksimum (16,08 MPa) dan uji impak dengan nilai maksimum (8.900J/m2) nilainya diatas standart profil gipsum Jaya Board, sedangkan Uji tarik dengan nilai maksimum 0,100MPa, (89,5 :0,5 :10), dan uji Tekan diperoleh nilai maksimum (10,31 MPa).

(11)

THE UTILIZATION OF PINEAPPLE-LEAF FIBRES IN THE MANUFACTURE OF GYPSUM BOARD

PROFILES WITH THE MIXTURE OF PCC (PORTLANDCOMPOSITE

CEMENT)

ABSTRACT

The research of the utilization of pineapple-leaf fibres in the manufacture of gypsum board profiles with the mixture of PCC (Portlandcomposite cement) has been done. Gypsum profiles are made by mixing pineapple-leaf fibres into the stem powder of gypsum and PCC (Portlandcomposite cement) which has been dissolved into the water. The variation needed is between the pineapple-leaf fibres and the gypsum. The comparison used is SNI standard 03-2150 (particle board) and Commercial Jaya Board Gypsum. The optimum variation of gypsum, pineapple-leaf fibres, and PCC is (89:1:10). For the physical characteristic, it was obtained that the maximum density is 1,25 gr/cm3 and the maximum water absorption is 42,56 % (87,5:2,5:10). In fact, the result is not much different with the comparison by the density of 1 gr/cm3 and the maximum water absorption of 50 % SNI 03-2105 (particle board). The characteristic of thermal properties obtained to endothermic temperature of 140ºC and exothermic temperature) of 420ºC and showed a mixture occurred only in a physical bond. The characteristic of mechanical properties with the resulting value of 16,08 MPa MOE,8,900J/m2 impact showed better results than the value of 0,100 MPa (89,5:0,5:10) tensile strength, 10,312 MPa compressive strength.

(12)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komposit Polimer ... 5

2.2. Polietilen ... 6

2.2.1 Polietilen High Density Polyethylene ... 7

2.2.2 Karakteristik HDPE ... 9

(13)

3.2. Alat dan Bahan ... 19

3.2.1. Alat Penelitian ... 19

3.2.2 Bahan Penelitian ... 19

3.3 Prosedur Penelitian ... 19

3.3.1 Proses Pengolahan Bentanoit Alam ... 19

3.3.2 Aktivasi Bentanoit Alam Secara Kimia ... 20

3.3.3 Pembuatan Mikrokomposit Dalam Internal Mixer ... 20

3.4 Pengujian ... 23

3.4.1 Analisa Sifat Termal ... 24

3.4.2 kekuatan Tarik Dan Perpanjangan Putus ... 24

3.5.1 Analisis Bentanoit Alam Hasil Aktivasi Fisika ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 28

4.1.1 Hasil Morfologi Bentanoit Alam Secara Kalsinasi ... 28

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 30

4.2.1 Analisis Mekanik ... 30

4.2.2 Pebgujian Sifat Mekanik Komposit HDPE Dengan Filter Bentanoit Alam Kalsinasi ... 31

4.2.3 Analisis Termal ... 33

4.2.4 Analisis Termal (TGA / DTA ) Komposit HDPE Dengan Piler Bentanoit Alam Kalsinasi ... 34

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

(14)

DAFTAR TABEL

Pertimbangan Pemilihan Komposisi

Karakteristik Polietilen

Kekuatan Tarik, Tekan Dan Lentur

Bahan Polimer

Karakteristik HDPE Dan Sifat Fisika,

Kimia HDPE

Sifat Fisika Dan Mekanika HDPE

Pengelompokan Bahan Pengisi

Perbedaan Sifat Na-Bentonit Dan

Ca-Bentonit

Komposisi Bentonit Alam Pahae

Karakterisasi Bentonit

Komposisi Kimia

Komposisi Campuran

Komposisi Campuran

Urutan Pencampuran Komposit Dalam

Internal Mixer

Uji Mekanik Sampel

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Simbol HDPE 8

Gambar 2.2 Bentonit Alam Pahae 13

Gambar 2.3 Struktur Bentonit 16

Gambar 3.1 Sampel Hasil Internal Mixr 22

Gambar 3.2 Alat Cetakan 22

Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian 25

Gambar 4.1 Morfologi Bentonit Alam 28

Gambar 4.2 Morfologi Bentonit Alam Hasil Secara

Kalsinasi 6000

29

C

Gambar 4.3 Morfologi HDPE 30

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kekuatan Tarik Terhadap

KomposisiBentonit

31

Gambar 4.5 Perpanjangan Putus Terhadap Komposisi

Bentonit

32

Gambar 4.6 Modus Young Terhadap Komposisi Bentonit 33

Gambar 4.7 Grafik DTA Sampel Titik Leleh 35

Gambar 4.8 Grafik DTA Sampel Titik Dekomposisis 35

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1 Gambar Internal Mixer Laboplastomil Model

30 R150

L - 1

2 Alat Tekan Dingin Dan Alat Tekan Panas L - 1

3 Sampel HasilTekan Panas Dan Tekan Dingin L - 2

4 Alat Pemotong Sampel L - 2

5 Hasil Pemotongan Sampel Dengan Alat

Pemotongan JIS K6781

L – 2

6 Alat Uji Mekanik L - 3

7 Hasil Uji Mekanik Mikro Komposit HDPE

Alam

Hasil Uji Mekanik Komposit HDPE Alam

Hasil Uji Mekanik Komposit HDPE Alam

Hasil Uji Mekanik Komposit HDPE Alam

Hasil Termal Mikro Komposit HDPE Alam

Hasil Termal Mikro Komposit HDPE Alam

L – 7

L – 8

L – 9

L – 10

(17)

PEMANFAATAN SERAT DAUN NENAS (PINEAPPLE-LEAF FIBRES) DENGAN CAMPURAN PCC (PORTLAND

UNTUK PEMBUATAN PAPAN PROFIL GIPSUM COMPOSITE CEMENT)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan serat daun nenas (pineapple-leaf fibres) untuk pembuatan profil gipsum dengan campuran PCC (portland composite cement). Profil gipsum dibuat dengan menambahkan serat daun nenas ke dalam campuran gipsum dan PCC yang telah dilarutkan ke dalam air. Variasi yang dilakukan adalah antara serat daun nenas dan gipsum. Pembanding yang digunakan yaitu standar SNI 03-2105 (papan partikel) dan gipsum merek Jaya Board yang komersial. Variasi paling optimum gipsum, serat daun nenas, dan PCC yaitu (89:1:10). Untuk karakteristik sifat fisik diperoleh Densitas maksimum 1,25gr/cm3 dan penyerapan air maksimum 42,56% (87,5:2,5:10), namun hasil ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan densitas 1gr/cm3 dan penyerapan air maks 50% dari SNI 03-2105 (papan partikel). Untuk Karakterisasi sifat panas diperoleh suhu ke arah endothermiknya sebesar 140oC dan nilai maksimum arah eksothermiknya sebesar 420o dan menunjukkan bahwa campuran hanya terjadi ikatan secara fisis. Untuk karakterisasi sifat mekanik dihasilkan MOE) dengan nilai maksimum (16,08 MPa) dan uji impak dengan nilai maksimum (8.900J/m2) nilainya diatas standart profil gipsum Jaya Board, sedangkan Uji tarik dengan nilai maksimum 0,100MPa, (89,5 :0,5 :10), dan uji Tekan diperoleh nilai maksimum (10,31 MPa).

(18)

THE UTILIZATION OF PINEAPPLE-LEAF FIBRES IN THE MANUFACTURE OF GYPSUM BOARD

PROFILES WITH THE MIXTURE OF PCC (PORTLANDCOMPOSITE

CEMENT)

ABSTRACT

The research of the utilization of pineapple-leaf fibres in the manufacture of gypsum board profiles with the mixture of PCC (Portlandcomposite cement) has been done. Gypsum profiles are made by mixing pineapple-leaf fibres into the stem powder of gypsum and PCC (Portlandcomposite cement) which has been dissolved into the water. The variation needed is between the pineapple-leaf fibres and the gypsum. The comparison used is SNI standard 03-2150 (particle board) and Commercial Jaya Board Gypsum. The optimum variation of gypsum, pineapple-leaf fibres, and PCC is (89:1:10). For the physical characteristic, it was obtained that the maximum density is 1,25 gr/cm3 and the maximum water absorption is 42,56 % (87,5:2,5:10). In fact, the result is not much different with the comparison by the density of 1 gr/cm3 and the maximum water absorption of 50 % SNI 03-2105 (particle board). The characteristic of thermal properties obtained to endothermic temperature of 140ºC and exothermic temperature) of 420ºC and showed a mixture occurred only in a physical bond. The characteristic of mechanical properties with the resulting value of 16,08 MPa MOE,8,900J/m2 impact showed better results than the value of 0,100 MPa (89,5:0,5:10) tensile strength, 10,312 MPa compressive strength.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dapat dilakukan dengan rekayasa material, salah

satunya pada pembuatan komposit. Pembuatan polimer komposit dilakukan

dengan memadukan dua material yang berbeda sehingga dapat meningkatkan sifat

mekanik dari material tersebut. Montmorillonite atau bentonit merupakan mineral

aluminosilikat (Al-silikat) yang banyak digunakan sebagai bahan baku untuk

pembuatan berbagai produk di berbagai industri, salah satunya sebagai katalis,

penyangga katalis (catalyst support), dan juga sebagai reinforcement. Ketebalan

setiap lapisan montmorillonite sekitar 0,96 nm, tiap dimensi permukaan pada

umumnya 300-600 nm, sedangkan d-spacing 1,2 – 1,5 nm (Utracki dan Kama,

2002).

Bentonit merupakan sumber daya alam yang berlimpah di indonesia

tersebar di berbagai daerah baik di pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Salah

satu dari sumber bentonit alam yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara di daerah

Kecamatan Pahae Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara. Bentonit

atau clay adalah istilah yang digunakan untuk sejenis lempung yang Mengandung

Mineral montmorillonite. Bentonit sebagai meniral lempung yang terdiri dari

85% montmorilonite dan mempunyai rumus kimia (AL2O3 .4SiO2 H2O),

Nama montmorilonite ini berasal dari lempung plastik yang di temukan di

Montmorilonite, prancis pada tahun 1947. Struktur Montmoroloni adalah Mx(Al

− 4

xMgx)Si8O20(OH)Montmorilonite terdiri dari tiga unit lapian tetrahedral

(mengandung ion slika) mengapit satu lapisan oktahedral (mengadung ion besi

dan magnesium). Struktur utama monmorilonite selalu bermuatan negatif

walaupun pada lapisan oktahedral ada kelebihan muatan positif

Bahan pengisih (Filler) yang beasal dari bentonit dalam nanokomposit

atau polimer untuk perbaikan dan meningkatkan sifat-sifat fisik bahan, bahan

(20)

penggunaan plastik memiliki beberapa masalah diantaranya, plastik sulit

terdegradasi ketika tidak digunakan lagi, karena itu perlu temukan alternatife

bahan yang akan digunakan sebagai Filler yaitu bentonit

Untuk meningkatkan suatu sifat yang di inginkan dalam polimer

termoplastik, seperti : Kekuatan (strength), kekakuan (stiffness) dan juga

ketahanan terhadap api (fire retardent), polimer sering ditambakan dengan bahan-

bahan pengisi (Filler). Bahan yang sering ditambakan ke dalam polimer adalah

bahan yang mampu menyatu secara homogen kedalam matriksnya dan yang

paling sering ditambahkan adalah talc, mika, kapur, bentonit dan lain-lain,

berhubungan dengan sifat homogen diatas, polimer yang berasal dari bahan

organik dengan pengisinya (filler) yang berasal dari bahan anorganik tidak

mampu menjadi homogen , disebabkan oleh pembedanya energi permukaan dari

kedua bahan tersebut, untuk menyelesaikan masalah diatas, maka filler dapat

memodifikasi dengan bahan organik seperti alky ammonium (Jin,H 2003).

Filler yang umum berasal mineral tanah liat seperti montmollironite

merupakan komponen utama dari bentonit Secara umum penambahan bentonit ke

dalam polimer sangat tergantung dari kekuatan interaksi antara filler dengan

polimer dan akan menghasilkan salah satu dari tiga sifat nanokomposit, seperti:

intercalated, nanokomposit, flokulated nanocomposite, dan axfloliated

nonocomposit. Sifat fisik yang paling utama dari bentonit adalah daya serap,

derajat plasisasi, daya pembersih, daya pengembng, derajat pengganti ion, warna,

derajat kecerahan dan ukuran butiran dari bentonit tersebut (Harjanto,2000).

Penelitan sebelumnya secara fundamental yang melibatkan bentonit sebagai bahan

pengisi (filler), secara umum mereka menghasilkan suatu metode baru dalam hal

pencampuran polimer seperti yang telah dilakukan: Poliester, (Rihayat,

teuku,2006), Modifikasi Bentonit (Syuhada,dkk. 2009).

Agar sifat bahan pengisi kompatibel dengan matrix polimer, ukuran

partikel suatu bahan pengisi sangat berpengaruh, dimana ukuran partikel suatu

bahan pengisih yang kecil dapat meningkatkan derajat penguatan polimer

dibangding dengan ukuran yang lebih besar (Lebance, 2002), demikian juga

(21)

polimer (Khorls dan Beaucage,2002), jumlah luas permukaan dapat ditingkatkan

dengan adanya permukaan yang berpori pada permukaan bahan pengisi.

Penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yakni (Ismail et al., 2001)

yang menggunakan bahan alam sebagai bahan pengisi secara umum tidak

kompatibel dengan bahan polimer, hal ini disebabkan oleh perbedaan kepolaran

bahan-bahan tersebut dimana bahan polimer merupakan bahan yang bersifat

hidrofobik sedangkan bahan pengisi serat alam adalah bersifat hidrofilik. Oleh

kerana itu beberapa langkah telah diambil dalam mengatasi masalah ini antaranya

ialah dengan menggunakan zat kompatibiliser, dan melakukan perlakuan terhadap

bahan pengisi dengan bahan kimia yang sesuai dan penggunaan Bukit, N (2011).

Pencampuran dari bahan polimer yang sudah ada adalah laju yang paling

cepat serta ekonomis membuat barang baru serta meningkatan sifat-sifat lebih

baik serta fleksibilitas dibandingkan pengembangan polimer baru. Bagaimanapun,

sebagian besar campuran dan komposit adalah ketidakcocokan campuran oleh

karena entalpi pencampuran positif dan entropi pencampuran sangat kecil, yang

memimpin ke arah lemah fisik dan sifat mekanis yang berasal dari interaksi

kurang baik di antara segmen molekularnya (Tang, H. 2000).

Bedasarkan uraian di atas, penulis akan melanjutkan penelitian menggenai

penggunaan bentonit alam sebagai bahan pengisi dengan menggunakan bentonit,

dikalsinasi dengan suhu 600 C selama 2 jam dengan matrik HDPE dengan

kompatibeliser PE-g-MA. Dengan demikian judul penelitian ini adalah Aktivasi

Bentonit Alam Sebagai Bahan Pengisi Pada Komposit HDPE Untuk Bahan

Teknik.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana komposisi, morfologi Bentonit alam setelah diaktivasi fisika.

2. Bagaimana sifat mekanik komposit HDPE dengan filler bentonit yang

(22)

3. Bagaimana termal (DTA) komposit HDPE dengan filler bentonit yang

diaktivasi secara fisika.

1.3 Batasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup yang jelas berdasarkan uraian yang telah

dikemukakan pada latar belakang di atas, maka penulis membatasi permasalahan

sebagai berikut :

1. Filler yang digunakan adalah Bentonit Alam aktivasi fisika.

2. Kompatibilizer yang digunakan adalah PE-g-MA.

3. Pengujian yang dilakukan adalah analisis mekanik Kekuatan tarik,

perpanjangan putus (Elongation at break), analisis termal (DTA) Dan

morfologi SEM.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui komposisi, morfologi bentonit alam setelah diaktivasi

fisika.

2. Untuk mengetahui sifat mekanik komposit HDPE dengan filler bentonit

alam yang diaktivasi secara fisika.

3. Untuk mengetahui termal (DTA) komposit HDPE dengan filler bentonit

alam yang diaktivasi secara fisika.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Peningkatan nilai ekonomis bentonit alam modifikasi sebagai filler pada

termoplastik

2. Memberikan informasi dasar tentang sifat termal (DTA), sifat mekanik

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposit Polimer

Komposit polimer adalah polimer yang berfungsi sebagai matrik

(Gibson,1994). Adapun definisi dari komposit adalah bahan gabungan dua atau

lebih yang terdiri dari komponen bahan utama (matriks) dan bahan rangka

(reinforcement) atau penguat. (Ginting,2006)

Matriks berfungsi sebagai pengikat dari isian/ penguat tadi, dan jika

dikenai beban ia akan terdeformasi dan mendistribusikan beban (tegangan) tadi

keseluruh unsur-unsur isian penguat,dan berfungsi sebagai unsur penguat struktur

komposit. Sedangkan material-material penguat pada umumnya merupakan unsur

kekuatan komposit. Selain itu, material juga tahan terhadap panas, reaksi kimia,

tahanan, atau konduktor listrik, dan sifat-sifat yang lain (Sulaiman,1997) Dan

bahan rangka (penguat) yang sering digunakan adalah serat alam selulosa dan

serat sintesis. (Ginting, 2006)

Adapun sifat maupun karakteristik dari komposit ditentukan oleh :

a. Material yang menjadi penyusun komposit

Karakteristik komposit ditentukan berdasarkan karakteristik material

penyusun menurut rule of mixture sehingga akan berbanding secara

proporsional.

b. Bentuk dan penyusunan struktural dari penyusun

Bentuk dan cara penyusunan komposit akan mempengaruhi karakteristik

komposit.

c. Interaksi antar penyusun

Bila terjadi interaksi antar penyusun akan meningkatkan sifat dari

komposit. (A.W. Urquhart,1991)

Pada umumnya komposit unggul mempunyai sifat-sifat yang tidak dimiliki

oleh kelompok material lain. Disamping itu, material komposit mempunyai

(24)

Pemilihan matriks (material dasar) umumnya ditentukan oleh kondisi fisik

dan mekanik, tempat komposit tersebut akan digunakan.(Sulaiman,1997) Berikut

adalah tabel 2.1 pertimbangan pemilihan komposit

Tabel 2.1. Pertimbangan Pemilihan Komposit

Alasan Digunakan Material yang Dipilih Aplikasi Ringan, kaku, kuat Boron, semua karbon /

grafit, dan beberapa jenis

aramid

Peralatan militer

Tidak mempunyai nilai

ekspansi termal

Karbon / grafit yang

mempunyai nilai

modulus yang sangat

tinggi

Untuk peralatan luar

angkasa, contohnya

sensor optik pada satelit

Tahan terhadap

perubahan lingkungan

Fiber glass, vinyl ester,

bisphenol A

Untuk tangki dan sistem

perpipaan, tahan korosi

dalam industri kimia

(Sumber: Harper, 2002._Handbook of Plastics, Elastomers and Composites)

2.2 Polietilen (PE)

Polietilena adalah bahan termoplastik yang transparan, berwarna putih

mempunyai titik leleh bervariasi antara 1100C-1370

PE (polietilen) adalah plastik yang sering digunakan untuk kepentingan

komersial dan plastik ini sudah ada sejak tahun 1930. PE menjadi istimewa karena

sifat-sifatnya yang menarik seperti murah, inert, sifat listriknya yang bagus, dan

pemrosesannya mudah.

C. Umumnya polietilena

bersifat resisten terhadap zat kimia. Pada suhu kamar, polietilena tidak larut dalam

pelarut organik dan anorganik. (Bilmeyer, 1994)

Umumnya pengklasifikasian PE didasarkan pada densitas dan viskositas

pelelehan atau indeks pelelehan. Ini menghasilkan high density polyethylene

(HDPE), low density polyethylene (HDPE), linear low density polyethylene

(25)

Tabel 2.2. Karakteristik Polietilen

Sifat Fisik dan Mekanik HDPE Rantai Cabang HDPE

Berat jenis (g/cm3) 0,91-0,94 0,95-0,97

Tegangan impak >16 0,8-14

Konstanta dielektrik 2,28 2,32

Resitivitas (Ohm cm) 6 × 1015 6 × 105

2.2.1 Polietilen High Density Polyethylene (HDPE)

HDPE adalah polimer termoplastik linear yang dibuat dari monomer etilen

dengan proses katalitik. HDPE dengan sedikit cabang menghasilkan struktur yang

lebih rapat/terjejal dengan densitas yang lebih tinggi dan mempunyai ketahanan

kimia yang lebih tinggi daripada HDPE. HDPE juga lebih kuat dan lebih tahan

terhadap temperatur yang lebih tinggi. Banyak yang memilih HDPE dalam

penelitian karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan HDPE. Parameter

kinetik oksidasi pada 170 °C dalam oksigen, yang dihitung dari data luminisensi

kimia, menunjukkan bahwa urutan kestabilan polietilen adalah HDPE > LHDPE >

HDPE >> i-PE.

Kebanyakan aplikasi HDPE dipadukan dengan zat aditif yang diperlukan

untuk memperbaiki sifat-sifat HDPE. Bahan aditif tersebut berupa zat-zat dengan

berat molekul rendah yang dapat berfungsi sebagai filler, pewarna, antioksidan,

penyerap sinar ultraviolet, anti lekat dan lain-lain. (Ni’mah,dkk., 2009)

Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara

molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah,

(26)

dibanding jenis low density, hal ini dikarenakan pemilhan jenis katalis dalam

produksinya (katalis Ziegler-Natta) dan kondisi reaksi.

Dengan demikian, high density memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram

dan lebih tahan terhadap temperatur tinggi(120oC). Ikatan hidrogen antar molekul

juga berperan dalam menentukan titik leleh plastik. Membutuhkan 1,75 kg

minyak bumi (sebagai energi dan bahan baku) untuk membuat 1 kg HDPE. HDPE

dapat didaur ulang, dan memiliki nomor 2 pada simbol daur ulang. Dapat dilihat

pada gambar 2.1. Simbol HDPE

Gambar 2.1. Simbol HDPE

HDPE (high density polyethylene) mempuyai densitas 950 kg/m3

Besar kekuatan tarik, kekuatan tekan dan kekuatan lentur bahan polimer

dapat dilihat dari tabel 2.3 berikut ini.

yang

biasa dan sering dipakai untuk jerigen minyak pelumas, botol susu yang berwarna

putih susu, kursi lipat, dan lain-lain. Hasil tarik plastik HDPE memiliki sifat keras,

bahan mempuyai urutan kekuatan tarik ke dua setelah kekuatan tarik plastik PET,

dibandingkan dengan Bahan PE dan HDPE, plastik HDPE lebih kuat tetapi

ditinjau dari hasil pengukuran regangannya plastik HDPE sangat kecil, hal ini

menunjukkan elastisitas HDPE sangat rendah atau cenderung getas (britle).

Tabel 2.3. Kekuatan Tarik, Tekan dan Lentur Bahan Polimer

(27)

Tinggi

(HDPE)

2.2.2 Karakteristik HDPE

Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara

molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah,

sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit

dibanding jenis low density. Berikut Tabel 2.4, dan 2.5 tentang karakteristik

HDPE dan sifat fisika, kimia, mekanika HDPE.

Tabel 2.4. Karakteristik HDPE dan sifat fisika, kimia HDPE Parameter Keterangan

Nama Kimia High Density Polyethylen

Trade Name HDPE

Sinonim Polyethylen

Rumus Molekul (C2H4)

Fisik

n

Padat

Melting Point 100-1350C / 212-2750F

Spesific Gravity (at 200

(water = 1)

C)

0,94-0,958

Tabel 2.5. Sifat Fisika Dan Mekanika HDPE Sifat fisika dan mekanik HDPE rantai Lurus

Titik leleh 125-1300C

Derajat kristalinitas 85-95 %

Berat jenis 0,95-0,96

(28)

2.3 Bahan Pengisi

Bahan Pengisi adalah suatu aditif padat yang ditambahkan ke dalam

matrik polimer untuk meningkatkan sifat-sifat bahan, pengisi fungsional

menghasilkan peningkatan spesifik dalam sifat mekanik dan sifat fisis. Perlakuan

dari bahan pengisi memungkin menjadi pendukung beberapa mekanisme beberapa

pengisi membentuk ikatan kimia dengan materik sebagai penguat; sebagai contoh,

karbon hitam menghasilkan ikatan silang didalam elastomers dengan memakai

reaksi radikal (Ketan, 2002). Berikut adalah pengelompokan bahan pengisi pada

Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Pengelompokan Bahan Pengisi

Tipe Organik Anorganik

Berserat Tepung kayu, kapas,

selulosa kayu murni

Asbestos, serat kaca

Tidak berserat Karbon hitam, grafit,

serbuk gabus

Silika, kalsium karbonat,

kalsium silikat, mika, barium

sulfat, tanah liat

(Siagian, K.A., 2009)

Beberapa penelitian telah menunjukan bahan pengisi mempunyai peranan

penting dalam memodifikasi sifat-sifat dari berbagai bahan polimer sebagai

contoh, dengan cara menambahkan pengisi akan meningkatkan sifat mekanik,

elektrik, termal, optik dan sifat-sifat pemrosesan dari polimer, sementara dapat

juga mengurangi biaya produksi . Peningkatan sifat –sifat tergantung pada banyak

faktor-faktor termasuk aspek rasio dari bahan pengisi, derajat disprsi dan orientasi

dalam matriks, dan adhesi pada interface matriks - bahan pengisi (Cho dan Paul,

2000, Premphet dan Horanont, 1999). Partikel-partikel inorganik untuk bahan

pengisi polimer telah digunakan secara luas oleh karena pada umumnya lebih

murah dalam pembiayaan. Bahan pengisi yang sering digunakan adalah, fiber

glass, mika, talk, SiO₂ dan CaCO₃ biasanya membentuk mikro komposit dengan

peningkatan sifat-sifat

Berbagai jenis pengisi digunakan dalam polimer alam dan polimer sintetik

(29)

pengisi bertujuan mengurangkan biaya, mewarnai, menguatkan, atau

mengukuhkan bahan polimer. Secara umumnya, keupayaan penguatan sesuatu

pengisi dipengaruhi oleh tiga ciri yang utama yaitu ukuran partikel dan luas

permukaan, bentuk dan struktur permukaan serta aktivitas dan sifat-sifat kimia

permukaan. Pengisi penguat pada umumnya mempunyai ukuran partikel yang

kecil, permukaan yang aktif secara kimia, permukaan yang memiliki pori dan

bentuk yang tidak seragam dapat meningkatkan adhesi).

Peningkatan sifat fisik bahan polimer dikaitkan dengan ukuran partikel

pengisi. Contohnya, tegangan dan modulus polimer berpengisi bergantung kepada

ukuran partikel. Ukuran partikel pengisi yang kecil meningkatkan darajat

penguatan polimer berbanding dengan ukuran partikel yang besar. Ukuran partikel

mempunyai hubungan secara langsung dengan luas permukaan persatuan massa

bahan pengisi. Oleh itu, ukuran partikel yang kecil menyediakan luas permukaan

yang besar bagi interaksi di antara polimer matrik dan bahan pengisi, seterusnya

meningkatkan penguatan bahan polimer.secara umum, semakin kecil ukuran

partikel semakin tinggi interaksi antara bahan pengisi dan matrik polimer. Kohls

& Beaucage (2002) melaporkan jumlah luas permukaan dapat ditingkatkan

dengan adanya permukaan yang berpori pada permukaan pengisi. Dimungkinkan

bahwa polimer dapat menembus masuk ke dalam permukaan yang berpori ketika

proses pencampuran. Selain dari luas permukaan, kehomogen sebaran partikel

dalam matriks polimer juga penting bagi menentukan kekuatan interaksi di antara

pengisi dan matriks polimer.

Partikel yang terserak secara homogen meningkatkan interaksi melalui

penjerapan polimer di atas permukaan bahan pengisi. Sebaliknya, partikel yang

tidak tersebar secara homogen memungkin menghasilkan aglomerat atau

penggumpalan di dalam matriks polimer. Wujud aglomerat atau penggumpalan

akan megurangi luas permukaan seterusnya melemahkan interaksi di antara

pengisi dan matriks dan mengakibatkan penurunan sifat fisik bahan polimer.

(30)

Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit

dengan mineral-mineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars, dan mineral

lainnya. Montmorillonit merupakan bagian dari kelompok smectit dengan

komposisi kimia secara umum (Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O. Nama

monmorilonit itu sendiri berasal dari Perancis pada tahun 1847 untuk penamaan

sejenis lempung yang terdapat di Monmorilon Prancis yang dipublikasikan pada

tahun (1853 – 1856).

Mineral monmorillonit terdiri dari partikel yang sangat kecil sehingga

hanya dapat diketahui melalui studi mengunakan XRD (X-Ray Difraction).

Lempung merupakan komponen salah satu komponen tanah yang tersusun atas

senyawa alumina slikat dengan ukuran partikel yang lebih kecil dari 2nm, struktur

dasar merupakan filoslikat atau lapisan slikat yang terdiri ari lembaran tetrahedral

silisiun- oksigan dan lembaran oktahedral aluminium - oksigen hidroksida.

Bentonit alam merupakan alumina slikat terhidrasi dengan unsur utama

yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah dari senyawa yang dikandung nya

Bentonit berarti Tanah liat yang mengadung senyawa hidrat alumiino slikat

dengan unsur – unsur utama alkali tanah dan mempunyai sifat penukaran ion serta

kemampuan absopsi yang tinggi. Sehingga mineral bentonit terdiri dari beberapa

jenis mineral, berstuktur tiga dimensi dan mempunyai pori yang dapat diisi oleh

molekul air.

Bentonit mempunyai potensi untuk di kembangkan pemanfaatannya

menjadi bahan unggulan yang bernilai komunitas tinggi, baik dalam bidang

industri (Farmasi, Kosmetik, Katalis, dan cat) agrobisnis maupun lingkungan

selain dari penggunaannya di bidang pertanian, perternakan, perikanan, proses

pencernihan air, penyerap logam – logam berat dan diterjen, gambar bentonit alam

(31)

Gambar 2.2 Bentonit alam pahae

Berdasarkan kandungan alumino silikat hidrat yang terdapat dalam

bentonit, maka bentonit tersebut dapat dibagi menjadi dua golongan :

a. Activated clay, merupakan lempung yang mempunyai daya pemucatan yang

rendah.

b. Fuller’s earth, merupakan lempung yang secara alami mempunyai sifat daya

serap terhadap zat warna pada minyak, lemak, dan pelumas.

Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Na-bentonit

Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila

dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam

keadaan kering berwarna putih atau kream, pada keadaan basah dan terkena sinar

matahari akan berwarna mengkilap. Suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8.

2. Ca-bentonit

Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air,

tetapi secara alami setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik.

Suspensi koloidal mempunyai pH: 4-7. Dalam keadaan kering berwarna abu-abu,

biru, kuning, merah, coklat. Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat,

pengisi, lampur bor, sesuai sifatnya mampu membentuk suspensi koloidal setelah

bercampur dengan air. Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan

penyerap. Bentonit disajikan dalam Tabel 2.7:

Tabel 2.7. Perbedaan sifat Na-Bentonit dan Ca-Bentonit No Sifat fisik Na-Bentonit Ca-Bentonit

1 Daya mengembang Sangat baik Tidak baik

2 Kekuatan dalam keadaan basa Sedang Tinggi

3 Perkembangan daya ikat Sedang Cepat

4 Kekuatan tekan tinggi Sedang

(32)

6 Daya mengalirkan pasir Sedang Sangat baik

7 Warna dalam keadaan kering Putih atau Kerem Abu-abu,

biru,kuning,merah

atau coklat

8 Perbandingan Na dan Ca Tinggi Rendah

9 pH supensi koloidal 8,5 – 9,8 4 -7

2.5 Komposisi bentonit alam pahae

Bentonit merupakan suatu kelompok mineral yang dihasilkan dari proses

hidrotermal pada batuan baku basa, mineral ini biasanya dinjumpai mengisih

celah-celah ataupun rekatan dari batuan tersebut, selain itu bentonit juga

merupakan endapan dari aktivitas vulkanik yang banyak mengadung unsur slikat.

Adapun Komposis bentonit alam pahae adalah sebagai berikut:

Tabel 2.8. Komposisi bentonit Alam pahae

Komposis Kimia - CaO, MgO, Al2O3, Fe2O3, Sio2, K2O,

TiO

- SiO2 = 60,18%

- Al2O3 = 14,25 %

Sifat fisik - Warna hijau kebiru-biruan, putih, dan coklat

- Kekerasan 1-2

- Endapan Berlapis

Kegunaan - Bahan banggunan dan ornament

- Semen pozzolan, dan bahan agregat ringgan

- Bahan pengembang dan pengisih pasta gigi

- Bahan pencernih air

(33)

Keterdapatan Kecamatan Pahae, tapanuli utara

Cadangan +/- 6000.000 Ton

Sumber: (Distampropus, 2004)

2.5.1 Struktur Bentonit

Bentonit mengandung mineral montmorillonite atau dikenal dengan

mineral phyllosilicate 2:1 artinya silikat yang berbentuk lembaran yang

strukturnya terdiri dari lapisan oktahedral yang disusun oleh Al(O,OH).

Sedangkan kedua sisi lapisan oktahedral ini diapit oleh 2 (dua) lapisan tetrahedral

yang disusun oleh Si(O,OH). Dengan adanya substitusi unsur dengan bilangan

oksidasi lebih rendah, seperti; Si4+

digantikan dengan Al3+

(dalam lapisan

tetrahedral) atau Al3+

digantikan dengan Mg2+

atau Fe2+

(dalamlapisan

oktahedral) maka strukturnya bermuatan negatif secara permanen. Untuk

mengimbangi muatan negatif ini, bahan ini mengikat kation-kation lain seperti

kation monovalensi (Na+,K+,H+) dan kation divalensi(Ca2+

dan Mg2+ ).

Kation-kation ini terikat secara longgar dan dapat dipertukarkan dengan

kation-kation lain.

Kemampuan pertukaran ion dari bentonit ini bergantung pada jenis dan

kuantitas dari kation-kation pengimbang ini, faktor lain seperti bentuk kisi kristal

dapat juga mempengaruhi meskipun nilainya rendah (Alemder, 2005). Dengan

rumus kimia bentonit adalah (Mg, Ca) xAl2O

3. ySiO2. n H2O dengan nilai n

sekitar 8, x,y adalah nilai perbandingan antara Al2O3. dan SiO2, dan ( Mg, Ca )

adalah M,. Fragmen sisa bentonit umumnya terdiri dari campuran kristoballit,

feldspar, kalsit, gipsum, kaolinit, plagioklas.

Setiap struktur kristal bentonit mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan

oktahedral dari alumunium dan oksigen yang terletak antara dua lapisan

tetrahedral dari silikon dan oksigen. Penyusun terbesar bentonit adalah silikat

dengan oksida utama SiO2 (silika) dan Al2O3 (aluminat) yang terikat pada

molekul air. Penggabungan pada satu lapisan tetrahedral silika dengan satu lapisan

(34)

Gambar 2.3 Struktur Bentonit

Adanya atom-atom yang terikat pada masing-masing lapisan struktur

montmorillonit memungkinkan air atau molekul lain masuk di antara unit lapisan.

Akibatnya kisi akan membesar pada arah vertikal. Selain itu karena adanya

pergantian atom Si oleh Al menyebabkan terjadinya penyebaran muatan negatif

pada permukaan bentonit.

2.5.2 Sifat Fisik dan Kimia Bentonit

Dalam keadaan kering bentonit mempunyai sifat fisik berupa partikel

butiran yang halus berbentuk rekahan-rekahan atau serpihan yang khas seperti

tekstur pecah kaca (concoidal fracture), kilap lilin, lunak, plastis, berwarna kuning

muda hingga abu-abu, bila lapuk berwarna coklat kekuningan, kuning merah atau

coklat, bila diraba terasa licin, dan bila dimasukan ke dalam air akan menghisap

air

A. Sifat fisik benonit

Sifat fisik bentonit yang sangat penting adalah sebagai Kapasitas Tukar

Ion (KTK), daya luas permukaan, Reologi sifat mengikat dan melapas serta

palstisitas

a) Kapasitas Tukar Ion

Sifat ini buntuk menentukan jumlah kadar air yang terseraf dalam bentonit

(dalam hal ini mineral monmorollonit) dalam keseimbangan reaksi kimia, ini

terjadi karena struktur kisi-kisi kristal mineral monmollonit serta adanya unsur

(ion atau kation) yang mudah terbuka dan menarik air, kation atau ion Na

(35)

dan H dengan demikian maka bentonit yang dimasukkan dalam air akan

menggembang dan akan membentuk larutan koloid, bila air tersebut di

keluarkan dari larutan koloid tersebut maka akan terbentuk suatu massa, liat,

keras dan tidak tembus air serta bersifat lembut atau tahan terhadap reaksi

kimia, sifat ii di terapkan dalam pemboran dan teknik sipil

b) Luas permukaan

Yang dimaksud dengan luas permukaan adalah jumlah jumlah kristal atau

butir-burir bentonit dinyatakan dalam m/gram, sifat ini sangat penting karena

semakin besar jumlah luas permukaan, makin banyak zat kimia yang dapat

terbawa (melekat) atau makin sempurna pori-pori yang dapat tersisa, sifat ini

dimanfaatkan dalam industri kimia misalnya sebagakatals, pembawa racun

dan jamur serta digunakan sebagai bahan pengisi dan pengembangannya di

dalam industri kertas, cat dan lain sebagainya.

c) Daya serap

Sifat ini di sebabkan oleh ketidak seimbangan muatan listrik dalam ion

serta adanya pertukaran ion, dalam mineral lempung daya seraf terjadi pada ujung

dan permukaan kristal serta ruang diantara kation butir lampung, bentonitt

mempunyai sifat mengadsorbsi karena ukuran partikel koloidnya sangat kecil

mempunyai kapasitas pertukatan ion yang angat tinggi.

Daya seraf bentonit ini dapat dibangkitkan dengan penambahan larutan

atau denga istilah yang sering kita pakai dengan cara aktifitas, bentonit digunakan

sebagai bahan penyeraf dalam dua keadaan yaitu dalam keadaan basa (supensi)

dan keadaan kering (bubuk).

Tabel 2.9 Karakterisasi Bentonit Karakterisasi Nilai

Massa jenis 2,2 – 2,8 gram/ L

Massa molekul relatif 549,07 gram/ L

(36)

Titik leleh 1330 – 1430 C

B. Sifat- sifat kimia

Bentonit mineral yang memiliki gugus aluminoslikat unsur-unsur kimia

yang terkandung di dalam bentonit diperlihatkan pada Tabel 2.10

Tabel 2.10 Komposisi kimia

Senyawa Na- Bentonit (% ) Ca-Bentonit (% )

SiO2 61,3-61,4 62,12

Al2O3 19,8 17,33

Fe2O3 3,9 5,30

CaO 0,6 3,68

MgO 1,3 3,30

Na2O 2,2 0,50

K2O 0,4 0,55

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Proses penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisika FMIPA USU,

Medan untuk pengolahan Bentonit alam dan di Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI), Bandung untuk pembuatan, pencetakan, dan pengujian sampel.

3.2. Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Erlenmeyer, gelas ukur,

spatula, neraca analitik, labo plastomill model 30RI50 Volume chember 60 cc,

alat cetakan, tekan panas dan tekan dingin, ayakan 200 mesh, Furnice, mesin uji

tarik, analisa termal DTA, Scaning electron MikroTAop (SEM) model Zeiss dan

Jeol.

3.2.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah bentonit alam modifikasi sebagai bahan

pengisi (filler), HDPE dari PT Tiatan Petrokimia Indonesia, kompatileliser

PE-g-MA.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Proses Pengolahan Bentonoit alam

Bentonit yang digunakan pada penelitian ini adalah bentonit yang berasal

dari Tapanuli utara tepatnya Pahae dimana Bentonit alam tersebut masih dalam

bentuk bongkahan.

3.3.2 Aktivasi Bentonit Alam Secara Fisika

(38)

1. Bentonit alam yang masih dalam bentuk bongkahan terlebih dahulu di

hancurkan, kemudian digerus atau diremukan dengan menggunakan

gilingan.

2. Bentonit yang sudah digerus tersebut diayak dengan menggunakan ayakan

200 mesh (74 ��)

3. Bentonit alam dalam ukuran (74 ��) dikalsinasi pada suhu 600 0

4. Bentonit siap digunakan sebagai filler PE ada komposit HDPE

C selama

2 jam .

3.3.3 Pembuatan Mikrokomposit Dalam Internal Mixer Tabel 3.1 Komposisi Campuran

Sampel HDPE

(%)

PE- g -MA (%)

Bentonit aktivasi

Secara Fisika

Tabel 3.2 Komposisi Campuran

Sampel HDPE

(gr)

PE- g -MA (gr)

Bentonit aktivasi

(39)

Setelah itu, bahan-bahan tersebut dicampur di dalam Internal Mixer jenis

Labo Plastomill volume chamber 60 cc dengan persentase pengisian 70% atau

setara dengan 50 gram. Suhu blending 180°C dan kecepatan rotor 50 rpm selama

15 menit.

Tabel 3.3 Urutan Pencampuran Komposit dalam Internal Mixer Waktu

Total: 15 Selesai Selesai Selesai Selesai Selesai Selesai

Komposisi bahan seperti pada Tabel 3.3 dicampur di dalam Internal

Mixer Technical cooperation bythe government of Japan jenis Labo Plastomill

model 30 R150 volume chamber 60 cc.

Gambar 3.1 Sampel Hasil Internal Mixer

Hasil sampel dari internal mixer yang ditunjukan Gambar 3.1, dimasukkan ke

dalam alat cetakan yang berbentuk empat persegi dengan ketebalan plat 1 mm

(40)

bahan ditimbang dengan neraca sesuai dengan volume dari plat cetakan 121 cm3

dalam hal ini massa yang dibutuhkan untuk satu plat sekitar 12,5 gr.

Gambar 3.2 Alat Cetakan

Kemudian dilakukan pencetakan dengan cetak tekan panas (hot press)

Gonno Ramdia 152 mm Ramstroke 150 mm yang dilakukan selama 15 menit

yang terdiri dari waktu pemanasan cetakan 5 menit waktu pemanasan bahan 5

menit dan waktu tekan 5 menit dengan 50 kgf/ cm2 dengan suhu pencetakan

1800C, dilanjutkan dengan tekanan dingin selama 5 menit dengan 50 kgf/ cm2

pada suhu 200

C. Hasil cetakan dalam bentuk lembaran, dibuat sampel uji dengan

mengunakan mesin potong sampel dumbell, untuk sampel uji tarik dibuat dengan

standar JIS K 6781.

3.4 Pengujian

3.4.1 Partikel Bentonit Alam Analisa Sifat Termal

Analisa termal dapat mengetahui temperatur transisi gelas, temperatur

kristalisasi, temperatur leleh, dan temperatur degradasi maupun dekomposisi, serta

pengurangan berat akibat dekomposisi maupun degradasi bahan polimer tersebut.

(41)

Sampel dengan ketebalan 1 mm dipotong berbentuk dumbell dengan alat

pemotong Dai wallace dengan JIS K 6781 sebanyak tiga sampel diambil dari

setiap variasi komposisi yang diuji dan diambil nilai rata-ratanya , selanjutnya uji

tarik dilakukan dengan menggunakan mesin ,(Universal Testing Machanic) model

Laryee Universal Testing Mechine Wdw-10. Uji tarik (tensile Strength),uji sobek

perpanjangan putus (elongation at break) dengan kecepatan penarikan sebesar 50

mm/menit dilakukan pada suhu kamar, sifat-sifat uji tarik, modulus dan

perpanjangan putus didapat dari pembacaan pada skala yang diperoleh dari mesin

(42)

Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian Bongkahan Bentonit

alam pengrusan

200 mesh

SEM Aktivasi secara

fisika pada suhu 600 C selama 2 jam

PE-g-MA Internal Mixer laboplastomil dengan

kecepatan rotor 50 rpm pada suhu 1400C Sifat Mekanik :

Kekuatan tarik Perpanjangan Putus (Elongation at break)

Modulus Young

Analisis Data

(43)

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Analisis Bentonit Alam Hasil Aktivasi Fisika

1. Morfologi bentonit alam yang telah diaktivasi secara fisika dengan alat SEM

3.5.2 Analisis Data Komposit Polietilen Dengan Kompatibeliser PE-g-MA Pengujian Sifat Mekanik

1. Grafik kekuatan tarik maksimum komposisi komposit HDPE) dengan filler

Bentonit alam aktivasi fisika.

2. Grafik hubungan perpanjangan putus (elongation at break) terhadap

komposisi komposit polietilen dengan filler bentonit alamn fisika

3. Grafik hubungan antara modulus elastisitas terhadap komposisi komposit

polietilendengan filler bentonit alam aktivasi fisika.

Karakterisasi morfologi dengan SEM (Scanning Electron Microscopy)

Analisis morfologi permukaan dan kandungan unsur yang terkandung

didalam sampel Bentonit alam, digunakan Scanning Electron Microscopy (SEM).

Sumber cahaya yang digunakan bukan cahaya tampak melainkan pancaran

elektron. Pada sampel yang tidak konduktif maka permukaan perlu dilapisi emas

atau grafit. Lensa kondensor digunakan untuk mengontrol ukuran dan sudut

sebaran elektron pada sampel. Elektron yang diteruskan akan melewati lensa

objektif, intermediate, dan proyektor sehingga akan menghasilkan gambar sampel

yang telah diperbesar oleh layar sampel.

(44)

Bagian terpenting dan SEM adalah kolom eIektron, yang memiliki komponen

piranti sebagai berikut :

• Pembangkit elektron (electron gun) dengan filamen sebagai pengemisi

elektron (sumber iluminasi).

• Sistem lensa elektromagnetik yang dapat diberi muatan untuk

memfokuskan berkas elektron yang dihasilkan filamen.

• Sistem perambah (Scan) untuk menggerakan berkas elektron terfokus

pada permukaan sample.

• Detektor yang rnerubah informasi interaksi antara berkas elektron

dengan permukaan sample menjadi sinyal listrik.

• Konektor ke pompa vakum.

Prosedur Pelaksanaan

• Setelah alat SEM menyala, memasukkan sample ke dalam alat

tersebut. Banyaknya sample yang dapat dianalisa maksimum adalah

tiga sample.

• Menunggu sampai alat menunjukkan Ready

• Sambil melihat monitor, mengatur lensa sehingga sample dapat

terfokus.

• Untuk memperbesar dan memper jelas gambar sample dapat dilakukan

dengan memutar magnifier dan brightnes

• Mencetak gambar sample yang diharapkan dengan bantuan personal

komputer

Untuk analisis kualitatif dan kuantitatif sample dapat dilakukan dengan

bantuan komputer, sehingga dapat diketahui jenis unsur, dan persentase unsur

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Analisa Bentonit Alam Secara Kalsinasi 4.1.1.1 Hasil Morfologi Bentonit Alam Secara Kalsinasi

Gambar 4.1 menunjukkan morfologi dari bentonit alam yang digunakan.

(46)
(47)

Gambar 4.3 Morfologi HDPE

Hasil uji morfologi dari bentonit alam secara kalsinasi pada suhu 6000C

dengan pembesaran 2,07K x rata-rata ukuran partikel sekitar 2-5µm. Gambar 4.2

menunjukkan spektrum dari bentonit alam yang digunakan.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Bentonit Alam Hasil Secara Kalsinasi Dari hasil morfologi dengan SEM diperoleh:

Hasil uji morfologi bentonit alam secara kalsinasi pada menyatakan bahwa

hasil bentonit secara kalsinasi, unsur yang memiliki peak terbesar adalah Oksigen

dengan jumlah 47,62% Wt, kemudian diikuti oleh unsur Carbon di posisi kedua

dengan 25,24%.

4.2.2 Analisis Mekanik

Tabel 4.2 Uji Mekanik Sampel

sampel Kekuatan tarik (MPa)

Pengujian sifat mekanik meliputi kekuatan tarik, perpanjangan putus, dan

(48)

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kekuatan Tarik terhadap Komposisi Bentonit Dari gambar 4.4 terlihat dengan bertambahnya kandungan bentonit

menyebabkan kekuatan tarik menurun. Hasil uji perpanjangan putus terhadap

komposisi bentonit diperlihatkan pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Perpanjangan Putus Terhadap Komposisi Bentonit

Dari Gambar 4.5 terlihat dengan bertambahnya kandungan bentonit alam

perpanjangan putus menurun. Pada gambar 4.6 dengan bertambahnya kandungan

bentonit alam Modulus Young meningkat.

(49)

Gambar 4.6 Modulus Young Terhadap Komposisi Bentonit

Dalam hal ini ukuran partikel suatu bahan pengisi yang kecil dapat

meningkatkan derajat penguatan polimer dibandingkan dengan ukuran yang lebih

besar (Lebance, 2002).

4.2.3 Analisis Termal

Analisis thermal diferensial merupakan salah satu cara untuk menentukan

perubahan termal suatu bahan sebagai fungsi temperature. Hasil analisa termal

dengan penambahan bentonit alam yang dikalsinasi 6000

Tabel 4.3 DTA Sampel

C selama 2 jam

menunjukan peningkatan titik leleh.

(50)

Gambar 4.7 DTA Sampel Titik Leleh

Gambar 4.8 DTA Sampel Titik Dekomposisi

(51)

Secara umum titik lelehnya meningkat dengan penambahan bentonit alam

yang dikalsinasi 6000C selama 2 jam. Titik Leleh yang tertinggi terjadi pada

komposisi 1,5gr dengan suhu 150,5o

Tabel 4.4 TGA Sampel C.

Bentonit Alam Massa di Titik Leleh (mg)

Massa di Dekompsisi (mg)

HDPE Murni 0,240 -9,850

HDPE+PE-g-MA 0,130 -13,925

1,5 0,180 -12,440 2,5 0,030 -16,880 3,5 0,810 -13,460

5 0,000 -6,495

Secara umum massa di titik Lelehnya meningkat dengan penambahan

bentonit alam yang diuraikan dengan larutan HCl. Massa di titik Leleh yang

tertinggi terjadi pada komposisi 3,5gr dengan massa 0,810 mg.

Gambar 4.9 TGA Sampel

0,240 0,130 0,180 0,030 0,810 0,000

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil morfologi dengan SEM diperoleh bentonit hasil Secara kalsinosi,

unsur yang memiliki peak terbesar adalah Oksigen dengan jumlah 47,62%

Wt.

2. Dengan penambahan bentonit alam terhadap HDPE kekuatan tarik dan

perpanjangan putus menjadi menurun, sedangkan untuk modulus Young

meningkat.

3. Berdasarkan DTA titik Leleh tertinggi pada komposisi 1,5gr, sedangkan TGA

pada komposisi 3,5gr.

5.2 Saran

1. Agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai bentonit dengan menggunakan

berbagai jenis plastic, komposisi campuran yang berbeda.

2. Diharapkan agar peneliti selanjutnya dalam pembuatan komposit dilakukan

dengan proses terkontrol. Proses tersebut antara lain: penimbangan,

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Bilmeyer, W.F., (1994), Textbook of Polymer TAience, 3rd ed, New York : Jhon Wiley.

Bukit, N, (2011), Pengolahan Zeolit Alam sebagai bahan pengisi nano komposit polipropilena dan karet alam SIR-20 dengan kompatibeliser anhidrida mateat-grafted-polipropilena, Disertasi USU, Medan

Charrier, J.M., (1989) Polymeric Materials and Processing : Plastics, Elastomers and Composites, Hanser, New York.

DisTam Propsu, (2004), Kombinasi Bentonid/zeolit Alam pahae: pertambangan Propsu.

Gibson, F, Ronald (1994). Principle of Composite Material Mechanics, McGraw-Hill Inc,New York 27-29

Ginting, (2006), Pembuatan Komposit dari Karung Plastik Bekas dan Polietilena dengan Pelembut Heksan, Jurnal Teknologi Proses, Juli 2006:138-141

Harjanto, S, (2000), lempung dolomit dan maknesit, publikasi khusus direktorat sumber daya mineral.

Harper, C.A., (2002), Hand book of Plastics, Elastomer and Composites, 4th ed., McGraw-Hill, New York

Ismail, H,Salmah, Nasir M.(2001) .”Dynamic vulcanization of rubber wood – filled polypropylene/natural rubber blends “,polymer testing. 819-823

Jin, H (2003) Syntesis off polybutylene terephatele Nanocomposit By insitut Interlayer Polymerization Characterization of its Fibe, Polimer Bulitin.

Ketan, K. Maniar (2002), “A Literature Survey On Nanocomposites”, University of Massachusetts Lowell: Master of TAience Thesis.

Ketan, K. Maniar (2002), Kajian bentonit di kabupaten tasikmalaya, jurnal kajian terhadap bentonid oyaeblance.

Kohls,J.L, and Beaucage,(2002) , Rational Desing of Reinforced Rubber , Cur

OP.Solid St Mat TAi ,6:183-194.

(54)

Martianingsih, N. Dan Lukman A., 2010. Analisis Sifat Kimia, Fisik, Dan Termal Gelatin Dari Ekstraksi Kulit Ikan Pari (Himantura Gerrardi) Melalui Variasi Jenis Larutan Asam. Prosiding Skripsi Semester Gasal 2009/2010. Jurusan Kimia FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Ni’mah, Y.L., Atmaja, L., dan Juwono, H., (2009), Synthesis and Characterization of HDPE Plastic Film for Herbicide Container Using Fly Ash Class F as Filler, Indo.J. Chem 9(3) : 348-354.

Ragunathan Santiagoo, Hanafi Ismail and Kamarudin Hussin,(2010),” The Effect of Polypropylene Maleic Anhydride (PE MAH) on Properties of Polypropylene (PE)/Recycled Acrylonitrile Butadiene Rubber (NBRr)/ Rice Husk Powder (RHP) Composites”Pertanika J. TAi. & Technol. 18 (2): 427– 432.

Rihayat, Teuku, (2006), Analisis Sifat Mekanik Poliester/Bentonid Nanocomposit, Tehnik Kimia Politehnik Negeri Lhokseumawe, Aceh.

Siagian, K.A., (2009), Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, Skripsi, FMIPA, USU, Medan

Sitepu, I.W., (2009), Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High Density Polyethylene (HDPE) Dengan Inisiator Benzoil Peroksida, Skripsi, FMIPA, USU, Medan.

Sperling, L.H,(2006), “ Intruduction to physical polymer TAince”, edition 4, John Wile.

Sulaiman, A., (1997), Apresiasi Teknologi Material, Disampaikan pada Kursus Reguler SESKOADy & Sons, inc.publication New Jersey

Syuhada, Wijaya, Rachmad, Jayatin, dan Rohman Saeful, (2009), Modifikasi Bentonid bentonid (clay) menjadi Organoclay dengan Penambahan Sufaktan : ISSN 1979-0880

Tang H. (2000). “Novel Polyolefin Elastomer-Based Blends and Their APElications”, University of Florida. Doctor of Philosophy Dissertation.

(55)

Internal Mixer Laboplastomil Model 30 R150

(a) (b)

(56)

Sampel Hasil Tekan Panas (Hot Press) dan Alat Tekan Dingin (Cold Press)

Alat Pemotong Sampel

(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)

Hasil Termal Mikro Komposit HDPE Alam

(65)

Termogram Campuran HDPE+PE-g-MA

(66)

Termogram Campuran HDPE+PE-g-MA Dengan Bentonit 2,5% Wt

(67)

Gambar

Gambar Internal Mixer Laboplastomil Model
Tabel 2.1. Pertimbangan Pemilihan Komposit
Tabel 2.2. Karakteristik Polietilen
Tabel 2.3. Kekuatan Tarik, Tekan dan Lentur Bahan Polimer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah dapat diketahui bahwa etika bisnis yang dilakukan oleh Boombu Hot Resto pada umumnya telah sesuai dengan etika bisnis yang diajarkan dalam Islam

Menteri kepada Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan/atau

Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat segala sesuatu menjadi lebih mudah,begitu juga dengan pekerjaan dengan teknologi sekarang ini pekerjaan akan semakin lebih mudah

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat suatu program aplikasi administrasi pendaftaran pasien pada klinik tersebut, yang umumnya masih menggunakan system

Disertasi Pengaruh derajat keasaman...... ADLN-Perpustakaan

Kedua Ketetapan pemenang ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan Barang/Jasa. Ditetapkan di

Girik hanya merupakan bukti bahwa pemegang girik tersebut diberikan kuasa untuk menguasai tanah dan sebagai pembayar pajak atas tanah yang dikuasainya,

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas tentang sistem, bahasa terdiri dari unsur- unsur atau komponenkomponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu